Anda di halaman 1dari 117

ISSN 1978-869X

MAJALAH / JURNAL

GENERASI KAMPUS
VOLUME 6, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013

DITERBITKAN OLEH :
PEMBANTU REKTOR BIDANG KEMAHASISWAAN,
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, TAHUN 2013
MAJALAH/JURNAL ISSN 1978-869X

GENERASI KAMPUS
(CAMPUS GENERATION)
VOLUME 6, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013 APRIL 2011
Terbit Dua kali setahun pada bulan April dan September. Berisi ringkasan
hasil penelitian, gagasan kopseptual, kajian teori, aplikasi teori yang
dimuat dalam Majalah/jurnal Generasi Kampus .
Pelindung : Rektor Unimed (Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si.)
Pengarah : *Pembantu Rektor 1 Unimed (Prof. Dr.Khairil Ansari,
M.Pd). *Pembantu Rektor 2 Unimed (Drs. Chairul Azmi,
M.Pd). *Pembantu Rektor IV Unimed (Prof. Dr. Berlin
Sibarani, M.Pd)
Penanggung jawab : Pembantu Rektor III Unimed
(Prof. Dr. Biner ambarita, M.Pd.)
Ketua Penyunting : Pardomuan N. J. M. Sinambela, S.Pd M.Pd
Sekretaris Penyunting : Tappil Rambe, S.Pd, M.Si
Penyunting Pelaksana : *Prof. Dr. Biner Ambarita, M.Pd *Prof. Dr.
Bornok Sinaga, M.Pd *Drs. Wanapri Pangaribuan, M.T., M.M. *Lamhot
Basani Sihombing, S.Pd, M.Pd. *Dr. Paningkat Siburian, M.Pd *Dr.
Sukarman Purba *Syamsul Gutom SKM, M.Kes. * PD 3 FIP, *PD 3 FBS, *PD 3
FT, *PD 3, *PD 3 FIS *PD 3 FIK, dan *PD 3 FE
Penyunting Ahli : Penyunting menerima
Prof. Selamat Triono, M.Sc, PhD (Universitas Negeri Medan)
Prof. Dr. Hamka (Universitas Negeri Padang) sumbangan tulisan
Dr. Herminarta Sofyan (Universitas Negeri Yogyakarta)
Prof. Yusuf Sudo Hadi (Institut Pertanian Bogor) yang belum pernalh
Eddy Nur Ilyas, S.H, M.Hum (Universitas Syah Kuala
diterbitkan dalam
Darussalam B. Aceh)
Ir. H.RB. Ainurrasyid, NIS (Universitas Brawijaya) media cetak lain.
Syarif A. Barmawi, S.H, M.Si (Universitas Pajajaran Bandung)
Prof. Dr. H.R. Boenyamin (Universitas Jendral Sudirman) Naskah diketik dengan

Kontributor : *Samrah, S.Pd. *Nurhaida, SH, M.Kn. *Surbita, SH. *Dra. spasi 1,5 pada kertas
Hayati Tamba. *Dra. Susiarni. *Nusawati BA. *Drs. Idrus. A4 dengan jumlah
*Dra.Nismawarni Harahap. *
halaman 10-15. (lebih
Pelaksana Tata Usaha : Bani Ismail; Dewita Rita
jelas baca petunjuk
Alamat Tata Usaha : Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan
Universitas Negeri Medan, Lantai 3. Jln. Williem Iskandar, Pasar
bagi penulis pada
V, Medan Estate. Kotak Pos 1589, Medan 20221. Telp : (061) sampul dalam
6613276, 6613365, 6618754. Fax : (061) 6613319.
belakang). Naskah
e-mail : kemahasiswaanunimed@gmail.com
yang masuk di evaluasi
oleh penyunting ahli.
Penyunting dapat
melakukan perubahan
pada tulisan yang
SURAT DARI REDAKSI

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa atas Rahmat dan
PetunjukNya, sehingga Jurnal Generasi Kampus Volume 6 Nomor 2 September tahun 2013 dapat
terbit sesuaidengan harapan kita bersama. Jurnal merupakan salah satu media ilmiah yang
menyuguhkan artikel hasil penelitian dan artikel non hasil penelitian (kajian teori) yang
menjelaskan berbagai fenomena bidang pendidikan maupun non pendidikan.
Pada kesempatan yang baik inidisampaikan terima kasih kepada para penulis, penyunting
pelaksana, dan para penyunting ahli yang telah membantu dalam rangka penyusunan artikel pada
jurnal ilmiah ini. Dalam jurnal Volume 6 Nomor 2 September 2013 ini akan disuguhkan beberapa
artikel diantaranya adalah : 1) Profesionalisme, Esensi Kepemimpinan, dan Manajemen
Organisasi, 2) Kurikulum 2013 dan Implementasinya dalam Pembelajaran, 3) Peningkatan
Komitmen Organisasi Kepala Sekolah Efektif pada Era Globalisasi, 4) Peningkatan Kualitas
Bernalar Mahasiswa dalam Penulisan Karya Ilmiah, 5) Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas
VII, 6) Suatu Pendekatan Strategi dan Metode Pendidikan Seni Melalui Kegiatan Bernyanyi
sebagai Aspek-Aspek Pengembangan Pendidikan Karakter pada Anak Usia Dini, 7)
Menghentikan Kebiasaan Merokok dengan Behaviour Therapy, 8) Suatu Upaya dalam
Pelaksanaan Pengajaran dan Pembelajaran Pendidikan Seni Musik Berbasis Pendidikan Budaya
dan Karakter Bangsa di Sekolah-Sekolah Maupun Lembaga-Lembaga Pendidikan di Indonesia, 9)
Upaya Pembentukan Karakter Melalui Olahraga Permainan Kecil pada Siswa SD, 10) Penekanan
Unsur Dekoratif melalui Aplikasi Ornamen Ulos Batak Toba pada Perancangan Busana, 11)
Meningkatkan Aktivitas Belajar Peserta Didik melalui Media Pembelajaran.
Kiranya Jurnal Generasi Kampus Volume 6 Nomor 2 September 2013 dapat bermanfaat
bagi semua pihak yang membutuhkan dalam rangka pemberdayaan dunia pendidikan

Medan, September 2013


Penanggungjawab Pembantu Rektor
Bidang Kemahasiswaan UNIMED,

Prof. Dr. Biner Ambarita, M.Pd.


NIP. 19570515 198403 1 004

i
ISSN 1978-869X
MAJALAH/JURNAL

GENERASI KAMPUS
(CAMPUS GENERATION)
V VOLUME 1, NOMOR 1, APRIL 2008
IL 2008
VOLUME 6, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013

Daftar Isi

Biner Ambarita Profesionalisme, Esensi Kepemimpinan, dan


1-16
Manajemen Organisasi
Pardomuan Nauli Josip Mario Kurikulum 2013 dan Implementasinya dalam
Sinambela Pembelajaran 17-29

Paningkat Siburian Peningkatan Komitmen Organisasi Kepala Sekolah


30-40
Efektif pada Era Globalisasi
Wanapri Pangaribuan Peningkatan Kualitas Bernalar Mahasiswa dalam
Penulisan Karya Ilmiah 41-50
Jongga Manullang
Yasifati Hia Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil 51-62
Belajar Matematika Siswa Kelas VII
Lamhot Basani Sihombing Suatu Pendekatan Strategi Dan Metode Pendidikan
Seni Melalui Kegiatan Bernyanyi Sebagai Aspek-
63-74
ASpek Pengembangan Pendidikan Karakter pada Anak
Usia Dini
Syamsul Gultom Menghentikan Kebiasaan Merokok dengan Behaviour
75-81
Therapy
Danny Ivanno Ritonga Suatu Upaya dalam Pelaksanaan Pengajaran dan
Pembelajaran Pendidikan Seni Musik Berbasis
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa di Sekolah- 82-98
Sekolah Maupun Lembaga-Lembaga Pendidikan di
Indonesia
Dewi Endriani Upaya Pembentukan Karakter Melalui Olahraga
Permainan Kecil pada Siswa SD 99-104
Indah Verawati
Yetti Pangaribuan Penekanan Unsur Dekoratif melalui Aplikasi Ornamen 105-111
Ulos Batak Toba pada Perancangan Busana
Johannes Jefria Gultom Meningkatkan Aktivitas Belajar Peserta Didik
112-121
melalui Media Pembelajaran

ii
1

PEMIMPINAN DAN
PROFESIONALISME, ESENSI KEPEMIMPINAN, DAN
MANAJEMEN ORGANISASI
Biner Ambarita
Abstrak
Wujud pembangunan generasi muda Indonesia agar insan yang professional adalah (a)
pemberdayaan pemuda untuk membangkitkan potensi pemuda untuk berperan serta dalam
pembangunan. (2) Pengembangan pemuda untuk menumbuhkembangkan potensi manajerial,
kewirausahaan dan kepeloporan pemuda, dan (3) perlindungan pemuda menolong pemuda
dalam menghadapi demoralisasi, degradasi nasionalisme, tindakan destruktif, regenerasi dan
perlindungan hak dan kewajiban pemuda. Jadi dengan demikian diharapkan di masa depan
akan lahir pemimpin-pemimpin bangsa dari generasi muda yang berwawasan kebangsaan,
cinta tanah air, yaitu pemuda yang memiliki sikap intelektualitas, dan perilaku yang luhur
Kata Kunci: Profesionalisme, Kepemimpinan, Pemuda.

A. PENDAHULUAN
Era globalisasi yang penuh menyertakan pemuda baik diminta
persaingan ini, kekuatan ekonomi suatu maupun secara sukarela aktif di dalamnya.
negara sesungguhnya berakar dari Bahkan sering sekali pada kesempatan
kemampuan teknologi dan inovasi yang penting pemuda Indonesia lahir ide,
dimiliki bangsa tersebut. Terkait dengan semangat dan kepemimpinan berpikir
hal tersebut untuk mendorong akselerasi jernih dan bebas dalam menuangkan
kemakmuran bangsa, maka kekuatan segala bentuk ide serta gagasannya dalam
IPTEKS dan inovasi bangsa tersebut perlu membangun bangasa dan negara.
ditempatkan menjadi kekuatan utama Pemuda sebagai agen perubahan
ekonomi. Pemuda yang dipelopori para akan mampu melakukan inovasi yang
mahasiswa, harus dapat mengambil peran signifikan berupa sistem atau perangkat-
penting dalam perkembangan IPTEKS di perangkat pendukung. Organisasi adalah
masa mendatang, Negara dan bangsa sarana paling efektif untuk menginisiasi
memerlukan orang-orang yang berkualitas dan melakukan perubahan tersebut. Terkait
untuk membangun bangsa dan dengan hal tersebut peran organisasi yang
melanjutkan cita-cita perjuangan mencapai konsisten tentu saja sangat mendukung
tujuan nasional. perubahan atau inovasi yang diharapkan
Pemuda Indonesia adalah masyarakat.
kelompok usia yang memiliki nilai serta Deklarasi Pemuda yang pernah
posisi yang strategis dalam masyarakat. dicetuskan pada tanggal 23 Juli 1973
Sejarah perjalanan bangsa Indonesia selalu antara lain menyebutkan bahwa, selaku

Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan;
Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan
2

generasi muda masa kini adalah keharusan merupakan salah satu faktor penggerak
menyatukan tenaga dan pikiran untuk ikut sesuatu yang lebih berarti untuk mencapai
serta mengisi kemerdekaan dengan lebih cita-cita bangsa Indonesia, menuju jenjang
segera mempercepat pembangunan dan yang lebih tinggi bermartabat, berkarakter,
kemajuan masyarakat. jujur dan berkeadilan sosial.
Pemuda menyadari sepenuhnya
akan panggilan sebagai kaum muda yang
B. PROFESIONALISME PEMUDA
Profesionalisme berasal dari kata sesuai bidang tugasnya dan mendapat gaji
profesional yang mempunyai makna yaitu sesuai kebutuhan hidupnya.
berhubungan dengan profesi dan Profesionalisme adalah sebutan
memerlukan kepandaian khusus untuk yang mengacu kepada sikap mental dalam
menjalankannya, (KBBI,1994).Sedangkan bentuk komitmen dari para anggota suatu
profesionalisme adalah tingkah laku, profesi untuk senantiasa mewujudkan dan
keahlian atau kualitas dan seseorang yang meningkatkan kualitas profesionalnya.
professional. Profesionalisme dapat Seorang yang memiliki profesionalisme
didefinisikan sebagai mutu, kualitas, dan yang tinggi, akan tercermin dalam sikap
tindak tanduk yang merupakan ciri suatu mental serta komitmenya terhadap
profesi atau ciri orang yang professional. perwujudan dan peningkatan kualitas
Terkait dengan definisi di atas kata professional melalui berbagai cara dan
profesional sendiri berarti bersifat profesi, strategi. Hal ini selalu mengembangkan
memiliki keahlian dan keterampilan dirinya sesuai dengan tuntutan
karena pendidikan dan latihan, dan perkembangan zaman sehingga
mendapat bayaran karena keahliannya. keberadaannya senantiasa memberikan
Berdasarkan definisi di atas dapat makna profesional.
disimpulkan bahwa profesionalisme Organisasi adalah sebuah sistem
memiliki dua kriteria pokok, yaitu: (1) yang hidup. Organisasi tidak hidup dalam
keahlian dan (2) pendapatan . Kedua hal ruang kosong. dan sistem yang di
itu merupakan satu kesatuan yang saling dalamnya ada entitas manusia yang
berhubungan. Artinya seseorang dapat ditopang dengan sarana dan prasarana
dikatakan memiliki profesionalisme ketika yang dibutuhkan dan harus dikendalikan
memiliki dua hal pokok tersebut, yaitu; karena manusia bukan mesin atau
keahlian (kompetensi) dan kelayakan komputer setelah diinstal program dapat
berjalan sendiri dan tidak terpengaruh
Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan;
Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan
3

dengan sistem luar, manusia dianugerahi untuk: (1) menanamkan rasa cinta pada
dengan akal manusia tidak dapat hidup Tuhan dan kebenaran, (2) menumbuhkan
dengan model kacamata kuda yang hanya sikap tanggung jawab, disiplin dan
melihat satu arah, tetapi manusia akan mandiri, (3) menumbuhkan sikap amanah
terpengaruhi oleh sistem luar meski sudah dan kejujuran, (4) menumbuhkan rasa
bertekad hanya melihat satu arah. hormat dan sopan santun, (5)
Strategi pembangunan pemuda menumbuhkan sikap kasih sayang, peduli
Indonesia agar profesionalisme pemuda dan kerja sama, (6) mengembangkan rasa
dapat berkembang dapat dilakukan dengan percaya diri, kreatif dan pantang
cara: (1) membangun moral dan budi menyerah, (7) membangun sikap adil dan
pekerti luhur dan suci, (2) membangun kepemimpinan, (8) menumbuhkan sikap
sarana prasarana fisik dan nonfisik dengan rendah hati dan (9) membangun sikap
mengedepankan kepentingan bangsa dan toleransi dan cinta damai.
negara di atas kepentingan pribadi, Mencermati wawasan kebangsaan
kelompok atau golongan, (3) membangun dari pemuda yang merupakan cara
sumber daya manusia dengan keteladanan, pandang pemuda terhadap eksistensi
solidaritas, gotong royong, sopan santun, dirinya yang bersifat dinamis, senantiasa
ramah tamah, saling menghormati, dan mengikuti perkembangan zaman dan
saling menghargai, dan memelihara selalu berinteraksi dengan seluruh dimensi
kepekaan sosial, (4) membangun semangat kehidupan masyarakat. Wawasan
juang dan cinta tanah air, dan (5) kebangsaan Indonesia adalah cara pandang
membangun future mapping sebagai blue yang harus dimiliki oleh setiap pribadi
print for nation character building. warga negara Indonesia yang berjiwa
Prioritas pembangunan pancasila.
kepemudaan Indonesia menuju pemuda US Development health and human
yang mempunyai profesionalisme meliputi service, (2000), di mana Competency
dua hal yaitu: (1) Character building atau improvement merupakan upaya
pembangunan watak pemuda Indonesia. pengembangan pemuda agar memiliki (1)
(2) Competency Improvement atau kecerdasan intelektual, (2) kemampuan
pengembangan kemampuan pemuda membaca, (3) kemampuan matematika, (4)
Indonesia agar memiliki daya saing di bisa dipercaya dan disiplin, (5) mampu
tingkat nasional dan global. bekerja sama, (6) mampu menerima dan
Character building merupakan melaksanakan kewajiban, (7) memiliki
upaya pengembangan perilaku karakter motivasi kuat, (8) kemampuan
Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan;
Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan
4

komunikasi, (9) mandiri, dan (10) mampu generasi muda Indonesia menjadi generasi
menyelesaikan masalah dalam profesinya. penerus pembangunan bangsa yang
Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan professional dan didukung oleh etika
pemuda dari dua sisi tersebut diharapkan moral yang terpuji.

C. PERMASALAHAN YANG DIHADAPI PEMUDA INDONESIA


Sesuai dengan perkembangan ilmu para pemuda adalah: (1) meningkatnya
pengetahuan teknologi dan seni kekarasan di kalangan remaja, (2)
permasalahn yang kita hadapi dalam ketidakjujuran yang merajalela, (3)
konteks character building Sakhyan menurunnya rasa hormat kepada orang tua,
(2008) mengatakan (1) adanya arus guru dan pemimpin, (4) tindakan
materialisme dan hedonisme kekerasan, (5) meningkatnya rasa saling
mengakibatkan redupnya nasionalisme curiga dan kebencian, (6) penurunan etos
para pemuda sehingga menurunkan rasa kerja, (7) menurunkan rasa tanggungjawab
persaudaraan dan semakin tajamnya sebagai individu dan warga negara, (8)
individualisme. (2) ketidakmampuan para perilaku merusak diri dengan narkoba, dan
pemuda dalam menyesuaikan diri dengan seks bebas, dan (9) semakin kaburnya
peluang partisipasi politik yang makin pedoman moral. Sedangkan dari perspektif
terbuka di era reformasi, sehingga ekonomi, permasalah pemuda sekarang ini
menimbulkan anarkhisme, tindak adalah: (1) adanya ledakan jumlah
kekerasan, dan liberalisme. (3) banyaknya penduduk yang tidak seimbang dengan
rintangan untuk menjadi pelaku ekonomi lapangan kerja, sehingga angka
yang mandiri sehingga menurunkan etos pengangguran tinggi, dan (2)
kerja pemuda. meningkatnya angka kemiskinan yang
Hal senada juga disampaikan mencapai angka hingga 40% dari jumlah
oleh Lickona (1992) yang mengemukakan penduduk.
bahwa permasalahan umum yang dihadapi

D. TANTANGAN YANG DIHADAPI PEMUDA DALAM PERUBAHAN


KEMAJUAN ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI DAN SENI
Pemuda merupakan generasi sosial dalam masyarakat, tetapi pemuda
penerus suatu bangsa, bila pemuda lemah merupakan agent of change (agen
maka bangsa itu sendiri akan lemah. perubah) dan agent of social control (agen
Pemuda sangat berpengaruh terhadap kontrol sosial). Perlu kita cermati dalam
kelangsungan suatu bangsa. Sesungguhnya perjuangan bangsa Indonesia, pemuda
pemuda bukan sekedar bagian dari lapisan selalu menempati peran yang sangat

Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan;
Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan
5

strategis dari setiap peristiwa penting yang berkembangan dalam mengisi


terjadi. Bahkan dapat dikatakan bahwa pembangunan bangsa dan negara.
pemuda menjadi tulang punggung dari Perkembangan IPTEKS telah
keutuhan perjuangan bangsa dalam banyak membantu meningkatkan kualitas
berbagai sektor. Sejarah telah dan kesejahteraan kehidupan umat
membuktikan, bahwa diberbagai belahan manusia di dunia. Namun bersamaan
dunia, perubahan sosial politik dengan hal tersebut, penerapan dan
menempatkan pemuda di garda depan. pemanfaatan hasil-hasil perkembangan
Peranannya menyeluruh, tidak hanya mata IPTEKS yang pesat selama ini, telah
air, tapi juga hulu, hilir sampai muara, melahirkan tuntutan dan kesadaran baru
bahkan pemuda sebagai sumber energi akan pentingnya landasan etika dan
perubahan. Bahkan Bung Karno (Presiden dimensi spiritualitas serta moralitas dalam
RI Pertama) mengungkapkan Beri aku pengalaman pembangunan dibanyak
sepuluh pemuda, maka akan negara maju. Kemajuan IPTEKS yang
kuguncangkan dunia pesat tersebut, juga ditandai dengan
Sejak era reformasi bergulir tahun berkembangnya sikap dan gaya hidup
1998, di mana pemuda juga mempunyai global yang glamour.
peran luar biasa. Banyak orang kecewa Sejarah membuktikan, bahwa
karena reformasi tidak berjalan sesuai penguasaan, pengembangan dan
dengan yang diharapkan dan proses pendayagunaan IPTEKS yang tidak
pencerahan kehidupan berbangsa dan didasari moralitas, etika spiritualitas, akan
bernegara, belum terwujud. Sekarang dapat membawa manusia atau suatu
pemuda lebih cenderung berperan sebagai bangsa menuju penderitaan, kesengsaraan
kelompok politik, dan sedikit sekali yang dan kehancuran. Harapan kita semua para
melakukan peranan sebagai kelompok pemuda Indonesia harus senantiasa berada
sosial, intelektual, dan pencerahan dalam di dalam jalur nilai-nilai kemanusiaan,
peningkatan keilmuan, sehingga keagamaan, serta berkarakter.
kemandirian pemuda saat ini sangat sulit

E. ESENSI DAN URGENSI KEPEMIMPINAN PEMUDA


Kepemimpinan pemuda merupakan dalam perspektifnya serta melakukan
modal dasar yang sangat penting untuk kepemimpinan partisipasif sejauh mana
menjalankan fungsi dan usaha untuk pemimpin membagi kekuasaan dan
mengkaji berbagai masalah kepemimpinan mengambil keputusan bersama dengan

Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan;
Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan
6

para anggota (pengikut) sehingga kedua Kepemimpinan pemuda harus


belah pihak antara pemimpin dan anggota disesuaikan dengan jiwa zaman
dapat memahami implikasi-implikasi yang mengingat sekarang ini kita hidup sebagai
ada sehingga menghantar kita pada pemuda pada zaman modern yang realita
keefektifitan yang lebih besar bagi kehidupan makin kompleks, dan penuh
organisasi. resiko. Hal ini sejalan dengan pendapat
Kita ketahui bahwa pemuda saat ini Giddens Modernity is a risk culture.
adalah pemimpin masa depan. Bahkan Modernitas memang mengurangi resiko
Presiden RI pertama Soekarno pernah baru pada sendi sendi kehidupan dan cara
mengatakan beri aku 10 pemuda maka hidup, tetapi membawa parameter resiko
akan aku goncangkan dunia. Terkait yang baru yang tidak dikenal pada era
dengan hal tersebut, keberadaan kaum sebelumnya, untuk itu diperlukan
muda sangat vital dalam mengawal ketangguhan, baik mental maupun fisik,
keberlanjutan suatu negara, dan peluang dan pemuda harus mampu mengambil
ini harus dimanfaatkan pemuda saat ini. jalan yang penuh resiko. Kepemimpinan
Peluang ini mempertemukan berakhirnya boleh berada di depan, boleh di tengah,
umur generasi tua untuk menyambut dan boleh di belakang, seperti ungkapan
pergantian generasi muda menjaga ing ngarso sung tulodo,ing madyo mangun
perputaran sejarah dengan ukiran-ukiran karso, dan tut wuri handayani.
prestasi baru.

F. KEPEMIMPINAN PEMUDA
Secara konseptual, kepemimpinan dalam mendukung tercapainya visi, misi
dapat dikatakan kemampuan seseorang dan tujuan organisasi.
(pemimpin) untuk mempengaruhi, Pertama, seorang pemimpin harus
mengarahkan dan memotivasi orang lain mampu mempengaruhi pihak lain,
(bawahan), sehingga mereka mau terutama para bawahanya, baik melalui
mengikuti dan melakukan apa yang unsur perintah maupun tindakan. Namun
diharapkan atau diinginkan oleh pemimpin demikian, perlu dipahami bahwa derajat
sesuai dengan visi, misi dan tujuan keterpengaruhan pihak lain atau para
organisasi. Konsep tersebut mengandung bawahan tersebut sesungguhnya akan
sejumlah makna yang sangat substantif ditentukan oleh wibawa dan keteladanan
seorang pemimpin. Jadi, kita jangan terlalu

Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan;
Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan
7

berharap seorang pemimpin akan diikuti memberikan penguatan bagi seorang


kehendak dan keinginannya, kalau tidak pemimpin untuk dapat mendorong dan
menampilkan sosok keteladanan dan merangsang bawahannya, sehingga
wibawa terhadap bawahannya. Bawahan mereka mau melaksanakan tugasnya
akan mengikuti kehendak dan keinginan dengan baik. Lantas mengapa faktor
pemimpinnya karena merasa terpaksa kepemimpinan menjadi faktor esensial
Kedua, seorang pemimpin harus bagi seorang pemuda?. Adakah benang
mampu mengarahkan bawahan pada saat merah antara tugas pokok seorang pemuda
melaksanakan pekerjaannya. Perlu dengan aspek-aspek kepemimpinan?.
dicermati dan dipahami bahwa tidak Sementara asumsi umum yang tampak
semua bawahan dapat melaksanakan dipermukaan, bahwa seorang pemuda
tugasnya secara mandiri. Dibutuhkan lebih banyak bersentuhan dengan tugas-
arahan dan bimbingan dari pemimpin tugas yang bersifat administratif
sehingga mereka melaksanakan tugasnya ketimbang tugas-tugas manajerial.
sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Setidaknya ada dua argumentasi yang
Kalau semua pegawai (bawahan) sudah dapat dijadikan landasan, mengapa
memiliki tingkat kemandirian yang tinggi, kemudian seorang pemuda membutuhkan
seorang pemimpin juga harus mencermati aspek-apek leadership dalam menjalankan
apakah mereka memiliki persamaan tugasuya.
persepsi serta mampu melakukan kerja Pertama, tugas seorang pemuda
sama dan koordinasi sehingga terbangun adalah ikut mencerdaskan kehidupan
sinergitas dalam mencapai visi, misi, dan bangsa yang dapat dimanifestasikan
tujuan organisasi ? melalui berbagai aksi nyata, seperti: (1)
Ketiga, seorang pemimpin dituntut disiplin tinggi, (2) bertanggung jawab , (3)
untuk mampu memberikan motivasi membantu dan membina anak-anak, atau
kepada bawahan, agar mereka terdorong kaum miskin, (4) memiliki prilaku yang
dan terangsang energinya dalam dilandasi jiwa sapta marga.
mendukung tercapainya visi, misi, dan Kedua, seorang pemuda dituntut
tujuan organisasi. Secara psikologis, untuk mampu melakukan berbagai
seseorang dapat termotivasi ada dua hal, terobosan dalam bidang IPTEKS dan
yang perlu diberikan motivasi dalam mendukung penguatan sumber daya
bentuk materi penghargaan bentuk lain. manusia anggaran dari fasilitas, misalnya
Sinergitas kedua bentuk membangun, mengembangkan atau
rangsangan inilah yang biasanya akselerasi pola kerja sama dengan berbagai
Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan;
Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan
8

institusi, baik pemerintah maupun swasta dibutuhkan pemuda yang berkarakter, dan
yang diterjemahkan melalui program hibah pemimpin masa depan bangsa.
atau bantuan lainnya. Bahkan kalau Kualitas kepemimpinan seorang
memungkinkan, membangun kerja sama pemuda, antara lain dapat dicermati dari
dengan pihak luar negeri. Kedua enam karakteristik, sebagai berikut (1)
argumentasi inilah yang sesungguhnya visioner, (2) memiliki kecerdasan
mengilhami urgensi peningkatan kualitas intelektual & emosional, (3) memiliki
kepemimpinan di lingkungan pemuda. kecerdasan enterpreneur, (4) memiliki
Karakteristik kepemimpinan pemuda yang cerdasan dalam mengambil keputusan, (5)
berkualitas harus mampu menterjemahkan memiliki integritas & moralitas, dan (6)
.Tugas besar yang akan diemban pemuda tangguh & konsisten.
sebagaimana dipaparkan di atas dan
Kepemimpinan pemuda dapat dicermati pada gambar berikut ini :

Gambar.1. Kepemimpinan Pemuda


Bagian bagian kepemimpinan pemuda dalam gambar di atas untuk membangun
kebangsaan dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Bersifat Visioner
Seorang pemuda yang berkualitas perubahan, yang dimanifestasikan melalui
harus memiliki karakteristik visioner, upaya penataan, pengembangan dan
artinya memiliki jangkauan pemikiran jauh penyempurnaan. Bahkan dalam konteks
ke depan dan cermat mempertimbangkan tertentu harus berani untuk mengganti atau
berbagai potensi yang dimiliki, tantangan, mengubah secara mendasar terhadap
kendala yang dihadapi serta peluang yang sebuah tatanan, sistem atau model internal
mungkin dapat diraih. maupun eksternal kalau dibutuhkan.
Pemuda yang visioner harus Terkait dengan uraian di atas mungkin
tangguh dan mampu melakukan berbagai akan berseberangan dengan pihak-pihak

Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan;
Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan
9

yang merasa tidak nyaman dengan adanya cukup besar, baik dalam bentuk alienasi,
perubahan tersebut, tetapi kalau hal cemoohan bahkan ancaman, demi
tersebut meningkatkan kualitas harus perbaikan organisasi atau lembaga.
berani menghadapi sejumlah resiko yang
2. Memiliki Kecerdasan Intelektual & Emosional
Kecerdasan intelektual merupakan pemikiran yang bersifat intelegensia, maka
kemampuan berfikir seseorang yang seorang pemuda hendaknya mampu
bertujuan untuk mencapai dan mengasah kepekaan hati, agar dapat
memperjuangkan suatu tujuan. Semakin membaca situasi dan kondisi serta mampu
cerdas seorang pemimpin, akan semakin mengendalikan diri. Pemuda harus mampu
mudah menetapkan dan mewujudkan visi, mencerna dan memaknai setiap fenomena
misi, dan tujuan. yang bersentuhan dengan masalah emosi
Pemuda, dituntut untuk memiliki dan perasaan, baik perasaan diri sendiri,
kecerdasan emosional. Kecerdasan seperti takut, marah, iri, dan jengkel
emosional, Semiawan (1984) mengatakan maupun perasaan orang lain. Melalui
kemampuan membaca pikiran sendiri dan kecerdasan emosional ini, seorang pemuda
pikiran orang lain, sehingga dapat akan lebih memiliki sensitivitas yang
menempatkan diri dalam situasi orang lain tinggi terhadap perasaan dan perhatian
dan sekaligus dapat mengendalikan dirinya orang lain serta dapat mengadaptasi
sendiri. perspektif mereka, mengapresiasikan
Berdasarkan pengertian tersebut berbagai perbedaan cara pandang orang
bahwa kecerdasan emosional esensinya dalam mencermati sesuatu.
lebih menekankan perasaan hati ketimbang
3. Memiliki Kecerdasan Enterpreneur
Kecerdasan enterpreneur dapat adalah (a) mengetahui apa yang
dimaknai sebagai kemampuan untuk diinginkan, memiliki cita-cita secara
mengubah nasib sendiri, dengan realistis, (b) teliti, kreatif dan berimajinasi
membangun diri sendiri, melalui usaha- positif, (c) mampu menciptakan
usaha yang bersifat simultan dan kesempatan, siap dan mampu berkompetisi
melakukan perbaikan serta perubahan ke serta memiliki gairah kerja yang tinggi, (d)
arah kemajuan. Sejalan dengan hal mampu memotivasi diri dan mampu
tersebut Sumahamijaya (1974), menciptakan inisiatif secara realistis, (e)
mengemukakan ciri-ciri pemimpin yang memiliki disiplin yang tinggi &
memiliki karakteristik enterpreneur, mensyukuri kondisi yang ada, (f) mampu
Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan;
Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan
10

menolong diri sendiri dan orang lain, (g) pihak lain, (j) Tekun atau ulet dalam
bersedia bekerja keras, hidup hemat dan melaksanakan pekerjaan, (k) memiliki
mau serta mampu menarik pelajaran dari kepribadian yang baik serta mampu
sebuah kesalahan, (h) berani mengambil memelihara kesehatan diri. (i) memiliki
resiko, (i) memiliki kepercayaan diri yang sikap mental yang baik.
tinggi seraya membina kerja sama dengan
4. Memiliki Kecerdasan dalam Mengambil Keputusan
Pengambilan keputusan dimaknai pemimpin dalam melakukan interaksi atau
upaya untuk memilih atau menentukan hubungan dengan lingkungannya.
sesuatu dari beberapa alternatif yang ada. Kearifan seorang pemimpin akan
Jadi, dalam perspektif teori organisasi, diuji, apakah keputusan yang diambil
pengambilan keputusan dianggap sebagai memiliki akseptabilitas atau tidak. Melalui
inti dari kepemimpinan. kecerdasan sosial ini, seorang pemuda atau
Pemimpin dalam konteks pemimpin diharapkan mampu melahirkan
pengambilan keputusan dituntut, tidak suatu keputusan yang dapat diterima oleh
hanya memiliki kecerdasan intelektual dan lingkungan atau pihak-pihak yang terkait
emosional saja tetapi harus memiliki untuk menerima dampak dari keputusan
kecerdasan sosial. Kecerdasan sosial yang tersebut.
dimaksud adalah kemampuan seorang
5. Memiliki Integritas dan Moralitas
Seorang pemuda yang berkualitas baik norma atau aturan yang ditetapkan
dituntut untuk memiliki integritas atau oleh kelembagaan pemerintah maupun
kepribadian serta moralitas yang baik. Jadi lembaga lain persoalan integritas dan
dalam konteks kepemimpinan, kedua hal moralitas, tidak hanya berdampak pada
tersebut sangat penting karena persoalan kredibilitas pemuda secara individu, tetapi
integritas dan moralitas akan bersentuhan akan berimplikasi pada kredibilitas
dengan perilaku, norma-norma dan aturan, institusi kepemudaan secara kelembagaan.
6. Tangguh dan Konsisten
Pemuda yang berkualitas harus yang menanti di hadapan pemuda tidak
memiliki karakter tangguh, artinya mungkin dapat diwujudkan begitu saja.
memiliki ketahanan fisik maupun mental, Perjuangan menanti untuk
sehingga yang bersangkutan tidak cepat menterjemahkan visi, misi, dan tujuan
menyerah, putus asa, atau prustrasi, Harus yang dihiasi dengan sejumlah tantangan,
disadari sepenuhnya bahwa, tugas besar kendala bahkan ancaman yang tidak
Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan;
Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan
11

ringan. Ketangguhan seorang pemuda pandangannya tersebut benar-benar


mutlak diperlukan. Pemuda harus rasional dan dapat
konsisten dalam menjaga sikap dan dipertanggungjawabkan, dan diharapkan
pandangannya, sejauh sikap dan selalu berpihak kepada yang lemah.
G. PERANAN PEMUDA DALAM ORGANISASI
Pemuda adalah harapan dan tulang Pemuda berperan secara alamiah,
punggung negara yang dapat melakukan yakni dalam kepeloporan dan
peran dan tanggung jawab dalam kepemimpinan untuk menggerakkan
komitmennya menjaga persatuan dan potensi dan sumber daya yang ada pada
kesatuan bangsa, serta sikap, komitmen, masyarakat. Kalau kita ingin
dan keberpihakan kepada masyarakat. memfokuskan pembicaraan, dan
Terkait dengan hal tersebut pemuda penyusunan strategi mengenai peran
sebagai agen perubahan (Agent of Change) pemuda dalam pembangunan, maka
dan agen kontrol sosial (Agent of Social konteksnya adalah kepeloporan dan
Control), agar hal ini terealisasi dapat kepemimpinan. Jadi, untuk meningkatkan
dilakukan melalui ormas sarana dan arena peran pemuda dalam pembangunan,
belajar,bereksperimen dan berlatih pemuda harus membangun kepeloporan
menjadi Agent of Change dan Agent of dan kepemimpinannya. Terkait dengan hal
Social Control. Sehingga dengan tersebut beberapa pengertian yang perlu
demikian, para pemuda sebagai generasi mendapat perhatian ada tiga aspek yaitu
penerus harus aktif dan mau terlibat dalam membangun semangatnya,
organisasi kepemudaan, organisasi profesi, kemampuannya, dan pengalamannya.
organisasi fungsional, hal ini wadah yang Kepeloporan dan kepemimpinan berarti
tepat untuk membangun kepeloporan dan berada di depan untuk diteladani oleh yang
kepemimpinan yang diharapkan. dipimpinnya atau panutan bagi
Pemuda memiliki kepeloporan masyarakat. Kepeloporan jelas
yang tinggi, hal ini sesuai dengan apa yang menunjukkan sikap terpuji, merintis,
diungkapkan Benedict Anderson, seorang membuka jalan, dan memulai sesuatu,
Indonesianist bahwa sejarah Indonesia untuk diikuti, dilanjutkan, dikembangkan,
adalah sejarah pemudanya. Pernyataan dipikirkan dicermati untuk dikerjakan
Anderson ini tidak salah apabila dikaitkan bersama dalam mencapai tujuan.
dengan sejarah panjang bangsa Indonesia, Kepeloporan ada unsur
di mana pemuda menjadi aktor dari setiap menghadapi risiko, kesanggupan untuk
langkah perjalanan bangsa Indonesia. memikul risiko hal ini penting dalam
Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan;
Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan
12

setiap perjuangan, pembangunan, dan tertentu, tetapi juga membawa parameter


tidak ada perjuangan yang tidak ada risiko baru yang tidak dikenal pada era
resiko. Jadi dalam zaman modern ini, sebelumnya, untuk itulah diperlukan
semua sektor dan kehidupan sudah makin ketangguhan, baik mental maupun fisik,
kompleks, makin penuh resiko. Hal ini dan harus berani, serta mampu mengambil
sesuai dengan yang dikemukakan Giddens keputusan walaupun penuh resiko. Sifat-
Modernity is a risk culture. sifat itu harus tertanam dalam diri pemuda,
Modernisasi dapat dikatakan karena tugas yang diembannya penuh
mengurangi risiko pada bidang-bidang tantangan dan resiko.

