Materi Bubut Pemesinan 3 1
Materi Bubut Pemesinan 3 1
Tidak semua penulis hidup dari menulis, tetapi hidup adalah tulisan
yang diterbitkan hari demi hari, sehingga pada akhirnya hidup itu
akan menjadi lebih berarti
Petrus Londa, November, 19/11/2015
1. Teknologi pemotongan pada proses bubut.
1.1. Kecepatan Potong (vc).
Bilamana benda kerja yang berdiameter (d) berputar satu kali (satu putaran), maka panjang geram
(U) yang dipotong oleh pahat bubut adalah: U = π . d (perhatikan gambar 2.15). Jika diameter benda
kerja diketehui (d = 85 mm), maka panjang geram yang terpotong adalah: U = 85 mm x 3,14 = 267 mm
atau U = 0,267 m. Jika benda kerja berputar 100 kali dalam satu menit, maka panjang geram yang
terpotong adalah: U = 0,267 m x 100 = 26,7 meter per menit [m/menit].
Gambar 2.16. Kecepatan Potong. Gambar 2.15. Panjang “U” dalam satu putaran.
Kecepatan potong sama dengan panjang pemotongan (U) dalam m/menit. Kecepatan potong
dinotasikan dengan vc.... [m/menit], diameter benda kerja d .... [mm] dan jumlah putaran permenit dari
𝜋 .𝑑 .𝑛
benda kerja adalah (n), sehingga rumus vc adalah: 𝑣𝑐 = [m/menit] dan jumlah putaran (n)
1000
𝑣𝑐 .1000
adalah: 𝑛 = [putaran/menit], perhatikan gambar 2.16.
𝜋 .𝑑
𝒇 = √𝟖 . 𝒓 . 𝑹𝒕𝒉 dan
𝑓2
𝑅𝑡ℎ =
8 .𝑟
dimana:
POLBAN BOOKSTORE 1
f = Gerak pemakanan ......................... [mm/putaran]
r = Radius ujung pahat ....................... [mm]
Rth = Rz = Kekasaran permukaan teoritis....... [μm]
ap = Kedalaman pemotongan ............... [mm]
Tabel 2.3: Gerak pemakanan (f), radius ujung pahat (r) dan kekasaran permukaan (RZ).
dimana:
f = Gerak pemakanan ................................... [mm/putaran]
n = Putaran benda kerja ................................ [putaran/menit]
L = Panjang langkah pemotongan ................. [mm]
th = Waktu pemesinan ................................... [menit]
g = Gang (pada ulir ganda) ........................... [mm]
i = Jumlah pemotongan ................................ [......]
P = Pitch atau kisar ulir ................................ [mm]
h = Total kedalaman pemotongan ................ [mm]
ap = Kedalaman pemotongan setiap devisi .... [mm]
lsi = Starting idle (langkah awal) ................... [mm]
loi = Overrun idle travel (langkah akhir) ........ [mm]
Tabel 2.1: Penetapan variable pemotongan.
Bubut memanjang (Straight Cylindrical Turning)
Bubut silinder Bubut bertingkat
𝑑 𝑑 − 𝑑1 𝑑 − 𝑑1
𝐿= + 𝑙𝑠𝑖 𝐿= + 𝑙𝑠𝑖 𝐿= + 𝑙𝑠𝑖 + 𝑙𝑜𝑖
2 2 2
𝑑 𝑣𝑐 . 1000 𝑑 + 𝑑1 𝑣𝑐 . 1000
𝑑𝑚 = ; 𝑛= 𝑑𝑚 = ; 𝑛=
2 𝜋 . 𝑑𝑚 2 𝜋 . 𝑑𝑚
1. Sebuah benda kerja dari bahan St 42 dengan panjang 100 mm, akan di bubut pengasaran dengan
menggunakan pahat HSS dari diameter 60 mm menjadi diameter 30 mm sepanjang 50 mm.
Lihat tabel 2.1, diketahui pula bahwa vc 22 m/menit; gerak pemakanan (f = 1,0 mm/putaran);
kedalaman pemotongan (ap = 4f mm), panjang langkah awal (lsi = 1,5 mm). Tentukan jumlah
putaran (n) dan waktu pemesinan (th).
Penyelesaian:
𝑣𝑐 .1000 22 .1000
𝑛= ; 𝑛= = 233,42725 𝑅𝑝𝑚.
𝜋 .𝑑 𝜋 .30
𝑳 .𝒊 𝟓𝟏,𝟓 .𝟒
𝒕𝒉 = ; 𝒕𝒉 = = 0, 8825 𝑚𝑒𝑛𝑖t
𝒏 .𝒇 𝟐𝟑𝟑,𝟒𝟐𝟕𝟐𝟓 .𝟏
2. Poros dari bahan St 42 dengan panjang 60 mm, akan di bubut ulir M10 sepanjang 30 mm, lsi =
loi = 2 mm, vc = 6 m/menit, ap = 0,15 mm, tinggi ulir (h = 0,812 mm), kisar ulir (thread pitch
1,5 mm), jumlah ulir (g = 1). Tentukan L; n; i dan th.
Penyelesaian:
𝐿 = 𝑙 + 𝑙𝑠𝑖 + 𝑙𝑜𝑖 = 30 + 2 + 2 = 34 𝑚𝑚.
𝑣𝑐 .1000 6 . 1000
𝑛= ; 𝑛= = 191 𝑅𝑝𝑚.
𝜋 .𝑑 𝜋 .10
ℎ 0,812
𝑖= = = 5,413 ≈ 6 𝑘𝑎𝑙𝑖.
𝑎𝑝 0,15
𝐿 .𝑖 .𝑔 34 .6 .1
𝑡ℎ = ; 𝑡ℎ = = 0,712 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑛 .𝑝 191.1,5
Tabel: 2.2: Nilai untuk sudut potong, vc, f dan kedalaman pemotongan (a).
Pengasaran Finishing
Kedalaman Kedalaman
Material Pahat Sudut potong pemotongan pemotongan Pendinginan
αo βo γo vc f ap vc f ap Kasar Halus
Baja W 8 62 20 14 0,5 4 20 0,2 1 E E or, P
.......50 HSS 22 1 10 30 0,5 1
kg/mm2 H 67 18 150 2,5 15 250 0,25 1,5
5
50-70 W 8 68 14 10 0,5 4 15 0,2 1 E E or, P
kg/mm2 HSS 20 1 10 24 0,5 1
H 75 10 120 2,5 15 200 0,25 1,5
5
70-85 W 8 68 14 8 0,5 4 12 0,2 1 E E or, P
kg/mm2 HSS 15 1 10 20 0,5 1
H 75 10 80 2 15 140 0,2 1,5
5
Baja W 8 76 6 6 0,5 3 8 0,2 1 E E or, P
Perkakas HSS 12 1 8 16 0,5 1
H 79 6 30 0,6 5 50 0,15 1
5
Keterangan
W = Tool steel H = Cemented carbide R = Rape seed oil dr = dry
HSS = High Speed Steel E = Diluted soluble oil P = Kerosene
Untuk memotong ulir, vc digunakan setengan dari vc pada pembubutan memanjang
2. Pahat Bubut.
Proses pembentukan geram dengan cara pemesinan berlangsung dengan cara mempertemukan
dua jenis material. Untuk menjamin kelangsungan proses ini maka jelas diperlukan material pahat yang
lebih unggul dari pada material benda kerja. Keunggulan tersebut dapat dicapai karena pahat dibuat
dengan memperhatikan berbagai segi yaitu:
Kekerasan; yang cukup tinggi melebihi kekerasan benda kerja, tidak saja pada temparatur ruang
melainkan juga pada temparatur tinggi pada saat proses pembentukan geram berlangsung.
Keuletan; yang cukup besar untuk menahan beban kejut yang terjadi sewaktu pemesinan
terutama sewaktu memotong benda kerja yang mengandung partikel/bagian yang keras (hard
spot).
Ketahanan beban kejut termal; diperlukan bila terjadi perubahan temparatur yang cukup besar
secara berkala/periodik.
Sifat adhesi yang rendah; untuk mengurangi afinitasi geram terhadap pahat, mengurangi laju
keausan, serta penurunan gaya pemotongan.
Daya larut elemen/komponen material pahat yang rendah; dibutuhkan demi untuk
memperkecil laju keausan akibat mekanisme difusi.
Pada mulanya material pahat digunakan dari baja karbon tinggi dengan kecepatan potong 10
m/menit. Berkat kemajuan teknologi, kecepatan potong ini dapat dinaikan hingga mencapai sekitar 700
m/menit yaitu dengan menggunakan bahan CBN (Cubic Boron Nitride). Material pahat tersebut mulai
dari yang paling lunak tetapi ulet, sampai dengan yang paling keras tetapi getas, yaitu:
1. Baja karbon, terdiri dari: High Carbon Steels; Carbon Tool Steels (CTS). Kecepatan potongnya
10 m/menit.
2. HSS (High Speed Steels; Tool Steels). Kecepatan potongnya 30 m/menit.
3. Paduan cor Non-ferro (Cast Nonferrous Alloys; Cast Carbides).
4. Karbida (Cemented Carbides; Hardmetals).
5. Keramik (Ceramics).
6. CBN (Cubic Boron Nitrides).
7. Intan (Sintered Diamonds dan Natural Diamonds).
1. Baja karbon.
Baja dengan kandungan karbon yang relative tinggi (0.7% - 1.4% C) dengan prosentase unsur
lain yang rendah (2% Mn, W, Cr) mampu mempunyai kekerasan permukaan yang cukup tinggi.
Material pahat ini hanya digunakan untuk memotong logam yang lunak dengan kecepatan potong yang
redah (10 m/menit) ataupun kayu. Kadang digunakan juga untuk membuat snei dan tap.
2. HSS.
Pada tahun 1898 ditemukan jenis baja paduan tinggi dengan unsur selain Fe dan Carbon, unsur
paduan tersebut adalah Tungsten/Wolfram (W), Chromium (Cr), Vanadium (V), Molybdenum (Mo) dan
Cobalt (Co). Pengaruh unsur paduan ini meningkatkan kecepatan potong sampai dengan 30 m/menit
jika dibandingkan dengan baja karbon tinggi. Karena kecepatan potongnya yang melebihi baja karbon
tinggi maka dinamakan HSS (High Speed Steel).
HSS dikategorikan sebagai HSS konvensional dan HSS spesial, masing-masing dengan beberapa
jenisnya seperti yang diperlihatkan pada tabel 2.4 berikut.
Tabel 2.4: Contoh klasifikasi pahat HSS menurut komposisinya.
Convensional HSS
- Molybdenum HSS M1; M2; M10
- Tungsten HSS T1; T2
Special HSS
- Cobalt Added HSS M33; M36; T4; T5; T6
- High Vanadium HSS M3-1; M3-2; M4; T15
- High Hardness Co HSS M41; M42; M43; M44; M45; M46
- Cast HSS
- Powdered HSS
- Coated HSS
Sifat-sifat paduan cor nonferro adalah diantara HSS dan Karbida dan digunakan dalam hal khusus
diantara pilihan dimana karbida terlalu rapuh dan HSS yang kurang tahan panas dan cepat tumpul.
Paduan non ferro terdiri atas 4 elemen yang terdiri dari Cobalt (Co), Cr (10% - 35% berat), W (10% -
25% berat), C (1% - 3%). Unsur Cobalt sangat bagus pada proses pemesinan kasar dengan beban kejut
sedangkan Wolfram yang tinggi menjadi sangat keras dan sesuai untuk pemesinan tanpa beban kejut
dengan kecepatan pembuangan geram yang tinggi.
4. Karbida.
Jenis karbida yang disemen (Cemented Carbides) ditemukan pada tahun 1923 (KRUPP WIDIA)
merupakan bahan pahat yang dibuat dengan cara sintering serbuk karbida (Nitrida, Oksida) dengan
bahan pengikat yang umumnya dari Cobalt (Co). Dengan cara Carburizing masing-masing bahan dasar
(serbuk) Tungsten/Wolfram (W), Titanium (Ti), Tantalum (Ta) dibuat menjadi karbida yang kemudian
digiling dan disaring. Campuran serbuk karbida tersebut kemudian dicampur dengan bahan pengikat
(Co) dan dicetak tekan dengan memakai bahan pelumas (lilin). Setelah itu dilakukan presintering
(1000oC) untuk menguapkan bahan pelumas, kemudian sintering (1600oC) sehingga berbentuk keping
(sisipan) sebagai hasil proses cetak tekan. Semakin besar persentase pengikat Co maka kekerasannya
menurun dan sebaliknya keuletannya membaik. Berat jenisnya (density, sekitar 2 kali baja). Ada tiga
jenis utama pahat karbida sisipan, yaitu:
1. Karbida tungsten (WC + Co) yang merupakan jenis pahat karbida untuk memotong besi tuang
(cast iron cutting grade).
2. Karbida tungsten paduan (WC - TiC + Co; WC - TaC - TiC + Co; WC - TaC + Co; WC - TiC -
TiN + Co; TiC + Ni; Mo) merupakan jenis pahat karbida untuk memotong baja (steel cutting
grade).
3. Karbida lapis (Coated Cemented Carbides); merupakan jenis karbida tungsten yang dilapis (satu
atau beberapa lapis) karbida, nitride, atau oksida lain yang lebih rapuh tetapi hot hardeness-nya
tinggi. Karbida lapis pertama kali diperkenalkan oleh KRUPP WIDIA (1968). Umumnya sebagai
material dasar adalah karbida tungsten (WC + Co) yang dilapis dengan bahan keramik (Karbida,
Nitrida dan Oksida yang keras, tahan temparatur tinggi serta no-adhesif). Lapisan setebal 1 s/d 8
mikron ini diperoleh dengan cara PVD atau CVD. Lapisan CVD (Chemical Vapour Deposition)
menghasilkan ikatan yang lebih kuat dari pada PVD (Physical Vapour Deposition).
5. Keramik.
Keramik dapat dibedakan menjadi dua jenis utama yaitu keramik tradisional dan keramik
industri. Keramik tradisional merupakan peralatan pecah belah, peralatan rumah tangga. Keramik
industri digunakan untuk komponen peralatan mesin perkakas termasuk perkakas potong/pahat. Karena
kegunaannya yang sangat luas keramik dari bahan alamiah digantikan dengan keramik dari hasil
industri (beberapa keramik yang tidak terdapat di alam) karena diproses dengan teknologi maju dan
terkontrol (Advance Ceramics, High-Technology Ceramics, Fine Ceramics). Beberapa contoh jenis
keramik adalah sebagai berikut:
1. Keramik tradisional (Clay Based Ceramics); dapat dibuat sebagai barang keperluan sehari-hari.
2. Gelas; dapat digunakan sebagai bahan pengikat serbuk abrasve bagi batu gerinda (vitrified
bonded abrasive wheels).
3. Bahan tahan api (Refractories); keramik tahan api dapat digunakan sebagai bata pelindung
tanur/tungku.
4. Keramik Oksida (Oxida Ceramics); dapat digunakan sebagai pahat potong dan juga sebagai
isolator, besi, lempengan untuk mikro elektronik dan kapasitor.
5. Keramik oksida paduan.
6. Karbida, Nitrida, Borida dan Silika; Ba4C digunakan sebagai serbuk batu gerinda, CBN (Cubic
Boron Nitride) digunakan sebagai serbuk batu gerinda atau pahat potong.
7. Karbon; apabila ditambahkan dengan zat pengikat resin maka serbuk karbon ini dapat dipakai
sebagai elektroda dalam proses EDM.
CBN termasuk jenis keramik yang dibuat dengan penekanan panas (60 kbar, 1500 oC) sehingga
serbuk graphit putih Nitride Boron dengan struktur atom heksagonal berubah menjadi struktur kubik.
Pahat sisipan CBN digunakan untuk proses pemesinan berbagai jenis baja dalam keadaan dikeraskan,
besi tuang, HSS maupun karbida semen. Tahan terhadap perubahan reaksi kimia dan tahan terhadap
temparatur pemotongan sampai dengan 1300 oC dengan kecepatan potong yang sangat tinggi.
Pemakaian masih terbatas pada pemesinan untuk mencapai ketelitian dimensi dan kehalusan permukaan
yang sangat tinggi.
7. Intan.
Merupakan hasil proses sintering serbuk intan tiruan dengan bahan pengikat Co (5% - 10%).
Intan tidak tahan pada temparatur tinggi dan gampang terdefusi dengan atom besi, maka pahat intan
tidak dapat digunakan untuk memotong bahan yang mengandung besi (ferros). Pahat intan cocok bagi
“Ultra high precision dan mirror finish cutting” bagi benda kerja non-ferro (Al Alloys, Cu Alloys,
Plastcs, Rubber).
a. Mata pahat. Pahat jenis HSS ini di bedakan lagi menurut cara pemasangan mata pahatnya,
seperti yang diperlihatkan dalam gambar 2.19.
Material pahat dari baja perkakas (HSS) telah di standardkan menurut ISO 4957
HC – K 20
Keterangan:
HC = Komponen dalam material pahat, seperti ukuran butiran dan kandungannya.
Dalam contoh ini adalah Hard metal with titanium Carbonitride.
K = Cutting main group. Pada tanda ini, jenis material benda kerjanya dibedakan
berdasarkan warna, yaitu:
Tanda dan jenis benda kerja Warna
P (Steel) Biru (blue)
M (Stainless steel) Kuning (yellow)
K (Cast iron) Merah (red)
N (Non-Ferrous metals and other non-Ferrous materials) Hijau (green)
S (Special alloys and titanium) Coklat (brown)
H (Hard materials) Abu-abu (gray)
20 = Application group. Pada contoh ini adalah K 20, berarti jenis pahat ini dapat
memotong benda kerja dari bahan cast iron.
Keterangan:
Pada contoh ini (HC – K 20), artinya: pahat dari material Hard metal with tinanium
Carbonitride. dapat memotong benda kerja dari besi cor (cast iron) dan pahat diberi tanda
warna merah.
a. Mata potong pahat (inserts tools).
KETIRUSAN DAN PENDAKIAN.
1. Ketirusan:
Istilah ketirusan digunakan untuk batang yang berbentuk silindris yang kedua ujungnya
berbeda diameter, tetapi penurunan atau pembesaran diameternya beraturan.
D d 50 45
b) Inclination : l sehingga Inclination = : 50 = 1:20
2 2
Inclination 1:2X = 1:2 x 10 = 1:20.
D d 50 45
c) Sudut penyetelan tg /2 = = = 0,05 = 5o44'
2L 2 .50
Penggunaan ketirusan:
Ketirusan sering kita jumpai pada suaian sesak atau suatu ikatan:
- sarung perantara (sleeve).
- tangkai mata bor atau pisau freis jari.
- kopling.
- pasak pena, dll.
Macam ketirusan menurut normalisasi:
- Tirus Morse.
- Tirus metrik.
- Jarno.
- Taper per inch/foot.
- Brown and Sharpe.
- Jacobs.
Tirus menurut normalisasi Morse.
MK 0; MK 1; MK 2; MK 3; MK 4; MK 5; MK 6.
Tirus Metrik.
Ditentukan untuk melengkapi variasi jenis ketirusan Morse yang digunakan pada
mesin-mesin industri.
Taper per inch/foot, Jarno, Brown and Sharpe dan Jacobs, semua jenis ketirusan ini
menggunakan satuan inch atau kaki.
Istilah pendakian digunakan untuk kemiringan bidang datar yang beraturan. Jadi pendakian
tidak digunakan untuk benda-benda yang silindris.
Simbol pendakian:
Bilamana perlu untuk menunjukan arah pendakian, maka dapat dibuat sebagai berikut.
Penggunaan Pendakian:
- Pada pasak memanjang 1 :100
- Perbedaan tinggi sebuah benda yang bukan silindris
MEMBUBUT BENTUK TIRUS.
Pengaturan eretan atas juga dapat dilakukan dengan bantuan batang pemeriksa turus dan dial
indikator. Batang tirus dipasang diantara dua senter sedangkan dial indikator diklem pada
eretan atas. Peraba dial disentuhkan pada batang tirus kemudian dial digerakan disepanjang
batang tirus. Pengaturan yang benar adalah jika dial indikatornya tidak menunjukan perubahan.
Perhatikan gembar 2.26.
Gambar 2.28. Pembubutan tirus pada lubang
Pembubutan tirus dengan menggeser kepala lepas, cocok untuk ketirusan yang panjang dan
ramping. Benda kerja dipasang diantara dua senter dan pembubutan dapat dilakukan secara
otomatis atau manual. Penggeseran kepala lepas tidak boleh melebihi 1/50 dari panjang
benda kerja. Perhatikan gambar 2.29.
1). Diketahui panjang ketirusan (l) sama dengan panajang benda kerja (L). Hitung jarak
pergeseran kepala lepas (V) jika diketahui D = 60 mm; d = 56 mm.
Sebelum melakukan pembubutan lebih lanjut benda kerja harus terlebih dahulu di bubut
muka (faching) dan di buatkan lubang center untuk memasang ujung center baik center putar
maupun center tetap. Pembuatan lubang center dapat mengikuti ukuran-ukuran yang telah di
standardkan menurut DIN 332, seperti yang di tunjukan dalam gambar dan tabel berikut ini.
Follower rest (kaca mata jalan) digunakan untuk menahan benda kerja yang kecil dan
panjang pada proses pembubutan memanjang, seperti pada pembubutan poros dan pembubutan
ulir. Alat ini terdiri dari satu atau dua rahang (jaw), rahang berfungsi menahan lenturan akibat
gaya potong yang di hasilkan oleh pahat bubut. Pada ujung rahang biasanya diberi roda agar
ketika benda kerja berputar roda tersebut ikut berputar untuk menghindari gesekan yang
berlebihan maka harus selalu diberi pelumas. Alat ini diberi nama follower rest karena alat ini
di pasang pada carriage dan di kuatkan dengan baut dan mur sehingga pada saat pembubutan
berlangsung alat ini ikut bergerak bersama pahat bubut.
Steady rest (kaca mata tetap) digunakan untuk menyangga benda kerja yang panjang
seperti pada pembubutan poros di antara dua center atau pada proses pembubutan lubang. Alat
ini juga dapat digunakan pada proses pembubutan ulir dalam dimana penjepitan benda kerja
cukup jauh menjorok keluar dari chuck. Alat ini dinamakan kacamata tetap karena alat ini
dipasang pada meja mesin bubut (lathe bed) dan di kuatkan oleh baut dan mur sehingga pada
saat pembubutan alat ini tidak ikut bergerak bersama pahat bubut. Alat ini terdiri dari tiga
rahang dan ada yang pada ujung rahangnya di beri roda sehingga ketika benda kerja berputar
roda pada rahang ikut berputar dan harus selalu diberi pelumas.
Headstock
Cutaway vieu End vieu Collet adalah alat yang digunakan untuk
menjepit benda kerja, baik benda kerja berbentuk
bulat, persegi dan hexagonal. Collet digunakan untuk
menjepit benda kerja pada pekerjaan yang
memerlukan ketelitian tinggi, bentuk collet yang
Square Hexagonal Round digunakan harus sesuai dengan bentuk benda kerja
collet collet collet yang akan di jepit dan permukaan benda kerja harus
baik.
Ulir:
Hal umum tentang ulir.
Ulir atau dengan kata lain drat (thread) adalah penampang miring (helical) yang
seragam yang meliliti sepanjang sebuah silinder. Sudut kemiringan lilitan di
𝐾𝑖𝑠𝑎𝑟 (𝐾)
namakan sudut kisar dan dinyatakan dengan:tan 𝛼 = 𝐾𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 (𝜋.𝑑)
Ulir yang berbentuk spiral tersebut dapat diputar searah jarum jam maupun berlawanan arah
jarum jam. Arah kemiringan spiral pada baut itu sendiri ada dua yaitu miring ke kiri (ulir kiri)
dan miring ke kanan (ulir kanan). Berdasarkan kesepakatan umum, arah tersebut dapat
ditentukan dengan aturan tangan kanan seperti pada gambar 3.
MENGENAL ULIR
Ulir pada baut, dengan struktur spiralnya, berfungsi untuk mengencangkan benda dengan
mengubah gerakan rotary menjadi linear. Jika dilihat dari pasangannya ulir dapat dibedakan
dengan sebutan Male Thread (ulir luar) dan Female Thread (ulir dalam). Penggunaan ulir
banyak sekali ditemui dalam kehidupan sehari-hari, ulir berfungsi sebagai pengikat, selain itu
ulir juga berfungsi sebagai penggerak suatu benda. sebelum kita mengenal berbagai macam
jenis ulir ada baiknya kita mengenali dulu bagian -bagian ulir.
Ada dua system yang digunakan dalam penentuan standard ulir, yaitu International Standartds
Organisation (ISO) dan British Standards (BS). Untuk standard ISO di tetapkan ISO metric
screw threads dan ISO inch screw threads, ke duanya menggunakan bentuk profil dasar ulir
yang sama. Sedangkan untuk British Standards (BS) di tetapkan British Standards Whitworth
threads dan Brithis Standrds Fine threads obsolete. Ulir-ulir dengan standard British biasa
juga di sebut ulir Imperial atau Imperial Threads. British Standards menetapkan standard ISO
dalam BS 3643.
Ulir ISO metric terdiri dari ulir ISO metric normal (coarse) dan ulir ISO metric halus (fine), ke
dua ulir ini bentuk profil pokoknya sama, yaitu segi tiga dengan sudut 60 o serta diameter
nominalnya sama baik pada ulir luar maupun ulir dalam, sedangkan untuk kisar, tinggi ulir,
diameter terkecil dan diameter tengah ulir berlainan. Ketentuan ISO untuk semua ulir metric
penulisannya dinormalisasikan dengan huruf besar “M” yang di ikuti dengan harga diameter
nominal ulir yang di pilih, seperti M12, sedangkan untuk ulir halus penulisannya disertai
dengan tanda “X” dan nilai kisarnya, seperti M12 X 1,25. Jadi ke dua jenis ulir tersebut
memiliki penulisan yang berbeda, yaitu:
Ulir ISO inch di bagi menjadi tiga tingkat kisar pada diameter nominal yang sama:
Untuk tingkat kisar normal (coarse) : ¼” – 20 U.N.C (Unified National Coarse)
Untuk tingkat kisar halus (fine) : ¼” – 28 U.N.F (Unified National Fine)
Untuk tingkat kisar khusus (extra fine) : ¼” – 32 U.N.E.F Unified National Extra Fine)
M12:
M = ISO metric normal (coarse)
12 = Diameter nominal 12 mm
M12 x 1,25
M = ISO metric halus (fine)
12 = Diameter nominal 12 mm
x = Kode kekhususan
1,25 = Kisar ulir 1,25 mm
M16 x Ph3 P1,5-RH
M = ISO metric
16 = Diameter nominal dalam mm
x = Kode ke khususan
Ph3 = Kisar (lead) 3 mm
P1,5 = Jarak tiap gang 1, 5 mm
3/1,5 = 2 (Ulir ganda)
RH = Right Hand (untuk ulir kanan, kode RH boleh di tulis, boleh juga tidak di tulis)
M14 Ph6 P2-LH
M = ISO metric
14 = Diameter nominal 14 mm
Ph6 = Kisar (lead) 6 mm
P2 = Jarak tiap gang 2 mm
LH = Left Hand (ulir kiri)
6/2 = 3 lilitan ulir (ulir majemuk)
¼” – 20 U.N.C:
¼” = Diameter nominal dalam satuan inch.
20 = Banyaknya gang tiap satu inch.
