Anda di halaman 1dari 2

REVIEW JURNAL

Kajian Ekonomi antara Pola Tanam Monokultur dan Tumpangsari Tanaman Jagung,
Kubis, dan Bayam

Indonesia merupakan negara agraris dengan sebagian besar penduduk


memperoleh nafkah dari sektor pertanian. Permasalahan petani yang dapat
diidentifikasi adalah lahan yang sempit, penggunaan pupuk yang belum efisien, harga
jual produk yang berfluktuasi sehingga menyebabkan pendapatan petani rendah.
Petani yang memiliki lahan garapan sempit harus mampu memilih dengan benar
tanaman apa yang akan diusahakan agar memiliki hasil maksimal. Salah satu cara
untuk meningkatkan pendapatan petani yang berlahan sempit adalah dengan pola
tanam tumpangsari. Menanam secara tumpangsari dapat meningkatkan pendapatan
petani, karena penggunaan sarana produksi yang lebih efisien, sehingga biaya produksi
dapat lebih rendah dibandingkan dengan pola tanam monokultur. Oleh karena itu,
dilakukanlah penelitian analisis ekonomi untuk mengetahui biaya, penerimaan, dan
keuntungan finansial usahatani jagung, kubis, dan bayam. Penelitian menggunakan
rancangan acak kelompok dengan 4 ulangan, dengan kombinasi perlakuan :
a. Monokultur bayam
b. Monokultur jagung
c. Monokultur kubis
d. Tumpangsari bayam-jagung
e. Tumpangsari bayam-kubis
f. Tumpangsari jagung-kubis
Penelitian dilakukan untuk memperoleh tiga hasil utama, yaitu Nisbah Kesetaraan
Lahan (NKL), Efisiensi Sistem Pertanaman (ESP), dan Indeks Kompetisi (IK). Penelitian
juga dilakukan untuk menganalisis biaya total, penerimaan, keuntungan, serta analisa
R/C dan ROI.
Penelitian menunjukkan hasil bahwa pola tanam tumpangsari kubis-bayam
memiliki keuntungan paling besar dibandingkan pola tanam lainnya, yaitu sebesar Rp
44.501.937/ha/musim dengan keuntungan perbulan sebesar Rp 14.833.979. Penelitian
juga menyatakan bahwa pola tanam tumpangsari pada tanaman kubis-bayam memiliki
keuntungan paling besar dibandingkan pola tanam lainnya. Hal ini disebabkan karena
hasil dari kedua tanaman cenderung besar sehingga penerimaan totalnya juga besar.
Sedangkan pola tanam bayam monokultur memperoleh keuntungan paling kecil
dibandingkan pola tanam lainnya. Hal ini disebabkan karena penanamannya
menggunakan jarak tanam sehingga hasilnya sedikit.
Berdasarkan penelitian, diperoleh data bahwa pola tanam tumpangsari kubis-
bayam memiliki nilai NKL (nisbah kesetaraan lahan) paling tinggi dibandingkan kedua
pola tanam lainnya, yaitu sebesar 1,96. Hal ini disebabkan karena produktivitas
tanaman kubis dan bayam yang ditumpangsarikan sama-sama tinggi. Sedangkan pada
tumpangsari jagung-kubis memiliki nilai NKL yang paling rendah, yaitu sebesar 1,21.
Hal ini disebabkan karena kubis yang ditumpangsarikan dengan jagung sangat rendah,
bahkan lebih rendah daripada produktivitas kubis monokultur. Pola tanam
tumpangsari jagung-kubis memperoleh nilai ESP (Efisiensi Sistem Pertanaman) paling
rendah, yaitu sebesar 0,75. Nilai ESP yang kurang dari 1 menunjukkan bahwa pola
tanam tidak efisien dalam penggunaan waktu dan lahan. Hal ini dapat disebabkan
karena produktivitas tanaman kubis yang rendah. Sedangkan untuk Indeks Kompetisi
(IK), pola tanam tumpangsari jagung-kubis memiliki nilai paling besar, yaitu sebesar
3,94. Hal ini menunjukkan bahwa kompetisi pada pola tanam tumpangsari lebih besar
dibandingkan kompetisi monokultur. Nilai IK dari kompetisi tumpangsari jagung-bayam
dan kubis-bayam kurang dari 1, yang berarti kompetisi tersebeut lebih kecil daripada
kompetisi monokultur. Ditinjau dari segi agronomi, hal ini dapat disebabkan karena
tanaman kubis dan bayam tidak memperoleh cukup sinar matahari karena terhalang
oleh jagung, seheingga pertumbuhannya terhambat. Sedangkan pada tinjauan
ekonomi, produktivitas jagung-kubis cenderung rendah karena jumlah produksi kubis
yang tidak maksimal, yaitu hanya 1.11 kg/ha/panen.
Dari penelitian tersebut dapat diperoleh disimpulkan bahwa petani yang memiliki
lahan sempit (kurang dari 1 hektar) disarankan untuk berusahatani menggunakan pola
tanam secara tumpangsari dengan jenis tanaman kombinasi kubis dan bayam. Pola
tanam tumpangsari kombinasi kubis dan bayam memiliki keuntungan yang besar
dengan resiko yang cenderung kecil.

Referensi
Hermawati, D. T. (2016). Kajian Ekonomi antara Pola Tanam Monokultur dan
Tumpangsari Tanaman Jagung, Kubis dan Bayam. INOVASI, XVIII (1).

Anda mungkin juga menyukai