LAPORAN MAGANG
Oleh :
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMOI
OKTOBER 2021
BAB I
PENDAHULUAN
Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Kota Sorong sebagai tempat
penulis melaksanakan kuliah praktek lapangan nonpendidikan (kpl nondik) mempunyai
peranan yang sangat besar dalam menyelenggarakan Pajak dan Retribusi Daerah Kota
Sorong. Penyelenggaraan pemerintah yang menjadi kewenangan daerah dibiayai oleh
APBD, sedangkan penyelenggaraan kewenangan pemerintah yang menjadi tanggung
jawab pemerintah pusat dibiayai oleh APBN. Salah satu ukuran kemampuan daerah
untuk melaksanakan otonomi adalah dengan melihat besarnya nilai PAD yang dapat
dicapai oleh daerah tersebut. Dengan PAD yang relatif kecil akan sulit bagi daerah
tersebut untuk melaksanakan proses penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan
secara mandiri, tanpa didukung oleh pihak lain (dalam hal ini Pemerintah Pusat dan
Provinsi) dalam pelaksanaan otonomi ini, daerah dituntut untuk mampu membiayai
dirinya sendiri.
Pendapatan Asli Daerah/PAD merupakan salah satu sumber pembiayaan daerah
yang utama dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Kovacs (2009) berpendapat ada
beberapa alasan mengapa pajak harus diberi kewenangan khusus kepada pemerintah
daerah, misalnya penyediaan dan pembiayaan di tingkat lokal. Pendapatan pajak daerah
yang lebih tinggi dapat mengurangi ketergantungan pada dukungan anggaran negara.
Pajak daerah merupakan kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh wajib pajak
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang–undang (UU),
dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah
bagi sebesar–besarnya kemakmuran rakyat (Mardiasmo, 2016). UU No. 34 Tahun 2000
yang telah direvisi dengan UU No. 28 Tahun 2009 memberikan peluang kepada daerah
kabupaten/kota untuk memungut jenis pajak daerah lain yang dipandang memenuhi
syarat selain dari jenis pajak daerah kabupaten/kota yang telah ditetapkan. Penetapan
jenis pajak lainnya ini harus benar-benar bersifat spesifik dan potensial di daerah yang
bersangkutan. Hal ini memberikan keleluasaan kepada daerah kabupaten/kota dalam
mengantisipasi situasi dan kondisi serta perkembangan perekonomian daerah pada masa
mendatang yang mengakibatkan perkembangan potensi pajak dengan tetap
memperhatikan kesejahteraan jenis pajak dan aspirasi masyarakat serta memenuhi
kriteria yang ditetapkan (Rahmaniyah, 2013). Hampir semua Kabupaten dan Kota
berusaha memacu dengan menggali potensi daerahnya sendiri (Kambu, 2014).
Pemerintah Kota Sorong juga menjadikan sektor Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah sebagai sumber keuangan yang paling diandalkan. Malak, Y. R., Amiruddin, A.,
& Purnomo, A. (2019) menyatakan bahwa sumber pendapatan paling utama dalam
mendukung pembanguna suatu daerah berasala dari pajak. Sektor pajak daerah tersebut
meliputi pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan
jalan, pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian golongan C serta retribusi daerah
yang terdiri: retribusi jalan umum antara lain pelayanan kesehatan dan pelayanan
persampahan, jasa usaha dan retribusi perijinan. Sektor yang sangat besar untuk digali
dan diperluas pengelolaannya. Peningkatan pajak daerah dan retribusi daerah tidak dapat
dipisahkan dari peranan pemerintah daerah. BPPRD yang tugasnya melaksanakan
sebagian urusan rumah tangga daerah khususnya bidang pendapatan. Tugas tersebut
menempatkan BPPRD sebagai koordinator pungutan, penyetoran Pendapatan Daerah dan
mencari sumber- sumber pendapatan daerah di sektor lain
Kota Sorong sebagai daerah otonom dituntut mengelola dan mengurus keuangan
sendiri. Pemerintah daerah dituntut untuk mengelola keuangan secara ekonomis, efisien,
efektif, transparansi, akuntabilitas dan berkeadilan. Ini menjadi tantangan bagi
pemerintah Kota Sorong meningkatkan PAD khususnya pajak daerah melalui potensi dan
sumber daya yang ada. Kota Sorong yang menjadi pintu masuk Pulau Papua dan sebagai
kota transit bagi kabupaten-kabupaten yang tergabung dalam Sorong Raya (Kab. Raja
Ampat, Kab.Sorong Selatan, Kab.Sorong, Kab.Tambrauw, Kab. Maybrat, Kota Sorong)
menjadikan kota ini mengalami pertumbuhan ekonomi yang positif dari tahun ke tahun.
Pajak daerah yang dimiliki bukan hanya berasal dari kontribusi warga Kota Sorong,
tetapi juga dari warga masyarakat yang tergabung dalam Sorong Raya. Hal ini
dikarenakan Kota Sorong sering dijadikan tempat tujuan utama untuk melakukan
berbagai aktivitas. Memiliki potensi ekonomi yang tinggi Pemerintah Kota Sorong
dituntut untuk dapat mengelola Pajak Daerahnya dengan baik sebagai salah satu PADnya.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis menyusun laporan ini sebagai hasil
dari analisis penulis yang diperoleh selama melakukan kuliah praktek lapangan di
BPPRD Kota Sorong dan memilih judul “ANALISIS KINERJA KEUANGAN
BADAN PENGELOLAAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH MELALUI
RASIO KONTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PAD KOTA SORONG
TAHUN 2016 - 2020” untuk melihat bagaimana kinerja keuangan Pemerintah Kota
Sorong melalui BPPRD dalam menyelenggarakan Pajak Daerah dan kontribusinya
terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota Sorong.
Tahap akhir dalam metode pemecahan masalah adalah interpretasi data. Kegiatan
interpretasi yakni untuk arti lebih luas dari jawaban yang diperoleh dari hasil penemuan
yang sudah ada. Interpretasi dilakukan dengan memberikan pembahasan terkait hasil
analisis data.
BAB II
Kepala Badan
Sekretaris
Kasubag Umum
& Kepegawaian
Kasubag
Keuangan
Kasubag
Perencanaan
Setiap Sub Bagian dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang dalam
melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada
sekretaris:
2.1.3.3 Sistem Pemungutan, Pemungutan Pajak Daerah Dan Jenis-jenis Pajak Daerah
Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi tiga sistem (Mardiasmo,
2011: 7), yaitu sebagai berikut :
a. Official Assessment system adalah suatu sistem pemungutan yang memberi
wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang
terutang oleh Wajib Pajak.
b. Self Assessment System adalah suatu sistem pemungutan yang memberi
wewenang sepenuhnya kepada Wajib Pajak untuk menghitung,
memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang
terutang.
c. With Holding System adalah suatu sistem pemungutan yang memberi
wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang
bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib
Pajak.
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 menetapkan sistem
pemungutan pajak untuk setiap Pajak Daerah adalah:
a. Sistem Pemungutan Pajak Daerah
Pemungutan Pajak Daerah saat ini menggunakan tiga sistem pemungutan
pajak. Sebagaimana tertera dibawah ini:
1) Dibayar sendiri oleh Wajib Pajak;
2) Ditetapkan oleh kepala daerah;
3) Dipungut oleh pemungut pajak.
b. Pemungut Pajak Daerah
Dimungkinkan kerjasama dengan pihak ketiga dalam proses pemungutan
pajak, antara lain:
1) Percetakan formulir perpajakan;
2) Pengiriman surat-surat kepada Wajib Pajak;
3) Penghimpunan data objek dan subjek pajak;
Pemerintah Kota Sorong melalui Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi
Daerah dalam prakteknya melakukan pemungutan terhadap pajak dengan dengan
Official Assessment system. Melalui Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2020 tentang
Pajak Daerah, Pemerintah Kota Sorong menetapkan besaran Pajak Daerah yang
harus dibayarkan oleh wajib pajak.
2.2 Pembahasan
2.2.1 Hasil
Data yang dikumpukan berupa arsip dokumen pada bagian keuangan yang berupa
data Total Realisasi Penerimaan di Kota Sorong tahun 2016-2020.
Tabel 1. Total Realisasi Penerimaan di Kota Sorong
Tabel 1 di atas merupakan total realisasi penerimaan di Kota Sorong tahun 2016-
2021. Penerimaan realisasi PAD terus meningkat sejak tahun 2013 hingga 2019 dan
mengalami penurunan drastis pada tahun 2020. Seperti PAD, realisasi pajak daerah
juga mengalami pertumbuhan positif dari tahun 2016-2019 dan mengalami penurunan
pada tahun 2020.
2.2.2 Pembahasan
Dari hasil penelitian di atas, maka diberikan uraian yang tertuang dalam
pembahasan hasil Total Realisasi Penerimaan di Kota Sorong tahun 2016-2020
sebagai berikut:
2.2.2.1 Persentase Kontribusi Total Pajak Daerah Terhadap Total PAD Kota Sorong
Tahun 2016-2020
Kontribusi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pajak daerah memberikan
sumbangan dalam penerimaan PAD. Untuk mengetahui kontribusi dilakukan dengan
membandingkan penerimaan pajak daerah periode tertentu dengan penerimaan PAD
periode tertentu pula. Rumus yang digunakan untuk menghitung kontribusi pajak
daerah terhadap PAD adalah:
Qx
Pn = x 100 %
Qy
Keterangan:
Pn : Kontribusi Total Pajak Daerah Terhadap PAD
Qx : Total Pajak Daerah
Qy : Total Pendapatan Asli Daerah (PAD)
n : Tahun Tertentu
Kriteria yang digunakan dalam menilai kontribusi pajak daerah terhadap
pendapatan asli daerah, sebagai berikut:
Tabel 2. Klasifikasi Kriteria Nilai Kontribusi Pajak Daerah
Persentase Kriteris
0,00% - 10% Sangat Kurang
10,00% - 20% Kurang
20,00% - 30% Sedang
30,00% - 40% Cukup Baik
40,00% - 50% Baik
Diatas 50% Sangat Baik
Sumber: Dipdagri, Kepmendagri No. 690.900.327 Tahun 1996 (
dalam Velayati, 2013)
Tabel 3. Persentase Kontribusi Total Pajak Daerah Terhadap Total PAD Kota
Sorong Tahun 2016-2020
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kuliah Praktek Lapangan Non Pendidikan (KPL Nondik) adalah sebuah proses
pengajaran dengan cara memberikan gambaran dunia pekerjaan kepada mahasiswa, dimana
mahasiwa yang diberikan tanggung jawan menyelesaikan pekerjaan diperusahaan atau
instansi tempat mahasiwa melakukan KPL, selain itu mahasiswa juga diberikan kesempatan
untuk mengimplementasikan ilmu-ilmu yang diperoleh semasa perkuliahan dalam kegiatan
KPL.
Berdasarkan hasil pembahasam dan data yang sudah diperoleh dapat disimpulkan
bahwa kinerja keuangan Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota Sorong sudah
sangat baik, karena bisa dilihat dalam 5 tahun terakhir kontribusi pajak daerah terhadap PAD
memiliki nilai diatas 40%, hanya pada tahun 2017 yang berada di kriteria sedang karena
memiliki nilai kontribusi 23,28%. Sedangkan nilai kontribusi rata-rata pajak daerah terhadap
PAD Kota Sorong selama 2016-2020 juga tergolong dalam kriteria baik yaitu 49,16%.
3.2 Saran
Kepada Masyarakat Kota Sorong yang tergolong sebagai wajib pajak daerah agar lebih
patuh membayar pajak daerah, karena sebagian besar PAD Kota Sorong adalah dari pajak
daerah dan pajak ini akan digunakan untuk pembangunan Kota Sorong.
Kepada BPPRD Kota Sorong semoga kedepanya dapat menciptakan strategi yang lebih
baik untuk meningkatkan penerimaan pajak dari sektor pajak daerah dapat menunjang PAD
Kota Sorong untuk meningkatkan pembangunan.