H. Peningkatan Kualitas Kinerja Pemuda


Apa sesungguhnya yang akan secara kualitas maupun kuantitas sesuai
diraih oleh lembaga kepemudaan, ketika dengan program kerja yang telah
aspek-aspek manajerial sudah mampu dicanangkan, termasuk kontrol yang
dimanifestasikan melalui kepemimpinan bersifat administratif, teknis, terutama
pemuda apakah sudah berkualitas?. Secara manajerialnya.
kelembagaan upaya membangun kualitas Kedua berinisiatif, hal ini
kepemimpinan pemuda, sesungguhnya mencerminkan bahwa seorang pemuda
diproyeksikan meningkatkan kinerja yang berkinerja tinggi harus memiliki
pemuda agar berkualitas. Persoalannya, inisiatif dalam menyampaikan ide-ide
peningkatan kinerja seperti apakah yang cerdas terkait dengan penataan,
diharapkan dari seorang Pemuda?. Sudah pengembangan, penyempurnaan bahkan
barang tentu membutuhkan argumentasi perubahan perubahan yang mungkin dapat
dan penjelasan secara komprehensip. dilakukan. Pemuda harus cermat dan
Beberapa parameter untuk bersikap proaktif dalam memperjuangkan
mengukur peningkatan kinerja yang diraih peningkatan kinerja organisasi
oleh seorang pemuda, antara lain, (1) kepemudaan secara menyeluruh.
produktif, (2) berinisiatif, (3) mandiri, (4) Ketiga mandiri, kinerja seorang
disiplin, (5) mampu bekerja secara efektif, pemuda dapat dicermati. dari
(6) responsif dan (7) akuntabel. kemandiriannya dalam melaksanakan
Pertama produktif., seorang pekerjaan, tidak tergantung kepada orang
pemuda yang berkinerja tinggi memiliki lain, tetapi harus mampu menterjemahkan
produktivitas kerja yang tinggi, artinya setiap program yang dicanangkan
mampu menghasilkan pekerjaan, baik sebelumnya.

Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan;
Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan
13

Keempat disiplin, seorang pemuda dilayani, baik secara internal maupun


yang berkinerja tinggi akan tercermin dari eksternal. Pemuda yang berkinerja tinggi
sikapnya dan disiplinnya. Disiplin yang akan tercermin dari sejauh mana ia mampu
dimaksud tidak hanya terkait dengan memberikan respon yang positif terhadap
persoalan kehadiran dalam bekerja, tetapi berbagai keluhan, kepentingan dan
disiplin dalam melaksanakan pekerjaan, kebutuhan pihak lain yang dilayani.
membuat laporan serta mengevaluasi hasil Ketujuh akuntabel, hal ini
pekerjaan yang telah dilakukan. mengandung makna bahwa seorang
Kelima, mampu bekerja sama pemuda yang berkinerja tinggi, akan
secara efektif, hal ini dapat dilihat dari mampu menyelaraskan antara program
kemampuannya ketika melakukan kerja yang telah dicanangkan, dengan kebutuhan
sama dengan pihak lain, baik secara pihak lain yang dilayani serta
internal maupun eksternal. pertanggungjawaban yang dilaporkan.
Keenam responsif, responsivitas Parameter di atas, tentunya masih
yang dimaksud adalah kemampuan sangat debatable, namun sebagai bahan
seorang pemuda dalam menangkap diskusi kiranya dapat dijadikan bahan
berbagai kebutuhan pihak lain dan kontemplasi.

I. KEPEMIMPINAN DALAM SEBUAH ORGANISASI


Pemimpin dan kepemimpinan dan Crutchfield memandang bahwa
merupakan suatu kesatuan kata yang tidak dengan kebaikan dari posisinya yang
dapat dipisahkan secara struktural maupun khusus dalam kelompok ia berperan
fungsional. Banyak muncul pengertian- sebagai agen primer untuk penentuan
pengertian mengenai pemimpin dan struktur kelompok, suasana kelompok,
kepemimpinan, antara lain (1) pemimpin tujuan kelompok, ideologi kelompok, dan
adalah figur sentral yang mempersatukan aktivitas kelompok. (4) kepemimpinan
kelompok, (2) kepemimpinan adalah sebagai suatu kemampuan menghandel
keunggulan seseorang atau beberapa orang lain untuk memperoleh hasil yang
individu dalam kelompok, dalam proses maksimal dengan friksi sesedikit mungkin
mengontrol gejala-gejala sosial, (3) Brown dan kerja sama yang besar,
(1936) berpendapat bahwa pemimpin tidak kepemimpinan merupakan kekuatan
dapat dipisahkan dari kelompok, tetapi semangat/moral yang kreatif dan terarah
boleh dipandang sebagai suatu posisi (5) pemimpin adalah individu yang
dengan potensi tinggi di lapangan. Krech memiliki program/rencana dan bersama

Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan;
Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan
14

anggota kelompok bergerak untuk Sondang (1994) menyimpulkan


mencapai tujuan dengan cara yang pasti. bahwa seseorang hanya akan menjadi
Muncul dua pertanyaan yang seorang pemimpin yang efektif apabila (1)
menjadi perdebatan mengenai pemimpin, seseorang secara genetika telah memiliki
(1) Apakah seorang pemimpin dilahirkan bakat-bakat kepemimpinan , (2) bakat-
atau ditempa?, (2) Apakah efektivitas bakat tersebut dipupuk dan dikembangkan
kepemimpinan seseorang dapat dialihkan melalui kesempatan untuk menduduki
dari satu organisasi ke organisasi yang lain jabatan kepemimpinannya, (3) ditopang
oleh seorang pemimpin yang sama? Jadi oleh pengetahuan teoritikal yang diperoleh
untuk menjawab pertanyaan pertama melalui pendidikan dan latihan, baik yang
tersebut perrhatikan beberapa pendapat bersifat umum maupun yang menyangkut
berikut : (1) ada yang berpendapat bahwa teori kepemimpinan.
pemimpin itu dilahirkan dengan bakat- Menjawab pertanyaan kedua dapat
bakat kepemimpinannya. (2) kubu yang dirumuskan dua kategori yang harus dikaji
menyatakan bahwa pemimpin dibentuk lebih jauh lagi: (1) keberhasilan seseorang
dan ditempa berpendapat bahwa memimpin satu organisasi dengan
efektivitas kepemimpinan seseorang dapat sendirinya dapat dialihkan kepada
dibentuk dan ditempa dengan memberikan kepemimpinan oleh orang yang sama di
kesempatan luas kepada yang organisasi lain, (2) keberhasilan seseorang
bersangkutan untuk menumbuhkan dan memimpin satu organisasi tidak
mengembangkan efektivitas merupakan jaminan keberhasilannya
kepemimpinannya. memimpin organisasi lain.

J. PERANAN PEMUDA DALAM ORMAS


Kodrat Pemuda adalah melakukan masyarakat intelektual dan ormas sebagai
peran dan tanggung jawab dalam sarana tempat belajar, bereksperimen, dan
komitmennya menjaga persatuan dan berlatih menjadi Agent of Change Dan
kesatuan bangsa, serta sikap, komitmen, Agent of Social Control. Sehingga dengan
dan keberpihakan kepada masyarakat. demikian, pemuda harus aktif dan mau
Terkait dengan hal tersebut predikat yang terlibat untuk dibina di Organisasi-
diberikan dan yang disandang pemuda organisasi kemasyarakatan (Ormas) untuk
sebagai agen perubahan (Agent of Change) membangun kepeloporan dan
dan agen kontrol sosial (Agent of Social kepemimpinan yang berpihak kepada
Control), maka pemuda bagian dari kepentingan masyarakat.

Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan;
Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan
15

Perkembangan ilmu pengetahuan mental maupun fisik. Kalau kita cermati


teknologi dan seni serta perkembangan tidak semua pemimpin berani mengambil
modernitas memang mengurangi resiko resiko, tetapi pada diri pemuda harus
pada bidang-bidang tertentu, tetapi terpatri daya juang, nasionalisme,
membawa parameter risiko baru yang keteladanan, jujur, dan lain-lain, untuk
tidak dikenal pada era sebelumnya, dengan menjalankan pembangunan yang berpihak
demikian diperlukan ketangguhan, baik kepada masyarakat.

K. PENUTUP
Pada prinsipnya faktor menghadapi perkembangan IPTEKS,
kepemimpinan merupakan inti dari proses sangat penting bagi pemuda Indonesia
pengelolaan (manajemen) dalam suatu untuk meningkatkan kualitasnya, baik dari
organisasi, termasuk di lingkungan segi iman dan takwa maupun IPTEKS
organisasi kepemudaan. Jadi upaya untuk dengan berpegang teguh pada nilai-nilai
meningkatkan kualitas kepemimpinan budaya bangsa maupun agama.
(leadership) di lingkungan kepemudaan
tidak dapat diabaikan. Komitmen untuk Disadari atau tidak penguasaan,
meningkatkan kualitas kepemimpinan pengembangan dan pendayagunaan
pemuda dapat dimanifestasikan melalui IPTEKS yang tidak dilandasi, kejujuran,
tindakan nyata, sehingga kinerja pemuda moralitas, etika, spiritualitas, dan lain-lain
dapat terwujud. akan dapat membawa manusia atau suatu
Selanjutnya, disadari bahwa bangsa menuju penderitaan, kesengsaraan
perkembangan IPTEKS banyak membantu dan kehancuran. Mengatasi hal tersebut
meningkatkan kualitas dan kesejahteraan para pemuda Indonesia harus senantiasa
kehidupan umat manusia di dunia. Namun berada di dalam jalur nilai-nilai
bersamaan dengan hal tersebut penerapan kemanusian dan keagamaan yang luhur,
dan pemanfaatan hasil-hasil perkembangan meningkatkan pengetahuan tentang ilmu,
IPTEKS telah melahirkan tuntutan dan teknologi, dan seni dan
kesadaran baru akan pentingnya landasan menumbuhkembangkan jiwa kepeloporan,
etika dan dimensi spiritualitas serta daya pikir, inovasi, kreativitas dalam
moralitas dalam pembangunan suatu mempersiapkan diri menjadi pemimpin
negara. Kemajuan IPTEKS ditandai masa depan dan melahirkan generasi yang
dengan berkembangnya sikap dan gaya profesionalis dalam rangka pembangunan
hidup global yang glamour. Maka untuk

Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan;
Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan
16

bangsa dan negara yang berkualitas di berbagai sektor.

DAFTAR PUSTAKA

Bronovsky, J. 1972. The Ascent of Mean. Gerakan Menyongsong Seratus


Boston : Little Brown. Tahun Indonesia Merdeka.
Makalah Disampaiakan pada
Dick, W and Lou, Carey. (1990). The Konvensi Nasional Penddikan
systematic design of instruction. Indonesia VII 2012 di Yogayakarta
Florida : Harper Collins.
Semiawan, Conny, dkk. 1984. Memupuk
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Bakat dan Kreativitas Siswa
Departement Pendidikan Nasional. Sekolah Menengah. Jakarta : PT.
Gramedia.
Fishbein, M dan Ajzan, Icek. (1990).
Belief, attitude, intention, and Slamet, Margono. 2003. Filosofi Mutu dan
behavior. New York : McGraw Hill Penerapan Prinsip-prinsip
Manajemen Mutu Terpadu di
Habibie B. J. 2012. Sumberdaya Perguruan Tinggi. Makalah. Jakarta :
Manusia Andalan Masyarakat Depdikbud.
Madani. Makalah disampaikan pada
Konvensi Nasional Penddikan Slocum, John W., Jr. dan Hellriegel, Don,
Indonesia VII 2012 di Yogayakarta. 2009. Principles of Organizational
Behavior, 12th Edition. Cina: South-
Hadari, Nawawi, 2005. Manajemen Western Cengage Learning.
Strategik, Yogyakarta : Gadjah Mada
Pers. Sutarno. 2012. Pendidikan Multikultural.
Jakarta: Gramedia.
Parkhe Arvind. 1991. Interfirm Diversity,
Organizational Learning, and Tilaar, H.A.R. (1999). Pendidikan dalam
Longevity in Global Strategic Pembangunan Nasional
Alliances. Indiana: Indiana Menyongsong Abad XXI. Jakarta :
University. Balai Pustaka.
(www://jstor.org/discover)
Wiles, Kimball. 1983. Democratic
Raka I Dewa Gede. 2012. Pendidikan Supervision. New York: McGraw-
Karakter untuk 250 Juta Orang: Hill Book Company

Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan;
Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan
17

KURIKULUM 2013 DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN

Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela

Abstrak

Kurikulum 2013 menuntut agar dalam pelaksanaan pembelajaran siswa diberi kebebasan
berpikir memahami masalah, membangun strategi penyelesaian masalah, mengajukan ide-ide
secara bebas dan terbuka. Kegiatan guru dalam pembelajaran adalah melatih dan
membimbing siswa berpikir kritis dan kreatif dalam menyelesaikan masalah. Guru harus
berupaya untuk mengorganisasikan kerjasama dalam kelompok belajar, melatih siswa
berkomunikasi menggunakan grafik, diagram, skema, dan variabel. Diharapkan seluruh hasil
kerja selalu dipresentasikan di depan kelas untuk menemukan berbagai konsep, hasil
penyelesaian masalah, aturan serta prinsip yang ditemukan melalui proses pembelajaran.
Pembelajaran tidak hanya ditekankan pada satu aspek saja tetapi keseimbangan pada aspek
afektif, aspek psikomotorik, dan aspek kognitif.
Kata Kunci : kurikulum 2013, guru, siswa, afektif, psikomotorik, kognitif

A. PENDAHULUAN
Kurikulum 2013 merupakan suatu afektif, dan aspek psikomotor secara
kebijakan baru pemerintah dalam bidang berimbang, sehingga pembelajaran yang
pendidikan yang diharapkan mampu untuk terjadi diharapkan dapat berjalan dengan
menjawab tantangan dan persoalan yang menyeimbangkan ketiga aspek tersebut,
akan dihadapi oleh bangsa Indonesia ke tidak seperti yang selama ini terjadi
depan. Perubahan yang mendasar pada dimana pembelajaran lebih cenderung
kurikulum 2013 dibanding dengan mengutamakan aspek kognitif saja. Akibat
kurikulum-kurikulum sebelumnya adalah dari konsep kurikulum 2013 itu, maka
perubahan pada tingkat satuan penilaian dalam pembelajaran tentunya
pendidikannya dimana implementasi harus disesuaikan dengan konsep
kurikulum ini dilakukan pada tingkat kurikulum itu sendiri, sehingga penilaian
satuan pendidikan mulai dari sekolah juga harus didasarkan pada ketiga aspek
dasar, sekolah menengah pertama, dan tersebut yaitu harus menilai aspek
sekolah menengah atas atau sekolah kognitifnya, menilai aspek afektifnya, dan
menengah kejuruan. Perubahan yang lain menilai aspek psikomotoriknya. Selain itu
dapat dilihat dari konsep kurikulum 2013 kurikulum 2013 juga membawa perubahan
itu sendiri. besar dalam pelaksanaannya.
Kurikulum dalam hal ini Hal ini ditunjukkan dengan
diharapkan dapat memberikan disediakannya buku ajar yang disusun
keseimbangan aspek kognitif, aspek sesuai dengan tuntutan kurikulum itu

Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah Dosen Jurusan Pendidikan Matematika
Universitas Negeri Medan; Penulis Buku Ajar SMP & SMA Kemendikbud Kurikulum 2013
18

sendiri. Artinya kurikulum 2013 itu tidak menata bagaimana dan apa yang
sekedar hanya sebuah konsep dan seharusnya dilakukan guru dalam
dokumen semata tetapi dalam melaksanakan pembelajarannya.
implementasinya, kurikulum 2013 itu

B. PEMBAHASAN

1. Pola Pikir Kurikulum 2013


Seperti yang diungkapkan sebelumnya jelas sekali terlihat adanya
sebelumnya bahwa pada kurikulum 2013 pemisahan mata pelajaran untuk
pembelajaran itu tidak hanya menekankan membentuk aspek afektif, membentuk
pada aspek kognitif saja, tetapi harus aspek psikomotorik, dan pembentukan
meliputi ketiga aspek. Pola pikir yang aspek kognitif. Kurikulum 2013
menjadi rumusan dalam pembentukan menurunkan mata pelajaran dari
kurikulum itu adalah memandang bahwa kompetensi yang ingin dicapai oleh peserta
standar kompetensi lulusan diturunkan dari didik, sementara kurikulum 2004 dan
kebutuhan. Berbeda halnya dengan KTSP 2006 menurunkan kompetensi dari
kurikulum sebelumnya yaitu standar mata pelajaran.
kompetensi diturnkan dari standar isi. Perbedaan pandangan ini akhirnya
Pada kurikulum KBK 2004 dan yang tadinya mata pelajaran yang saling
KTSP 2006 dijelaskan bahwa standar isi lepas satu dengan yang lainnya, yaitu
dirumuskan berdasarkan tujuan mata seperti sekumpulan mata pelajaran yang
pelajaran yang di dalamnya merupakan terpisah dan tidak tertata irisan dari tiap
paparan standar kompetensi lulusan mata mata pelajaran menjadi mengikat semua
pelajaran dirinci menjadi standar mata pelajaran oleh suatu kompetensi yaitu
kompetensi dasar mata pelajaran. Pada kompetensi inti dari tiap tingkatan kelas.
kurikulum 2013, standar isi diturunkan Pembelajaran yang terjadi akibat
dari standar kompetensi lulusan melalui implementasi dari kurikulum 2013 ini
kompetensi inti yang tidak terikat pada adalah adalah Pembelajaran tidak lagi
mata pelajaran. Pola pikir lainnya dalam berpusat pada guru, tetapi pembelajaran
kurikulum 2013 memandang bahwa semua lebih banyak berpusat pada aktivitas siswa.
mata pelajaran harus berkontribusi Karena pembelajaran lebih banyak
terhadap pembentukan aspek afektif, aspek berpusat pada siswa akibatnya
psikomotorik, dan aspek kognitif pada pembelajaran tidak lagi menjadi satu arah
peserta didik. Padahal pada kurikulum tetapi lebih bersifat interaktif. Kurikulum

Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah Dosen Jurusan Pendidikan Matematika
Universitas Negeri Medan; Penulis Buku Ajar SMP & SMA Kemendikbud Kurikulum 2013
19

2013 juga menuntut agar dalam memahami bagaimana menggunakan alat


pembelajaran terjadi aktivitas aktif dan multimedia yaitu berbagai peralatan
menyeldidiki dan diharapkan juga guru teknologi pendidikan yang mampu
sebagai fasilitator dalam pembelajaran mengorganisakan siswa dalam belajarnya.
dapat merancang pembelajaran agar siswa Satu hal yang sangat menarik tentang
mampu menyelesaikan permasalahan- kurikulum 2013 yaitu siswa dalam
permasalahan yang kontekstual dan nyata. belajarnya memperoleh dokumen belajar
Pembelajaran yang selama ini terjadi yaitu sesuai dengan ketertarikannya dan
pembelajaran yang terlalu luas yang potensinya dalam belajar, sehingga tidak
mengakibatkan terlalu banyak materi lagi siswa yang dalam tingkatan yang
diajarkan. Penyampaian materi sama harus diberikan dokumen belajar
pengetahuan hanya merupakan sebuah yang sama. Hal ini menggugurkan
kegiatan transfer ilmu belaka yang artinya pembagian jurusan di sekolah menengah
guru hanya memindahkan pengetahuan atas yang selama ini dilakukan pada waktu
saja kepada siswa tanpa memperhatikan siswa naik ke kelas XI, akan tetapi
apakah siswa memahami atau tidak pembelajaran dan dokumen belajar siswa
pengetahuan yang diberikan tersebut. akan diperoleh siswa pada waktu siswa
Berbeda halnya dengan kurikulm 2013, tersebut duduk pertama sekali di bangku
kurikulum ini memaksa guru agar sekolah menengah atas. Pembelajaran
mengerti betul karakteristik dari siswanya. yang tadinya hanya transfer ilmu
Materi pengetahuan yang disampaikan pengetahuan akhirnya menuntut terjadinya
guru harus mampu menunjukkan perilaku pertukaran pengetahuan antara guru
yang khas yang mampu memberdayakan dengan guru lainnya, guru dengan siswa,
kaidah keterkaitan antar materi. dan siswa dengan siswa lainnya.
Pembelajaran pada kurikulum 2013
juga mengharapkan agar guru dapat

2. Pembelajaran dalam Kurikulum 2013


Berdasarkan pola pikir kurikulum pendekatan yang menggunakan
2013, maka pembelajaran dalam pendekatan ilmiah. Kriteria dalam
implementasi kurikulum juga mengalami pendekatan ini menekankan beberapa
perubahan. Perubahan ini mengakibatkan aspek antara lain: 1) Materi pembelajaran
pendekatan pembelajaran yang digunakan berbasis pada fakta atau fenomena yang
adalah pendekatan saintifik yaitu dapat dijelaskan dengan logika atau

Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah Dosen Jurusan Pendidikan Matematika
Universitas Negeri Medan; Penulis Buku Ajar SMP & SMA Kemendikbud Kurikulum 2013
20

penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, aspek sikap menggamit transformasi


khayalan, legenda, atau dongeng semata; substansi atau materi ajar agar siswa “tahu
2) Penjelasan guru, respon siswa, dan mengapa.”. Aspek psikomotorik
interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari menggamit transformasi substansi atau
prasangka yang serta-merta, pemikiran materi ajar agar siswa “tahu bagaimana”.
subjektif, atau penalaran yang Aspek Kognitif menggamit transformasi
menyimpang dari alur berpikir logis; 3) substansi atau materi ajar agar siswa “tahu
Mendorong dan menginspirasi siswa apa.”. Hasil akhir dari kegiatan
berpikir secara kritis, analistis, dan tepat pembelajaran adalah diharapkannya
dalam mengidentifikasi, memahami, peningkatan dan keseimbangan antara
memecahkan masalah, dan kemampuan untuk menjadi manusia yang
mengaplikasikan materi pembelajaran. baik (soft skills) dan manusia yang
Mendorong dan menginspirasi siswa memiliki kecakapan dan pengetahuan
mampu berpikir hipotetik dalam melihat untuk hidup secara layak (hard skills) dari
perbedaan, kesamaan, dan tautan satu siswa yang meliputi aspek kompetensi
sama lain dari materi pembelajaran; 4) sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Mendorong dan menginspirasi siswa Dimensi paedagogik modern yang
mampu memahami, menerapkan, dan diterapkan pada kurikulum 2013 adalah
mengembangkan pola berpikir yang pendekatan ilmiah. Langkah-langkah
rasional dan objektif dalam merespon pembelajaran yang dilakukan dalam
materi pembelajaran; 5) Berbasis pada pendekatan ini adalah. 1) kegiatan
konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat observing (mengamati); 2) kegiatan
dipertanggungjawabkan; 6) Tujuan questioning(menanya); 3) kegiatan
pembelajaran dirumuskan secara associating(menalar); 4) kegiatan
sederhana dan jelas, namun menarik experimenting (mencoba); dan 5) kegiatan
sistem penyajiannya. networking(membentuk jejaring atau
Berdasarkan penjelasan menyimpulkan.
sebelumnya yaitu, ada tiga aspek penting Pembelajaran yang diterapkan
yang harus diperhatikan dalam mengakibatkan ilmu pengetahuan sebagai
pembelajaran yaitu aspek afektif, aspek penggerak pembelajaran untuk semua
psikomotorik, dan aspek kognitif. mata pelajaran. Kegiatan siswa lebih
Sehingga langkah-langkah setiap cenderung untuk mencari tahu tentang
pembelajaran tidak boleh terlepas dari prinsip dan konsep ilmu pengetahuan
ketiga aspek tersebut. Pada pembelajaran tersebut bukan menunggu dibberikan oleh
Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah Dosen Jurusan Pendidikan Matematika
Universitas Negeri Medan; Penulis Buku Ajar SMP & SMA Kemendikbud Kurikulum 2013
21

guru, pembelajaran ini disebut dengan merubah kegiatan belajar mengajar yang
discovery learning. Discovery Learning teacher oriented menjadi student oriented.
adalah teori belajar yang didefinisikan Dalam Discovery Learning, hendaknya
sebagai proses pembelajaran yang terjadi guru harus memberikan kesempatan
bila siswa tidak disajikan dengan materi muridnya untuk menjadi seorang problem
pelajaran dalam bentuk utuh, tetapi solver, seorang ilmuwan, ahli sejarah, atau
diharapkan siswa mengorganisasi sendiri. ahli matematika. Bahan ajar tidak
Dalam mengaplikasikan metode Discovery disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa
Learning guru berperan sebagai dituntut untuk melakukan berbagai
pembimbing dengan memberikan kegiatan menghimpun informasi,
kesempatan kepada siswa untuk belajar membandingkan, mengkategorikan,
secara aktif, sebagaimana pendapat guru menganalisis, mengintegrasikan,
harus dapat membimbing dan mereorganisasikan bahan serta membuat
mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai kesimpulan-kesimpulan.
dengan tujuan. Kondisi seperti ini ingin

3. Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran Discovery Learning


a. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
Tahap awal dalam pembelajaran ini pertanyaan, anjuran membaca buku, dan
siswa dihadapkan pada sesuatu yang aktivitas belajar lainnya yang mengarah
menimbulkan kebingungannya, kemudian pada persiapan pemecahan masalah.
dilanjutkan untuk tidak memberi Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk
generalisasi, agar timbul keinginan dari menyediakan kondisi interaksi belajar
siswa untuk menyelidiki sendiri. Selain itu yang dapat mengembangkan dan
guru sebagai fasilitator memulai membantu siswa dalam mengeksplorasi
pembelajarannya dengan mengajukan bahan.
b. Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah)
Tahap kedua dari pembelajaran ini kemudian salah satunya dipilih dan
adalah guru memberi kesempatan kepada dirumuskan dalam bentuk hipotesis
siswa untuk mengidentifikasi sebanyak (jawaban sementara atas pertanyaan
mungkin kejadian-kejadian dari masalah masalah)
yang relevan dengan bahan pelajaran,

Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah Dosen Jurusan Pendidikan Matematika
Universitas Negeri Medan; Penulis Buku Ajar SMP & SMA Kemendikbud Kurikulum 2013
22

c. Data collection (Pengumpulan Data).


Pada tahap ini berfungsi untuk relevan, membaca sumber belajar,
menjawab pertanyaan atau membuktikan mengamati objek, wawancara dengan nara
benar tidaknya hipotesis, dengan sumber, melakukan uji coba sendiri dan
demikian siswa diberi kesempatan untuk kegiatan lainnya yang relevan.
mengumpulkan berbagai informasi yang
d. Data Processing (Pengolahan Data)
Menurut Syah (2004:244) bacaan, wawancara, observasi, dan
pengolahan data merupakan kegiatan sebagainya, semuanya diolah, diacak,
mengolah data dan informasi yang telah diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila
diperoleh para siswa baik melalui perlu dihitung dengan cara tertentu serta
wawancara, observasi, dan sebagainya, ditafsirkan pada tingkat kepercayaan
lalu ditafsirkan. Semua informai hasil tertentu
e. Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan menurut Bruner, bertujuan agar proses
pemeriksaan secara cermat untuk belajar akan berjalan dengan baik dan
membuktikan benar atau tidaknya kreatif jika guru memberikan kesempatan
hipotesis yang ditetapkan sebelumnya kepada siswa untuk menemukan suatu
dengan beberapa fenomena yang sudah konsep, teori, aturan atau pemahaman
diketahui, dihubungkan dengan hasil data melalui contoh-contoh yang ia jumpai
processing (Syah, 2004:244). Verification dalam kehidupannya.
f. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Tahap generalisasi/ menarik memperhatikan hasil verifikasi (Syah,
kesimpulan adalah proses menarik sebuah 2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi
kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip maka dirumuskan prinsip-prinsip yang
umum dan berlaku untuk semua kejadian mendasari generalisasi
atau masalah yang sama, dengan

4. Model-Model Pembelajaran Pendukung Kurikulum 2013


Beberapa model pembelajaran pembelajaran itu bukan “paku mati” model
yang sesuai dengan kurikulum 2013 antara yang harus dilaksanakan dalam
lain 1) Model Pembelajaran Berdasarkan pembelajaran yang mengimplementasikan
Masalah dan 2) Model Pembelajaran kurikulum 2013. Model-model
Berbasis Proyek. Kedua model pembelajaran lain juga dapat digunakan

Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah Dosen Jurusan Pendidikan Matematika
Universitas Negeri Medan; Penulis Buku Ajar SMP & SMA Kemendikbud Kurikulum 2013
23

dengan catatan bahwa model pembelajaran tersebut menganut paham konstruktivisme.


a. Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Pembelajaran berdasarkan masalah berdasarkan masalah, guru harus
adalah suatu pembelajaran yang lebih mengupayakan siswa agar dapat dengan
menekankan pada aspek kognitif siswa dan sendirinya mengkonstruk konsep maupun
pembelajarannya berpusat kepada siswa. prinsip-prinsip ilmu pengetahuan.
Fokus pengajaran tidak begitu banyak Pembelajaran yang akan dilakukan harus
pada apa yang dilakukan siswa melainkan terlebih dahulu dirancang oleh guru, dan
kepada apa yang mereka pikirkan pada guru hanya bertugas sebagai fasilitator dan
saat melakukan pembelajaran tersebut. pembimbing.
Peran guru dalam pembelajaran ini Dalam model pembelajaran
terkadang melibatkan presentasi dan berdasarkan masalah (problem-based
penjelasan sesuatu hal kepada siswa, instruction) ditekankan bahwa
namun pada intinya dalam pembelajaran pembelajaran dikendalikan dengan
berdasarkan masalah guru berperan masalah. Oleh karena itu, pembelajaran
sebagai pembimbing dan fasilitator berdasarkan masalah dimulai dengan
sehingga siswa belajar untuk berpikir dan memecahkan masalah, dan masalah yang
memecahkan masalah dengan cara mereka diajukan kepada siswa harus mampu
sendiri. memberikan informasi (pengetahuan) baru
Model pembelajaran berdasarkan sehingga siswa memperoleh pengetahuan
masalah, pembelajarannya lebih baru sebelum mereka dapat memecahkan
menekankan pada aspek kognitif siswa. masalah itu. Dalam pembelajaran yang
Pembelajaran diawali dengan memberikan dilakukan tujuannya bukan hanya mencari
masalah. Masalah yang diajukan dalam jawaban tunggal yang benar, tapi lebih dari
pembelajaran berdasarkan masalah itu siswa harus dapat menginterpretasikan
haruslah bersifat top-down artinya diawali masalah yang diberikan, mengumpulkan
dengan masalah yang kompleks, informasi yang penting, mengidentifikasi
dilanjutkan dengan masalah-masalah yang kemungkinan pemecahan masalah,
spesifik dengan maksud mencari solusi mengevaluasi pilihan, dan menarik
masalah kompleks tersebut. Dalam kesimpulan.
pembelajaran dengan model pembelajaran
b. Peran guru dalam pembelajaran berdasarkan masalah
Dalam mengajarkan konsep- pelajaran, guru harus mengilustrasikannya
konsep dan prinsip-prinsip materi dalam beberapa cara. Dalam
Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah Dosen Jurusan Pendidikan Matematika
Universitas Negeri Medan; Penulis Buku Ajar SMP & SMA Kemendikbud Kurikulum 2013
24

penyampaiannya dimulai dari ilustrasi lebih kritis dibanding kelas tradisional


masalah nyata yang dekat dengan yang berpusat pada guru. Disamping
kehidupan siswa, memilih kata-kata dalam menyajikan pengetahuan bagi siswa, guru
percakapan yang mudah dipahami, dalam pembelajaran berdasarkan masalah
memilih simbol-simbol, gambar-gambar, harus melibatkan siswa dalam menyusun
atau objek nyata. Hal lain yang perlu informasi dan penggunaan pengetahuan
dilakukan adalah memberi kesempatan mereka dalam pemecahan masalah
pada siswa memikirkan, menelaah apa saja Guru dalam pembelajaran
yang terkandung dalam konsep dan berdasarkan masalah harus merancang dan
prinsip. Gardner (dalam James Hiebert, mengatur pembelajaran terhadap
1992: 66) menyatakan, “karena kerja pemahaman ilmu pengetahuan siswa yang
mental tidaklah tampak, mendiskusikan memungkinkan guru untuk memandu
bagaimana gagasan/informasi disusun di siswa dalam menerapkan pengetahuan
dalam otak didasarkan pada tingkat pada berbagai situasi masalah. Guru harus
berpikir yang tinggi.” Dugaan representase memiliki kemampuan ilmu pengetahuan
mental adalah suatu gagasan inti yang yang dalam/luas agar dapat melakukan hal
membawa bersama-sama bekerja pada tersebut. Guru dengan kemampuan ilmu
pengamatan dari berbagai bidang, pengetahuan yang dangkal dalam
mencakup psikologi, ilmu pengetahuan, pembelajaran berdasarkan masalah,
linguistik, dan banyak hal. kemungkinan akan dapat membawa siswa
Dalam pembelajaran berdasarkan pada kegagalan dalam mempelajari konsep
masalah, kemampuan guru mengajar harus dan prinsip ilmu pengtahuan tersebut.
c. Tahapan-tahapan pembelajaran berdasarkan masalah
Dalam membuat suatu rencana benar-benar dapat merangsang rasa ingin
pembelajaran perlu dibuat tahapan-tahapan tahu siswa serta memotivasi siswa untuk
yang akan digunakan dalam pembelajaran, dapat menjadi pebelajar yang mandiri,
tujuannya adalah agar pembelajaran yang sehingga memudahkan dalam pelaksanaan
akan dilaksanakan benar-benar terlaksana berbagai tahap pembelajaran model
dengan baik dan memperoleh hasil yang pembelajaran berdasarkan masalah dan
diinginkan. pencapaian tujuan pembelajaran yang
Pembelajaran berdasarkan masalah diinginkan. Dalam pembelajaran ini guru
adalah pembelajaran yang berpusat pada harus terlebih dahulu menetapkan tujuan
siswa. Oleh karena itu guru harus dapat pembelajaran sehingga tujuan itu dapat
merancang rencana pembelajaran yang dikomunikasikan dengan jelas kepada
Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah Dosen Jurusan Pendidikan Matematika
Universitas Negeri Medan; Penulis Buku Ajar SMP & SMA Kemendikbud Kurikulum 2013
25

siswa. Setelah guru menetapkan tujuan konsisten dengan tujuan kurikulum.


