Ibnu Al Haitham dikenal sebagai kamera pertama di dunia dan juga bapak optik modern. Nama
sebenarnya dari beliau adalah Abu All Muhammad al-Hassan ibnu al-Haitham. Namun para sarjana dan
kalangan ilmuwan Barat atau Eropa mengenalnya dengan nama Alhazen.
Ibnu Al Haitham adalah seorang ilmuwan Islam yang ahli dalam bidang sains, falak, matematika,
geometri, pengobatan, dan filsafat. Ia dikenal sangat ahli dalam bidang bidang ilmu optik khususnya
penyelidikannya mengenai cahaya.
Tak mengerankan bila ia disebut sebagai Bapak Optik Modern karena jasanya dalam bidang optik. Ia juga
memberikan ilham kepada ahli sains barat seperti Boger, Bacon, dan Kepler dalam menciptakan
mikroskop serta teleskop. Salah satu karyanya yang paling dikenal adalah kamera obscura atau kamera
kamar gelap.
Ia juga menyalin buku-buku mengenai matematika dan ilmu falak. Tujuannya adalah untuk
mendapatkan uang dalam menempuh perjalanan menuju Universitas Al-Azhar. Kemudian hasil
usahanya itu membuat beliau telah menjadi seorang yang amat mahir dalam bidang sains, falak, mate-
matik, geometri, pengobatan, dan falsafah.
Tulisannya mengenai mata telah menjadi salah satu rujukan yang penting dalam bidang kajian sains di
Barat. Malahan kajiannya mengenai pengobatan mata telah menjadi asas kepada pengajian pengobatan
modern mengenai mata.
Beberapa buku Ibnu Al Haitham mengenai cahaya yang ditulisnya telah diterjemahkan ke dalam bahasa
Inggris, antaranya ialah Light dan On Twilight Phenomena.
Kajiannya banyak membahas mengenai senja dan lingkaran cahaya di sekitar bulan dan matahari serta
bayang bayang dan gerhana. Menurut Ibnu Haitham, cahaya fajar bermula apabila matahari berada di
garis 19 derajat di ufuk timur.
Warna merah pada senja pula akan hilang apabila matahari berada di garis 19 derajat di ufuk barat.
Dalam kajiannya, beliau juga telah menjelaskan bagaimana kedudukan atau siffat cahaya seperti bias
cahaya dan pembalikan cahaya.
Yang lebih menakjubkan ialah Ibnu Haitham telah menemukan prinsip isi padu udara. Ini jauh sebelum
seorang ilmuwan yang bernama Trricella mengetahui hal itu 500 tahun kemudian.
Ibnu Haitham juga telah menemukan model tarikan gravitasi sebelum Sir Isaac Newton mengetahuinya.
Selain itu, teori Ibnu Haitham mengenai jiwa manusia sebagai satu rentetan perasaan yang bersambung-
sambung secara teratur. Ini kemudian memberikan ilham kepada saintis barat untuk menghasilkan
wayang gambar.
Teori Ibnu Haitham ini telah membawanya kepada penemuan gulungan film yang kemudiannya
disambung-sambung dan ditayangkan kepada para penonton sebagaimana yang dapat kita lihat pada
masa kini.
Penulisan falsafahnya banyak tertumpu kepada aspek kebenaran dalam masalah yang menjadi
pertikaian. Padanya pertikaian dan pertelingkahan mengenai sesuatu perkara daripada pendekatan yang
digunakan dalam mengenalinya.
Beliau juga berpendapat bahawa kebenaran hanyalah satu. Oleh sebab itu semua dakwaan kebenaran
wajar diragukan dalam menilai semua pandangan yang telah ada. Jadi, pandangannya mengenai falsafah
amat menarik untuk disoroti.
Bagi Ibnu Haitham, filsafat tidak boleh dipisahkan daripada matematika, sains, dan ketuhanan. Ketiga
bidang dan cabang ilmu ini harus dikuasai dan untuk menguasainya seseorang itu perlu menggunakan
waktu mudanya sepenuhnya. Apabila umur semakin meningkat, kekuatan fisik dan mental akan turut
mengalami kemerosotan.
Al’Jami’ fi Usul al’Hisab yang mengandungi teori-teori ilmu metametika dan analisanya;
Makalah fi Istikhraj Simat al’Qiblah yang mengupas tentang arah kiblat bagi para musafir;
Makalah fima Tad’u llaih mengenai penggunaan geometri dalam urusan hukum islam dan
Sumbangan Ibnu Haitham kepada ilmu sains dan filsafat amat banyak. Karena itulah Ibnu Haitham
dikenal sebagai seorang yang miskin dari segi material tetapi kaya dengan ilmu pengetahuan. Beberapa
pandangan dan pendapatnya masih relevan sehingga ke hari ini.
Penemu Kamera Pertama di Dunia
Gambar dibawah adalah Kamera Obscura atau dalam bahasa Latin berarti disebut dengan kamera kamar
gelap. Kamera Obscura Ini adalah kamera pengembangan hasil penemuan Ibnu Al Haitham yang
didasarkan atas prinsip menangkap pantulan cahaya dari sebuah benda.
Walau bagaimanapun sebagian karyanya telah “dicuri” dan “diklaim” oleh ilmuwan Barat tanpa
memberikan penghargaan yang sewajarnya kepada beliau. Sesungguhnya barat patut berterima kasih
kepada Ibnu Al Haitham dan para sarjana Islam karena tanpa mereka kemungkinan dunia Eropa masih
diselubungi dengan kegelapan.
Kajian Ibnu Al Haitham telah menyediakan landasan kepada perkembangan ilmu sains dan pada masa
yang sama, tulisannya mengenai filsafat telah membuktikan keaslian pemikiran sarjana Islam dalam
bidang ilmu tersebut. Dan tidak lagi dibelenggu oleh pemikiran filsafat Yunani.