Anda di halaman 1dari 3

A.

Risk Premium dan Portofolio Theory


Return portofolio merupakan return atau tingkat pengembalian dari investasi
dalam berbagai instrument keuangan selama suatu periode tertentu. Terdapat dua jenis
return yaitu return ekspetasian dan return realisasian. Return ekspetasian (expected
return) merupakan rata-rata tertimbang tingkat return yang diharapkan akan
didapatkan atas investasi masing-masing sekuritas dalam portofolio . Sedangkan
return realisasian (realized return) merupakan return rata-rata yang didapatkan atau
telah terjadi atas masing-masing sekuritas tunggal dalam suatu portofolio.
Risiko portofolio adalah varian return sekuritas-sekuritas yang membentuk
portofolio tersebut. Ada beberapa terminology pada manajemen investasi yang
berhubungan erat dengan, yaitu portofolio weight, portofolio expected return, dan
portofolio variances. Risiko portofolio berbeda dengan risiko sekuritas tunggal yang
membentuk portofolio tersebut. Perhitungan risiko dilakukan dengan menggunakan
standar deviasi.
Prinsip diversifikasi merupakan pengurangan risiko dengan penambahan asset
yang tergabung dalam . Diversifikasi bisa mengurangi risiko portofolio karena adanya
konsep correlation, yaitu ukuran sejauh mana return dari dua asset bergerak pada arah
yang sama. Jika return dua asset cenderung bergerak naik dan/atau turun Bersama,
maka trend tersebut dikatakan berkorelasi positif begitu pula sebaliknya. Jika tidak
terdapat trend pergerakan yang sama, ini disebut tidak berkorelasi. Retrun suatu
sekuritas umumnya tidak berhubungan secara sempurna dengan return sekuritas
lainnya.
B. Teori Informasi Asimetris
Informasi asimetris merupakan perbedaan informasi yang dimiliki agen
perusahaan dan investor. Pembahasan informasi asimetris selalu menyangkut dua
pihak, misalkan penerbit surat investasi atau manajemen perusahaan dan investor,
atau pemberi pinjaman dan peminjam. Adanya pihak ini mengakibatkan para pihak
mengalami kerugian dan keuntungan yang menghasilkan zero sum game. Bebczuk
(2003) menyatakan bahwa informasi asimetris di pasar modal menyangkut tiga jenis
yaitu seleksi adverse (adverse selection), moral hazard dan monitor biaya (monitoring
costs). Seleksi adverse mempelajari bagaimana pemilihan yang dilakukan
dikarenakan kelemahan informasi yang dimiliki pengambil keputusan ketikan
memutuskannya. Moral hazard merupakan tindakan yang dilakukan secara sengaja
agar bisa mendapatkan yang diinginkan. Pihak yang mendapatkan menyembunyikan
hal-hal tertentu secara sengaja. Monitor biaya berhubungan dengan tindakan yang
disembunyikan oleh pihak yang mendapatkan pinjaman (untuk kasus bank atau
perusahaan terbitkan surat hutang) dimana dilakukan mendapatkan keuntungan
dikarenakan informasi yang lebih baik.
Korajczyk dkk (1991) mempelajari tentang penerbitan saham dengan informasi
asimetris berbagai waktu. Perusahaan yang memiliki informasi jelek atas asset akan
diinformasikan secepatnya karena tidak ada untungnya perusahaan untuk menunda
pemberitahuan informasi tersebut. Tetapi, informasi yang berkualitas baik ditahan
sampai harga sahsm normal dan selanjutnya diinformasikan ke public untuk
mendapatkan penghargaan dalam bentuk peningkatan harga saham di Bursa. Hasil
empiris secara konsisten dengan implikasinya.
Bessler, Dobetz dan Gruninger (2011) melakukan penelitian mengenai keputusan
investasi dengan kondisi informasi asimetris. Data yang dikumpulkan untuk analisis
sebanyak 6.771 perusahaan di 42 negara dengan periode 1995 sampai dengan 2005.
Penelitian ini menemukan hasil bahwa probabilitas penerbitan saham menurun
dengan derajat informasi asimetris. Rendahnya informasi asimetris tidak hanya
meningkatkan probabilitas penerbitan saham, tetapi perusahaan juga harus
meningkatkan volume sahamnya. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa manager
cenderung menerbitkan saham yang lebih besar ketika informasi asimetris sangat
rendah dalam rangka menahan cadangan kas (to buffer cash reserves). Artinya,
penelitian ini mendukung teori urutan pendanaan (pecking order theory).
C. Study Tentang Peristiwa (Event Study)
Menurut MacKinlay (1997), Event Study merupakan salah satu metodologi
penelitian yang menggunakan data-data pasar keuangan untuk mengukur dampak dari
suatu kejadian yang spesifik terhadap nilai perusahaan, biasanya tercermin dari harga
saham dan volume transaksinya. Penerapan event study banyak digunakan dalam
penelitian di bidang keuangan (juga akuntansi) dengan variasi kejadian yang sangat
luas, seperti : penerbitan saham perdana,merger & akuisisi, pengumuman earnings,
penerbitan debt atau equity baru, pengumuman variabel ekonomi makro seperti defisit
perdagangan dan lain-lain. Untuk melakukan event study, hampir seluruh literatur
yang ada menyebutkan kesamaan langkahlangkah yang harus ditempuh, sebagai
contoh langkah-langkah yang harus ditempuh menurut MacKinlay (1997) terdiri dari
sepuluh tahap yaitu:
1) Mendefinisikan kejadian yang diminati, yaitu berupa informasi baru yang
tersedia di pasar.
2) Menyusun suatu teori yan memberikan alasan atau menjelaskan respon
keuangan terhadap informasi baru tersebut.
3) Mengidentifikasi kumpulan perusahaan yang mengalami kejadian tersebut dan
mengidentifikasi kejadian (event dates).
4) Memilih sebuah event window yang cocok dan justifikasi jaraknya, apabila
melebihi dua hari.
5) Mengeliminasi atau menyesuaikan perusahaan-perusahaan yang mengalami
kejadian lain yang relevan selama event window.
6) Menghitung abnormal return selama event window dan menguji
signifikansinya.
7) Melaporkan persentase negative return dan pengujian statistic t, binomial Z
atau Wilcoxon.
8) Untuk sampel yang sedikit, gunakan metode boostrap dan diskusi dampak dari
outliers.
9) Menggambarkan sebuah teori yang menjelaskan variasi crossectional dalam
abnormal return dan menguji teori tersebut secara ekonometri.
10) Mempresentasikan hasil empiris.

Suatu pasar modal dikatakan efisien secara informasional apabila harga


sekuritas-sekuritasnya mencerminkan semua informasi yang relevan. Pengertian
efisiensi secara informasional disini adalah merupakan efisiensi eksternal seperti
yang dimaksudkan oleh West (1975) dalam Husnan (1992) yaitu menunjukkan
bahwa pasar berada dalam keseimbangan sehingga keputusan perdagangan saham
berdasarkan atas informasi yang tersedia di pasar tidak bisa memberikan tingkat
keuntungan di atas tingkat keseimbangan.

Anda mungkin juga menyukai