Anda di halaman 1dari 10

Al Khawarizmi, Ilmuwan Terpenting dalam

Sejarah Matematika

Al-Khawarizmi, adalah ilmuwan yang menyumbangkan pemikiran terbesarnya di dalam


matematika. Karya-karyanya sangat berpengaruh bagi peradaban manusia. Seperti
apakah sosok Al-Khawarizmi? Yuk simak artikel ini.

--

Apa yang pertama kali ada di pikiranmu ketika mendengar “Matematika”? Mungkin
beragam. Tapi, berdasarkan pengalaman bertemu dengan pelajar-pelajar di Indonesia,
banyak yang menganggap matematika adalah ilmu yang rumit, susah dimengerti,
bahkan entah akan berguna untuk apa.

Matematika selalu menjadi momok yang menakutkan bagi kebanyakan orang. Padahal,
secara prinsip matematika adalah sebuah metode dalam berpikir dan bernalar. Dengan
matematika, manusia dapat memutuskan suatu ide benar atau salah. Matematika juga
digambarkan sebagai pelajaran tentang pola, yang merupakan sejenis keteraturan, baik
dalam bentuk maupun ide. Dan pola, telah menjadi bagian penting dalam
perkembangan ilmu sains.

Kalau kita telisik dari zaman ke zaman, sepanjang sejarah peradaban manusia,
matematika selalu menjadi bagian penting dalam munculnya prinsip-prinsip sains baru.
Mulai dari teknologi komputer, astronomi, strategi perang, peralatan komunikasi,
strategi permainan, dan banyak lainnya selalu menggunakan matematika sebagai
bagian dasar pembentukan polanya.

Sebagai ilmu yang selalu menjadi momok menakutkan di kalangan pelajar, matematika
justru semakin menarik untuk dicari tahu asal usulnya, lalu bagaimana ia berperan
dalam peradaban manusia. Oleh karena itu, di artikel ini kita akan berkenalan dengan
Bapak Matematika Dunia, ilmuwan muslim penemu Aljabar dan angka 0, yaitu Al-
Khawarizmi.

Al-Khawarizmi, memiliki nama lengkap Abu Abdullah Muhammad Ibn Musa Al-
Khawarizmi. Ia lahir di sebuah kota kecil bernama Khawarizm yang saat ini dikenal
dengan nama Khiva, Uzbekistan pada tahun 780 M. Namun, ilmuwan Barat dan Eropa
lebih mengenal Al-Khawarizmi dengan nama Algoritm, Algorismus, atau Algoritma.

Saat masih kecil, orang tua Khawarizmi membawanya pindah ke sebuah daerah di
Selatan kota Baghdad. Di Baghdad ini lah Al-Khawarizmi mulai semangat dalam
menuntut ilmu. Hingga pada saat ia remaja, tepatnya di masa khalifah Harun Al-Rasyid
(786-809 M), Al-Khawarizmi sudah diangkat menjadi anggota di Bayt Al-Hikmah yang
disebut juga sebagai wisma kearifan atau House of Wisdom di Kota Baghdad.

Bayt Al-Hikmah adalah lembaga penerjemahan, pusat penelitian ilmu pengetahuan, juga
sebagai perpustakaan besar yang didirikan oleh khalifah Harun Al-Rasyid. Tempat
tersebut menjadi ruang berkumpulnya para ilmuwan.

Setelah masa khalifah Al-Rasyid berakhir dan digantikan oleh khalifah Al-Makmun (813-
833 M), Baghdad terus menjadi pusat perdagangan dan ilmu pengetahuan. Mewarisi
kecintaan pada ilmu pengetahuan, Khalifah Al-Makmun sadar bahwa ilmu pengetahuan
adalah kunci peradaban.

Sejak pertama kali diangkat menjadi anggota di Bayt Al-Hikmah, Al-Khawarizmi bekerja
sebagai ilmuwan. Di sana ia terus belajar banyak ilmu pengetahuan, terutama ilmu alam
dan ilmu matematika. Semasa hidupnya, Al-Khawarizmi terus mengabdi dalam bidang
pendidikan dan juga riset keilmuan. Hal itu membuatnya sangat terbuka pada sumber-
sumber ilmu pengetahuan dari manapun, baik itu Yunani, India, bahkan Romawi.

Kecintaan Al-Khawarizmi pada pengetahuan, mendorongnya untuk mempelajari bahasa


Sanskerta dan juga bahasa Yunani. Setelah mahir dan menguasai bahasa-bahasa itu, Al-
Khawarizmi kemudian mulai menerjemahkan beberapa buku. Seperti buku India
berjudul Siddhanta yang berisi ilmu astronomi, ia terjemahkan ke bahasa Arab.
Kemudian buku berisi ilmu geografi yang ditulis Ptolomeus, seorang ilmuwan Yunani,
pun berhasil ia terjemahkan. 
Karena kemampuannya dalam menerjemahkan buku-buku tersebut, membuat
pengetahuan dan pemikiran Al-Khawarizmi dalam bidang sains semakin cemerlang. 

Keterbukaannya dalam mengadopsi ilmu-ilmu pengetahuan dari manapun, membuat


Khawarizmi melahirkan banyak karya. Nah, karya terbesarnya adalah Aljabar. Bukunya
yang berjudul Al-kitab al-mukhtasar fi hisab al-jabr wa'l-muqabala (The Compendious
Book on Calculation by Completion and Balancing),  menjadi pondasi penting dalam
aljabar di era modern. Aljabar, juga menjadi materi yang banyak dipelajari di dunia
sampai saat ini.

Karyanya ini tidak terlepas dari pemikiran ilmuwan Yunani yang bernama Diophantus.
Berangkat dari karya Diophantus tersebut, Al-Khawarizmi menemukan banyak
permasalahan dan kesalahan yang cukup sulit untuk dipahami. Dari situlah, Al-
Khawarizmi mulai memperbaiki dan menyempurnakan Aljabar. Ia mengembangkan
tabel rincian trigonometri yang memuat fungsi sinus, cosinus, tangen, kotangen, juga
konsep diferensiasi. Karena penemuannya itu, Al-Khawarizmi dinobatkan sebagai "Bapak
Aljabar". Bahkan pemikir-pemikir Barat pun mengakuinya.
Seperti menurut matematikawan Barat, Crandz dalam bukunya yang berjudul "The
Social Al-Khawarizmi Algebra".  Crandz mengatakan bahwa Al-Khawarizmi lebih berhak
menyandang gelar "Bapak Aljabar" dibandingkan Diopanthus. Al-Khawarizmi juga
menjadi orang pertama yang mengajarkan Aljabar dalam bentuk elementer. Bukan
cuma itu, ia juga dikenal sebagai peletak rumus ilmu ukur dan penyusun daftar
logaritma, dan hitungan desimal.  

Al-Khawarizmi juga yang telah mempopulerkan penggunaan angka 0. Ia adalah orang


pertama yang menjelaskan kegunaan angka-angka, termasuk angka 0. Nah, karyanya
dalam bidang aritmatika ini tertuang di dalam bukunya yang berjudul al-Jam’ wat-Tafriq
bi-Hisab al-Hind  (The Book of Addition and Subtraction According to The Hindu
Calculation).  Di dalamnya, Al-Khawarizmi menjelaskan tentang penjumlahan dan
pengurangan berdasarkan kalkulasi Hindu. 

Al-Khawarizmi mengenalkan penggunaan angka Hindu mulai dari 1 sampai 9, dan juga
0. Ia juga membahas sejarah angka-angka. Nah, melalui buku-buku karya pemikiran Al-
Khawarizmi ini lah orang-orang Eropa belajar menggunakan angka 0 untuk
memudahkannya menghitung kelipatan 10, 100, 1000, begitu seterusnya.

Bukan hanya Aljabar, Khawarizmi juga mengenalkan konsep Algoritma, yang


pengaruhnya sangat besar bagi perkembangan teknologi hari ini. Algoritma adalah ilmu
dalam bidang matematika, yang mengajarkan tentang langkah-langkah logis dalam
menyelesaikan masalah yang disusun secara sistematis. Algoritma, juga jadi jantungnya
ilmu informatika komputer. 

