Anda di halaman 1dari 4

PROFIL Ibnu Haitham

Abu Ali al-Hasan bin al-Hasan bin al-Haitsam atau Ibnu al-Haitsam (Bashrah, 965 - Qahirah
1039), dibarat lebih dikenal dengan nama Alhazen. Adalah seorang ilmuwan Islam yang ahli
dalam bidang sains, falak, matematika, geometri, pengobatan, dan filsafat. Ia banyak pula
melakukan penelitian mengenai cahaya, dan telah memberikan banyak inspirasi pada ahli
sains barat, seperti Roger Bacon, dan Kepler dalam menciptakan mikroskop serta teleskop.
Kelahiran: 1 Juli 965 M, Basra, Irak
Meninggal: 6 Maret 1040, Kairo, Mesir
Tempat tinggal: Bashrah Qahirah

Abu Ali Muhammad al-Hasan Ibu Al Haytam (‫ )ابو علىوحسن بن الهيتم‬atau sering dikenal dengan
Ibnu Al Haytham lahir di Basra, 965 M. Beliau memulai pendidikannya di Basrrah sebelum
ia dilantik menjadi sorang pemerintah ditanah kelahirannya. Setelah beberapa lama
mengabdi menjadi peerintah di tanah kelahirannya. Dalam ‘uyun al-anba’ disebutkan
bahwasannya di kota Basrah Ibnu Al Haytham cukup dewasa ketika menuju Baghdad,
Melihat kecintaanya terhadap ilmu pengetahuan yang sangat begitu besar dan keinginannya
untuk memperoleh pengetahuan diprpustakaan yang sangat terkenal memiliki koleksi
melimpah dalam pengetahuan dalam pegetahuan filsafat dan sains Yunani yaitu Bayt al-
hikmah yang mendorong beliau untuk berpindah dari Basrah ke Baghdad.
Setelah dari Baghdad beliau menuju Syiria beliau hanya bersingga sementara untuk menuju
ke Mesir. Selama berada di perantauan mereka selalu melakukan kajian, penelitian, dan
menyalin buku tentang buku matematika dan falak. Yang bertujuan untuk mendapatkan uang
cadangan untuk menempuh perjalanan menuju Universitas Al-Azhar Mesir. Namun selama di
Syiria disebutkan bahwa beliau bekerja pada pemerintahan dan memberi pengajaran kepada
seseorang Surkhab yang merupakan seorang bangsawan yang berasal dari daerah Syiria, ia
datang kepada Ibnu Al Haytham utuk belajar namun Ibnu Al Haytham tidak begitu
menerimanya karena beliau terlebih daulu memeriksa kepribadiannya dengan memberi
berbagai macam pertanyaan dan memberi berbagai syarat yaitu diantaranya harus membayar
100 dinar setiap bulannya. Kemudia surkhab menyetujuinya. Jelang berakhirnya masa
pendidikan surkhab memohon diri kepada Ibnu Al Haytham untuk berpisah namun Ibnu Al
Haytham menenahan terlebih dahulu dan mengembaliakn uang yang disyaratkan pada awal
yang pernah dibayar oleh surkhab. Kisah tersebut menunjukan sifat Ibnu Al Haytham dalam
memandang harta benda dan hal duniawi lainnya.
Kemasyhuran sebagai ilmuan menyebabkan pemerintah Bani Fatimiyah di Mesir saat itu
pada masa pemerintah yang dipimpin oleh Al-Hakim bin Amirillah yang mengundang Beliau
ke Mesir. Karena Al Hakim yang terkenal sebgai seorang yang yang kejam,kasar, muram,
mudah marah ternyata ia memiliki sifat yang mencintai Ilmu Pengetahuan yang
menyebabkan ia mengundang Ibnu Al Haytham untuk dimanfaatkan ilmuyang dimiliki oleh
Ibnu Al Haytham.
Pada saat berada di Syiria Ibnu Al Haytham mendengar tentang krisis yang terjadi di sungai
nil yang dimana saat musim penghujan yang sering terjadi banjir dan mengalami kekeringan
pada saat musim kemarau. Peristiwa ini sering terjadi di Mesir bahkan menjadi rutinitas
setiap tahunnya. Pada tahun 1008-1009 peristiwa menipisnya ketersediaan air itu terjadi
kembali yang menyebabkan berpengaruh pada harga-harga makanan menjadi meningkat.
Kabar tersebut membuat Ibnu Al Haytha terdorong untuk membantu rakyat Mesir yang
sedang kesusahan. Beliau membantu dengan pengetahuan yang dimilikinya yaitu dengan
membuat bendungan yang dimana nantinya menjadi aliran yang akan mengatasi banjir
nantinya.
Pernyataan Ibnu Al Haythan tersebut itu terdengar ditelingah oleh Al Hakim dengan
antusiannya Ibnu Al Haytham diundang ke Kairo untuk mendengarkan rencana itu.
Kemudian Ibnu Al Haytham memenuhi undangan tersebut dan menjelaskan rencananya.
Namun pada saat mendengarkan penjelasan terhadap rencana Ibnu Al Haytham, Al Hakim
berkata dengan raut wajah dan tutu kata marah ia menganggap bahwasannya rencana tersebut
akan membutuhkan pengeluaran yang sangat banyak dan tidak sepadan dengan manfaat yang
dihasilkan. Setelah berkata seperti itu Al Hakim meninggalkan Ibnu Al Haytham.
Setelah itu Ibnu Al Haytham melarikan diri dari kemurkaan pemerintahan disana dan
mengkwatirkan keselamatan dirinya sendiri. Setelah itu beliau menjalani pekerjaanya namun
beberapa lama menjalani pekerjaan tersebut beliau merasa tidak cocok dengan rutinitasnya
pekerjaannya. Bias jadi karena sifatnya yang mencintai mencintai kegiatan akademik yang
bebas seperti meneliti, mengamati alam, membaca dan menulis dan terhambat oleh
pekerjaanya kemudian beliau berpura-pura lupa ingatan dan ada yang menyebutkan bahwa
beliau mengalawi gangguan jiwa dan sehingga beliau meninggalkan pekerjaaanya. Sehingga
pada tahun 1020 Sultan Al Hakim Amirillah wafat, nah mulai dari situlah kegiatan dan
rutinitan kegiatan ilmu Ibnu Al Haytham kembali aktif dan normal.
Sebelum kembali normal dan aktif Ibnu Al Haytham sempat ditahan di dikurung ditempat
yang sangat gelap oleh Al Hakim kurang lebih 10 tahun lamanya. Setelah bebas dari tahanan
Ibnu Al Hytham mengabdikan dirinya di masjid Al Azhar Kairo dan melanjutkan kegiatan
seperti sedia kala, dan menyambung usaha ilmiahnya dalam bidang saintifik, dan turut
menerjemahkan buku-buku matematika dan falak dalam bahasa arab dan bahasa Latin, dan
menyalin Almagest dan karya-karya Euclids (Usaybi’ah, 1998:5050 ; Sabra 1989: xix-xx).
Sebelum itu beliau telah pergi ke Andalusia (Spanyol), kiblat ilmu pengetahuan eropa pada
masa itu. Disana beliau belajar mengenai optik sampai namanya menjadi dikenal kalangan
luas dalam bidang tersebut. Pada tahun sebelum beliau wafat beliau kembali ke Kahera
(Mesir), kira-kira pada tahun 354 H atau 1038/9 M Ibnu A l Hytham wafat karena menderita
penyakit pencernaan dan pada saat menjelang wafatnya beliau menghadap kiblat dan
mengatakan bahwa :”(ilmu ) matematika tidak lagi bermanfaat, dan (ilmu) kedokteran dan
pengobatan tidak berguna lagi; yang tersisa hanyalah penyerahan diriku kepada Allāh yang
membuat dan menciptakan diriku.” Dan pada akhirnya Ibnu Al Haytham wafat di Kahera
(Mesir) pada tahun 1038/9 ketika beliau berusia 74 tahun .

KARYA-KARYA IBNU AL HAITHAM


Sumber utama informasi karya-karya Ibnu Al Haitham adalah berasal dari karya Ibn Abi
Usaybi’ahyang memuat 3 daftar karya Ibn Al Hytham. misalnya oleh A.I. Sabra (Sabra,
1989:xix-xxxii) dan Roshdi Rashed (Rashed, 2013:1-37), di mana keduanya merujuk pada
karya yang sama yaitu ‘Uyūn al-Anbā’ fī Ṭabaqāt alAṭibbā’ karya Ibn Abī Usaybiʿahtersebut.
Meskipun keduanya saling merujuk namun terdapat perbedaan pandangan diantara keduanya.
Dan ada 200 judul buku karya-karya Ibnu Al Haytham diantaranya adalah :

Dalam bidang optic

 Fi al-Minasit (kamus optik).


 Fi al-Maraya al-Muhriqah bi al-Dawair (cermin yang membakar).
 Maqalah fi Daw al-Qamar (cahaya, warna dan gerakan langit).
 Zawahir al-hasaq (gejala senja).
 Risalah Fi Al-Ain Wa Al-Abshar (tentang sebuah wujud dalam pandangan).
 Risalah Fi Al-Maraya Al-Muhriqah Bi Ad-Dawa‟I (tentang pencerminan yang
membakar).
 Risalah Fi In ‟ithaf Adh-Dhau”(korolasi peletakan).
 Risalah Fi Al-Maraya Al-Muhriqah Bi Al-Quthu (karya tentang cermincermin
parabolik).
 Fi Al-Halah Wa Qaus Qazah (tentang keadaan perbusuran).

Selain menulis kitab tersebut beliau juga menulis bebrapa tulisan singkat yaitu 4 risalah
tentang cahaya dan pengukuran. Salah satu kitab (buku) yang terkenal dari Ibnu Haitsam
adalah kitab alManadzir, yaitu buku pertama yang menjelaskan prinsip kerja kamera obscura.
Untuk membuktikan teori-teori dalam bukunya itu, ia pun menyusun Al-Bayt AlMuzlim atau
lebih dikenal dengan sebutan kamera obscura, atau kamar gelap.

Bidang Matematika

Ibnu Al Hytham menguasai ilmu matematika dan beliau menerapkan ilmu ini pada ilmu
fisikan dan astronomi. Dua ilmu tersebut memiliki hungan yang kuat dengan matematika dan
dijadikan sebagai sandaran dalam penelitian keduanya., dengan demikian Ibnu Al Haytham
bukanlah seorang yang dangkal ilmunya dalam bidang matematika. Tetapi beliau dalah
seorang spesialis ilmu matematika sejati . analisanya dalam menyelesaikaan berbagai
persoalan ilmu matematika data menjadi bukti epandaiannya.

Berikut beberapa karya dari Ibnu Al Hytham dalam bidang ilmu matematiika :

 “Al-Jami‟ Fi Ushul Al-Hishab”(mengandung teori-teori ilmu metametik dan


metametik penganalisaannya).
 “Ta‟liq Ala Ilm Al-Jabar. (3)“Tahlil Al-Masa'il Al-'Adadiyah” (tentang aljabar).
(4)“Maqalah Fima Tad'u Ilaih” (mengenai penggunaan geometri dalam urusan
hukum syarak).
 “Makalah yang berisi tentang tesis bahwa bulatan” (sesuatu yang bulat seperti
bola) merupakan bentuk benda yang paling luas yang sekelilingnya sama, dan
lingkaran merupakan bentuk benda datar yang paling luas yang sekelilingnya
sama
Dalam Bidang Astronomi

Setelah menemukan keberhasilan dalam ilmu cahaya dan kemampuannya dalam ilmu
maematika, maka kelebihan yang lain adalahdalam bidang ilmu astronomi. Ibnu Al Hytham
menulis sebanyak 17 buku dalam ilmu astronomi dan diantara buku yang yang masih ada
sampai saat ini hanya berjumlah 12 buku saja, berikut adalah beberapa nama-nam buku :

 “At-Tanbih Ala Ma Fi Ar-Rashdi Min Al-Ghalath” (peringatan dalam


memperkirakan atau mengkondisikan sesuatu yang salah).
 “Irtifa‟ Al-Kawakib” (pengangkatan bintang-bintang).
 “Maqalah Fi Ab‟ad Al-Ajram As-Samawiyyah wa Iqdar I‟zhamiha wa Ghairiha”
(tentang jarak jauhnya tubuh manusia dengan langit dan perkiraan dengan benda
yang lain).
 “Kitab Fi Hai‟ati Al-Alam” (tentang pergerakan alam).
 “Risalah Fi Asy-Syafaq” (tentang cahaya matahari di waktu sore).

Dalam Bidang Filsafat

Ibnu Al Haitham juga banyak menulis tentang filsafat, logika, matematika, dan persoalan
yang tekait dengan keagamaan. Bliau juga menulis ulasan dan ringkasan terhadap karya-
karya terdahulu. Penulisn filsafat banyak bertumbuh pada kebenaran dalam maalah sengketa.
Beliau berpendapat bahwa kebenaran hanyalah satu, maka sebab itu semua klaim kebenaran
wajar diragukan dalam menilai semmua pandangan tentang filsafat sangat menarik untuk
disorot.
Bagi Ibnu Haitsam, falsafah tidak bisa dipisahkan dari matematika, sains, dan ketuhanan.
Ketiga bidang dan cabang ilmu ini harus dikuasai dan untuk menguasainya, seseorang itu
perlu menggunakan masa mudanya dengan sepenuhnya. Apabila umur semakin meningkat,
kekuatan fisik dan mental akan turut mengalami kemerosotan.

Anda mungkin juga menyukai