Anda di halaman 1dari 14

Kumpulan Biografi Ilmuwan Muslim

Nama : Raden Muhamad Nasir

NPM : 191106021575

Prodi : Teknik Mesin

Semester : 4 (Empat)

Mata Kuliah : Islam Disiplin Ilmu

Ibnu Al-Haytham

Latar Belakang

Islam sering kali diberikan gambaran sebagai agama yang mundur dan memundurkan.
Islam juga dikatakan tidak menggalakkan umatnya menuntut dan menguasai pelbagai
lapangan ilmu. Kenyataan dan gambaran yang diberikan itu bukan saja tidak benar tetapi
bertentangan dengan hakikat sejarah yang sebenarnya. Sejarah telah membuktikan betapa
dunia Islam telah melahirkan banyak golongan sarjana dan ilmuwan yang cukup hebat dalam
bidang falsafah, sains, politik, kesusasteraan, kemasyarakatan, agama, pengobatan, dan
sebagainya. Salah satu ciri yang dapat diperhatikan pada para tokoh ilmuwan Islam ialah
mereka tidak sek edar dapat menguasai ilmu tersebut pada usia yang muda, tetapi dalam
masa yang singkat dapat menguasai beberapa bidang ilmu secara bersamaan. Walaupun
tokoh itu lebih dikenali dalam bidang sains dan pengobatan tetapi dia juga memiliki
kemahiran yang tinggi dalam bidang agama, falsafah, dan sebagainya. Salah seorang daripada
tokoh tersebut ialah Ibnu Al Haitham atau nama sebenarnya Abu Ali Muhammad al-Hassan
ibnu al-Haitham.

Abu Ali Muhammad al-Hassan ibnu al-Haitham adalah seorang ilmuwan muslim
yang dilahirkan di kota Basra, Irak pada tanggal 1 Juli 965 M. Beliau memulai pendidikan
awalnya di Basra, Irak sebelum diangkat menjadi pegawai pemerintah di tanah kelahirannya.
Setelah beberapa lama bekerja dengan pihak pemerintah di sana, beliau mengambil keputusan
merantau ke Ahwaz dan Baghdad. Di perantauan beliau telah melanjutkan pengajian dan
fokus perhatian pada penulisan. Kecintaannya kepada ilmu pengetahuan telah membawanya
berhijrah ke Mesir. Selama di sana beliau telah mengambil kesempatan melakukan beberapa
penyelidikan mengenai aliran dan saluran Sungai Nil. Ia juga menyalin buku-buku mengenai
matematika dan ilmu falak. Tujuannya adalah untuk mendapatkan uang dalam menempuh
perjalanan menuju Universitas Al-Azhar. Kemudian hasil usahanya itu membuat beliau telah
menjadi seorang yang amat mahir dalam bidang sains, falak, matematik, geometri,
pengobatan, dan falsafah. Tulisannya mengenai mata telah menjadi salah satu rujukan yang
penting dalam bidang kajian sains di Barat. Malahan kajiannya mengenai pengobatan mata
telah menjadi asas kepada pengajian pengobatan modern mengenai mata.

Karya dan Penelitian Ibnu Al Haitham

Ibnu Haitham merupakan ilmuwan yang gemar melakukan penyelidikan.


Penyelidikannya mengenai cahaya telah memberikan ilham kepada ahli sains barat seperti
Boger, Bacon, dan Kepler mencipta mikroskop serta teleskop. Beliau merupakan orang
pertama yang menulis dan menemui berbagai data penting mengenai cahaya. Beberapa buku
Ibnu Al Haitham mengenai cahaya yang ditulisnya telah diterjemahkan ke dalam bahasa
Inggris, antaranya ialah Light dan On Twilight Phenomena. Kajiannya banyak membahas
mengenai senja dan lingkaran cahaya di sekitar bulan dan matahari serta bayang bayang dan
gerhana. Menurut Ibnu Haitham, cahaya fajar bermula apabila matahari berada di garis 19
derajat di ufuk timur. Warna merah pada senja pula akan hilang apabila matahari berada di
garis 19 derajat di ufuk barat. Dalam kajiannya, beliau juga telah menjelaskan bagaimana
kedudukan atau sifat cahaya seperti bias cahaya dan pembalikan cahaya.

Teori Lensa Pembesar

Ibnu Haitham juga turut melakukan percobaan terhadap kaca yang dibakar. Dan dari
situ ia kemudian menemukan teori lensa pembesar. Teori Ibnu Haitham ini telah digunakan
oleh para ilmuwan di Italia untuk menghasilkan kaca pembesar yang pertama di dunia. Yang
lebih menakjubkan ialah Ibnu Haitham telah menemukan prinsip isi padu udara. Ini jauh
sebelum seorang ilmuwan yang bernama Trricella mengetahui hal itu 500 tahun kemudian.
Ibnu Haitham juga telah menemukan model tarikan gravitasi sebelum Sir Isaac
Newton mengetahuinya. Selain itu, teori Ibnu Haitham mengenai jiwa manusia sebagai satu
rentetan perasaan yang bersambung-sambung secara teratur. Ini kemudian memberikan ilham
kepada saintis barat untuk menghasilkan wayang gambar. Teori Ibnu Haitham ini telah
membawanya kepada penemuan gulungan film yang kemudiannya disambung-sambung dan
ditayangkan kepada para penonton sebagaimana yang dapat kita lihat pada masa kini.

Filsafat Ibnu Al Haitham

Selain sains, Ibnu Haitham juga banyak menulis mengenai falsafah, logika, metafisik,
dan persoalan yang berkaitan dengan keagamaan. Beliau turut menulis ulasan dan ringkasan
terhadap karya-karya sarjana terdahulu. Penulisan falsafahnya banyak tertumpu kepada aspek
kebenaran dalam masalah yang menjadi pertikaian. Padanya pertikaian dan pertelingkahan
mengenai sesuatu perkara daripada pendekatan yang digunakan dalam mengenalinya. Beliau
juga berpendapat bahawa kebenaran hanyalah satu. Oleh sebab itu semua dakwaan kebenaran
wajar diragukan dalam menilai semua pandangan yang telah ada. Jadi, pandangannya
mengenai falsafah amat menarik untuk disoroti. Bagi Ibnu Haitham, filsafat tidak boleh
dipisahkan daripada matematika, sains, dan ketuhanan. Ketiga bidang dan cabang ilmu ini
harus dikuasai dan untuk menguasainya seseorang itu perlu menggunakan waktu mudanya
sepenuhnya. Apabila umur semakin meningkat, kekuatan fisik dan mental akan turut
mengalami kemerosotan.

Karya Ibnu Al Haitham

Ibnu Haitham membuktikan pandangannya dengan begitu bergairah mencari dan


mendalami ilmu pengetahuan pada usia mudanya. Sehingga kini namanya terus dikenal dunia
dan ia juga banyak menghasilkan banyak buku dan makalah. Diantara buku karya Ibnu
Haitham termasuk Al’Jami’ fi Usul al’Hisab yang mengandungi teori-teori ilmu metametika
dan analisanya, Kitab al-Tahlil wa al’Tarkib mengenai ilmu geometri, Kitab Tahlil ai’masa^il
al ‘Adadiyah tentang aljabar, Makalah fi Istikhraj Simat al’Qiblah yang mengupas tentang
arah kiblat bagi para musafir, Makalah fima Tad’u llaih mengenai penggunaan geometri
dalam urusan hukum islam, dan Risalah fi Sina’at al-Syi’r mengenai teknik penulisan puisi.
Sumbangan Ibnu Haitham kepada ilmu sains dan filsafat amat banyak. Karena itulah Ibnu
Haitham dikenal sebagai seorang yang miskin dari segi material tetapi kaya dengan ilmu
pengetahuan. Beberapa pandangan dan pendapatnya masih relevan sehingga ke hari ini.
Gambar diatas adalah Kamera Obscura (dalam bahasa Latin berarti kamar gelap). Ini
adalah kamera pengembangan hasil penemuan Ibnu Al Haitham yang didasarkan atas prinsip
menangkap pantulan cahaya dari sebuah benda. Walau bagaimanapun sebagian karyanya
telah “dicuri” dan “diklaim” oleh ilmuwan Barat tanpa memberikan penghargaan yang
sewajarnya kepada beliau. Sesungguhnya barat patut berterima kasih kepada Ibnu Al
Haitham dan para sarjana Islam karena tanpa mereka kemungkinan dunia Eropa masih
diselubungi dengan kegelapan. Kajian Ibnu Al Haitham telah menyediakan landasan kepada
perkembangan ilmu sains dan pada masa yang sama, tulisannya mengenai filsafat telah
membuktikan keaslian pemikiran sarjana Islam dalam bidang ilmu tersebut. Dan tidak lagi
dibelenggu oleh pemikiran filsafat Yunani.

Islam sering kali diberikan gambaran sebagai agama yang mundur dan memundurkan.
Islam juga dikatakan tidak menggalakkan umatnya menuntut dan menguasai pelbagai
lapangan ilmu. Kenyataan dan gambaran yang diberikan itu bukan saja tidak benar tetapi
bertentangan dengan hakikat sejarah yang sebenarnya. Sejarah telah membuktikan betapa
dunia Islam telah melahirkan banyak golongan sarjana dan ilmuwan yang cukup hebat dalam
bidang falsafah, sains, politik, kesusasteraan, kemasyarakatan, agama, pengobatan, dan
sebagainya. Salah satu ciri yang dapat diperhatikan pada para tokoh ilmuwan Islam ialah
mereka tidak sekedar dapat menguasai ilmu tersebut pada usia yang muda, tetapi dalam masa
yang singkat dapat menguasai beberapa bidang ilmu secara bersamaan. Walaupun tokoh itu
lebih dikenali dalam bidang sains dan pengobatan tetapi dia juga memiliki kemahiran yang
tinggi dalam bidang agama, falsafah, dan sebagainya. Salah seorang daripada tokoh tersebut
ialah Ibnu Al Haitham atau nama sebenarnya Abu All Muhammad al-Hassan ibnu al-
Haitham.

Al-Khawarizmi
Saat ini perkembangan teknologi komputer seperti halnya aliran air di sungai yang
terus mengalir tanpa henti. Setiap waktu terus bermunculan teknologi-teknologi baru yang
semakin maju dan canggih tentunya. Kata algoritma berasal dari Al-Khawarizmi, yaitu
ilmuwan Persia yang menulis buku “Al Jabr W’Al-Muqabala” (Rules of Restoration and
Reduction) yang terbit pada tahun 825 M. Kemajuan teknologi ini tidak terlepas dari
perkembangan berbagai disiplin ilmu pengetahuan di masa sebelumnya yang menjadi dasar
perkembangan teknologi kedepannya. Salah satu ilmuwan yang memiliki peran penting
dalam perkembangan teknologi terutama di bidang komputer adalah Al Khawarizmi. Al
Khawarizmi dikenal sebagai matematikawan yang menemukan Aljabar dan juga merupakan
bapak dari algoritma.

Al-Khawarizmi memiliki nama lengkap Muhammad ibn Musa Al Khwarizmi,


sedangkan di negara-negara barat Al Khawarizmi dikenal dengan sebutan Al Goritmi, Al
Gorismi, Al Cowarizmi, dan sebutan lainnya. Al Khawarizmi lahir sekitar tahun 780 M di
Khawarizm yang sekarang tempat kelahirannya dikenal dengan kota Khiva di Uzbekistan.
Keluarga beliau merupakan turunan Persia yang telah menetap di Khawarizm, namun perlu
diketahui bahwa beliau ketika kecil pindah bersama keluarganya ke selatan kota Baghdad,
sehingga di sinilah beliau meniti karirnya sebagai seorang matematikawan. Beliau
diperkirakan hidup di masa khalifah Abbasiyah Al-Ma’mun, Al-Mu’tashim dan Al-Watsiq
yang dikenal sebagai masa keemasan ilmu pengetahuan di daerah Arab berkat translasi buku
dan ilmu pengetahuan ke dalam bahasa Arab. Pada masa itu terdapat Bait Al-Hikmah yang
menjadi pusat penelitian, penerjemahan buku ke dalam bahasa Arab, dan juga publikasi ilmu
pengetahuan yang dilakukan oleh para cendekiawan muslim tak terkecuali Al Khawarizmi.

Al Khawarizmi bergabung bersama cendekiawan yang lain di Bait Al-Hikmah ketika


berusia 20 tahun. Semasa hidupnya beliau bekerja di Sekolah Kehormatan yang didirikan
oleh Khalifah Al-Ma’mun. Di sanalah beliau banyak menulis berbagai gagasan dan
mempublikasikan buku ilmu pengetahuan baik di bidang matematika, astronomi, sejarah
maupun geografi, termasuk mempelajari terjemahan literatur sansekerta dan Yunani. Karya
pertama beliau dipublikasikan dalam buku al-Jabar (Al-Kitab Al-Mukhtasar fi hisab Al-Jabr
wal Muqobala) buku tersebut merupakan buku pertama yang menjelaskan solusi sistematik
dari linear dan notasi kuadrat. Berkat karya tersebutlah beliau dijuluki sebagai Bapak Aljabar,
selain itu buku tersebut juga membawa kontribusi dalam kebahasaan. Kata aljabar berasal
dari kata al-Jabr yang tercantum di dalam bukunya. Hasil pemikiran beliau dalam buku al-
Jabar dianggap sebagai revolusi besar dalam bidang matematika. Beliau berhasil
mengintegrasikan konsep-konsep geometri dari matematika yunani kuno ke dalam konsep
matematika yang baru. Pemikirannya menghasilkan sebuah teori gabungan yang
memungkinkan bilangan rasional, irasional, dan besaran-besaran geometri diperlakukan
sebagai objek-objek aljabar.
Al Khawarizmi juga berkontribusi terhadap cabang aritmatika, hasil pemikirannya
mengenai bidang ini dituangkan dalam karyanya yang berjudul Kitab Al-Jama wal tafriq bi
hisab Al-Hind. Kitab tersebut dikenal sebagai buku ilmu pengetahuan pertama yang ditulis
menggunakan sistem bilangan desimal. Teori yang dibahas dalam buku tersebut merupakan
titik awal penyeimbangan ilmu matematika dan sains. Di Eropa, karyanya banyak
ditranslasikan ke dalam bahasa Latin sebagai Algorithmi, Algorismi, Alchawarizmi sehingga
di literatur barat Al Khawarizmi dikenal sebagai Algorizm. Sebutan inilah yang kemudian
digunakan untuk menyebutkan konsep algoritma yang ditemukannya  perhitungan logaritma
yang sekarang banyak dipergunakan secara luas terutama di bidang komputer atau sains
dan engineering yang berasal dari hasil pemikiran beliau. Selain itu matematika biner yang
digunakan dalam pemrograman juga didasari oleh konsep algoritma Al Khawarizmi.
Perkembangan yang semakin maju bagi komputer digital dan pemrogramannya tak terlepas
dari pemikiran beliau yang menjadi gerbang kemajuan. Kata algoritma sendiri yang kita
kenal sekarang merupakan kata yang diambil dari kata algorismi yang dilatinisasi dari
namanya.

Al Khawarizmi wafat pada tahun 850 M dan semasa hidupnya karyanya tidak seputar
bidang matematika saja, namun banyak bidang dari ilmu pengetahuan yang ikut terpengaruh
dari hasil pemikirannya tersebut. Seperti pada bidang geografi beliau menyempurnakan peta
Ptolemeus dalam karya yang berjudul Kitab surat Al-Ard dan menurut Paul Gallez, hal ini
sangat bermanfaat untuk menentukan posisi kita dalam kondisi yang buruk.

Pengaruh Al Khawarizmi dalam Bidang Ilmu Pengetahuan

Al Khawarizmi banyak memberikan pengaruh terhadap perkembangan ilmu pengetahuan


dunia, diantaranya sebagai berikut :

1. Menemukan konsep aljabar yang kita kenal sekarang melalui buku Al-Jabr yang
berisi mengenai persamaan linear dan kuadrat.
2. Orang yang pertama menjelaskan dan mempopulerkan kembali penggunaan angka nol
(0) serta mengenalkan sistem notasi desimal dan tanda pengalian dua.
3. Memperkenalkan tanda negatif pada bilangan.
4. Membuat tabel perhitungan astronomi guna mengukur jarak dan kedalaman bumi.
Tabel ini juga menjadi dasar untuk penelitian di bidang astronomi.
5. Model pembuatan peta dunia yang dituliskan dalam buku ṣūrat al-Arḍ yang
digunakan para ahli geografi barat dalam menggambar peta.
6. Menemukan konsep alat penunjuk waktu dengan bayang sinar matahari dalam buku
sundials.
7. Menemukan konsep dasar algoritma melalui pembahasan aturan-aturan melakukan 
aritmatika menggunakan bilangan Hindu-Arab dan solusi sistematis.
Masih banyak lagi karya-karya beliau semasa hidupnya yang mempengaruhi ilmu
pengetahuan saat ini. Selain ahli matematika Al Khawarizmi juga seorang ahli geografi, ahli
astronomi, ahli astrologi, ahli sejarah bahkan teori mengenai seni musik dan lukis yang beliau
tuliskan dalam bukunya. Beliau merupakan sosok yang cerdas dalam berbagai bidang dan
menjadi cerminan identitas muslim yang sesungguhnya.

Al Khawarizmi dalam Bidang Komputer

Ilmu pengetahuan matematika pada dasarnya sangat berperan dalam pengembangan


komputer dan teknologi dari dahulu hingga sekarang dan peran itu tidaklah sedikit melainkan
sangatlah besar, dan itu tak terlepas dari peran Al Khawarizmi di dalamnya. Kendati
demikian namun sedikit yang mengenang jasa dari Al Khawarizmi.  Algoritma tidak bisa
terlepas dan selalu berdampingan dengan perkembangan teknologi yang saat ini semakin
maju. Bahkan untuk teknologi kecerdasan buatan sekalipun tak dapat pintar tanpa sistem
algoritma dalam pemrogramannya. Di samping algoritma, salah satu kontribusi yang
dilakukan oleh Al Khawarizmi yang cukup besar untuk perkembangan bidang komputer
adalah memperkenalkan angka 0 dalam sistem penomoran Arab, yang nantinya diadaptasi
pada bidang komputer. Angka nol sendiri merupakan bagian yang ada dalam kode biner dan
merupakan dasar dari pembentukan program komputer.

Angka nol sendiri digunakan kembali oleh George Boole seorang ahli matematika dan
logika asal Inggris untuk merumuskan Aljabar Boolean. Bahkan aljabar sendiri merupakan
salah satu konsep yang ditemukan oleh Al Khawarizmi. Aljabar boolean memiliki peran
penting dalam evolusi digital untuk mewakili bentuk-bentuk logis dan silogisme dengan
simbol-simbol aljabar dan logika melalui formula yang beroperasi pada 0 dan 1. 

Ibnu Sina
Ibnu Sina atau biasa dikenal juga sebagai "Avicenna" di dunia Barat adalah seorang
filsuf, ilmuwan, dan dokter kelahiran Persia (sekarang negara Iran). Ia juga seorang penulis
yang produktif yang sebagian besar karyanya adalah tentang filosofi dan kedokteran. Beliau
juga dikenal sebagai "Bapak Kedokteran Modern". Karyanya yang sangat terkenal adalah
kitab penyembuhan dan qanun kedokteran (Al-Qanun fi at-Tibb) yang merupakan rujukan di
bidang kedokteran selama berabad-abad. Ibnu Sina bernama lengkap Abu Ali Al-Husayn bin
Abdullah bin Sina lahir pada tahun 980 di Afsyahnah sebuah daerah dekat Bukhara, sekarang
wilayah Uzbekistan dan meninggal pada bulan Juni 1037 di Hamadan, Persia (Iran). Dia
adalah pengarang dari 450 buku pada beberapa pokok bahasan besar. Banyak di antaranya
memusatkan pada filosofi dan kedokteran.

Latar belakang
Ibnu Sina merupakan seorang filsuf, ilmuwan, dokter, dan penulis aktif yang lahir di
zaman keemasan Peradaban Islam. Pada zaman tersebut ilmuwan-ilmuwan muslim banyak
menerjemahkan teks ilmu pengetahuan dari Yunani, Persia dan India. Teks Yunani dari
zaman Plato, sesudahnya hingga zaman Aristoteles secara intensif banyak diterjemahkan dan
dikembangkan lebih maju oleh para ilmuwan Islam. Pengembangan ini terutama dilakukan
oleh perguruan yang didirikan oleh Al-Kindi. Pengembangan ilmu pengetahuan pada masa
ini meliputi matematika, astronomi, Aljabar, Trigonometri, ilmu pengobatan, Al-Quran dan
hadist, ilmu filsafat, ilmu Fikih, ilmu kalam dan lain sebagainya. Pada masa itu Al-Razi dan
Al-Farabi menyumbangkan ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu pengobatan dan filsafat.
Pada masa itu Ibnu Sina memiliki akses untuk belajar di perpustakaan besar di wilayah
Balkh, Khwarezmia, Gorgan, Kota Ray, Kota Isfahan dan Hamedan. Selain fasilitas
perpustakaan besar yang memiliki banyak koleksi buku, pada masa itu hidup pula beberapa
ilmuwan muslim seperti Abu Raihan Al-Biruni seorang astronom terkenal, Aruzi
Samarqandi, Abu Nashr Mansur seorang matematikawan terkenali, Abu al-Khayr Khammar
seorang fisikawan dan ilmuwan terkenal lainya.

Kehidupan awal

Ibnu Sina lahir 980 masehi di Afsana, sebuah desa dekat Bukhara (sekarang dikenal
dengan Uzbekistan) dari seorang ibu bernama Setareh dan ayahnya bernama Abdullah.
Beliau adalah seorang Ismaili yang dihormati, sarjana dari Balkh, sebuah kota penting dari
Kekaisaran Samanid (sekarang dikenal dengan provinsi Balkh, Afghanistan). Ayahnya
bekerja di pemerintahan Samanid di desa Kharmasain, kekuatan regional Sunni. Ibnu Sina
sejak kecil mulai mempelajari Al-Quran dan sastra, hingga kira-kira ia berusia 10 tahun Ibnu
Sina telah hafal seluruh Quran. Ia belajar aritmetika India dari pedagang sayur India
Mahmoud Massahi dan ia mulai belajar lebih banyak dari seorang sarjana yang memperoleh
nafkah dengan menyembuhkan orang sakit dan mengajar anak muda. Dia juga belajar Fiqih
(hukum Islam) di bawah Sunni Hanafi sarjana Ismail al-Zahid.

Untuk tahun berikutnya ia belajar filsafat di mana ia bertemu lebih besar rintangan.
Pada saat-saat seperti ini dia meninggalkan buku-bukunya, melakukan wudhu, kemudian
pergi ke masjid dan terus berdoa sampai hidayah menyelesaikan kesulitan-kesulitannya. Jauh
malam, ia akan melanjutkan studi dan bahkan dalam mimpinya masalah akan mengejar dia
dan memberikan solusinya. Empat puluh kali, dikatakan dia membaca Metaphysics dari
Aristoteles sampai kata-kata itu dicantumkan pada ingatannya tetapi artinya tak jelas sampai
suatu hari mereka menemukan pencerahan dari uraian singkat oleh Farabi yang dibelinya di
sebuah toko buku seharga kurang dari tiga dirham. Begitu besar kegembiraannya atas
penemuannya itu yang dibuat dengan bantuan sebuah karya dari yang telah diperkirakan
hanya misteri bahwa ia bergegas untuk kembali, berterima kasih kepada Tuhan dan diberikan
sedekah atas orang miskin. Dia beralih ke pengobatan di usia 16 tahun dan tidak hanya
belajar teori kedokteran, tetapi juga menemukan metode baru pengobatan. Ibnu Sina
memperoleh status penuh sebagai dokter yang berkualitas pada usia 18 tahun dan
menemukan bahwa "Kedokteran adalah ilmu yang sulit ataupun berduri, seperti matematika
dan metafisika, sehingga saya segera membuat kemajuan besar, saya menjadi dokter yang
sangat baik dan mulai merawat pasien, menggunakan obat yang disetujui". Ketenaran Ibnu
Sina menyebar dengan cepat dan dia merawat banyak pasien tanpa meminta bayaran.

Masa dewasa
Janji pertama Ibnu Sina adalah bahwa emir Nuh II yang berhutang padanya
pemulihan dari penyakit berbahaya pada tahun 997, Ibnu Sina berhasil mendapat akses ke
perpustakaan kerajaan Samaniyah. Ketika perpustakaan dihancurkan oleh api tidak lama
setelah itu, musuh-musuh Ibnu Sina yang menuduhnya membakar perpustakaan dan dituduh
menyembunyikan sumber pengetahuannya hanya untuk dirinya. Ketika Ibnu Sina berusia 22
tahun, ia kehilangan ayahnya. Dinasti Samanid telah berakhir pada bulan Desember 1004.
Ibnu Sina tampaknya telah menolak tawaran Mahmud dari Ghazni dan menuju kearah Barat
ke Urgench di Turkmenistan modern di mana wazir dianggap sebagai teman sarjana
memberinya uang saku bulanan yang kecil. Ibnu Sina lalu mengembara dari satu tempat ke
tempat lain melalui distrik Nishapur dan Merv ke perbatasan Khorasan. Qabus seorang
penguasa yang murah hati di Tabaristan dirinya adalah seorang penyair dan sarjana yang
mana Ibnu Sina mengharapkan menemukan suaka tetapi pada sekitar tanggal tersebut (1012)
mati kelaparan oleh pasukannya yang memberontak. Ibnu Sina sendiri pada saat itu dilanda
penyakit parah. Akhirnya di Gorgan dekat Laut Kaspia Ibnu Sina bertemu dengan seorang
teman yang membeli sebuah rumah di dekat rumahnya sendiri di mana Ibnu Sina belajar
logika dan astronomi. Ibnu Sina kemudian menetap di Rey, di sekitar Teheran modern, kota
asal Rhazes dimana Majd Addaula putra dari Buwaihi emir terakhir adalah penguasa nominal
di bawah Kabupaten ibunya (Seyyedeh Khatun).
Sisa hidup
Sisa sepuluh atau dua belas tahun hidup Ibnu Sina ini dihabiskan dalam pelayanan
dari Kakuyid penguasa Muhammad bin Rustam Dushmanziyar (juga dikenal sebagai Ala al-
Dawla) yang ia didampingi sebagai dokter, sastra, dan penasihat ilmiah, bahkan dalam
berbagai kampanyenya. Selama tahun ini ia mulai belajar hal-hal sastra dan filologi. Sebuah
kolik parah, yang menangkap dia di barisan tentara terhadap Hamadan diperiksa oleh obat
sehingga kekerasan yang Ibnu Sina nyaris tak bisa berdiri. Pada kesempatan yang sama
penyakit itu kembali; dengan kesulitan ia mencapai Hamadan di mana menemukan penyakit
mendapatkan tanah, ia menolak untuk mengikuti rejimen yang dikenakan dan mengundurkan
diri dirinya untuk nasibnya. Teman-temannya menyarankan dia untuk memperlambat dan
mengambil hidup cukup namun ia menolak. Bagaimanapun menyatakan bahwa "Saya lebih
memilih hidup yang pendek dengan lebar untuk satu sempit dengan panjang" Pada
penyesalan ranjang kematiannya menangkapnya ia diberikan barangnya pada orang miskin,
dipulihkan keuntungan yang tidak adil, membebaskan budak, dan membaca Al-Quran setiap
tiga hari sampai kematiannya. Ia meninggal pada Juni 1037, pada tahun kelima puluh
kedelapan pada bulan Ramadan dan dimakamkan di Hamadan, Iran.

Filsafat
Ibnu Sina menulis secara ekstensif pada filsafat Islam awal, terutama mata pelajaran
logika, etika, dan metafisika, termasuk risalah bernama Logika dan Metafisika. Sebagian dari
karya-karyanya ditulis dalam bahasa Arab - maka bahasa ilmu di Timur Tengah - dan
beberapa dalam bahasa Persia. Signifikansi linguistik bahkan sampai hari ini adalah beberapa
buku yang ia tulis dalam bahasa Persia hampir murni (terutama Danishnamah-yi 'Ala',
Filsafat untuk Ala 'ad-Dawla'). Buku tentang Penyembuhan menjadi tersedia di Eropa dalam
terjemahan Latin parsial beberapa puluh tahun setelah komposisi, dengan judul Sufficientia,
dan beberapa penulis telah mengidentifikasi "Latin Avicennism" sebagai berkembang untuk
beberapa waktu, sejalan dengan lebih berpengaruh Latin Averroism, tetapi ditekan oleh
dekret Paris dari 1210 dan 1215. psikologi dan teori pengetahuan Avicenna dipengaruhi
William dari Auvergne, Uskup Paris dan Albertus Magnus, sementara metafisika berdampak
pada pemikiran Thomas Aquinas.

Metafisik
Filsafat dan Islam metafisika Islam awal, dijiwai karena dengan teologi Islam,
membedakan lebih jelas daripada Aristotelianisme antara esensi dan eksistensi. Sedangkan
keberadaan adalah domain dari kontingen dan disengaja, esensi bertahan dalam makhluk luar
disengaja. Filsafat Ibnu Sina, terutama bagian yang berkaitan dengan metafisika, berutang
banyak al-Farabi. Pencarian untuk filsafat Islam definitif terpisah dari okasionalisme dapat
dilihat pada apa yang tersisa dari karyanya. Setelah memimpin al-Farabi, Ibnu Sina memulai
penyelidikan penuh ke dalam pertanyaan dari makhluk, di mana ia membedakan antara esensi
(Mahiat) dan keberadaan (Wujud). Dia berargumen bahwa fakta keberadaan tidak dapat
disimpulkan dari atau dicatat dengan esensi dari hal-hal yang ada, dan bentuk yang dan
materi sendiri tidak dapat berinteraksi dan berasal gerakan alam semesta atau aktualisasi
progresif hal yang ada. Struktur metafisik kebutuhan dan kontinjensi berbeda. makhluk
diperlukan karena itu sendiri (wajib al-wujud bi-dhatihi) benar dalam dirinya sendiri,
sedangkan makhluk kontingen adalah 'palsu dalam dirinya sendiri' dan 'benar karena sesuatu
yang lain selain itu sendiri'. Yang diperlukan adalah sumber keberadaan sendiri tanpa adanya
dipinjam. Ini adalah apa yang selalu ada.

Teologi
Avicenna adalah seorang Muslim yang taat dan berusaha untuk mendamaikan filsafat
rasional dengan teologi Islam. Tujuannya adalah untuk membuktikan keberadaan Tuhan dan
ciptaan-Nya dari dunia ilmiah dan melalui akal dan logika. Views Avicenna tentang teologi
Islam (dan filsafat) yang sangat berpengaruh, membentuk bagian dari inti kurikulum di
sekolah-sekolah agama Islam sampai abad ke-19. Ibnu Sina menulis sejumlah risalah singkat
berurusan dengan teologi Islam. Ini risalah disertakan pada nabi (yang ia dipandang sebagai
"filsuf terinspirasi"), dan juga pada berbagai penafsiran ilmiah dan filosofis dari Quran,
seperti bagaimana Quran kosmologi sesuai dengan sistem filsafat sendiri. Secara umum
risalah ini terkait tulisan-tulisan filosofis ide-ide agama Islam misalnya, akhirat tubuh.
Interpretasi dari Avicenna filsafat dibagi menjadi tiga sekolah yang berbeda (seperti
al-Tusi) yang terus menerapkan filosofinya sebagai sistem untuk menafsirkan peristiwa
politik kemudian dan kemajuan ilmiah mereka (seperti al-Razi) yang dianggap karya teologis
Avicenna dalam isolasi dari keprihatinan filosofis yang lebih luas dan mereka (seperti al-
Ghazali) yang selektif digunakan bagian dari filsafat untuk mendukung upaya mereka sendiri
untuk mendapatkan wawasan spiritual yang lebih besar melalui berbagai cara mistis. Itu
interpretasi teologis diperjuangkan oleh orang-orang seperti al-Razi yang akhirnya datang
untuk mendominasi di madrasah. Avicenna menghafal Al Qur'an pada usia sepuluh, dan
sebagai orang dewasa, ia menulis lima risalah mengomentari surah dari Al-Qur'an. Salah satu
teks-teks ini termasuk Bukti Nubuat, di mana dia komentar pada beberapa ayat-ayat Alquran
dan memegang Quran di harga tinggi. Avicenna berpendapat bahwa nabi Islam harus
dianggap lebih tinggi dari filsuf.

Karya Ibnu Sina


Jumlah karya yang ditulis Ibnu Sina (diperkirakan antara 100 sampai 250 buah judul).
Kualitas karyanya yang bergitu luar biasa dan keterlibatannya dalam praktik kedokteran,
mengajar, dan politik, menunjukkan tingkat kemampuan yang luar biasa. Beberapa Karyanya
yang sangat terkenal adalah Qanun fi Thib (Canon of Medicine) (Terjemahan bebas : Aturan
Pengobatan), Asy Syifa (terdiri dari 18 jilid berisi tentang berbagai macam ilmu
pengetahuan), An Najat, Mantiq Al Masyriqin (Logika Timur) Selain karya filsafatnya
tersebut, Ibnu Sina meninggalkan sejumlah esai dan syair. Beberapa esainya yang terkenal
adalah Hayy ibn Yaqzhan, Risalah Ath-Thair, Risalah fi Sirr Al-Qadar, Risalah fi Al- 'Isyq,
Tahshil As-Sa'adah dan beberapa Puisi terpentingnya, yaitu Al-Urjuzah fi Ath-Thibb, Al-
Qasidah Al-Muzdawiyyah, Al-Qasidah Al- 'Ainiyyah.

Ibnu Khaldun
Ibnu Khaldun memiliki Nama lengkap Abu Zayd Abdurrahman Ibnu Khaldun.
Kelahiran Tunisia pada awal bulan Ramadhan 732 H. (1332 M) dan meninggal di Kairo
Mesir pada tanggal 25 Ramadhan 808 H. (1406 H). Ibn Khaldun merupakan tokoh muslim
terkemuka pada zamannya. Ibnu Khaldun dikenal sebagai ilmuan yang memperlakukan
sejarah sebagai ilmu serta memberikan alasan-alasan untuk mendukung fakta-fakta yang
terjadi. Khaldun juga dikenal sebagai ulama segala ilmu baik dalam bidang sejarah, sosiologi,
politik, ekonomi, hukum, dan agama. Pada umur 20 tahun, Ibnu Khaldun fokus belajar
Tajwid, Qiroah, dan menghafal Al-Qur,an. Ia mempelajari fikih mazhab Maliki, Hadist
Rasul, dan Puisi. Ia mempelajari Hadist dari Abu ‘Abdullah Muhammad bin Jabir bin Sultan
al-Qaisi al-Wadiyashi, seorang otoritas hadist terbesar dari Tunisia yang kemudian
menganugerahkan ijazah kepada Ibnu Khaldun untuk mengajar bahasa dan hukum. Ibnu
Khaldun juga menerima ijazah dari guru-gurunya yang lain dari sarjana-sarjana terkemuka
yang mengungsi ke Tunisia.

Kehidupan yang dijalani Ibnu Khaldun dapat dibagi menjadi empat bagian kehidupan, yaitu :

Pertama, Fase pertumbuhan dan pendidikan. Ayah Ibnu Khaldun adalah guru


pertamanya, sebagaimana kebiasaan masyarakat pada masa itu. Setelah itu, Khaldun belajar
kepada beberapa guru seperti Abu Abdillah Muhammad Ibn Al-Arabi dan Abu Abdillah
Muhammad Ibnu Bahr dalam ilmu bahasa. sedangkan Ilmu fiqh ia pelajari dari Abu Abdillah
Al-Jiyani dan Abu Al-Qasim Muhammad Al-Qashir. Pada Fase ini, selain mempelajari ilmu
agama, Khaldun juga belajar filsafat, teologi, ilmu alam, matematika dan astronomi.

Kedua, Fase keterlibatan dalam dunia politik. Karir politik Ibnu Khaldun dimulai saat
Ia bekerja sebagai tukang stempel surat dalam pemerintahan Ibnu Tafrakin. Ketika Ibnu
Tafrakin ditaklukan Abu Zaid, Ibnu Khaldun melarikan diri dan menjadi sekretaris Sultan
Abu Inan dari Fress di Maroko. Namun, kemudian ia dipenjara oleh Sultan Abu Inan selama
dua tahun ketika Ibnu Khaldun terlibat dalam persengkokolan politik dan kekuasaan.
Selanjutnya Ibnu Khaldun mengabdi pada Abu Salim penguasa Maroko. Ibnu Khaldun
diangkat sebagai sekretaris dan penasehatnya. Pada tahun 1361 kembali terjadi intrik politik
yang kemudian memaksa Ibnu Khaldun pindah ke Granada dan bergabung dengan
pemerintahan Muhammad V dari Granada sebagai duta besar. Karena tidak sepaham dengan
sebagian pembesar Granada, Khaldun menerima tawaran Abdullah Muhammad Al-Hafsi
sebagai perdana menteri. Namun pada tahun berikutnya ia pindah ke Konstantin menjadi
pembantu Raja Abdul Abbas. Kemudian setelah merasa tidak dipercaya lagi menduduki
jabatan penting, Ibnu Khaldun memilih menetap di Biskra. ditempat inilah kemudian Ibnu
Khaldun memutuskan untuk meninggalkan panggung politik praktis yang dulu pernah
melambungkan dan membesarkan namanya, kemnudian Ia memilih menekuni bidang
keilmuan.
Ketiga, Fase dimana Ibnu Khaldun mengembangkan keilmuannya. Fase ini
berlangsung dari tahun 776 H sampai akhir tahun 780 H. Fase ini merupakan fase
kontemplasi Ibnu Khaldun dan dalam fase singkat ini Ia berhasil menyelesaikan salah satu
karya monumentalnya, Al-Ibar beserta Muqaddimah.

Keempat Fase Akhir Kehidupannya. Pada Fase ini Ibnu Khaldun benar-benar telah
mengundurkan diri dari dunia politik. Ia kemudian secara serius membenamkan diri pada
tugas intelektualnya dengan menyelesaikan karya monumental yang belum selesai dan pada
akhirnya seluruh karya yang Ia hasilkan diberikan kepada penguasa.

Salah satu perjalanan hidup beliau yang paling menarik adalah pertemuannya
dengan Timur Leng Saat Timur Leng berhasil merebut suriah dan Aleppo, Penduduk mesir
sangat ketakutan sehingga menghimpun kekuatan dibawah kepemimpinan sultan al-Tahhir
al-Barquq untuk mengusir bangsa Tartar. Ibnu khaldun juga ikut berperang atas dasar
permintaan sang sultan. Karena setelah peperangan antara Mesir dengan Timur Leng selama
lebih dari satu bulan tetapi tidak ada pihak yang menang secara mutlak, Ibn khaldun akhirnya
menemui Timur Leng di Damaskus pada Maulud 803H/ 5 oktober 1400 M, mereka bercakap-
cakap cukup lama; antara Timur Leng bertanya tentang pekerjaan Ibnu khaldun, tentang
sejarah afrika utara, dan karena Timur Leng terkesan dengan pengetahuan Ibnu Khaldun
memerintahkannya menulis sejarah Afrika Utara. Ibnu khaldun menjelaskan pandangannya
tentang kebangkitan dan keruntuhan negara, ia juga mendiskusikan penyerahan damaskus,
karena setelah pertemuan bersejarah ini damaskus menyerah. Setelah selesai menulisnya Ibnu
khaldun menyerahkan sejarah tentang Afrika Utara yang diserahkan kepada Timur Leng
dalam bentuk sebelas buku kecil.

Anda mungkin juga menyukai