Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS KINERJA KEUANGAN BADAN PENGELOLAAN PAJAK DAN

RETRIBUSI DAERAH MELALUI KONTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PAD


KOTA SORONG TAHUN 2016 - 2020

LAPORAN MAGANG

Sebagai Laporan Akhir Kuliah Praktek Lapangan Nonpendidikan (KPL NONDIK)

Yang dibimbing oleh Dediek Tri Kurniawan. S.E., M.M

Oleh :

Alvansya Esterlina Wororik (180413620814)

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMOI

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

OKTOBER 2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tujuan umum pendidikan di perguruan tinggi adalah membentuk sarjana yang


mandiri, yang dicapai melalui kegiatan akademik dan non akademik. Untuk itu, seorang
mahasiswa di tuntut harus mampu menyerap ilmu pengetahuan sebanyak mungkin dan
teknologi yang akan menunjang pengabdian di masyarakat. Kerjasama yang baik antara
perguruan tinggi sebagai penghasil tenaga kerja bermutu dengan semua unsur di luar
perguruan tinggi sebagai pengguna tenaga kerja sangat menentukan tercapainya cita-cita
tersebut. Sehingga arah pendidikan dapat berorientasi pada dunia kerja. Sementara itu,
kegiatan magang merupakan salah satu mata kuliah yang harus diselesaikan oleh setiap
mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang.

Kegiatan magang ini bertujuan untuk upaya pemberian pengalaman kerja


berdasarkan pengetahuan yang sebenarnya di lapangan. Universitas Negeri Malang
sebagai salah satu perguruan tinggi mengemban tanggung jawab yang cukup besar untuk
mencetak manusia yang berkualitas dalam pembangunan nasional sebagai calon
intelektual bangsa. Dalam rangka peningkatan mutu bangsa itulah maka Jurusan
Manajemen Universitas Negeri Malang mewajibkan mahasiswanya untuk melakukan
praktik industri di sebuah perusahaan dengan harapan agar mahasiswanya dapat
menyatukan teori yang diperoleh di kampus dengan kenyataan yang ada di lapangan atau
di tempat kerja.

Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Kota Sorong sebagai tempat
penulis melaksanakan kuliah praktek lapangan nonpendidikan (kpl nondik) mempunyai
peranan yang sangat besar dalam menyelenggarakan Pajak dan Retribusi Daerah Kota
Sorong. Penyelenggaraan pemerintah yang menjadi kewenangan daerah dibiayai oleh
APBD, sedangkan penyelenggaraan kewenangan pemerintah yang menjadi tanggung
jawab pemerintah pusat dibiayai oleh APBN. Salah satu ukuran kemampuan daerah
untuk melaksanakan otonomi adalah dengan melihat besarnya nilai PAD yang dapat
dicapai oleh daerah tersebut. Dengan PAD yang relatif kecil akan sulit bagi daerah
tersebut untuk melaksanakan proses penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan
secara mandiri, tanpa didukung oleh pihak lain (dalam hal ini Pemerintah Pusat dan
Provinsi) dalam pelaksanaan otonomi ini, daerah dituntut untuk mampu membiayai
dirinya sendiri.
Pendapatan Asli Daerah/PAD merupakan salah satu sumber pembiayaan daerah
yang utama dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Kovacs (2009) berpendapat ada
beberapa alasan mengapa pajak harus diberi kewenangan khusus kepada pemerintah
daerah, misalnya penyediaan dan pembiayaan di tingkat lokal. Pendapatan pajak daerah
yang lebih tinggi dapat mengurangi ketergantungan pada dukungan anggaran negara.
Pajak daerah merupakan kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh wajib pajak
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang–undang (UU),
dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah
bagi sebesar–besarnya kemakmuran rakyat (Mardiasmo, 2016). UU No. 34 Tahun 2000
yang telah direvisi dengan UU No. 28 Tahun 2009 memberikan peluang kepada daerah
kabupaten/kota untuk memungut jenis pajak daerah lain yang dipandang memenuhi
syarat selain dari jenis pajak daerah kabupaten/kota yang telah ditetapkan. Penetapan
jenis pajak lainnya ini harus benar-benar bersifat spesifik dan potensial di daerah yang
bersangkutan. Hal ini memberikan keleluasaan kepada daerah kabupaten/kota dalam
mengantisipasi situasi dan kondisi serta perkembangan perekonomian daerah pada masa
mendatang yang mengakibatkan perkembangan potensi pajak dengan tetap
memperhatikan kesejahteraan jenis pajak dan aspirasi masyarakat serta memenuhi
kriteria yang ditetapkan (Rahmaniyah, 2013). Hampir semua Kabupaten dan Kota
berusaha memacu dengan menggali potensi daerahnya sendiri (Kambu, 2014).

Pemerintah Kota Sorong juga menjadikan sektor Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah sebagai sumber keuangan yang paling diandalkan. Malak, Y. R., Amiruddin, A.,
& Purnomo, A. (2019) menyatakan bahwa sumber pendapatan paling utama dalam
mendukung pembanguna suatu daerah berasala dari pajak. Sektor pajak daerah tersebut
meliputi pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan
jalan, pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian golongan C serta retribusi daerah
yang terdiri: retribusi jalan umum antara lain pelayanan kesehatan dan pelayanan
persampahan, jasa usaha dan retribusi perijinan. Sektor yang sangat besar untuk digali
dan diperluas pengelolaannya. Peningkatan pajak daerah dan retribusi daerah tidak dapat
dipisahkan dari peranan pemerintah daerah. BPPRD yang tugasnya melaksanakan
sebagian urusan rumah tangga daerah khususnya bidang pendapatan. Tugas tersebut
menempatkan BPPRD sebagai koordinator pungutan, penyetoran Pendapatan Daerah dan
mencari sumber- sumber pendapatan daerah di sektor lain

Kota Sorong sebagai daerah otonom dituntut mengelola dan mengurus keuangan
sendiri. Pemerintah daerah dituntut untuk mengelola keuangan secara ekonomis, efisien,
efektif, transparansi, akuntabilitas dan berkeadilan. Ini menjadi tantangan bagi
pemerintah Kota Sorong meningkatkan PAD khususnya pajak daerah melalui potensi dan
sumber daya yang ada. Kota Sorong yang menjadi pintu masuk Pulau Papua dan sebagai
kota transit bagi kabupaten-kabupaten yang tergabung dalam Sorong Raya (Kab. Raja
Ampat, Kab.Sorong Selatan, Kab.Sorong, Kab.Tambrauw, Kab. Maybrat, Kota Sorong)
menjadikan kota ini mengalami pertumbuhan ekonomi yang positif dari tahun ke tahun.
Pajak daerah yang dimiliki bukan hanya berasal dari kontribusi warga Kota Sorong,
tetapi juga dari warga masyarakat yang tergabung dalam Sorong Raya. Hal ini
dikarenakan Kota Sorong sering dijadikan tempat tujuan utama untuk melakukan
berbagai aktivitas. Memiliki potensi ekonomi yang tinggi Pemerintah Kota Sorong
dituntut untuk dapat mengelola Pajak Daerahnya dengan baik sebagai salah satu PADnya.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis menyusun laporan ini sebagai hasil
dari analisis penulis yang diperoleh selama melakukan kuliah praktek lapangan di
BPPRD Kota Sorong dan memilih judul “ANALISIS KINERJA KEUANGAN
BADAN PENGELOLAAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH MELALUI
RASIO KONTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PAD KOTA SORONG
TAHUN 2016 - 2020” untuk melihat bagaimana kinerja keuangan Pemerintah Kota
Sorong melalui BPPRD dalam menyelenggarakan Pajak Daerah dan kontribusinya
terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota Sorong.

1.2 Tujuan dan Manfaat Penulisan


1.2.1 Tujuan
Secara umum praktik industri ini mempunyai tujuan, yaitu untuk memberikan
pengalaman dan keterampilan kerja pada mahasiswa secara langsung di lapangan.
Dengan kegiatan magang ini diharapkan mahasiswa dapat menjadi tenaga yang
berpengalaman dan terampil untuk diterapkan dan dikembangkan di dunia kependidikan
ataupun non kependidikan yang profesional, cakap, terampil dan bertanggung jawab
terhadap tugas yang diberikan selama kegiatan magang.
Sedangkan tujuan khusus dari penulisan laporan ini adalah sebagai berikut.
a) Untuk memberikan gambaran yang nyata tentang penerapan/implementasi
dari ilmu atau teori yang selama ini diperoleh pada perkuliahan dan
membandingkannya dengan kondisi nyata yang ada di lapangan.
b) Sebagai implementasi hasil dari kuliah praktek lapangan yang dilakukan dan
memahami segala yang berkaitan dengan dunia kerja dan risiko-risiko yang
dihadapi.
c) Untuk menganalisis dan mengukur kinerja keuangan Pemerintah Kota Sorong
melalui Badan Pengolalaan Pajak dan Retribusi Daerah dalam hal
pemungutan Pajak Paerah dengan menghitung rasio pajak daerah terhadap
PAD.
d) Memenuhi persyaratan akademika yaitu Kuliah Praktik Lapangan Non
pendidikan yang merupakan salah satu mata kuliah pada Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang.
1.2.2 Manfaat
Dalam pelaksanaan praktik industri ini ada tiga pihak langsung yang terkait
dalam proses pelaksanaan praktik industri, sehingga ada tiga manfaat yang diharapkan
dalam pelaksanaan kegiatan dan penyusunan laporan ini, yaitu sebagai berikut.
a) Bagi Perguruan Tinggi
Sebagai tambahan referensi khusunya mengenai perkembangan ekonomi dan
kinerja keuangan suatu daerah dan teknologi di bidang keuangan yang dapat
digunakan oleh pihak-pihak yang memerlukan serta mampu menghasilkan sarjana-
sarjana yang handal dan memiliki pengalaman di bidangnya dan dapat membina kerja
sama yang baik antara lingkungan akademis dengan lingkungan kerja.
b) Bagi Perusahaan
Hasil analisa dan penelitian yang dilakukan selama kegiatan magang dapat
menjadi bahan masukan bagi pihak perusahaan untuk menentukan kebijaksanaan
perusahaan di masa yang akan datang.
c) Bagi Mahasiswa
i. Mahasiswa dapat menyajikan pengalaman dan data-data yang diperoleh selama
kegiatan magang dalam sebuah laporan kegiatan magang.
ii. Mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang akan
membuka cakrawala berpikir yang lebih luas mengenai disiplin ilmu yang
ditekuni selama ini.
iii. Mahasiswa dapat mengenalkan dan membiasakan diri terhadap suasana kerja
sebenarnya sehingga dapat membangun etos kerja yang baik, serta sebagai upaya
untuk memperluas cakrawala wawasan kerja.
iv. Mahasiswa dapat mengetahui secara lebih mendalam gambaran tentang kondisi
nyata dunia kerja sehingga nantinya diharapkan mampu menerapkan ilmu yang
telah didapat dalam aktivitas dunia kerja yang sebenarnya.
1.3 Metode Pemecahan Masalah
1.3.1 Lokasi
Lokasi kegiatan Kuliah Praktek Lapangan adalah Badan Pengelolaan Pajak dan
Retribusi Daerah (BPPRD) Kota Sorong yang beralamat di Jl. Angsa No.2 Remu Utara,
Kec.Sorong, Kota Sorong, Papua Barat.
1.3.2 Waktu
Waktu pelaksanaan Kuliah Praktek Lapangan ditentukan oleh Jurusan
Manajemen Universitas Negeri Malang minimal 45 hari kerja. Sehubungan dengan hal
tersebut penulis melaksanakan Kuliah Praktek Lapangan mulai dari tanggal 9 Agustus
2021 sampai dengan 8 Oktober 2021.
1.3.3 Metode
1.3.3.1 Pengumpulan Data
Dalam melakukan pemecahan masalah untuk melihat kinerja keuangan BPPRD
Kota Sorong dalam melaksanakan pemungutan Pajak Daerah 2020, penulis berusaha
mengumpulkan data berupa laporan keuangan dan data realisasi pajak daerah Kota
Sorong tahun 2020. Data yang diperoleh berasal dari Bidang LITBANG BPPRD Kota
Sorong dan BPS Kota Sorong.
1.3.3.2 Pengolahan Data
Pada tahapan pengolahan data, data-data yang diperoleh disusun secara detail dan
terperinci dengan menggunakan program Microsoft Excel 2010. Data yang diambil dan
disusun hanya data yang digunakan untuk mendukung proses pemecahan masalah.
1.3.3.3 Analisa Data
Metode analisa data merupakan mengolah data yang telah didapat melalui
pengumpulan data yang telah dilakukan di lapangan menjadi informasi sehingga
karaktersitik atau sifat-sifat data tersebut dapat lebih mudah dimengerti dan menjadi
solusi untuk menjawab masalah-masalah yang ditemukan. Setelah analisa data telah
selesai, maka data tersebut dicantumkan ke dalam laporan kerja praktek.
1.3.3.4 Interpretasi Data

Tahap akhir dalam metode pemecahan masalah adalah interpretasi data. Kegiatan
interpretasi yakni untuk arti lebih luas dari jawaban yang diperoleh dari hasil penemuan
yang sudah ada. Interpretasi dilakukan dengan memberikan pembahasan terkait hasil
analisis data.
BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Gambaran Umum Kajian/Produk


2.1.1 Profil Perusahaan
Nama : Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah
(BPPRD)
Alamat : Jl. Angsa No.2 Remu Utara, Kec. Sorong, Kota
Sorong, Papua Barat
No.Telp / Fax : 333228 / (0951) 328202
Kepala Badan : Demianus Nakoh, SE
Pemilik Penyelenggara : Pemerintah Kota Sorong
Bidang Tempat KPL : Bidang Pajak
BPPRD Kota Sorong merupakan badan pemerintahan yang mengelola
pendapatan pajak dan retribusi daerah di kabupaten tabalong. Badan Pengelola
Pajak dan Retribusi Daerah dipimpin oleh Kepala Badan yang berkedudukan
dibawah dan bertanggungjawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.
Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah mempunyai tugas membantu
walikota melaksanakan urusan pemerintahan di bidang Pengelolaan Pajak Dan
Retribusi Daerah yang menjadi kewenangan daerah dan tugas pembantuan yang
diberikan kepada daerah.
2.1.2 Struktur Organisasi
Struktur Organisasi BPPRD Kota Sorong

Kepala Badan

Sekretaris

Kasubag Umum
& Kepegawaian

Kasubag
Keuangan

Kasubag
Perencanaan

Kabid Pajak Kabid Kabid Litbang Kabid PBB &


Daerah Retribusi BPHTB
Daerah
Kepala UPT
Pasar Sentral

Gambar 1.1 Stuktur Organisasi


a. Kepala Badan
Badan merupakan unsur penunjang urusan pemerintahan dipimpin oleh
Kepala Badan, berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Wali Kota
melalui Sekretaris Daerah. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Badan
Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Kepala Badan mempunyai tugas membantu Wali Kota sebagai unsur
penunjang urusan pemerintah lingkup pengelolaan pajak dan retribusi
daerah.
2. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala
Badan menyelenggarakan fungsi:
- Perumusan kebijakan teknis pengelolaan pajak dan retribusi daerah.
- Pelaksanaan tugas dukungan teknis pengelolaan pajak dan retribusi
daerah.
- Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas dukungan teknis
pengelolaan pajak dan retribusi daerah.
- Pembinaan teknis penyelenggaraan fungsi penunjang urusan
pemerintahan lingkup pengelolaan pajak dan retribusi daerah
beradasarkan peraturan perundang-undangan, dan
- Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Wali Kota terkait dengan
tugas dan fungsinya.
b. Sekretariat
Sekretariat pada Badan dipimpin oleh Sekretaris, yang berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Badan.
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, sekretariat memiliki fungsi:
1. Sekretaris mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Kepala Badan
lingkup kesekretariatan yang meliputi pengelolaan administrasi umum,
keuangan, dan penyusunan program serta fasilitasi pengordinasian
penyusunan kebijakan dan pelaksanaan tugas Kepala Badan.
2. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Sekretaris
menyelenggarakan fungsi:
- Perencanaan program dan kegiatan kesekretariatan dengan
mempedomani rencana umum kota, rencana strategis, dan rencana kerja
Badan untuk terlaksananya sinergitas perencanaan.
- Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan, standar operasional prosedur,
standar pelayanan, standar kompetensi jabatan, analisis jabatan, analisis
beban kerja. Evaluasi jabatan, laporan kinerja, dan standar lainnya
lingkup kesekretariatan untuk terselenggaranya aktivitas dan tugas secara
optimal.
- Pendistribusian tugas, pembimbingan, penilaian, penghargaan, dan
penegakan/pemrosesan kedisiplinan pegawai ASN lingkup
kesekretariatan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
- Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Badan terkait dengan
tugas dan fungsinya.
3. Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2), Sekretaris membawahkan 3 (tiga) Kepala Sub Bagian antara
lain:
- Kepala Sub Bagian Umum & Kepegawaian
- Kepala Sub Bagian Keuangan
- Kepala Sub Bagian Perencanaan

Setiap Sub Bagian dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang dalam
melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada
sekretaris:

1. Sub Bagian Umum mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas


Sekretaris lingkup administrasi umum dan kepegawaian dan adapula
fungsinya yaitu:
- Perencanaan program dan kegiatan Sub Bagian Umum dengan
mempedomani rencana umum kota, rencana strategis, dan rencana kerja
Badan untuk terlaksananya sinegritas perencanaan.
- Penyusunan bahan kebijakan, standar operasional prosedur, standar
kompetensi jabatan, analisis jabatan, analisis beban kerja, evaluasi
jabatan, dan standar lainya lingkup Sub Bagian Umum untuk
terselenggaranya aktivitas dan tugas secara optimal.
- Penyusunan bahan pelaksanaan survei kepuasaan masyarakat atas
pelayanan publik.
- Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Sekretaris terkait dengan
tugas dan fungsinya.
2. Sub Bagian Keuangan, mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas
Sekretaris lingkup pengelolaan administrasi keuangan. Adapula
fungsinya yaitu:
- Perencanaan program dan kegiatan Sub Bagian Keuangan dengan
mempedomani rencana umum kota, rencana strategis, dan rencana kerja
Badan untuk terlaksananya sinegritas perencanaan.
- Pelaksana tugas selaku Pejabat Penatausahaan Keuangan Badan.
- Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Sekretaris terkait dengan
tugas dan fungsinya.
3. Sub Bagian Perencanaan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas
sekretaris lingkup penyusunan program dan pelaporan. Dan adapula
fungsinya yaitu:
- Perencanaan program dan kegiatan Sub Bagian Penyusunan Program
dengan mempedomani rencana umum kota, rencana strategis, dan
rencana kerja Badan untuk terlaksananya sinegritas perencanaan.
- Penyusunan bahan pengendalian, evaluasi, dan penilaian lingkup Sub
Bagian Program meliputi unsur pelaksanaan perencanaan, unsur
pelaksanaan perumusan kebijakan, unsur pelaksanaan tugas, dan unsur-
unsur lainya berdasarkan atas perundang-undangan.
- Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Sekretaris terkait dengan
tugas dan fungsinya.
c. Bidang PBB & BPHTB
Bidang Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan Dan Pajak Bumi Dan
Bangunan dipimpin oleh Kepala Bidang, berada dibawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Badan melalui Sekretaris. Bidang Bea Perolehan Hak Atas Tanah
Dan Bangunan Dan Pajak Bumi Dan Bangunan mempunyai tugas dan fungsi:
1. Kepala Bidang Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan Dan Pajak
Bumi Dan Bangunan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Kepala
Badan lingkup teknis pajak, keberatan dan sengketa, serta pembukuan dan
pelaporan.
2. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala
Bidang Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan Dan Pajak Bumi Dan
Bangunan menyelenggarakan fungsi:
- Perencanaan program dan kegiatan Bidang Bea Perolehan Hak Atas
Tanah Dan Bangunan Dan Pajak Bumi Dan Bangunan dengan
mempedomani rencana umum kota, rencana strategis, dan rencana kerja
Badan untuk terlaksananya sinegritas perencanaan.
- Pelaksanaan proses penyelesaian keberetan dan sengketa Bea Perolehan
Hak Atas Tanah Dan Bangunan Dan Pajak Bumi Dan Bangunan.
- Pelaksanaan pendataan dan penilaian Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan
Bangunan Dan Pajak Bumi Dan Bangunan.
- Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Badan terkait dengan
tugas dan fungsinya.
3. Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2), Bidang Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan Dan
Pajak Bumi Dan Bangunan. membawahkan 3 (tiga) Kepala Sub Bidang,
antara lain:
- Kepala Sub Bidang Teknis Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan
Bangunan Dan Pajak Bumi Dan Bangunan.
- Kepala Sub Bidang keberatan dan sengketa, dan
- Kepala Sub Bidang Pembukuan dan Pelaporan.
d. Bidang Litbang
Bidang Penelitian dan Pengembangan dipimpin oleh Kepala Bidang, berada
dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan melalui Sekretaris.
Bidang Penelitian dan Pengembangan mempunyai tugas pokok yaitu dalam
menyiapkan bahan perumusan dan melaksanakan kebijakan, evaluasi dan
pelaporan pengembangan pendapatan daerah. Fungsi Bidang Litbang yaitu:
- penyiapan bahan penyusunan program kerja Sub Bidang Penelitian dan
Pengembangan
- penyiapan bahan perumusan,pelaksanaan dan pengordinasian kebijakan
pengembangan pendapatan daerah;
- analisis kebijakan pengembangan pajak daerah
- penyusunan perjanjian kerjasama bidang Pajak Daerah
- penyusunan standar operasional prosedur pemungutan pajak daerah
- penyusunan produk hukum pajak daerah
- penyuluhan pajak daerah dan penyebarluasan informasi pajak daerah
- penyiapan bahan penilaian reformasi birokrasi Sub Bidang
Pengembangan
- pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan pelaporan Sub Bidang
Pengembangan dan
- pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh pemimpin sesuai bidang
tugasnya.

Kepala Bidang Pendapatan Pajak Daerah membawahi sebagai berikut:

- Kepala Sub Bidang Pendataan, Perencanaan dan Pengembangan Potensi;


- Kepala Sub Bidang Pembinaan dan Pengendalian Pendapatan Daerah;
- Kepala Sub Bidang Monitoring dan Evaluasi Pelaporan Pendapatan
Daerah.
e. Bidang Retribusi
Bidang Retribusi dipimpinoleh seorang Kepala Bidang Retribusi. Adapun
uraian tugas Bidang Retribusi sebagai berikut:
- menyelenggarakan pengkajian program kerja Bidang Retribusi;
- menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis bidang retribusi
daerah;
- menyelenggarakan pengkajian bahan petunjuk teknis pengelolaan
retribusi daerah, pembukuan dan pelaporan retribusi;
- menyelenggarakan pengkajian bahan pembinaan dan fasilitasi
pengelolaan retribusi daerah, pembukuan dan pelaporan retribusi;
- menyelenggarakan pengelolaan pembukuan dan pelaporan, retribusi
daerah;
- menyelenggarakan konsultasi dan rekonsiliasi pengelolaan pemungutan
retribusi daerah, pembukuan dan pelaporan retribusi dengan Organisasi
Perangkat Daerah, pengelola, Instansi Pusat dan Kabupaten/Kota;
- menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan
pengambilan kebijakan; menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi
kegiatan Bidang Retribusi;
- menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait;
- menyelenggarakan tugas lain, sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya
Kepala Bidang Retribusi Daerah dan Pendapatan Lain-lain membawahi
sebagai berikut:

- Kepala Sub Bidang Retribusi Daerah;


- Kepala Sub Bidang Pendapatan Lain-lain;
- Kepala Sub Bidang Bagi Hasil Pajak/Non Pajak.
f. Pajak Daerah
Dalam Melaksanakan fungsinya Kepala Bidang Pajak Daerah mempunyai
tugas sebagai berikut :
1. Menyusun rencana operasional di lingkungan Bidang Pajak Daerah
berdasarkan program kerja Badan Pendapatan Daerah serta petunjuk
pimpinan sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
2. Mendistribusikan tugas kepada bawahan di lingkungan Bidang Pajak Daerah
sesuai dengan tugas pokok dan tanggung jawab yang ditetapkan agar tugas
yang diberikan dapat berjalan efektif dan efisien;
3. Memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahan di lingkungan Bidang
Pajak Daerah sesuai dengan peraturan dan prosedur yang berlaku agar tidak
terjadi kesalahan dalam pelaksanaan tugas;
4. Menyelia pelaksanaan tugas bawahan di lingkungan Bidang Pajak Daerah
secara berkala sesuai dengan peraturan dan prosedur yang berlaku untuk
mencapai target kinerja yang diharapkan;
5. Merencanakan pengkajian bahan kebijakan teknis pelaksanaan pendataan
dan penetapan pajak daerah;
6. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis pelaksanaan
penerimaan dan penagihan pajak daerah;
7. Menyelenggarakan pengkajian bahan penyelesaian keberatan dan restitusi
pajak daerah;
8. Menyelenggarakan pengelolaan pembukuan dan pelaporan pajak daerah;
9. Menyelenggarakan pengkajian bahan pembinaan dan fasilitasi pembukuan
dan pelaporan pajak daerah;
10. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan
kebijakan;
11. Menyelenggarakan koordinasi dengan Perangkat Daerah yang terkait
dengan pendapatan daerah baik Provinsi maupun kabupaten/kota serta
instansi vertikal;
12. Mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan di lingkungan Bidang Pendapatan
Pajak Daerah dengan cara membandingkan antara rencana operasional
dengan tugas-tugas yang telah dilaksanakan sebagai bahan laporan kegiatan
dan perbaikan kinerja di masa yang akan datang;
13. Menyusun laporan pelaksanaan tugas Bidang Pendapatan Pajak Daerah
sesuai dengan tugas yang telah dilaksanakan secara berkala sebagai bentuk
akuntabilitas kinerja; dan
14. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan pimpinan baik lisan
maupun tertulis.
Kepala Bidang Pendapatan Pajak Daerah membawahi sebagai berikut:

- Kepala Sub Bidang Pendataan dan Penetapan Pajak Daerah;


- Kepala Sub Bidang Penerimaan dan Penagihan Pajak Daerah;
- Kepala Sub Bidang Keberatan dan Restitusi Pajak Daerah.
g. UPT Pasar Sentral
Dalam Melaksanakan fungsinya Kepala UPT Pasar Sentral mempunyai tugas
sebagai berikut:
1. Melaksanakan koordinasi penagihan dan penyetoran retribusi;
2. Melaksanakan koordinasi penyusunan rencana program kerja Pasar,
melaksanakan pembinaan organisasi dan tata laksana UPT Pasar;
3. Melaksanakan koordinasi ketatalaksanaan dan pembinaan administrasi
umum kepegawaian dan keuangan;
4. Melaksanakan koordinasi layanan teknis administratif;
5. Pelaksanaan koordinasi keamanan;
6. Pelaksanaan pembinaan satgas pada UPT Pasar;
7. Mengelola UPT Pasar sehingga dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan
fungsi dan tujuan diadakan UPT Pasar;
8. Melaksanakan penagihan retribusi pasar;
9. Melaksanakan penagihan abudemen;
10. Melaksanakan penagihan retribusi keamanan ;
11. Melaksanakan penagiahan retribusi leges/MCK;
12. Menjaga keamanan pasar.

2.1.3 Pendapatan Asli Daerah dan Pajak Daerah


2.1.3.1 Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan asli daerah atau yang selanjutnya disebut PAD merupakan
penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber daerah dalam wilayahnya
sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan
daerah atau peruundang-undangan yang berlaku. Sektor pendapatan daerah
memegang peranan yang sangat penting, karena melalui sector ini dapat dilihat
sejauh mana suatu daerah dapat membiayai kegiatan pemerintah dan
pembangunan daerah (Baldric, 2017: 23).
Pendapatan asli daerah (PAD) merupakan penerimaan yang diperoleh dari
sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri, semakin tinggi peranan PAD dalam
struktur keuangan daerah, maka semakin tinggi pula kemampuan keuangan yang
dimiliki oleh daerah untuk melaksanakan kegiatan pembangunan daerahnya
(Carunia, 2017: 119).
Pendapatan asli daerah (PAD) bersumber dari pendapatannya yaitu pajak
daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan, lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah. Pendapatan asli daerah dikatakan baik untuk
memenuhi pembiyaan pembangunan daerahnya apabila pencapaian presentasenya
melebihi 70% dari total penerimaan PAD (Carunia,2017: 2).
Banyak cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan pendapatan asli
daerah agar mendekati atau bahkan sama dengan penerimaan potensialnya,
namun secara umum ada dua cara untuk mengupayakan peningkatan PAD
sehingga maksimal, yaitu dengan cara intensifikasi dan ektensifikasi. Wujud dari
intensifikasi adalah untuk retribusi yaitu menghitung potensi seakurat mungkin
maka target penerimaan bisa mendekati potensinya, sedangkan cara ektensifikasi
dilakukan dengan mengadakan penggalian sumber-sumber objek pajak atau
menjaring wajib pajak baru (Carunia, 2017: 30).

2.1.3.2 Pajak Daerah


Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2009
Tentang perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun
2000 Tentang Pajak dan Retribusi Daerah, Pajak Daerah adalah: Iuran wajib
yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan
langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.
Pengertian Pajak Daerah menurut Raharjo (2009:72) bahwa “Pajak Daerah
yaitu kewajiban penduduk masyarakat menyerahkan sebagian dari kekayaan
kepada daerah disebabkan suatu keadaan, kejadian atau perbuatan yang
memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai suatu sanksi atau hukum.”
Pengertian Pajak Daerah menurut Siahaan (2010:7) bahwa adalah: Iuran
wajib yang dilakukan oleh daerah kepada orang pribadi atau badan tanpa imbalan
langsung yang seimbang,yang dapat dipakasa berdasarkan peraturan
perundangundangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.
Dari berbagai pendapat para ahli, dapat dinyatakan bahwa pajak daerah
merupakan iuran wajib daerah bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang
tanpa imbalan langsung yang digunakan untuk membiaya penyelenggaraan,
pembangunan dan keperluan daerah untuk kemakmuran rakyat. Dengan kata lain
pajak daerah merupakan kontribusi peraturan pemerintahan daerah yang hasilnya
digunakan untuk membiayai pengeluaran daerah guna melaksanakan
pembangunan, penyelenggaraan pemerintah daerah unuk pelayanan masyarakat.

2.1.3.3 Sistem Pemungutan, Pemungutan Pajak Daerah Dan Jenis-jenis Pajak Daerah
Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi tiga sistem (Mardiasmo,
2011: 7), yaitu sebagai berikut :
a. Official Assessment system adalah suatu sistem pemungutan yang memberi
wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang
terutang oleh Wajib Pajak.
b. Self Assessment System adalah suatu sistem pemungutan yang memberi
wewenang sepenuhnya kepada Wajib Pajak untuk menghitung,
memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang
terutang.
c. With Holding System adalah suatu sistem pemungutan yang memberi
wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang
bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib
Pajak.
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 menetapkan sistem
pemungutan pajak untuk setiap Pajak Daerah adalah:
a. Sistem Pemungutan Pajak Daerah
Pemungutan Pajak Daerah saat ini menggunakan tiga sistem pemungutan
pajak. Sebagaimana tertera dibawah ini:
1) Dibayar sendiri oleh Wajib Pajak;
2) Ditetapkan oleh kepala daerah;
3) Dipungut oleh pemungut pajak.
b. Pemungut Pajak Daerah
Dimungkinkan kerjasama dengan pihak ketiga dalam proses pemungutan
pajak, antara lain:
1) Percetakan formulir perpajakan;
2) Pengiriman surat-surat kepada Wajib Pajak;
3) Penghimpunan data objek dan subjek pajak;
Pemerintah Kota Sorong melalui Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi
Daerah dalam prakteknya melakukan pemungutan terhadap pajak dengan dengan
Official Assessment system. Melalui Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2020 tentang
Pajak Daerah, Pemerintah Kota Sorong menetapkan besaran Pajak Daerah yang
harus dibayarkan oleh wajib pajak.

2.1.3.4 Jenis Pajak Daerah


Jenis-jenis pajak Daerah menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
terbagi menjadi dua yaitu pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota. Pembagian ini
dilakukan sesuai dengan kewenangan pengenaan dan pemungutan masing-masing
jenis pajak daerah pada wilayah administrasi propinsi atau kabupaten/kota yang
bersangkutan. Berdasarkan Undang-undang tersebut ditetapkan jenis-jenis pajak
daerah yaitu terdiri dari:
a. Jenis pajak provinsi terdiri atas:
 Pajak Kendaraan Bermotor;
 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;
 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;
 Pajak Air Permukaan; dan
 Pajak Rokok.
b. Jenis pajak kabupaten/kota terdiri atas:
 Pajak Hotel;
 Pajak Restoran;
 Pajak Hiburan;
 Pajak Reklame;
 Pajak Penerangan Jalan;
 Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
 Pajak Parkir;
 Pajak Air Tanah;
 Pajak Sarang Burung Walet;
 Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan.
Pemerintah Kota Sorong melakukan pemungutan atas semua jenis pajak
daerah, kecuali pajak air tanah dan pajak sarang burung walet yang hingga saat
ini tidak dilakukan pemungutan karena belum ditetapkan Peraturan Walikota
Sorong yang mengatur secara resmi tentang pemungutan pajak ini . Pemungutan
atas pajak air tanah hingga saat ini masih dilakukan penyusunan rancangan
perwali oleh staf Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Kota Sorong
sedangkan belum ada tindak lanjut atas pajak sarang burung walet dikarenakan
Kota Sorong sendiri tidak mempunyai potensi atas sarang burung walet.

2.1.3.5 Kontribusi Pajak Daerah


Kontribusi Pajak Daerah Kontribusi adalah besaran sumbangan yang
diberikan atas sebuah kegiatan yang dilaksanakan (Handoko, 2013). Analisis
kontribusi pajak daerah suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa
besar kontribusi yang dapat disumbangkan dari penerimaan pajak terhadap PAD,
maka dibandingkan antara realisasi penerimaan pajak daerah terhadap PAD
(Handoko, 2013)

2.2 Pembahasan
2.2.1 Hasil
Data yang dikumpukan berupa arsip dokumen pada bagian keuangan yang berupa
data Total Realisasi Penerimaan di Kota Sorong tahun 2016-2020.
Tabel 1. Total Realisasi Penerimaan di Kota Sorong

Uraian Tahun (Rp)


2016 2017 2018 2019 2020
Total PAD 64.975.2 168.091.2 93.263.68 118.001.6 54.540 .7
12.092 11.004 0.359 95.884 03

Total 31.545.5 39.143.23 47.587.20 52.430.42 42.839.2


Pajak 50.721 4.013 4.781 4.742 73
Daerah
Sumber: Data BPPRD Kota Sorong 2016-2020

Tabel 1 di atas merupakan total realisasi penerimaan di Kota Sorong tahun 2016-
2021. Penerimaan realisasi PAD terus meningkat sejak tahun 2013 hingga 2019 dan
mengalami penurunan drastis pada tahun 2020. Seperti PAD, realisasi pajak daerah
juga mengalami pertumbuhan positif dari tahun 2016-2019 dan mengalami penurunan
pada tahun 2020.

2.2.2 Pembahasan
Dari hasil penelitian di atas, maka diberikan uraian yang tertuang dalam
pembahasan hasil Total Realisasi Penerimaan di Kota Sorong tahun 2016-2020
sebagai berikut:
2.2.2.1 Persentase Kontribusi Total Pajak Daerah Terhadap Total PAD Kota Sorong
Tahun 2016-2020
Kontribusi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pajak daerah memberikan
sumbangan dalam penerimaan PAD. Untuk mengetahui kontribusi dilakukan dengan
membandingkan penerimaan pajak daerah periode tertentu dengan penerimaan PAD
periode tertentu pula. Rumus yang digunakan untuk menghitung kontribusi pajak
daerah terhadap PAD adalah:

Qx
Pn = x 100 %
Qy
Keterangan:
Pn : Kontribusi Total Pajak Daerah Terhadap PAD
Qx : Total Pajak Daerah
Qy : Total Pendapatan Asli Daerah (PAD)
n : Tahun Tertentu
Kriteria yang digunakan dalam menilai kontribusi pajak daerah terhadap
pendapatan asli daerah, sebagai berikut:
Tabel 2. Klasifikasi Kriteria Nilai Kontribusi Pajak Daerah

Persentase Kriteris
0,00% - 10% Sangat Kurang
10,00% - 20% Kurang
20,00% - 30% Sedang
30,00% - 40% Cukup Baik
40,00% - 50% Baik
Diatas 50% Sangat Baik
Sumber: Dipdagri, Kepmendagri No. 690.900.327 Tahun 1996 (
dalam Velayati, 2013)

Tabel 3. Persentase Kontribusi Total Pajak Daerah Terhadap Total PAD Kota
Sorong Tahun 2016-2020

Tahun PAD Pajak Daerah (Rp) Kontribusi (%)


(Rp)
2016 64.975.212.092 31.545.550.721 48,55%
2017 168.091.211.004 39.143.234.013 23,28%
2018 93.263.680.359 47.587.204.781 51,02%
2019 118.001.695.884 52.430.424.742 44,43%
2020 54.540 .703 42.839.273 78,54%
Rata-rata per tahun 49,16%
Sumber: BPPRD Kota Sorong, data diolah 2021
Dari tabel 3 dapat dilihat kontribusi pajak daerah terhadap PAD Kota Sorong
dalam kurun waktu tahun 2016-2020 sangat fluktuatif. Kontribusi pajak daerah
terhadap PAD Kota Sorong pada tahun 2016 adalah sebesar 48,55% atau Rp
31.545.550.721. Pada tahun 2017 turun menjadi 23,28% atau Rp 39.143.234.013.
Kemudian pada tahun 2018 naik dengan persentase 51,02% atau Rp 47.587.204.781.
Pada tahun 2019 turun menjadi 44,43% atau Rp 52.430.424.742. Pada tahun 2020
kembali naik menjadi 78,54% atau Rp 42.839.273. Total pajak daerah yang
berkontribusi paling besar terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Sorong selama 5
tahun terakhir adalah pada tahun 2020 yaitu 78,54 atau Rp 42.839.273.
Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir kontribusi terendah pajak daerah terhadap
PAD Kota Sorong yaitu tahun 2017 dengan besar kontribusi 23,28% dari total PAD
tahun tersebut, nilai kontribusi juga tergolong rendah bila dibandingkan dengan rata-
rata 5 tahun terakhir. Nilai ini di klasifikasikan sedang karena berada pada kisaran
20,00%-30%. Sedangkan kontribusi terbesar yaitu tahun 2020 dengan nilai 78,54%
dimana nilai ini berada pada kriteria sangat baik.
Persentase rata-rata kontribusi total pajak daerah terhadap Pendapatan Asli
Daerah Kota Sorong tahun 2016-2020 sebesar 49,16. Ini menunjukkan bahwa
kontribusi pajak daerah terhadap PAD di Kota Sorong memiliki kriteria yang baik
karena berkisaran 40%-50% bahkan hampir menyetuh kisaran 50% dengan kriteria
sangat baik. Dengan nilai kontribusi rata-rata per tahun sebesar 49,16%, dapat dilihat
bahwa pemerintah Kota Sorong melalui Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi
Daerah memiliki kinerja keuangan yang sangat baik dalam melakukan pemungutan
pajak daerah selama 5 tahun terakhir.
Berdasarkan observasi lapangan di Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi
Daerah Kota Sorong, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kenaikan persentase
kontribusi pajak daerah terhadap PAD adalah; wajib pajak yang terus bertambah di
tiap tahunnya karena adanya kesadaran membayar pajak; adanya penambahan jenis
pajak yang baru berlaku di tiap tahun; dan penetapan target yang disesuaikan dengan
potensi masing-masing pajak daerah di tiap tahun. Sebaliknya, faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya penurunan persentasi kontribusi pajak daerah terhadap PAD
adalah; penetapan target yang terlalu tinggi yang tidak disesuaikan dengan potensi dan
realisasi tahun sebelumnya untuk tiap jenis pajak daerah; adanya manipulasi pajak
yang dilakukan seperti menyembunyikan objek pajak, dan tidak jujur dalam
melaporkan pajaknya. Di sisi lain menurut penulis, naik dan turunnya persentase
kontribusi pajak daerah terhadap PAD juga dipengaruhi sumber penerimaan lainnya
seperti retribusi daerah dan lain-lain PAD yang sah yang penerimaannya bisa saja
lebih tinggi atau kurang dari penerimaan pajak daerah di tiap tahunnya.

2.3 Faktor Pendukung dan Penghambat KPL


2.3.1 Faktor Pendukung
Pelaksanaan KPL Nondik di Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Kota
Sorong berjalan dengan baik dikarenakan adanya faktor-faktor pendukung di lapangan.
Berikut merupakan faktor-faktor pendukung pelaksanaan KPL:
a. Pembimbingan kepada peserta magang oleh perusahaan sangat baik.
b. Fasilitas peralatan yang mendukung.
c. Terciptanya rasa kekeluargaan yang harmonis antara karyawan karena kerjasama
yang baik.
d. Kedisiplinan dan ketaatan pada aturan kantor dapat memupuk karakteristik penulis
untuk menjadi orang yang bisa menghargai waktu.
2.3.2 Faktor Penghambat
Adapun faktor-faktor penghambat selama pelaksanaan KPL Nondik:
a. Tidak adanya pembagian kerja yang jelas kepada peserta KPL Nondik sehingga
kadang-kadang tidak ada pekerjaan yang dikerjakan oleh peserta KPL Nondik.
b. Ruangan yang sempit sehingga membatasi ruang gerak pegawai di bidang pajak.
c. Melaksanakan magang sendiri tanpa rekan, sehingga mengalami kesulitan untuk
dokumentasi, tidak adanya kerjasama dalam menyelesaikan tugas.
d. Beberapa fasilitas seperti printer dan komputer rusak sehingga menghambat peserta
dalam menyelesaikan pekerjaan.
e. Kendaraan operasional yang sering rusak sehingga mengalami kesulitan ketika turun
lapangan.
f. Ada rasa canggung yang dirasakan oleh penulis di kantor, karena penulis harus
terlebih dahulu mengenali orang-orang baru di sekitarnya dan beradaptasi dengan
lingkungan kantor.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kuliah Praktek Lapangan Non Pendidikan (KPL Nondik) adalah sebuah proses
pengajaran dengan cara memberikan gambaran dunia pekerjaan kepada mahasiswa, dimana
mahasiwa yang diberikan tanggung jawan menyelesaikan pekerjaan diperusahaan atau
instansi tempat mahasiwa melakukan KPL, selain itu mahasiswa juga diberikan kesempatan
untuk mengimplementasikan ilmu-ilmu yang diperoleh semasa perkuliahan dalam kegiatan
KPL.
Berdasarkan hasil pembahasam dan data yang sudah diperoleh dapat disimpulkan
bahwa kinerja keuangan Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota Sorong sudah
sangat baik, karena bisa dilihat dalam 5 tahun terakhir kontribusi pajak daerah terhadap PAD
memiliki nilai diatas 40%, hanya pada tahun 2017 yang berada di kriteria sedang karena
memiliki nilai kontribusi 23,28%. Sedangkan nilai kontribusi rata-rata pajak daerah terhadap
PAD Kota Sorong selama 2016-2020 juga tergolong dalam kriteria baik yaitu 49,16%.

3.2 Saran
Kepada Masyarakat Kota Sorong yang tergolong sebagai wajib pajak daerah agar lebih
patuh membayar pajak daerah, karena sebagian besar PAD Kota Sorong adalah dari pajak
daerah dan pajak ini akan digunakan untuk pembangunan Kota Sorong.
Kepada BPPRD Kota Sorong semoga kedepanya dapat menciptakan strategi yang lebih
baik untuk meningkatkan penerimaan pajak dari sektor pajak daerah dapat menunjang PAD
Kota Sorong untuk meningkatkan pembangunan.

Anda mungkin juga menyukai