Anda di halaman 1dari 5

Apa yang pertama kali ada di pikiranmu ketika mendengar “Matematika”? Mungkin beragam.

Tapi, berdasarkan pengalaman bertemu dengan pelajar-pelajar di Indonesia, banyak yang


menganggap matematika adalah ilmu yang rumit, susah dimengerti, bahkan entah akan
berguna untuk apa.

Matematika selalu menjadi momok yang menakutkan bagi kebanyakan orang. Padahal,
secara prinsip matematika adalah sebuah metode dalam berpikir dan bernalar. Dengan
matematika, manusia dapat memutuskan suatu ide benar atau salah. Matematika juga
digambarkan sebagai pelajaran tentang pola, yang merupakan sejenis keteraturan, baik
dalam bentuk maupun ide. Dan pola, telah menjadi bagian penting dalam perkembangan
ilmu sains.

Kalau kita telisik dari zaman ke zaman, sepanjang sejarah peradaban manusia, matematika
selalu menjadi bagian penting dalam munculnya prinsip-prinsip sains baru. Mulai dari
teknologi komputer, astronomi, strategi perang, peralatan komunikasi, strategi permainan,
dan banyak lainnya selalu menggunakan matematika sebagai bagian dasar pembentukan
polanya.

Sebagai ilmu yang selalu menjadi momok menakutkan di kalangan pelajar, matematika
justru semakin menarik untuk dicari tahu asal usulnya, lalu bagaimana ia berperan dalam
peradaban manusia. Oleh karena itu, di artikel ini kita akan berkenalan dengan Bapak
Matematika Dunia, ilmuwan muslim penemu Aljabar dan angka 0, yaitu Al-Khawarizmi.

Al-Khawarizmi, memiliki nama lengkap Abu Abdullah Muhammad Ibn Musa Al-Khawarizmi. Ia
lahir di sebuah kota kecil bernama Khawarizm yang saat ini dikenal dengan nama Khiva,
Uzbekistan pada tahun 780 M. Namun, ilmuwan Barat dan Eropa lebih mengenal Al-
Khawarizmi dengan nama Algoritm, Algorismus, atau Algoritma.

Saat masih kecil, orang tua Khawarizmi membawanya pindah ke sebuah daerah di Selatan
kota Baghdad. Di Baghdad ini lah Al-Khawarizmi mulai semangat dalam menuntut ilmu.
Hingga pada saat ia remaja, tepatnya di masa khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M), Al-
Khawarizmi sudah diangkat menjadi anggota di Bayt Al-Hikmah yang disebut juga sebagai
wisma kearifan atau House of Wisdom di Kota Baghdad.

Bayt Al-Hikmah adalah lembaga penerjemahan, pusat penelitian ilmu pengetahuan, juga
sebagai perpustakaan besar yang didirikan oleh khalifah Harun Al-Rasyid. Tempat tersebut
menjadi ruang berkumpulnya para ilmuwan.
Setelah masa khalifah Al-Rasyid berakhir dan digantikan oleh khalifah Al-Makmun (813-833
M), Baghdad terus menjadi pusat perdagangan dan ilmu pengetahuan. Mewarisi kecintaan
pada ilmu pengetahuan, Khalifah Al-Makmun sadar bahwa ilmu pengetahuan adalah kunci
peradaban.

Sejak pertama kali diangkat menjadi anggota di Bayt Al-Hikmah, Al-Khawarizmi bekerja
sebagai ilmuwan. Di sana ia terus belajar banyak ilmu pengetahuan, terutama ilmu alam dan
ilmu matematika. Semasa hidupnya, Al-Khawarizmi terus mengabdi dalam bidang
pendidikan dan juga riset keilmuan. Hal itu membuatnya sangat terbuka pada sumber-
sumber ilmu pengetahuan dari manapun, baik itu Yunani, India, bahkan Romawi.

Kecintaan Al-Khawarizmi pada pengetahuan, mendorongnya untuk mempelajari bahasa


Sanskerta dan juga bahasa Yunani. Setelah mahir dan menguasai bahasa-bahasa itu, Al-
Khawarizmi kemudian mulai menerjemahkan beberapa buku. Seperti buku India berjudul
Siddhanta yang berisi ilmu astronomi, ia terjemahkan ke bahasa Arab. Kemudian buku berisi
ilmu geografi yang ditulis Ptolomeus, seorang ilmuwan Yunani, pun berhasil ia terjemahkan. 