U.N.C = Unified National Coarse
Tr 40 x 8:
Tr = Ulir Trapesium
48 = Diameter nominal dalam mm
x = Kode ke khususan
8 = Kisar 8 mm
Tr 48 x 16 P8:
Tr = Ulir Trapesium
48 = Diameter nominal dalam mm
x = Kode ke khususan
16 = Kisar 16 mm
P8 = Jarak tiap gang 8 mm
16/8 = 2 lilitan ulir ( ulir ganda)
1. Ulir segitiga.
Jenis ulir ini banyak sekali kita temui, karena penggunaannya yang sangat luas baik ulir normal
(coarse) maupun ulir halus (fine).
Salah satu tantangan desain ini adalah jika kita menghubungkan stainless steel dengan stainless
steel maka jika terlalu kencang atau karena lubrikasi yang buruk akan dapat merusak ulirnya.
Thread Sealant diperlukan untuk meng-seal tapi cukup hanya 2 garis ulir yang dibutuhkan.
Lebih dari itu maka sealant akan lari kemana-mana.
Selain itu ada varian lain yaitu NPTF (National Pipe Taper Fuel), yang didesain bebas bocor
tanpa harus menggunakan sealant maupun teflon tape.
BSP Connections
Ada 2 tipe ulir BSP yaitu tipe Paralel dan tipe Taper (meruncing):
Ulir Taper, atau BSPT (British Standard Pipe Thread) memiliki diameter yang tidak konstan
(melebar/mengecil) sepanjang batang ulirnya. Dinotasikan dengan huruf R.
Sekilas BSPT sama dengan NPT kecuali sudut ulirnya (antara crest dan root) adalah 55 0
(sementara sudut NPT adalah 600). Dengan demikian, NPT male dapat masuk ke BSPT fitting
tapi tidak akan mengunci (longgar). BSPT fitting ini populer di China dan Jepang tapi jarang
digunakan di Amerika. Seperti NPT, Thread Sealant diperlukan untuk mengunci male dan
female bersamaan.
contohnya R ⅜" yaitu ulir standar pipa untuk diameter pipa ⅜"
BSPP adalah tipe ulir yang paling sering digunakan. Tipe ini adalah fitting ulir paralel, yang
mempunyai diameter konstan, dan menggunakan seal ring untuk menguncinya (Sealing).
Bonded ring seal dipasang antara punggung male fitting dan muka female fitting dan menjepit.
BSPP pressure gauge mempunyai longer male thread dan menggunkan ring untuk menekan
dasar male fitting dan dasar lubang female BSPP sehingga membuat pressure tight seal. Tidak
perlu Thread Sealant untuk membuat seal pada BSPP.
3. Ulir Segiempat/Square Thread
Merupakan ulir dengan bentuk profil segi empat, biasanya digunakan untuk beban berat
misalnya pada pembuka pintu air bendungan dan ulir pada ragum. ulir segiempat
disimbolkan dengan huruf "Sq" dan berdimensi inchi contohnya Sq ⅜" x 8 TPI yaitu
ulir segiempat dengan diameter ⅜" dan jumlah ulir tiap inchi adalah 8.
Merupakan ulir berbentuk segitiga tetapi bukan segitiga sama kaki melainkan berbentuk seperti
tanduk. biasa digunakan sebagai pengunci tarikan seperti pengunci collet dan pada tutup pasta
gigi.
Ulir-ulir itu dapar dibuat di mesin bubut dengan berbagai cara. Pemilihan cara atau metode
tergantung pada ketelitian yang di minta, bahan benda kerja, ukuran, bentuk dari ulir dan
jumlahnya. Pekerjaan-pekerjaan khusus atau dalam jumlah kecil sering di kerjakan dengan
mesin bubut yang di lengkapi dengan ulir poros transportir. Pembuatan ulur dengan mesin
bubut ini dapat dilakukan pada ulir luar, ulir dalam, ulir standard dan ulir khusus dengan
beraneka ragam diameter, kisar dan bentuknya tanpa menggunakan pahat-pahat yang mahal.
Pahat ulir.
Pahar ulir adalah pahat-pahat bentuk yang harus sesuai dengan bentuk ulir yang diminta.
Pembuatan ulir segi tiga harus diperhatikan bahwa radius pada ujung kaki ulir berubah-ubah
menurut besar kisarnya, oleh karena itu ujung pahat harus di gerinda dengan radius yang sesuai.
Penyimpangan bentuk ulir adalah kesalahan yang sering terjadi apabila pahat ulir diatur tanpa
menggunakan caliber pengukur, akibatnya:
Kerusakan bentuk ulir oleh gaya poros.
Dalam waktu singkat ulir sudah tidak berguna lagi.
Pengikatan tidak sempurnah.
Memeriksa kisar Ulir.
1. Radial Infeed.
Metode ini adalah metode yang simple dan cepat. Pahat ulir dimajukan
tegak lurus terhadap sumbu benda kerja. Ke dua sisi potong memotong
secara bersamaan. Metode ini hanya boleh dilakukan jika:
kisar ulirnya lebih kecil dari 16 TPI (Threads per Inch).
pada material yang geramnya gampang putus.
pada material yang sudah dikeraskan.
2. Flank Infeed (modified).
Metode ini dilakukan dengan cara memiringkan eretan atas. Perhatikan
sudut sisi potong pahat (1 – 3o) jangan sampai memotong profil ulir yang
telah di potong. Metode ini hanya bisa di lakukan jika:
Kisar ulir lebih besar dari 16 TPI.
Menggunakan metode radial pemotongannya terlalu besar,
seperti dalam pemotongan ulir trapezium dan ulir acme.
Pada metode radial menimbulkan gaya potong yang besar.
3. Alternate Flank Infeed.
Metode ini cocok digunakan untuk kisar ulir yang sangat besar dan pada
material dengan geram yang tidak gampang putus. Pada mesin bubut-
mesin bubut tertentu, metode ini tidak dapat digunakan karena harus
menggeser eretan atas ke kiri dan ke kanan sambil pahat di majukan.
Gaya potong pada ke dua sisi potong berbeda, karena tebal pemotongan
berbeda.
Menghitung rangkaian roda gigi pengganti (R) dalam pembuatan ulir di mesin bubut.
Soal 1:
Perhatikan gambar, kisar (pitch) ulir yang akan dibuat adalah 4
mm dan kisar ulir poros transporter (lead) adalah 4 mm. Hitung
rangkaian roda gigi (R) yang diperlukan.
𝐿𝑊 𝑍1 4 40
Rumus: 𝑅 = 𝐿𝑆
= 𝑍2 4
= 40
Keterangan:
Gambar soal 1 R = Rangkaian roda gigi pengubah.
LW = Kisar ulir benda kerja.
LS = Kisar ulir poros transportir.
Z1 = Jumlah gigi roda gigi pemutar.
Z2 = Jumlah gigi roda gigi yang diputar.
Soal 2: Perhatikan gambar, kisar (pitch) ulir benda kerja adalah 2,5 mm
dan kisar ulir poros transporter (lead) adalah 6 mm. Hitung
Z1
rangkaian roda gigi yang diperlukan.
Penyelasaian:
𝐿𝑊 𝑍1 2,5 25 25
Z2 = = = 𝑅=
𝐿𝑆 𝑍2 6 60 60
Gambar soal 2
Roda gigi penghubung yang biasa disediakan di mesin bubut adalah:
20; 22; 24; 25; 30; 35; 40; 45; 50; 55; 60; 65; 70; 75; 80; 85; 90; 95; 110; 110; 120; 127.
Jawaban soal di atas untuk roda gigi penghubung yang digunakan adalah:
Roda gigi pemutar Z1 = 25 gigi.
Roda gigi yang diputar Z2 = 60 gigi.
ditambah satu roda gigi perantara dari sembarang jumlah gigi. Roda gigi perantara tidak
mempengaruhi perhitungan, roda gigi perantara berfungsi sebagai pengubah arah putaran.
Soal 3:
1,25 Perhatikan gambar, hubungan roda gigi tersebut
dinamakan hubungan ganda. Hubungan tersebut
Z1
terjadi jika perbedaan antara LW dan LS terlalu
Z3 Z2 besar. Rada gigi yang pemutar dan roda gigi yang
diputar dapat diubah-ubah tetapi nilai
6
pembagiannya harus tetap sama. Pada contoh ini
Z4 diketahui bahwa pitch benda kerja 1,25 mm dan
lead poros transporter adalah 6 mm, sehingga
perbandingannya akan menjadi:
Gambar soal 3
𝐿𝑊 𝑍1 𝑍 1,25 𝐿𝑊 12,5 40
= . 𝑍3 = Perbandingan tersebut dapat kita uraikan menjadi = . 40
𝐿𝑆 𝑍2 4 6 𝐿𝑆 60
𝐿𝑊 25 40
= . 80 dimana: Z1 = 25 gigi Z2 = 60 gigi Z3 = 40 gigi Z4 = 80 gigi. Susunan roda
𝐿𝑆 60
giginya adalah; Z1 menggerakan Z2; Z2 dipasang satu poros dengan Z3; Z3 menggerakan Z4.
Soal 4: Pembuatan ulir standard Inggris (dengan satuan inch) pada mesin bubut dengan
ulir poros transportir satuan mm.
Untuk kondisi ulir seperti ini, kita harus mengubah satuan inch ke dalam satuan mm.
Keterangan: