Wink Biodata, Biograf, Biograf Tokoh, Ilmuwan Terkenal, Profl, Sejarah, Tokoh Dunia
Advertisement
Sejarah telah membuktikan betapa dunia Islam telah melahirkan banyak golongan
sarjana dan ilmuwan yang cukup hebat dalam bidang falsafah, sains, politik,
kesusasteraan, kemasyarakatan, agama, pengobatan, dan sebagainya. Salah satu
ciri yang dapat diperhatikan pada para tokoh ilmuwan Islam ialah mereka tidak
sekedar dapat menguasai ilmu tersebut pada usia yang muda, tetapi dalam masa
yang singkat dapat menguasai beberapa bidang ilmu secara bersamaan.
Walaupun tokoh itu lebih dikenali dalam bidang sains dan pengobatan tetapi dia juga
memiliki kemahiran yang tinggi dalam bidang agama, falsafah, dan sebagainya.
Salah seorang daripada tokoh tersebut ialah Ibnu Haitham atau nama sebenarnya
Abu All Muhammad al-Hassan ibnu al-Haitham.
Hasil daripada usaha itu, beliau telah menjadi seorang yang amat mahir dalam
bidang sains, falak, matematik, geometri, pengobatan, dan falsafah. Tulisannya
mengenai mata, telah menjadi salah satu rujukan yang penting dalam bidang
pengajian sains di Barat. Malahan kajiannya mengenai pengobatan mata telah
menjadi asas kepada pengajian pengobatan modern mengenai mata.
Beberapa buah buku mengenai cahaya yang ditulisnya telah diterjemahkan ke dalam
bahasa Inggeris, antaranya ialah Light dan On Twilight Phenomena. Kajiannya
banyak membahaskan mengenai senja dan lingkaran cahaya di sekitar bulan dan
matahari serta bayang bayang dan gerhana.
Menurut Ibnu Haitham, cahaya fajar bermula apabila matahari berada di garis 19
darjah di ufuk timur. Warna merah pada senja pula akan hilang apabila matahari
berada di garis 19 darjah ufuk barat. Dalam kajiannya, beliau juga telah berjaya
menghasilkan kedudukan cahaya seperti bias cahaya dan pembalikan cahaya.
melakukan percubaan terhadap kaca yang dibakar dan dari situ terhasillah teori
lensa pembesar. Teori itu telah digunakan oleh para saintis di Itali untuk
menghasilkan kanta pembesar yang pertama di dunia.
Yang lebih menakjubkan ialah Ibnu Haitham telah menemui prinsip isi padu udara
sebelum seorang saintis yang bernama Trricella mengetahui perkara itu 500 tahun
kemudian. Ibnu Haitham juga telah menemui kewujudan tarikan graviti sebelum
Issaac Newton mengetahuinya. Selain itu, teori Ibnu Haitham mengenai jiwa manusia
sebagai satu rentetan perasaan yang bersambung-sambung secara teratur telah
memberikan ilham kepada saintis barat untuk menghasilkan wayang gambar. Teori
beliau telah membawa kepada penemuan filem yang kemudiannya disambung-
sambung dan dimainkan kepada para penonton sebagaimana yang dapat kita
tontoni pada masa kini.
Beliau juga berpendapat bahawa kebenaran hanyalah satu. Oleh sebab itu semua
dakwaan kebenaran wajar diragui dalam menilai semua pandangan yang sedia ada.
Jadi, pandangannya mengenai falsafah amat menarik untuk disoroti.
Bagi Ibnu Haitham, falsafah tidak boleh dipisahkan daripada matematik, sains, dan
ketuhanan. Ketiga-tiga bidang dan cabang ilmu ini harus dikuasai dan untuk
menguasainya seseorang itu perlu menggunakan waktu mudanya dengan
sepenuhnya. Apabila umur semakin meningkat, kekuatan fizikal dan mental akan
turut mengalami kemerosotan.
Sumbangan Ibnu Haitham kepada ilmu sains dan falsafah amat banyak. Kerana
itulah Ibnu Haitham dikenali sebagai seorang yang miskin dari segi material tetapi
kaya dengan ilmu pengetahuan. Beberapa pandangan dan pendapatnya masih
relevan sehingga ke hari ini.
Kamera Obscura (dalam bahasa Latin berarti kamar gelap), pengembangan hasil
penemuan Ibnu Al Haitham yang didasarkan atas prinsip menangkap pantulan
cahaya dari sebuah benda.
Walau bagaimanapun sebahagian karyanya lagi telah "dicuri" dan "diceduk" oleh
ilmuwan Barat tanpa memberikan penghargaan yang sewajarnya kepada beliau.
Sesungguhnya barat patut berterima kasih kepada Ibnu Haitham dan para sarjana
Islam kerana tanpa mereka kemungkinan dunia Eropa masih diselubungi dengan
kegelapan.
Kajian Ibnu Haitham telah menyediakan landasan kepada perkembangan ilmu sains
dan pada masa yang sama tulisannya mengenai falsafah telah membuktikan
keaslian pemikiran sarjana Islam dalam bidang ilmu tersebut yang tidak lagi
dibelenggu oleh pemikiran falsafah Yunani.
Advertisement
Advertisement
Biograf Kyai Haji Abdurrahman Wahid (Gud
Dur). Mantan Presiden Keempat Indonesia ini lahir di Jombang, Jawa Timur, 7
September 1940 dari pasangan Wahid Hasyim dan Solichah. Guru bangsa, reformis,
cendekiawan, pemikir, dan pemimpin politik ini menggantikan BJ Habibie sebagai
Presiden RI setelah dipilih MPR hasil Pemilu 1999. Dia menjabat Presiden RI dari 20
Oktober 1999 hingga Sidang Istimewa MPR 2001. Ia lahir dengan nama
Abdurrahman Addakhil atau "Sang Penakluk", dan kemudian lebih dikenal dengan
panggilan Gus Dur. "Gus" adalah panggilan kehormatan khas pesantren kepada anak
kiai.
Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara, dari keluarga yang sangat
terhormat dalam komunitas muslim Jawa Timur. Kakek dari ayahnya, KH. Hasyim
Asyari, adalah pendiri Nahdlatul Ulama (NU), sementara kakek dari pihak ibu, KH
Bisri Syansuri, adalah pengajar pesantren. Ayah Gus Dur, KH Wahid Hasyim, terlibat
dalam Gerakan Nasionalis dan menjadi Menteri Agama pada 1949. Ibunya, Hj.
Sholehah, adalah putri pendiri Pondok Pesantren Denanyar Jombang. Setelah
deklarasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, Gus Dur kembali ke
Jombang dan tetap berada di sana selama perang kemerdekaan Indonesia melawan
Belanda. Akhir 1949, dia pindah ke Jakarta setelah ayahnya ditunjuk sebagai Menteri
Agama. Dia belajar di Jakarta, masuk ke SD KRIS sebelum pindah ke SD Matraman
Perwari.
Gus Dur juga diajarkan membaca buku non Islam, majalah, dan koran oleh ayahnya
untuk memperluas pengetahuannya. Pada April 1953, ayahnya meninggal dunia
akibat kecelakaan mobil. Pendidikannya berlanjut pada 1954 di Sekolah Menengah
Pertama dan tidak naik kelas, tetapi bukan karena persoalan intelektual. Ibunya lalu
mengirimnya ke Yogyakarta untuk meneruskan pendidikan. Pada 1957, setelah lulus
SMP, dia pindah ke Magelang untuk belajar di Pesantren Tegalrejo. Ia
mengembangkan reputasi sebagai murid berbakat, menyelesaikan pendidikan
pesantren dalam waktu dua tahun (seharusnya empat tahun).
Pada 1959, Gus Dur pindah ke Pesantren Tambakberas di Jombang dan mendapatkan
pekerjaan pertamanya sebagai guru dan kepala madrasah. Gus Dur juga menjadi
wartawan Horizon dan Majalah Budaya Jaya. Pada 1963, Wahid menerima beasiswa
dari Departemen Agama untuk belajar di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir, namun
tidak menyelesaikannya karena kekritisan pikirannya. Gus Dur lalu belajar di
Universitas Baghdad. Meskipun awalnya lalai, Gus Dur bisa menyelesaikan
pendidikannya di Universitas Baghdad tahun 1970.
LP3ES mendirikan majalah Prisma di mana Gus Dur menjadi salah satu kontributor
utamanya dan sering berkeliling pesantren dan madrasah di seluruh Jawa. Saat inilah
dia memprihatinkan kondisi pesantren karena nilai-nilai tradisional pesantren
semakin luntur akibat perubahan dan kemiskinan pesantren yang ia lihat. Dia
kemudian batal belajar luar negeri dan lebih memilih mengembangkan pesantren.
Abdurrahman Wahid meneruskan karirnya sebagai jurnalis, menulis untuk Tempo dan
Kompas. Artikelnya diterima baik dan mulai mengembangkan reputasi sebagai
komentator sosial.
Reformasi NU
NU membentuk Tim Tujuh (termasuk Gus Dur) untuk mengerjakan isu reformasi dan
membantu menghidupkan kembali NU. Pada 2 Mei 1982, para pejabat tinggi NU
bertemu dengan Ketua NU Idham Chalid dan memintanya mengundurkan diri.
Namun, pada 6 Mei 1982, Gus Dur menyebut pilihan Idham untuk mundur tidak
konstitusionil. Gus Dur mengimbau Idham tidak mundur. Pada 1983, Soeharto dipilih
kembali sebagai presiden untuk masa jabatan keempat oleh MPR dan mulai
mengambil langkah menjadikan Pancasila sebagai ideologi negara. Dari Juni 1983
hingga Oktober 1983, Gus Dur menjadi bagian dari kelompok yang ditugaskan untuk
menyiapkan respon NU terhadap isu ini.
Gus Dur lalu menyimpulkan NU harus menerima Pancasila sebagai Ideologi Negara.
Untuk lebih menghidupkan kembali NU, dia mengundurkan diri dari PPP dan partai
politik agar NU fokus pada masalah sosial. Pada Musyawarah Nasional NU 1984, Gus
Dur dinominasikan sebagai ketua PBNU dan dia menerimanya dengan syarat
mendapat wewenang penuh untuk memilih pengurus yang akan bekerja di
bawahnya.
Terpilihnya Gus Dur dilihat positif oleh Suharto. Penerimaan Wahid terhadap
Pancasila bersamaan dengan citra moderatnya menjadikannya disukai pemerintah.
Pada 1987, dia mempertahankan dukungan kepada rezim tersebut dengan
mengkritik PPP dalam pemilihan umum legislatif 1987 dan memperkuat Partai
Golkar. Ia menjadi anggota MPR dari Golkar. Meskipun disukai rezim, Gus Dur acap
mengkritik pemerintah, diantaranya proyek Waduk Kedung Ombo yang didanai Bank
Dunia. Ini merenggangkan hubungannya dengan pemerintah dan Suharto.
Selama masa jabatan pertamanya, Gus Dur fokus mereformasi sistem pendidikan
pesantren dan berhasil meningkatkan kualitas sistem pendidikan pesantren sehingga
menandingi sekolah sekular. Gus Dur terpilih kembali untuk masa jabatan kedua
Ketua PBNU pada Musyawarah Nasional 1989. Saat itu, Soeharto, yang terlibat
dalam pertempuran politik dengan ABRI, berusaha menarik simpati Muslim.
Pada Desember 1990, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dibentuk untuk
menarik hati intelektual muslim di bawah dukungan Soeharto dan diketuai BJ
Habibie. Pada 1991, beberapa anggota ICMI meminta Gus Dur bergabung, tapi
ditolaknya karena dianggap sektarian dan hanya membuat Soeharto kian kuat.
Bahkan pada 1991, Gus Dur melawan ICMI dengan membentuk Forum Demokrasi,
organisasi terdiri dari 45 intelektual dari berbagai komunitas religius dan sosial. Pada
Maret 1992, Gus Dur berencana mengadakan Musyawarah Besar untuk merayakan
ulang tahun NU ke-66 dan merencanakan acara itu dihadiri paling sedikit satu juta
anggota NU.
Ketika musyawarah
Advertisement
nasional diadakan, tempat pemilihan dijaga ketat ABRI, selain usaha menyuap
anggota NU untuk tidak memilihnya. Namun, Gus Dur tetap terpilih sebagai ketua
NU priode berikutnya. Selama masa ini, Gus Dur memulai aliansi politik dengan
Megawati Soekarnoputri dari Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Megawati yang
popularitasnya tinggi berencana tetap menekan Soeharto. Gus Dur menasehati
Megawati untuk berhati-hati, tapi Megawati mengacuhkannya sampai dia harus
membayar mahal ketika pada Juli 1996 markasnya diambilalih pendukung Ketua PDI
dukungan pemerintah, Soerjadi.
Pada November 1996, Gus Dur dan Soeharto bertemu pertama kalinya sejak
pemilihan kembali Gus Dur sebagai ketua NU. Desember tahun itu juga dia bertemu
dengan Amien Rais, anggota ICMI yang kritis terhadap kebijakan-kebijakan
pemerintah. Juli 1997 merupakan awal krisis moneter dimana Soeharto mulai
kehilangan kendali atas situasi itu. Gus Dur didorong melakukan gerakan reformasi
dengan Megawati dan Amien, namun terkena stroke pada Januari 1998. Pada 19 Mei
1998, Gus Dur, bersama delapan pemimpin komunitas Muslim, dipanggil Soeharto
yang memberikan konsep Komite Reformasi usulannya. Gus Dur dan delapan orang
itu menolak bergabung dengan Komite Reformasi.
Amien, yang merupakan oposisi Soeharto paling kritis saat itu, tidak menyukai
pandangan moderat Gus Dur terhadap Soeharto. Namun, Soeharto kemudian
mundur pada 21 Mei 1998. Wakil Presiden Habibie menjadi presiden menggantikan
Soeharto. Salah satu dampak jatuhnya Soeharto adalah lahirnya partai politik baru,
dan pada Juni 1998, komunitas NU meminta Gus Dur membentuk partai politik baru.
Baru pada Juli 1998 Gus Dur menanggapi ide itu karena mendirikan partai politik
adalah satu-satunya cara untuk melawan Golkar dalam pemilihan umum. Partai itu
adalah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Pada 7 Februari 1999, PKB resmi
menyatakan Gus Dur sebagai kandidat presidennya.
Pemilu April 1999, PKB memenangkan 12% suara dengan PDIP memenangkan 33%
suara. Pada 20 Oktober 1999, MPR kembali mulai memilih presiden baru.
Abdurrahman Wahid terpilih sebagai Presiden Indonesia ke-4 dengan 373 suara,
sedangkan Megawati hanya 313 suara. Semasa pemerintahannya, Gus Dur
membubarkan Departemen Penerangan dan Departemen Sosial serta menjadi
pemimpin pertama yang memberikan Aceh referendum untuk menentukan otonomi
dan bukan kemerdekaan seperti di Timor Timur. Pada 30 Desember 1999, Gus Dur
mengunjungi Jayapura dan berhasil meyakinkan pemimpin-pemimpin Papua bahwa
ia mendorong penggunaan nama Papua.
Pada Maret 2000, pemerintahan Gus Dur mulai bernegosiasi dengan Gerakan Aceh
Merdeka (GAM). Dua bulan kemudian, pemerintah menandatangani nota
kesepahaman dengan GAM. Gus Dur juga mengusulkan agar TAP MPRS No.
XXIX/MPR/1966 yang melarang Marxisme-Leninisme dicabut. Ia juga berusaha
membuka hubungan diplomatik dengan Israel, sementara dia juga menjadi tokoh
pertama yang mereformasi militer dan mengeluarkan militer dari ruang sosial-politik.
Muncul dua skandal pada tahun 2000, yaitu skandal Buloggate dan Bruneigate, yang
kemudian menjatuhkannya.
Pada Januari 2001, Gus Dur mengumumkan bahwa Tahun Baru Cina (Imlek) menjadi
hari libur opsional. Tindakan ini diikuti dengan pencabutan larangan penggunaan
huruf Tionghoa. Pada 23 Juli 2001, MPR secara resmi memakzulkan Gus Dur dan
menggantikannya dengan Megawati Soekarnoputri. Pada Pemilu April 2004, PKB
memperoleh 10.6% suara dan memilih Wahid sebagai calon presiden. Namun, Gus
Dur gagal melewati pemeriksaan medis dan KPU menolak memasukannya sebagai
kandidat. Gus Dur lalu mendukung Solahuddin yang merupakan pasangan Wiranto.
Pada 5 Juli 2004, Wiranto dan Solahuddin kalah dalam pemilu. Di Pilpres putaran dua
antara pasangan Yudhoyono-Kalla dengan Megawati-Muzadi, Gus Dur golput.
Agustus 2005, Gus Dur, dalam Koalisi Nusantara Bangkit Bersatu bersama Try
Sutrisno, Wiranto, Akbar Tanjung dan Megawati mengkritik kebijakan pemerintahan
Susilo Bambang Yudhoyono, terutama dalam soal pencabutan subsidi BBM.
Kehidupan pribadi
Gus Dur menikah dengan Sinta Nuriyah dan dikaruniai empat orang anak: Alissa
Qotrunnada, Zanubba Ariffah Chafsoh (Yenny), Anita Hayatunnufus, dan Inayah
Wulandari. Yenny aktif berpolitik di PKB dan saat ini adalah Direktur The Wahid
Institute.
Gus Dur wafat, hari Rabu, 30 Desember 2009, di Rumah Sakit Cipto Mangunkosumo,
Jakarta, pukul 18.45 akibat berbagai komplikasi penyakit, diantarnya jantung dan
gangguan ginjal yang dideritanya sejak lama. Sebelum wafat dia harus menjalani
cuci darah rutin. Seminggu sebelum dipindahkan ke Jakarta ia sempat dirawat di
Surabaya usai mengadakan perjalanan di Jawa Timur.
Penghargaan Gusdur
Pada 1993, Gus Dur menerima Ramon Magsaysay Award, penghargaan cukup
prestisius untuk kategori kepemimpinan sosial. Dia ditahbiskan sebagai "Bapak
Tionghoa" oleh beberapa tokoh Tionghoa Semarang di Kelenteng Tay Kak Sie, Gang
Lombok, pada 10 Maret 2004. Pada 11 Agustus 2006, Gadis Arivia dan Gus Dur
mendapatkan Tasrif Award-AJI sebagai Pejuang Kebebasan Pers 2006. Gus Dur dan
Gadis dinilai memiliki semangat, visi, dan komitmen dalam memperjuangkan
kebebasan berekpresi, persamaan hak, semangat keberagaman, dan demokrasi di
Indonesia.
Gus Dur memperoleh banyak gelar Doktor Kehormatan (Doktor Honoris Causa) dari
berbagai lebaga pendidikan, yaitu:
1200 (perkiraan)
Lahir c. 780
Meninggal c. 850
Suku Persia[1][2][3]
a India
Agama Islam
Buku pertamanya, al-Jabar, adalah buku pertama yang membahas solusi sistematik dari linear
dan notasi kuadrat. Sehingga ia disebut sebagai Bapak Aljabar. Al-Khwrizm juga berperan
penting dalam memperkenalkan angka Arab melalui karya Kitb al-Jama wa-l-tafrq bi- isb al-
Hind yang kelak diadopsi sebagai angka standar yang dipakai di berbagai bahasa serta
kemudian diperkenalkan sebagai Sistem Penomoran Posisi Desimal di dunia Barat pada abad
ke 12. Ia merevisi dan menyesuaikan Geografi Ptolemeussebaik mengerjakan tulisan-tulisan
tentang astronomi dan astrologi.
Kontribusinya tak hanya berdampak besar pada matematika, tapi juga dalam kebahasaan. Kata
"aljabar" berasal dari kata al-Jabr, satu dari dua operasi dalam matematika untuk menyelesaikan
notasi kuadrat, yang tercantum dalam bukunya. Kata algorisme dan algoritma diambil dari
kata algorismi, Latinisasi dari namanya. Namanya juga di serap dalam bahasa
Spanyol,guarismo, dan dalam bahasa Portugis, algarismo bermakna digit.
Daftar isi
[sembunyikan]
1Biografi
2Karya
o 2.1Kitab I: Aljabar
o 2.4Buku 4: Astronomi
o 2.5Buku 5: Kalender Yahudi
o 2.6Karya lainnya
3Lihat pula
4Pranala luar
Sebutan lain untuknya diberikan oleh al-abar, "al-Majs," i
Dalam Kitb al-Fihrist Ibnu al-Nadim, kita temukan sejarah singkatnya, bersama dengan karya-
karya tulisnya. Al-Khawarizmi menekuni hampir seluruh pekerjaannya antara 813-833.
setelah Islam masuk ke Persia, Baghdad menjadi pusat ilmu dan perdagangan, dan banyak
pedagang dan ilmuwan dari Cina dan India berkelana ke kota ini, yang juga dia lakukan. Dia
bekerja di Baghdad pada Sekolah Kehormatan yang didirikan oleh Khalifah Bani Abbasiyah Al-
Ma'mun, tempat ia belajar ilmu alam dan matematika, termasuk mempelajari terjemahan
manuskrip Sanskerta dan Yunani.
Pada bukunya, Kalkulasi dengan angka Hindu, yang ditulis tahun 825, memprinsipkan
kemampuan difusi angka India ke dalam perangkaan timur tengah dan kemudian Eropa.
Bukunya diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, Algoritmi de numero Indorum, menunjukkan kata
algoritmi menjadi bahasa Latin.
Beberapa kontribusinya berdasar pada Astronomi Persia dan Babilonia, angka India, dan
sumber-sumber Yunani.
Sistemasi dan koreksinya terhadap data Ptolemeus pada geografi adalah sebuah penghargaan
untuk Afrika dan Timur Tengah. Buku besarnya yang lain, Kitab surat al-ard ("Pemandangan
Bumi";diterjemahkan oleh Geography), yang memperlihatkan koordinat dan lokasi dasar yang
diketahui dunia, dengan berani mengevaluasi nilai panjang dari LautMediterania dan lokasi kota-
kota di Asia dan Afrika yang sebelumnya diberikan oleh Ptolemeus.
Ia kemudian mengepalai konstruksi peta dunia untuk Khalifah Al-Mamun dan berpartisipasi
dalam proyek menentukan tata letak di Bumi, bersama dengan 70 ahli geografi lain untuk
membuat peta yang kemudian disebut ketahuilah dunia. Ketika hasil kerjanya disalin dan
ditransfer ke Eropa dan Bahasa Latin, menimbulkan dampak yang hebat pada kemajuan
matematika dasar di Eropa. Ia juga menulis tentang astrolab dan sundial.
Dalam kitab tersebut diberikan penyelesaian persamaan linear dan kuadrat dengan
menyederhanakan persamaan menjadi salah satu dari enam bentuk standar (di
sini b dan c adalah bilangan bulat positif)
dengan membagi koefisien dari kuadrat dan menggunakan dua operasi: al-jabr ( )
atau pemulian atau pelengkapan) dan al-muqbala (penyetimbangan). Al-jabr adalah proses
memindahkan unit negatif, akar dan kuadrat dari notasi dengan menggunakan nilai yang sama di
kedua sisi. Contohnya, x2 = 40x - 4x2 disederhanakan menjadi 5x2 = 40x. Al-muqbala adalah
proses memberikan kuantitas dari tipe yang sama ke sisi notasi.
Contohnya, x2 + 14 = x + 5 disederhanakan ke x2 +9 = x.
Beberapa pengarang telah menerbitkan tulisan dengan nama Kitb al-abr wa-l-muqbala,
termasuk Ab Hanfa al-Dnawar, Ab Kmil (Rasla fi al-abr wa-al-muqbala), Ab
Muhammad al-Adl, Ab Ysuf al-Miss s, Ibnu Turk, Sind bin Al, Sahl bin Bir, dan arafaddn
al-Ts.
Buku lain dari al-Khawrizm adalah tentang aritmetika, yang bertahan dalam Bahasa Latin, tapi
hilang dari Bahasa Arabyang aslinya. Translasi dilakukan pada abad ke-12 oleh Adelard of Bath,
yang juga menerjemahkan tabel astronomi pada1126.
Pada manuskrip Latin,biasanya tak bernama,tetapi umumnya dimulai dengan kata: Dixit
algorizmi ("Seperti kata al-Khawrizm"), atau Algoritmi de numero Indorum ("al-Kahwrizm
pada angka kesenian Hindu"), sebuah nama baru di berikan pada hasil kerjanya
oleh Baldassarre Boncompagni pada 1857. Kitab aslinya mungkin bernama Kitb al-Jama wa-
l-tafrq bi-isb al-Hind ("Buku Penjumlaan dan Pengurangan berdasarkan Kalkulasi Hindu").
Buku ini dimulai dengan daftar bujur dan lintang, termasuk Zona Cuaca, yang menulis
pengaruh lintang dan bujur terhadap cuaca. Oleh Paul Gallez, dikatakan bahwa ini sangat
bermanfaat untuk menentukan posisi kita dalam kondisi yang buruk untuk membuat pendekatan
praktis. Baik dalam salinan Arab maupun Latin, tak ada yang tertinggal dari buku ini. Oleh
karena itu, Hubert Daunicht merekonstruksi kembali peta tersebut dari daftar koordinat. Ia
berusaha mencari pendekatan yang mirip dengan peta tersebut.
Buku Zj al-sindind (Arab: " tabel astronomi) adalah karya yang terdiri dari 37 simbol pada
kalkulasi kalenderastronomi dan 116 tabel dengan kalenderial, astronomial dan data astrologial
sebaik data yang diakui sekarang.
Versi aslinya dalam Bahasa Arab (ditulis 820) hilang, tapi versi lain oleh
astronomor Spanyol Maslama al-Majrt (1000) tetap bertahan dalam bahasa Latin, yang
diterjemahkan oleh Adelard of Bath (26 Januari 1126). Empat manuskrip lainnya dalam bahasa
Latin tetap ada di Bibliothque publique (Chartres), the Bibliothque Mazarine (Paris), the
Bibliotheca Nacional (Madrid) dan the Bodleian Library (Oxford).
Al-Khawrizm juga menulis tentang Penanggalan Yahudi (Risla fi istikrj tark al-
yad "Petunjuk Penanggalan Yaudi"). Yang menerangkan 19-tahun siklus interkalasi, hukum
yang mengatur pada hari apa dari suatu minggu bulanTishr dimulai; memperhitungkan interval
antara Era Yahudi(penciptaan Adam) dan era Seleucid ; dan memberikan hukum tentang
bujur matahari dan bulan menggunakan Kalender Yahudi. Sama dengan yang ditemukan oleh al-
Brn danMaimonides.
Beberapa manuskrip Arab di Berlin, Istanbul, Tashkent, Kairo dan Paris berisi pendekatan
material yang berkemungkinan berasal dari al-Khawarizm. Manuskrip di Istanbul berisi tentang
sundial, yang disebut dalam Fihirst. Karya lain, seperti determinasi arah Mekkah adalah salah
satu astronomi sferik.
Dua karya berisi tentang pagi (Marifat saat al-masriq f kull balad) dan determinasi azimut dari
tinggi (Marifat al-samt min qibal al-irtif).
Dia juga menulis 2 buku tentang penggunaan dan perakitan astrolab. Ibnu al-Nadim dalam Kitab
al-Fihrist (sebuah indeks dari bahasa Arab) juga menyebutkan Kitb ar-Ruma(t) (buku sundial)
dan Kitab al-Tarikh (buku sejarah) tapi 2 yang terakhir disebut telah hilang.
Razi
Era Era Pertengahan
bangsa
utama
mata
Ar-Razi juga diketahui sebagai ilmuwan serbabisa[1] dan dianggap sebagai salah satu ilmuwan
terbesar dalam Islam.
Daftar isi
[sembunyikan]
1Biografi
2Kontribusi
o 2.1Bidang Kedokteran
2.1.3Farmasi
2.1.4Etika kedokteran
3Referensi
4Pranala luar
Saat masih kecil, ar-Razi tertarik untuk menjadi penyanyi atau musisi tapi dia kemudian lebih
tertarik pada bidang alkemi. Pada umurnya yang ke-30, ar-Razi memutuskan untuk berhenti
menekuni bidang alkemi dikarenakan berbagai eksperimen yang menyebabkan matanya
menjadi cacat. Kemudian dia mencari dokter yang bisa menyembuhkan matanya, dan dari
sinilah ar-Razi mulai mempelajari ilmu kedokteran.
Dia belajar ilmu kedokteran dari Ali ibnu Sahal at-Tabari, seorang dokter dan filsuf yang lahir
di Merv. Dahulu, gurunya merupakan seorang Yahudi yang kemudian berpindah agama menjadi
Islam setelah mengambil sumpah untuk menjadi pegawai kerajaan dibawah kekuasaan khalifah
Abbasiyah, al-Mu'tashim.
Razi kembali ke kampung halamannya dan terkenal sebagai seorang dokter disana. Kemudian
dia menjadi kepala Rumah Sakit di Rayy pada masa kekuasaan Mansur ibnu Ishaq, penguasa
Samania. Ar-Razi juga menulis at-Tibb al-Mansur yang khusus dipersembahkan untuk Mansur
ibnu Ishaq. Beberapa tahun kemudian, ar-Razi pindah ke Baghdad pada masa kekuasaan al-
Muktafi dan menjadi kepala sebuah rumah sakit di Baghdad.
Setelah kematian Khalifan al-Muktafi pada tahun 907 Masehi, ar-Razi memutuskan untuk
kembali ke kota kelahirannya di Rayy, dimana dia mengumpulkan murid-muridnya. Dalam buku
Ibnu Nadim yang berjudul Firist, ar-Razi diberikan gelarSyaikh karena dia memiliki banyak
murid. Selain itu, ar-Razi dikenal sebagai dokter yang baik dan tidak membebani biaya pada
pasiennya saat berobat kepadanya.
Kontribusi[sunting | sunting sumber]
Sebagai seorang dokter utama di rumah sakit di Baghdad, ar-Razi merupakan orang pertama
yang membuat penjelasan seputar penyakit cacar:
"Cacar terjadi ketika darah 'mendidih' dan terinfeksi, dimana kemudian hal ini akan
mengakibatkan keluarnya uap. Kemudian darah muda (yang kelihatan seperti ekstrak
basah di kulit) berubah menjadi darah yang makin banyak dan warnanya seperti anggur
yang matang. Pada tahap ini, cacar diperlihatkan dalam bentuk gelembung
pada minuman anggur. Penyakit ini dapat terjadi tidak hanya pada masa kanak-kanak,
tapi juga masa dewasa. Cara terbaik untuk menghindari penyakit ini adalah mencegah
kontak dengan penyakit ini, karena kemungkinan wabah cacar bisa menjadiepidemi."
Diagnosa ini kemudian dipuji oleh Ensiklopedia Britanika (1911) yang menulis: "Pernyataan
pertama yang paling akurat dan tepercaya tentang adanya wabah ditemukan pada karya
dokter Persia pada abad ke-9 yaitu Rhazes, dimana dia menjelaskan gejalanya secara jelas,
patologi penyakit yang dijelaskan dengan perumpamaan fermentasi anggur dan cara
mencegah wabah tersebut."
Buku ar-Razi yaitu Al-Judari wal-Hasba (Cacar dan Campak) adalah buku pertama yang
membahas tentang cacar dan campak sebagai dua wabah yang berbeda. Buku ini kemudian
diterjemahkan belasan kali ke dalam Latin dan bahasa Eropa lainnya. Cara penjelasan yang
tidak dogmatis dan kepatuhan pada prinsip Hippokrates dalam pengamatan klinis
memperlihatkan cara berpikir ar-Razi dalam buku ini.
Berikut ini adalah penjelasan lanjutan ar-Razi: "Kemunculan cacar ditandai oleh demam
yang berkelanjutan, rasa sakit pada punggung, gatal pada hidung dan mimpi yang buruk
ketika tidur. Penyakit menjadi semakin parah ketika semua gejala tersebut bergabung dan
gatal terasa di semua bagian tubuh. Bintik-bintik di muka mulai bermunculan dan terjadi
perubahan warna merah pada muka dan kantung mata. Salah satu gejala lainnya adalah
perasaan berat pada seluruh tubuh dan sakit pada tenggorokan."
Razi diketahui sebagai seorang ilmuwan yang menemukan penyakit "alergi asma", dan
ilmuwan pertama yang menulis tentang alergi dan imunologi. Pada salah satu tulisannya, dia
menjelaskan timbulnya penyakit rhintis setelah menciumbunga mawar pada musim panas.
Razi juga merupakan ilmuwan pertama yang menjelaskan demam sebagai mekanisme
tubuh untuk melindungi diri.
Pada bidang farmasi, ar-Razi juga berkontribusi membuat peralatan seperti tabung, spatula
dan mortar. Ar-razi juga mengembangkan obat-obatan yang berasal dari merkuri.
Etika kedokteran[sunting | sunting sumber]
Ar-Razi juga mengemukakan pendapatnya dalam bidang etika kedokteran. Salah satunya
adalah ketika dia mengritik dokter jalanan palsu dan tukang obat yang berkeliling di kota dan
desa untuk menjual ramuan. Pada saat yang sama dia juga menyatakan bahwa dokter tidak
mungkin mengetahui jawaban atas segala penyakit dan tidak mungkin bisa menyembuhkan
semua penyakit, yang secara manusiawi sangatlah tidak mungkin. Tapi untuk meningkatkan
mutu seorang dokter, ar-Razi menyarankan para dokter untuk tetap belajar dan terus
mencari informasi baru. Dia juga membuat perbedaan antara penyakit yang bisa
disembuhkan dan yang tidak bisa disembuhkan. Ar-Razi kemudian menyatakan bahwa
seorang dokter tidak bisa disalahkan karena tidak bisa menyembuhkan penyakit kanker dan
kusta yang sangat berat. Sebagai tambahan, ar-Razi menyatakan bahwa dia merasa
kasihan pada dokter yang bekerja di kerajaan, karena biasanya anggota kerajaan suka tidak
mematuhi perintah sang dokter.
Ar-Razi juga mengatakan bahwa tujuan menjadi dokter adalah untuk berbuat baik, bahkan
sekalipun kepada musuh dan juga bermanfaat untuk masyarakat sekitar.[2]
Berikut ini adalah karya ar-Razi pada bidang kedokteran yang dituliskan dalam buku:
2. ^ Islamic Science, the Scholar and Ethics, Foundation for Science Technology and
Civilisation.
http://www.levity.com/alchemy/islam15.html
http://www.payvand.com/news/02/aug/1087.html
http://umcc.ais.org/~maftab/ip/hmp/XII-TwentyTwo.pdf
Google Books: "Doubt: A History" p. 229
[sembunyikan]
Al-Harits bin Kaldah dan anaknya Abu Hafsa Yazid Bukhtishu Masa
Abad ke-7
Tamimi Rufaida Al-Aslamia
Qusta bin Luqa Abu ul-Ala Shirazi Abul Hasan al-Tabari Al-Natili Qumri
Abad ke-10bin Abbas al-Majusi Abu Sahl 'Isa bin Yahya al-Masihi Muvaffak Muham
Dokter
Zahrawi Ibnu al-Jazzar Al-Kakar Ibn Abi al-Ashath Ibnu al-Batriq Ibra
Abu Ubaid Juzjani Alhazen Ali bin Ridwan Avicenna Ephraim bin al-Za'f
Abad ke-11
Butlan Ibnu al-Kattani Ibnu Jazla Masawaih al-Mardini Yusuf al-Ilaqi Ibn
Abu al-Bayan bin al-Mudawwar Ahmad bin Farrokh Ismail Gorgani Ibnu Hu
Abad ke-12Younger Ibnu Zuhr Ya'qub bin Ishaq al-Israili Abu Jafar bin Harun dari Trujill
Abad ke-13Sa'ad al-Dawla Al-Shahrazuri Rashidun al-Suri Amin al-Din Rashid al-Din V
Fadl Al-Dakhwar Ibnu Abi Usaibia Joseph ben Judah dari Ceuta Abd al-La
Abad ke-14Sijzi Najm al-Din Mahmud bin Ilyas al-Shirazi Nakhshabi Sadid al-Din al-Ka
Abad ke-16Hakim-e-Gilani Abul Qasim bin Mohammed al-Ghassani Taqi al-Din Muhamm
Konsep
Psikologi Oftalmologi
Karya The Canon of Medicine Anatomy Charts of the Arabs The Book of Healing Book of the Ten Treatises of the Eye
Pusat
Bimaristan Nur al-Din Bimaristan Al-'Adudi
Pengaruh
Kedokteran Yunani Kuno
Mempenga
Medical Renaissance
ruhi
Artikel bertopik biograf tokoh Islam ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat
membantu Wikipedia denganmengembangkannya.
Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi atau dikenali sebagai Rhazes di dunia barat
merupakan salah seorang pakar sains Iran yang hidup antara tahun 864 - 930. Ia lahir di
Rayy, Teheran pada tahun 251 H./865 dan wafat pada tahun 313 H/925.
Ar-Razi sejak muda telah mempelajari filsafat, kimia, matematika dan kesastraan. Dalam
bidang kedokteran, ia berguru kepada Hunayn bin Ishaq di Baghdad. Sekembalinya ke
Teheran, ia dipercaya untuk memimpin sebuah rumah sakit di Rayy. Selanjutnya ia juga
memimpin Rumah Sakit Muqtadari di Baghdad.
Ar-Razi juga diketahui sebagai ilmuwan serbabisa dan dianggap sebagai salah satu
ilmuwan terbesar dalam sejarah.
Biografi
Ar-Razi lahir pada tanggal 28 Agustus 865 Hijirah dan meninggal pada tanggal 9 Oktober
925 Hijriah. Nama Razi-nya berasal dari nama kota Rayy. Kota tersebut terletak di lembah
selatan jajaran Dataran Tinggi Alborz yang berada di dekat Teheran, Iran. Di kota ini juga,
Ibnu Sina menyelesaikan hampir seluruh karyanya.
Saat masih kecil, ar-Razi tertarik untuk menjadi penyanyi atau musisi tapi dia kemudian
lebih tertarik pada bidang alkemi. Pada umurnya yang ke-30, ar-Razi memutuskan untuk
berhenti menekuni bidang alkemi dikarenakan berbagai eksperimen yang menyebabkan
matanya menjadi cacat. Kemudian dia mencari dokter yang bisa menyembuhkan
matanya, dan dari sinilah ar-Razi mulai mempelajari ilmu kedokteran.
Dia belajar ilmu kedokteran dari Ali ibnu Sahal at-Tabari, seorang dokter dan filsuf yang
lahir di Merv. Dahulu, gurunya merupakan seorang Yahudi yang kemudian berpindah
agama menjadi Islam setelah mengambil sumpah untuk menjadi pegawai kerajaan
dibawah kekuasaan khalifah Abbasiyah, al-Mu'tashim.
Razi kembali ke kampung halamannya dan terkenal sebagai seorang dokter disana.
Kemudian dia menjadi kepala Rumah Sakit di Rayy pada masa kekuasaan Mansur ibnu
Ishaq, penguasa Samania. Ar-Razi juga menulis at-Tibb al-Mansur yang khusus
dipersembahkan untuk Mansur ibnu Ishaq. Beberapa tahun kemudian, ar-Razi pindah ke
Baghdad pada masa kekuasaan al-Muktafi dan menjadi kepala sebuah rumah sakit di
Baghdad.
Setelah kematian Khalifan al-Muktafi pada tahun 907 Masehi, ar-Razi memutuskan untuk
kembali ke kota kelahirannya di Rayy, dimana dia mengumpulkan murid-muridnya.
Dalam buku Ibnu Nadim yang berjudul Fihrist, ar-Razi diberikan gelar Syaikh karena dia
memiliki banyak murid. Selain itu, ar-Razi dikenal sebagai dokter yang baik dan tidak
membebani biaya pada pasiennya saat berobat kepadanya.
Kontribusi
Bidang Kedokteran
Cacar dan campak
Sebagai seorang dokter utama di rumah sakit di Baghdad, ar-Razi merupakan orang
pertama yang membuat penjelasan seputar penyakit cacar:
"Cacar terjadi ketika darah 'mendidih' dan terinfeksi, dimana kemudian hal ini akan
mengakibatkan keluarnya uap. Kemudian darah muda (yang kelihatan seperti ekstrak
basah di kulit) berubah menjadi darah yang makin banyak dan warnanya seperti anggur
yang matang. Pada tahap ini, cacar diperlihatkan dalam bentuk gelembung pada
minuman anggur. Penyakit ini dapat terjadi tidak hanya pada masa kanak-kanak, tapi
juga masa dewasa. Cara terbaik untuk menghindari penyakit ini adalah mencegah kontak
dengan penyakit ini, karena kemungkinan wabah cacar bisa menjadi epidemi."
Diagnosa ini kemudian dipuji oleh Ensiklopedia Britanika (1911) yang menulis:
"Pernyataan pertama yang paling akurat dan tepercaya tentang adanya wabah
ditemukan pada karya dokter Persia pada abad ke-9 yaitu Rhazes, dimana dia
menjelaskan gejalanya secara jelas, patologi penyakit yang dijelaskan dengan
perumpamaan fermentasi anggur dan cara mencegah wabah tersebut."
Buku ar-Razi yaitu Al-Judari wal-Hasbah (Cacar dan Campak) adalah buku pertama yang
membahas tentang cacar dan campak sebagai dua wabah yang berbeda. Buku ini
kemudian diterjemahkan belasan kali ke dalam Latin dan bahasa Eropa lainnya. Cara
penjelasan yang tidak dogmatis dan kepatuhan pada prinsip Hippokrates dalam
pengamatan klinis memperlihatkan cara berpikir ar-Razi dalam buku ini.
Berikut ini adalah penjelasan lanjutan ar-Razi: "Kemunculan cacar ditandai oleh demam
yang berkelanjutan, rasa sakit pada punggung, gatal pada hidung dan mimpi yang buruk
ketika tidur. Penyakit menjadi semakin parah ketika semua gejala tersebut bergabung
dan gatal terasa di semua bagian tubuh. Bintik-bintik di muka mulai bermunculan dan
terjadi perubahan warna merah pada muka dan kantung mata. Salah satu gejala lainnya
adalah perasaan berat pada seluruh tubuh dan sakit pada tenggorokan."
Razi diketahui sebagai seorang ilmuwan yang menemukan penyakit "alergi asma", dan
ilmuwan pertama yang menulis tentang alergi dan imunologi. Pada salah satu tulisannya,
dia menjelaskan timbulnya penyakit rhintis setelah mencium bunga mawar pada musim
panas. Razi juga merupakan ilmuwan pertama yang menjelaskan demam sebagai
mekanisme tubuh untuk melindungi diri.
Farmasi
Pada bidang farmasi, ar-Razi juga berkontribusi membuat peralatan seperti tabung,
spatula dan mortar. Ar-razi juga mengembangkan obat-obatan yang berasal dari merkuri.
Etika kedokteran
Ar-Razi juga mengemukakan pendapatnya dalam bidang etika kedokteran. Salah satunya
adalah ketika dia mengritik dokter jalanan palsu dan tukang obat yang berkeliling di kota
dan desa untuk menjual ramuan. Pada saat yang sama dia juga menyatakan bahwa
dokter tidak mungkin mengetahui jawaban atas segala penyakit dan tidak mungkin bisa
menyembuhkan semua penyakit, yang secara manusiawi sangatlah tidak mungkin. Tapi
untuk meningkatkan mutu seorang dokter, ar-Razi menyarankan para dokter untuk tetap
belajar dan terus mencari informasi baru. Dia juga membuat perbedaan antara penyakit
yang bisa disembuhkan dan yang tidak bisa disembuhkan. Ar-Razi kemudian menyatakan
bahwa seorang dokter tidak bisa disalahkan karena tidak bisa menyembuhkan penyakit
kanker dan kusta yang sangat berat. Sebagai tambahan, ar-Razi menyatakan bahwa dia
merasa kasihan pada dokter yang bekerja di kerajaan, karena biasanya anggota kerajaan
suka tidak mematuhi perintah sang dokter.
Ar-Razi juga mengatakan bahwa tujuan menjadi dokter adalah untuk berbuat baik,
bahkan sekalipun kepada musuh dan juga bermanfaat untuk masyarakat sekitar.
Berikut ini adalah karya ar-Razi pada bidang kedokteran yang dituliskan dalam buku: