Anda di halaman 1dari 7

BIOGRAFI TENTANG IBNU HAITSAM

Kelas X Mipa 1

Nama Kelompok :

SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI 1 SUKADANA


TAHUN PELAJARAN 2022/2023
BIOGRAFI IBNU HAITSAM

Ibnu Haitham lahir di Basra (kini Irak) pada 965 M dan dibesarkan di Basrah dan
Baghdad, dua kota yang menjadi pusat ilmu pengetahuan Abbasiyah pada masa itu. Ia
memulai pendidikan awalnya di Basrah, sebelum kemudian dilantik menjadi pegawai
pemerintah di kota kelahirannya.
Ibnu Al Haitham dikenal sebagai kamera pertama di dunia dan juga bapak optik modern.
Nama sebenarnya dari beliau adalah Abu All Muhammad al-Hassan ibnu al-Haitham.
Namun para sarjana dan kalangan ilmuwan Barat atau Eropa mengenalnya dengan nama
Alhazen

Beberapa saat usai mengabdi untuk pemerintah, Ibnu Haitham memutuskan


merantau ke Ahwaz dan Baghdad. Selama merantau, ia melanjutkan pengkajian dan aktif
dalam dunia tulis-menulis.
Kecenderungannya condong pada pembelajaran bidang ilmu agama maupun umum
sekaligus, sampai dengan ilmu matematika, fisika, astronomi, kedokteran, filsafat, mantik
dan lain-lain lagi.
Kecerdasan Ibnu Haitham membuatnya dikenal luas oleh masyarakat sebagai
cendekiawan sains. Bahkan, Khalifah Al-Hakim bin Amirillah (386-411 H / 996-1021 M)
dari Dinasti Fathimiyah mengundang Ibnu Haitham ke Mesir. Saat itu, perjalanan darat
dari Bagdad ke Mesir sangat sukar ditempuh, tak seperti sekarang.
Pada tahun terakhir menjelang wafatnya, beliau kembali ke Kaherah (Mesir). Ibnu
Al Haitham wafat di Kaherah pada tahun 1039 M ketika berusia 74 tahun.
PENEMUAN IBNU HAITSAM

Ibnu al-Haitham termasuk ilmuan yang gemar melakukan penyelidikan.


Penyelidikannya mengenai cahaya telah memberikan ilham kepada ahli sains Barat
seperti Boger, Bacon, dan Kepler dalam menciptakan mikroskop serta teleskop. Beliau
merupakan orang pertama yang menulis dan menemui pelbagai data penting mengenai
cahaya.

Di antara pencapaian Ibnu al-Haitsam yang menkjubkan dalam bukunya yang


disebutkan adalah eksperimen tentang kotak hitam (black box), yang ditetapkan sebagai
langkah pertama dalam menemukan kamera. Sebagaimana dikatakan oleh pembahasan
ilmiah, bahwa Ibnu al-Haitsam ditetapkan sebagai orang pertama yang mendesain dan
menciptakan kamera, yang disebut dengan Camera Obscura.

Ibnu al-Haitsam mengumpulkan sebagian besar studi dan penelitiannya serta


menyatukannya dalam sebuah karya monumentalnya al-Manazhir yang menjadi rujukan
sebagian besar ilmuwan Barat. Bahkan mereka masih obyektif dengan memperlihatkan
kontribusi dan persembahan ilmuwan kenamaan bangsa Arab dan Islam ini dan
menyebutnya sebagai al-Bannan (Sang Kontraktor), setiap kali membahas tentang ilmu-
ilmu optik atau menulis buku-buku dan referensi. Dan bahkan mereka menyerukan
kepada dunia untuk memperhatikan buku monumental ini dengan menerjemahkannya ke
dalam bahasa Latin secara total tahun 1572 M

Dalam bukunya al-Manazhir yang telah di tanqih oleh Kamaluddin al-Farisi pada
akhir abad ke 13 M, dengan judul “Tanqih al-Manazhir” dan diakhiri Prof. Dr.
Mustahafa Nazhif pada pertengahan abad ini, dimana ia menulis buku berjudul “Al-
Hasan bin al-Haitsam” dalam dua bagian ini. Penulis menjelaskan bahwa, Ibnu al-
Haitsam mencetuskan revolusi besar-besaran dalam ilmu-ilmu optik ketika ia berhasil
merumuskan teori optik yang benar, yang kemudian dikembangkan dalam ilmu cahaya
modern, setelah melontarkan kritik terhadap berbagai teori klasik dan menganalisanya.
PENEMUAN KAMERA PERTAMA DI DUNIA

Gambar dibawah adalah Kamera Obscura atau dalam bahasa Latin berarti disebut
dengan kamera kamar gelap. Kamera Obscura Ini adalah kamera pengembangan hasil
penemuan Ibnu Al Haitham yang didasarkan atas prinsip menangkap pantulan cahaya
dari sebuah benda.

Walau bagaimanapun sebagian karyanya telah “dicuri” dan “diklaim” oleh


ilmuwan Barat tanpa memberikan penghargaan yang sewajarnya kepada beliau.
Sesungguhnya barat patut berterima kasih kepada Ibnu Al Haitham dan para sarjana
Islam karena tanpa mereka kemungkinan dunia Eropa masih diselubungi dengan
kegelapan.

Kajian Ibnu Al Haitham telah menyediakan landasan kepada perkembangan ilmu


sains dan pada masa yang sama, tulisannya mengenai filsafat telah membuktikan keaslian
pemikiran sarjana Islam dalam bidang ilmu tersebut. Dan tidak lagi dibelenggu oleh
pemikiran filsafat Yunani.
KARYA IBNU HAITSAM

Selain sains, Ibnu Haitham juga banyak menulis mengenai falsafah, logika,
metafisik dan persoalan yang berkaitan dengan keagamaan. Beliau turut menulis ulasan
dan ringkasan terhadap karya-karya sarjana terdahulu.

Penulisan falsafahnya banyak bertumpu kepada aspek kebenaran dalam masalah yang
menjadi pertikaian.

Bagi Ibnu Haitham, falsafah tidak boleh dipisahkan dari matematika, sains dan
ketuhanan. Ketiga bidang dan cabang ilmu ini harus dikuasai dan untuk menguasainya
seseorang perlu menggunakan waktu muda sepenuhnya.

Ibnu Haitham telah menghasilkan buku dan makalah, diantaranya :

 Al Jami' fi Usul al-Hisab (teori-teori matematika)

 al-Tahlil wa al Tarkib (ilmu geometri)

 Tahlil al Masa'il al'Adadiyah (aljabar)

 Maqalah fi Istikhraj Simat al Qiblah (tentang arah kiblat bagi para perantau)

 dan yang paling terkenal Al-Manazir (ilmu optik)

Kajian Ibnu Haitham telah menyediakan landasan kepada perkembangan ilmu sains
dan pada masa tulisannya mengenai falsafah telah membuktikan keaslian pemikiran
sarjana Islam di bidang ilmu tersebut yang tidak dibelenggu oleh pemikiran falsafah
Yunani.
TEORI LENSA PEMBESAR

Ibnu Haitham juga turut melakukan percobaan terhadap kaca yang dibakar. Dan
dari situ ia kemudian menemukan teori lensa pembesar. Teori Ibnu Haitham ini telah
digunakan oleh para ilmuwan di Italia untuk menghasilkan kaca pembesar yang pertama
di dunia.

Yang lebih menakjubkan ialah Ibnu Haitham telah menemukan prinsip isi padu
udara. Ini jauh sebelum seorang ilmuwan yang bernama Trricella mengetahui hal itu 500
tahun kemudian.

Ibnu Haitham juga telah menemukan model tarikan gravitasi sebelum Sir Isaac
Newton mengetahuinya. Selain itu, teori Ibnu Hai-tham mengenai jiwa manusia sebagai
satu rentetan perasaan yang bersambung-sambung secara teratur. Ini kemudian
memberikan ilham kepada saintis barat untuk menghasilkan wayang gambar.

Teori Ibnu Haitham ini telah membawanya kepada penemuan gulungan film yang
kemudiannya disambung-sambung dan ditayangkan kepada para penonton sebagaimana
yang dapat kita lihat pada masa kini.
5 FAKTA MENARIK IBNU HAITSAM , BAPAK OPTIK MODERN

1. Penemu dasar teori optik modern


Lahir di Basra—saat ini dikenal sebagai Irak—pada tahun 965, Ibu Haitsam memiliki
nama lengkap Abu 'Ali al-Hasan ibn al-Haitsam al-Bashri al-Mishri. Setelah berkarier
di tempat kelahirannya, ia kemudian pindah ke Mesir ketika daerah itu dipimpin oleh
Khalifah al-Hakim bin Amirillah (996—1021). Di Mesir inilah, dia menghasilkan
banyak karya akademis yang genius dan bahkan jadi fondasi ilmu modern saat ini,
yakni teori optik.
2. Ibnu Haitsam dipengaruhi ilmuwan yunani dan mempengaruhi ilmuan di dunia
Sebagai seorang sarjana yang genius, Ibnu Haitsam awalnya lebih dikenal dengan
ilmu Matematika terapan yang dikuasainya. Namun kerja akademisnya tidak berhenti
sampai di situ.
Ilmuwan yang berasal dari Basra tersebut dikenal sebagai seorang polimatik yang
menguasai banyak bidang ilmu. Dia dikenal sebagai ahli kedokteran, astronom, filsuf
matematika, dan bidang ilmu lainnya.
3. Ibnu Haitsam menghasilkan total 92 karya Akademis
Karya-karya akademis Ibnu Haitsam lahir dari proses yang panjang. Dia melakukan
kajian keilmuan para pendahulu, juga melakukan penelitian untuk menghasilkan teori
baru. Ada perbedaan pendapat tentang jumlah karya yang dihasilkan oleh Ibnu
Haitsam. Beberapa mengatakan bahwa ilmuwan itu menghasilkan lebih dari 200
karya.
4. Dipanggil khalifah al-hakim untuk membuat kontruksi di sungai nil
ketenaran dan kecerdasan Ibnu Haitsam itulah yang membuat khalifah
memanggilnya. Ibnu Haitsam yang terkenal dengan Matematika terapan, yang bisa
digunakan untuk menghitung cara membangun struktur bangunan, diharapkan bisa
membuat konstruksi di Sungai Nil yang kerap banjir.
5. Menghasilkan teori optik ketika pura pura gila
Salah satu catatan menyebutkan, keputusasaan Ibnu Haitsam tidak mampu membuat
konstruksi di Sungai Nil adalah pengalaman observasinya melihat sisa-sisa bangunan
Mesir Kuno yang hebat di tepi sungai. Dia beralasan bahwa jika memang konstruksi
mengatur aliran air Sungai Nil bisa dilakukan, maka ini telah dikerjakan oleh generasi
sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai