Anda di halaman 1dari 5

Abu Ali Muhammad bin al-Hasan bin Al Haytham al-Basri Al-Misri.

Beliau lebih dikenali


dengan nama samaran Ibnu Al Haytham. Di dunia Barat beliau telah dikenali dengan
beberapa nama seperti Alhazen, Avennathan, dan Avenetan, tetapi lebih terkenal dengan
panggilan sebagai Alhazen. Dilahirkan pada 354 H bersamaan dengan 965 M, di negeri
Basrah, Iraq. Beliau dibesarkan di bandar Basrah dan Baghdad, dua kota yang menjadi pusat
ilmu pengetahuan Abbasiyah pada masa itu.

Abu Ali Muhammad al-Hassan ibnu Al Haytham atau Ibnu Al Haytham (Basra, 965 - Kairo
1039), dikenal dalam kalangan cerdik pandai di Barat dengan nama Alhazen, adalah seorang
ilmuwan Islam yang ahli dalam bidang sains, falak, matematika, geometri, pengobatan, dan
filsafat. Ia banyak pula melakukan penyelidikan mengenai cahaya, dan telah memberikan
ilham kepada ahli sains barat seperti Boger, Bacon, dan Kepler dalam menciptakan
mikroskop serta teleskop.

Sejak kecil Ibnu Al Haytham yang berotak encer menempuh pendidikan di tanah
kelahirannya. Ia merintis kariernya sebagai pegawai pemerintah di Basrah. Namun ia ternyata
tak betah berlama-lama berkarir di dunia birokrasi. Ibnu Al Haytham yang lebih tertarik
untuk menimba ilmu akhirnya memutuskan untuk berhenti sebagai pegawai pemerintah.

Ibnu Haytham meneruskan pendidikannya di Mesir dan bekerja di bawah pemerintahan


khalifah al-Hakim (996 – 1020 M) dari daulah Fathimiyah. Ia pun mengunjungi Spanyol
untuk melengkapi beberapa karya ilmiahnya. Layaknya sarjana Islam lainnya, Ibnu Haytham
atau Alhazen tidak hanya menguasai fisika, ilmu optik, namun juga filsafat, matematika dan
obat – obatan atau farmakologi. Tidak kurang 200 karya ilmiah mengenai berbagai bidang itu
dihasilkan Ibnun Haytham sepanjang hidupnya.

Ibnu Al Haytham dibesarkan dalam keluarga yang akrab dengan dunia ilmu pengetahuan.
Kecintaan pada ilmu pengetahuan membawanya hijrah ke Mesir untuk melanjutkan
pendidikan di Universitas Al-Azhar. Ia pun lalu memilih merantau ke Ahwaz dan pusat
intelektual dunia saat itu, yakni kota Baghdad. Di kedua kota itu ia menimba beragam ilmu.
Ghirah keilmuannya yang tinggi membawanya terdampar hingga ke Mesir. Sebenarnya Ibnu
Al Haytham hijrah ke Kairo atas undangan Khalifah Fatimiyah ke-6 Abu Ali Mansur Tariqul
Hakim atau yang lebih dikenal dengan Al-hakiim bi Amirullah. Karena sudah tersohor
sebagai insinyur yang hebat, Kalifah meminta Ibnu Al Haytham untuk menanggulangi banjir
sungai Nil yang selalu terjadi. namun Ia mengalami kegagalan. Sebuah sumber menyebutkan
bahwa untuk menghindari hukuman berat dari al-Hakim ia kemudian berpura-pura sakit
ingatan, dan hanya dihukum penjara. Konon, di dalam penjara gelap yang disinar seberkas
sinar dari atas celah inilah ia mengamati berbagai fenomena optic.

Ibnu al-Haitsam nyatanya menghasilkan berbagai karya dalam bidang sains alam yang
sebagiannya masih bisa ditemukan hingga saat ini. Kecintaannya kepada ilmu telah
membawanya berhijrah ke Mesir. Selama di sana Ia melakukan beberapa penyelidikan
mengenai aliran Sungai Nil serta menyalin buku-buku mengenai matematika dan falak.

Al-Haitsam akhirnya dapat mengenyam pendidikan di Universitas al-Azhar yang didirikan


pada masa Kekhalifahan Fatimiyah. Setelah itu, secara otodidak, Ia mempelajari hingga
menguasai beragam disiplin ilmu seperti ilmu falak, matematika, geometri, pengobatan, fisika,
dan filsafat.
Ibnu Al-Haitsam telah banyak menulis buku-buku mengenai ilmu optik dan ilmu-ilmu lainnya.
Di antara buku, risalah dan makalahnya, hilang sebagaimana hilangnya peninggalan ilmu-ilmu
masa silam.Buku-buku yang masih tersisa di antaranya telah ditemukan di perpustakaan
Istambul dan London serta perpustakaan lainnya. Di antara karyanya yang masih bisa
diselamatkan dari kepunahan adalah kitabnya yang paling besar Al-Manazhir yang meliputi
teori-teori temuan jeniusnya di bidang ilmu sinar. Buku ini menjadi rujukan dasar di bidang
ilmu mata sampai abad ke-17 M sesudah diterjemahkan kedalam bahasa Latin. Kitab Al-
Manazhir merupakan penggerak di bidang ilmu mata.
1. Al-Manazhir—Opticae Theasaurus
Salah satu karya monumental Ibnu Al-Haitsam adalah Al-Manazhir (Bahasa Arab : Bayt Al-
Muzlim) yang diterjemahkan kedalam bahasa Latin dengan nama Opticae Theasaurus.
Sebagian besar isi dari buku ini menjelaskan tentang optik. Buku ini menjelaskan gambaran
penglihatan mata. Kitab al-Manazhir yang terbukti kebenarannya berdasarkan optik modern:

"Ia menjelaskan bahwa penglihatan merupakan hasil dari cahaya menembus mata dari benda,
dengan demikian merupakan bantahan terhadap kepercayaan kuno yang mengatakan bahwa
sinar penglihatan datang dari mata."

"Ia menunjukkan bahwa wilayah kornea mata adalah lengkung dan dekat dengan
conjunctiva/penghubung, tetapi kornea mata tidak bergabung dengan conjunctiva”.

''Ia menyatakan bahwa lensa adalah bagian dari mata yang pertama kali merasakan
penglihatan.''

''Ia berteori mengenai bagai mana foto dikirim melalui saraf optik ke otak dan membuat
perbedaan antara tubuh yang bercahaya dan yang tidak bercahaya.''

2. Camera Obscura,Cikal Bakal Kamera Modern


Ibnu Al-Haitsam berhasil menemukan prinsip kerja kamera yang dikenal dengan
nama Camera Obscura. Itulah salah satu karya al-Haitham yang paling monumental.
Penemuan yang sangat inspiratif itu berhasil dilakukan al-Haitham bersama Kamaluddin
al-Farisi. Keduanya berhasil meneliti dan merekam fenomena kamera obscura. Penemuan
itu berawal ketika keduanya mempelajari gerhana matahari. Untuk mempelajari fenomena
gerhana, Al-Haitham membuat lubang kecil pada dinding yang memungkinkan citra
matahari semi nyata diproyeksikan melalui permukaan datar.Kemudian Kamaluddin Al-
Farisi memperinci mekanisme dan cara kerja dari Camera Obscura tersebut dalam karya
Optik lainnya. Al-Farisi meneliti lebih lanjut bahwa semakin kecil lubang dalam dinding
maka proyeksi yang dihasilkan semakin tajam, ia menunjukkan juga bahwa hasil proyeksi
menjadi terbalik.

Camera obscura juga membuktikan bahwa cahaya merambat dalam garis lurus secara
eksperimen. Camera Obscura atau pinhole camera adalah sebuah bilik gelap (bayt al-
Mudhlim) yang salah satu dindingnya dilubangi. Panorama dari luar bilik diproyeksikan
melalui lubang tersebut ke salah satu dinding dalam bilik. Kemudian seseorang yang ada
di dalam bilik akan menggambar hasil proyeksi tadi dengan proporsi yang tepat. Dengan
perangkat Camera Obscura ini pulalah Ibn al-Haytham mengamati fenomenda gerhana
matajari dengan sangat mudah.

Anda mungkin juga menyukai