kemudian guru harus merancang situasi Ibrahim dan Nur (2000: 13)
masalah yang sesuai dengan materi. mengemukakan tahapan-tahapan dalam
Situasi masalah yang baik seharusnya pembelajaran berdasarkan masalah
autentik, mengandung teka-teki, dan tidak (problem-based instruction) pada tabel
terdefinisikan dengan ketat, memungkinan berikut :
kerja sama, bermakna bagi siswa, dan
Tabel 1. Tahapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap-1 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik
Orientasi siswa kepada yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas
masalah pemecahan masalah yang dipilihnya.
Tahap-2 Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan
Mengorganisasi siswa tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
untuk belajar
Tahap-3 Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang
Membimbing penyelidikan sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan
individual maupun dan pemecahan masalah
kelompok
Tahap-4 Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan
Mengembangkan dan karya yang sesuai seperti laporan, video, model dan membantu
menyajikan hasil karya mereka untuk berbagi tugas dengan temannya
Tahap-5 Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi
Menganalisis dan meng terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka
evaluasi proses pemecahan gunakan
masalah

Berdasarkan tahapan-tahapan pembelajaran berdasarkan masalah yang


pembelajaran berdasarkan masalah di atas melibatkan siswa dalam penyelidikan
jelaslah bahwa pembelajaran berdasarkan pilihan sendiri, memungkinkan siswa
masalah menuntut siswa lebih aktif. menginterpretasikan dan menjelaskan
Karena dalam pembelajaran berdasarkan fenomena dunia nyata dan membangun
masalah siswa dilibatkan secara langsung pemahamannya tentang fenomena itu.
dalam penyelidikan dan menemukan Karena pembelajaran berdasarkan masalah
penyelesaian masalah, sehingga pada terlebih dahulu memberikan masalah yang
akhirnya siswa terbantu menjadi pebelajar kompleks kepada siswa maka,
yang otonom yang mampu membantu diri pembelajaran ini tergolong kepada
mereka sendiri, di dalam memecahkan pembelajaran top-down maksudnya adalah
permasalahan yang dihadapinya. Selain itu pembelajaran diawali dengan pemberian

Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah Dosen Jurusan Pendidikan Matematika
Universitas Negeri Medan; Penulis Buku Ajar SMP & SMA Kemendikbud Kurikulum 2013
26

masalah yang kompleks, selanjutnya dengan maksud mencari solusi dari


dalam memecahkan masalah diperoleh masalah tersebut.
masalah-masalah yang lebih spesifik
d. Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran Berbasis Proyek mendalam tentang sebuah topik dunia
(Project Based Learning=PjBL) adalah nyata, hal ini akan berharga bagi atensi
metoda pembelajaran yang menggunakan dan usaha peserta didik.
proyek/kegiatan sebagai media. siswa Pembelajaran Berbasis Proyek
melakukan eksplorasi, penilaian, memiliki karakteristik sebagai berikut: 1)
interpretasi, sintesis, dan informasi untuk siswa membuat keputusan tentang sebuah
menghasilkan berbagai bentuk hasil kerangka kerja; 2) Adanya permasalahan
belajar. Pembelajaran Berbasis Proyek atau tantangan yang diajukan kepada
merupakan metode belajar yang peserta didik; 3) siswa mendesain proses
menggunakan masalah sebagai langkah untuk menentukan solusi atas
awal dalam mengumpulkan dan permasalahan atau tantangan yang
mengintegrasikan pengetahuan baru diajukan; 4) siswa secara kolaboratif
berdasarkan pengalamannya dalam bertanggungjawab untuk mengakses dan
beraktifitas secara nyata. mengelola informasi untuk memecahkan
Pembelajaran Berbasis Proyek permasalahan; 5) Proses evaluasi
dirancang untuk digunakan pada dijalankan secara kontinu; 6) siswa secara
permasalahan komplek yang diperlukan berkala melakukan refleksi atas aktivitas
siswa dalam melakukan insvestigasi dan yang sudah dijalankan; 7) Produk akhir
memahaminya. Melalui PjBL, proses aktivitas belajar akan dievaluasi secara
inquiry dimulai dengan memunculkan kualitatif; dan 8) Situasi pembelajaran
pertanyaan penuntun (a guiding question) sangat toleran terhadap kesalahan dan
dan membimbing siswa dalam sebuah perubahan.
proyek kolaboratif yang mengintegrasikan Peran guru dalam pembelajaran
berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. berbasis proyek sebaiknya sebagai
Pada saat pertanyaan terjawab, secara fasilitator, pelatih, penasehat dan perantara
langsung siswa dapat melihat berbagai untuk mendapatkan hasil yang optimal
elemen utama sekaligus berbagai prinsip sesuai dengan daya imajinasi, kreasi dan
dalam sebuah disiplin yang sedang inovasi dari siswa.
dikajinya. PjBL merupakan investigasi
e. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Berbasis Proyek
Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah Dosen Jurusan Pendidikan Matematika
Universitas Negeri Medan; Penulis Buku Ajar SMP & SMA Kemendikbud Kurikulum 2013
27

1. Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start proyek, (3) membawa siswa agar


With the Essential Question). merencanakan cara yang baru, (4)
Pembelajaran dimulai dengan membimbing siswa ketika mereka
pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan membuat cara yang tidak berhubungan
yang dapat memberi penugasan siswa dengan proyek, dan (5) meminta siswa
dalam melakukan suatu aktivitas. untuk membuat penjelasan (alasan)
Mengambil topik yang sesuai dengan tentang pemilihan suatu cara.
realitas dunia nyata dan dimulai 4. Memonitor siswa dan kemajuan
dengan sebuah investigasi mendalam. proyek (Monitor the Students and the
Pengajar berusaha agar topik yang Progress of the Project)
diangkat relevan untuk para peserta Guru bertanggungjawab untuk
didik. melakukan monitor terhadap aktivitas
2. Mendesain Perencanaan Proyek siswa selama menyelesaikan proyek.
(Design a Plan for the Project. Monitoring dilakukan dengan cara
Perencanaan dilakukan secara menfasilitasi siswa pada setiap roses.
kolaboratif antara pengajar dan peserta Dengan kata lain pengajar berperan
didik. Dengan emikian siswa menjadi mentor bagi aktivitas peserta
diharapkan akan merasa “memiliki” didik. Agar mempermudah proses
atas proyek tersebut. Perencanaan monitoring, dibuat sebuah rubrik yang
berisi tentang aturan main, pemilihan dapat merekam keseluruhan aktivitas
aktivitas yang dapat mendukung yang penting.
dalam menjawab pertanyaan esensial, 5. Menguji Hasil (Assess the Outcome)
dengan cara mengintegrasikan Penilaian dilakukan untuk membantu
berbagai subjek yang mungkin, serta pengajar dalam mengukur
mengetahui alat dan bahan yang dapat ketercapaian standar, berperan dalam
diakses untuk membantu penyelesaian mengevaluasi kemajuan masing-
proyek. masing peserta didik, memberi umpan
3. Menyusun Jadwal (Create a Schedule) balik tentang tingkat pemahaman yang
Pengajar dan siswa secara kolaboratif sudah dicapai peserta didik, membantu
menyusun jadwal aktivitas dalam pengajar dalam menyusun strategi
menyelesaikan proyek. Aktivitas pada pembelajaran berikutnya.
tahap ini antara lain: (1) membuat 6. Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate
timeline untuk menyelesaikan proyek, the Experience)
(2) membuat deadline penyelesaian
Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah Dosen Jurusan Pendidikan Matematika
Universitas Negeri Medan; Penulis Buku Ajar SMP & SMA Kemendikbud Kurikulum 2013
28

Pada akhir proses pembelajaran, menyelesaikan proyek. Pengajar dan


pengajar dan siswa melakukan refleksi siswa mengembangkan diskusi dalam
terhadap aktivitas dan hasil proyek rangka memperbaiki kinerja selama
yang sudah dijalankan. Proses refleksi proses pembelajaran, sehingga pada
dilakukan baik secara individu akhirnya ditemukan suatu temuan baru
maupun kelompok. Pada tahap ini untuk menjawab permasalahan yang
siswa diminta untuk mengungkapkan diajukan pada tahap pertama
perasaan dan pengalamanya selama pembelajaran.

C. PENUTUP
Kompetensi yang dituntut oleh alat las untuk menyambung pipa, dan
kurikulum 2013 tergambar pada sebagainya.
kompetensi inti dan kompetensi dasar yang Keterampilan motorik paling baik
digariskan dalam peraturan menteri. dicapai melalui latihan berulang-ulang.
Dalam pembelajaran keseimbangan aspek Dalam hal ini guru perlu merancang
afektif yaitu aspek sikap. Sikap merupakan pembelajaran yang dapat membentuk
pembawaan yang dapat dipelajari, dan aspek psikomotorik siswa sehingga
dapat mempengaruhi perilaku seseorang diharapkan dapat memperbaiki
terhadap suatu objek. Sikap merupakan keseluruhan keterampilan siswa tersebut.
kecenderungan untuk merespons suatu Aspek yang terakhir yang tidak dapat
stimulus berdasarkan penilaian terhadap dilupakan adalah aspek kognitif. Aspek ini
stimulus tersebut. Respons tersebut dapat meliputi kecakapan untuk mengelola dan
bersifat positif dapat pula bersifat negatif. mengembangkan proses berpikir dengan
Dalam hal ini guru dituntut untuk dapat cara merekam, membuat analisis dan
menumbuhkan respons positif dalam sintesis. Pengaturan pada proses-proses
pembentukan sikap siswa. Aspek yang mengaktifkan dan memodifikasi
psikomotorik merupakan keterampilan proses belajar sangat diharapkan dapat
motorik yang tidak hanya mencakup diatur guru dan dilaksanakan guru dalam
kegiatan-kegiatan fisik, melainkan juga pembelajaran.
kegiatan-kegiatan motorik yang
digabungkan dengan keterampilan
intelektual, misal dapat menulis, membaca,
menggunakan mikroskop untuk
mengamati bakteri tertentu, menggunakan

Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah Dosen Jurusan Pendidikan Matematika
Universitas Negeri Medan; Penulis Buku Ajar SMP & SMA Kemendikbud Kurikulum 2013
29

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengembangan Sumber Daya Standar Proses Pendidikan Dasar
Manusia Pendidikan dan dan Menengah.
Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Peraturan Menteri Pendidikan dan
Pendidikan Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia
Pendidikan dan Kebudayaan nomor 66 tahun 2013 tentang
(2013). Materi Pelatihan Guru Standar Penilaian Pendidikan.
Implementasi Kurikulum 2013,
Jakarta, kementerian Pendidikan Peraturan Menteri Pendidikan dan
dan Kebudayaan. Kebudayaan Republik Indonesia
nomor 67 tahun 2013 tentang
Bornok Sinaga, dkk (2013). Buku Kerangka Dasar dan Struktur
Petunjuk Guru untuk Kelas X Kurikulum Sekolah
SMA, Jakarta, Kementerian Dasar/Madrasah Intidaiyah.
Pendidikan dan Kebudayaan.
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Hiebert, James (1992). Instruction and Kebudayaan Republik Indonesia
Teaching With Understanding. nomor 68 tahun 2013 tentang
Macmillan, Publishing Company. Kerangka Dasar dan Struktur
Ibrahim, Muslimin dan Nur, Mohamad, Kurikulum Sekolah Menengah
(2003). Pengajaran Berdasarkan Pertama/Madrasah Tsanawiyah.
Masalah, Surabaya, Unesa- Peraturan Menteri Pendidikan dan
University Press Kebudayaan Republik Indonesia
Sinambela, Pardomuan (2006) Keefektifan nomor 69 tahun 2013 tentang
Model Pembelajaran Berdasarkan Kerangka Dasar dan Struktur
Masalah (Problem-Based Kurikulum Sekolah Menengah
Instruction) dalam Pembelajaran Atas/Madrasah Aliyah.
Matematika untuk Pokok Bahasan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Sistem Persamaan Linear dan Kebudayaan Republik Indonesia
Kuadrat di Kelas X SMA Negeri 2 nomor 70 tahun 2013 tentang
Rantau Selatan, Sumatera Utara Kerangka Dasar dan Struktur
Tesis: Magister Pendidikan. Kurikulum Sekolah Menengah
Surabaya: PPs Universitas Negeri Kejuruan/Madrasah Aliyah
Surabaya. Kejuruan.
Syah, M., 1996. Psikologi Pendidikan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Kebudayaan Republik Indonesia
PT Remaja Rosdakarya. nomor 71 tahun 2013 tentang Buku
Peraturan Menteri Pendidikan dan Teks Pelajaran dan Buku Pedoman
Kebudayaan Republik Indonesia Guru untuk Pendidikan Dasar dan
nomor 54 tahun 2013 tentang Menengah.
Standar Kompetensi Lulusan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Pendidikan Dasar dan Menengah. nomor 32 tahun 2013 tentanng
Peraturan Menteri Pendidikan dan Perubahan atas Peraturan
Kebudayaan Republik Indonesia Pemerintah nomor 19 tahun 2005
nomor 65 tahun 2013 tentang tentang Standar Nasional
Pendidikan.

Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah Dosen Jurusan Pendidikan Matematika
Universitas Negeri Medan; Penulis Buku Ajar SMP & SMA Kemendikbud Kurikulum 2013
30

PENINGKATAN KOMITMEN ORGANISASI KEPALA SEKOLAH EFEKTIF


PADA ERA GLOBALISASI

Paningkat Siburian
Abstrak

Komitmen organisasi kepala Sekolah Menengah Kejuruan sebagai sikap yang merefleksikan
loyalitas pada organisasi yang dipimpinnya perlu ditingkatkan secara terus – menerus agar
mereka mau melaksanakan setiap program pendidikan dengan sebaik – baiknya, sehingga
tujuan pendidikan tercapai secara efektif dan efisien. Model Integrasi Perilaku Organisasi
menjelaskan bahwa budaya organisasi adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
komitmen organisasi. Peningkatan komitmen organisasi kepala SMK dapat dilakukan melalui
pengabadian budaya organisasi. Pengabadian budaya organisasi terdiri atas dua proses, yaitu:
sosialisasi dan internalisasi. Jadi, kedua proses pengabadian budaya organisasi tersebut sangat
diperlukan untuk menjadikan kepala SMK memiliki komitmen organisasi yang diperlukan
dalam pencapaian tujuan organisasi.
Kata Kunci : Komitmen Organisasi, Budaya Organisasi, Kepala Sekolah.

A. PENDAHULUAN
Implementasi Kurikulum 2013 dalam memimpin guru melakukan
yang diharapkan dapat memberikan bekal pembelajaran yang dapat menumbuhkan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap bagi kemampuan peserta didik berpikir kritis,
peserta didik ditentukan oleh berbagai kreatif, dan inovatif, sehingga memiliki
faktor, baik faktor sosial maupun faktor pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
nonsosisal. Sehubungan dengan itu, dibutuhkan dalam pembangunan nasional.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Hechinger dalam Direktorat Tenaga
(http://www.poskotanews.com/2013/09/01 Kependidikan (2007: 6) mengemukakan
/mendikbud-optimis-bisa-laksanakan- bahwa naik atau turunnya kualitas sekolah
kurikulum-2013) mengemukakan bahwa sangat tergantung kepada kualitas kepala
untuk menyukseskan implementasi sekolahnya. Jadi, kepala sekolah
Kurikulum 2013 sangat ditentukan merupakan orang kunci dalam menentukan
berbagai faktor, seperti peningkatan keberhasilan sekolah, sehingga mereka
kualitas guru, sarana dan prasarana harus profesional serta memiliki
pendukung, penguatan manajemen di komitmen organisasi yang tinggi terhadap
sekolah serta peran pemerintah dan organisasi yang dipimpinnya.
kalangan peduli dunia pendidikan. Komitmen organisasi kepala
Kepala sekolah sebagai manajer sekolah sebagai sikap yang merefleksikan
memiliki peran yang sangat penting di loyalitas pada organisasi yang
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas
Negeri Medan
31

dipimpinnya perlu ditingkatkan secara bahwa komitmen organisasi merupakan


terus menerus agar mereka mau tantangan utama pada abad XXI.
melaksanakan setiap program pendidikan Oleh karena itu, dalam rangka
dengan sebaik – baiknya, sehingga tujuan memberhasilkan program pendidikan
pendidikan tercapai secara efektif dan nasional di Sekolah Menengah Kejuruan
efisien. Sehubungan dengan itu, Peneliti (SMK), perlu dilakukan kajian tentang
dalam Luthans (2006: 248) memandang peningkatan komitmen organisasi kepala
sekolah efektif pada era globalisasi.

B. PEMBAHASAN
Sekolah Menengah Kejuruan bertanggung jawab. Secara khusus, dapat
adalah sebuah lembaga pendidikan yang dikemukakan bahwa SMK bertujuan
diharapkan dapat menghasilkan tenaga untuk menyiapkan peserta didik agar
kerja yang dapat diandalkan sebagai faktor menjadi manusia produktif, kreatif,
keunggulan kompetitif dalam menghadapi mampu bekerja mandiri, mengisi
persaingan global. Sehubugan dengan itu, lowongan pekerjaan yang ada di dunia
dilakukan pengembangan kurikulum SMK usaha dan dunia industri sebagai tenaga
yang disebut dengan Kurikulum 2013 kerja terampil tingkat menengah serta
yang berpusat pada potensi, mampu mengembangkan diri di kemudian
perkembangan, kebutuhan, dan hari, baik secara mandiri maupun melalui
kepentingan peserta didik serta jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
lingkungannya. Sehubungan dengan itu, Basuki (2005: 21)
Kementerian Pendidikan dan mengemukakan bahwa tujuan pendidikan
Kebudayaan (2012: 2) menjelaskan bahwa kejuruan adalah menyiapkan peserta didik
kurikulum 2013 yang dikembangkan memasuki dunia kerja dan melanjutkan
berbasis kompetensi merupakan instrumen pendidikan ke jenjang pendidikan yang
untuk mengarahkan peserta didik menjadi: lebih tinggi. Pernyataan Basuki tersebut
(1) manusia berkualitas yang mampu dan mengacu pada fungsi pendidikan kejuruan,
proaktif menjawab tantangan zaman yang yakni menyiapkan siswa menguasai ilmu
selalu berubah; (2) manusia terdidik yang pengetahuan dan teknologi (Iptek),
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang sehingga mampu mengikuti, menguasai,
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, dan menyesuaikan diri dengan kemajuan
berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3) Iptek, dan memiliki kemampuan dasar
warga negara yang demokratis dan

Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas
Negeri Medan
32

untuk dapat mengembangkan diri secara terencana untuk meningkatkan mutu


berkelanjutan. pendidikan agar dapat berkembang dan
Bachtiar maju sesuai dengan kebutuhan
(Http://File.Upi.Edu/Direktori/FPTK/JUR. pembangunan dan perkembangan zaman.
_PEND.TEKNIK_ELEKTRO/195512041 Peningkatan profesionalisme
981031BACHTIAR_HASAN/PENDIDIK kepala sekolah dilakukan untuk
AN_KEJURUAN_DI_INDONESIA.Pdf) mewujudkan kepala sekolah efektif, yang
mengemukakan untuk dapat melakukan mampu melakukan pekerjaan yang benar
fungsi tersebut, penyelenggaraan dengan cara yang benar. Sehubungan
pendidikan kejuruan harus berlandaskan dengan kepala sekolah efektif, Direktorat
filsafat pendidikan kejuruan sebagaimana Tenaga Kependidikan (2007: 10)
dalam teori Prosser yang menjelaskan menjelaskan bahwa seseorang kepala
bahwa sekolah kejuruan akan efektif hanya sekolah layak dinyatakan sebagai kepala
jika diperkenalkan dengan situasi nyata sekolah efektif, jika menguasai jawaban
untuk berpikir, berperasaan, berperilaku atas pertanyaan: (1) mengapa pendidikan
seperti halnya pekerja di industri, di mana yang baik diperlukan di sekolah; (2) apa
siswa akan bekerja setelah lulus. yang diperlukan untuk meningkatkan mutu
Penyelenggaraan pendidikan sekolah; dan (3) bagaimana mengelola
kejuruan membutuhkan kepala sekolah sekolah untuk mencapai prestasi terbaik.
profesional yang memiliki kepemimpinan Peranan kepala sekolah sangat
efektif dan komitmen organisasi yang dominan dalam menetukan keberhasilan
tinggi agar tujuannya dapat tercapai secara sekolah, sehingga kepala sekolah dituntut
efektif dan efisien. Bubb dan Earley (2007: memiliki visi dan wawasan yang luas
13) menyatakan bahwa “professional tentang sekolah, dan kemampuan yang
development is crucial for organizational baik serta memiliki komitmen organisasi
growth and school improvement”. Sesuai yang tinggi dalam melakukan
dengan pernyataan Bubb dan Earley dapat kepemimpinan yang efektif. Indonesia
dikemukakan bahwa pengembangan Australia Technical and Vocational
profesional sangat penting untuk Education Project (1995: 1) menetapkan
pertumbuhan organisasi dan perbaikan bahwa Kepala Sekolah Menengah
sekolah. Mulyasa (2009: 83) Kejuruan (SMK) yang baik harus memiliki
mengemukakan bahwa peningkatan kemampuan yang tinggi dan bekerja secara
profesionalisme kepala sekolah perlu penuh waktu dalam perannya sebagai: (1)
dilaksanakan secara terus - menerus dan Manajer; (2) Pemimpin; (3) Administrator;
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas
Negeri Medan
33

(4) Wiraswastawan; (5) Penyelia; (6) Wiyata Mandala, yakni cara memandang
Pencipta iklim kerja; dan (7) Pendidik. sekolah sebagai lingkungan pendidikan
Sehubungan dengan itu, Direktorat dan pembelajaran, dan bertanggung jawab
Pendidikan Menengah Kejuruan (1995: 4 – penuh terhadap penyelenggaraan
10) menjelaskan indikator keberhasilan pendidikan.
kepala Sekolah Menengah Kejuruan, yaitu: Sesuai dengan penjelasan di atas,
(1) sebagai manajer harus mampu dapat dikemukakan bahwa seseorang
mengelola sumber daya manusia, fasilitas, kepala sekolah mau bekerja secara penuh
dan dana untuk melaksanakan misi dan waktu dan bertanggung jawab penuh
mencapai tujuan sekolah; (2) sebagai terhadap penyelenggaraan pendidikan, jika
pemimpin harus mampu meyakinkan dan memiliki komitmen organisasi yang tinggi
menggerakkan orang lain (staf, siswa, dan terhadap lembaga yang dipimpinnya.
masyarakat) untuk mencapai tujuan sesuai Komitmen organisasi menunjuk pada janji
target; (3) sebagai administrator harus atau tanggung jawab seseorang terhadap
memahami dan mengkoordinasikan organisasinya untuk bekerja keras sesuai
penyelenggaraan administrasi sekolah keinginan organisasi guna mencapai
sesuai pedoman pengelolaan administrasi tujuan organisasi secara efektif dan efisien.
sekolah, dan memberikan pelayanan Menurut Colquitt, LePine, dan Wesson
administrasi yang lancar dan tepat waktu; (2009: 67) bahwa “organizational
(4) sebagai wiraswastawan harus mampu commitment is defined as desire on the
menganalisis peluang, memanfaatkan part an employee to remain a member of
peluang, serta menciptakan keunggulan organization.” Berdasarkan penjelasan Colquitt,
kompetitif; (5) sebagai penyelia harus LePine, dan Wesson di atas dapat didefinisikan

mampu mengkomunikasikan program bahwa komitmen organisasi menunjuk pada

penyeliaan, melaksanakan, dan keinginan seorang karyawan untuk tetap

menindaklanjuti hasil penyeliaan; (6) menjadi anggota organisasi. Jadi,

sebagai pencipta iklim kerja harus mampu seseorang kepala sekolah yang memiliki

meyakinkan dan menggerakkan seluruh komitmen organisasi yang tinggi terhadap

tenaga kependidikan dan siswa untuk organisasi sekolah yang dipimpinnya,

menciptakan kebersihan, keindahan, tidak berkehendak meninggalkan sekolah

ketertiban, keamanan, kerindangan, serta tersebut, karena merasa bahwa tujuan

keakraban dan kekeluargaan; dan (7) organisasi sesuai dengan tujuannya. Secara

sebagai pendidik harus memiliki rinci, Colquitt, Lepine, dan Wesson

pemahaman yang baik terhadap Wawasan mengemukakan tiga tipe komitmen yang

Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas
Negeri Medan
34

membentuk komitmen secara keseluruhan berikut ini.


sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1

Gambar 1. Drivers of Overall Organizational

Sumber: Jason A. Colquitt, Jeffery A. Lepine, dan Michael J. Wesson. 2009. Organizational Behaviour.
Improving Perfomance and Commitment in the Workplace. New York: McGraw-Hill. p. 64

Sehubungan dengan tipe-tipe komitmen commitment, defined as a desire to


remain a member of an
organisasi, Colquitt, LePine, dan Wesson
organizations due to a feeling of
(2009: 68 – 69) menjelaskannya sebagai obligation.”
berikut:
Berdasarkan penjelasan di atas
“These sorts of emotional reasons
dapat dikemukakan definisi komitmen
create affective commitment,
defined as a desire to remain a afektif sebagai keinginan untuk tetap
member of an organizations due to
menjadi anggota dalam organisasi karena
an emotional attachment to, and
involvement with, that keterikatan emosional dan keterlibatan
organization. These sorts of
dengan organisasi, definisi komitmen
reasons create continuance
commitment, defined as a desire to kelanjutan sebagai keinginan untuk tetap
remain a member of an
menjadi anggota dari sebuah organisasi
organizations because of an
awareness of the costs associated karena adanya kesadaran akan biaya yang
with leaving it. These sorts of
terkait dengan meninggalkannya, dan
reasons create normative

Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas
Negeri Medan
35

definisi komitmen normatif sebagai Jadi, kepala sekolah yang


keinginan untuk tetap menjadi anggota memiliki kemampuan yang baik untuk
dari sebuah organisasi karena rasa memimpin harus dibarengi komitmen
kewajiban. Selanjutnya, Prayitno (2009: organisasi yang kuat untuk berusaha keras
219) mengemukakan bahwa komitmen sesuai keinginan organisasi dalam
dapat diartikan sebagai janji untuk mewujudkan visi, misi, dan tujuan sekolah
melakukan sesuatu dengan sunguh- yang dipimpinnya. Sehubungan dengan
sungguh. Luthans (2006: 249) pentingnya komitmen organisasi kepala
mengemukakan bahwa komitmen sekolah dalam memberhasilkan
organisasi paling sering didefinisikan pendidikan, Direktur Tenaga
sebagai (1) keinginan kuat untuk tetap Kependidikan (2008: 6) mengemukakan
sebagai anggota organisasi tertentu; (2) bahwa komitmen kepala sekolah terhadap
keinginan untuk berusaha keras sesuai pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya
keinginan organisasi; dan (3) merupakan refleksi dari kompetensi
keyakinan tertentu, serta penerimaan nilai kepribadian dan kompetensi sosial yang
dan tujuan organisasi. Sesuai dengan harus dimiliki kepala sekolah.
hakikat komitmen organisasi sebagaimana Komitmen organisasi dipengaruhi oleh
diuraikan di atas, komitmen organisasi berbagai faktor, baik faktor dalam diri
kepala SMK yang ideal menunjuk kepada individu maupun faktor lingkungannya.
keyakinan tertentu, serta penerimaan nilai Secara rinci, Colquitt, LePine, dan Wesson
dan tujuan organisasi; keinginan yang kuat menjelaskan faktor yang mempengaruhi
untuk tetap sebagai anggota organisasi; komitmen organisasi, baik secara langsung
dan keinginan untuk berusaha keras sesuai maupun tidak langsung sebagaimana
keinginan organisasi sekolah yang dibuat pada Gambar 2 berikut ini.
dipimpinnya.

Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas
Negeri Medan
36

Gambar 2. Model Integrasi Perilaku Organisasi

Sumber: Jason A. Colquitt, Jeffery A. Lepine, dan Michael J. Wesson. 2009.


Organizational Behaviour. Improving Perfomance and Commitment in the Workplace.
New York : McGraw-Hill. p. 8

Berdasarkan Gambar 2 di atas individual yang meliputi kepuasan kerja,


dapat diketahui bahwa mekanisme stres, motivasi, kepercayaan, keadilan,
organisasi yang meliputi budaya etika, pembelajaran, dan pengambilan
organisasi, dan struktur organisasi; keputusan, selanjutnya mekanisme
mekanisme kelompok yang meliputi gaya individual tersebut secara langsung
dan perilaku kepemimpinan, kuasa dan mempengaruhi hasil-hasil individual yang
pengaruh kepemimpinan, proses tim, meliputi kinerja dan komitmen organisasi.
karakteristik tim; dan karakteristik Jadi, Model Integrasi Perilaku
individual yang meliputi kepribadian dan Organisasi menjelaskan bahwa budaya
nilai budaya, dan kemampuan secara organisasi adalah salah satu faktor yang
langsung mempengaruhi mekanisme dapat mempengaruhi komitmen organisasi.

Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas
Negeri Medan
37

Sehubungan dengan itu, Gibson, refleksi asumsi-asumsi yang mendasari


Ivancevich, dan Donnelly (1996: 77) tentang cara kerja terbentuk, apa yang
menyatakan bahwa budaya organisasi dapat diterima dan tidak dapat diterima;
mengandung gabungan nilai-nilai, dan apa perilaku dan tindakan yang
kepercayaan, asumsi, persepsi, norma, didorong dan dianjurkan.
kekhasan dan pola perilaku dalam suatu Penjelasan Lussier dan Mullins di
organisasi. Lunenburg dan Ornstein (2000: atas menunjukkan hakikat budaya
60) menyatakan bahwa “the culture of an organisasi yang dapat menuntun
organization is all the beliefs, feelings, bagaimana anggota organisasi seharusnya
behaviors, and symbols that are bersikap, apa yang dapat diterima dan
characteristic of an organization”. Sesuai tidak dapat diterima, dan perilaku yang
dengan pernyataan Lunenburd dan dianjurkan dalam bekerja. Jadi, budaya
Ornstein di atas dapat diketahui bahwa organisasi dapat merupakan pedoman yang
budaya organisasi adalah semua berisi asumsi, nilai, dan norma yang akan
kepercayaan, perasaan, perilaku, dan menuntun anggota organisasi di dalam
simbol yang merupakan karakteristik dari berpikir, bersikap, dan bertindak guna
sebuah organisasi. Kedua pernyataan di mencapai tujuan organisasi secara efektif
atas menjelaskan aspek-aspek budaya yang dan efisien.
meliputi nilai-nilai, kepercayaan, asumsi, Budaya organisasi perlu
persepsi, perasaan, perilaku, norma, dan diabadikan agar anggota organisasi dapat
simbol yang merupakan ciri khas dari bekerja dengan baik mencapai tujuan
suatu organisasi. Lussier (1997: 255) organisasi. Pengabadian budaya organisasi
mengemukakan bahwa “organizational adalah proses yang dilakukan secara sadar
culture consists of the shared values, atau tidak sadar untuk menanamkan
beliefs, and assumptions of how its budaya organisasi kepada anggota
members should behave”. Mullins (2005: organisasi agar budaya organisasi dapat
891) mengemukakan bahwa terus hidup dan berkembang sepanjang
“organisational culture as reflecting the kehidupan organisasi. Pengabadian budaya
underlying assumptions about the way organisasi terdiri atas dua proses, yaitu
work is formed ; what is ‘acceptable and proses upaya organisasi untuk
not acceptable’; and what behavior and menanamkan budaya organisasi kepada
actions are encouraged and discouraged”. anggotanya (sosialisasi) dan proses
Berdasarkan penjelasan Mullins dapat internalisasi budaya organisasi oleh
diketahui bahwa budaya organisasi adalah anggota organisasi untuk menyamakan
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas
Negeri Medan
38

nilai-nilai, norma, dan kepercayaan sikap dan perilaku yang diperlukan dalam
individu (anggota organisasi) dengan nilai- pencapaian tujuan organisasi. Proses
nilai, norma, dan kepercayaan organisasi. pengabadian budaya organisasi pada
Jadi, kedua proses pengabadian budaya lembaga pendidikan dapat dilakukan
organisasi tersebut sangat diperlukan untuk dengan tahapan seperti pada Gambar 3
menjadikan anggota organisasi memiliki berikut ini.

Mulai Cuci otak dan prakondisi Observasi, tes, ujian,


membuka Ya jalan penerimaan praktik, sanksi dan
budaya organisasi baru sebagainya

Seleksi calon anggota Observasi, tes, ujian,


organisasi baru Lulus? praktik, sanksi dan
sebagainya
Tidak

Tidak

Lulus ?
Calon ditolak
Ya

Seremoni, wisuda,
sumpah, baiat jadi
anggota organisasi baru

Penguatan melalui
pemberian imbalan dan
Selesai
hukuman

Gambar 3 Proses Pengabadian Budaya Organisasi


Sumber: Wirawan. 2007. Budaya dan Iklim Organisasi. Teori Aplikasi dan
Penelitian. Jakarta: Salemba Empat. p. 31.

Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas
Negeri Medan
39

Sesuai dengan Gambar 3 dapat indoktrinasi, dan pelatihan dievaluasi, dan


dijelaskan bahwa proses pengabadian diberi sanksi bagi yang gagal. Bagi calon
budaya organisasi diawali seleksi para yang lulus diadakan seremoni penerimaan
calon anggota organisasi baru untuk anggota organisasi baru yang meliputi
mendapatkan calon anggota yang pengucapan sumpah dan pelantikan, dan
memenuhi persyaratan norma, nilai, kode mereka mempunyai hak dan kewajiaban
etik, dan harapan dari budaya organisasi. sebagai anggota organisasi. Untuk
Calon tidak lulus ditolak, sedang calon memperkuat dan melanggengkan budaya
lulus diterima memasuki kegiatan lanjutan organisasi, bagi anggota organisasi yang
mencuci otak agar meninggalkan pola berperilaku sesuai dengan norma, nilai,
pikir, norma, dan nilai-nilai yang ada dan asumsi serta berjasa bagi organisasi
dalam dirinya. Selanjutnya, dilakukan diberi penghargaan dan imbalan,
sosialisasi dan difusi budaya organisasi, di sedangkan bagi anggota organisasi yang
mana calon anggota baru diperkenalkan, perilakunya tidak sesuai, diberi hukuman.
dijelaskan, dan dirembesi budaya Berdasarkan kajian teori dapat
organisasi melalui orientasi, indoktrinasi, dikemukakan bahwa peningkatan
dan pelatihan. Selain itu, calon anggota komitmen organisasi kepala SMK dapat
baru diajari bagaimana berpikir dan dilakukan melalui penguatan budaya
berperilaku serta manfaatnya bagi dirinya organisasi atau pengabadian budaya
dan organisasi. Hasil orientasi, organisasi.

C. PENUTUP
Komitmen organisasi kepala untuk mencapai tujuan pendidikan secara
SMK adalah salah satu faktor yang dapat efektif dan efisien. Oleh karena itu, upaya
memberhasilkan pencapaian tujuan peningkatan komitmen organisasi kepala
sekolah melalui implementasi Kurikulum SMK sangat diperlukan dalam
2013. Kepala SMK sebagai manajer harus memberhasilkan program pendidikan agar
memiliki komitmen organisasi yang tinggi lulusan lembaga tersebut dapat menjadi
agar mau bekerja secara penuh waktu dan tenaga kerja yang dapat diandalkan
bertanggungjawab penuh terhadap sebagai faktor keunggulan kompetitif
penyelenggaraan pendidikan yang dalam menghadapi persaingan global.
dilakukan melalui proses perencanaan, Peningkatan komitmen organisasi dapat
pengorganisasian, pengarahan, dan dilakukan melalui kegiatan penguatan
pengendalian sumber daya pendidikan budaya organisasi kepala SMK

Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas
Negeri Medan
40

DAFTAR PUSTAKA
Yuwono, et. al., Yogyakarta:
Bachtiar Hasan. 2009. Arti dan Tujuan
ANDI
Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan. Gibson, James L., John. M. Ivancevich,
Http://File.Upi.Edu/Direktori/FPT dan James H. Donnelly, 1996.
K/JUR._PEND._TEKNIK_ELEKT Organisasi. Terj. Nunuk Adiarni .
RO/195512041981031- Jakarta: Binarupa Aksara
BACHTIAR_HASAN/PENDIDIK Indonesia Australia Technical and
AN_KEJURUAN_DI_INDONESI Vocational Education Project.
A.Pdf), p.5 diakses 27 Maret 2012 1995. Profil Kepala Sekolah
Basuki Wibawa. 2005. Pendidikan Menengah Kejuruan . Jakarta:
Teknologi dan Kejuruan Direktorat Pendidikan Menengah
.Manajemen dan Implementasinya Kejuruan, 1995), p. 1
di Era Otonomi . Surabaya: Kerta
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Jaya Duta Media 2012. Dokumen Kurikulum 2013.
Bubb, Sara and Peter Earley. 2007. Jakarta: Departemen Pendidikan
Leading and Managing Continuing dan Kebudayaan
Professional Development . Lunenburg, Fred C dan Allan C. Ornstein
London: Paul Chapman Publishing 2000. Educational Administration.
Colquitt, Jason A., Jeffery A.Le Pine, dan Concepts and Practices . Belmont:
Michael J.Wesson. 2009. Wadsworth
Organizational Behavior. Lussier, Robert N. 1997. Management.
Improving Performance And Concepts. Applications. Skill
Comitment In the Workplace. New Development . Ohio: South-
York: McGraw-Hill International Western College Publishing
Edition
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Direktorat Pendidikan Menengah 2013. Mendikbud Optimis, Bisa
Kejuruan. 1995. Indikator Laksanakan Kurukulum 2013.
Keberhasilan Kepala Sekolah http://www.poskotanews.com/2013
Menengah Kejuruan . Jakarta: /09/01/mendikbud-optimis-bisa-
Direktorat Pendidikan Menengah laksanakan-kurikulum-2013/
Kejuruan diakses tanggal 5 September 2013).
Direktorat Tenaga Kependidikan. 2007. Mullins, Laurie J. 2005. Management and
Kepemimpinan Pendidikan Organisational Behaviour. London:
Persekolahan yang Efektif . Prentice Hall
Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional Mulyasa, E. 2009. Menjadi Kepala
Sekolah Profesional . Bandung:
Direktur Tenaga Kependidikan 2008. Remaja Rosdakarya
Penilaian Kinerja Kepala Sekolah.
Jakarta: Departemen Pendidikan Prayitno. 2009. Dasar Teori dan Praksis
Nasional Pendidikan. Jakarta: Gramedia
Fred Luthans . 2006. Perilaku Organisasi.
Terjemahan Vivin Andhika

Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas
Negeri Medan
41

PENINGKATAN KUALITAS BERNALAR MAHASISWA


DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH

Wanapri Pangaribuan
Jongga Manullang
Abstrak
Kualitas bernalar mahasiswa dapat ditingkatkan melalui berbagai upaya berdasarkan teori
pembelajaran Piaget, Bruner, Bloom, Gagne, dan Marzano. Kemampuan bernalar tingkat
tinggi sangat menentukan kualitas karya ilmiah mahasiswa, khususnya karya ilmiah dalam
Program Kreativitas Mahasiswa (PKM).
Kata Kunci: Kualitas Bernalar, Karya Ilmiah
A. Pendahuluan
Penerapan penemuan-penemuan yang sangat ketat, tidak ada pilihan lain,
baru dalam ilmu pengetahuan dan kecuali harus berpartisipasi turut
teknologi industri dalam kehidupan membentuk masyarakat yang mampu
menyebabkan terjadinya akselerasi memasuki revolusi industri I, II, III, dan ke
perubahan-perubahan nyata dalam IV (Alisyahbana, 1986: 14).
kehidupan manusia. Akselerasi perubahan Indonesia melanjutkan
tersebut mengakibatkan ketertinggalan pengalaman penjajahan pada tahun
menyolok di banyak daerah bahkan sebelum diplokamirkannya kemerdekaan
negara. Revolusi industri I yang RI tahun 1945. Teknologi maju yang
melipatgandakan kemampuan otot belum ditawarkan negara maju dengan berbagai
selesai bahkan belum dimulai di satu kecanggihan menjadikan masyarakat
daerah, namun di daerah-daerah lain Indonesia yang konsumtif, tergantung dan
seperti di daerah yang berada di negara tidak reatif maupun inovatif (Habibie,
maju telah terjadi revolusi industri II yang 2012: 2-3). Lebih lanjut dikatakan bahwa
melipatgandakan kemampuan otak, dan dengan diimpornya berbagai produk dari
juga telah mempersiapkan diri untuk negara maju, terselubung “jam kerja” yang
memasuki revolusi industri III yang dibiayai rakyat Indonesia untuk
melipatgandakan kemampuan informasi mengembangkan ilmu pengetahuan,
(Pangaribuan, 1989:1-2). teknologi, proses pendidikan, dan proses
Indonesia mengalami pembudayaan masyarakat lain. Masyarakat
ketertingalan tersebut, namun demi lain terus berkembang tetapi masyarakat
terjaminnya kesejahteraan rakyat Indonesia tidak mendapatkan kesempatan
Indonesia dalam kompetisi ekonomi dunia
1) Wanapri Pangaribuan, 2) Jongga Manullang adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro; Staf
Ahli Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan.
42

untuk berkembang karena tidak memegang peran penting dalam


memperoleh pembinaan yang dibutuhkan. persaingan global.
Indonesia harus membangun Kebijaksanaan dibangun dari
sumber daya manusia yang handal, yaitu kemampuan bernalar yang tinggi dan baik
manusia yang memiliki kemampuan serta karakter yang kokoh. Tuntutan era
berpikir tinggi, keratif, inovatif, dan globalisasi pada masyarakat persekolahan
bermental yang baik. Perkembangan tidak cukup hanya memiliki pengetahuan,
mentalitas sangat menentukan kemajuan keterampilan dan teknologi akan tetapi
sumber daya manusia suatu negara (Raka, yang sangat mendasar adalah kemampuan
2012:4). Manusia Indonesia harus bernalar yang tinggi dan berkarakter.
disiapkan sehingga hidup menantang di Kemampuan bernalar yang tinggi dan
dalam “knowledge based society” yaitu berkarakter membangun manusia yang
masyarakat berbasis pengetahuan pada hidup dengan bijaksana. Kehidupan yang
abad ke-21 (Tilaar, 2012:3). Masyarakat bijaksana membangun keberuntungan dan
dunia saat ini memasuki era kebijaksanaan kemudahan-kemudahan serta
(Covey, 2005:22-23). Kebijaksanaan kesejahteraan. Orang yang bijaksana hidup
dengan pola berpikir tingkat tinggi.
B. Hakikat Penalaran
Segala sesuatu yang terjadi di hakiki (Timpe, 1987: 1-5). Penalaran
alam ini adalah mengikuti hukum sebab- adalah proses berpikir yang bersifat logis,
akibat. Fenomena alam selalu disebabkan sistematis, dan dapat diuji secara logika.
oleh sejumlah faktor fenomena alam Penalaran terdiri dari penalaran deduksi,
lainnya. Alam merupakan sistem yang penalaran induksi (Wildan, 2012).
membangun fenomena-fenomena yang Penalaran deduksi terdiri dari silogisme
saling berpangaruh yang mengikuti hukum dan entimen; sedangkan penalaran induktif
sebab-akibat tersebut. Pemahaman terdiri dari generalisasi dan analogi.
terhadap fenomena didasari oleh penalaran Penalaran deduksi bertolak dari
yang baik. proposisi atau fenomena umum menjadi
Penalaran harus dipicu oleh proposisi atau fenomena khusus dan
khayalan, khayalan diproses secara selanjutnya menarik kesimpulan.
sistematis dengan proses yang Penalaran induksi bertolak dari proposisi
berkelanjutan berbasis hubungan sebab atau fenomena khusus menuju proposisi
akibat dari semua para meter objek yang
1) Wanapri Pangaribuan, 2) Jongga Manullang adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro; Staf
Ahli Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan.
43

(fenomena) umum dan selanjutnya (pernyataan) dan sebuah konklusi


menarik kesimpulan. (kesimpulan). Silogisme adalah rangkaian
Silogisme adalah suatu proses tiga buah pendapat, yang terdiri dari dua
penarikan kesimpulan secara deduktif. pendapat dan satu kesimpulan.
Silogisme disusun dari dua proposi
Contoh (Sinambela, 2012: 17):
Premis I: Kalau kakeknya datang dari kampung, Orlando sangat senang.
Premis II: Dari kampung kakeknya datang dan menginap di rumah Orlando.
Konklusi: Orlando senang.
Entimen adalah penalaran deduksi khusus dari beberapa pendapat khusus
secara langsung. Dan dapat dikatakan pula yang lain, dengan cara membandingkan
silogisme premisnya dihilangkan atau situasi yang satu dengan yang sebelumnya.
tidak diucapkan karena sudah sama-sama Kesamaan tersebut dapat
diketahui. Contohnya: kelelawar adalah diimplmentasikan pada persoalan yang
binatang bersayap yang mencari makan secara sepintas tidak mungkin dilakukan
pada malam hari. Keimpulannya adalah akan tetapi sebenarnya dapat dilakukan.
bahwa kelelawar beristirahat pada siang Satu persoalan sebagai contoh.
hari. Kerupuk lebar yang renyah akan
Generalisasi adalah pernyataan dimasukkan ke sebuah botol yang akan
yang berlaku umum untuk semua atau dikirim ke satu tempat dengan harapan
sebagian besar gejala yang diminati kerupuk tetap lebar dan renyah.
generalisasi mencakup ciri – ciri esensial, Permasalahan adalah kerupuk tersebut jika
bukan rincian. Pengembangan karangan, dimasukkan ke dalam botol akan hancur
generalisasi dibuktikan dengan fakta, karena mulut botol terlalu kecil dibanding
contoh, data statistik, karakteristik- dengan lebar kerupuk. Dapatkah dilakukan
karakteristik khusus, kecenderungan ?. Dengan menggunakan analogis dapat
khusus, fenomena khusus. Contoh dilakukan. Seandainya kerupuk tersebut
generalisasi: Orang yang ditinggal kekasih elastis seperti daun talas, maka kerupuk
yang sangat disayangi pasti bersedih. tidak akan hancur dan tetap dapat dikirim
Analogi adalah membandingkan ke tujuan dengan kondisi yang diharapkan.
dua hal yang banyak persamaanya. (Analoginya adalah elastisitas daun talas).
Kesimpulan yang diambil dengan jalan Langkah selanjutnya adalah bagaimana
analogi, yakni kesimpulan dari pendapat membuat kerupak yang elastis ketika
1) Wanapri Pangaribuan, 2) Jongga Manullang adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro; Staf
Ahli Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan.
44

dimasukkan ke dalam botol hingga berkelanjutan. Pada gambar berikut


dikeluarkan dan akan mengeras renyah ditampilkan penalaran deduktif dan relasi
setelah beberapa saat dikeluarkan dari yang menjadi tren dalam penarikan
botol. kesimpulan sementara.
Penalaran deduksi dan induksi
dapat dilakukan berurutan dan

Konsep preposisi Konsep

teori
Variabe Variabel
l hipotesis

Defenisi Defenisi
Operasional Operasiona

Penarikan kesimpulan analisis data menyimpulkan ada tidaknya


berdasarkan gambar di atas adalah pengaruh atau hubungan antara dua
berdasarkan hasil analisis data. Hasil fenomena (variabel).
Pengambilan kesimpulan dari dua atu lebih preposisi dapat bersyarat. Misalkan,
Premis I: Yang disebut mahasiswa Unimed adalah mahasiswa yang terdaftar di buku
induk mahasiswa.
Premis II: Yang disebut mahasiswa Unimed adalah mahasiswa yang masih aktif
kuliah.
Premis III: Setiap mahasiswa wajib mengikuti peraturan dan tata tertib Unimed.
Premis IV: Budi adalah mahasiswa.
Konklusi: Budi terdaftar di buku induk dan masih aktif kuliah serta mengikuti
peraturan dan tata tertib Unimed.
C. Penalaran berbasis Taxonomi Bloom dan Taxonomi Anderson
Penalaran berada dalam ranah Anderson terdiri dari mengingat,
kognitif. Penalaran dalam ranah kognitif memahami, mengaplikasikan,
menurut Bloom menyangkut ingatan, menganalisis, mengevaluasi, dan
pemahaman, palikasi, analisis, sintesa dan mengkreasikan. Penalaran tingkat tinggi
evaluasi, sedangkan penalaran menurut berdasarkan taxonomi Bloom meliputi
1) Wanapri Pangaribuan, 2) Jongga Manullang adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro; Staf
Ahli Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan.
45

analisis, sintesa, dan evaluasi. Penalaran Bloom memberikan kata kerja


tingkat tinggi berdasarkan taxonomi operasional dan pertanyaan dalam
Anderson meliputi analisis, evaluasi, dan penalaran tingkat rendah dan tingkat tinggi
kreasi. sebagai berikut: (Kristinandjerry, 2012).

Level 1, Knowledge 8. Complete the solution for .


1. What is the definition for ? 9. Use the technique of to solve the
2. Trace the pattern . problem.
3. Review the facts . Level 4, Analysis
4. Name the characteristics of . 1. What are the component parts of ?
5. List the steps for . 2. Which steps are important in the process
Level 2, Comprehension of ?
1. Tell why these ideas are similar. 3. If , then .
2. In your own words retell the story of . 4. What other conclusions can you reach
3. Classify these concepts. about that have not been mentioned?
4. Relate how these ideas are different. 5. The difference between the fact and the
5. What happened after ? hypothesis is .
6. Tell some examples. 6. The solution would be to .
7. Make a model of . 7. What is the relationship between and ?
8. Take notes on . 8. What is the pattern of ?
9. Draw a picture to . 9. How would you make a ?
10. Give the proper sequence for . 10. Which material is the most valuable in
11. If A is related to B, then X is related to enabling to ?
. Level 5, Synthesis
12. Act out what happened . 1. Create a model that shows your new
Level 3, Application ideas.
1. Graph the data. 2. Devise an original plan or experiment
2. Demonstrate the way to . for.
3. Which one is most like ? 3. Finish the incomplete.
4. Practice . 4. Make a hypothesis about.
5. Act out the way a person would . 5. Change so that it will.
6. Use whatever means necessary to . 6. Propose a method to.
7. Calculate the . 7. Prescribe a new way to.
1) Wanapri Pangaribuan, 2) Jongga Manullang adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro; Staf
Ahli Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan.
46

8. Give a book a new title. 3. Grade or rank the .


9. Speculate on questions that experts in 4. What do you think will be the outcome
the field need to answer to solve the ?
problem of 5. What solution do you favor and why?
Level 6, Evaluation 6. Which systems are best? Worst?
1. In your opinion. 7. Rate the relative value of these ideas to .
2. Appraise the chances for .

D. Upaya Peningkatan Kualitas Penalaran


Peningkatan penalaran sangat memanipulasi simbol secara sistematis.
penting dilakukan bagi gnerasi Bruner mengatakan bahwa peningkatan
muda. Kemampuan bernalar berbanding bernalar dilakukan melalui keaktivan
lurus secara signifikan dengan prestasi melakukan inkuiri dan discoveri, penalaran
belajar fisika (Panggabean, 2011:67-76). induktif, dan motivasi intrinsik. Gagne
Semakin tinggi kemampuan bernalar mengatakan peningkatan penalaran dapat
semakin tinggi prestasi belajar. Berbagai dilakukan dengan pelatihan berpikir dari
teori dalam peningkatan kemampuan hal-hal yang sederhana ke hal yang
berpikir diantaranya teori Piaget, Bruner, kompleks dan abtrak. Marzano
Bloom, Gagne, dan Marzano (King, 2012: mengungkap dimensi-dimensi beripir
19-21). Gagne mengatakan melatih sebagai mana ditampilkan pada tabel
berpikir operasional, berpikir logis, dan berikut (King, 2012: 22):

Tabel : Dimensi, Konsep, dan Elemen Berpikir


Dimension Concept Element
Metacognition Knowledge and self Commitment, attitudes, attention
control
Knowledge and control Types of knowledge inportant in metacognition,
process declarative, procedural, conditional.
Executive control of Evaluation, planning, regulation
behavior
Critical and Critical thinking Goals, disposition
creative thinking Creative thinking Intense desire and preparation, internal rather than
eksternal locus of evaluation, reframing ideas,

1) Wanapri Pangaribuan, 2) Jongga Manullang adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro; Staf
Ahli Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan.
47

Dimension Concept Element


getting away from intensive engagement to allow
free-flowing throught..
Critical and creative Application.
thinking
Thinking Concept formation Lebels, levels
processes Principle formation Cause-and-effect, correlational, probability,
axiomatic, and fundamental principle
Comprehension Processes, strategies
Problem solving Processes, strategies
Decision making Models, processes
Research Describing phenomena, testing hypotheses
Composition Planning, translating, reviewing
Oral discourse Process, application
Relationships between
processes and skills
Core thingking Focusing Defining problems, setting goals
skill Information gathering Observing, formulating questions
Remembering Encoding, recalling
Organizing Comparing, classifying, ordering, representing
analyzing Identifying attributes and components, relationships
and patterns, main ideas, errors
Generating Inferring, predicting, elaborating
Integreting Summarizing, restructing
evaluating Establishing criteria: a philosophical perspective.
Relationship of Content areas as schema Types of schema
content area dependent
knowledge to Content areas as models Tasks, systems
thinking and metaphors
Content areas as changing Fromsimple to complex and divers, hierarchical
bodies of knowledge heterarchical, mechanical to holographic,
determinate to indeterminate,linier to mutual
causality, assembly to morphonenesis, objective
perspective.
Content areas as special Conditions needed

1) Wanapri Pangaribuan, 2) Jongga Manullang adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro; Staf
Ahli Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan.
48

Dimension Concept Element


approaches to
investigation

E. Karya Ilmiah dalam Program Kreativitas Mahasiswa

Program kreativitas mahasiswa berkualitas didanai oleh negara, sehingga


(PKM) adalah program yang menfasilitasi dapat menjadi motivasi bagai mahasiswa.
mahasiswa untuk berkarya dalam karya Jenis PKM dan tujuannya dapat dilihat
ilmiah. Karya ilmiah mahasiswa yang pada tabel berikut.

Jenis PKM Penjelasan umum


PKM merupakan program penelitian yang bertujuan antara lain: untuk
Penelitian mengidentifikasi faktor penentu mutu produk, menemukan hubungan
(PKM-P) sebab-akibat antara dua atau lebih faktor, menguji cobakan sebuah
bentuk atau peralatan, merumuskan metode pembelajaran, melakukan
inventarisasi sumber daya, memodifikasi produk eksisting, mengidentifikasi
senyawa kimia di dalam tanaman, menguji khasiat ekstrak tanaman,
merumuskan teknik pemasaran, survei kesehatan anak jalanan, metode
pembelajaran aksara Bali di siswa sekolah dasar, laju pertumbuhan
ekonomi di sentra kerajinan Kasongan, faktor penyebab tahayul yang
mewarnai perilaku masyarakat Jawa dan lain-lain kegiatan yang memiliki
tujuan semacam itu.
PKM berwirausaha dan berorientasi pada profit. Komoditas usaha yang
Kewirausahaan dihasilkan dapat berupa barang atau jasa yang selanjutnya merupakan
salah satu modal dasar mahasiswa berwirausaha dan memasuki pasar.
Jadi pemeran utama berwirausaha dalam hal ini adalah mahasiswa, bukan
masyarakat, ataupun mitra lainnya.
PKM merupakan program bantuan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam
Pengabdian upaya peningkatan kinerja, membangun keterampilan usaha, penataan
Masyarakat dan perbaikan lingkungan, penguatan kelembagaan masyarakat,
(PKM-M) sosialisasi penggunaan obat secara rasional, pengenalan dan pemahaman
aspek hukum adat, upaya penyembuhan buta aksara dan lain-lain bagi

1) Wanapri Pangaribuan, 2) Jongga Manullang adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro; Staf
Ahli Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan.
49

Jenis PKM Penjelasan umum


masyarakat baik formal maupun non-formal, yang sementara ini dinilai
kurang produktif. Disyaratkan dalam usulan program ini adanya komitmen
bekerjasama secara tertulis dari komponen masyarakat yang akan
dibantu/menjadi khalayak sasaran.
PKM merupakan program bantuan teknologi (mutu bahan baku, prototipe,
Penerapan model, peralatan atau proses produksi, pengolahan limbah, sistem
Teknologi jaminan mutu dan lain-lain) atau manajemen (pemasaran, pembukuan,
(PKM-T) status usaha dan lain-lain) atau lainnya bagi industri berskala mikro atau
kecil (industri rumahan, pedagang kecil atau koperasi) dan menengah
yang menyangkut kepentingan masyarakat luas dan sesuai dengan
kebutuhan calon mitra program. Mitra program yang dimaksud dalam hal
ini adalah kelompok masyarakat yang dinilai produktif.
PKM-T mewajibkan mahasiswa bertukar pikiran dengan mitra terlebih
dahulu, karena produk PKM-T merupakan solusi atas persoalan prioritas
mitra. Dengan demikian, di dalam usul program harus dilampirkan Surat
Pernyataan Kesediaan Bekerjasama dari Mitra.
PKM-Karsa merupakan program penciptaan yang didasari atas karsa dan nalar
Cipta mahasiswa, bersifat konstruktif serta menghasilkan suatu sistem, desain,
(PKM-KC) model/barang atau prototipe dan sejenisnya. Karya cipta tersebut mungkin
belum memberikan nilai kemanfaatan langsung bagi pihak lain.
PKM Artikel merupakan program penulisan artikel ilmiah yang bersumber dari suatu
Ilmiah (PKM- kegiatan mahasiswa dalam bidang pendidikan, penelitian atau pengabdian
AI) kepada masyarakat yang telah dilakukannya sendiri (misalnya studi kasus,
praktek lapang, KKN, PKM, magang, dan lain-lain).
PKM Gagasan merupakan program penulisan artikel ilmiah yang bersumber dari ide atau
Tertulis gagasan kelompok mahasiswa. Gagasan yang dituliskan mengacu kepada
(PKM-GT) isu aktual yang ada di masyarakat dan memerlukan solusi hasil karya pikir
yang cerdas dan realistik.

F. PENUTUP

1) Wanapri Pangaribuan, 2) Jongga Manullang adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro; Staf
Ahli Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan.
50

Peningkatan kualitas penalaran mengharapkan dan membutuhkan


melalui pelatihan berbasis berbagai teori kemampuan berpikir, terutama
terkait dengan kemampuan menulis karya kemampuan berpikir tingkat tinggi.
ilmiah. Karya ilmiah berupa PKM sangat

DAFTAR PUSTAKA
Alisyahbana Iskandar. 1986. Penerapan Panggabean Jonny H. Konstribusi
ETI dalam Pembangunan. Penalaran dan Kreativitas Siswa
Majalah Populer Komunikasi terhadap Prestasi belajar Fisika
dalam Pembangunan (Komonika) pada Pokok Bahasan Listrik
No.1 Tahun VII Statik Kelas XI Semester I MAN
2 Medan. Majalah/Jurnal
Covey Stephen R., (Alih bahasa Wandi S Generasi kampus Vol.4 No. 2
Brata). 2005. The 8th Habit. September 2011.
Melampaui Efektivitas,
Menggapai Keunggulan. Jakarta: Raka I Dewa Gede. 2012. Pendidikan
P.T. Gramedia Karakter untuk 250 Juta Orang:
Gerakan Menyongsong
Habibie B.J. 2012. Sumber Daya Manusia Seratus Tahun Merdeka.
Andalam Masyarakat Madani. Makalah. Konaspi VII .
Pidato Kunci Konvensi Nasional Yogyakarta: UNY
Pendidikan Indonesia (Konaspi)
VII . Yogyakarta: UNY Sinambela Pardomuan N.J.M. Penarikan
Kesimpulan dengan Metode
King F.J., Ludwika Goodson, Faranak Deduktif. Majalah/Jurnal
Rohani. 2012. Higher Order Generasi kampus, Vol 5, No. 1.
Thinking Skills. 2012.
www.cala.fsu.edu. Diunduh
tanggal 12 November 2012. Tilaar H. A. R. 2012. Memantapkan
Karakter Bangsa Menuju
Kristinandjerrry.http://kritinandjerry.name Generasi 2045). Makalah.
/jerry_teaching/general_info/Bloo Konaspi VII. Yogyakarta: UNY.
ms%20Higher
%20Order%20Thinking%20Verb Timpe A. Dale. (Alih bahasa Sofian
s.pdf. Diunduh tanggal 21 Cikmat). 1987. Kreativitas.
November 2012. Jakarta: P.T. Gramedia

Pangaribuan Wanapri. 1989. Hubungan Wildan M Arhamul. Metode Penalaran


antara Kesiapan Kerja, Deduktif dan Induktif.
Penguasaan Informasi Arhamulwildan. blogspot.com.
Kewiraswastaan, dan Motivasi diunduh tanggal 12 November
Kerja dengan Minat 2012.
Berwiraswasta dari Siswa Kelas
III Jurusan Listrik STM Negeri III
Medan. Tesis. Medan: IKIP
Medan.

1) Wanapri Pangaribuan, 2) Jongga Manullang adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro; Staf
Ahli Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan.
51

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW


UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR
MATEMATIKA SISWA KELAS VIII

Yasifati Hia
Abstrak
Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar
matematika siswa, sehingga perlu dilakukan suatu penelitian agar dapat teratasi permasalahan
tersebut. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Swasta Dharma Bakti
Kab. Langkat T.A 2012/2013 dengan objek aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi
bangun ruang sisi datar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dalam 2 siklus. Dalam
penelitian ini terdapat peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa setelah diterapkan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada materi bangun ruang sisi datar di kelas VIII SMP.
Kata kunci: aktvitas belajar, hasil belajar.
A. Pendahuluan
Matematika adalah suatu Slavin yang dikutip Trianto, 2009:30)
kumpulan konsep – konsep abstrak yang bahwa ”perkembangan kognitif sebagian
berhubungan dengan sistem deduktif besar bergantung kepada seberapa jauh
dimana dasar komunikasinya dimulai dari anak aktif memanipulasi dan aktif
unsur – unsur yang tak terdefinisikan. berinteraksi dengan lingkungannya”.
Pelaksanaan pembelajaran selama ini, Untuk meningkatkan aktivitas belajar
lebih terpusat pada guru sedangkan siswa perlu didesain pembelajaran dengan
peranan siswa masih sedikit. Trianto menggunakan model pembelajaran yang
(2009:5-6) ”proses pembelajaran hingga melibatkan aktivitas siswa dan disesuaikan
dewasa ini masih memberikan dominasi dengan materi yang akan disampaikan.
guru dan tidak memberikan akses bagi Permasalahan ini diharapkan
anak didik untuk berkembang secara dapat diperbaiki melalui penerapan model
mandiri melalui penemuan dalam proses pembelajaran yang mengikutsertakan
berpikirnya. Meskipun demikian, guru peran aktif siswa. Banyak model
lebih suka menerapkan model tersebut, pembelajaran yang dapat digunakan,
sebab tidak memerlukan alat dan bahan diantaranya adalah Model Pembelajaran
praktik, cukup menjelaskan konsep-konsep Kooperatif. Eggen and Kauchak (dalam
yang ada pada buku ajar atau referensi Trianto 2009:58) “pembelajaran kooperatif
lain” merupakan sebuah kelompok strategi
Hal ini bertolak belakang dengan pengajaran yang melibatkan siswa bekerja
apa yang dikemukakan Piaget (dalam secara berkolaborasi untuk mencapai
Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika; Sekretaris Jurusan Matematika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.
52

tujuan bersama”. Model pembelajaran antara lain: (1) meningkatkan kerjasama


kooperatif memiliki banyak tipe, salah antar siswa (2) Melatih tanggung jawab
satunya adalah model pembelajaran siswa (3) meningkatkan peran aktif siswa
kooperatif tipe Jigsaw. Model (4) melatih siswa untuk mau berpikir (5)
pembelajaran ini menerapkan sistem melatih keberanian siswa untuk
belajar berkelompok yang membagi materi menyampaikan pendapat kepada orang
ajar menjadi beberapa bagian dan lain.
kemudian setiap anggota kelompok Berdasarkan batasan masalah
menjadi ahli untuk satu bagian materi maka disusunlah rumusan masalah dalam
tertentu, setelah bagian materi dikuasai penelitian ini : Apakah ada peningkatan
mereka saling berbagi pengetahuan pada aktivitas dan hasil belajar siswa setelah
teman sekelompok. diterapkan model pembelajaran kooperatif
Beberapa keuntungan tipe Jigsaw pada materi bangun ruang sisi
menggunakan model pembelajaran ini datar di kelas VIII SMP.

B. PEMBAHASAN
1. Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar merupakan suatu Oral activities, (3). Listening activities,
kegiatan yang dilakukan untuk (4). Writing activities, (5). Drawing
menghasilkan perubahan pengetahuan- activities, (6). Motor activities, (7).
pengetahuan, nilai-nilai sikap, dan Mental activities, (8). Emosional activities.
keterampilan pada siswa sebagai latihan Dalam Penelitian ini, aktivitas siswa yang
yang dilaksanakan secara sengaja. akan diteliti hanya pada : Visual activities,
Menurut Paul B. Diedrich (dalam Oral activities, Listening activities,
Sardiman 2011:101) ada 8 jenis aktivitas Writing activities, Mental activities dan
belajar yaitu: (1). Visual activities, (2). Emosional activities.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan tujuan belajar telah ditetapkan oleh guru.
yang diperoleh siswa setelah melalui Proses belajar mencapai puncaknya pada
kegiatan belajar. Abdurrahman (2003:37) hasil belajar. Anak yang berhasil dalam
“hasil belajar adalah kemampuan yang belajar mencapai tujuan-tujuan
diperoleh anak setelah melalui kegiatan pembelajaran”
belajar yang terprogram dan terkontrol Hasil belajar merupakan
yang disebut kegiatan pembelajaran dan kemampuan yang diperoleh siswa berupa
Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika; Sekretaris Jurusan Matematika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.
53

pengetahuan, sikap, keterampilan setelah hasil belajar akan dicapai melalui usaha
melalui kegiatan belajar yang yang dilakukan dalam belajar itu sendiri.
menyebabkan perubahan tingkah laku Hasil belajar yang dimaksud dalam
dalam diri siswa tersebut, dengan tujuan penelitian ini adalah hasil belajar siswa
mendapatkan hasil yang baik. Hal ini yang diukur melalui tes essay setelah
berarti belajar dan hasil belajar adalah dua mengikuti proses pembelajaran.
hal yang tidak dapat dipisahkan, karena
3. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw.
Model pemebelajaran kooperatif ditugaskan untuk mempelajari dan
tipe Jigsaw adalah sebuah model belajar mendalami topik yang sama dan
kooperatif yang menitikberatkan kepada menyelesaikan tugas-tugas yang
kerja kelompok siswa dalam bentuk berhubungan dengan topiknya untuk
kelompok kecil , seperti yang diungkapkan kemudian dijelaskan kepada anggota
Trianto (2009 : 73) : “pembelajaran kelompok asal.
kooperatif tipe Jigsaw merupakan model Trianto (2009:73),
belajar kooperatif dengan cara siswa mengemukakan langkah-langkah
belajar dalam kelompok kecil yang terdiri kooperatif model Jigsaw sebagai berikut:
atas lima sampai dengan enam orang 1. Siswa dibagi atas beberapa kelompok
(tiap kelompok anggotanya 5-6 orang)
secara heterogen dan siswa bekerja sama
2. Materi pelajaran diberikan kepada
saling ketergantungan positif dan siswa dalam bentuk teks yang telah
dibagi-bagi menjadi beberapa subbab
bertanggung jawab secara mandiri.”
3. Setiap anggota kelompok membaca
Pada model pembelajaran subbab yang telah ditugaskan dan
bertanggung jawab untuk
kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok
mempelajarinya.
asal dan kelompok ahli. Kelompok asal 4. Anggota dari kelompok lain yang
telah mempelajari subbab yang sama
yaitu kelompok induk siswa yang
bertemu dalam kelompok-kelompok
beranggotakan siswa dengan kemampuan, ahli untuk mendiskusikannya
5. Setiap anggota kelompok ahli setelah
asal, dan latar belakang keluarga yang
kembali ke kelompoknya bertugas
beragam. Kelompok asal merupakan mengajar teman-temannya
6. Pada pertemuan dan diskusi
gabungan dari beberapa ahli. Kelompok
kelompok asal, siswa-siswa dikenai
ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari tagihan berupa kuis individu
anggota kelompok asal yang berbeda yang

Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika; Sekretaris Jurusan Matematika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.
54

C. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah yaitu penelitian tindakan kelas, maka
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom penelitian ini memiliki beberapa tahap
Action Reserch) yaitu penelitian yang yang merupakan suatu siklus. Tiap siklus
dimaksudkan untuk memberikan informasi dilaksanakan sesuai dengan perubahan
bagaimana tindakan yang tepat untuk yang akan dicapai. Arikunto (2008:75) :
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar “tidak ada ketentuan berapa kali siklus
matematika siswa, sehingga penelitian ini harus dilakukan. Banyaknya siklus
difokuskan kepada tindakan-tindakan tergantung dari kepuasan peneliti sendiri,
sebagai usaha untuk meningkatkan namun ada saran, sebaiknya tidak kurang
aktivitas dan hasil belajar matematika dari dua siklus”.
siswa. Sesuai dengan jenis penelitian ini
1. Alat Pengumpulan Data dan Analisis
Alat pengumpulan data adalah tes, dan Setelah dilakukan observasi oleh observer,
lembar observasi (Observasi terhadap maka data dianalisis dengan menggunakan
proses pembelajaran dan aktivitas siswa). rumus:
jumlah nilai dari seluruh aspek yang diamati
Pi 
banyaknya aspek yang diamati

Dimana Pi = hasil pengamatan pada pertemuan ke-i

Kriteria Hasil Observasi Pembelajaran


Skor Kriteria Proses Belajar Mengajar
3,6 – 4,0 Sangat baik
2,6 – 3,5 Baik
1,6 – 2,5 Kurang
1,0 – 1,5 Sangat kurang

2. Menganalisis Aktivitas Belajar Siswa


Hasil observasi aktivitas siswa Untuk melihat presentase aktivitas siswa
dianalisis secara deskriptif dengan digunakan rumus :
menggunakan persentase secara
kuantitatif.
skor yang diperoleh siswa
Persentase aktivitas siswa ( PAS )   100%
skor maksimum

Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika; Sekretaris Jurusan Matematika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.
55

Adapun kriteria penilaian aktivitas siswa adalah sebagai berikut:


PAS<60% : Aktivitas siswa kurang aktif
60%  PAS<70% : Aktivitas siswa cukup aktif
70%  PAS<85% : Aktivitas siswa aktif
PAS  85% : Aktivitas siswa sangat aktif
3. Menganalisis Hasil Belajar Siswa
Hasil tes yang diperoleh menyelesaikan soal-soal bangun ruang sisi
kemudian dianalisis untuk melihat datar serta upaya apa yang harus dilakukan
keberhasilan siswa dalam belajar, kesulitan untuk perbaikan pada tindakan
apa yang dialami siswa dalam selanjutnya.

Tingkat penguasaan siswa


Tingkat Penguasaaan Kriteria Kemampuan
90% - 100% Sangat tinggi
80% - 89% Tinggi
65% - 79% Sedang
55% - 64% Rendah
0% - 54% Sangat Rendah

Terdapat dua hal yang akan diukur melalui hasil dari setiap tes yang diberikan
kepada siswa, yaitu:
1. Ketuntasan belajar individu
Untuk mengetahui ketuntasan belajar secara perorangan digunakan rumus:
T
KB  x 100 % (dalam Trianto, 2009:241)
Ti
Dimana :
KB : Ketuntasan belajar
T : Jumlah skor yang diperoleh siswa
Ti : Jumlah skor total
Kriteria:
0 %  KB < 65% Siswa belum tuntas dalam belajar
65%  KB  100% Siswa telah tuntas dalam belajar
Seorang siswa dikatakan tuntas belajar jika KB siswa tersebut mencapai skor  65%

Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika; Sekretaris Jurusan Matematika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.
56

2. Ketuntasan belajar secara klasikal


Untuk mengetahui ketuntasan belajar secara klasikal digunakan rumus:
jumlah siswa yang memperoleh KB  65%
PKK   100%
jumlah seluruh siswa
Keterangan :
PKK : Persentase Ketuntasan Klasikal
Indikator Penarikan Kesimpulan
Aktivitas dan hasil belajar b) Semakin banyak siswa yang
dikatakan meningkat apabila ada mencapai kategori aktif atau sangat
pertambahan nilai, skor ataupun persentase aktif dan paling sedikit terdapat
pada setiap aspek yang dinilai. Adapun 75% siswa yang memperoleh
indikator penarikan kesimpulan dalam kategori tersebut.
penelitian ini adalah sebagai berikut: 2. Peningkatan hasil belajar matematika
1. Peningkatan aktivitas belajar siswa siswa dikatakan tercapai apabila
dikatakan tercapai apabila memenuhi memenuhi kedua kriteria berikut:
kedua kriteria berikut: a) Lebih banyak siswa yang tuntas
a) Proses pembelajaran dengan belajar secara individu pada siklus
menerapkan model pembelajaran dua dibandingkan dengan pada
kooperatif tipe jigsaw sekurang- siklus satu, dengan KB ≤ .
kurangnya berada pada kategori b) Ada penambahan nilai rata-rata
baik, dimana skor . kelas dari siklus satu ke siklus dua.
4. Hasil Penelitian
Hasil analisis tes diagnostik 2) Siswa sulit mengidentifikasi unsur-
terdapat 3 jenis kesulitan siswa: unsur dalam bangun ruang sisi datar
1) Siswa mengalami kesulitan untuk jika hanya melihat gambar
membedakan bangun ruang balok dan 3) Siswa tidak mampu menentukan
kubus jika hanya melihat gambar jaring-jaring dari bangun ruang sisi
datar

5. Alternatif Pemecahan dan Tindakan

Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika; Sekretaris Jurusan Matematika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.
57

Alternatif pemecahan masalah 3. Mempersiapkan instrumen penelitian,


yang juga merupakan perencanaan yaitu tes untuk menguji
tindakan, yaitu: kemampuan/hasil belajar siswa dan
1. Merancang skenario pembelajaran lembar observasi untuk melihat
yang berisikan langkah-langkah aktivitas siswa dalam proses
kegiatan yang sesuai dengan model pembelajaran
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw 4. Mempersiapkan lembar pengamatan
2. Mempersiapkan sarana pendukung, untuk mengamati situasi dan kondisi
yaitu bahan ajar yang dirancang kegiatan pembelajaran.
menjadi beberapa subbab dan alat
peraga yang sesuai dengan materi ajar
Hasil Observasi terhadap Proses Pembelajaran I
Pertemuan Rata-rata Skor
Kategori
Pada Siklus I Hasil Observasi
Pertemuan I 2,875 Baik
Pertemuan II 3 Baik
Pertemuan III 3,125 Baik

Dari keenam jenis aktivitas siswa (Visual, Oral, Listening, Writing, Mental dan
Emosional) yang diamati, diperoleh hasil sebagai berikut:
Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran Siklus I
Persentase Jumlah Siswa
Aktivitas Siswa Kategori
Pert I Pert II Pert III SIKLUS I
(PAS)
PAS<60% Kurang Aktif 18 8 3 10
60%≤PAS<70% Cukup Aktif 9 11 12 7
70%≤PAS<85% Aktif 10 19 23 18
PAS≥85% Sangat Aktif 4 3 3 6
Terdapat 24 dari 41 orang siswa atau 58,54% yang termasuk ikut berperan aktif
(PAS≥70%) selama Siklus I berlangsung.
Dari Tes Hasil Belajar yang telah diberikan setelah siklus I diperoleh:

Tingkat Penguasaan Siswa Siklus I

Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika; Sekretaris Jurusan Matematika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.
58

Persentase Tingkat Banyak Persentase Rata-rata


Penguasaan Kemampuan Siswa Jumlah Siswa Skor kemampuan
90% - 100% Sangat tinggi 0 0%
80% - 89% Tinggi 4 9,75%
66,20%(66%)
65% - 79% Sedang 27 65,85%
Sedang
55% - 64% Rendah 5 12,20%
0% - 54% Sangat rendah 5 12,20%
∑ 41 100%

Ketuntasan Belajar Siswa Pada THB Siklus I


KB yang Diperoleh Keterangan Jumlah Siswa
KB ≥ 65% Tuntas Belajar 31
KB < 65% Tidak Tuntas Belajar 10
Nilai rata-rata kelas 66,20

Refleksi I
Untuk melihat peningkatan aktivitas dan hasil belajar maka dilanjutkan siklus dua,
dengan perbaikan berdasarkan hasil refleksi.
Pelaksanaan Siklus dua
Kesulitan-kesulitan siswa pada siklus satu adalah:
1. Siswa masih berkesulitan menyelesaikan masalah pada luas permukaan dan volume
bangun ruang sisi datar.
2. Siswa sulit memahami materi ketika diskusi kelompok asal berlangsung jika terlalu banyak
subbab yang harus dipahami.
3. Siswa tidak berani mengemukakan pendapat.
Alternatif Pemecahan Masalah dan pelaksanaan tindakan
Pada siklus II, pembagian kelompok dibedakan menjadi 4 tim ahli sesuai dengan
materi yang akan dipelajari dan pada saat diskusi ahli, kelompok dengan materi yang sama
dibagi menjadi 2 bagian.
Hasil Observasi Terhadap Proses Pembelajaran
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan diketahui bahwa kelemahan-kelemahan
yang terdapat pada siklus I mengenai pengelolaan kelas dan efisiensi waktu tidak lagi
ditemukan pada siklus II dan pembelajaran berada pada kategori baik sehingga pembelajaran
tersebut dapat dikatakan berhasil.

Hasil Observasi terhadap Proses Pembelajaran II


Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika; Sekretaris Jurusan Matematika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.
59

Pertemuan Rata-rata Skor


Kategori
Pada Siklus II Hasil Observasi
Pertemuan V 3,125 Baik
Pertemuan VI 3,250 Baik
Pertemuan VII 3,250 Baik

a. Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Belajar Siswa


Persentase Jumlah Siswa
Aktivitas Siswa Kategori
Pert I Pert II Pert III SIKLUS I
(PAS)
PAS<60% Kurang Aktif 2 0 1 1
60%≤PAS<70% Cukup Aktif 11 9 8 9
70%≤PAS<85% Aktif 25 27 24 23
PAS≥85% Sangat Aktif 3 5 8 8

Dari keenam jenis aktivitas yang pembelajaran siklus II berlangsung


diobservasi, diperoleh aktivitas belajar terdapat 31 orang siswa (75,61%) yang
siswa secara keseluruhan. Berdasarkan termasuk ikut berperan aktif (PAS≥70%)
tabel di atas, diketahui bahwa saat selama Siklus II berlangsung.

Hasil Tes Belajar II


Tingkat Penguasaan Siswa Siklus II
Persentase Tingkat Banyak Persentase Rata-rata
Penguasaan Kemampuan Siswa Jumlah Siswa Skor kemampuan
90% - 100% Sangat tinggi 4 9,76%
80% - 89% Tinggi 8 19,51%
73,54%(74%)
65% - 79% Sedang 24 58,54%
Sedang
55% - 64% Rendah 3 7,32%
0% - 54% Sangat rendah 2 4,87%
∑ 41 100%

Ketuntasan Belajar Siswa Pada THB Siklus II


KB yang Diperoleh Keterangan Jumlah Siswa
KB ≥ 65% Tuntas Belajar 36
KB < 65% Tidak Tuntas Belajar 5
Nilai rata-rata kelas 73,54

Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika; Sekretaris Jurusan Matematika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.
60

Dari tabel di atas diketahui bahwa terdapat 36 dari 41 orang siswa yang telah tuntas
belajar (nilainya ≥ 65), dengan demikian diperolehlah Persentase Ketuntasan Klasikal (PKK)
sebesar 87,80 %.
6. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan data dan hasil diterapkan model pembelajaran kooperatif
penelitian menunjukkan terdapat tipe Jigsaw pada materi ajar bangun ruang
peningkatan aktivitas dan hasil belajar sisi datar. Peningkatan aktivitas dan hasil
siswa dari siklus I ke siklus II setelah belajar siswa pda setiap siklus sbb:
Siklus I Siklus II
Pertemuan
Skor Kategori Skor Kategori
Pertama 2,875 Baik 3,125 Baik
Kedua 3 Baik 3,250 Baik
Ketiga 3,125 Baik 3,250 Baik
Rata-rata 3 Baik 3,208 Baik
Peningkatan rata-rata skor 0,208

Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa setiap siklus:

Jumlah siswa
Kriteria PAS
Kategori Siklus I Siklus II
PAS < 60% Kurang Aktif 10 `1
60%≤PAS<70% Cukup Aktif 7 9
70%≤PAS<85% Aktif 18 23
PAS≥85% Sangat Aktif 6 8

Tingkat ketuntasan belajar siswa:


Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa
Keterangan
(KB) Siklus I Siklus II
KB ≥ 65% Tuntas Belajar 31 36
KB < 65% Tidak Tuntas Belajar 10 5
Nilai rata-rata kelas 66,20 73,54

Dari tabel diatas menunjukkan pembelajaran Model Jigsaw. Adapun


adanya peningkatan aktivitas dan hasil penelitian lain yang sejenis adalah: Dwi
belajar siswa setelah diterapkan Yunivo (2012) dengan menggunakan
Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika; Sekretaris Jurusan Matematika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.
61

model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw 15,21% setelah diterapkan model


untuk melihat peningkatan aktivitas belajar pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada
siswa. Hasil penelitian yang dilakukannya pokok bahasan bentuk pangkat dan akar di
berbanding lurus dengan hasil penelitian kelas X SMA Sultan Iskandar Muda T.A
ini, dimana ia menyatakan bahwa ada 2012/2013.
peningkatan aktivitas belajar siswa sebesar

7. Hubungan Aktivitas dan Hasil Belajar


Menurut Piaget (dalam Slavin berkaitan dengan hasil penelitian yang
yang dikutip Trianto, 2009:30) bahwa diperoleh bahwa semakin aktif seorang
”perkembangan kognitif sebagian besar siswa dalam proses pembelajaran maka
bergantung kepada seberapa jauh anak semakin baik hasil belajar yang
aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi diperolehnya.
dengan lingkungannya”. Pernyataan ini

D. KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian dan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
pembahasan, maka diperoleh kesimpulan pada materi bangun ruang sisi datar
sebagai berikut: di kelas VIII SMP Swasta Dharma
1. Pembelajaran yang dilaksanakan Bakti Kab. Langkat T.A 2012/2013.
pada siklus I berada pada kategori 2. Terdapat 31 dari 41 orang siswa
baik dan terdapat 24 orang siswa (75,61%) yang telah tuntas belajar
(58,54%) yang tergolong ikut secara individu pada THB (Tes Hasil
berperan aktif selama pembelajaran Belajar) di siklus I dengan nilai rata-
berlangsung. Pada siklus II, rata kelas sebesar 66,20. Pada THB
pembelajaran yang dilaksanakan di siklus II, terdapat 36 dari 41 orang
setelah dianalisis berada pada siswa (87,80%) yang telah tuntas
kategori baik dan terdapat 31 orang belajar secara individu dengan nilai
siswa (75,61%) yang tergolong ikut rata-rata kelas sebesar 73,54.
berperan aktif selama pembelajaran Sehingga, ada peningkatan hasil
berlangsung. Sehingga, ada belajar siswa setelah diterapkan
peningkatan aktivitas belajar siswa model pembelajaran kooperatif tipe
setelah diterapkan model jigsaw pada materi bangun ruang sisi

Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika; Sekretaris Jurusan Matematika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.
62

datar di kelas VIII SMP Swasta sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan
Dharma Bakti Kab. Langkat T.A hasil belajar siswa. Selain itu agar
2012/2013. mempersiapkan perencanaan yang benar-
Berdasarkan hasil dan benar matang, baik itu dalam pembagian
pembahasan maka penulis menyarankan materi menjadi beberapa subbab maupun
agar guru menggunakan model dalam pembagian waktu agar
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran tersebut berjalan dengan
proses pembelajaran matematika, sehingga lebih baik.
pembelajaran tersebut lebih bervariasi
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., (2003), Pendidikan Suwarto, (2011), Penelitian Tindakan


Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Kelas dan Struktur Penulisannya,
Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. (Diakses Januari 2012)
Arikunto, S., dkk., (2008), Penelitian Sudjana, N., (2009), Penilaian Hasil
Tindakan Kelas, Bumi Aksara, Proses Belajar Mengajar, Remaja
Jakarta. Rosdakarya, Bandung.
Dimyati, dan Mudjiono, (2009), Belajar Suprijono, A., (2010), Cooperative
dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Learning Teori dan Aplikasi
Jakarta. PAIKEM, Pustaka Pelajar,
Fakultas Matematika dan Ilmu Yogyakarta.
Pengetahuan Alam Universitas Syah, M., (2003), Psikologi Pendidikan
Negeri Medan, (2011), Buku dengan Pendekatan Baru, P.T.
Pedoman Penulisan Proposal dan Remaja Rosdakarya, Bandung.
Skripsi Mahasiswa Program Studi Trianto, (2009), Mendesain Model
Kependidikan, FMIPA Unimed. Pembelajaran Inovatif-Progresif:
Hamalik, O, (2008), Proses Belajar Konsep, Landasan, dan
Mengajar, Bumi Aksara, Inplementasinya pada Kurikulum
Bandung. Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), Kencana, Jakarta.
Isjoni, (2009), Pembelajaran kooperatif
Meningkatkan Kecerdasan Yunivo, D., (2012), Penerapan Model
Komunikasi antar Peserta Didik, Pembelajaran Kooperatif tipe
Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Jigsaw untuk Meningkatkan
Nuharini, D. dan Wahyuni, T., (2008), Aktivitas Belajar Siswa pada
Matematika Konsep dan Pokok Bahasan Bentuk Pangkat
Aplikasinya: untuk SMP/MTs dan Akar di Kelas X SMA Sultan
kelas VIII, Pusat Perbukuan Iskandar Muda Tahun Ajaran
Departemen Pendidikan Nasional, 2012/2013, FMIPA UNIMED,
Jakarta. Medan.

Sardiman, (2011), Interaksi dan Motivasi


Belajar Mengajar, P.T. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika; Sekretaris Jurusan Matematika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.
63

SUATU PENDEKATAN STRATEGI DAN METODE PENDIDIKAN SENI MELALUI


KEGIATAN BERNYANYI SEBAGAI ASPEK - ASPEK PENGEMBANGAN
PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK USIA DINI

Oleh :
Lamhot Basani SihombinG

Abstrak
Seni bagi anak-anak merupakan kegiatan bermain, berekspresi, dan kreatif yang
menyenangkan. Salah satu kegiatan seni dalam pendidikan untuk anak usia dini adalah
bernyanyi. Pada usia pra sekolah (4-6 tahun) tidak semua anak mampu mengomunikasikan
pikiran dan perasaannya secara verbal atau tertulis, dan pada usia tersebut, daya tangkap
anak masih sangat terbatas. Oleh karenanya, melalui kegiatan bernyanyi diharapkan anak
dapat memahami dan memaknai pesan moral yang disampaikan, yang nantinya dapat
berpengaruh terhadap karakter dan kepribadian serta tingkah laku anak tersebut. Kegiatan
bernyanyi yang sering dilakukan adalah kegiatan bernyanyi aktif. Dimana seluruh aspek
pengembangan masuk di dalamnya, antara lain : (1) Ekspresi dan emosi anak; (2)
Mengembangkan kecakapan hidup; (3) Kemampuan berbahasa; (4) Hubungan sosial.

Kata Kunci : Bernyanyi, Pengembangan Diri, Pendidikan Seni

A. PENDAHULUAN
Tujuan adanya struktur Pendidikan untuk anak sebaiknya
pendidikan guna membentuk seseorang dimulai sejak usia dini, yaitu umur 0 - 6
agar memiliki kepribadian, berkarakter, tahun. Pada masa usia 0 - 6 tahun
intelektual, mandiri serta mampu merupakan masa keemasan (golden age),
bersosialisasi dengan lingkungansekitar. dimana stimulasi seluruh
Ini sesuai dengan pernyataan Dewantara aspek perkembangan berperan penting
(1962 : 14) yang mengemukakan pendapat untuk tugas perkembangan selanjutnya.
bahwa pendidikan adalah daya upaya Sejumlah riset menunjukan bahwa
untuk memajukan pertumbuhan budi perkembangan kecerdasan anak pada masa
pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran ini mengalami peningkatan.
atau intelektual dari tubuh anak kita agar Ahli pendidikan di Universitas
anak kita dapat memajukan kesempurnaan Chicago Amerika Serikat mengemukakan
hidup dan selaras bagi penghidupan yang bahwa pertumbuhan sel jaringan otak pada
kita didik selaras dengan dunianya. anak usia 0 - 4 tahun mencapai 50%
hingga usia 8 tahun mencapai 80%.
Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik; Fakultas Bahasa dan Seni;
Staf Ahli Pembantu Rektor Biidang Kemahasiswaan, Universitas Negeri Medan.
64

Apabila pada usia tersebut anak tidak karena seni mengolah kepekaan anak
mendapatkan rangsangan yang maksimal, terhadap alam sekitar dan hal-hal yang
maka otak anak tidak dapat berkembang berkaitan dengan keindahan (K.H
secara optimal. Dewantoro dalam Kamaril W.S., 1998).
Peran para pendidik baik orang Seni bagi anak usia 4 - 6 tahun
tua, guru, pengasuh maupun orang dewasa (pra sekolah) merupakan kegiatan
lainnya sangat dibutuhkan pada masa usia bermain, berekspresi, dan kreatif yang
dini, dengan menyediakan lingkungan menyenangkan. Salah satu kegiatan seni
yang kondusif, sehingga anak memiliki dalam pendidikan untuk anak-anak TK
kesempatan untuk mengembangkan adalah bernyanyi. Bernyanyi merupakan
seluruh potensinya. Potensi yang dimaksud salah satu fungsi seni sebagai media
meliputi seluruh aspek moral dan nilai- komunikasi atau sarana dan cara untuk
nilai agama, sosial, emosional dan berhubungan dengan anak. Pada usia pra
kemandirian, kemampuan berbahasa, sekolah (4 - 6 tahun) tidak semua anak
kognitif, fisik/motorik, termasuk minat dan mampu mengomunikasikan pikiran dan
bakat anak dalam bidang seni. Pada masa perasaannya secara verbal atau tertulis, dan
usia dini yakni usia 4 - 6 tahun, anak pada usia tersebut, daya tangkap anak
mengalami masa kepekaan, dimana masih sangat terbatas. Oleh karenanya,
seluruh fungsi fisik dan psikis merespons melalui kegiatan bernyanyi diharapkan
stimulus yang diberikan oleh lingkungan anak dapat memahami dan memaknai
sekitar. pesan moral yang disampaikan, yang
Pendidikan seni pada anak nantinya dapat berpengaruh terhadap
merupakan salah satu upaya untuk karakter dan kepribadian serta tingkah laku
menggali kemampuan dasar dan potensi anak tersebut. Fenomena inilah yang
anak. Pendidikan seni memiliki banyak menarik perhatian penulis untuk
manfaat yang dapat diterima secara membahas lebih dalam tentang bagaimana
langsung maupun tidak langsung oleh pendidikan seni yang lebih
anak. Fungsi yang dapat diterima secara mengetengahkan pada kegiatan bernyanyi
langsung yakni sebagai media ekspresi untuk anak usia pra sekolah (4 - 6 tahun),
diri, media komunikasi, media bermain sangat berpengaruh bagi pengembangan
dan menyalurkan minat dan bakat anak diri anak baik dari sisi respon afektif,
tersebut (Pekerti, 2008 : 127). Melalui seni kognitif dan psikomotor.
seorang anak akan dilatih kehalusan budi,

Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik; Fakultas Bahasa dan Seni;
Staf Ahli Pembantu Rektor Biidang Kemahasiswaan, Universitas Negeri Medan.
65

B. PEMBAHASAN
Taman Kanak-Kanak merupakan dimana anak mulai menirukan sesuatu,
wadah pengembangan potensi bagi anak mengingat dan berpikir, mulai menyadari
usia dini. Berdasarkan kurikulum tahun bahwa suatu benda tetap ada meskipun
2004, pendidikan di Taman Kanak- disembunyikan, gerakan-gerakan mulai
Kanak bertujuan mengembangkan bertujuan, tidak hanya refleks. Sedangkan
kemampuan fisik, bahasa, sosial- pada usia 2 - 7 tahun, anak mulai
emosional, moral dan nilai agama, kognitif memasuki periode praoperasional, dimana
serta seni (Kurikulum Pendidikan Usia anak mulai mampu berkomunikasi
Dini 2004 dalam pekerti, 2008 : 145). menggunakan simbol-simbol, mampu
Namun seiring perkembangannya, dalam berpikir operasi satu arah, namun masih
Kurikulum TK berbasis KTSP (Kurikulum sulit melihat pandangan orang lain (ego
Tingkat Satuan Pendidikan), bidang tinggi). Teori ini bisa digunakan untuk
pengembangan seni terintegrasi dengan merancang pendekatan yang akan
bidang-bidang pengembangan lainnya, dilakukan pada proses pembelajaran anak
diantaranya terintegrasi dengan usia pra sekolah (4 - 6 tahun) pada
pengembangan fisik motorik, terintegrasi umumnya dan pendidikan seni pada
dengan bidang pengembangan kognitif, khususnya.
bahasa dan juga sosial emosional, serta Anak cenderung menyukai
moral dan nilai-nilai agama kegiatan yang menyenangkan bagi dirinya.
(http://edukasi.kompasiana.com/2010/11/1 Oleh karena itu, guru harus menciptakan
2/pendidikan-seni-untuk-taman-kanak- suasana menyenangkan dalam proses
kanak/). Bukan berarti pendidikan seni pembelajaran untuk anak khususnya anak
ditiadakan, hanya saja aspek dan fokus usia pra sekolah (4 - 6 tahun) dengan
pengembangannya mencakup semua strategi, metode, materi dan media
aspek-aspek pengembangan lainnya. menarik serta mudah diikuti anak.
Pendidikan untuk anak memiliki Bernyanyi adalah salah satu solusi yang
tahapan-tahapan yang harus disesuaikan harus diterapkan guru untuk penyampaian
berdasarkan tingkatan umur dan materi yang berkaitan dengan tujuan
kemampuan anak. Menurut teori Peaget pengembangan anak. Melalui kegiatan
(Pekerti, 2008 : 3.5), tahap-tahap bernyanyi, guru lebih mudah
perkembangan kognitif anak pada usia 0 - berkomunikasi dengan anak, dan anak
2 tahun memasuki periode sensori motor, lebih mudah memahami serta memaknai

Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik; Fakultas Bahasa dan Seni;
Staf Ahli Pembantu Rektor Biidang Kemahasiswaan, Universitas Negeri Medan.
66

pesan-pesan yang disampaikan guru. (http://bintangbangsaku.com/artikel/.berny


Berdasarkan observasi yang dilakukan, anyi).
terdapat respon positif yang ditimbulkan Kegiatan bernyanyi yang sering
anak dari kegiatan bernyanyi. Hal ini dilakukan untuk anak usia pra sekolah
membuktikan bahwa kegitan bernyanyi adalah kegiatan bernyanyi aktif, karena
merupakan suatu pendekatan yang harus bernyanyi berkaitan dengan ekspresi diri,
dilakukan oleh para pendidik sebagai pengembangan bahasa dan intelektual,
bagian dari proses pengembangan anak. hubungan sosial serta kreatifitas, dimana
Hirmaningsih berpendapat bahwa semua itu menjadi prinsip dari aspek-aspek
terdapat dua bentuk kegiatan bernyanyi pengembangan dalam diri anak tersebut.
yang dilakukan anak, yang pertama adalah Sekilas, kegiatan bernyanyi terlihat seperti
bernyanyi pasif dimana anak hanya kegiatan olah vokal biasa untuk anak,
mendengar suara nyanyian dan namun perlu diketahui bahwa banyak
menikmatinya, tanpa terlibat secara manfaat yang diperoleh dari kegiatan
langsung dalam kegiatan nyanyian, dan bernyanyi. Berikut analisis penulis
yang kedua bernyanyi aktif dimana anak mengenai aspek-aspek pengembangan
melakukan secara langsung kegiatan serta respon yang akan ditimbulkan secara
bernyanyi, baik bernyanyi sendiri, nyata oleh anak setelah menerima
mengikuti, maupun berkelompok pendidikan seni melalui kegiatan
bernyanyi di TK :
1. Membentuk Ekspresi dan Emosi Anak
Peran bernyanyi bagi anak-anak (http://www.medicalera.com/index.phpopti
adalah sebagai media ekspresi. Dimana on=com_myblog&show=10manfaat_berm
anak-anak mencurahkan apa yang ada ain_alat_musik_bagi_anak-
dalam hatinya, baik itu senang ataupun anak.html&itemid=314).
sedih, secara bebas dan spontan. Melalui Oleh karena itu, menjadi tugas
kegiatan bernyanyi anak dapat guru untuk memperkenalkan
mengekspresikan apa yang dirasakan, musik melalui bernyanyi pada anak-anak,
dipikirkan, diimpikan secara pribadi. serta menempatkan kegiatan bernyanyi
Jolkovski berkata, “Musik memberikan pada waktu dan saat yang tepat. Terlebih
kesenangan dan mengekspresikan nuansa dahulu guru harus mengerti karakteristik
kehidupan emosional dimana tidak ada suara anak, serta membimbing anak untuk
kata-kata di dalamnya” bernyanyi agar kegiatan bernyanyi menjadi

Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik; Fakultas Bahasa dan Seni;
Staf Ahli Pembantu Rektor Biidang Kemahasiswaan, Universitas Negeri Medan.
67

suatu kegiatan yang menyenangkan bagi penuh imajinatif, gembira, interval nada
mereka. Wilayah suara anak dibagi yang mudah dicapai anak (misalnya : do -
menjadi dua, yakni suara anak tinggi mi, mi - do), dan lagu ada unsur
dengan jangkauan dari c’ - f’’, dan suara perulangan.
anak rendah dengan jangkauan nada a - Agar kegiatan bernyanyi lebih
d’’. Meskipun suara anak cenderung menarik perhatian anak, guru juga bisa
melengking, namun jangan terlalu sering memadukannya dengan gerakan atau tarian
memaksakan anak dengan nyanyian sesuai dengan syair lagu yang
bernada tinggi, hal itu akan menimbulkan dinyanyikan. Bernyanyi dan menari tidak
ketidaknyamanan anak tersebut dalam dapat dipisahkan dari anak-anak. Gerak
bernyanyi. merupakan hal yang menyenangkan bagi
Pemilihan tema lagu yang akan anak, seperti : melompat, berputar, berlari.
dinyanyikan baik secara Ekspresi diri anak juga bisa ditimbulkan
berkelompok ataupun individu tentunya dari gerakan dalam bernyanyi. Anak bisa
harus disesuaikan dengan kondisi dan mengungkapkan perasaan gembira dengan
kemampuan anak, dan dapat menarik gerak ritmik yang cepat dan bersemangat,
minat anak untuk merespon pesan-pesan melakukan gerakan yang makin lama
yang akan disampaikan dari lirik lagu. makin cepat sesuai dengan pengalaman
Pada usia anak 4 - 6 tahun, mereka anak sehari-hari dan lain sebagainya.
memiliki kecenderungan akan semua hal Melalui gerak anak dapat menunjukan
yang menyenangkan baginya, dan itulah pemahaman yang mereka miliki. Melalui
yang menjadi perhatian anak-anak. Oleh gerak ritmik yang dipadukan dengan
karena itu, untuk menarik minat dan bernyanyi, maka hal ini akan melatih
perhatian anak-anak, guru harus pandai emosional anak mengenai ketukan,
dalam pemilihan lagu, tentunya harus kesabaran dalam mengikuti ritmik yang
sesuai dengan karakter lagu untuk anak, ditentukan dan rasa aman yang
antara lain melodi nada yang dinyanyikan ditimbulkan karena seluruh ekspresi
harus mudah diingat, memiliki tema atau anak dapat diungkapkan melalui
cerita sehingga mudah dicerna dan diingat gerakannya. Contoh lagu yang melibatkan
anak dan dapat lebih mudah diekspresikan aktifitas gerak dan bernyanyi :
anak, sesuai dengan dunia anak yang lucu,
“Tangan ke atas, tangan ke depan
Tangan dilipat, duduk yang manis”

Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik; Fakultas Bahasa dan Seni;
Staf Ahli Pembantu Rektor Biidang Kemahasiswaan, Universitas Negeri Medan.
68

Kutipan lagu ini berisi tentang bernyanyi bukan sekedar bagian dari
perintah guru kepada anak-anak kecerdasan seni yang dimiliki oleh anak,
untuk tertib, disertai dengan ungkapan melainkan juga mengasah kecerdasan
gerak. Namun kegiatan bernyanyi yang sosio-emosi anak sebab bernyanyi harus
dipadukan dengan aktifitas gerak tidak menyajikan lagu dengan emosi dan
bisa dilakukan terlalu lama pada anak- ekspresi yang tepat sesuai isi lagu. Dari
anak, karena menyebabkan kelelahan pada sisi kesehatan menyanyi dapat melatih otot
anak. kepala dan leher serta melatih organ
Respon yang didapat oleh anak pendengarannya
melalui kegiatan bernyanyi, anak bisa (http://bintangbangsaku.com/artikel/.berny
membedakan perasaan senang, sedih, anyi). Dengan kata lain, bernyanyi dan
gembira, riang, dan anak dengan penuh gerak adalah suatu media untuk melatih
rasa puas dan spontan bisa motorik kasar dan motorik halus anak.
mengungkapkan apa yang dia rasakan, Meskipun selama masa anak-anak
pikirkan dan inginkan. Menambah rasa pertumbuhan fisiknya mengalami
percaya diri pada anak, hal ini bisa dilihat perlambatan, namun ketrampilan
dari sikap anak saat bernyanyi dengan ketrampilan motorik kasar dan motorik
ekspresi suara yang lantang, riang dan halus justru yang berkembang pesat
ekspresi gerak yang bersemangat. (Desmita, 2008 : 127).
Hirmaningsih berpendapat bahwa
2. Pengembangan Life Skill Anak
Pepatah mengatakan “belajar di perkembangan selanjutnya. Sesuai dengan
waktu kecil bagai mengukir di atas pasir, standart kompetensi TK, pada usia ini
belajar sesudah dewasa, bagaikan adalah waktu yang tepat untuk
mengukir di atas air” yang artinya bahwa pembentukan perilaku anak melalui
masa kanak-kanak adalah masa yang pembiasaan yang meliputi nilai-nilai moral
paling baik untuk memahatkan segala agama dan tingkah laku yang diharapkan
bentuk pada diri anak. Pada masa anak- kelak menciptakan ketaqwaan terhadap
anak usia 0 - 6 tahun (usia dini) merupakan Tuhan Yang Maha Esa, kejujuran,
masa keemasan (golden age), dimana keadilan, kepercayaan, rasa hormat, dan
stimulasi seluruh aspek perkembangan tanggung jawab.
berperan penting untuk tugas

Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik; Fakultas Bahasa dan Seni;
Staf Ahli Pembantu Rektor Biidang Kemahasiswaan, Universitas Negeri Medan.
69

Kegiatan bernyanyi memiliki yang ada di SD, SMP dan SMA. Pada usia
peran yang sangat besar dalam hal tersebut anak belum mampu mencerna
pengembangan kecakapan hidup seorang komunikasi secara mendalam, oleh karena
anak, mengingat tantangan globalisasi itu proses pengembangannya harus diolah
yang menuntut kualitas sumber daya oleh guru agar lebih mudah diterima dan
manusia yang prima dan unggul, oleh dipahami anak. Melalui kegiatan
karena itu potensi anak harus digali sejak bernyanyi, pesan-pesan yang berkaitan
dini agar siap menghadapi perannya di dengan pengembangan kecakapan hidup
masa mendatang. Aspek kecakapan hidup atau general skill dapat dengan mudah
pertama yang harus ditanamkan pada anak dicerna dan diterima oleh anak.
TK yaitu kecakapan dasar atau general Seorang guru memiliki peran
skill, yang mencakup dua sub kecakapan yang besar dalam kegiatan pengembangan
yaitu personal skill yakni kecakapan kecakapan hidup atau general skill melalui
memelihara sukma atau roh, dan kegiatan bernyanyi. Syair lagu yang
memelihara raga, serta social skill yakni digunakan dalam kegiatan bernyanyi harus
kecakapan memelihara hubungan dengan mengandung nilai-nilai moral dan tingkah
masyarakat umum dan masyarakat khusus. laku tentang mana yag baik dan buruk
Dengan demikian, diharapkan anak kelak untuk dilakukan. Tidak hanya
memiliki kesadaran terhadap dirinya mengandung unsur nilai moral tetapi juga
sebagai makhluk Tuhan dan menunjukan nilai-nilai kehidupan, antara lain kasih
sikap rajin beribadah, disiplin dan bekerja sayang antar sesama, kepada orang tua,
keras. Anak juga diharapkan menyadari teman, guru, dan lain sebagainya. Salah
potensi dirinya sehingga dapat memilih satu contoh lagu yang bisa menimbulkan
bidang yang sesuai dengan keinginan dan rasa tanggung jawab anak terhadap diri
kemampuannya, baik non akademik sendiri adalah lagu “Bangun Tidur”. Pada
maupun akademik. Menjadi makhluk syairnya terlihat jelas mengandung nilai
sosial yang saling menghormati, gotong- moral tanggung jawab anak,
royong serta menjadi makhluk lingkungan untuk membiasakan setelah bangun tidur
yang dapat memelihara alam dan haruslah mandi, menggosok gigi,
memanfaatkan dengan arif dan bijaksana. menolong ibu membersihkan tempat tidur.
Pengembangan kecakapan hidup Adapun pengertian dari tanggung jawab di
yang diterapkan kepada anak TK tidak sini adalah kesadaran dalam diri anak,
dapat disamakan dengan pengembangan bahwa setiap tindakannya akan

Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik; Fakultas Bahasa dan Seni;
Staf Ahli Pembantu Rektor Biidang Kemahasiswaan, Universitas Negeri Medan.
70

mempunyai pengaruh bagi orang lain adanya bimbingan, perhatian dan arahan
maupun bagi dirinya sendiri. Menamkan orang tua untuk mengembangkan seluruh
rasa tanggung jawab kepada anak potensi yang ada dalam diri anak. Karakter
sebaiknya dilakukan dengan memberi merupakan watak dasar seseorang, yang
contoh kongkrit dari orang tua maupun perkembangannya sangat dipengaruhi oleh
guru, misalnya bersama sama banyak faktor mulai dari keluarga, sekolah
membersihkan tempat tidur dan anak ikut dan masyarakat. Oleh karena itu menjadi
membantu, ataupun membuang sampah tugas seorang pendidik untuk membantu
pada tempatnya, dengan begitu anak akan tugas orang tua dalam hal pembentukan
meniru perbuatan orang tua, karena orang karakter diri anak. Seseorang yang
tua adalah cermin bagi anak dan contoh berkarakter baik, cenderung memiliki
paling dekat untuk ditiru. Anak kecil sikap yang baik dan terpuji.
tumbuh dalam jiwa yang kosong dari Menanamkan nilai-nilai moral
semua lukisan dan gambaran. Jiwanya siap pada anak, tidak cukup dengan
menerima semua ukiran. Jika jiwanya menyampaikan kata-kata dan nasihat serta
dibiasakan dengan akhlak yang baik, maka teguran-teguran apabila anak melakukan
jiwanya akan tumbuh berdasarkan kesalahan. Pada usia anak 0 - 6 tahun daya
kebiasaan yang baik (Ghazali dalam tangkap dan daya ingatan anak terhadap
Najati, 2002 : 253). perkataan masih sangat lemah, sehingga
Apabila nilai-nilai moral salah satu solusi penyampaiannya melalui
ditanamkan kepada anak sejak dini, maka lagu atau nyanyian. Contoh lagu yang
besar kemungkinan anak tersebut akan terdapat nilai-nilai moral untuk dilakukan
menjadi seseorang yang berguna bagi anak antara lain :
bangsa dan negara. Oleh karena itu perlu

“Anak TK tak boleh ngompol, Anak TK tak boleh cengeng


Anak TK haruslah cerdas, agar disayang semua...”
Dari sebait lirik ini, aku sayang Ibu, dua-dua juga sayang
menyampaikan pesan moral tanggung Ayah, tiga-tiga sayang Adik Kakak, satu
jawab dan disiplin anak, serta dapat dua tiga sayang semuanya”. Lagu ini
memotivasi anak untuk melakukannya mengajarkan anak untuk saling
dalam kehidupan sehari-hari sesuai syair. menyayangi dan menghormati dalam
Contoh lain adalah syair lagu “Satu-satu keluarga dan sesama. Tentunya melodi

Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik; Fakultas Bahasa dan Seni;
Staf Ahli Pembantu Rektor Biidang Kemahasiswaan, Universitas Negeri Medan.
71

nada yang digunakan mudah diingat oleh problema hidup dan kehidupan dengan
anak, dan jangkauan intervalnya sesuai wajar tanpa merasa tertekan kemudian
dengan kemampuan anak, sehingga anak secara aktif dan proaktif mencari serta
dapat dengan mudah menyanyikan dan menemukan solusi sehingga mampu
mengingatnya. mengatasinya. Melalui kegiatan bernyanyi
Selain digunakan untuk di TK maka bagi anak yang memiliki
pengembangan general skill, secara bakat dan kemampuan bernyanyi baik,
alamiah kegiatan bernyanyi juga melatih secara tidak langsung kemampuan tersebut
kekreatifitasan anak dan media dilatih. Dan apabila bakat dan potensi
pengembangan bakat dalam diri anak. bernyanyi anak dikembangkan sejak dini,
Sesuai dengan pengertian life skill itu maka besar kemungkinan bernyanyi
sendiri yaitu kecakapan yang dimiliki menjadi suatu prestasi bagi anak di masa
seseorang untuk berani menghadapi yang akan datang.
3. Kemampuan Berbahasa Anak
Bernyanyi tentu saja tidak bisa berjudul “Nama-Nama Hari”. Pada lagu ini
lepas dari kata atau kalimat yang harus anak diajarkan untuk mengingat nama hari
diucapkan. Pada usia 0 - 6 tahun sesuai dengan urutannya. Agar anak bisa
perbendaharaan kata anak masih sangat memahami, guru bertugas menuliskan
sedikit. Melalui kegiatan bernyanyi secara nama-nama hari sesuai urutannya.
tidak langsung anak menambah kosa Smilansky dalam Beaty (1994)
katanya, selain itu anak lebih fasih dalam menemukan tiga fungsi utama bahasa pada
berbahasa Indonesia. Guru tidak harus anak (Yeni Rachmawati dan Kurniati,
memberikan lagu dengan syair berbahasa 2006 : 65), yaitu :
Indonesia saja. Pengetahuan anak terhadap a) Meniru ucapan orang dewasa
bahasa lain selain Indonesia juga sangat b) Membayangkan situasi(terutama
penting, dengan begitu anak bisa dialog)
menguasai berbagai macam bahasa di c) Mengatur permainan.
dunia meskipun hanya berupa kata-kata
sederhana. Pada kegiatan bernyanyi, fungsi
Bahasa yang disampaikan kepada bahasa yang paling sering dilakukan anak
anak ialah berupa simbol-simbol, bisa adalah menirukan ucapan orang dewasa
berupa gambar, tulisan dan lain terutama guru di kelas. Pada saat guru
sebagainya. Seperti contoh lagu yang menyanyikan nama-nama hari tersebut,

Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik; Fakultas Bahasa dan Seni;
Staf Ahli Pembantu Rektor Biidang Kemahasiswaan, Universitas Negeri Medan.
72

secara alamiah anak akan menirukan apa Mengenalkan anak pada bahasa
yang diucapkan atau dinyanyikan guru, asing, seperti bahasa Ingris juga penting.
dan anak juga akan lebih mudah Untuk menanamkan pemahaman pada diri
mengingatnya apabila lagu tersebut anak, bahwa di dunia ini banyak beragam
mengandung unsur pengulangan. Dengan suku, ras, bahasa dan kebudayaan. Berikut
demikian kemampuan bahasa anak akan salah satu contoh penyampaian
meningkat dan daya ingat anak terhadap komunikasi dengan anak melalui lagu dan
materi juga semakin tajam. simbol dengan bahasa Inggris :

“Kucing cat, anjing dog, gajah itu elephant


Semut ant, burung bird, tikus itu mouse”

Bernyanyi dengan menggunakan mengekspresikan dirinya. Selain itu, dapat


bahasa Inggris dan menyebutkan nama- mengembangkan kemampuan berpikir
nama hewan, dapat menarik minat dan anak untuk dapat mengolah perolehan
keingintahuan anak. Untuk mempermudah belajarnya, dapat menemukan bermacam-
penyampaian materi, guru bisa macam alternatif pemecahan masalah,
menyediakan gambar hewan-hewan yang membantu anak untuk mengembangkan
akan dinyanyikan, dan menunjuk ke kemampuan logika matematiknya dan
gambar tersebut untuk mengarahkan pengetahuan akan ruang dan waktu serta
perhatian anak. Apabila perbendaharaan mempunyai kemampuan untuk memilah-
kata anak sudah tercukupi, maka hal milah, mengelompokkan serta
tersebut akan berdampak positif terhadap mempersiapkan pengembangan
perkembangan berbicara anak. Anak akan kemampuan berpikir secara teliti.
lebih percaya diri, dan kreatif dalam
4. Hubungan Sosial
Kegiatan bernyanyi juga memiliki sebelum dan sesudah malakukan kegiatan,
peran penting bagi pengembangan mengucapkan salam bila bertemu dengan
hubungan sosial anak. Baik hubungan orang lain, tolong menolong, dan tenggang
sosial anak dengan orang tua, guru rasa. Semua aspek pengembangan perilaku
maupun teman sebaya. Melalui kegiatan sosial anak bisa disampaikan melalui
bernyanyi anak dikenalkan dengan kegiatan bernyanyi baik dari syair lagu,
perilaku yang baik, seperti contoh berdoa

Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik; Fakultas Bahasa dan Seni;
Staf Ahli Pembantu Rektor Biidang Kemahasiswaan, Universitas Negeri Medan.
73

maupun dari pembiasaan yang dilakukan kepekaan yang ditunjukan anak dalam
sebelum proses belajar di kelas dimulai. berhubungan sosial dan berkomunikasi
Melalui kegiatan bernyanyi anak dengan orang lain.
akan dikenalkan dengan bagaimana Realitas lainnya yang sering
menghargai sesama, bagaimana ditemukan pada saat guru memberikan
menempatkan diri di suatu lingkungan lagu kepada anak, anak akan menanyakan
baru, serta melatih kemampuan anak tentang sesuatu yang tidak dimengerti
dalam berkomunikasi. Anak juga dilatih dalam syair lagu tersebut, misalnya lagu
untuk bersosialisasi dan berinteraksi yang menyebutkan tentang nama binatang,
dengan kelompoknya, dan lingkungan secara spontan anak menanyakan kepada
sekitar sekolah. Contoh kongkrit kegiatan guru bagaimana bentuk binatang dan apa
bernyanyi membantu makanannya.
anak mengembangkan kemampuan Melalui hubungan sosial inilah
sosialnya dengan orang lain, pada saat semua respon anak ditunjukan, setelah
bernyanyi secara bersamaan, guru bisa mengikuti kegiatan bernyanyi. Apabila ada
menerapkan gerak bergandengan tangan anak yang dirasa masih pasif dalam
dengan teman sebayanya, dan melakukan hubungan sosialnya dengan orang lain,
gerak langkah ke kanan atau ke kiri. maka anak tersebut perlu mendapatkan
Apabila ada salah satu teman yang perhatian khusus dari orang tua ataupun
melakukan kesalahan secara spontan anak guru.
akan saling mengingatkan, inilah respon

C. PENUTUP
Kegiatan bernyanyi merupakan rasa senang ataupun sedih, anak juga
aktifitas yang menyenangkan bagi anak dilatih untuk berperilaku sesuai dengan
yang bisa dimanfaatkan oleh para pendidik nilai-nilai norma agama, kedisiplinan,
untuk menyampaikan materi. Melalui keadilan dan tanggung jawab terhadap diri
nyanyian anak akan lebih mudah sendiri dan orang lain, anak juga dilatih
memahami dan memaknai pesan-pesan untuk berkomunikasi dan bersosialisasi
yang ingin disampaikan oleh guru. Dengan dengan orang disekitarnya.
bernyanyi anak juga diberi wadah Secara keseluruhan, pendidikan
untuk mengekspresikan apa yang ada seni melalui kegiatan bernyanyi membawa
dalam dirinya, apa yang dirasakan, baik itu banyak manfaat dan respon positif yang

Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik; Fakultas Bahasa dan Seni;
Staf Ahli Pembantu Rektor Biidang Kemahasiswaan, Universitas Negeri Medan.
74

diterima oleh anak. Baik perkembangan pembangunan negara ini dimasa yang akan
afektif, kognif serta psikomotor. datang. Tugas orang tua adalah tetap
Pendidikan hanya memiliki satu tujuan, melakukan bimbingan terarah agar anak
yakni membangun generasi penerus tetap pada jalan yang benar serta menjadi
bangsa yang dapat diandalkan untuk anak yang berguna di masa depan kelak.

DAFTAR PUSTAKA
Desmita. 2008. Psikologi Perkembangan. Sudjiono, Yuliani, Nurani. 2005. Metode
Bandung : Rosda. Pengembangan Kognitif. Jakarta :
Universitas Terbuka.
http://bintangbangsaku.com/artikel/.bernya
nyi Sumardjo, Jacob. 2000. Filsafat Seni.
Bandung : ITB.
http://edukasi.kompasiana.com/2010/11/12
/pendidikan-seni-untuk-taman- Pekerti, Widia. dkk. 2008. Metode
kanak-kanak Pengembangan Seni. Jakarta :
Universitas Terbuka.
http://www.medicalera.com/index.phpopti
on=com_myblog&show=10manf Rachmawati, Yeni dan Kurniati. 2010.
aat_bermain_alat_musik_bagi_an Strategi Pengembangan
ak-anak.html&itemid=314 Kreatifitas Pada Anak Usia
Taman Kanak-Kanak. Jakarta :
Shepard, Philip. 2007. Peran Musik Dalam Kencana.
Perkembangan Anak. Jakarta :
PT. Gramedia Pusataka Utama.

Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik; Fakultas Bahasa dan Seni;
Staf Ahli Pembantu Rektor Biidang Kemahasiswaan, Universitas Negeri Medan.
75

MENGHENTIKANKEBIASAAN MEROKOK DENGAN BEHAVIOUR THERAPY


Syamsul Gultom
Abstrak
Merokok merupakan masalah besar yang harus kita tangani bersama karena rokok telah
menyebar di seluruh lapisan masyarakat sampai ke kalangan anak-anak dan remaja. Apalagi
rokok merupakan pintu masuk penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya.
Salah satu cara menghentikan kebiasaan merokok adalah dengan behavior therapy.
Kata Kunci: kebiasaan merokok, behavior therapy, cara menghentikan
A. PENDAHULUAN

Merokok merupakan suatu masalah Indonesia menghabiskan 215 milyar batang


sosial bukan hanya di Indonesia tetapi juga rokok (Jawa Pos, 2005).
diseluruh dunia. Dewasa ini, Indonesia telah Data diatas menunjukkan bahwa
menjadi salah satu produsen dan sekaligus prilaku merokok sudah meluas disemua
konsumen rokok terbesar didunia.Data lapisan masyarakat Indonesia dan cenderung
Depertemen Kesehatan menyatakan bahwa untuk terus meningkat setiap tahunnya. Hal
konsumen rokok di Indonesia meningkat ini memberi makna bahwa masalah merokok
secara konsisten sejak tahun 1970an. Data merupakan masalah serius untuk ditangani
ini menyebutkan prevalensi merokok bersama. Mengingat rokok memberikan
penduduk dewasa usia 15 tahun keatas dampak dan resiko timbulnya berbagai
meningkat dari 26,9 persen pada tahun 1995 penyakit, gangguan kesehatan bahkan
menjadi 33 persen pada tahun 2003. kematian. Johnson (2005) dalam Jawa Pos
Peningkatan tersebut dipicu oleh (2005) menyatakan bahwa rokok merupakan
peningkatan jumlah perokok laki-laki yaitu salah satu penyebab kematian terbesar
53, 4 persen menjadi 62,2 persen selama didunia. Diduga hingga menjelang tahun
periode tersebut. Data WHO menjelaskan 2030, kematian akibat merokok akan
lebih jauh, 59 persen laki-laki dan 3,7 persen mencapai 10 juta orang pertahun. Dan pada
perempuan adalah perokok. Jika mengingat tahun 2030 diperkirakan tidak kurang dari
jumlah penduduk Indonesia 218, 7 juta 70 persen kematian yang disebabkan oleh
maka ada 72 juta perokok di Indonesia. Data rokok akan terjadi di negara berkembang.
WHO pada tahun 2002 menyebutkan bahwa Hal ini diperkuat dengan data Tim
Indonesia negara kelima pengkonsumsi Penanggulangan Masalah Tembakau
rokok terbesar didunia. Setiap tahunnya Departemen Kesehatan RI (2008) yang

Syamsul Gultom adalah Dosen Jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan,
Universitas Negeri Medan
76

menyatakan pada tahun 2001 sebanyak 9,2 pertama karena sukses belajar merokok dan
persen dari 3320 kematian di Indonesia kedua karena pelampiasan emosional.
disebabkan karena penyakit yang berkaitan Sukses belajar merokok dimulai ketika
dengan rokok. Secara global rokok pertama kali menghisap rokok, asap rokok
merupakan 8,8 persen penyebab dari semua bukanlah kenikmatan. Namun karena
kematian pada tahun 2002. Konsumsi rokok individu merasa harus bisa merokok,
membunuh satu orang setiap 10 detik. Selain membiasakan diri dengan rasa asap rokok
itu penggunaan rokok diperkirakan yang pahit. Banyak orang menjadi perokok
menyebabkan kematian sekitar 2 persen karena pada masa remaja mereka percaya
kasus stroke di Indonesia. bahwa merokok adalah tanda kejantanan,
Selain itu rokok juga dapat keberanian, kedewasaan atau identitas lelaki
menyebabkan penyakit seperti penyakit sejati. Lingkungan kita menanamkan
saluran pernapasan kronik, jantung, kanker program pikiran ini. Individu tidak mau
dan lainnya. Sekitar 56-80 persen penyakit dikatakan banci oleh teman-teman apabila
saluran pernapasan kronik disebabkan tidak berani merokok. Perusahan rokok
karena rokok termasuk bronkhitis kronis dan (dengan sengaja atau tidak) juga telah
emfisema. Secara global, rokok bertanggung menanamkan persepsi bahwa "rokok itu
jawab terjadinya 22 persen penyakit jantung jantan" melalui berbagai iklan rokok yang
dan pembuluh darah. Serta menyebabkan dibuat sangat bagus. Sifat remaja yang tidak
terjadinya 90 persen kanker paru pada laki- mau diremehkan dan ingin dihargai adalah
laki dan 70 persen pada perempuan. Dan faktor pendorong utama mengapa seseorang
bukan hanya merugikan bagi orang yang belajar merokok.
mengkonsumsinya, tetapi rokok juga Prilaku merokok ini semakin kuat,
berbahaya bagi kesehatan orang lain yang karena pikiran bawah sadar secara otomatis
menghirupnya. Karena asap rokok menghubungkan berbagai aspek kehidupan
mengandung sesedikitnya 30 jenis polutan. dengan aktivitas merokok. Individu sudah
dan sekitar 60 zat penyebab kanker terbiasa merokok setelah makan, sambil
(Sulistyowati, 2008). minum kopi, sambil bekerja, sambil nonton
Hipnosis Center (2008) televisi, sambil ngobrol, sampai urusan
menyebutkan bahwa penyebab utama yang pribadi di toilet pun rasanya tidak lengkap
membuat seseorang menjadi perokok adalah tanpa rokok. Sampai tahap ini, rokok sudah

Syamsul Gultom adalah Dosen Jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan,
Universitas Negeri Medan
77

menjadi bagian dari hidup. Lingkungan juga menghabiskan rokok lebih banyak ketika
memperkuat prilaku merokok Melihat sedang stress. Pelampiasan ini juga terjadi
banyak sekali perokok di sekitar individu pada pencandu narkoba dan alkoholis.
yang juga melakukan hal serupa. Semua itu Selain alasan ingin mendapatkan ketenangan
mendukung individu untuk terus merokok dari rokok, individu mulai merokok,
dan seolah-olah mendapat pembenaran mencoba narkoba, dan meminum minuman
bahwa merokok itu wajar. Dengan keras karena ingin merusak diri sendiri
penguatan lingkungan itu, maka individu sebagai aksi protes terhadap masalah yang
merasa bahwa merokok adalah bagian dari dihadapi.
kehidupan yang wajar. Bahkan kebanyakan Dewasa ini upaya-upaya untuk
pria merasa bahwa merokok adalah mengurangi permasalahan rokok telah
keharusan, karena jika tidak merokok dia banyak dilakukan oleh pihak pemerintah
bukan pria. Menjadi perokok adalah hasil tetapi hasilnya belum tampak oleh
dari belajar membiasakan diri dengan rokok. masyarakat. Bahkan, Mejelis Ulama
Dan seseorang mau membiasakan diri Indonesia juga telah menyatakan bahwa
dengan rokok karena dia terprogram oleh rokok haram (terlarang) dikonsumsi, tetapi
lingkungan yang menganggap perokok kenyataannya masih banyak masyarakat
sebagai "orang hebat". Setelah tumbuh yang tidak mengindahkan fatwa tersebut.
dewasa dengan prilaku merokok, perokok Shubinsky (2006) menyatakan
umumnya menyadari bahwa rokok sudah bahwa ada 5 cara untuk menghentikan
memperbudaknya selama ini. Namun prilaku merokok yaitu; Pertama Cold
kebanyakan dari mereka merasa sudah Turkey; merupakan metode yang digunakan
terlambat untuk berhenti merokok. Mereka untuk mengubah diri, individu berhenti
merasa tidak mungkin bisa berhenti tanpa menggunakan nicotine replecment
merokok. seperti permen karet atau lainnya. Hasil riset
Penyebab kedua adalah karena mengatakan bahwa metode ini merupakan
pelampiasan emosi. Manusia punya proses spontan yang membutuhkan motivasi
kecendrungan untuk mencurahkan / yang kuat untuk dapat mengubah prilaku.
melampiaskan emosi negatifnya kepada KeduaNicotine Supplements; metode ini
seseorang atau sesuatu yang dianggap bisa menggunakan penggantian nicotine dalam
menenangkan dirinya. Perokok rokok melalui kulit (transdermal nicotine),

Syamsul Gultom adalah Dosen Jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan,
Universitas Negeri Medan
78

mukosa nasal (nicotine nasal spray) atau pada perokok sangat membantu. Kelima
buccal mucosa (nicotine chewing gum), terapi alternatif atau complementary yaitu
tujuannya adalah untuk menurunkan membantu merubah pikiran dan keyakinan
keinginan dan gejala withdrawal, tetapi hidup dan belajar bagaimana mengatasi
harganya mahal. Ketiga Penggunaan stress tanpa rokok atau penggunaan zat
Bupropion (Zyban) dan Varenicline terlarang lainnya. Contoh: akupunture, tai
(Chantix); Bupropion digunakan untuk chi, yoga, hipnosis dan lainnya.
menurunkan keinginan untuk merokok. Juga Shubinski (2006) menyatakan bahwa
menurunkan gejala depresi pada pasien, salah satu intervensi yang dapat dilakukan
tetapi obat ini tidak direkomendasikan pada untuk menghilangkan prilaku merokok
individu dengan riwayat kejang atau eating adalah behaviour therapy. Menurut Mallin
disorder. Chantix adalah obat yang (2002), 70 persen perokok mengatakan akan
diresepkan dan berdampak pada otak dan berhenti, tetapi hanya 7.9 persen yang dapat
mempunyai cara kerja yang sama dengan melakukannya tanpa pertolongan terapi,
nicotine. sedangkan 10.2 persen dengan pertolongan
Keempat, program stop merokok, terapi kombinasi penggunaan nicotine
tujuan program ini adalah untuk memotivasi replacement, bupropion (Zyban) dan sosial
dan memberikan penguatan pada individu dan behavior therapy. Penggunaan
tentang penghentian konsumsi rokok, kombinasi ini menghilangkan prilaku
dengan menggunakan cognitif behaviour merokok pasien sampai 35 persen. Leshner
therapy. Tetapi program ini tidak (2002) juga menyebutkan bahwa behaviour
mendapatkan sukses yang tinggi karena intervention merupakan bagian integral dari
pasien hanya berhenti merokok hanya treatment yang dilakukan untuk
dengan mengkombinasikannya dengan menghentikan ketagihan nikotine pada
medikasi. Akan tetapi behaviour therapy individu.

B. PEMBAHASAN
Behaviour therapy adalah suatu Laraia, 2005). Terapi ini merupakan suatu
terapi yang diberikan untuk merubah bentuk intervensi keperawatan untuk
perilaku klien yang menyimpang sehingga meningkatkan prilaku yang diharapkan atau
menjadi perilaku yang adaptif (Stuart & menghilangkan prilaku yang tidak

Syamsul Gultom adalah Dosen Jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan,
Universitas Negeri Medan
79

diinginkan dari seseorang. Behaviour Cara mengubahkebiasaan merokok


therapy merupakan program yang paling (1) Delaying tactics: coba berhenti untuk 1
efektif dalam menghentikan prilaku hari. (2) Fading techniques: coba
merokok menurunkan jumlah nikotin dengan
(http://www.chantixhome.com/smoking_ces menggunakan permen karet atau dengan
sation.html). menurunkan kadar nicotine atau tar atau
Menurut Shubinsky (2006), strategi ubah jenis rokok yang sering dikonsumsi.
behavior therapy yang digunakan untuk (3) subsitusi satu prilaku dengan prilaku
menghentikan prilaku merokok adalah (1) lainnya yaitu permen karet, cereal, tusuk
Mencari faktor lingkungan yang menjadi gigi, batang wortel dan exercise. Untuk
factor predisposisi terjadinya prilaku membuat sesuatu menjadi prilaku, maka
merokok. Caranya adalah dengan harus dilakukan. Kalau bisa melakukan beri
menghilangkan trigger dan benda-benda tanda bintang. (4) Aversive conditioning;
yang berhubungan dengan prilaku merokok mengubah stimulus (prilaku atau pikiran)
dari rumah (asbak rokok, korek api dan negative dengan prilaku yang ingin dirubah.
lainnya) dan buatlah area rumah, tempat Kebiasan merokok dihentikan dengan
bekerja dan mobil menjadi kawasan bebas muntah. Cara ini efektif tetapi harus diulang
rokok dan buatlah cara untuk mendapatkan sampai pikiran-pikiran merokok menjadi
rokok menjadi susah. Mengidentifikasi sesuatu yang memuakkan, dan muntah dapat
situasi dan perasaan yang memperkuat beresiko terjadinya perdarahan dan aspirasi.
kesenangan untuk merokok, seperti prilaku Fokus merokok diubah dengan memikirkan
merokok dengan teman-teman, sosialisasi konsekuensi negative seperti masalah mental
dengan teman-teman yang merokok dan dan fisik, menyebabkan terjadinya cedera
juga pasangan. Identifikasi situasi yang pada oranglain, dicela oleh lingkungan
beresiko tinggi menyebabkan penggunaan social, dilabel menjadi orang yang adiksi
rokok seperti penggunaan alcohol, setelah atau budak, berpikir bahwa rokok adalah
makan, ketika menyetir atau ketika mood sama dengan suicide. Contingency
menurun. Monitor dan catat di catatan contracting: membuat kontrak dengan diri
harian dengan mengidentifikasi hubungan sendiri untuk mencapai tujuan jangka
antara trigger, situasi yang beresiko tinggi pendek menghilangkan prilaku merokok. (5)
dengan prilaku merokok. Positive Reinforcement; dasarnya adalah

Syamsul Gultom adalah Dosen Jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan,
Universitas Negeri Medan
80

pikiran dan prilaku positif dengan prilaku yang tidak merokok, memberikan tips pada
yang diinginkan. Dengan cara berfokus pada teman tentang cara penghentian rokok, dan
tujuan; mengidentifikasi dan menuliskan bayangkan orang-orang akan mengatakan:
insentif pribadi dari penghentian merokok. wow, bagaimana kamu dapat melakukannya
Berfokus pada reward personal; rencanakan (6) Meningkatkan konsep diri, koping dan
reward dengan cost saving, pikirkan bahwa tehnik relaksasi; individu diajarkan
pasien dapat melakukan apapun dengan bagaimana cara meningkatkan konsep
uang itu, pikirkan tentang keuntungan dari dirinya, koping yang adaptif dalam
penghentian rokok terhadap hidup dan menghadapi stress dan juga akan dilatih
kesehatan atau lainnya. Fokus pada reward tehnik relaksasi agar individu tidak
sosial; bayangkan bahwa pasien diceritakan melampiaskan emosinya pada hal-hal yang
oranglain ataun masyarakat sebagai orang maladaptive.

C. KESIMPULAN
Masalah rokok merupakan masalah perlu upaya dari seluruh pihak, baik
yang sangat kompleks yang memerlukan pemerintah, petugas kesehatan dan juga
upaya penanggulangan secara komprehensif. masyarakat. Terapi yang efektif dilakukan
Hal ini karena rokok merugikan bagi untuk menghilangkan prilaku merokok
individu, keluarga maupun masyarakat dan adalah behaviour therapy.

DAFTAR PUSTAKA
Megan dkk (2004). Strategies for Smoking Anonim (2008). Smoking Cessation
Cessation. Dibuka pada Treatments. Dibuka pada
http://www.chantixhome.com/smokin
http://www.chestnet.org/education/o g_cessation.htmltanggal20 Maret
nline/pccu/vol15/lessons13_14/lesso 2009 Jam 19.15 WIB
n13.php tanggal 20 Maret 2009 Tim Penanggulangan Masalah Tembakau
(2008). Tembakau: Dampaknya
Jam 19.00 WIB Yang Merusak Kesehatan. Dibuka
pada
http://langitan.net/?page_id=111
tanggal 20 Maret 2009 Jam 19.15
WIB
Shubinski (2006). Methods of Smoking
Cessation. Dibuka pada

Syamsul Gultom adalah Dosen Jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan,
Universitas Negeri Medan
81

http://wolfweb.unr.edu/homepage/sh Therapies. Dibuka pada


ubinsk/smokmet1.html tanggal 20 http://www.aafp.org/afp/20020315/1
Maret 2009 Jam 19.15 WIB 107.pdf tanggal 20 Maret 2009 Jam
20.30 WIB
Sulistyowati (2008). Lingkungan Bebas
Asap Rokok Demi Hak Asasi Jawa Pos (2005) . Dibuka pada
Masyarakat. Dibuka pada http.//www.digilib.petra.ac.id/jiunkpe
tanggalhttp://www.madinask.com/in /s1/hotl/2005/jiunkpe-nsf.
dex.php?option=com_content&task= tanggal 20 Maret 2009 Jam 20.45
view&id=562& tanggal 20 WIB
Maret 2009 Jam 20.00 WIB Hipnosis Center (2008). Smoking Cessation
Leshner (2001). Nicotine Addiction. Dibuka and Hipnosis. Dibuka pada
pada http://www.hypnosis45.com/merokok
http://www.hooah4health.com/4you/s .htmtanggal 20 Maret 2009 Jam
toptobaccoshop/docs/nicotinerr.pdf 21.00 WIB
tanggal 20 Maret 2009 Jam Stuart & Laraia (2005). Principles and
20.15 WIB Practice of Psychiatric Nursing. St:
Mallin (2002). Smoking Cessation: Louis: Mosby Elsevier
Integration of Behavioral and Drug

Syamsul Gultom adalah Dosen Jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan,
Universitas Negeri Medan
82

SUATU UPAYA DALAM PELAKSANAAN PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN


PENDIDIKAN SENI MUSIK BERBASIS PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER
BANGSA DI SEKOLAH - SEKOLAH MAUPUN LEMBAGA-LEMBAGA
PENDIDIKAN DI INDONESIA

Danny Ivanno Ritonga

Abstrak
Salah satu bidang pendidikan yang berpotensi untuk mengubah moralitas peserta didik
adalah pendidikan seni. Berdasarkan hasil survei, sekolah-sekolah maupun lembaga-
lembaga pendidikan di Indonesia perlu meningkatkan pengajaran pendidikan seni dengan
menggunakan paradigma sebagai berikut: materi pelajaran berakar dari budaya lokal bukan
dari budaya luar, pelajaran seni musik diajarkan sebagai upaya memberikan pengalaman
estetis bukan usaha mencetak seniman, dan pengajaran materi seni musik diiringi dengan
penanaman nilai atau makna tidak hanya sekedar belajar praktek, sehingga semua materi
seni musik yang diajarkan harus yang mengandung makna, bermakna, dan dibermaknakan.

Kata kunci : pembelajaran seni musik, pengajaran pendidikan seni musik, pendidikan
budaya dan karakter bangsa.

A. PENDAHULUAN
Persoalan karakter bangsa kita hangat di media massa, seminar, dan di
kini menjadi sorotan tajam masyarakat. berbagai kesempatan.
Sorotan itu mengenai berbagai aspek Solusi yang banyak dikemukakan
kehidupan, tertuang dalam berbagai tulisan untuk mengatasi atau paling tidak
di media cetak, wawancara, dialog, dan mengurangi masalah tersebut yakni
gelar wicara di media elektronik. Selain di melalui pendidikan. Pendidikan dianggap
media massa, para pemuka masyarakat, sebagai alternatif yang bersifat preventif
para ahli, dan para pengamat pendidikan, karena pendidikan membangun generasi
dan pengamat sosial berbicara mengenai baru bangsa yang lebih baik dalam
persoalan karakter bangsa di berbagai berbagai aspek yang dapat memperkecil
forum seminar, baik pada tingkat lokal, dan mengurangi penyebab berbagai
nasional, maupun internasional. masalah budaya dan karakter bangsa.
Persoalan yang muncul di masyarakat Memang diakui bahwa hasil dari
seperti korupsi, kekerasan, kejahatan pendidikan akan terlihat dampaknya dalam
seksual, perusakan, perkelahian massa, waktu yang tidak segera, tetapi memiliki
kehidupan ekonomi yang konsumtif, daya tahan dan dampak yang kuat di
kehidupan politik yang tidak produktif, masyarakat. Harapannya melalui
dan sebagainya menjadi topik pembahasan pendidikan permasalahan karakter anak

Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra,
Universitas Negeri Medan
83

bangsa bisa teratasi, akan tetapi hal dari suatu generasi ke generasi berikutnya.
tersebut tidak semudah membalik kan Sedangkan penanaman nilai-nilai karakter
telapak tangan tentu banyak hambatan dan merupakan bagian dari pendidikan
rintangan yang membutuhkan komitmen karakter yang bisa diartikan sebagai usaha
bersama dari berbagai pihak. sadar dan terencana untuk mewujudkan
Karakter suatu bangsa dapat suasana serta proses pemberdayaan potensi
dibangun dari pembentukan karakter dan pembudayaan peserta didik guna
individu-individu yang membentuk bangsa membangun karakter pribadi dan/atau
itu sendiri. Selama bangsa itu masih ada kelompok yang unik-baik sebagai warga
maka pembentukan karakter dari individu- negara, ada delapan belas nilai-nilai
individu tersebut akan terus berlanjut. Hal karakter yang perlu ditanamkan dalam
ini berarti bahwa pembentukan karakter proses pembelajaran, sebagai berikut:
bangsa akan berlangsung terus menerus

Delapan belas nilai-nilai karakter ditumbuhkembangkan melalui pendidikan


tersebut perlu juga ditanamkan sejak dini pada semua jenjang mulai tingkat
mulai dari lingkungan keluarga dan pendidikan dasar, menengah, hingga
masyarakat yang merupakan lingkungan pendidikan tinggi secara berkelanjutan.
tumbuh dan berkembangnya generasi Indonesia merupakan negara yang
muda. Namun, dunia pendidikan kaya akan seni dan budayanya. Dari
diharapkan dapat menjadi motor berbagai macam suku yang ada di
penggerak untuk memfasilitasi Indonesia muncul beragam kesenian, seni
pembangunan karakter bangsa. Artinya, tari dan musik, serta beragam budaya
delapan belas nilai-nilai karakter tersebut daerah. Seni dan Budaya daerah yang ada
dalam pembentukan karakter bangsa dapat di Indonesia mencerminkan jati diri

Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra,
Universitas Negeri Medan
84

Bangsa Indonesia. Melalui kesenian dan Sumatera Utara maupun di daerah lainnya
budaya yang ada di Indonesia orang akan di Indonesia terancam punah karena tidak
kenal dengan Indonesia. Sebagai contoh, ada lagi yang memainkannya. Permainan
jika seseorang bicara tentang tari serimpi, tradisional tersebut sudah tergantikan oleh
pendet, reog ponorogo, tor-tor atau musik permainan modern seperti video games
kolintang, gondang, gamelan, atau tentang maupun playstation. Padahal permainan
batik, ulos maka semua orang langsung tradisional seperti patok lele, congklak,
tahu bahwa seni dan budaya tersebut galasin dan lain-lain memiliki keunggulan
berasal dari Indonesia. Seni dan Budaya dibandingkan permainan modern, antara
yang ada di Indonesia tersebut perlu lain permainan tradisional menimbulkan
diperkenalkan, ditanamkan kepada inisiatif, kreatif, rasa solidaritas atau
generasi penerus bangsa agar tidak punah kesetiakawanan, rasa empati kepada
dan muncul rasa cinta dan bangga akan sesamanya. Sedangkan pada permaianan
budayanya. modern akan menimbulkan rasa egoisme
Melalui pendidikan seni di dan individualisme karena permainan
sekolah diharapkan peserta didik akan modern cenderung dimainkan oleh satu
mengenal, mencintai, dan memelihara seni orang. Terlihat jelas bahwa dari permainan
dan budayanya. Sehingga pada saat seni akan terbentuk karakter anak. Oleh karena
dan budaya asing masuk ke Indonesia itu maka perlu dimasukkan permainan
diharapkan nilai-nilai seni dan budaya tradisional dan seni budaya lainnya ke
Indonesia tidak luntur dan tetap dalam kurikulum pendidikan seni dan
dipertahankan. Berbagai jenis permainan memgimplementasikannya.
anak tradisional yang banyak tersebar di
B. PEMBAHASAN
Seni musik sebagai salah satu adalah pemberian bentuk-bentuk
bidang yang diberikan di sekolah-sekolah pengalaman musik dalam rangka
maupun lembaga-lembaga di Indonesia penanaman sikap apresiasi dan ekspresi
merupakan disiplin ilmu berkaitan dengan peserta didik melalui pendekatan : 1)
penanaman sikap apresiasi dan belajar dengan seni musik; seni musik
pengekspresian karya musik, serta rasa dapat memberikan kesempatan kepada
berseni (sense of art). Dalam kurikulum peserta didik mengekspresikan musik dan
yang diadakan saat ini dinyatakan bahwa mengambil pemahaman dari proses
pembelajaran seni musik pada dasarnya pengekspresian musik tersebut

Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra,
Universitas Negeri Medan
85

(psikomotor), 2) belajar melalui seni pembelajaran seni musik yang berbasis


musik; seni musik dapat membantu peserta pendidikan budaya dan karakter bangsa.
didik penanaman nilai-nilai atau perilaku Pendidikan budaya dan karakter bangsa
berdasarkan makna atau pesan yang dilakukan melalui pendidikan nilai-nilai
terkandung dalam seni musik itu sendiri atau kebajikan yang menjadi nilai dasar
(afektif) yang pada akhirnya akan budaya dan karakter bangsa. Kebajikan
membentuk karakter peserta didik, dan 3) yang menjadi atribut suatu karakter pada
belajar tentang seni musik; seni musik dasarnya adalah nilai. Oleh karena itu
dapat memberikan kesempatan pada pendidikan budaya dan karakter bangsa
peserta didik untuk mengetahui unsur- pada dasarnya adalah pengembangan nilai-
unsur yang terdapat pada seni musik dan nilai yang berasal dari padangan hidup
bahkan dapat memberikan pengetahuan atau ideologi bangsa Indonesia, agama,
kepada peserta didik tentang segala budaya, dan nilai-nilai yang terumuskan
sesuatu tentang alam (kognitif). dalam tujuan pendidikan nasional.
Salah satu upaya yang dapat
dilakukan adalah dengan meningkatkan
1. Fungsi Seni Musik
Pembelajaran seni musik yang mengungkapkan ekspresi, memberikan
dilaksanakan di sekolah-sekolah maupun tantangan, melatih disiplin dan
lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia mengenalkan peserta didik pada sejarah
seharusnya sampai pada penanaman nilai- budaya bangsa mereka sendiri.
nilai atau pengaplikasian sikap-sikap yang Pembelajaran seni musik dapat
terdapat pada makna atau pesan yang berfungsi sebagai stimulus bagi peserta
terdapat pada musik itu sendiri. Pendapat didik untuk dapat peka dengan apa yang
para pakar pendidikan yang menyatakan terjadi di lingkungan sekitar. Kepekaan
bahwa seni musik mempunyai peranan yang dimaksudkan, yakni kepekaan untuk
yang penting dalam kehidupan seorang bagaimana harus berbuat selembut
peserta didik. Peserta didik yang mungkin, sehingga tidak ada sesuatu hal
berpartisipasi dalam kegiatan seni musik, pun yang merasa tidak terperhatikan.
selain dapat mengembangkan kreativitas, Lewat seni musik peserta didik dapat
musik juga dapat membantu merasakan dan membuat harmonisasi
perkembangan individu, mengembangkan dengan lingkungan, baik itu lingkungan
sensitivitas, membangun rasa keindahan, sosial diantara peserta didik, maupun

Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra,
Universitas Negeri Medan
86

lingkungan keluarga, masyarakat, bahkan dan harmoni. Kemampuan mengapresiasi


bangsa dan negara. Dengan kata lain seni dan mengekspresikan keindahan serta
musik memberikan pembelajaran untuk harmoni mencakup apresiasi dan ekspresi,
menanamkan nilai-nilai kepekaan atau baik dalam kehidupan individual sehingga
kepedulian antar sesama lewat pemahaman mampu menikmati dan mensyukuri hidup,
terhadap makna atau pesan yang terdapat maupun dalam kehidupan kemasyarakatan
pada lagu atau musik. Kepekaan dan sehingga mampu menciptakan
kepedualian yang dimunculkan dari kebersamaan yang harmonis.
pemahaman terhadap makna atau pesan Berdasarkan pendapat di atas,
lagu yang dipelajari, nantinya akan dapat simpulkan bahwa seni musik
memberikan pemahaman tentang budaya memiliki fungsi yang sangat sesuai dengan
dan karakter bangsa. pendidikan budaya dan karakter bangsa.
Depdiknas (2006 : 4) menyatakan Pembelajaran seni musik dengan
bahwa seni musik tergabung kepada keunikannya dapat membaur dan
kelompok mata pelajaran estetika berharmonisasi baik dalam kehidupan
dimaksudkan untuk meningkatkan individu, kehidupan sosial masyarakat,
sensitivitas, kemampuan mengekspresikan maupun kehidupan berbangsa dan
dan kemampuan mengapresiasi keindahan bernegara.
2. Tujuan Seni Musik
Depdiknas (2006 : 611) menampilkan sikap apresiasi terhadap seni
mengemukakan bahwa seni musik musik, 3) menampilkan kreativitas melalui
bertujuan agar peserta didik memiliki seni musik, 4) menampilkan peran serta
kemampuan untuk : 1) memahami konsep dalam seni musik dalam tingkat lokal,
dan pentingnya seni musik, 2) regional, maupun global.
3. Fungsi Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Fungsi Pendidikan Budaya dan pengembangan potensi peserta didik yang
Karakter Bangsa dapat berupa : 1) lebih bermartabat, dan 3) penyaring,
pengembangan, pengembangan potensi penyaring difungsikan untuk menyaring
peserta didik untuk menjadi pribadi yang budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa
berperilaku baik, (2) perbaikan, lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
memperkuat kiprah pendidikan nasional budaya dan karakter bangsa yang
untuk bertanggung jawab dalam bermartabat.
4. Tujuan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra,
Universitas Negeri Medan
87

Pendidikan Budaya dan Karakter biasanya dimiliki oleh peserta paduan


bangsa bertujuan untuk : 1) suara (ansambel musik), 4)
mengembangkan potensi mengembangkan kemampuan peserta
kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai didik menjadi manusia yang mandiri,
manusia dan warga negara yang memiliki kreatif, berwawasan kebangsaan. Hal ini
nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. Hal dapat dilakukan dengan mempelajari dan
ini dapat dicontohkan dengan memahami lagu-lagu wajib nasional dan
pengembangan potensi atau minat seni lagu-lagu daerah, serta lagu-lagu
musik yang dimiliki peserta didik sebagai internasional yang dapat menjadikan
media untuk mengembangkan peserta didik menjadi mandiri, kreatif, dan
kepribadiannya, 2) mengembangkan dapat menjaga kelesatarian budaya bangsa
kebiasaan dan perilaku peserta didik yang mereka sendiri, dan (5) mengembangkan
terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai lingkungan kehidupan sekolah sebagai
universal dan tradisi budaya bangsa yang lingkungan belajar yang aman, jujur,
religius. Hal ini sejalan dengan tujuan dan penuh kreativitas, dan persahabatan, serta
ruang lingkup pembelajaran seni musik dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan
yang bertujuan untuk memahami konsep penuh kekuatan (dignity). Hal ini sejalan
dan pentingnya seni musik, dan dapat dengan fungsi pembelajaran seni musik
berkiprah dalam pelestarian budaya baik di yang menjadikan peserta didik sebagai
tingkat lokal, regional, maupun seseorang yang peduli, sensitif/peka, serta
internasional, 3) menanamkan jiwa dapat membuat harmonis dengan
kepemimpinan dan tanggung jawab peserta kehidupan individu, keluarga, sosial
didik sebagai generasi penerus bangsa. Hal masyarakat, bahkan berbangsa dan
ini dapat ditunjukkan melalui seorang bernegara, serta dapat menjaga
pemimpin lagu yang memiliki ciri-ciri kelesatarian budaya bangsa.
kepemimpinan dan tanggung jawab yang

5. Pengintegrasian Nilai-nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Ke Dalam


Pembelajaran Seni Musik

Selanjutnya akan dipaparkan dengan pembelajaran seni musik, sebagai


secara global perpaduan nilai-nilai yang berikut:
dikembangkan dalam pendidikan budaya  Religius, dapat dimunculkan pada saat
dan karakter bangsa yang disingkronkan mengekspresikan lagu-lagu bertema

Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra,
Universitas Negeri Medan
88

agama dan toleransi antar umat  Demokratis, dapat dimunculkan ketika


beragama pemilihan pemimpin lagu, penentuan
 Jujur, dapat dimunculkan pada saat jadwal latihan
peserta didik merasa salah dalam  Rasa Ingin Tahu, dapat dimunculkan
memainkan atau menyanyikan lagu, ketika peserta didik mencari tahu
mereka mengakui kesalahannya tentang alat musik, cara bermain
 Toleransi, dapat dimunculkan ketika musik, bernyanyi
dalam bermain musik atau bernyanyi  Semangat Kebangsaan, dapat
secara bersama, peserta didik selalu dimunculkan dengan sikap
menghargai temannya dalam bermain bersemangat ketika memainkan atau
musik atau bernyanyi dan berusaha menyanyikan lagu-lagu wajib nasional
untuk tidak individual  Cinta Tanah Air, dapat dimunculkan
 Disiplin, dapat dimunculkan ketika ketika peserta didik memainkan atau
memainkan atau menyanyikan lagu menyanyikan lagu-lagu wajib nasional
sesuai dengan ketukan, tempo lagu, dan setelah memainkan atau
dan dinamik lagu, serta peserta didik menyanyikan lagu wajib menunjukkan
datang tepat waktu rasa nasionalisme dan
 Kerja Keras, dapat dimunculkan ketika mengaplikasikannya dalam kehidupan
peserta didik berusaha untuk berlatih sehari-hari
dengan sungguh-sungguh  Menghargai Prestasi, dapat
 Kreatif, dapat dimunculkan dengan dimunculkan ketika peserta didik
adanya inisiatif peserta didik untuk menemukan temannya yang pintar dan
memperindah dan mengembangkan memberikan sikap apresiasi terhadap
permainan musik atau lagu yang prestasi teman dengan cara salut dan
dimainkan/dinyanyikan bertepuk tangan
 Mandiri, dapat dimunculkan ketika  Bersahabat/Komunikatif, dapat
peserta didik diberikan kesempatan dimunculkan ketika peserta didik
untuk bermain musik atau bernyanyi berkomunikasi dengan temannya, baik
secara individual, dan tidak tergantung dalan bermain musik atau bernyanyi.
pada orang lain, serta dapat bermain Contohnya : tetap mempertahankan
musik atau bernyanyi tanpa dibantu suaranya menurut pembagian suara
orang lain masing-masing ketika bernyanyi dalam
paduan suara

Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra,
Universitas Negeri Medan
89

 Cinta Damai, dapat dimunculkan  Tanggung Jawab, dapat dimunculkan


ketika peserta didik berlatih dengan ketika peserta didik berlatih dan
baik tanpa mengganggu teman lain menampilkan musik atau nyanyi
yang sedang latihan dengan lancar dan benar
 Gemar Membaca, dapat dimunculkan Penanaman nilai-nilai yang
ketika peserta didik membaca atau terdapat dalam Pendidikan Budaya dan
menyanyikan teks lagu atau membaca Karakter Bangsa di atas, dapat
notasi musik/lagu ditambahkan dan dikurangi sesuai dengan
 Peduli Lingkungan, dapat dimunculkan kebutuhan para pengajar di sekolah-
ketika peserta didik menyanyikan lagu- sekolah maupun lembaga-lembaga
lagu yang bertema lingkungan dan pendidikan di Indonesia sebagai satuan
dapat mengaplikasikan dalam pendidikan dan masyarakat sebagai unsur
kehidupan sehari-hari untuk tetap penunjang pendidikan, serta sesuai dengan
peduli terhadap lingkungan hakekat materi Standar
 Peduli Sosial, dapat dimunculkan Kompetensi/Kompetensi Dasar (SK/KD).
ketika peserta didik memainkan atau Meskipun demikian ada 5 nilai yang
menyanyikan lagu-lagu yang diharapkan menjadi nilai minimal yang
bertemakan tentang kepedulian sosial, dikembangkan di setiap sekolah, yaitu
dan mengaplikasikan lagu tersebut nyaman, jujur, peduli, cerdas, dan
dalam kehidupan sosial mereka tangguh/kerja keras.
6. Langkah Pembelajaran Seni Musik Berbasis Pendidikan Budaya dan Karakter
Bangsa
Pelaksanaan pembelajaran seni perkembangan fisik, daya pikir, dan minat
musik memiliki keunikan, persiapan dan peserta didik, 2) mampu menjadikan
rambu-rambu yang harus diperhatikan oleh peserta didik sebagai media pengungkapan
para pengajar. Rambu-rambu tersebut perasaan, pikiran, isi hari peserta didik, 3)
dimaksudkan agar para pengajar tidak mampu memberikan kesempatan bagi
memaksakan kemampuan peserta didik perkembangan kreativitas berfikir dan
dalam bermusik/bernyanyi. Rambu-rambu kreativitas seni, 4) mengakomodir dunia
ini dapat diartikan sebagai karakteristik peserta didik, 5) ritme dan pola melodinya
bermusik/bernyanyi peserta didik. Secara pendek, sehingga dapat dengan mudah
umum karakteristik pembelajaran seni untuk ingat dan dipahami, 6) mengandung
musik adalah : 1) sesuai dengan unsur-unsur musik seperti tempo, dinamik,

Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra,
Universitas Negeri Medan
90

interval, dan ekspresi yang dapat diolah Pembelajaran, langkah pembelajaran


dan dikuasai oleh peserta didik dan lain- (tahap kegiatan awal, tahap kegiatan inti,
lain, 7) memberikan kesempatan untuk dan tahap kegiatan akhir), dan penilaian
bergerak mengikuti musik, 8) pemberian pembelajaran, serta mengakomodir
teori berbaur kedalam praktik/pengalaman pengaplikasian nilai-nilai budaya dan
seni musik dengan perbandingan 30% teori karakter bangsa. Penanaman nilai-nilai
dan 70% praktik, 9) lebih mengutamakan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
latihan dan proses. yang dikembangkan dalam proses
Pelaksanaan pembelajaran seni pembelajaran seni musik tidak dilakukan
musik tidak terlepas dari perangkat terpisah, akan tetapi nilai-nilai tersebut
pembelajaran yang tertuang dalam sebuah tergabung ke dalam langkah-langkah
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pembelajaran. Selanjutnya akan
yang berpedoman pada Standar dipaparkan salah satu contoh langkah
Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD) pembelajaran seni musik berbasis
yang tertuang dalam Kurikulum Tingkat pendidikan budaya dan karakter bangsa,
Satuan Pendidikan (KTSP), Indikator, sebagai berikut:
Tujuan Pembelajaran, Sumber dan Media

Tahap Nilai-Nilai Pendidikan


No. Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Seni Musik Budaya dan Karakter
Seni Musik Bangsa
Pembelajaran dilakukan oleh si pengajar dengan mengecek
kehadiran peserta didik dan kesiapan peserta didik untuk
belajar, menyiapkan ruangan, dan menyiapkan media
pembelajaran.
Pembelajaran dilanjutkan dengan membangkitkan skemata
peserta didik melalui pengalaman bermain musik atau
Disiplin, peduli lingkungan,
bernyanyi yang pernah dialami peserta didik dalam kehidupan
kerja keras, dan tanggung
sehari-hari mereka. Pengajar membuka skemata peserta didik
jawab
dengan melakukan tanya jawab dan menggiring serta
mengarahkan peserta didik tentang topik yang akan dipelajari.
Pengajar menyapa peserta didik dan menanyakan keadaan
peserta didik dan setelah itu si pengajar memberikan
pertanyaan yang menggiring peserta didik ke topik pelajaran
yang akan dipelajari
1. Kegiatan Awal
Selanjutnya pengajar berusaha untuk memancing dan
menumbuhkan motivasi peserta didik dengan lagu-lagu lain
yang disukai peserta didik. Sehingga peserta didik gembira
dan menunjukkan semangat dalam bermain musik atau
bernyanyi. Pengajar melanjutkan kegiatan membuka skemata
peserta didik dengan memberikan pertanyaan tentang
pengalaman peserta didik mengenai notasi lagu. Hampir
Rasa ingin tahu
seluruh peserta didik tahu tentang notasi lagu.
Pengajar melanjutkan pembelajaran dengan menyampaikan
tujuan pembelajaran yang akan dilakukan pada hari itu.
Pengajar menghidupkan media player (alat pemutar
mp3/DVD/VCD Player) dan serentak perhatian peserta didik
terarah pada lagu yang diperdengarkan seraya menebak judul
lagu yang diperdengarkan dan peserta didik memainkan atau

Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra,
Universitas Negeri Medan
91

Tahap Nilai-Nilai Pendidikan


No. Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Seni Musik Budaya dan Karakter
Seni Musik Bangsa
menyanyikan lagu tersebut dengan ekspresi mereka masing-
masing. Beberapa peserta didik mengikuti lagu dengan
melakukan gerakan-gerakan sesuai dengan kemauan mereka.
Pengajar mematikan (turn off) media player dan melakukan
tanya jawab dengan peserta didik tentang lagu yang
dimainkan. Setelah itu si pengajar memusatkan perhatian
peserta didik dan memerintahkan untuk mencatat notasi dan
lagu wajib nasional.
Pembelajaran pada tahap kegiatan inti dilanjutkan pengajar
dengan memajang notasi dan lirik lagu wajib nasional yang
diperdengarkan kepada peserta didik sebagai panduan bagi
peserta didik untuk membaca dan memainkan atau Gemar membaca
menyanyikan lagu pada pembelajaran seni musik dan
kemudian si pengajar meminta peserta didik untuk mencatat
notasi dan lirik lagu yang dipajang si pengajar di depan kelas.
Setelah selesai mencatat si pengajar memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk memperhatikan dan
mengidentifikasi notasi dan lirik lagu yang di pajang. Peserta
didik memperhatikan notasi dan lirik lagu tersebut. Setelah
beberapa saat, pengajar memberikan pertanyaan seputar notasi
dan lirik lagu. Kemudian pengajar melanjutkan pembelajaran
dengan memberikan pertanyaan yang memandu peserta didik
Rasa ingin tahu
menemukan unsur-unsur yang terdapat pada lagu tersebut.
Pengajar memberikan penjelasan tentang notasi dan lirik lagu
wajib nasional. Pengajar menjelaskan teori tentang notasi lagu
seperti not-not yang membentuk sebuah lagu, tempo lagu, cara
memainkan atau menyanyikan lagu dengan ekspresi yang
sesuai dengan makna atau isi lagu. Teori juga diberikan di
sela-sela latihan.
Pengajar memimpin diskusi untuk menemukan makna atau
pesan yang terdapat pada lagu. Hal ini dilakukan untuk
Demokratis
memberikan arahan tentang bagaimana cara mengekspresikan
lagu.
Kemudian peserta didik berlatih bermain musik atau
bernyanyi dengan terlebih dahulu melakukan pemanasan
Kerja keras, dan tanggung
2. Kegiatan Inti suara, dan selanjutnya membunyikan simbol not secara
jawab
bersama sama. Hal ini dilakukan dengan menirukan bunyi
notasi yang dibacakan si pengajar.
Pengajar memodelkan cara memainkan atau menyanyikan
solmisasi di depan kelas dan peserta didik disuruh untuk
mengikuti perlakuan pengajar. Pengajar memandu latihan
sesuai dengan urutan notasi angka (dari do rendah ke do tinggi
dan kembali turun dari do tinggi ke do rendah) secara
berulang-ulang sampai peserta didik dapat menemukan dan
merasakan perbedaan ketinggian masing-masing not seperti 1-
2-3-4-5-6-7-1 (dibaca: do,re, mi, fa, sol, la, si, do) dan turun
kembali dari 1-7-6-5-4-3-2-1 (dibaca: do, si, la, sol, fa, mi, re,
do). Latihan ini dilakukan secara berulang-ulang, hingga
Disiplin, rasa ingin tahu,
peserta didik dapat menirukan solmisasi dengan nada yang
toleransi, kerja keras, dan
tepat.
tanggung jawab
Kemudian pembelajaran dilanjutkan dengan membaca notasi.
Notasi angka yang dibaca oleh peserta didik, pada awalnya
terdengar tidak kompak dan nadanya banyak yang tidak sesuai
dengan ketinggian nada (pitch) dan mutu suara (vokal) yang
diproduksi oleh peserta didik masih terdengar lengking dan
kurang bulat. Pengajar membantu peserta didik sambil
menyuarakan notasi ini dengan suara yang agak keras dan
jelas. Sehingga peserta didik membunyikan notasi lagu sudah
berangsur-angsur tepat dan menyanyikan lagu dengan suara
yang lantang.
Kegiatan dilanjutkan dengan melakukan latihan membaca
notasi lagu wajib dengan tempo yang sesuai dengan tanda Disiplin
tempo yang terdapat pada lagu. Peserta didik menirukan

Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra,
Universitas Negeri Medan
92

Tahap Nilai-Nilai Pendidikan


No. Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Seni Musik Budaya dan Karakter
Seni Musik Bangsa
notasi yang dibacakan si pengajar. Pengajar membacakan
notasi lagu yang terdapat di papan tulis, potongan demi
potongan dan pengajar memandu dengan mengetuk-ngetuk
papan tulis dengan rol. Peserta didik menirukan notasi angka
yang dibaca oleh si pengajar. Latihan ini dilakukan secara
bersama-sama dimulai dari awal sampai akhir lagu dan
dilakukan secara berulang-ulang sampai terbentuk efek rasa
musik (sense of music).
Pengajar melakukan pembelajaran dengan menirukan lagu
atau potongan not yang akan dinyanyikan dan setelah itu
peserta didik diminta untuk mengikuti lagu yang dimodelkan
oleh si pengajar.
Pengajar membagi peserta didik menjadi 4 kelompok
berdasarkan urutan banjar meja dan kursi peserta didik.
Peserta didik yang berada pada banjar paling kanan adalah
kelompok 1, peserta didik yang berada di sebelah kiri
kelompok 1 adalah kelompok 2, kelompok 3 dan kelompok 4.
Masing-masing kelompok beranggotakan 5 orang dengan
jenis kelamin yang berbeda. Latihan dilanjutkan dengan
membagi notasi lagu menjadi empat bagian sesuai dengan
jumlah kelompok belajar peserta didik.
Peserta didik ditugaskan untuk melakukan latihan membaca
notasi dan menyanyikan lirik lagu secara berkelompok
berdasarkan notasi dan lirik lagu yang telah dibagi oleh
pengajar. Tugas latihan adalah kelompok 1 membaca dan
menyanyikan lirik lagu yang terdapat pada kalimat ke 1 lagu,
Kerjasama
kelompok 2 ditugaskan latihan kalimat ke 2 lagu, kelompok 3
melakukan latihan kalimat ke 3 lagu, dan begitu juga
kelompok 4 melakukan latihan membaca notasi dan
menyanyikan lirik lagu yang terdapat pada kalimat ke 4 lagu.
Latihan membaca notasi dan menyanyikan lirik lagu
dilakukan secara bergantian yang dimulai dari kelompok 1,
kelompok 2, kelompok 3, dan terakhir kelompok 4 dengan
materi, seperti : 1) peserta didik membaca notasi lagu model
secara berulang-ulang. Hingga pada setiap diri peserta didik
mulai terbentuk efek wirasa dan wirama terhadap melodi lagu,
dan 2) setelah itu peserta didik menyanyikan lirik lagu.
Latihan ini juga dilakukan secara berulang-ulang sampai lagu
ini dibawakan dengan tepat dan benar, serta sesuai dengan
tempo lagu.
Ketika proses latihan, suasana kelas menjadi ribut dan
masing-masing kelompok bersaing untuk menyelesaikan
latihan mereka. Kelompok yang satu tidak mau ketinggalan
dengan kelompok yang lain. Dan si pengajar kewalahan untuk Toleransi, dan cinta damai
menenangkan peserta didik supaya melakukan latihan dengan
sedikit tenang. Pengajar memberikan bimbingan bagaimana
cara latihan.
Latihan dilakukan dengan bimbingan si pengajar yang
mendatangi kelompok belajar peserta didik. Setiap kelompok
dipandu dalam membaca not dan menyanyikan lirik lagu yang
sesuai dengan tempo lagu. Dan setelah notasi dan lirik lagu
dinyanyikan dengan tepat dan benar dan sesuai dengan tempo
Kerjasama
lagu, maka dilanjutkan dengan latihan pada kelompok
berikutnya, hingga semua kelompok melakukan latihan
terhadap potongan notasi dan lirik lagu. Setelah semua
kelompok selesai melakukan latihan, maka dilanjutkan dengan
penampilan masing-masing kelompok untuk uji coba.
Pengajar melakukan uji coba terhadap penampilan masing-
masing kelompok dalam 2 tahap, yaitu : 1) uji coba notasi,
dan 2) uji coba lirik. Pengajar membimbing peserta didik Tanggung jawab,
menyanyikan notasi dan lirik lagu yang dimulai dari demokratis
kelompok 1, kelompok 2, kelompok 3, dan kelompok 4 secara
berurutan dan tidak terputus. Setelah penampilan kelompok 1,

Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra,
Universitas Negeri Medan
93

Tahap Nilai-Nilai Pendidikan


No. Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Seni Musik Budaya dan Karakter
Seni Musik Bangsa
maka dilanjutkan dengan penampilan kelompok berikutnya.
Setelah selesai melakukan penampilan secara keseluruhan,
dilakukan tanya jawab tentang lagu atau nyanyi yang
ditampilkan dengan panduan si pengajar.
Proses uji coba selesai dilakukan, dilanjutkan dengan
penampilan lagu yang sesungguhnya secara mandiri atau
tanpa bimbingan pengajar. Pengajar memposisikan diri Demokratis
sebagai dirigen/conductor (pemimpin lagu) yang sebelumnya
diminta kesediaan peserta didik untuk memimpin lagu.
Peserta didik membaca notasi dan memainkan atau
menyanyikan lirik lagu sesuai dengan efek rasa yang
terbentuk dalam diri mereka terhadap lagu yang akan
dimainkan atau dinyanyikan. Penampilan yang dilakukan oleh Jujur, toleransi, disiplin,
masing-masing kelompok dengan cara mengurutkan kerja keras, cinta tanah air,
penampilan dari kelompok 1 sampai kelompok 4. Notasi yang bersahabat/ komunikatif,
dinyanyikan kelompok 1 bersambung ke kelompok 2, ke cinta damai, tanggung
kelompok 3, dan berakhir pada kelompok 4. Dengan kata lain jawab, kreatif, dan mandiri
penampilan yang dilakukan oleh masing-masing kelompok
saling berhubungan sehingga jika didengar hasilnya maka
akan terbentuklah lagu yang utuh.
Pengajar memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menanggapi penampilan yang dilakukan secara berurutan
dalam sebuah diskusi. Peserta didik saling mengomentari
penampilan.
Jujur, dan demokratis
Setelah peserta didik selesai melakukan penampilan diskusi, si
pengajar menyuruh peserta didik untuk memperbaiki susunan
bangku seperti sedia kala, dan peserta didik duduk kembali
seperti semula.
Pembelajaran dilanjutkan dengan melakukan refleksi dengan
bimbingan si pengajar. Pengajar memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mengungkapkan hal apa saja yang
telah mereka perdapat dari pembelajaran yang sudah
dilakukan.
Kemudian si pengajar merangkum dan menyimpulkan semua
3. Kegiatan Akhir Demokratis
pendapat yang dikemukakan oleh peserta didik dan sekaligus
si pengajar menyempurnakan pendapat peserta didik. Setelah
diberitahukan kesimpulan pembelajaran, si pengajar
menyuruh peserta didik untuk mencatat kesimpulan
pembelajaran yang dituliskan di papan tulis. Semua peserta
didik mencatat kesimpulan pembelajaran
Sebelum menutup pembelajaran, si pengajar memberikan
tugas kepada peserta didik untuk berlatih di rumah terhadap Kerja keras dan tanggung
cara membaca notasi, menyanyikan lirik lagu yang sesuai jawab
dengan tempo lagu.

Pembelajaran seni musik berbasis 12) gemar membaca, 13) peduli


pendidikan budaya dan karakter bangsa di lingkungan, dan 14) tanggung jawab.
atas terdapat empat belas nilai-nilai Keempat belas nilai tersebut diaplikasikan
pendidikan budaya dan karakter bangsa pada proses pembelajaran, dan menjadi
yang dikembangkan, yakni : 1) jurur, 2) sasaran para pengajar di sekolah-sekolah
toleransi, 3) disiplin, 4) kerja keras, 5) maupun lembaga-lembaga pendidikan di
kreatif, 6) mandiri, 7) demokratis, 8) rasa Indonesia.
ingin tahu, 9) cinta tanah air, 10) Dalam pengajaran pendidikan
bersahabat/komunikatif, 11) cinta damai, seni musik perlu dilakukan juga upaya

Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra,
Universitas Negeri Medan
94

penggalian nilai-nilai atau pencarian kemungkinan tujuan pendidikan seni yang


makna. Hal ini bertujuan agar peserta didik meliputi dua aspek pengembangan yakni
tidak hanya belajar seni musik dari cerdas secara intelektual dan moral, dapat
cangkang saja, tapi juga dari isi. Tatkala tercapai dengan baik.
peserta didik dapat mengaitkan isi dari Ada tiga hal yang perlu
pendidikan seni musik dengan pengalaman diperhatikan dalam pengajaran pendidikan
mereka sendiri, itu berarti mereka seni musik di sekolah-sekolah maupun
menemukan makna. Menurut Johnson lembaga-lembaga pendidikan sebagai
(2006 : 35), mampu mengerti makna dari upaya dalam mencetak peserta didik yang
pengetahuan dan keterampilan akan melestarikan seni tradisi lokal dan mampu
menuntun pada penguasaan pengetahuan menerapkan nilai-nilai lokal, yakni
dan keterampilan. Dengan demikian, mencangkup pemahaman terhadap akar
apabila peserta didik mampu menemukan budaya lokal, pemahaman pengajaran seni
dan mengerti makna-makna yang sebagai pengalaman estetis, dan
terkandung dalam pendidikan seni melalui kemampuan dalam menemukan dan
materi-materi pengajaran kesenian yang menerapkan makna-makna yang
diberikan, maka tidak menutup tersembunyi dalam seni tradisi lokal.
1. Penguatan Akar Budaya
Salah satunya merupakan bukti mengarah pada perbaikan kualitas diri,
dari kegagalan para pengajar atau pendidik yang diniati sebagai rasa tanggungjawab
seni musik yang lebih cenderung pribadi untuk menjaga keutuhan budaya
menerapkan seni berbasis luar negeri sendiri. Karena telah jelas hukumnya,
daripada seni berbasis dalam negeri. Ada bahwa perubahan itu mesti dimulai dengan
beberapa kemungkinan para pendidik seni segala usaha mengubah diri sendiri,
musik tidak mengarahkan peserta didik apapun resikonya.
kepada pengenalan seni tradisi atau budaya Kedua, kurangnya minat untuk
setempat. Pertama, kurangnya kompetensi menularkan seni budaya lokal. Adapun
dalam seni budaya lokal. Persoalan ini pendidik seni yang mampu dan cukup
telah lama terngiang di lapangan, yang berkompeten dalam seni budaya lokal,
disayangkan, para pendidik seni musik namun kehilangan spirit kelokalannya.
yang menyandang predikat ini tidak ada Tidak jarang penulis temukan, para
upaya untuk merenovasi diri. Idealnya, pandidik seni musik yang pada awalnya
mereka melakukan pergerakan yang gencar mengamalkan seni tradisi lokal,

Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra,
Universitas Negeri Medan
95

kini berubah haluan menjadi misionaris banyak didemonstrasikan hanya bagian


dalam penyebaran budaya luar. Ada kulitnya saja, sementara nilai-nilai
sesuatu yang hilang pada diri mereka, lokalnya yang merupakan intisari, atau
antara lain memudarnya hubungan sebuah panduan way of live tetap
emosional atau ikatan psikologis dengan terbungkus utuh dalam kemasannya.
seni tradisi setempat. Di sini tampak ada Dengan situasi dan kondisi seperti
yang terlupakan, bahwa seni budaya lokal di atas, maka upaya untuk menumbuhkan
itu bagian dari tradisi lokal, dan tradisi peserta didik yang berbasis budaya lokal
lokal itu melahirkan buah-buah kehidupan dengan dinaungi kecerdasan dalam hal
yang disebut keluhuran budi atau kearifan. intelektual dan moral, dapat berbuah
Jadi, orang yang melepaskan ikatan kegagalan. Oleh karena itu, satu-satunya
dengan budaya lokal sama saja dengan cara yang mesti ditempuh oleh para
melepaskan diri dari kearifan lokal. pendidik seni musik yang memiliki
Ketiga, kurangnya pendalaman predikat seperti disebutkan di atas, yakni
terhadap kekayaan nilai-nilai dalam seni kembali membenahi diri dan menjelma
budaya lokal. Masyarakat Indonesia yang sebagai penanam benih nilai-nilai lokal,
terdiri dari banyak etnik dengan puspa untuk melakukan penguatan akar budaya
ragam seni tradisinya tentu menawarkan pada peserta didik. Karena jika benih yang
kekayaan nilai-nilai lokal yang banyak ditanam tersebut tumbuh mengakar kuat
pula. Salah satu kelemahan para pendidik dan pohonnya menjulang tinggi, maka
seni musik adalah terbiasa tidak tidak menutup kemungkinan akan terlahir
mempelajari seni tradisi secara tuntas. para generasi penerus yang berbudaya
Yang mereka pelajari kebanyakan bagian lokal, namun siap berpetualang untuk
luarnya saja, sementara bagian dalamnya mengarungi samudera kehidupan yang
tetap utuh tidak terjamah. Akibatnya, yang kian mengglobal.
2. Pengalaman Estetis
Kekeliruan yang terjadi di pemahaman terhadap arti seniman itu
kalangan pendidik seni musik di sekolah- sendiri. Pada umumnya, kata seniman
sekolah maupun lembaga-lembaga memiliki penyempitan makna sehingga
pendidikan di Indonesia, antara lain hanya dianalogikan sebagai seorang
memandang pengajaran seni musik sebagai “tukang” saja. Misalnya, seniman gitar
upaya mencetak musisi atau seniman. dapat berarti tukang petik (pemain gitar),
Sementara itu, tengah terjadi kekeliruan dan seniman tari dapat berarti tukang nari

Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra,
Universitas Negeri Medan
96

(penari). Akibatnya, peserta didik yang seseorang secara rasa pada sesuatu. Peserta
sejak dini sengaja diarahkan untuk menjadi didik yang lebih banyak mendapatkan
seorang seniman, maka pada akhirnya pengalaman estetis tidak menutup
hanya akan menjadi seorang tukang saja. kemungkinan akan lebih peka untuk
Lebih parahnya, karena belajar seni identik memberikan penilaian dan merasakan
dengan pencalonan menuju seorang sesuatu dibandingkan dengan peserta didik
seniman, tidak sedikit orang tua yang yang kurang mendapatkan pengalaman
melarang anaknya untuk belajar seni estetis. Dengan demikian, pendidikan seni
khususnya seni musik. Dampaknya, dalam tataran pendidikan dasar memiliki
banyak peserta didik yang kurang tugas untuk mengantarkan peserta didik
mendapatkan pengalaman estetis, sehingga menuju gerbang pengalaman estetis dan
kurang memiliki kehalusan rasa. Padahal menenggelamkan mereka sedalam-
pengalaman estetis dapat membantu dalamnya, sehingga pada suatu saat nanti
memberikan pengembangan peserta didik mereka dapat menjadi manusia yang
baik dari segi psikomotor, kognitif, memiliki kecerdasan intelektual dan
maupun afektif. keindahan moral.
Salah satu tujuan dari pengalaman
estetis adalah melatih daya sentuh
3. Menggali Makna
Banyak nilai-nilai kearifan yang yang isi liriknya berkaitan dengan nilai-
dapat digali dan dimaknai dari seni tradisi. nilai kearifan lokal. Kedua, melalui
Dalam pendidikan seni musik di apresiasi seni. Apresiasi dilakukan untuk
pendidikan dasar, penggalian nilai dapat mencari makna-makna yang tersembunyi
dilakukan melalui berbagai cara. Pertama, di balik pertunjukan seni. Hal ini bersifat
melalui pembelajaran teks dan kontekstual. multi tafsir sehingga tugas pendidik seni
Dalam hal ini, tugas seorang pengajar atau adalah memaknai kembali pertunjukan
pendidik seni musik adalah menyediakan seni dengan cara menghubungkannya
konteks. Sasarannya adalah peserta didik dengan nilai-nilai kearifan, kemudian
dapat memahami teks yang dipelajari mengkomunikasikannya dengan peserta
untuk kemudian dipahami dan didik. Ketiga, melalui pemilihan karya
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. seni. Dalam hal ini, pendidik seni
Hal ini dapat disiasati salah satunya melakukan pemilihan terhadap berbagai
dengan mempelajari lagu daerah setempat macam genre seni, untuk dicari yang

Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra,
Universitas Negeri Medan
97

sesuai dengan nilai-nilai budaya lokal. tahap ini pendidik seni dan peserta didik
Kegiatan ini dilakukan dengan melibatkan memberikan penilain terhadap semua jenis
peserta didik, artinya mereka diberi kesenian, untuk diambil jenis mana yang
kesempatan untuk ikut melakukan sesuai dengan norma-norma setempat, 3)
penilaian. Agar kegiatan ini lebih tahap implementasi, pada tahap ini
sistematis, maka pemilihan dapat pendidik seni dapat mengimplementasikan
dilakukan dengan mengambil prosedur hasil klasifikasi dan menerapkannya
sebagai berikut : 1) tahap eksplorasi, pada kepada peserta didik. Dengan cara ini,
tahap ini pendidik seni dan peserta didik peserta didik diharapkan mampu
mengumpulkan informasi berbagai macam memahami tentang nilai-nilai yang
jenis kesenian, 2) tahap klasifikasi, pada terkandung dalam berbagai jenis kesenian.
C. PENUTUP
Dari hasil pembahasan di atas, mengembangkan kepribadian peserta didik
dapat disimpulkan bahwa untuk diberikan dengan pengintegrasian nilai-
meningkatkan pembelajaran seni musik nilai pendidikan budaya dan karakter
dalam membangun dan mengembangkan bangsa ke dalam langkah pembelajaran
budaya dan karakter peserta didik seni musik yang inovatif. Sehingga
diperlukan terobosan atau inovasi peningkatan pembelajaran seni musik
pembelajaran yang berbasis pada berbasis pendidikan budaya dan karakter
pendidikan budaya dan karakter bangsa bangsa dapat mengembangkan budaya dan
dengan penanaman dan pengaplikasian karakter peserta didik. Hal ini sekaligus
nilai-nilai yang dapat mengembangkan dapat menjadi suatu alternatif dan solusi
budaya dan karakter peserta didik di untuk memecahkan permasalahan krisis
kehidupan sehari-hari, baik di kehidupan budaya dan karakter yang mengancam
individu, sekolah, sosial/masyarakat bangsa Indonesia.
maupun di kehidupan berbangsa dan Sebagai upaya menghasilkan para
bernegara. Untuk itu diperlukan langkah- peserta didik yang memiliki kecerdasan
langkah pembelajaran yang mengakomodir intelektual dan keindahan moral, salah
nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. Hal satunya dapat dilakukan melalui
ini dapat diaplikasikan dengan pengajaran pendidikan seni di sekolah-
pembelajaran yang inovatif. sekolah maupun lembaga-lembaga
Pembelajaran seni musik yang pendidikan di Indonesia dengan berbasis
sarat akan pengaplikasian nilai-nilai untuk tradisi/budaya lokal. Oleh sebab itu,

Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra,
Universitas Negeri Medan
98

beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh mencari atau mengggali nilai dari berbagai
para pengajar atau pendidik seni musik genre seni melalui tiga cara : 1)
khususnya adalah sebagai berikut. pembelajaran teks dan kontekstual, 2)
Pertama, materi pelajaran pendidikan seni apresiasi seni, dan 3) pemilihan karya seni
musik harus berasal dari budaya lokal yang dilakukan dengan tiga tahapan, yaitu:
bukan dari budaya luar. Kedua, pelajaran tahap eksplorasi, tahap klasifikasi, dan
seni musik diajarkan sebagai upaya tahap implementasi. Dengan demikian,
memberikan pengalaman estetis bukan diharapkan peserta didik dapat menjadi
usaha untuk mencetak seniman secara generasi penerus yang mampu
utuh. Ketiga, pengajaran materi seni musik menanamkan kearifan lokal dan
harus diiringi dengan penanaman nilai atau berwawasan global, sehingga siap sedia
makna tidak hanya sekedar belajar praktek dalam menghadapi perubahan atau
bermusik. Oleh karena itu, pengajaran seni perkembangan zaman.
musik dapat dilakukan dengan jalan

D. DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Dewantara, Ki Hadjar. (1962). Pendidikan.
Satuan Pendidikan (KTSP) Mata Yogyakarta : Taman Siswa.
Pelajaran Seni Budaya dan
Keterampilan. Jakarta : Puskur. Johnson, Elaine. B. (2006). Contextual
Teaching and Learning. Bandung
: Mizan Learning Center.

Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra,
Universitas Negeri Medan
99

UPAYA PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI OLAHRAGA


PERMAINAN KECIL PADA SISWA SD
Dewi Endriani, Indah Verawati
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembentukan karakter melalui olahraga permainan
kecil pada siswa sekolah dasar. Subjek penelitian ini adalah siswa sekolah dasar kelas IV SD
Negeri 101815 Kec. Sibiru-biru, Kab. Deli Serdang, Sumatera Utara. Jumlah Subjek yang
terlibat dalam penelitian ini adalah 32 orang. Metode pengumpulan data menggunakan skala.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan Uji-t. Hasil penelitian menunjukan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan pembentukan karakter melalui olahraga permainan kecil
dengan F = 1.122 dan p = 0.293 (p>0.05). berdasarkan hal tersebut maka hipotesis dalam
penelitian ini diterima.
Kata Kunci : pembentukan karakter, olahraga permainan kecil
A. PENDAHULUAN

Salah satu indikator kemajuan dan mendapatkan perhatian khusus di


dan kualitas suatu bangsa adalah dalam dunia pendidikan khususnya di
perkembangan moral generasi penerusnya Indonesia yang diterapkan dalam
(Likona, 1992). Sekarang ini kasus perguruan tinggi. Di negara lain, seperti
kenakalan dan isu-isu masalah moral yang Amerika, China, Jepang, Korea dan Turki
terjadi pada remaja bahkan anak-anak pendidikan karakter sudah diterapkan
sangat kompleks dan meprihatinkan. dalam kurikulum sekolah dasar (Eric, LU
Dimulai dari kasus sederhana ketidak dkk, 2004;Likona, 1994).
jujuran, tawuran hingga kasus penikaman Permasalahan adalah bagaimana
yang dilakukan anak sekolah dasar. menumbuhkan pendidikan karakter sejak
Rentannya penyimpangan dini diIndonesia dimana Indonesia sendiri
perilaku dari anak-anak maupun anak belum mengimplementasikan kurikulum
muda menunjukkan lingkungan psikologis berkarakter di sekolah dasar.
dan sosiologis yang kurang mendukung Menumbuhkan jiwa yang berkarakter pada
bagi perkembangan karakter anak (Likona, anak salah satunya adalah dengan
1992). Selain lingkungan dan keluarga, pembelajaran sosial dan emosional (SEL)
sekolah adalah salah satu families in terms yang tidak terlepas dari perkembangan
untuk menumbuhkan pendidikan yang fisik, mental, dan emosi (Santrock, 2002).
jujur, adil, terbuka, peduli, dan tanggung Menciptakan social and emotional
jawab(Halit, 2011; Bohlin dkk, 2001). learning (SEL)dan character education
Menumbuhkan pendidikan yang (CE) dapat distimulus melalui sebuah
berkarakter merupakan suatu isuhangat kegiatan atau skenario pembelajaran dalam

1) Dewi Endriani, 2) Indah Verawati adalah Dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan,


Universitas Negeri Medan
100

pendidikan jasmani (Santrock, 2002). mengimplementasikan nilai-nilai


Permainan kecil adalah salah satu bentuk kejujuran, peduli, kerjasama, tanggung
permainan tidak hanya mengandalkan fisik jawab, adil, terbuka sehingga dapat
tetapi dalam permainan kecil, siswa dapat membangun sosial emosional positif anak.
B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan Apakah Melalui Olahraga


Permainan Kecil dapat membentuk Karakter Pada Siswa SD”
C. TUJUAN PENELITIAN

1. Meminimalisir penyimpangan nilai melalui skenario pembelajaran olahraga


moral ataupun perilaku yang permainan kecilpadasiswa sekolah
menyimpang pada siswa sekolah dasar. dasar.
2. Menumbuhkan perilaku sosial 3. Menghasilkan sebuah pembelajaran
emosional yang positif menuju melalui pendidikan jasmani yang dapat
terciptanya jiwa berkarakterdengan menciptakan siswa yang memiliki
social and emotional learning (SEL) karakter bagi siswa sekolah dasar.
D. METODE PENELITIAN

1. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 23 April 2012 sampai dengan
sekolah dasar kelas IV SD Negeri 101815 tanggal 07 Juli 2012.
Kec. Sibiru-biru, Kab. Deli Serdang, pada
2. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, Metode serta meramalkan hasil-hasilnya pada
yang digunakan dalam penelitian ini tingkat tertentu.
adalah metode eksperimen lapangan. Dalam penelitian ini dilibatkan
Metode eksperimen lapangan adalah dua variabel, yakni : (1). Variabel bebas
metode yang hendak menemukan faktor- adalah Olahraga Permainan Kecil (2).
faktor sebab akibat, mengontrol peristiwa- Variabel terikat adalah Pendidikan
peristiwa dalam interaksi variabel-variabel Karakter.
3. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara pendidikan karakter dalam bentuk
bertahap dengan tahapan sebagai berikut; skala serta menguji Instrumen
a. Tahap 1. persiapan pembuatan penelitian untuk mencari Validitas dan
instrument penelitian yang membahas Reliabilitas.

1) Dewi Endriani, 2) Indah Verawati adalah Dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan,


Universitas Negeri Medan
101

b. Tahap 2. Merancang bentuk olahraga d. Tahap 4. Implementasi Olahraga


permainan kecil setiap minggunya. Permainan kecil kepada siswa guna
c. Tahap 3.Melakukan Pre test atau tes membangun karakter siswa.
awal. e. Tahap 5. Melakukan Post test atau tes
akhir

4. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data


Dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis uji-t dengan
menggunakan program SPSS 16,00 for windows.
5. Hasil Penelitian
Deskripsi Subjek Penelitian
Jumlah Subjek pada penelitian ini adalah 32 orang, yang terdiri atas 16 orang laki-laki dan 16
orang perempuan
6. Hasil Uji Asumsi
Uji Normalitas
Uji normalitas yang digunakan sebesar 0.181 dengan p = 0.009 (p > 0.05).
dalam penelitian ini adalah uji Hasil uji berdasarkan kaidah menunjukan
kolmogorov-smirnov dengan taraf data berdistribusi normal.
signifikan = 0.05. Menghasilkan Z K – S
Uji Homogenitas
Hasil Uji homogenitas dengan dan p = 0.293 (p>0.05). Hal ini
menggunakan Levene’s Test for Equality menunjukan bahwa data bersifat homogen.
of Variance menunjukan nilai F = 1.122

Uji Hipotesis
Hasil Uji Hipotesis dalam terhadap pembentukan karakter terbukti
penelitian ini yang berbunyi bahwa ada dalam penelitian ini yang ditunjukkan oleh
pengaruh olahraga permainan kecil nilai p=0,000 (p,0,05).
E. PEMBAHASAN

Penelitian yang dilakukan di SD permainan kecil terhadap pembentukan


ini dengan menggunakan metode karakter yang terbukti secara signifikan.
eksperimen semu, hasil penelitian Permainan kecil adalah salah satu bentuk
menunjukan bahwa ada pengaruh olahraga permainan tidak hanya mengandalkan fisik

1) Dewi Endriani, 2) Indah Verawati adalah Dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan,


Universitas Negeri Medan
102

tetapi dalam permainan kecil, siswa dapat dapat mengembangkan aspek pribadi
mengimplementasikan nilai-nilai positif dari anak dan membangun
kejujuran, peduli, kerjasama, tanggung kecerdasan kinestetik dan kecerdasan
jawab, adil, terbuka sehingga dapat emosional.
membangun sosial emosional positif anak. Siswa SD berada pada fase masa
Perilaku sosial emosional yang kanak-kanak yang merupakan fase yang
positif atau social and emotional learning penting untuk pembentukan karakter
anak dapat ditumbuhkan melalui dikarenakan pada masa ini anak
pendidikan formal dan informal yang memperoleh pengetahuan dan
dapat dirancang dan diintegrasikan dalam keterampilan dari lingkungannya.
skenario pembelajaran. Pembelajaran Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
sosial emosional dapat diterapkan terciptanya sebuah karakter pada anak
dilingkungan sekolahsalah satunya melalui salah satunya adalah lingkungan sosial dan
mata pelajaran pendidikan jasmani dan lingkungan psikologis. (Licona, 1992).
olahraga (Zins dkk, 2004). Menumbuhkan karakter ada
Pendidikan jasmani tidak hanya baiknya dimulai pada usia anak-anak (age
semata mengolah keterampilan fisik saja school) dari keluarga dan sekolah,
namun di dalam kegiatan jasmani keluaraga berperan untuk menumbuhkan
terkandung nilai-nilai yang dapat kondisi lingkungan psiklogis yang
diinternalisasi siswa untuk pengembangan menyenangkan bagi si anak. Sekolah juga
emosional anak dan karakter anak (Zins memiliki peran dalam membntuk karakter
dkk, 2004). Pendidikan jasmani dan anak, bukan hanya dari segi kognitif
olahraga sebagai alat untuk membantu ataupun orientasi untuk mendapatkan nilai
siswa mengembangkan sosial emosional tinggi saja tetapi menerapkan pada si anak
dan akhirnya dapat menumbuhkan bagaimana mengamalkan ilmu
karakter bermutu lainnya. Pendidikan pengetahuan yang ada implementasi ilmu
jasmani pada siswa sekolah dasar melalui pengetahuan untuk memiliki kesadaran
permainan kecil adalah salah satu upaya pada bangsa, terhadapa diri sendiri, dan
dalam membangun sosial emosional di menginternalisasi nilai-nilai luhur, nilai-
antara anak. Melalui permainan kecil, nilai kebajikan dan membiaskannya dalam
siswa belajar untuk bertanggung jawab, kehidupan sehari sehingga pendidikan
kerjasama, jujur, disiplin, perduli dengan berkarakter lebih mengarah dan
lingkungan sekitar dan hal lainnya yang memfokuskan kepada perubahan.
F. KESIMPULAN
1) Dewi Endriani, 2) Indah Verawati adalah Dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan,
Universitas Negeri Medan
103

Berdasarkan hasil penelitian dan signifikan Pembentukan Karakter Melalui


analisis variansi data diperoleh kesimpulan Olahraga Permainan Kecil Pada Siswa SD.
sebagai berikut : Terdapat pengaruh yang
G. SARAN

Berdasarkan kesimpulan dari 2. Untuk menjadi suatu pertimbangan,


hasil penelitian maka peneliti mengajukan bahwa tidak hanya di mata pelajaran
saran-saran sebagai berikut : pendidikan jasmani saja pendidikan
1. Kepada pengajar, selain memperhatikan karakter diterapkan, tetapi dalam mata
materi pembelajaran juga harus pelajaran lainnya juga dapat diterapkan.
memperhatikan perkembangan 3. Kepada peneliti selanjutnya untuk
psikologis anak sehingga pembentukan meneliti pada ruang lingkup yang lebih
karakter siswa dapat terbentuk dengan luas dan mendalam, mengenai
baik ditingkat Sekolah Dasar , Sekolah pembentukan karakter melalui olahraga
Lanjutan, Perguruan Tinggi dan dalam permainan kecil, yang diterapkan pada
kehidupan selanjutnya. waktu, lokasi dan sampel yang berbeda
dengan penambahan variabel bebas.
DAFTAR PUSTAKA
Bohlin, K.E., Farmer, D, & Ryan, K Education Curriculum for
(2001).Building Character in Elementary Schools Students.
Schools: Resource Guide. San International on Social Science
Fransisco. Teaching Exceptional Economics & Art Vol.02 No.04.
Children Plus Vol. 2 Issue 1, Halit, K. (2011) Transfer of Values in the
September 2005. Turkish and Western Children’s
Chrisiana, W (2005). Upaya Penerapan Literary Works: Character
Pendidikan Karakter bagi Education in Turkey. Academic
Mahasiswa: Journals Educational Research
http://puslit.petra.ac.id/journals/in and Reviews Vol.6 pp.472-480,
dustrial. UKP June 2011.
Elias, Maurice. (2003). Academic and Josephson, M (2005). Character Counts:
Social Emotional Learning. The Basic Primer on Using the
Brussels, Belgium: International Six Piliiars of Character to Make
Academy of Education (IAE) Better Decisions and Better
Retrieved December 4, 2003, Life.Wes Hanson.Josephson
from http://www.ibe.enesco.org. Institute
Eric, LU., &Nicholas, S (2004) Character Likona, T. (1992) Educating For
Education Patnership Defining Character: How Our Schools
and Understanding Character Cant Teach Repect and
Education.Diakses Responsibility. New York.
darihttp://www.character.org/reso Bantam Book.
urces/qanda/ Liputan 6 diakses dari
Haling, A.S., Meerah, T.S.M, (2012) The (http://berita.liputan6.com/read/3
Development of Character

1) Dewi Endriani, 2) Indah Verawati adalah Dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan,


Universitas Negeri Medan
104

77976/polisi-periksa-teman-
pelaku-penikam-syaiful 2012).
Masngudin HMS, Dikutip dari
http://www.depsos/Puslitbang/
Mark T. Grenberg; Roger P. Weissberg;
Mary Utne O’Brien; Joseph E.
Zins; Linda Fredericks dan Hank
Resnik; Maurice J. Elias; (2003)
(Enhancing School-Based
Prevention and Youth
Development Through
Coordinated Social, Emotional
and Academic Learning. Journal
American Psychologist
Association Vol. 58 No 6/7 466-
474.
Munir, Abdullah, 2010. Pendidikan
Karakter: Membangun Karakter
Anak Sejak dari Rumah,
Yogyakarta : Pedagogia.
Santrock, J.W (2002) Life-Span
Development (Perkembangan
Masa Hidup) Penerbit Erlangga.
Jakarta
Seputar Indonesia diakses dari
http://berita.seputar
indonesia.com/read/377976
Zins, JE,. R.B Michelle,. Weissberg, R.P,.
Walberg, H.J,.(2004)Building
Academic Succes on Social and
Emotional Learning.Columbia
University New York and
London.Teachers College Press.

1) Dewi Endriani, 2) Indah Verawati adalah Dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan,


Universitas Negeri Medan
105

PENEKANAN UNSUR DEKORATIF MELALUI APLIKASI ORNAMEN ULOS


BATAK TOBA PADA PERANCANGAN BUSANA
Yetty Pangaribuan
Abstrak
Perancangan busana ada beberapa indikator yang menjadi pertimbangan dalam produksi
busana yaitu : 1. unsur struktur 2. Unsur fungsi, 3. Unsur dekoratif. Masing-masing
indikator ini telah menjadi standar yang baku untuk menghasilkan busana yang baik. Suatu
busana yang memiliki tampilan baik mensaratkan pemilihan letak garis struktur dan fungsi
yang tepat, namun hal ini perlu diimbangi dengan aspek dekoratif, sehingga hasil akhir
tampilan suatu busana menjadi lebih baik. Unsur dekoratif berfungsi untuk memperindah
struktur, penekanan unsur dekoratif pada busana ini menggunakan ornamen ulos batak toba.
Yang mana ulos merupakan ciri khas kebudayaan Batak Toba tradisioal yang berwujud
kebudayaan (kongrit) yang ditenun sebagai kerajinan tangan Ragam hias dalam masyarakat
tradisional batak disebut ornamen. Ragam hias yang disebut ornament pada ulos batak
adalah corak yang terdapat pada tenunan ulos . Ulos adalah selembar kain yang ditenun
sebagai kerajinan tangan oleh wanita batak dengan berbagai pola dan aturan-aturan
Kata Kunci : 1 Ornamen 2 Ulos Batak
A. PENDAHULUAN
Beragamnya suku bangsa di Sumatera Utara khususnya batak , para
Indonesia, menjadikan beragam pula disainer sudah membuatkan berbagai
pemilikan peninggalan sejarah kebudayaan model dari bahan tenunan ulos, dan
yang tak ternilai , artefak artefak sekarang ini sudah saatnya diperkenalkan
peninggalan budaya masyarakat batak disain busana pada bahan tekstil polos
terdiri atas budaya teraga dan tidak teraga. dengan ditail bersulam dengan motif
Artefak teraga misalnya bangunan corak ulos batak guna semakin
tradisional, patung-patung, dan ukiran, memperkenalkan budaya batak.
serta ulos, sedangkan artefak yang tidak Seperti yang dinyatakan
teraga berupa musik, tarian, upacara adat Djoemena (2000) semakin meningkatnya
dan sebagainya. peradaban, keahlian, keterampilan serta
Meskipun merupakan peniggalan perkembangan teknologi, maka ditemukan
budaya yang memiliki nilai tinggi namun beraneka ragam bahan penutup tubuh
masyarakat batak tetap berupaya seperti wol, sutra, kapas dan bermacam
melestarikannya salah satuya adalah macam bahan sintetis lainnya yang
melalui busana. Karena bahan ulos sudah disebut tekstil, baik yang dibuat melalui
semakin tampil di dunia fashion, selain alat tenunan mesin maupun alat tenan
untuk lebih memperkenalkan daerah bukan mesin. Dengan demikian minat

Yetti Pangaribuan adalah Dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan


106

masyarakat dalam mengkonsumsi pakaian Beragam disain yang ditawarkan


menjadi meningkat pesat, hal ini oleh butik tersebut diasumsikan begitu
dibuktikan dengan munculnya busana jadi pesatnya sehingga menjadikan peran
(busana siap pakai) yang menawarkan disain dirasakan penting, karena proses
beragam model yang mempunyai hiasan. disain adalah suatu proses kreatif, tidak
Kenyataan ini ini didukung oleh sejumlah terkecuali busana dari bahan ulos yang
industry busana seperti garmen maupun semakin tampil di dunia fashion, selain
butik lokal yang relatiif banyak untuk lebih memperkenalkan daerah batak
bermunculan, bila dilihat secara umum , jenis kain tenunnya dan harganya
desain yang ditawarkan didominasi oleh bervariasi mulai dari yang murah sampai
busana beragam aspek dekoratif. yang mahal, namun corak yang ada pada
tenunan ulos tetap sama

B. PEMBAHASAN
1. Ornamen Ulos Batak
Ornamen yang ada pada kain strimin, belacu,
Ornamen berasal dari kata ornare beludru, corduroy dsb. Ornamen ini
bahasa Latin yang berarti hiasan atau terjadi karena proses penenunan atau cara
dekorasi sering juga disebut disain pembuatan kain itu sendiri. 2. Ornament
dekoratif atau disain hiasan yaitu applied yaitu diciptakan untuk
merupakan bentuk karya seni yang digunakan atau diterapkan pada bahan /
ditambahkan secara sengaja dan diatur benda yang akan dihias dan berfungsi
letaknya pada kain . Ornamen berfungsi untuk memperindah penampilan benda
untuk menambah nilai estetis dari bahan tersebut Terdapat empat macam
pakaian yang masih polos yang akhirnya ornament applied yaitu : 1) Ornamen
akan menambah nilai financial dari pakain geometris 2) , Ornamen organs, 3)
tersebut. ornamen stilasi, dan 4) Ornamen
Ornamen ada dua macam, yaitu gabungan ketiganya. yaitu a. Ornamen
(a) ornament structural dan (b) ornament geometri ialah ornamen yang bentuk
applied. Ornamen pada desain hiasan motifnya diambil dari bentukbentuk yang
busana dan lenan rumah tangga, dapat ada dalam ilmu ukur, seperti bentuk
diartikan sebagai berikut :1. Ornament bulatan, segi empat, segi tiga, segi lima ,
structural yaitu yang terjadi atau ada setengah lingkaran dan sebagainya. Dari
padakain itu sendiri, misalnya tekstur bentuk bentuk tersebut dapat diperoleh
Yetti Pangaribuan adalah Dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
107

motif hias dengan cara :1) Menjejerkan Ulos adalah selembar kain yang
atau mengelompokkan bentuk tersebut ditenun sebagai kerajinan oleh wanita
dengan jarak tertentu 2) Membagi atau dengan berbagai pola dan aturan-aturan.
memecahkan bentuk dan sebagainya. b. Ulos merupakan ciri khas kebudayaan
Ornament organis bersifat naturalistis, Batak Toba tradisional berwujud
menggambarkan bentuk benda secara kebudayaan artefaks (konkrit). Sebelum
alamiah, misalnya : manusia, binatang, masuknya agama Kristen pada masyarakat
rumah, pohon, bunga, daun dan Batak Toba, ulos adalah benda yang
sebagainya. Ornament organis diresapi oleh suatu kualitas/kekuatan
menampilkan sumber pokok ragam “magis religius”. Oleh karena itu, banyak
hiasnya dari bentuk alam, dimana manusia larangan dan pantangan yang tidak boleh
sebagai bagian dari alam semesta tidak diabaikan ketika proses penenunan karena
dapat melepaskan diri dari lingkungan diberkati dengan kekuatan keramat.
kehidupannya. c. Ornament stilasi Panjangnya harus tertentu, jika tidak, dapat
(renggaan) ragam hias jenis ini, dibuat mambawa maut dan kehancuran pada
dengan mengubah atau menyederhanakan “tondi” atau roh sipenerima ulos. akan
bentuk–bentuk yang diambil dari alam. tetapi, jika ulos dibuat sesuai dengan
Penyederhanaan bisa dalam hal bentuk, aturan berupa ukuran dan pola tertentu
pewarnaan maupun detailnya. Dalam hal maka ulos akan dapat dijadikan sebagai
ini sekalipun bentuknya sudah diubah atau pembimbing dalam kehidupan.(Sirait.B,
disederhanakan, bentuk asalnya masih 1980)
dapat dikenali. Benda alam yang banyak Ragam hias dalam masyarakat
tradisional batak yang disebut
distilasi yaitu : binatang, tumbuhan,
ornamen yaitu yang berbentuk
manusia, rumah, dan pemandangan. d. pola atau motif, maka jika hanya
sebagai titik titik, garis garis yang
Ornament gabungan merupakan bentuk
tidak berbentuk gambar bukanlah
gabungan dari ketiga macam ornament disebut ornamen tetapi dapat
dikatakan sebagai hiasan saja atau
tersebut di atas. Desain hias ornament
dekorasi .
gabungan akan memberikan keleluasaan
Ada beberapa jenis pola ragam
untuk memvariasikan jenis–jenis ornament
hias yaitu 1. Pola lajur atau tepi 2. Pola
dalam suatau desain hias yang menarik
Simetris 3 Pola sudut atau pola pojok 4.
sesuai dengan tujuan penggunaan desian
Pola memusat 5. Pola. Memancar 6 Pola
hias tersebut.
geometris .Dari beberapa jenis pola
Ulos Batak
tersebut pola geometris adalah pola

Yetti Pangaribuan adalah Dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan


108

corak ulos batak Dalam kamus budaya pada ulos besar ragiidup, c) sibolang, ragi
batak toba ada macam macam motif hotang, kebanyakan dipakai pada pinggir
ragam hias antara lain: :a) Hotang-hotang ulos, motif yang menyerupai pakis
yaitu garis-garis horizontal dan atau bertolak belakang c) Andor andor,
vertical dari benang merah atau putih, biasanya ditempatkan ditengah maupun
corak ini biasanya ditempatkan di pinggir dipinggir ulos dan sebagainya.
ulos. b) Gunduk Pahu yaitu terdapat

Contoh ornament ulos Batak

2. Aspek Dekoratif pada Busana


Aspek dekoratif (desain hiasan) dengan strukturnya, memberikan
pada busana berfungsi untuk memperkaya kesederhanan, hiasan sesuai dengan hiasan
permukaan desain strukturnya. Jadi setiap strukturnya.
garis, warna atau bahan-bahan lain yang Konteks pembahasan aspek
dipergunakan pada desain struktur dengan structural pada busana dengan
tujuan untuk lebih mempertinggi mutu. menggunakan ornamen Batak Toba
(Davis, Marian 1980) Suatu benda kadang- idealnya lebih mempertimbangkan mutu
kadang memerlukan tambahan hiasan, kualitas bahan, bukan malah sebaliknya
apabila hiasan strukturnya sederhana, baik banyaknya hiasan justru membuat si
indah dan sesuai dengan fungsinya, tidak pemakainya kelihatan seperti obor
menjadi soal apakah hiasan itu pada vas, berjalan. Pemilihan ragam hias batak
pakaian, kursi, maupun ruangan, desainnya adalah suatu cara membuat busana tampil
harus memenuhi syarat-syarat; tidak beda, semakin selektifnya memilih ragam
berlebihan, letak hiasan harus sesuai hias, tampilan busana akan lebih

Yetti Pangaribuan adalah Dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan


109

‘berbicara’. Penggunaan Ornamen ulos visualisasidari karakter disain modern dan


batak memberikan kesempatan yang lebih tradisional adalah : Modern terdiri dari
luas untuk berkreasi, mampu menciptakan Fungsional, Dinamis, Efektif, Efisien dan
busana yang memiliki keunikan heritage. teknologi, sedangkan Tradisional terdiri
Namun tetap dengan penuh syarat dari : Ornamental, simbolis, tegas, keras,
(tradisi). magis, dan dramatis, dengan demikian
Unsur tradisi inilah yang akan unsure unsure tradisi inilah yang akan
membentuk identitas dari disain busana . membentuk identitas dari disain busana.
seperti yang diungkap oleh Davis (1980).
3. Proses Kreatif
Konsep perancangan busana ini hiasnya atau ornament digunakan
adalah modern dan tradisional. Istilah warna merah, putih, dan hitam yang
modern berarti sekarang, merujuk pada merupakan cirri khas warna tradisi
sesuatu yang baru, sedangkan tradisi suku batak.
dalam pengertian yang sederhana yaitu d. Konsep material, material yang
sesuatu yang sejak lama dan menjadi digunakan adalah bahan tekstil polos
bahagian dari kehidupan suatu kelompok yang pemeliharaannya dapat dicuci
masyarakat. dan di setrika , dan benang sulam
Nilai nilai tradisi memiliki peran sebagai penerapan ornamennya
yang sangat penting dalam perkembangan sehingga benar benar busana tersebut
masyarakat batak dimana yang menjadi mempunyai unsure dekorat
komponen komponen disainnya terdiri dari Letak hiasan pada busana adalah
a. konsep bentuk , yang diambil adalah pada a) Bagian pinggiran busana yaitu
bentuk dari ornament ulos, yaitu Pola lajur tepi merupakan pola yang
bentuk geometris. diterapkan dalam menghias salah satu
b. konsep gubahan , dari selembar kain bagian dari tepi busana misalnya bagian
yang dililitkan pada tubuh (pemakaian tepi kelim . perulangan-perulangan motif
ulos), akan di jadikan suatu disain yang membentuk untaian lurus atau
model busana, menjadi busan yang berombak maksudnya ragam hias tepi
mewah. atau pinggiran berada pada batas dimana
c. konsep warna. Warna yang digunakan batas tersebut berupa dua garis lurus
terdiri dari arna hitam, merah tua untuk maupun garis melengkung. Lebar dari
bahan utama busana sesuai dengan garis batas menentukan lebarnya hiasan
warna ulos, sedangkan untuk ragam pinggiran. Hiasan harus digambar di dalam
Yetti Pangaribuan adalah Dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
110

kedua garis batas dan tak boleh sampai dengan bentuk garis leher sehingga motif
melebihinya sehingga kesannya baik. tersebut lebih memperindah bentuk 5)
Dengan, selesainya motif di didisain, garis kerah, 6) bagian bawah rok, 7) bagian
batas yang sebetulnya merupakan garis bawah blus, 8) bagian lengan dan
pertolongan, yang boleh saja di hapus. b) sebagainya.. Contoh gambar motif ulos
Bagian bidang busana terdiri di 1) Letak yang akan di terapkan.
bagian pusat, letak pada tengah pusat Ornamen sebagai ragam hias
berada disekitar bagian pinggang jika diterapkan selain mempunyai fungsi
model gaun, pas dada pada blus , pada penghias busana juga memiliki nilai
bagian tengah muka memanjang dari atas simbolis tertentu didalamnya yaitu norma
sampai pinggang bahkansampai bawah adat, karena itu bentuk motif dan
rok,2) bagian tengah sisi, 3) bagian sudut, penempatannya pada busana ditentukan
4) garis leher, yaitu motif diletakkan juga oleh norma norma adat untuk
disekitar garis leher yang mengikuti menghindari timbulnya salah pengertian
bentuk garis antara lain bulat oval, segi akan makna atau nilai simbolis yang
empat, segi lima dan sebagainya, karena terkandung di dalamnya. Contoh gambar
itu kita harus menyesuaikan bentuk motif model dengan hiasan ornament ulos.
Contoh gambar disain busana dengan motif

Yetti Pangaribuan adalah Dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan


111

C. PENUTUP
Suku batak adalah salah satu suku Untuk tetap memperkenalkan
yang tersebar di Negara Indonesia, dengan daerah batak pada suku suku lain di
kekayaan peninggalan sejarah yang sangat Indonesia corak uolos batak yang indah
tinggi yaitu berupa artefak teraga dan dan unik yang disebut ornamen dijadikan
artefak tidak teraga. Ulos termasuk bagian sebagai unsur dekoratif atau detail pada
artefak teraga yang mempunyai arti busana dimana bahan utama busana
simbolik, Bahan tenunan ulos sudah adalah bahan katun polos (bukan tenunan
banyak didisain menjadi suatu model ulos batak) dengan memadukan unsur
busana namun karena bahan tenunan ulos modern dan tradisioal.
yang tidak tahan cuci dan setrika sehingga
penggunaan busana menjadi terbatas.

DAFTAR PUSTAKA
Djoemena (2000) . Dasar dasar Disain. Pangaribuan Yetty (2011). Disain Ragam
Jakarta. Depdikbud Hias. Unimed,
Marian.L.Davis (1980). Visual
Ritu. 1998. Lates Neck Designs, Delhi,
Design in Dress, Englewood Cliff Nishi
, New Jersey
Mary Thomas, 1969. Embroidery Sirait Baginda (1980) Pengumpulan dan
Book. New York. Gramercy Dokumentasi Tradisional Di
Muliawan, Porrie . (2002). Sumatra utara
Menggambar Mode Busana. Pempropsu . Laporan Penelitian
Jakarta : Gunung Mulia Wasia Roesbani.1982.Ketrampilan
Menghias Kain.BandungAngkasa.

Yetti Pangaribuan adalah Dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan


PETUNJUK BAGI PENULIS
1. Artikel belum pernah dimuat dalam media cetak/elektronik lain, diketik 1,5 spasi pada kertas
A4 sepanjang 10 – 15 halaman, dalam betuk soft copy (MS Work) dan hasil ceak (print out)
sebanyak satu eksemplar. Diserahkan paling lambat satu bulan sebelum bulan penerbitan.
2. Artikel merupakan hasil penelitian atau non penelitian ( gagasan konseptual, kajian teori,
aplikasi teori) yang dimuat dalam Majalah/Jurnal Generasi Kampus.
3. Artikel ditulis dalam bentuk esai, disertai judul subbab (heading). Peringkat judul subbab
dinyatakan dengan karakter huruf yang berbeda : 1) peringkat 1 (huruf besar semua rata dengan
tepi kiri). 2) Peringkat 2 (huruf besar-kecil dan cetak tebal), 3) Peringkat 3 (huruf besar pada
awal subbab, dicetak miring dan tebal)
4. Artikel hasil penelitian memuat :
a. Judul
b. Nama Penulis
c. Abstrak, dalam bahasa Ingris/Indonesia (memuat tujuan, metode, dan hasil penelitian : 50 – 80
kata)
d. Kata-kata kunci)
e. Pendahuluan ( tanpa subjudul, memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, dan
rangkuman kajian teoritik)
f. Metode penelitian
g. Hasil penelitian
h. Pembahasan
i. Kesimpulan dan saran
j. Daftar pustaka
5. Artikel Non Penelitian memuat :
a. Judul
b. Nama Penulis
c. Abstrak, dalam bahasa Ingris/Indonesia ( 50 – 80 kata)
d. Kata-kata kunci)
e. Pendahuluan ( tanpa subjudul, pengantar topic utama diakhiri dengan rumusan tentang hal-hal
pokok yang akan dibahas).
f. Sub Judul (sesuai dengan kebutuhan)
g. Sub Judul (sesuai dengan kebutuhan)
h. Sub Judul ( sesuai dengan kebutuhan)
i. Penutup ( atau kesimpulan dan saran)
j. Daftar pustaka
6. Daftar pustaka hanya mencantumkan sumber yang dirujuk dalam uraian tulisan saja, diurutkan
secara alfabetis, disajikan seperti contoh berikut :
Dryden G dan Dr. Vos Jeannette. (2001). Revolusi Cara Belajar. Bandung : Kaifa.
Heninic, Molenda. Russel dan Smadino (1996). Intructional Media and Technology for Learning. New
Jersey :Prentice Hall Inc
ISSN 1978-869X

Anda mungkin juga menyukai