Anda di halaman 1dari 3

Nama : Mulia Addieni

NIM : 195040201111063
Kelas : F
Asisten : Zalfa Salsabila Fari

SOAL KUIS MAES TM-8

1. Apakah yang dimaksud dengan multiple cropping dan apa fungsinya?


Menurut Budi (2011), multiple cropping merupakan suatu sistem pertanaman berganda
atau sistem pertanaman yang mengusahakan dua atau lebih tanaman budidaya pada suatu
lahan. Fungsi dari penerapan multiple cropping yaitu untuk mencapai produksi tanaman
yang maksimal per unit area lahan dengan meminimalkan kerusakan atau penurunan
kesuburan lahan. Di samping itu pola pertanaman multiple cropping mengacu pada
ekosistem alam dimana heterogenitas lebih tinggi sehingga lebih menjamin keseimbangan
alamiah.

2. Apa yang dimaksud dengan NKL atau LER, jelaskan fungsi beserta persamaannya!
NKL (Nilai Kesetaraan Lahan) atau LER (Land Equivalent Ratio) merupakan gambaran
efisiensi penggunaan lahan atau gambaran mengenai areal yang dibutuhkan untuk total
produksi monokultur yang setara dengan satu ha produksi tumpang sari. Nilai NKL atau
LER berfungsi untuk mengevaluasi keuntungan atau kerugian yang ditimbulkan dari pola
tanam tumpang sari dengan monokultur menggunakan persamaan
Yab(tanaman a intercropping) Yba(tanaman b intercropping)
NKL atau LER = +
Yaa( tanamana monokultur) Ybb(tanaman b monokultur)
(Ceunfin et al., 2017)

3. Jika didapatkan NKL atau LER sebesar 1,43 bagaimana interpretasinya?


Nilai LER atau NKL menunjukkan bahwa 43% hasil keuntungan diperoleh ketika
ditanam secara tumpangsari dibandingkan secara monokultur. Dengan kata lain tanaman
harus ditanam pada luasan lahan 1,43 ha dengan sistem monokultur untuk mendapatkan
tingkat hasil yang sama seperti yang diperoleh dari luasan lahan 1 ha dengan sistem
tanaman tumpangsari. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Mutmaidah dan Sundari
(2017), yang menyatakan bahwa nilai LER atau NKL yang >1 menunjukkan bahwa
produktivitas lahan pada pola tumpangsari jauh lebih tinggi daripada produktivitas lahan
monokultur.

4. Bagaimana hubungan NKL atau LER dengan multiple cropping?


Menurut Rifai et al. (2014), pola tanam multi cropping umumnya akan memberikan hasil
yang lebih efisien dan produktif dibandingkan dengan monokultur yang ditunjukkan
secara keseluruhan oleh NKL. Sehingga, untuk mengevaluasi keuntungan atau kerugian
yang ditimbulkan dari pola tanam multi cropping dengan monokultur dapat dihitung dari
Nilai Nisbah Kesetaraan Lahan (NKL).
5. Tiga buah lahan pada wilayah sama memiliki luas masing-masing 10.000 m2. Ketiga
lahan tersebut ditanam oleh tanaman yang sama dengan pola tanam yang berbeda. Pada
lahan A ditanami jagung dengan pola tanam monokultur. Kemudian pada lahan B
ditanami kedelai secara monokultur. Sedangkan pada lahan C ditanami tanaman jagung
dan kedelai secara tumpangsari. Dari ketiga lahan tersebut menghasilkan prouktivitas
yang berbeda. Pada lahan A sebesar 250 ton/ha, lahan B 75 ton/ha dan pada lahan C 185
ton/ha untuk jagung dan 55 ton/ha untuk kedelai. Dari produktivitas ketiga lahan tersebut
hitunglah nilai NKL dan berikan interpretasi berdasarkan hasil tersebut!
HA 1(hasil tanaman A tumpangsari) HB 1(hasil tanaman Btumpangsari)
NKL = +
HA 2(hasil tanaman A monokultur) HB 2(hasil tana man B monokultur)
185 55
= +
250 75
= 0,74 + 0,73
= 1,47
Maka, dapat dikatakan bahwa nilai NKL 1,47 menunjukkan menunjukkan bahwa 47%
hasil keuntungan diperoleh ketika ditanam secara tumpangsari dibandingkan secara
monokultur. Dengan kata lain tanaman harus ditanam pada luasan lahan 1,47 ha dengan
sistem monokultur untuk mendapatkan tingkat hasil yang sama seperti yang diperoleh
dari luasan lahan 1 ha dengan sistem tanaman tumpangsari.

6. Di bawah ini, menurut saudara tentukan lahan yang memiliki nilai NKL / LER dari paling
tinggi hingga paling rendah
1. Lahan Minapadi
2. Lahan Tumpangsari padi dan kedelai
3. Lahan padi SRI
4. Lahan padi Jajar legowo 2:1
5. Lahan padi jajar legowo 3:1
Jelaskan mengapa anda menulis dengan urutan demikian berdasarkan literatur!
Menurut saya, urutan yang memiliki nilai NKL/LER dari yang tertinggi hingga terendah
secara berturut-turut yaitu 2-3-5-4-1. Nilai NKL tertinggi yaitu terdapat pada lahan
tumpangsari padi dan kedelai karena menurut Rifai et al., (2014) Sistem tanam tumpang
sari merupakan sistem budidaya tanaman yang dapat meningkatkan produksi lahan.
Selanjutnya pada lahan padi SRI juga memiliki nilai NKL yang tinggi karena menurut
Rozen dan Kasim (2018) lahan padi SRI dikenal sebagai penanaman tanaman padi secara
monokultur dan modern yang memiliki tujuan untuk meningkatkan produktivitas hasil
tanpa merusak lingkungan. Nilai NKL pada padi jajar legowo 3:1 maupun 2:1 berada
terletak secara berturut-turut. Menurut Menurut Bobihoe (2013) hal tersebut karena pada
sistem jajar legowo 3:1 akan meningkatkan jumlah populasi tanaman padi dibandingkan
jajar legowo 2:1. Lahan minapadi berada pada urutan terakhir karena menurut Lestari dan
Rifai (2017), pada lahan tersebut sebagian digunakan sebagai budidaya ikan sedangkan
sebagian lainnya digunakan untuk budidaya tanaman padi.
DAFTAR PUSTAKA

Bobihoe, Julistia. 2013. Sistem Tanam Padi Jajar Legowo. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Jambi. Kementrian Pertanian
Budi, G. Prasetyo. 2011. Kompetisi Gulma dengan Tanaman Budidaya dalam Sistem
Pertanaman Multiple Cropping. J. Sainteks. 8(1): 29-35
Ceunfin, Syprianus., D. Prajitno., P. Suryanto, dan E.T.S. Putra. 2017. Penilaian Kompetisi
dan Keuntungan Hasil Tumpangsari Jagung Kedelai di Bawah Tegakan Kayu Putih. J.
Pertanian Konservasi Lahan Kering. 2(1): 1-3
Lestari, S dan M. Rifai. 2017. Pemeliharaan Ikan Lele Bersama Padi (Mina Padi) Sebagai
Potensi Keuntungan Berlipat Untuk Petani. J. Terapan Abdimas. 2: 27-32
Mutmaidah, Siti dan T. Sundari. 2017. Efisiensi Pemanfaatan Lahan untuk Memaksimalkan
Pendapatan dengan Pola Tumpangsari Jagung dan Kedelai. Prosiding Seminar Hasil
Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi: 332-340
Rifai, Ahmad, S. Basuki, dan B. Utomo. 2014. Nilai Kesetaraan Lahan Budidaya
Tumpangsari Tanaman Tebu dengan Kedelai: Studi Kasus di Desa Karangharjo,
Kecamatan Sulang, Kabupaten Rembang. J. Widyariset. 17(1): 59-70
Rozen, Nalwida dan M. Kasim. 2017. Teknik Budidaya Tanaman Padi metode SRI (The
System of Rice Intensification). Depok: PT Raja Grafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai