Anda di halaman 1dari 44

HALAMAN PERUNTUKAN

Tidak semua penulis hidup dari menulis, tetapi hidup adalah tulisan
yang diterbitkan hari demi hari, sehingga pada akhirnya hidup itu
akan menjadi lebih berarti
Petrus Londa, November, 19/11/2015
1. Teknologi pemotongan pada proses bubut.
1.1. Kecepatan Potong (vc).
Bilamana benda kerja yang berdiameter (d) berputar satu kali (satu putaran), maka panjang geram
(U) yang dipotong oleh pahat bubut adalah: U = π . d (perhatikan gambar 2.15). Jika diameter benda
kerja diketehui (d = 85 mm), maka panjang geram yang terpotong adalah: U = 85 mm x 3,14 = 267 mm
atau U = 0,267 m. Jika benda kerja berputar 100 kali dalam satu menit, maka panjang geram yang
terpotong adalah: U = 0,267 m x 100 = 26,7 meter per menit [m/menit].

Gambar 2.16. Kecepatan Potong. Gambar 2.15. Panjang “U” dalam satu putaran.

Kecepatan potong sama dengan panjang pemotongan (U) dalam m/menit. Kecepatan potong
dinotasikan dengan vc.... [m/menit], diameter benda kerja d .... [mm] dan jumlah putaran permenit dari
𝜋 .𝑑 .𝑛
benda kerja adalah (n), sehingga rumus vc adalah: 𝑣𝑐 = [m/menit] dan jumlah putaran (n)
1000
𝑣𝑐 .1000
adalah: 𝑛 = [putaran/menit], perhatikan gambar 2.16.
𝜋 .𝑑

1.2. Kecepatan Pemakanan (Vf).


Jika kita hendak membubut suatu benda kerja dengan diameter (d), perhatikan gambar 2.17, maka
kita harus mengatur laju gerakan pahat (kecepatan pemakanan yang dinotasikan dengan Vf). Pengaturan
kecepatan pemakanan ini sangat tergantung kepada; jenis material yang dibubut, alat potong yang
digunakan, sudut-sudut dari alat potong, kedalaman pemotongan serta gerak pemakanan (f) dalam satu
putaran. Rumus dasar dari kecepatan pemakanan adalah: 𝑉𝑓 = 𝑓 . 𝑛 [mm/menit].

1.3. Gerakan Pemakanan (f).


Gerakan pemakanan adalah berpindahnya ujung pahat dari posisi awal pemakanan ke posisi
pemakanan berikutnya dalam satu putaran, perhatikan gambar 2.18. Secara teoritis gerakan pemakanan
(f) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

𝒇 = √𝟖 . 𝒓 . 𝑹𝒕𝒉 dan

𝑓2
𝑅𝑡ℎ =
8 .𝑟

Tabel 2.3 dapat menolong anda dalam


menentukan gerak pemakanan (f).

Gambar 2.18. Variabel penentu kecepatan pemakanan (f).

dimana:

POLBAN BOOKSTORE 1
f = Gerak pemakanan ......................... [mm/putaran]
r = Radius ujung pahat ....................... [mm]
Rth = Rz = Kekasaran permukaan teoritis....... [μm]
ap = Kedalaman pemotongan ............... [mm]
Tabel 2.3: Gerak pemakanan (f), radius ujung pahat (r) dan kekasaran permukaan (RZ).

Radius ujung pahat (r) dalam mm.


RZ
0,4 0,8 1,2 1,6
[μm]
Feed (f) [mm/putaran]
1,6 0,07 0,10 0,12 0,14
4 0,11 0,16 0,20 0,23
10 0,18 0,25 0,31 0,36
16 0,23 0,32 0,39 0,45
25 0,28 0,40 0,49 0,57
Catatan: RZ dapat diukur dengan alat ukur kekasaran permukaan (surface tester).

1.4. Waktu Pemesinan (th).


Jika ingin menghitung waktu pemesinan atau
productive time, maka semua variabel pemotongan
harus didefenisikan, untuk itu dapat anda lihat
penetapan variabel pemotongan pada tabel 2.1.
Menghitung waktu pemesinan dapat menggunakan
persamaan-persamaan berikut ini:
a. Menghitung waktu pemesinan pada
𝐿 .𝑖
pembubutan selain ulir: 𝑡ℎ = [menit].
𝑛 .𝑓
b. Menghitung waktu pemesinan pada
Gambar 2.17. Laju gerakan pahat (Vf). 𝐿 .𝑖 .𝑔
pembubutan ulir: 𝑡ℎ = [menit].
𝑛 .𝑝

c. Menghitung jumlah pemotongan (i): 𝑖 =
𝑎𝑝

dimana:
f = Gerak pemakanan ................................... [mm/putaran]
n = Putaran benda kerja ................................ [putaran/menit]
L = Panjang langkah pemotongan ................. [mm]
th = Waktu pemesinan ................................... [menit]
g = Gang (pada ulir ganda) ........................... [mm]
i = Jumlah pemotongan ................................ [......]
P = Pitch atau kisar ulir ................................ [mm]
h = Total kedalaman pemotongan ................ [mm]
ap = Kedalaman pemotongan setiap devisi .... [mm]
lsi = Starting idle (langkah awal) ................... [mm]
loi = Overrun idle travel (langkah akhir) ........ [mm]
Tabel 2.1: Penetapan variable pemotongan.
Bubut memanjang (Straight Cylindrical Turning)
Bubut silinder Bubut bertingkat

𝑳 = 𝑙 + 𝑙𝑠𝑖 + 𝑙𝑜𝑖 𝐿 = 𝑙 + 𝑙𝑠𝑖


𝑣𝑐 .1000
𝑛=
𝜋 .𝑑
Bubut muka (facing)
Silinder pejal Silinder berlubang
Facing Facing pada diameter
bertingkat

𝑑 𝑑 − 𝑑1 𝑑 − 𝑑1
𝐿= + 𝑙𝑠𝑖 𝐿= + 𝑙𝑠𝑖 𝐿= + 𝑙𝑠𝑖 + 𝑙𝑜𝑖
2 2 2

𝑑 𝑣𝑐 . 1000 𝑑 + 𝑑1 𝑣𝑐 . 1000
𝑑𝑚 = ; 𝑛= 𝑑𝑚 = ; 𝑛=
2 𝜋 . 𝑑𝑚 2 𝜋 . 𝑑𝑚

Contoh perhitungan waktu pemesinan:

1. Sebuah benda kerja dari bahan St 42 dengan panjang 100 mm, akan di bubut pengasaran dengan
menggunakan pahat HSS dari diameter 60 mm menjadi diameter 30 mm sepanjang 50 mm.
Lihat tabel 2.1, diketahui pula bahwa vc 22 m/menit; gerak pemakanan (f = 1,0 mm/putaran);
kedalaman pemotongan (ap = 4f mm), panjang langkah awal (lsi = 1,5 mm). Tentukan jumlah
putaran (n) dan waktu pemesinan (th).
Penyelesaian:
𝑣𝑐 .1000 22 .1000
𝑛= ; 𝑛= = 233,42725 𝑅𝑝𝑚.
𝜋 .𝑑 𝜋 .30

𝐿 = 𝑙 + 𝑙𝑠𝑖 ; 𝐿 = 50 + 1,5 = 51,5 𝑚𝑚.


ℎ 15
𝑖= = = 3,75 ≈ 4 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑎𝑝 4

𝑳 .𝒊 𝟓𝟏,𝟓 .𝟒
𝒕𝒉 = ; 𝒕𝒉 = = 0, 8825 𝑚𝑒𝑛𝑖t
𝒏 .𝒇 𝟐𝟑𝟑,𝟒𝟐𝟕𝟐𝟓 .𝟏

2. Poros dari bahan St 42 dengan panjang 60 mm, akan di bubut ulir M10 sepanjang 30 mm, lsi =
loi = 2 mm, vc = 6 m/menit, ap = 0,15 mm, tinggi ulir (h = 0,812 mm), kisar ulir (thread pitch
1,5 mm), jumlah ulir (g = 1). Tentukan L; n; i dan th.
Penyelesaian:
𝐿 = 𝑙 + 𝑙𝑠𝑖 + 𝑙𝑜𝑖 = 30 + 2 + 2 = 34 𝑚𝑚.

𝑣𝑐 .1000 6 . 1000
𝑛= ; 𝑛= = 191 𝑅𝑝𝑚.
𝜋 .𝑑 𝜋 .10

ℎ 0,812
𝑖= = = 5,413 ≈ 6 𝑘𝑎𝑙𝑖.
𝑎𝑝 0,15

𝐿 .𝑖 .𝑔 34 .6 .1
𝑡ℎ = ; 𝑡ℎ = = 0,712 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑛 .𝑝 191.1,5

Tabel: 2.2: Nilai untuk sudut potong, vc, f dan kedalaman pemotongan (a).

Pengasaran Finishing
Kedalaman Kedalaman
Material Pahat Sudut potong pemotongan pemotongan Pendinginan

(ap) = 4 .... 10.f (ap) = 2 .... 5.f

αo βo γo vc f ap vc f ap Kasar Halus
Baja W 8 62 20 14 0,5 4 20 0,2 1 E E or, P
.......50 HSS 22 1 10 30 0,5 1
kg/mm2 H 67 18 150 2,5 15 250 0,25 1,5
5
50-70 W 8 68 14 10 0,5 4 15 0,2 1 E E or, P
kg/mm2 HSS 20 1 10 24 0,5 1
H 75 10 120 2,5 15 200 0,25 1,5
5
70-85 W 8 68 14 8 0,5 4 12 0,2 1 E E or, P
kg/mm2 HSS 15 1 10 20 0,5 1
H 75 10 80 2 15 140 0,2 1,5
5
Baja W 8 76 6 6 0,5 3 8 0,2 1 E E or, P
Perkakas HSS 12 1 8 16 0,5 1
H 79 6 30 0,6 5 50 0,15 1
5
Keterangan
W = Tool steel H = Cemented carbide R = Rape seed oil dr = dry
HSS = High Speed Steel E = Diluted soluble oil P = Kerosene
Untuk memotong ulir, vc digunakan setengan dari vc pada pembubutan memanjang
2. Pahat Bubut.

Proses pembentukan geram dengan cara pemesinan berlangsung dengan cara mempertemukan
dua jenis material. Untuk menjamin kelangsungan proses ini maka jelas diperlukan material pahat yang
lebih unggul dari pada material benda kerja. Keunggulan tersebut dapat dicapai karena pahat dibuat
dengan memperhatikan berbagai segi yaitu:

 Kekerasan; yang cukup tinggi melebihi kekerasan benda kerja, tidak saja pada temparatur ruang
melainkan juga pada temparatur tinggi pada saat proses pembentukan geram berlangsung.
 Keuletan; yang cukup besar untuk menahan beban kejut yang terjadi sewaktu pemesinan
terutama sewaktu memotong benda kerja yang mengandung partikel/bagian yang keras (hard
spot).
 Ketahanan beban kejut termal; diperlukan bila terjadi perubahan temparatur yang cukup besar
secara berkala/periodik.
 Sifat adhesi yang rendah; untuk mengurangi afinitasi geram terhadap pahat, mengurangi laju
keausan, serta penurunan gaya pemotongan.
 Daya larut elemen/komponen material pahat yang rendah; dibutuhkan demi untuk
memperkecil laju keausan akibat mekanisme difusi.

2.1. Material Pahat.

Pada mulanya material pahat digunakan dari baja karbon tinggi dengan kecepatan potong 10
m/menit. Berkat kemajuan teknologi, kecepatan potong ini dapat dinaikan hingga mencapai sekitar 700
m/menit yaitu dengan menggunakan bahan CBN (Cubic Boron Nitride). Material pahat tersebut mulai
dari yang paling lunak tetapi ulet, sampai dengan yang paling keras tetapi getas, yaitu:
1. Baja karbon, terdiri dari: High Carbon Steels; Carbon Tool Steels (CTS). Kecepatan potongnya
10 m/menit.
2. HSS (High Speed Steels; Tool Steels). Kecepatan potongnya 30 m/menit.
3. Paduan cor Non-ferro (Cast Nonferrous Alloys; Cast Carbides).
4. Karbida (Cemented Carbides; Hardmetals).
5. Keramik (Ceramics).
6. CBN (Cubic Boron Nitrides).
7. Intan (Sintered Diamonds dan Natural Diamonds).

1. Baja karbon.

Baja dengan kandungan karbon yang relative tinggi (0.7% - 1.4% C) dengan prosentase unsur
lain yang rendah (2% Mn, W, Cr) mampu mempunyai kekerasan permukaan yang cukup tinggi.
Material pahat ini hanya digunakan untuk memotong logam yang lunak dengan kecepatan potong yang
redah (10 m/menit) ataupun kayu. Kadang digunakan juga untuk membuat snei dan tap.

2. HSS.

Pada tahun 1898 ditemukan jenis baja paduan tinggi dengan unsur selain Fe dan Carbon, unsur
paduan tersebut adalah Tungsten/Wolfram (W), Chromium (Cr), Vanadium (V), Molybdenum (Mo) dan
Cobalt (Co). Pengaruh unsur paduan ini meningkatkan kecepatan potong sampai dengan 30 m/menit
jika dibandingkan dengan baja karbon tinggi. Karena kecepatan potongnya yang melebihi baja karbon
tinggi maka dinamakan HSS (High Speed Steel).
HSS dikategorikan sebagai HSS konvensional dan HSS spesial, masing-masing dengan beberapa
jenisnya seperti yang diperlihatkan pada tabel 2.4 berikut.
Tabel 2.4: Contoh klasifikasi pahat HSS menurut komposisinya.

Jenis HSS Standar AISI


(High Speed Steel) (American Iron and Steel Institute)

Convensional HSS
- Molybdenum HSS M1; M2; M10
- Tungsten HSS T1; T2

Special HSS
- Cobalt Added HSS M33; M36; T4; T5; T6
- High Vanadium HSS M3-1; M3-2; M4; T15
- High Hardness Co HSS M41; M42; M43; M44; M45; M46
- Cast HSS
- Powdered HSS
- Coated HSS

3. Paduan Cor Nonferro.

Sifat-sifat paduan cor nonferro adalah diantara HSS dan Karbida dan digunakan dalam hal khusus
diantara pilihan dimana karbida terlalu rapuh dan HSS yang kurang tahan panas dan cepat tumpul.
Paduan non ferro terdiri atas 4 elemen yang terdiri dari Cobalt (Co), Cr (10% - 35% berat), W (10% -
25% berat), C (1% - 3%). Unsur Cobalt sangat bagus pada proses pemesinan kasar dengan beban kejut
sedangkan Wolfram yang tinggi menjadi sangat keras dan sesuai untuk pemesinan tanpa beban kejut
dengan kecepatan pembuangan geram yang tinggi.

4. Karbida.

Jenis karbida yang disemen (Cemented Carbides) ditemukan pada tahun 1923 (KRUPP WIDIA)
merupakan bahan pahat yang dibuat dengan cara sintering serbuk karbida (Nitrida, Oksida) dengan
bahan pengikat yang umumnya dari Cobalt (Co). Dengan cara Carburizing masing-masing bahan dasar
(serbuk) Tungsten/Wolfram (W), Titanium (Ti), Tantalum (Ta) dibuat menjadi karbida yang kemudian
digiling dan disaring. Campuran serbuk karbida tersebut kemudian dicampur dengan bahan pengikat
(Co) dan dicetak tekan dengan memakai bahan pelumas (lilin). Setelah itu dilakukan presintering
(1000oC) untuk menguapkan bahan pelumas, kemudian sintering (1600oC) sehingga berbentuk keping
(sisipan) sebagai hasil proses cetak tekan. Semakin besar persentase pengikat Co maka kekerasannya
menurun dan sebaliknya keuletannya membaik. Berat jenisnya (density, sekitar 2 kali baja). Ada tiga
jenis utama pahat karbida sisipan, yaitu:
1. Karbida tungsten (WC + Co) yang merupakan jenis pahat karbida untuk memotong besi tuang
(cast iron cutting grade).
2. Karbida tungsten paduan (WC - TiC + Co; WC - TaC - TiC + Co; WC - TaC + Co; WC - TiC -
TiN + Co; TiC + Ni; Mo) merupakan jenis pahat karbida untuk memotong baja (steel cutting
grade).
3. Karbida lapis (Coated Cemented Carbides); merupakan jenis karbida tungsten yang dilapis (satu
atau beberapa lapis) karbida, nitride, atau oksida lain yang lebih rapuh tetapi hot hardeness-nya
tinggi. Karbida lapis pertama kali diperkenalkan oleh KRUPP WIDIA (1968). Umumnya sebagai
material dasar adalah karbida tungsten (WC + Co) yang dilapis dengan bahan keramik (Karbida,
Nitrida dan Oksida yang keras, tahan temparatur tinggi serta no-adhesif). Lapisan setebal 1 s/d 8
mikron ini diperoleh dengan cara PVD atau CVD. Lapisan CVD (Chemical Vapour Deposition)
menghasilkan ikatan yang lebih kuat dari pada PVD (Physical Vapour Deposition).

5. Keramik.

Keramik dapat dibedakan menjadi dua jenis utama yaitu keramik tradisional dan keramik
industri. Keramik tradisional merupakan peralatan pecah belah, peralatan rumah tangga. Keramik
industri digunakan untuk komponen peralatan mesin perkakas termasuk perkakas potong/pahat. Karena
kegunaannya yang sangat luas keramik dari bahan alamiah digantikan dengan keramik dari hasil
industri (beberapa keramik yang tidak terdapat di alam) karena diproses dengan teknologi maju dan
terkontrol (Advance Ceramics, High-Technology Ceramics, Fine Ceramics). Beberapa contoh jenis
keramik adalah sebagai berikut:
1. Keramik tradisional (Clay Based Ceramics); dapat dibuat sebagai barang keperluan sehari-hari.
2. Gelas; dapat digunakan sebagai bahan pengikat serbuk abrasve bagi batu gerinda (vitrified
bonded abrasive wheels).
3. Bahan tahan api (Refractories); keramik tahan api dapat digunakan sebagai bata pelindung
tanur/tungku.
4. Keramik Oksida (Oxida Ceramics); dapat digunakan sebagai pahat potong dan juga sebagai
isolator, besi, lempengan untuk mikro elektronik dan kapasitor.
5. Keramik oksida paduan.
6. Karbida, Nitrida, Borida dan Silika; Ba4C digunakan sebagai serbuk batu gerinda, CBN (Cubic
Boron Nitride) digunakan sebagai serbuk batu gerinda atau pahat potong.
7. Karbon; apabila ditambahkan dengan zat pengikat resin maka serbuk karbon ini dapat dipakai
sebagai elektroda dalam proses EDM.

6. CBN (Cubic Boron Nitride).

CBN termasuk jenis keramik yang dibuat dengan penekanan panas (60 kbar, 1500 oC) sehingga
serbuk graphit putih Nitride Boron dengan struktur atom heksagonal berubah menjadi struktur kubik.
Pahat sisipan CBN digunakan untuk proses pemesinan berbagai jenis baja dalam keadaan dikeraskan,
besi tuang, HSS maupun karbida semen. Tahan terhadap perubahan reaksi kimia dan tahan terhadap
temparatur pemotongan sampai dengan 1300 oC dengan kecepatan potong yang sangat tinggi.
Pemakaian masih terbatas pada pemesinan untuk mencapai ketelitian dimensi dan kehalusan permukaan
yang sangat tinggi.

7. Intan.

Merupakan hasil proses sintering serbuk intan tiruan dengan bahan pengikat Co (5% - 10%).
Intan tidak tahan pada temparatur tinggi dan gampang terdefusi dengan atom besi, maka pahat intan
tidak dapat digunakan untuk memotong bahan yang mengandung besi (ferros). Pahat intan cocok bagi
“Ultra high precision dan mirror finish cutting” bagi benda kerja non-ferro (Al Alloys, Cu Alloys,
Plastcs, Rubber).

2.2. Bentuk Pahat Bubut.


Secara umum pahat bubut dapat di bedakan menjadi pahat bubut yang terbuat dari bahan HSS,
dimana pahat ini dapat di gerinda atau di bentuk sesuai dengan fungsinya dan pahat bubut yang terbuat
dari logan keras (baja karbon tinggi), dimana pahat ini sudah di bentuk dari pabrik pembuat pahat dalam
bentuk mata-mata pahat/pahat sisipan (tool bits atau tool tips atau inserts tools) dalam berbagai bentuk
dan ukuran dan dengan mudah dapat di pasangkan pada tangkainya.
2.2.1. Pahat dari bahan HSS.
Pahat dari bahan HSS ini penampang tangkainya ada yang bulat, bujur sangkar dan segi empat
dengan variasi panjang antara 100 mm sampai 120 mm, Tangkai yang bulat di pasang pada dudukan
tangkai yang berbentuk “V” terlebih dahulu dan tangkai yang persegi dapat langsung di pasang pada
tool holder.

a. Mata pahat. Pahat jenis HSS ini di bedakan lagi menurut cara pemasangan mata pahatnya,
seperti yang diperlihatkan dalam gambar 2.19.

Gambar 2.19. Mata pahat HSS.

Pemasangan mata pahat ini di bedakan lagi menurut modelnya, yaitu:


 Model V: Pahat bubut ini terbuat seluruhnya dari bahan HSS.
 Model S: Pahat bubut ini mata potongnya terbuat dari bahan HSS sedangkan tangkainya
terbuat dari baja perkakas dengan kualitas yang lebih rendah. Pahat ini dibedakan antara
kepala dan tangkai dan ke duanya di satukan dengan proses pengelasan.
 Model P: Mata pahat dari bahan HSS dilas pada ujung tangkai pahat dari baja perkakas.
 Model K: Pemasangan mata potong pahat dari bahan HSS di lakukan dengan cara di
jepit dan disekerupkan pada tangkainya. Tangkai terbuat dari baja perkakas dengan
kualitas yang lebih rendah.
b. Arah potong pahat. Pahat bubut dapat di bedakan menurut arah pemotongannya, yaitu pahat
bubut kanan, pahat bubut netral dan pahat bubut kiri. Untuk membedakan masing-masing
pahat tersebut, perhatikan gambar 2.20.

Gambar 2.20. Identifikasi pahat bubut kiri dan kanan.


c. Nama-nama pahat bubu. Dilihat dari fungsinya, maka pahat bubut dapat di bedakan
menurut fungsinya, yaitu:

Gambar 2.21. Nama-nama pahat berdasarkan fungsinya.

Material pahat dari baja perkakas (HSS) telah di standardkan menurut ISO 4957

2.2.2. Pahat dari baja karbon tinggi.


Pahat bubut dengan material dari logam keras atau baja karbon tinggi telah di standardkan
menurut anjuran ISO. Standard tersebut dibuat dalam huruf, angka dan juga warna sebagai tanda
pengenal. Contoh standard pahat untuk baja karbon tinggi adalah DIN ISO 513 (2005-11), yaitu:

HC – K 20
Keterangan:
HC = Komponen dalam material pahat, seperti ukuran butiran dan kandungannya.
Dalam contoh ini adalah Hard metal with titanium Carbonitride.
K = Cutting main group. Pada tanda ini, jenis material benda kerjanya dibedakan
berdasarkan warna, yaitu:
Tanda dan jenis benda kerja Warna
P (Steel) Biru (blue)
M (Stainless steel) Kuning (yellow)
K (Cast iron) Merah (red)
N (Non-Ferrous metals and other non-Ferrous materials) Hijau (green)
S (Special alloys and titanium) Coklat (brown)
H (Hard materials) Abu-abu (gray)

20 = Application group. Pada contoh ini adalah K 20, berarti jenis pahat ini dapat
memotong benda kerja dari bahan cast iron.

Keterangan:
Pada contoh ini (HC – K 20), artinya: pahat dari material Hard metal with tinanium
Carbonitride. dapat memotong benda kerja dari besi cor (cast iron) dan pahat diberi tanda
warna merah.
a. Mata potong pahat (inserts tools).
KETIRUSAN DAN PENDAKIAN.

1. Ketirusan:

Istilah ketirusan digunakan untuk batang yang berbentuk silindris yang kedua ujungnya
berbeda diameter, tetapi penurunan atau pembesaran diameternya beraturan.

Simbol ketirusan adalah:

Letak simbol tersebut harus sesuai dengan arah ketirusannya.

Inclination 1:2X adalah:


setiap panjang 2X mm
perubahan radius 1mm.

Taper 1:X adalah:


Setiap panjang X mm
Perubahan diameter 1 mm.

Gambar 2.24. Ketirusan

Contoh: D = 50 mm, d = 45 mm, l = 50 mm.

Hitung: a) Taper 1:X


b) Inclination 1:2X
c) Sudut penyetelan  /2
Jawab: a) Taper (D-d):l = 1:X Taper (50 - 45):50 = 1:10

D d 50  45
b) Inclination : l sehingga Inclination = : 50 = 1:20
2 2
Inclination 1:2X = 1:2 x 10 = 1:20.
D d 50  45
c) Sudut penyetelan tg  /2 = = = 0,05 = 5o44'
2L 2 .50

Penggunaan ketirusan:
Ketirusan sering kita jumpai pada suaian sesak atau suatu ikatan:
- sarung perantara (sleeve).
- tangkai mata bor atau pisau freis jari.
- kopling.
- pasak pena, dll.
Macam ketirusan menurut normalisasi:
- Tirus Morse.
- Tirus metrik.
- Jarno.
- Taper per inch/foot.
- Brown and Sharpe.
- Jacobs.
 Tirus menurut normalisasi Morse.

Yaitu disebut dengan Morse Konus dengan beberapa tingkatan:

MK 0; MK 1; MK 2; MK 3; MK 4; MK 5; MK 6.

 Tirus Metrik.

Ditentukan untuk melengkapi variasi jenis ketirusan Morse yang digunakan pada
mesin-mesin industri.

Tirus Metrik selalu mempunyai perbandingan 1 : 20 atau sudut penyetelan kemiringan


pada mesin bubut adalah: 1o25'56".

Taper per inch/foot, Jarno, Brown and Sharpe dan Jacobs, semua jenis ketirusan ini
menggunakan satuan inch atau kaki.

Ketirusan Sudut tirus ( Sudut Golongan Penggunaan


) penyetelan
1:X % (/ 2 )
1:3,429 29,166 16o35'40" 8o17'50" Tirus ISO Adaptor, Arbor mesin freis
7:24
1:4 25 14o15' 7o7'30" Jenis kopling
1:5 20 11o25"16" 5o42'38" Jenis kopling
1 :10 10 5o43'30" 2o51'45" Suaian ujung poros dg roda-roda lain yg diikat
pasak.
1 :20 5 2o51'52" 1o25'56" Tirus metrik Tangkai pisau freis jari.
2 s/d 200 Tangkai mata bor.
Tangkai peluas.
Sarung pengurang.
1:19,212 5,205 2o58'54" 1o29'27" MK. 0 Lubang adaptor.
1:20,047 4,988 2o51'26" 1o25'43" MK. 1 Poros ulir mesin bor.
1:20,020 4,995 2o51'40" 1o25'50" MK. 2 Kepala lepas mesin bubut, freis, dll.
1:19,922 5,020 2o52'32" 1o26'16" MK. 3
1:19,254 5,194 2o58'30" 1o29'15" MK. 4
1:19,002 5,263 3o0'52" 1o30'26" MK. 5
1:19,180 5,214 2o59'12" 1o29'36" MK. 6
1 : 30 3,33 1o54'3" 57'17" Arbor, Obeng, Peluas.
1 :50 2 1o8'48" 34'23" Pasak tirus, ulir pipa.
3. Pendakian:

Istilah pendakian digunakan untuk kemiringan bidang datar yang beraturan. Jadi pendakian
tidak digunakan untuk benda-benda yang silindris.
Simbol pendakian:

Gambar 2.25. Pendakian

Bilamana perlu untuk menunjukan arah pendakian, maka dapat dibuat sebagai berikut.
Penggunaan Pendakian:
- Pada pasak memanjang 1 :100
- Perbedaan tinggi sebuah benda yang bukan silindris
MEMBUBUT BENTUK TIRUS.

Ketirusan digunakan untuk bermacam-macam keperluan di bengke, misalnya untuk


pengikatan, kopling dan lain-lain. Untuk penggunaan umum ketirusan ini sudah
dinormalisasikan.
Bentuk tirus yang dapat dibuat di mesin bubut antara lain:
o Pembubutan tirus dengan memutar eretan atas (sudut  /2).
o Pembubutan tirus dengan menggeser kepala lepas.
o Pembubutan tirus dengan menggunakan perlengkapan pembubutan tirus(Blok
eretan tirus dan Teleskopik).
o Tirus yang dibentuk oleh bentuk alat potong (menggunakan peluas lubang).
1. Pembubutan tirus dengan memutar eretan atas sangat cocok untuk tirus yang pendek
(tergantung dari panjang gerakan eretan atas). Eretan atas harus diputar sesuai dengan
arah ketirusan yang akan kitan buat dengan besar sudut ketirusan (  /2). Perhatikan
gambar 2.27.

Gambar 2.26. Pengaturan


dengan batang pemeriksa tirus Gambar 2.27. Pengaturan dengan memutar eretan atas

Pengaturan eretan atas juga dapat dilakukan dengan bantuan batang pemeriksa turus dan dial
indikator. Batang tirus dipasang diantara dua senter sedangkan dial indikator diklem pada
eretan atas. Peraba dial disentuhkan pada batang tirus kemudian dial digerakan disepanjang
batang tirus. Pengaturan yang benar adalah jika dial indikatornya tidak menunjukan perubahan.
Perhatikan gembar 2.26.
Gambar 2.28. Pembubutan tirus pada lubang
Pembubutan tirus dengan menggeser kepala lepas, cocok untuk ketirusan yang panjang dan
ramping. Benda kerja dipasang diantara dua senter dan pembubutan dapat dilakukan secara
otomatis atau manual. Penggeseran kepala lepas tidak boleh melebihi 1/50 dari panjang
benda kerja. Perhatikan gambar 2.29.

Gambar 2.29. Pembubutan tirus dengan menggerser kepala lepas


Pada gambar di atas menunjukan bahwa:

L = Panjang benda kerja


l = Panjang tirus atau taper
D = Diameter besar benda kerja
d = Diameter kecil benda kerja
V = Jarak pergesersn kepala pembagias
α/2 = Sudut penyetelan kemiringan eretan
Contoh perhitungan.

1). Diketahui panjang ketirusan (l) sama dengan panajang benda kerja (L). Hitung jarak
pergeseran kepala lepas (V) jika diketahui D = 60 mm; d = 56 mm.

Perhatikan gambar a, panjang L = l, maka persamaan perhitungan pergeseran kepala


𝐷−𝑑 60−56
lepas adalah𝑉 = sehingga 𝑉 = = 2 𝑚𝑚. Jadi pergeseran kepala lepas
2 2
sejauh 2 mm. Pada gambar menunjukan pergeseran kepala lepas sejauh 2 mm ke
depan.

Gambar 2.29. Penggerser kepala lepas


2). Diketahui D = 50 mm; d = 47 mm; l = 100 mm dan L = 200 mm. Hitung jarak pergeseran
kepala lepas (V). Perhatikan gambar b, panjang L tidak sama dengan panjang l atau (L
≠ l), maka persamaan perhitungan untuk pergeseran kepala lapas adalah:
𝐷−𝑑 𝐿 50−47 200
𝑉= 𝑥 sehingga 𝑉 = 𝑥 = 3 𝑚𝑚. Jadi pergeseran kepala
2 𝑙 2 100
lepas sejauh 3 mm. Pada gambar menunjukan pergeseran kepala lepas sejauh 3 mm ke
depan.
• Pembubutan tirus dengan menggunakan perlengkapan pembubutan tirus (taper
attachment). Ada beberapa mesin bubut yang dilengkapi dengan peralatan pembubutan
tirus dengan panjang poros tirus 500 mm dan sudut ketirusan 20 o. Peralatan ini digunakan
bilamana sudut ketirusan terlalu besar untuk metode penggeseran kepala lepas dan terlalu
panjang untuk metode memutar eretan atas. Perlengkapan tersebut dipasang pada badan
mesin, blok eretan tirus disetel sebesar sudut  /2 dengan bantuan skala sudut. Poros ulir
atau mur pada eretan atas melintang harus dilepas dan eretan atas melintang dihubungkan
dengan blok eretan tirus. Bila eretan bawah digerakan, maka pahat yang dipasang pada
eretan atas yang diputar 90 o akan memotong benda kerja. Kedalaman pemotongan dapat
diatur dengan memutar spindel pada skala eretan atas. Perhatikan gembar berikut.

Gambar 2.30. Pembubutan tirus dengan perlengkapan pembubutan tirus


 Pembubutan tirus dengan teleskopik cara kerjanya sama dengan pembubutan tirus dengan
blok tirus. Poros ulir teleskopok dipasang pada eretan atas melintang dan dihubungkan
langsung dengan blok eretan tirus. Mur pada eretan atas tidak perlu dilepas. Kedalaman
pemotongan dapat diatur dengan eretan atas melintang melalui poros ulir teleskopik.
Kelonggaran ulir pada poros ulir teleskopik harus selalu diperhitungkan karena jika tidak,
maka bagian permukaan benda kerja tirus itu akan parallel. Perhatikan gembar berikut.

Gambar 2.31. Poros teleskop


 Lubang tirus dapat dibuat di mesin bubut sesuai dengan bentuk alat potongnya. Seperti
pada proses peluasan, lubang terlebih dahulu dipersiapkan setelah itu barulah memulai
proses peluasan.
PEMBUATAN LUBANG CENTER

Sebelum melakukan pembubutan lebih lanjut benda kerja harus terlebih dahulu di bubut
muka (faching) dan di buatkan lubang center untuk memasang ujung center baik center putar
maupun center tetap. Pembuatan lubang center dapat mengikuti ukuran-ukuran yang telah di
standardkan menurut DIN 332, seperti yang di tunjukan dalam gambar dan tabel berikut ini.

Form A Form B Form C


Tabel center drill menurut DIN 332
ti
Diameter (D) mm d1 d2 d3 a b
Bentuk A Bentuk B, C
6 sampai 10 1 2,5 4 2,5 3 4 0,4
10 sampai 25 2 5 8 5 6 7 0,8
25 sampai 63 3 8 12 7 8 10 1
63 sampai 100 5 12 17 11 13 16 1,5
Catatan:
 Sudut contersuink 60o, untuk berat benda kerja sampai dengan 100 kg dan pemotongan
ringan.
 Sudut countersink 90o, untuk diameter benda kerja 100 mm ke atas dan berat 100 kg.ke
atas.
 a = cut off size.
 Menurut ISO 6411, lubang senter yang di bolehkan pada pekerjaan akhir (finished part)
adalah A4/8,5 atau ISO 6411-A4/8,5. Artinya ISO menggunakan Form A, d1 = 4 mm,
d2 = 8,5 mm.
1. Center rest

Follower center rest Steady center rest


Center rest adalah alat bantu pada mesin bubut yang digunakan untuk menyangga benda
kerja pada proses pembubutan dan khusus digunakan pada benda keraja yang panjang, untuk
menghindari lenturan ketikan membubut. Center rest terdiri dari dua macam yaitu, follower
rest dan steady rest (kacamata jalan dan kaca mata tetap).

Follower rest (kaca mata jalan) digunakan untuk menahan benda kerja yang kecil dan
panjang pada proses pembubutan memanjang, seperti pada pembubutan poros dan pembubutan
ulir. Alat ini terdiri dari satu atau dua rahang (jaw), rahang berfungsi menahan lenturan akibat
gaya potong yang di hasilkan oleh pahat bubut. Pada ujung rahang biasanya diberi roda agar
ketika benda kerja berputar roda tersebut ikut berputar untuk menghindari gesekan yang
berlebihan maka harus selalu diberi pelumas. Alat ini diberi nama follower rest karena alat ini
di pasang pada carriage dan di kuatkan dengan baut dan mur sehingga pada saat pembubutan
berlangsung alat ini ikut bergerak bersama pahat bubut.

Steady rest (kaca mata tetap) digunakan untuk menyangga benda kerja yang panjang
seperti pada pembubutan poros di antara dua center atau pada proses pembubutan lubang. Alat
ini juga dapat digunakan pada proses pembubutan ulir dalam dimana penjepitan benda kerja
cukup jauh menjorok keluar dari chuck. Alat ini dinamakan kacamata tetap karena alat ini
dipasang pada meja mesin bubut (lathe bed) dan di kuatkan oleh baut dan mur sehingga pada
saat pembubutan alat ini tidak ikut bergerak bersama pahat bubut. Alat ini terdiri dari tiga
rahang dan ada yang pada ujung rahangnya di beri roda sehingga ketika benda kerja berputar
roda pada rahang ikut berputar dan harus selalu diberi pelumas.

2. Penjepitan benda kerja dengan collet.

Draw bar Spindle Spindle nose cap


Handwhee
l

Spring machine collet

Headstock

Slot Taper Diameter benda kerja = Diameter kollet.


Tolerans: + 0
‒ 0,1

Cutaway vieu End vieu Collet adalah alat yang digunakan untuk
menjepit benda kerja, baik benda kerja berbentuk
bulat, persegi dan hexagonal. Collet digunakan untuk
menjepit benda kerja pada pekerjaan yang
memerlukan ketelitian tinggi, bentuk collet yang
Square Hexagonal Round digunakan harus sesuai dengan bentuk benda kerja
collet collet collet yang akan di jepit dan permukaan benda kerja harus
baik.
Ulir:
 Hal umum tentang ulir.
Ulir atau dengan kata lain drat (thread) adalah penampang miring (helical) yang
seragam yang meliliti sepanjang sebuah silinder. Sudut kemiringan lilitan di
𝐾𝑖𝑠𝑎𝑟 (𝐾)
namakan sudut kisar dan dinyatakan dengan:tan 𝛼 = 𝐾𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 (𝜋.𝑑)

Gambar 1. Kemiringan Ulir.


 Jumlah lilitan ulir.
Menurut jumlahnya ulir-ulir itu dapat kita bedakan antara ulir tunggal dan ulir
majemuk.
o Ulir tunggal:
Pada ulir tunggal ada istilah Kisar (pitch/lead). Kisar = Gang.
o Pada ulir majemuk ada istilah Kisar (pitch/lead) dan ada istilah Gang.
Kisar tidak sama dengan Gang, dalam satu nilai kisar bisa terdiri dari
babarapa Gang.
 Defenisi kisar: Kisar (K atau P) adalah jarak antara senter puncak ulir yang satu
ke senter puncak ulir berikutnya dalam satu putaran profil ulir tersebut, yang di
ukur sejajar terhadap sumbu baut.
 Defenisi gang: Gang (G) adalah jarak antara senter puncak ulir yang satu ke
senter puncak ulir berikutnya pada profil ulir yang berbeda, yang di ukur sejajar
terhadap sumbu baut.
P
P G G P G

Single start, P = G Double start, P = 2G Triple start, P = 3G

Gambar 2. Beda Kisar dan Gang.


Arah putaran ulir.

Ulir yang berbentuk spiral tersebut dapat diputar searah jarum jam maupun berlawanan arah
jarum jam. Arah kemiringan spiral pada baut itu sendiri ada dua yaitu miring ke kiri (ulir kiri)
dan miring ke kanan (ulir kanan). Berdasarkan kesepakatan umum, arah tersebut dapat
ditentukan dengan aturan tangan kanan seperti pada gambar 3.

Ulir Kiri Ulir Kanan


Gambar 3. Arah putaran Ulir.
Bentuk-bentuk ulir.

Ulir segi tiga. Ulir buttres. Ulir segi empat.

Ulir trapesium Ulir bulat.

Gambar 4. Jenis-jenis Ulir.

MENGENAL ULIR
Ulir pada baut, dengan struktur spiralnya, berfungsi untuk mengencangkan benda dengan
mengubah gerakan rotary menjadi linear. Jika dilihat dari pasangannya ulir dapat dibedakan
dengan sebutan Male Thread (ulir luar) dan Female Thread (ulir dalam). Penggunaan ulir
banyak sekali ditemui dalam kehidupan sehari-hari, ulir berfungsi sebagai pengikat, selain itu
ulir juga berfungsi sebagai penggerak suatu benda. sebelum kita mengenal berbagai macam
jenis ulir ada baiknya kita mengenali dulu bagian -bagian ulir.

Gambar 5. Nama bagian Ulir.


STANDART ULIR

Ada dua system yang digunakan dalam penentuan standard ulir, yaitu International Standartds
Organisation (ISO) dan British Standards (BS). Untuk standard ISO di tetapkan ISO metric
screw threads dan ISO inch screw threads, ke duanya menggunakan bentuk profil dasar ulir
yang sama. Sedangkan untuk British Standards (BS) di tetapkan British Standards Whitworth
threads dan Brithis Standrds Fine threads obsolete. Ulir-ulir dengan standard British biasa
juga di sebut ulir Imperial atau Imperial Threads. British Standards menetapkan standard ISO
dalam BS 3643.

Ulir ISO Metric.

Ulir ISO metric terdiri dari ulir ISO metric normal (coarse) dan ulir ISO metric halus (fine), ke
dua ulir ini bentuk profil pokoknya sama, yaitu segi tiga dengan sudut 60 o serta diameter
nominalnya sama baik pada ulir luar maupun ulir dalam, sedangkan untuk kisar, tinggi ulir,
diameter terkecil dan diameter tengah ulir berlainan. Ketentuan ISO untuk semua ulir metric
penulisannya dinormalisasikan dengan huruf besar “M” yang di ikuti dengan harga diameter
nominal ulir yang di pilih, seperti M12, sedangkan untuk ulir halus penulisannya disertai
dengan tanda “X” dan nilai kisarnya, seperti M12 X 1,25. Jadi ke dua jenis ulir tersebut
memiliki penulisan yang berbeda, yaitu:

Ulir normal (coarse) : M12.


Ulir halus (fine) : M12 X 1,25.

Ulir ISO Inch.

Ulir ISO inch di bagi menjadi tiga tingkat kisar pada diameter nominal yang sama:
Untuk tingkat kisar normal (coarse) : ¼” – 20 U.N.C (Unified National Coarse)
Untuk tingkat kisar halus (fine) : ¼” – 28 U.N.F (Unified National Fine)
Untuk tingkat kisar khusus (extra fine) : ¼” – 32 U.N.E.F Unified National Extra Fine)

Arti dari format penulisan ulir.

 M12:
M = ISO metric normal (coarse)
12 = Diameter nominal 12 mm
 M12 x 1,25
M = ISO metric halus (fine)
12 = Diameter nominal 12 mm
x = Kode kekhususan
1,25 = Kisar ulir 1,25 mm
 M16 x Ph3 P1,5-RH
M = ISO metric
16 = Diameter nominal dalam mm
x = Kode ke khususan
Ph3 = Kisar (lead) 3 mm
P1,5 = Jarak tiap gang 1, 5 mm
3/1,5 = 2 (Ulir ganda)
RH = Right Hand (untuk ulir kanan, kode RH boleh di tulis, boleh juga tidak di tulis)
 M14 Ph6 P2-LH
M = ISO metric
14 = Diameter nominal 14 mm
Ph6 = Kisar (lead) 6 mm
P2 = Jarak tiap gang 2 mm
LH = Left Hand (ulir kiri)
6/2 = 3 lilitan ulir (ulir majemuk)
 ¼” – 20 U.N.C:
¼” = Diameter nominal dalam satuan inch.
20 = Banyaknya gang tiap satu inch.
U.N.C = Unified National Coarse
 Tr 40 x 8:
Tr = Ulir Trapesium
48 = Diameter nominal dalam mm
x = Kode ke khususan
8 = Kisar 8 mm
 Tr 48 x 16 P8:
Tr = Ulir Trapesium
48 = Diameter nominal dalam mm
x = Kode ke khususan
16 = Kisar 16 mm
P8 = Jarak tiap gang 8 mm
16/8 = 2 lilitan ulir ( ulir ganda)

JENIS ULIR DAN TABEL (TYPES OF THREAD AND CHART )


Berikut adalah macam-macam jenis ulir menurut bentuknya

1. Ulir segitiga.

Jenis ulir ini banyak sekali kita temui, karena penggunaannya yang sangat luas baik ulir normal
(coarse) maupun ulir halus (fine).

a. Ulir ISO Metric/Metric Standard Thread


Ulir ini merupakan ulir segitiga dengan sudut puncak 60° dan keseluruhan dimensi
dalam satuan metric (mm). Simbol dari ulir ini adalah "M" contohnya M8 x 1 adalah
ulir metric dengan diameter nominal 8 mm dan pitch 1 mm.
Gambar 6. Geometri Ulir Segi Tiga ISO Metric.
Keterangan:
Diameter nominal d=D
Kisar (pitch) P
Kedalaman ulir luar h3 = 0.6134.P
Kedalaman ulir dalam H1 = 0,5413.P
Radius puncak ulir R = 0,1443.P
Diameter pitch d2 = D2 = d – 0,6495.P
Diameter kaki ulir luar d3 = d – 1,2269.P
Diameter kaki ulir dalam D1 = d – 1,0825.P
Diameter lubang tap =d–P
Sudut ulir = 60o
𝜋 𝑑 +𝑑 2
Stress area 𝑆 = . ( 2 3)
4 2
b. Ulir ISO Inch/Ulir Imperial (Imperial Thread).
Batasan-batasan pokok ulir ISO inch adalah sama dengan ulir ISO metric tetapi utuk
satuan ukurannya berbeda, yaitu inch untuk ISO inch dan metric (mm) untuk ISO
metric. Ulir ini kebanyakan digunakan di negara Amerika Serikat dan Kanada.

Gambar 6. Geometri Ulir Segi Tiga ISO Inch.

c. Ulir Whitworth/Whitworth Standards Thread/BSW (Ulir pipa).


Ulir ini merupakan ulir segitiga dengan sudut puncak 55° dan keseluruhan dimensi
dalam satuan british (inch). Simbol dari ulir ini adalah "W", contohnya W ⅜" x 20 TPI
adalah ulir whitworth dengan diameter nominal ⅜" dan terdapat 20 Thread per Inch
(TPI). Ulir ini digunakan sebagai ulir pipa.

Gambar 6. Geometri Ulir Segi Tiga BSW.


d. Ulir Pipa
 NPT Connections
NPT (National Pipe Taper) Seal populer digunakan di U.S dan Canada. NPT male
adapter mempunyai ulir meruncing (taper) yang sesuai dengan NPT female adapter.
Keduanya akan mengunci, karena male adapter mempertegang female fitting sampai
didapat sekian tenaga untuk menahan pressure.

Gambar 7. Geometri Ulir Segi Tiga ASTPT.

Salah satu tantangan desain ini adalah jika kita menghubungkan stainless steel dengan stainless
steel maka jika terlalu kencang atau karena lubrikasi yang buruk akan dapat merusak ulirnya.
Thread Sealant diperlukan untuk meng-seal tapi cukup hanya 2 garis ulir yang dibutuhkan.
Lebih dari itu maka sealant akan lari kemana-mana.

Selain itu ada varian lain yaitu NPTF (National Pipe Taper Fuel), yang didesain bebas bocor
tanpa harus menggunakan sealant maupun teflon tape.

 BSP Connections
Ada 2 tipe ulir BSP yaitu tipe Paralel dan tipe Taper (meruncing):
Ulir Taper, atau BSPT (British Standard Pipe Thread) memiliki diameter yang tidak konstan
(melebar/mengecil) sepanjang batang ulirnya. Dinotasikan dengan huruf R.
Sekilas BSPT sama dengan NPT kecuali sudut ulirnya (antara crest dan root) adalah 55 0
(sementara sudut NPT adalah 600). Dengan demikian, NPT male dapat masuk ke BSPT fitting
tapi tidak akan mengunci (longgar). BSPT fitting ini populer di China dan Jepang tapi jarang
digunakan di Amerika. Seperti NPT, Thread Sealant diperlukan untuk mengunci male dan
female bersamaan.
contohnya R ⅜" yaitu ulir standar pipa untuk diameter pipa ⅜"

Gambar 8. Geometri Ulir Segi Tiga BSPT.


 BSPP Connections
Tipe ulir Paralel adalah BSPP (British Standard Pipe Parallel Thread), dan disebut juga
BSPF/BSPM (British Standard Pipe Fitting/British Standard Pipe Mechanical Thread).
Dinotasikan dengan huruf G.

BSPP adalah tipe ulir yang paling sering digunakan. Tipe ini adalah fitting ulir paralel, yang
mempunyai diameter konstan, dan menggunakan seal ring untuk menguncinya (Sealing).
Bonded ring seal dipasang antara punggung male fitting dan muka female fitting dan menjepit.
BSPP pressure gauge mempunyai longer male thread dan menggunkan ring untuk menekan
dasar male fitting dan dasar lubang female BSPP sehingga membuat pressure tight seal. Tidak
perlu Thread Sealant untuk membuat seal pada BSPP.
3. Ulir Segiempat/Square Thread
Merupakan ulir dengan bentuk profil segi empat, biasanya digunakan untuk beban berat
misalnya pada pembuka pintu air bendungan dan ulir pada ragum. ulir segiempat
disimbolkan dengan huruf "Sq" dan berdimensi inchi contohnya Sq ⅜" x 8 TPI yaitu
ulir segiempat dengan diameter ⅜" dan jumlah ulir tiap inchi adalah 8.

Gambar 9. Geometri Ulir Segi Empat.


4. Ulir trapesium/Trapezium Thread
Merupakan ulir metric ISO dengan profil trapesium dengan sudut puncak 30°. biasa
digunakan pada ulir penggerak pada eretan dan leadscrew pada mesin bubut, ulir ini
disimbolkan dengan huruf "Tr" dengan dimensi metric contohnya Tr 18 x 4 adalah ulir
trapesium dengan diameter 18 mm dan jarak puncak ulir 4 mm.
5. Ulir Acme/Acme Thread.
Merupakan ulir standard nasional Amerika dengan profil trapesium sudut puncak 29°,
biasa digunakan pada eretan dan leadscrew. Ulir ini disimbolkan dengan "Acme"
dengan dimensi dalam satuan inchi.
6. Ulir Bulat/Round Thread
Merupakan ulir dengan profil setengah lingkaran pada bagian lembah dan puncak ulir.
biasa digunakan untuk mentranmisikan daya/gerakan secara halus dengan tanpa
kelonggaran. jenis lain dari ulir bulat ini adalah ulir edison yaitu ulir yang digunakan
pada lampu bohlam

Gambar 10. Geometri Ulir Bulat.


7. Ulir bola/Ball Screw
Merupakan ulir yang biasanya dipasangkan dengan mekanisme bola-bola baja dan
digunakan pada penggerak mesin CNC karena hampir tidak ada kelonggaran dengan
jarak yang presisi.

7. Ulir tanduk/Buttress Thread

Merupakan ulir berbentuk segitiga tetapi bukan segitiga sama kaki melainkan berbentuk seperti
tanduk. biasa digunakan sebagai pengunci tarikan seperti pengunci collet dan pada tutup pasta
gigi.

8. Ulir majemuk/Multi start Thread


Merupakan ulir yang mempunyai lebih dari satu belitan ulir. biasanya untuk penggerak
dengan kecepatan tinggi. bentuk profil ulir bisa segitiga, segiempat, trapesium, bola dan
sebagainya.
PEMBUATAN ULIR PADA MESIN BUBUT.

Ulir-ulir itu dapar dibuat di mesin bubut dengan berbagai cara. Pemilihan cara atau metode
tergantung pada ketelitian yang di minta, bahan benda kerja, ukuran, bentuk dari ulir dan
jumlahnya. Pekerjaan-pekerjaan khusus atau dalam jumlah kecil sering di kerjakan dengan
mesin bubut yang di lengkapi dengan ulir poros transportir. Pembuatan ulur dengan mesin
bubut ini dapat dilakukan pada ulir luar, ulir dalam, ulir standard dan ulir khusus dengan
beraneka ragam diameter, kisar dan bentuknya tanpa menggunakan pahat-pahat yang mahal.

Pahat ulir.

Pahar ulir adalah pahat-pahat bentuk yang harus sesuai dengan bentuk ulir yang diminta.
Pembuatan ulir segi tiga harus diperhatikan bahwa radius pada ujung kaki ulir berubah-ubah
menurut besar kisarnya, oleh karena itu ujung pahat harus di gerinda dengan radius yang sesuai.

Bidang muka pahat

Selain radius ujung pahat, pahat-pahat


ulir juga tidak memiliki sudut buang dan
pahat ulir hanya digerinda kembali pada
bidang mukanya saja.

Mengatur kedudukan pahat ulir.

Perlu diperhatikan bahwa ujung pahat ulir harus di atur


setinggi pusat benda kerja.
Selain itu posisi pahat juga harus tegak lurus terhadap
benda kerja, posisi tersebut dapat di atur dengan caliber
ulir baik pada ulir dalam maupun pada ulir luar.

Penyimpangan bentuk ulir adalah kesalahan yang sering terjadi apabila pahat ulir diatur tanpa
menggunakan caliber pengukur, akibatnya:
 Kerusakan bentuk ulir oleh gaya poros.
 Dalam waktu singkat ulir sudah tidak berguna lagi.
 Pengikatan tidak sempurnah.
Memeriksa kisar Ulir.

 Hidupkan mesin dan dekatkan pahat ulir hingga


menyetuh (menggores) benda kerja, setelah kira-kira 10
putaran matikan mesin.
 Ukur jarak antara beberapa putaran dari ulir (10 putaran)
dengan jangka sorong atau mistar baja.
 Bagilah jarak tersebut dengan jumlah putaran.
Jarak 22
Kisar = = = 2,2 𝑚𝑚
Jumlah putaran 10

Metode Pemotongan ulir.

1. Radial Infeed.
Metode ini adalah metode yang simple dan cepat. Pahat ulir dimajukan
tegak lurus terhadap sumbu benda kerja. Ke dua sisi potong memotong
secara bersamaan. Metode ini hanya boleh dilakukan jika:
 kisar ulirnya lebih kecil dari 16 TPI (Threads per Inch).
 pada material yang geramnya gampang putus.
 pada material yang sudah dikeraskan.
2. Flank Infeed (modified).
Metode ini dilakukan dengan cara memiringkan eretan atas. Perhatikan
sudut sisi potong pahat (1 – 3o) jangan sampai memotong profil ulir yang
telah di potong. Metode ini hanya bisa di lakukan jika:
 Kisar ulir lebih besar dari 16 TPI.
 Menggunakan metode radial pemotongannya terlalu besar,
seperti dalam pemotongan ulir trapezium dan ulir acme.
 Pada metode radial menimbulkan gaya potong yang besar.
3. Alternate Flank Infeed.
Metode ini cocok digunakan untuk kisar ulir yang sangat besar dan pada
material dengan geram yang tidak gampang putus. Pada mesin bubut-
mesin bubut tertentu, metode ini tidak dapat digunakan karena harus
menggeser eretan atas ke kiri dan ke kanan sambil pahat di majukan.
Gaya potong pada ke dua sisi potong berbeda, karena tebal pemotongan
berbeda.

Mengatur kisar ulir.


Membuat ulir pada mesin bubut, kita harus mengatur perbandingan putaran antara sumbu
utama (benda kerja) dengan putaran poros transportir (poros pembawa carriage) pada mesin
bubut sehingga dapat terbentuk kisar ulir yang diinginkan. Perbandingan ini merupakan
perbandingan antara kisar ulir benda kerja (LW) dengan kisar ulir poros transporter (LS).
Perbandingan ini dapat dilaukan melalui serangkaian roda gigi yang menghubungkan putaran
poros utama (benda kerja) dangan putaran poros transportir.
Prinsip kerja dari skema pembubutan ulir.
Motor akan memutar pulley poros utama yang ada di kepala tetap melalui sabuk, putaran
tersebut akan di teruskan ke roda gigi yang ada di sumbu utama. Selanjutnya putaran tersebut
diteruskan lagi ke roda gigi yang ada di poros transportir melaluli roda gigi perantara (roda gigi
pembantu), sehingga poros transportir berputar. Putaran poros transportir akan membawa
eretan dimana pahat bubut ulir terpasang. Gerakan pahat bubut ulir ini akan menyayat benda
kerja yang sedang berputar pada poros utama sehingga terbentuklah ulir sesuai dengan kisar
yang diinginkan, perhatikan tanda anak panah berwarna merah.

Menghitung rangkaian roda gigi pengganti (R) dalam pembuatan ulir di mesin bubut.
Soal 1:
Perhatikan gambar, kisar (pitch) ulir yang akan dibuat adalah 4
mm dan kisar ulir poros transporter (lead) adalah 4 mm. Hitung
rangkaian roda gigi (R) yang diperlukan.
𝐿𝑊 𝑍1 4 40
Rumus: 𝑅 = 𝐿𝑆
= 𝑍2 4
= 40
Keterangan:
Gambar soal 1 R = Rangkaian roda gigi pengubah.
LW = Kisar ulir benda kerja.
LS = Kisar ulir poros transportir.
Z1 = Jumlah gigi roda gigi pemutar.
Z2 = Jumlah gigi roda gigi yang diputar.
Soal 2: Perhatikan gambar, kisar (pitch) ulir benda kerja adalah 2,5 mm
dan kisar ulir poros transporter (lead) adalah 6 mm. Hitung
Z1
rangkaian roda gigi yang diperlukan.
Penyelasaian:
𝐿𝑊 𝑍1 2,5 25 25
Z2 = = = 𝑅=
𝐿𝑆 𝑍2 6 60 60
Gambar soal 2
Roda gigi penghubung yang biasa disediakan di mesin bubut adalah:
20; 22; 24; 25; 30; 35; 40; 45; 50; 55; 60; 65; 70; 75; 80; 85; 90; 95; 110; 110; 120; 127.
Jawaban soal di atas untuk roda gigi penghubung yang digunakan adalah:
Roda gigi pemutar Z1 = 25 gigi.
Roda gigi yang diputar Z2 = 60 gigi.
ditambah satu roda gigi perantara dari sembarang jumlah gigi. Roda gigi perantara tidak
mempengaruhi perhitungan, roda gigi perantara berfungsi sebagai pengubah arah putaran.
Soal 3:
1,25 Perhatikan gambar, hubungan roda gigi tersebut
dinamakan hubungan ganda. Hubungan tersebut
Z1
terjadi jika perbedaan antara LW dan LS terlalu
Z3 Z2 besar. Rada gigi yang pemutar dan roda gigi yang
diputar dapat diubah-ubah tetapi nilai
6
pembagiannya harus tetap sama. Pada contoh ini
Z4 diketahui bahwa pitch benda kerja 1,25 mm dan
lead poros transporter adalah 6 mm, sehingga
perbandingannya akan menjadi:
Gambar soal 3
𝐿𝑊 𝑍1 𝑍 1,25 𝐿𝑊 12,5 40
= . 𝑍3 = Perbandingan tersebut dapat kita uraikan menjadi = . 40
𝐿𝑆 𝑍2 4 6 𝐿𝑆 60

𝐿𝑊 25 40
= . 80 dimana: Z1 = 25 gigi Z2 = 60 gigi Z3 = 40 gigi Z4 = 80 gigi. Susunan roda
𝐿𝑆 60
giginya adalah; Z1 menggerakan Z2; Z2 dipasang satu poros dengan Z3; Z3 menggerakan Z4.
Soal 4: Pembuatan ulir standard Inggris (dengan satuan inch) pada mesin bubut dengan
ulir poros transportir satuan mm.
Untuk kondisi ulir seperti ini, kita harus mengubah satuan inch ke dalam satuan mm.

Contoh: Kisar ulir yang dibuat 1/8”.


Kisar ulir poros transportir 6 mm.
𝐿𝑊 𝑍 1/8" 25,4/8 25,4
= 𝑍1 = 6 = 6 = 6 . 8
𝐿 𝑆 2
127 .10 127 .25
= = dimana Z1 = 127 gigi, Z2 = 75 gigi, Z3
30 .80 75 . 80
= 25 gigi dan Z4 = 80 gigi, sedangkan susunan roda
giginya adalah Z1 menggerakan Z2; Z2 dipasang satu
Gambar soal 4 poros dengan Z3 dan Z3 menggerakan Z4. Pada gambar
menunjukan ada satu roda gigi perantara yang di pasang
diantara Z1 dan Z2, roda gigi ini tidak mempengaruhi
perhitungan. Rada gigi ini hanya berfungsi sebagai
pembalik putaran.

Menghitung ukuran ulir.


Untuk mempermudah dalam pelaksanaan pembuatan ulir di mesin bubut, maka ulir-ulir itu
harus di hitung terlebih dahulu ukurannya.
1. Ulir metric (sudut ulir 60o).
 Ukuran ulir luar (baut):
𝑃
𝑑 = 𝑀𝑛 − ℎ3 = 0,6134 . 𝑃 𝑑3 = 𝑑 − 2(0,6134 . 𝑃)
10
 Ukuran ulir dalam (mur):
𝐷1 = 𝑑 − 2(0,5413 . 𝑃) 𝐷𝑑 = 𝑀𝑛 − 𝑃 𝐻1 = 0,5413 . 𝑃
𝐷 = 𝑑 + 𝐻1

Keterangan:

d = Diameter nominal baut atau mur


Mn = Ulir ISO Metrik
P = Kisar (Pitch)
h3 = Kedalaman pahat ulir luar
d3 = Diameter terkecil ulir luar
D1 = Diameter terkecil ulir dalam
Dd = Diameter lubang tap
H1 = Kedalaman pahat ulir dalam
D = Diameter terbesar ulir dalam
 Contoh perhitungan dimensi ulir metric.
Hitung ukuran pasangan ulir metric (baut dan mur dengan sudut ulir 60o), untuk
ulir M8; kisar 1,25 mm.
 Ukuran baut.
1. Diameter nominal baut (d):
𝑃 1,25
𝑑 = 𝑀𝑛 − =8− = 7,875 𝑚𝑚
10 10
2. Kedalaman ulir/kedalaman pahat (h3):
ℎ3 = 0,6134 . 𝑃 = 0,6134 . 1,25 = 0,7668 𝑚𝑚
3. Diameter terkecil/diameter kaki (d3):
𝑑3 = 𝑑 − 2(0,6134 . 𝑃) = 7,875 − 2(0,6134 . 1,25) = 6,3415 𝑚𝑚
 Ukuran mur.
1. Diameter terkecil ulir dalam (D1):
𝐷1 = 𝑑 − 2(0,5413 . 𝑃) = 7,875 − 2(0,5413 . 1,25) = 6,52175 𝑚𝑚
2. Diameter lubang tap:
𝐷𝑑 = 𝑀𝑛 − 𝑃 = 8 − 1,25 = 6,75 𝑚𝑚
3. Tinggi ulir/kedalaman pahat:
𝐻1 = 0,5413 . 𝑃 = 0,5413 . 1,25 = 0,676625 𝑚𝑚
4. Diameter terbesar (D):
𝐷 = 𝑑 + 𝐻1 = 7,875 + (0,5413 . 1,25) = 8,552 𝑚𝑚
RIWAYAT PENULIS
Petrus Londa, SST., MT, lahir di Ende pada 23 November 1963.
Setelah tamat dari SD dan ST (sekolah kejuruan setingkat SMP),
pada tahun 1982 melanjutkan pendidikan STM di kota Kudus Jawa
Tengah dan tamat pada tahun 1985. Pada tahun 1986 mencoba
peraduan ke Propinsi ke 27 Indonesia Timor-Timur, yang kini
menjadi Negara Timorleste. Ketika di Timor-Timur, mengikuti
seleksi di Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ketika
itu untuk menjadi tenaga Instruktur di Politeknik Negeri Dili
angkatan pertama.
Setelah lulus dari seleksi, pada tahun 1987 bersama teman-teman
kami di kirim ke Bandung untuk mengikuti pendidikan D3 di
Politeknik Mekanik Swiss-ITB yang kini telah berubah nama
menjadi POLMAN dan lulus D3 pada 8 September 1990. Setelah
melakukan koordinasi untuk menjalankan program pendidikan di
Politeknik Dili, pada tahun 1991 saya langsung ditugaskan di Politeknik Dili. Sejak saat itulah saya
mulai mengajar di laboratorium proses pemesinan baik mesin CNC maupun mesin non-CNC. Setelah
Timor-Timur merdeka, mulai tahun 2000 saya di tugaskan mengajar di POLBAN, di tahun yang sama
saya memperoleh kesempatan untuk mengikuti pendidikan D4 di POLBAN dan lulus pada 15 Maret
2003. Tahun 2010 mengikuti pendidikan Magister Teknik Mesin di UNDIP Semarang dan lulus pada
11 Juni 2013.
Kini Lektor di Jurusan Teknik Mesin POLBAN, juga Ketua Laboratorium Proses Pemesinan ini, selain
mengajar di bidang proses pemesinan baik D3 maupun D4, juga mengajar di program D4 Jurusan
Teknik Perancangan dan Konstruksi Mesin pada mata kuliah Teknik Perancangan dan Ergonomi.
DAFTAR PUSTAKA
Cordless Catalog, series DeWALT, (diakses tanggal 27 September 2013).
Florida Institure of Technology, (2011), “Basic machine tool operation guide”, Florida Tech Machine
Shop.
Gedore catalog, “Pipe bending systems”, (diakses tanggal 06 Oktober 2013).
Hand Tool Institute, (1985), “Guide tohand tolls”, Tarrytown, New York 10591 All Rights Reserved.
Hitachi Power Tools Catalog, (2013), www.hitachi-powertools.com.au, (diakses tanggal 27 September
2013).
Hong Kong Polytechnic University Industrial Centre, (2012), “Marking out, measurement, fitting &
assembly”, Hong Kong.
Howard John M.D., Wels Len M.S., (2004), “A guide to selecting non-powered hand tools”,
Department of Industrial Relation, Columbia.
Hydraulic easy pull, series SKF, (diakses tanggal 30 September 2013).
Industrial Training Service – POLMAN, “Hand tools and power tools”, Politeknik manufaktur,
Bandung.
Marshall G.C., (1945), “Maintenance and care of hand tools”, War Department, Washington D.C.
Nicholson, “Files, saws and multi-purpose tools”, (diakses tanggal 14 Agustus 2013).
PT. Freeport Indonesia, “Hand tools and power tools”, Quality Managemen Services, Papua.
Richardson M.T, (1888), “Practical blacksmithing”, 1 nd, The Blacksmiht and Wheelwright, New York.
Rochim Taufiq (1993), “Teori & Teknologi PROSES PEMESINAN”, Higher Education Development
Support Project, Lab. Teknik Produksi Jurusan Teknik Mesin, FTI – ITB, Bandung.
Standards and Curriculum Division Training, (1994), “Hand tools” Navy Training Courses,
Washington, United States.
www.automationdirect.com/tools, “Ratchets, Screwdrivers & Torque Tools”, (diakses tanggal 24 Juli
2013).
www.blacksmithsuppli.com, “Modern tools for the modern blacksmith, (diakses tanggal 27 Juli 2013).
www.boschtools.com, “Taps and dies”, Bosch catalog, (diakses tanggal 14 September 2013).
www.brubakertool.com, “Taps and dies”, Brubaker tool catalog, (diakses tanggal 14 September 2013).
www.dobcoeqp.com, “Pullers catalog”, (diakses tanggal 27 September 2013).
www.egamaster.com, “Pliers”, (diakses tanggal 28 Juli 2013).
www.enerpac.com, “Hydraulic and mechanical pullers”, (diakses tanggal 30 September 2013).
www.freund-cie.com, “Sheet metal tools”, (diakses tanggal 28 Juli 2013).
www.gardnerbender.com, “Hand tools”, (diakses tanggal 24 Juli 2013).
www.groz-tools.com, “Pliers & wrenches catalog 2000”, (diakses tanggal 28 Juli 2013).
www.ikh.fi, “iKH puller”, (diakses tanggal 27 September 2013).
www.irwin.com, “Taps & Dies catalog”, (diakses tanggal 14 September 2013).
www.kleintools.com, “Klein tools”, Tool Catalog 156, (diakses tanggal 25 Juli 2013).
www.kribow.com, “Tools catalogue”, (diakses tanggal 16 Januari 2007).
www.masterpowertools.com, “Master power catalog”, (diakses tanggal 27 September 2013).
www.nitto-kohki.co.jp/e, “Nitto kohki’s power tools”, (diakses tanggal 27 September 2013).
www.qbcbearings.com, “Hydraulic pullers”, (diakses tanggal 30 september 2013).
www.ramset.com.au, “Ramset power tools catalog”, (diakses tanggal 27 September 2013).
www.ridgid.com, “Pipe & tube tools”, (diakses tanggal 06 Oktober 2013).
www.simondsinternational.com, “Red tang & precision-cut files”, (diakses tanggal 14 Agustus 2013).
www.sonic-equipment.com, (diakses tanggal 28 Juli 2013).
www.sptooll.com catalog 20091, “Specialty automotive hand tools”, (diakses tanggal 10 Juli 2013).
www.stanleyproto.com, “Puller selection guide”, (diakses tanggal 27 September 2013).
www.stanleytools.com, “Mechanics tools”, (diakses tanggal 24 Juli 2013).
www.sykes-pickavant.com, “Hydraulic thin jaw gear & bearing pullers”, (diakses tanggal 20 September
2013).
www.timken.com, “Mechanical pullers”, (diakses tanggal 20 September 2013).
http://machiningtool.blogspot.com/2014/09/macam-macam-jenis-ulir-types-of-thread.html
http://wfbaskoro2011.blogspot.com/2012/07/tipe-ulir-drat-npt-bspp-dan-bspt_05.html
Artikel Terkait:

 CARA MENGOPERASIKAN MESIN CNC MILLING


 CARA MENGHITUNG KAPASITAS AC
 MACAM-MACAM PEMBUBUTAN - TYPES OF LATHE METAL TURNING
 JENIS ULIR DAN TABEL - TYPES OF THREAD AND CHART
 Cutting Tools
 DASAR DASAR CNC
 Dasar dasar hidrolik
 IDENTIFIKASI JENIS PLASTIK
 Rumus Formula Pada Microsoft Excel
 Download

Anda mungkin juga menyukai