Karena kemampuannya dalam menerjemahkan buku-buku tersebut, membuat pengetahuan


dan pemikiran Al-Khawarizmi dalam bidang sains semakin cemerlang. 

Keterbukaannya dalam mengadopsi ilmu-ilmu pengetahuan dari manapun, membuat


Khawarizmi melahirkan banyak karya. Nah, karya terbesarnya adalah Aljabar. Bukunya yang
berjudul Al-kitab al-mukhtasar fi hisab al-jabr wa'l-muqabala (The Compendious Book on
Calculation by Completion and Balancing), menjadi pondasi penting dalam aljabar di era
modern. Aljabar, juga menjadi materi yang banyak dipelajari di dunia sampai saat ini.

Karyanya ini tidak terlepas dari pemikiran ilmuwan Yunani yang bernama Diophantus.
Berangkat dari karya Diophantus tersebut, Al-Khawarizmi menemukan banyak permasalahan
dan kesalahan yang cukup sulit untuk dipahami. Dari situlah, Al-Khawarizmi mulai
memperbaiki dan menyempurnakan Aljabar. Ia mengembangkan tabel rincian trigonometri
yang memuat fungsi sinus, cosinus, tangen, kotangen, juga konsep diferensiasi. Karena
penemuannya itu, Al-Khawarizmi dinobatkan sebagai "Bapak Aljabar". Bahkan pemikir-
pemikir Barat pun mengakuinya.

Seperti menurut matematikawan Barat, Crandz dalam bukunya yang berjudul "The Social Al-
Khawarizmi Algebra". Crandz mengatakan bahwa Al-Khawarizmi lebih berhak menyandang
gelar "Bapak Aljabar" dibandingkan Diopanthus. Al-Khawarizmi juga menjadi orang pertama
yang mengajarkan Aljabar dalam bentuk elementer. Bukan cuma itu, ia juga dikenal sebagai
peletak rumus ilmu ukur dan penyusun daftar logaritma, dan hitungan desimal.  

Al-Khawarizmi juga yang telah mempopulerkan penggunaan angka 0. Ia adalah orang


pertama yang menjelaskan kegunaan angka-angka, termasuk angka 0. Nah, karyanya dalam
bidang aritmatika ini tertuang di dalam bukunya yang berjudul al-Jam’ wat-Tafriq bi-Hisab al-
Hind (The Book of Addition and Subtraction According to The Hindu Calculation). Di dalamnya,
Al-Khawarizmi menjelaskan tentang penjumlahan dan pengurangan berdasarkan kalkulasi
Hindu. 

Al-Khawarizmi mengenalkan penggunaan angka Hindu mulai dari 1 sampai 9, dan juga 0. Ia
juga membahas sejarah angka-angka. Nah, melalui buku-buku karya pemikiran Al-
Khawarizmi ini lah orang-orang Eropa belajar menggunakan angka 0 untuk memudahkannya
menghitung kelipatan 10, 100, 1000, begitu seterusnya.

Bukan hanya Aljabar, Khawarizmi juga mengenalkan konsep Algoritma, yang pengaruhnya
sangat besar bagi perkembangan teknologi hari ini. Algoritma adalah ilmu dalam bidang
matematika, yang mengajarkan tentang langkah-langkah logis dalam menyelesaikan
masalah yang disusun secara sistematis. Algoritma, juga jadi jantungnya ilmu informatika
komputer. 

Dari semua karyanya dalam bidang matematika, dan sangat berpengaruh bagi peradaban
umat manusia, Al-Khawarizmi pun dinobatkan sebagai "Bapak Matematika".

Begitulah kiranya gambaran tentang Bapak Matematika kita ini. Tentunya Al-Khawarizmi
dapat menelurkan karya-karya yang sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia, didasari
rasa ingin tahu, dan keterbukannya terhadap pemikiran-pemikiran asing. Selain itu,
kepemimpinan khalifah Harun Al-Rasyid sampai Al-Makmun yang mencintai ilmu
pengetahuan, membuat Al-Khawarizmi bisa terus mengembangkan pemikirannya. 

Jadi, kita bisa belajar banyak dari semangat dan kegigihan Al-Khawarizmi dalam
memperdalam pengetahuannya. Nah, apakah kamu adalah Al-Khawarizmi selanjutnya?
Teruslah belajar, dengan teknologi yang membuat waktu belajar menjadi lebih efektif, kamu
jadi bisa terus mengasah pengetahuan kamu. Yuk langganan ruangbelajar. Jadikan
mimpimu menjadi kenyataan.
Fun Fact

Anda mungkin juga menyukai