Dari semua karyanya dalam bidang matematika, dan sangat berpengaruh bagi
peradaban umat manusia, Al-Khawarizmi pun dinobatkan sebagai "Bapak Matematika".

Begitulah kiranya gambaran tentang Bapak Matematika kita ini. Tentunya Al-Khawarizmi
dapat menelurkan karya-karya yang sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia,
didasari rasa ingin tahu, dan keterbukannya terhadap pemikiran-pemikiran asing. Selain
itu, kepemimpinan khalifah Harun Al-Rasyid sampai Al-Makmun yang mencintai ilmu
pengetahuan, membuat Al-Khawarizmi bisa terus mengembangkan pemikirannya. 

Jadi, kita bisa belajar banyak dari semangat dan kegigihan Al-Khawarizmi dalam
memperdalam pengetahuannya.

Biografi Socrates
Socrates (470 SM – 399 SM) adalah filsuf dari Athena, Yunani dan merupakan salah satu
figur paling penting dalam tradisi filosofis Barat. Socrates lahir di Athena, tanggal 4 Juni 470
SM, dan merupakan generasi pertama dari tiga ahli filsafat besar di Yunani, yaitu Socrates, Plato
dan Aristoteles. Plato dan Aristoteles merupakan murid Socrates. Ayah Socrates berprofesi
sebagai pemahat patung dari batu (stone mason) bernama Sophroniscos. Ibunya adalah seorang
bidan yang bernama Phainarete, dari sinilah Socrates menamakan metodenya berfilsafat dengan
metode kebidanan. Socrates beristri seorang perempuan bernama Xantippe dan dikaruniai tiga
orang anak yaitu Ramprocles, Sophroniscos dan Menexene. Socrates adalah sosok tokoh filosuf
yang penuh teka-teki dalam sejarah perkembangan filsafat. Ia tidak pernah menulis sebaris
kalimatpun dalam sebuah tulisan.
Masa hidup Socrates sezaman dengan kaum sofis. Ia terkenal sebagai orang yang berbudi
baik, jujur, dan adil. Cara menyampaikan pemikirannya kepada para pemuda ia menggunakan
metode tanya jawab. Sebab itu ia memperoleh banyak simpati dari para pemuda di negerinya.
Namun ia juga kurang disenangi oleh orang banyak dengan menuduhnya sebagai orang yang
merusak moral para pemuda negerinya. Selain itu ia juga dituduh menolak dewa-dewa atau
tuhan-tuhan yang telah diakui negara.
Kelanjutan dari tuduhan terhadap dirinya menjadikan ia diadili oleh pengadilan Athena.
Dalam proses pengadilan ia mengatakan pembelaanya yang kemudian ditulis oleh Plato dalam
naskahnya yang berjudul Apologi. Plato mngisahkan adanya tuduhan itu. Tuduhan mengatakan
bahwa Sokrates tidak hanya menentang agama yang diakui oleh Negara, akan tetapi juga
mengajarkan agama baru buatannya sendiri. Salah seorang yang mendakwanya yaitu Melithus,
mengatakan bahwa dia adalah seorang tak-berTuhan dan menambahkan: Socrates berkata
matahari adalah batu dan bulan adalah tanah. Socrates tentu saja mengatakan bahwa tuduhan
baru yang mengatakan dia atheis ini bertentangan dengan dakwaan sebelumnya, dan selanjutnya
ia memaparkan berbagai pendangan yang lebih luas.
Buku Apologi memberi gambaran jelas tentang sosok manusia tertentu: seorang manusia
yang sangat percaya diri, berjiwa besar, tak peduli pada kesukaan duniawi, yakni bahwa ia
dibimbing oleh suara illahi, dan yakin bahwa penalaran yang jernih adalah syarat terpenting
untuk hidup secara benar. Dalam Apologi, Socrates membela dirinya bukanlah demi
kepentingannya sendiri, melainkan demi kepentingan para hakim. Menurutnya, para hakim
adalah nyamuk masyarakat, dikirim dewa ke negeri itu, dan tak mudah menemukan orang lain
semacam dia (Socrates). Sokrates menjawab (menyangkal) tuduhan itu, dan menanyakan
kepadanya , siapakah orang yang memperbaiki pemuda. Melithus menjawab mula-mula para
hakim, kemudian terdesak sedikit mengatakan bahwa semua orang Athena kecuali Sokrates
memperbaiki pemuda. Sokrates mengucapkan selamat bahwa Athena memiliki nasib baik untuk
memiliki begitu banyak orang yang berusaha memperbaiki pemuda, dan orang-orang baik tentu
lebih pantas untuk dipergauli dari pada orang jelek, maka dari itu ia tidak akan dapat menjadi
begitu bodoh untuk dapat merusak mereka dengan sengaja. Setelah keputusan dibacakan, ia
ditolak hukuman alternatif sebesar tiga puluh minae(yang untuk ini Socrates menyebut nama
Plato sebagai salah seorang yang sanggup membayarnya, dan hadir dalam sidang itu), dan
Sokrates menyampaikan pidato terakhiranya tentang kematian. Ia mengatakan bahwa kematian
bukanlah akhir dari segalanya, kematian merupakan terpisahnya jasad dari ruh untuk
melanjutkan ke dunia selanjutnya. Dalam proses pengadilan Socrates dinyatakan bersalah
dengan suara 280 melawan 220 (Bertens, 1975:82). Ia dituntut hukuman mati. Sokrates dihukum
mati dengan meminum racun, ada yang menyebutkan racun dari tumbuhan cemara, yang jelas
racun itu yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Cara matinya juga memberikan contoh, betapa seorang filosof setia kepada ajarannya dan
tetap menggenggam teguh keyakinanya meskipun nyawa menjadi taruhannya. Sokrates telah
meninggal dunia, tetapi nama dan pemikiran-pemikirannya tetap hidup untuk selama-lamanya.
Socrates merupakan orang yang biasa-biasa saja, semua orang sepakat bahwa raut muka Socrates
amat buruk, hidungnya papak dan perutnya begitu gendut; ia “lebih jelek ketimbang para Silenus
dalam drama Satiris” (Xenopon, Symposium). Ia selalu mengenakan pakaian kumal dan tua,
kemanapun ia pergi selalu bertelanjang kaki. Sikapnya yang tak peduli pada panas dan dingin,
lapar dan haus mengherankan semua orang. DalamSymposium, Alkibiades yang mengisahkan
Socrates ketika menjalani tugas militer bahwa dia lebih tanggung dibandingkan teman-teman
lainnya. Ketika dalam keadaan terputus dalam perbekalan dan terpaksa berangkat tanpa
makanan, dia tetap perkasa dibandingkan yang lain. Pada saat itu cuaca sedang beku, tanpa
menghiraukan rasa dingin dia tetap melangkah dengan pasti diatas tumpukan es yang membatu
dengan berpakaian seperti biasanya, kumal dan bertelanjang kaki. Kemampuan mengendalikan
semua nafsu jasmani terus-menerus ditonjolkan. Dia jarang minum anggur, namun selagi dia
mau, dia lebih kuat minum dibanding semua orang.
C.    Pemikiran Socrates
Kaum sofis hidup sejaman dengan Socrates, dan memang ada kesamaan pendapat diantara
keduanya itu. Menurut Cicero, Socrates memindahkan filsafat dari langit ke bumi, artinya
sasaran yang diselidiki bukan lagi jagat raya, melainkan manusia. Akan tetapi bukan hanya
Socrates yang membuat demikian, kaum sofis juga. Mereka juga menjadikan manusia sasaran
pemikiran mereka. Itulah sebabnya Aristophanes menyebut Socrates seorang sofis. Sekalipun
demikian ada perbedaan yang besar antara Socrates dan kaum sofis. Filsafat Socrates adalah
suatu reaksi dan suatu kritik terhadap kaum sofis. Sebutan “sofis” mengalami perkembangan
sendiri. Sebelum abad ke-5 istilah itu berarti: sarjana, cendekiawan. Pada abad ke-4 para sarjana
atau cendekiawan bukan lagi disebut “sofis”, tetapi “filosofis”, filsuf, sedang sebutan “sofis”
dikenakan untuk para guru yang berkeliling dari kota ke kota untuk mengajar. Akhirnya sebutan
“sofis” tidak harum lagi, karena seorang sofis adalah orang yang menipu orang lain dengan
memakai alasan-alasan yang tidak sah. Para guru berkeliling itu dituduh sebagai orang-orang
yang minta uang bagi ajaran mereka.
Ajaran bahwa semua kebenaran itu relatif telah menggoyangkan teori-teori sains yang
telah mapan, mengguncangkan keyakinan agama. Ini menyebabkan kebingungan dan kekacauan
dalam kehidupan. Inilah sebabnya Socrates bangkit. Ia harus meyakinkan orang Athena bahwa
tidak semua kebenaran itu relatif, ada kebenaran umum yang dapat dipegang oleh semua orang.
Sebagian kebenaran memang relatif, tetapi tidak semuanya. Sayangnya, Socrates tidak
meninggalkan tulisan. Kaum sofis beranggapan bahwa semua pengetahuan adalah relatif
kebenarannya, tidak ada pengetahuan yang bersifat umum. Dengan definisi itu Socrates dapat
membuktikan kepada kaum sofis bahwa pengetahuan yang umum itu ada, yaitu definisi itu
sendiri. Jadi, kaum sofis tidak seluruhnya benar, yang benar ialah sebagian pengetahuan bersifat
umum dan sebagian bersifat khusus, yang khusus itulah pengetahuan yang kebenarannya relatif.
Seperti contoh berikut: apakah kursi itu? Orang bisa periksa seluruh kursi, kalau bisa seluruh
kursi yang ada dunia ini. Misalnya kursi hakim terdiri dari tempat duduk dan sandaran, berkaki
empat, dari bahan kayu jati. Kedua, kursi malas, terdiri dari tempat duduk, sandara dan berkaki
empat, terbuat dari besi anti karat begitulah seterusnya. Jadi dapat diambil kesimpulah bahwa
setiap kursi itu selalu ada tempat duduk dan sandaran. Kedua ciri ini terdapat pada semua kursi.
Sedangkan ciri yang lain tidak dimiliki semua kursi. Maka, semua orang akan sepakat bahwa
kursi adalah tempat duduk yang bersandaran. Contoh tersebut merupakan kebenaran obyektif –
umum, tidak subyektif – relatif. Tentang jumlah kaki, bahan, ukuran, dsb. Merupakan kebenaran
yang relatif. Jadi, memang ada pengetahuan umum, itulah definisi.
Ajarannya dapat diperolah dari tulisan murid-muridnya, terutama Plato. Bartens
menjelaskan ajaran Socrates itu ditujukan untuk menentang ajaran relativisme sofis. Ia ingin
menegakkan sains dan agama. Cara sokrates memberikan ajarannya adalah ia mendatangi orang
dengan bermacam-macam latar belakang mereka, seperti: ahli politik, pejabat, tukang dan lain-
lain. Metode itu bersifat praktis dan dijalankan melalui percakapan-percakapan. Ia menganalisis
pendapat-pendapat. Setiap orang mempunyai pendapat mengenai salah dan tidak salah, adil dan
tidak adil, berani dan pengecut, dsb. Socrates selalu menanggapi jawaban pertama sebagai
hipotesis dan dengan jawaban-jawaban lebih lanjut dan menarik konsekuensi-konsekuensi yang
dapat disimpulkan dari jawaban-jawaban tersebut. Jika ternyata hipotesis pertama tidak dapat
dipertahankan, karena menghasilkan konsekuensi yang mustahil, maka hipotesis itu diganti
dengan hipotesis lain, lalu hipotesis kedua ini diselidiki dengan jawaban-jawaban lain, dan begitu
seterusnya. Sering terjadi percakapan itu berakhir dengan aporia (kebingunan). Akan tetapi, tidak
jarang dialog itu menghasilkan suatu definisi yang dianggap berguna. Metode yang biasa
digunakan Socrates biasanya disebut dialektika. Menurut Plato, dialektika dalam pengertian
sebagai metode untuk menggali pengetahuan dengan cara tanya jawab, bukan ditemukan oleh
Socrates. Agaknya metode ini pertama kali dipraktikkan secara sistematis oleh Zeno, murid
Parmenindes; dalam dialog Plato berjudul Parmenindes, Zeno mengungguli Socrates lewat cara
yang sama dengan yang terjadi dalam dialog-dialog Plato lainnya di mana Socrates mengungguli
orang-orang lain. Namun ada cukup alasan untuk menduga bahwa Socrates mempraktikkan
sekaligus mengembangkan merode ini. Metode Socrates dinamakan dialektika karena dialog
mempunyai peranan penting didalamnya. Sebutan yang lain ialah maieutika, seni kebidanan,
karena cara ini Socrates bertindak seperti seorang bidan yang menolong kelahiran bayi
“pengertian yang benar”.
Dengan cara bekerja yang demikian itu Socrates menemukan suatu cara berfikir yang
disebut induksi, yaitu: menyimpulkan pengetahuan yang sifatnya umum dengan berpangkal dari
banyak pengetahuan tentang hal khusus. Misalnya: banyak orang yang menganggap keahliannya
(tukang besi, tukang sepatu, pemahat, dll) sebagai keutamaannya. Seorang tukang besi
berpendapat, bahwa keutamaannya adalah jikalau ia membuat alat-alat dari besi yang baik.
Seorang tukang sepatu menganggap sebagai keutamaanya, jikalau ia membuat sepatu yang baik.
Demikian seterusnya. Untuk mengetahui apakah “keutamaan” pada umumnya, semua sifat
khusus keutamaan-keutamaan yang bermacam-macam itu harus disingkirkan. Tinggallah
keutamaan yang sifatnya umum. Demikianlah dengan induksi itu sekaligus ditemukan apa yang
disebut definisi umum. Definisi umum ini pada waktu itu belum dikenal. Socrateslah yang
menemukannya, yang ternyata penting sekali bagi ilmu pengetahuan. Bagi Socrates definisi
umum bukan pertama-tama diperlukan bagi keperluan ilmu pengetahuan, melainkan bagi etika.
Yang diperlukan adalah pengertian-pengertian etis, seperti umpamanya: keadilan, kebenaran,
persahabatan dan lain-lainya.
Socrates juga mengatakan bahwa jiwa manusia bukanlah nafasnya semata-mata, tetapi
asas hidup manusia dalam arti yang lebih mendalam. Jiwa itu adalah intisari manusia, hakekat
manusia sebagai pribadi yang bertanggung jawab. Oleh karena jiwa adalah intisari manusia,
maka manusia wajib mengutamakan lebahagiaan jiwanya (eudaimonia = memiliki daimon atau
jiwa yang baik), lebih dari pada kebahagiaan tubuhnya atau kebahagiaan yang lahiriah, seperti
umpamanya: kesehatan dan kekayaan. Manusia harus membuat jiwanya menjadi jiwa yang
sebaik mungkin. Jikalau hanya hidup saja, hal tersebut belum ada artinya. Pendirian Socrates
yang terkenal adalah “Keutamaan adalah Pengetahuan”. Keutamaan di bidang hidup baik tentu
menjadikan orang dapat hidup baik. Hidup baik berarti mempraktekkan pengetahuannya tentang
hidup baik itu. Jadi baik dan jahat dikaitkan dengan soal pengetahuan, bukan dengan kemauan
manusia.
Pada bagian kisah terakhir dalam hidup Socrates, dimana ia menyampaikan pandangan
tentang apa yang terjadi sesudah mati, ia benar-benar yakin pada imortalitas. Seperti dalam
cuplikan pidato penutup Socrates setelah dia dijatuhi hukuman mati:
“Dan sekarang wahai orang-orang yang telah menghukumku, ingin kuramalkan nasib
kalian; sebab sebentar lagi aku mati, dan saat-saat menjelang kematian manusia dianugerahi
kemampuan meramalkan. Dan kuramalkan kalian, para pembunuhku, bahwa tak lama sesudah
kepergianku maka hukuman yang jauh lebih berat daripada yang kalian timpakan kepadaku pasti
akan menantimu… jika kalian menyangka bahwa dengan membunuh seseorang kalian dapat
menjegal orang itu sehingga tak mengecam hidup kalian yang tercela, kalian salah duga; itu
bukan jalan keluar terhormat dan membebaskan; jalan paling mudah dan bermartabat bukanlah
dengan memberangus orang lain, namun dengan memperbaiki diri kalian sendiri. Kematian
mungkin sama dengan tidur tanpa mimpi –yang jelas baik- atau mungkin pula berpindahnya jiwa
ke dunia lain. Dan adakah yang memberatkan manusia jika ia diberi kesempatan untuk
berbincang dengan Orpheus, Musaeus, Hesiodus, dab Homerus? Maka, sekiranya hal ini benar,
biarlah aku mati berulang kali. Di dunia lain itu mereka tak akan menghukum mati seseorang
hanya karena suka bertanya: tentu tidak. Sebab kecuali sudah lebih berbahagia daripada kita saat
ini, mereka yang di dunia lain itu abadi, sekiranya apa yang sering dikisahkan itu benar… “

Dari uraian pidato penutup diatas, Socrates telah percaya bahwa ada kehidupan setelah
mati, dan mati merupakan perpindahan jiwa manusia ke dunia selanjutnya. Orang mati hanya
meninggalkan jasad. Socrates berpendapat bahwa ruh itu telah ada sebelum manusia, dalam
keadaan yang tidak kita ketahui. Kendatipun ruh itu telah bertali dengan tubuh manussia, tetapi
diwaktu manusia itu mati, ruh itu kembali kepada asalnya semua. Diwaktu orang berkata kepada
Socrates, bahwa raja bermaksud akan membunuhnya. Dia menjawab: “Socrates adalah di dalam
kendi, raja hanya bisa memecahkan kendi. Kendi pecah, tetapi air akan kembali ke dalam laut”.
Maksudnya, yang hancur luluh adalah tubuh, sedangkan jiwa adalah kekal (abadi).
  Kesimpulan
Socrates merupakan seorang filsuf Yunani kuno yang lahir di Athena pada tahun 470 SM
yang merupakan tokoh paling penting dalam filosofis negara barat. Dia adalah orang yang
sederhana, yang selalu berpakaian tua dan kumal serta tidak pernah memakai alas kaki. Dia
adalah orang yang baik, jujur dan adil. Ayah Socrates adalah soorang pemahat patung dan ibu
Socrates adalah seorang bidan yang kemudian dengan pekerjaan ibunya itu dia mendapat
inspirasi tentang pemikiran yang dilakukan oleh seorang bidan. Filsafat Pra Sokrates hanya
membahas tentang Obyek alam, sedangkan Sokrates disamping membahas alam juga membahas
manusia, jiwa, dan yang lainya.
Dari hal tersebut timbullah pemikiran-pemikiran yang sangat bermanfaat sampai sekarang ini.
Adapun pemikiran-pemikirannya adalah sebagai berikut:
1.      Pemikiran tentang adanya kebenaran umum, karena Socrates berfikir bahwa tidak semua
kebenaran itu bersifat relatif atau disebut juga cara berfikir induksi, yaitu menyimpulkan
pengetahuan yang sifatnya umum dengan berpangkal dari banyak pengetahuan tentang hal yang
bersifat khusus.
2.      Metode dialektika, yang sebenarnya telah diterapkan oleh seorang filsuf bernama Zeno yang
merupakan murid dari Parmenindes. Meskipun demikian, Socrateslah yang mengembangkan
metode ini. Cara kerjanya adalah seperti nama metodenya yaitu dengan cara bertanya-jawab atau
berdialog. Metode ini juga disebut dengan maieutika atau seni kebidanan.
3.      Pemikiran tentang “keutamaan adalah pengetahuan” jadi semua hal dikaitkan dengan
pengetahuan yang telah ada. Bahkan Socrates telah menjelaskan bahwa baik dan jahat dalam
kehidupan manusia dikaitkan dengan pengetahuan, bukan dengan kemauan manusia.
4.      Pemikiran tentang adanya manusia yang abadi atau imortalitas. Socrates berpendapat bahwa
orang yang mati hanya meninggalkan jasad, dan ruhnya akan menuju ke alam selanjutnya.

Sumber :
uangguru.com/blog/al-khawarizmi
http://mydewilarasati.blogspot.com/2017/06/sejarah-matematika-socrates-dan.html

Anda mungkin juga menyukai