Anda di halaman 1dari 11

PERBANDINGAN METODE GAUSS-SEIDEL, METODE NEWTON RAPHSON

DAN METODE FAST DECOUPLED DALAM SOLUSI ALIRAN DAYA


Makalah Tugas Akhir

Disusun Oleh :
DWI SULISTIYONO
L2F 399 387

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Abstrak
Untuk menyelesaikan studi aliran daya dengan metode iterasi (numerik) telah banyak dikembangkan
dengan menggunakan komputer digital. Bermacam metode penyelesaian studi aliran daya telah semakin
banyak dikembangkan sejalan dengan makin berkembangnya konfigurasi jaringan sistem tenaga, baik
dalam perencanaan, pengembangan, maupun pengoperasian. Sampai saat ini beberapa metode yang
sering dipelajari adalah Metode Gauss Seidel, Metode Newton Rhapson, Metode Decoupled, dan Metode
Fast Decoupled. Masing-masing metode untuk analisa aliran daya mempunyai kekurangan dan
kelebihan satu sama lain.
Dalam Tugas Akhir ini penulis akan membandingkan keandalan antara metode Gauss-Seidel,
metode Newton Raphson, dan metode Fast Decoupled dalam menyelesaikan masalah aliran daya untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing metode. Dengan Menguasai ketiga metode
tersebut, setiap masalah aliran daya dapat diselesaikan dengan efektif, apabila mampu menentukan yang
mana diantara ketiga metode tersebut yang paling sesuai terhadap sistem yang dihadapi.
Hasil perhitungan ketiga metode dituangkan dalam perangkat lunak (program simulasi),
program komputer yang digunakan untuk simulasi adalah bahasa pemrograman MATLAB versi 5.3
sebagai Computing program (program perhitungan). Microsoft Excell 2000 sebagai server sekaligus
database dan Delphi versi 6 yang mengintegrasikan keduanya dalam suatu tampilan visual.

I. PENDAHULUAN metode untuk analisa aliran daya mempunyai


kekurangan dan kelebihan satu sama lain.
Latar Belakang Dalam Tugas Akhir ini penulis akan
Untuk menunjang bertambahnya membandingkan keandalan antara metode
permintaan energi listrik harus diimbangi Gauss-Seidel, metode Newton Raphson, dan
dengan peningkatan kualitas energi listrik yang metode Fast Decoupled dalam menyelesaikan
disalurkan. Dengan melakukan suatu analisa masalah aliran daya untuk mengetahui
terhadap sistem tenaga merupakan salah satu kelebihan dan kekurangan masing-masing
cara untuk meningkatkan kualitas energi listrik, metode.
dikarenakan analisa sistem tenaga mencakup
beberapa permasalahan utama dalam sistem 1.2. Tujuan
tenaga yaitu aliran beban, hubung singkat, Tujuan dari pembuatan Tugas Akhir ini,
stabilitas dan pengaman. Keempat masalah adalah untuk :
tersebut adalah faktor penting untuk 1. Untuk mengetahui akan kelebihan dan
meningkatkan kualitas energi listrik yang kekurangan antara metode Gauss-Seidel,
disalurkan. metode Newton Raphson, dan metode Fast
Untuk menyelesaikan studi aliran daya Decoupled sehingga bisa menentukan
dengan metode iterasi (numerik) telah banyak metode mana yang lebih baik dalam
dikembangkan dengan menggunakan komputer penyelesaian masalah analisa aliran daya.
digital. Bermacam metode penyelesaian studi 2. Membuat suatu perangkat lunak yang dapat
aliran daya telah semakin banyak membantu dalam menyelesaikan masalah
dikembangkan sejalan dengan makin perbandingan metode Gauss-Seidel,
berkembangnya konfigurasi jaringan sistem metode Newton Raphson, dan metode Fast
tenaga, baik dalam perencanaan, Decoupled agar mudah dalam
pengembangan, maupun pengoperasian. penganalisaan.
Sampai saat ini beberapa metode yang sering
dipelajari adalah Metode Gauss Seidel, Metode
Newton Rhapson, Metode Decoupled, dan
Metode Fast Decoupled. Masing-masing
1.3. Pembatasan Masalah dan arus pada bus I adalah :
Tugas Akhir ini memiliki pembatasan Pi  jQ i
masalah sebagai berikut : Ii = (2.2)
1. Dalam menguji kebenaran program Vi *
menggunakan data model sistem IEEE 5 Ii akan bertanda positif bila arus mengalir
bus 7 saluran, model sistem IEEE 14 bus 20 menuju ke bus i dan akan bertanda negatif bila
saluran dan model sistem IEEE 30 bus 41 arus mengalir keluar dari bus i.
saluran.
2. Representasi saluran transmisi hanya 2.4. Persamaan Aliran Daya Umum
menggunakan rangkaian pengganti nominal
. Dengan diperolehnya tegangan-tegangan
3. Analisa dilakukan terhadap salah satu fasa. pada tiap bus maka dapat dihitung besarnya
4. Kondisi sistem dianggap stabil (balance aliran daya antara bus-bus yang terhubung.
system). Besarnya arus yang mengalir dari bus i ke bus j
adalah :
II. DASAR TEORI y ij '
iij = (Vi – Vj) yij + Vi (2.3)
2.1. Representasi Komponen Sistem Tenaga 2
Dalam penganalisaan sistem tenaga listrik dimana : yij = admitansi kawat i – j
dibuat representasi permodelan terhadap yij’ = admitansi shunt kawat i – j
komponen-komponen sistem tenaga tersebut y ij '
seperti generator, transformator, gardu induk, Vi = kontribusi arus pada bus i oleh arus
saluran transmisi, kapasitor shunt, induktor dan 2
beban. Dengan menganggap bahwa sistem tiga shunt
fasa dalam keadaan seimbang, penyelesaian Dengan diketahuinya arus yang mengalir
rangkaian dapat dikerjakan dengan dari bus i ke bus j maka dapat dihitung besarnya
menggunakan rangkaian satu fasa. Diagram satu aliran daya yang mengalir dari bus i ke bus j.
garis ini dimaksudkan untuk memberikan Pij – j Qij = Vi * iij
gambaran yang ringkas dari suatu sistem tenaga y ij '
listrik. Pi – j Qi = Vi * . [(Vi – Vj) yij + Vi ]
2
y ij '
Jenis Bus dan Besaran-Besaran Pij – j Qij = Vi * (Vi – Vj) yij + Vi * Vi (2.4)
2
Untuk mendapatkan penyelesaian aliran Sedangkan aliran daya yang mengalir dari bus j
daya pada setiap simpul perlu diketahui 2 buah ke bus i adalah :
parameter, tergantung pada parameter- y ij '
parameter yang diketahui, maka setiap simpul di Pji – j Qji = Vj * (Vj – Vi) yij + Vj * Vj (2.5)
sistem diklasifikasikan dalam 3 kategori, yaitu : 2
1. Simpul beban (simpul atau bus PQ): Dengan menjumlahkan secara aljabar antara
Parameter yang diketahui adalah P dan Q, persamaan (2.4) dan persamaan (2.5) maka
parameter yang tidak diketahui adalah V didapat rugi-rugi pada saluran kawat transmisi i
dan . – j.
2. Simpul kontrol (generator bus atau simpul
PV): III. PENGGUNAAN METODE GAUSS-
Parameter yang diketahui adalah P dan V, SEIDEL, METODE NEWTON
sedangkan parameter yang tidak diketahui RAPHSON, METODE FAST
adalah  dan Q. DECOUPLED DALAM STUDI
3. Simpul ayun (swing atau slack ALIRAN DAYA
bus/reference bus): 3.1. Metode Dasar Pemecahan Studi Aliran
Daya
Parameter yang diketahui adalah V dan ,
sedangkan parameter yang tidak diketahui Untuk menyelesaikan masalah aliran daya
telah digunakan berbagai metode, cara yang
adalah P dan Q.
paling sering digunakan sebagai salah satu
2.3. Persamaan Pembebanan Bus materi dasar studi aliran daya adalah dengan
membentuk matriks admitansi (Y) bus.
Daya nyata dan reaktif pada suatu bus i
Selanjutnya matriks tersebut dikerjakan dengan
mempunyai persamaan sebagai berikut :
iterasi Gauss, Gauss-Seidel, Newton Rhapson,
Pi – j Qi = V i * Ii (2.1)
Decoupled atau Fast Decoupled. Metode dasar Pi sch  jQisch (k )
yang akan dibahas dalam tugas akhir ini adalah
*( k )
  j i YijV j
metode Gauss-Seidel, Newton Rhapson, dan Vi
Decoupled. Vi ( k 1)  (3.5)
Yii
3.1.1. Metode Gauss-Seidel dan
 n

( k 1)  *( k ) ( k ) (k ) 
Vi
V1
Pi  Vi [Vi Yii   YijV j ]
yi1  j 1 
V2
 j i 
ji (3.6)
Ii
 n

( k 1)  *( k ) ( k ) (k ) 
yi2 Vn
Q i  Vi [Vi Yii   YijV j ]
 j 1 
 j i 
ji (3.7)
yin
yi0 Untuk generator bus (bus P-V) dimana
sch
Pi dan Vi adalah ditentukan, persamaan

(3.7) ditentukan untuk Qi( k 1) . Untuk


Gambar 3.1. Tipe bus pada sistem tenaga ( k 1)
mendapatkan Vi ditentukan dengan
Aplikasi hasil bus ini adalah menggunakan persamaan,
n n ( k 1) 2 2
( ei )  ( f i ( k 1) ) 2  Vi (3.8)
I i  Vi  y ij   y ijV j ji (3.1)
j0 j 1 atau
2
Daya nyata dan reaktif pada bus i adalah
ei( k 1)  Vi  ( f i ( k 1) ) 2 (3.9)
( k 1) ( k 1)
Pi  jQi  Vi I i* (3.2) dimana ei dan f i adalah komponen real
( k 1)
* P  jQi dan imajiner tegangan Vi pada iterasi
Ii  i , persamaan ini
Vi berikutnya. Kecepatan konvergensi dapat
dikonjugatekan menjadi, ditambahkan oleh aplikasi faktor ketelitian pada
iterasi berikutnya yaitu
P  jQ Vi ( k 1)  Vi ( k )   (Vical
(k )
 Vi ( k ) )
(3.10)
Ii  i * i (3.3) dimana
Vi  = faktor kecepatan.
mensubtitusikan persamaan (3.2) dengan Vcal = Tegangan yang dihitung (calculated)
persamaan (3.1) hasilnya,
n n
Pi  jQi ei( k 1)  ei( k )  (3.11)
 V i  ij y   yijV j j  i (3.4)
Vi* j 0 j 1 ( k 1) (k )
Dari hubungan diatas, hasilnya harus fi  fi  (3.12)
dipecahkan oleh teknik iterasi. Persamaan (3.4) Iterasi dilanjutkan sampai magnitude
dipecahkan untuk Vi. elemen dalam kolom P dan Q adalah lebih
Persamaan aliran daya biasanya ditulis
kecil dari nilai spesifik. Tipe daya tak sebanding
dalam istilah elemen matrik admitansi bus.
ketelitiannya adalah 0.001 pu.
Sejak itu elemen diagonal-off pada matrik
Ketika solusi konvergen, daya aktif dan
admitansi bus Ybus, ditunjukkan oleh persamaan
reaktif pada slack bus dihitung.
diatas, yaitu Yij   y ij , dan elemen diagonal
adalah Yii  y ij , persamaan menjadi,
3.1.2. Metode Newton Raphson Elemen – elemen matriks Jacobi dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan-
Dasar dari metode Newton Raphson dalam
persamaan daya nyata dan reaktif pada bus i
penyelesaian aliran daya adalah deret Taylor
dari persamaan (3.14) dan (3.15) yang
untuk suatu fungsi dengan dua variable lebih.
diturunkan sebagai berikut : (i = 1, 2, … , n-1)
Metode Newton Rhapson menyelesaikan
Elemen-elemen off-diagonal dari J1 adalah :
masalah aliran daya dengan menggunakan suatu
set persamaan non linier untuk menghitung
besarnya tegangan dan sudut fasa tegangan tiap Pi
  Vi V j Yij sin(δ j  δ i  θ ij ), j  i
bus. δ j
Daya injeksi pada bus i adalah : (3.17)
Elemen diagonal dari J1 adalah :
n
Pi – j Qi = Vi* Y V
j1
ij j
(3.13)
Pi n
  Vi VjYij sin(δ j  δ i  θ ij ) (3.18)
δ i j1
j i
Dalam hal ini dilakukan pemisahan daya nyata
dan daya reaktif pada bus i. Pemisahan ini akan Elemen off-diagonal dari J2 adalah :
menghasilkan suatu set persamaan simultan non
linear. Pi
 Vi Yij cos(δ j  δ i  θ ij ), j  i
Dalam koordinat kutub diketahui : V j
Vi  δ i = Vi e jδ i (3.19)
jδj Elemen diagonal dari J2 adalah :
Vj  δ j = Vj e
n

ij Pi
Yij   ij = Yij e  2 Vi Yii cos(θ ii )   Vj Yij cos(δ j  δ i  θ ij )
Karena e j(δj- δi+θij) = cos (δj- δi+θij) + j sin (δj-
 Vi j1
j i
δi+θij), maka pemisahan daya pada bus i
(3.20)
menjadi komponen real dan imajiner adalah :
Elemen off-diagonal dari J3 adalah :
n
Pi – j Qi = Vi  - δ i .  Y V 
ij j ij  δj=
j1
Q i
  Vi Vj Yij cos(δ j  δ i  θ ij ), j  i
n δ j
Vi e - jδ .  Y V (ej(δ -i +θij))
ij j j
(3.21)
j1
n
Elemen diagonal dari J3 adalah :
Pi = VVY
j1
i j ij cos(δ j  δ i  θ ij ) (3.14)
Q i n

n
  Vi Vj Yij cos(δ j  δ i  θ ij )
δ i j1
Qi = - VVYj1
i j ij sin(δ j  δ i  θ ij ) (3.15) j i
(3.22)
Nilai Pi dan Qi telah diketahui, tetapi nilai Vi Elemen-elemen off-diagonal dari J4 adalah :
dan δi tidak diketahui kecuali pada slack bus.
Kedua persamaan non linier tersebut dapat Pi
diuraikan menjadi suatu set persamaan simultan   Vi Yij sin(δ j  δ i  θ ij ), j  i
linier dengan cara menyatakan hubungan antara
V j
perubahan daya nyata ∆Pi dan daya reaktif ∆Q i (3.23)
terhadap perubahan magnitude tegangan ∆V i Elemen diagonal dari J4 adalah :
dan sudut fasa tegangan ∆δi.

n
∆Pi J1 J2 ∆δ Pi
 2 Vi Yii sin(θii )   Vj Yij sin(δ j  δi  θij )
 Vi j1
= ji
∆Qi J3 J4 ∆V
(3.24)
(3.16)
Elemen-elemen matriks Jacobi dihitung setiap
akan melakukan iterasi.
Perhitungan iterasi dimulai dengan ∆P J1 0 ∆δ
memberikan perkiraan magnitude tegangan dan =
sudut fasa tegangan mula-mula. Perubahan- ∆Q (3.27)
0 J4 ∆V
perubahan dalam daya nyata dan daya reaktif
yang telah dijadwalkan dikurangi dengan daya
nyata dan daya reaktif yang dihitung dari  P 
persamaan (3.17) sampai (3.24) P  J 1     (3.28)
  
∆Pik = Pi(terjadwal) - Pik  Q 
∆Qik = Qi(terjadwal) - Qik i = 1, 2, … , n-1 (3.25) Q  J 4  | V |   | V | (3.29)
Elemen-elemen matriks Jacobi  | V |
dihitung dengan menggunakan magnitude dipersamaan diatas dapat dilihat bahwa apabila
tegangan dan sudut fasa tegangan estimasi pada pembentukan daya aktif faktor yang
mula-mula. Dengan menggunakan metode menentukan adalah sudut tegangan jadi adanya
invers langsung maka persamaan linier (3.16) perubahan pada magnitude tegangan tidak
dapat dipecahkan untuk mendapatkan nilai-nilai mempengaruhi daya aktif. Kondisi sebaliknya
magnitude tegangan dan sudut fasa tegangan diperuntukkan pada persamaan pembentukan
estimasi yang baru pada tiap bus (kecuali slack daya reaktif yaitu perubahan kecil pada sudut
bus), sebagai berikut : fasa tidak akan menyebabkan perubahan yang
berarti pada daya reaktif.
    J 1 J 2   P  Elemen-elemen matriks Jacobi yang
       diturunkan dari persamaan (2.17) sampai (2.24)
 V   J 3 J 4   Q  adalah :
Proses iterasi kembali lagi ke proses Untuk J1 :
awal dan hal ini terus diulangi sampai ∆Pik dan Pi
∆Qik untuk semua bus (selain slack bus) H ij    Vi Vj Yij sin(δ j  δ i  θ ij )
memenuhi harga toleransi yang diberikan δ j
(biasanya diambil ≤ 0.001).
δik+1 = δik + ∆ δik
|Vi |k+1 = |V i |k + ∆ |Vi |k (3.26)   Vi Vj sin(δ j  δ i ) . Bij (3.30)
Jadi iterasi selesai bila,
∆ δik ≤ 0.001 Pi n
∆ |Vi |k ≤ 0.001 Hii   - Vi Vi Yii sin θii  Vi VjYij sin(δj  δi  θij )
δi j1
ji
3.1.3. Metode Fast Decoupled
Karakteristik yang menarik dari = - |Vi|2 . Bii - Qi (3.31)
pengoperasian sistem tenaga dalam kondisi dimana,
tunak adalah ketergantungan antara daya nyata Bij = Yij sin θij
dengan sudut fasa tegangan bus dan antara daya Bii = Yii sin θii
reaktif dengan magnitude tegangan bus. Dalam n

kondisi ini, adanya perubahan yang kecil pada Qi= VVY


j1
i j ij sin(δ j  δ i  θ ij ) dapat
magnitude tegangan tidak akan menyebabkan j i
perubahan yang berarti pada daya nyata.
dilihat dari persamaan (2.15)
Sedangkan perubahan kecil pada sudut tegangan
Untuk J2 :
fasa tidak akan menyebabkan perubahan berarti
Nij ≈ 0
pada daya reaktif.
Nii ≈ 0
Ini dapat dibuktikan pada pendekatan-
Untuk J3 :
pendekatan dilakukan untuk menyatakan
Jij ≈ 0
keterkaitan antara P dan δ serta antara Q dan V.
Jii ≈ 0
Dengan menggunakan bentuk koordinat kutub
Untuk J4 :
maka solusi permasalahan diperoleh yaitu
dengan cara mengasumsikan elemen-elemen Qi
Lij =   Vi VjYij sin(δ j  δi  θij )
sub matriks J2 dan J3 dalam matriks Jacobi  Vj
adalah nol.
4.1.1. Hasil Pengujian Sistem IEEE 5 BUS
7 SALURAN
  Vi Vj sin(δ j  δ i ) . Bij (3.32)
n
Qi
Lii   - ViViYii sinθii  ViVjYij sin(δj  δi  θij)
 Vi j1
ji

Q i
=  - Vi Vi Yii sin θ ii  Q i
 Vi
Q i
=  - Vi2 . B ii  Q i (3.33)
 Vi Gambar 4.1. Kurva Konvergensi Metode Gauss-
dimana, Seidel pada IEEE 5 Bus 7 Saluran
Bij = Yij sin θij
Bii = Yii sin θii
n
Qi= VVY
j1
i j ij sin(δ i  δ j  θ ij ) dapat
j i
dilihat dari persamaan (2.15)
Dalam bentuk matriks, lambang elemen matriks
Jacobi dikoreksi menjadi:

∆P H 0 ∆θ
= Gambar 4.2. Kurva Konvergensi Metode
(3.34)
∆Q 0 L ∆V Newton Raphson pada IEEE 5 Bus 7 Saluran

atau dalam format iterasi dapat kita tulis :


∆Pk = Hk . ∆δk+1 (3.35)
k k k+1
∆Q = L . ∆V (3.36)
Metode Decoupled ini mempunyai
konvergensi yang sama dengan metode Newton
Rhapson. Keuntungan yang dimiliki oleh
metode ini adalah penggunaan memori
komputer yang lebih kecil karena mengabaikan
sub matriks N dan J (atau J2 dan J3). Gambar 4.3. Kurva Konvergensi Metode Fast
Decoupled pada IEEE 5 Bus 7 Saluran
IV. PENGUJIAN
4.1. Teknik Pengujian 4.1.2. Hasil Perhitungan Magnitude
Tegangan dan Sudut Phasa Tegangan
Untuk menguji ketiga metode, penulis
menggunakan data standar IEEE 5 Bus 7 Tabel 4.1. Tegangan Hasil Iterasi Jaringan
Saluran, 14 Bus 20 Saluran dan 30 Bus 41 Standar IEEE 5 Bus 7 Saluran Dengan Metode
Saluran. Selanjutnya, kondisi konvergensi dan Gauss Seidel
hasil perhitungan yang lain dari metode Gauss- Bus Tegangan Tegangan
Seidel, metode Newton Raphson dan metode No. Mag. (pu) Sudut (o)
Fast Decoupled kemudian diamati. Proses 1 1.060 0.000
iterasi ditentukan oleh kriteria konvergensi , 2 1.000 -2.063
3 0.987 -4.639
dan dihentikan bila ketelitian dayanya  4 0.984 -4.960
,(=0.001). Juga membandingkan Rugi-rugi 5 0.972 -5.765
daya total yang dihasilkan ketiga metode.
Tabel 4.2. Tegangan Hasil Iterasi Jaringan 4.1.4. Total Daya Keluaran
Standar IEEE 5 Bus 7 Saluran Dengan Metode
Tabel 4.7. Total Daya Keluaran Metode Gauss-
Newton Raphson
Seidel
Bus Tegangan Tegangan
No. Mag. (pu) Sudut (o ) Model Jaringan Total Daya Total Daya
1 1.060 0.000 (MW) (MVAR)
2 1.000 -2.061 5 Bus 7 171.141 29.139
3 0.987 -4.637
4 0.984 -4.957 Saluran
5 0.972 -5.765
14 Bus 20 272.559 108.168
Saluran
Tabel 4.3. Tegangan Hasil Iterasi Jaringan
30 Bus 41 300.950 125.089
Standar IEEE 5 Bus 7 Saluran Dengan Metode Saluran
Fast Decoupled
Bus Tegangan Tegangan
No. Mag. (pu) Sudut (o ) Tabel 4.8. Total Daya Keluaran Metode
1 1.060 0.000 Newton Raphson
2 1.000 -2.061
3 0.987 -4.636 Model Jaringan Total Daya Total Daya
4 0.984 -4.957 (MW) (MVAR)
5 0.972 -5.765
5 Bus 7 171.114 29.208
4.1.3. Jumlah Iterasi dan Maximum Error Saluran
Tabel 4.4. Jumlah Iterasi dan Maximum Error 14 Bus 20 272.490 107.701
Metode Gauss-Seidel Saluran

Model Jaringan Iterasi Max. Error 30 Bus 41 300.998 125.144


Saluran
5 Bus 7 29 0.000513654
Saluran
Tabel 4.9. Total Daya Keluaran Metode Fast
14 Bus 20 195 0.00092276
Saluran Decoupled
30 Bus 41 34 0.000951884 Model Jaringan Total Daya Total Daya
Saluran (MW) (MVAR)
5 Bus 7 171.125 29.285

Tabel 4.5. Jumlah Iterasi dan Maximum Error Saluran


Metode Newton Raphson 14 Bus 20 272.428 107.889
Saluran
Model Jaringan Iterasi Max. Error
30 Bus 41 300.998 125.145
5 Bus 7 3 0.0000781261 Saluran
Saluran
14 Bus 20 9 0.000515237
Saluran 4.1.5. Total Rugi-rugi Daya
30 Bus 41 4 0.000000754898 Tabel 4.10 Total Rugi-rugi Daya Metode
Saluran Gauss-Seidel
Tabel 4.6. Jumlah Iterasi dan Maximum Error Model Jaringan Rugi Daya (MW) Rugi Daya
Metode Fast Decoupled (MVAR)

Model Jaringan Iterasi Max. Error 5 Bus 7 6.125 -10.768

5 Bus 7 8 0.000265769 Saluran

Saluran 14 Bus 20 13.604 26.975


Saluran
14 Bus 20 26 0.000868316
Saluran 30 Bus 41 17.594 22.233
Saluran
30 Bus 41 15 0.000919582
Saluran
Tabel 4.11. Total Rugi-rugi Daya Metode lebih banyak dibandingkan metode Newton
Newton Raphson Raphson. Pada metode Fast decoupled
iterasinya lebih banyak dibandingkan metode
Model Jaringan Rugi Daya (MW) Rugi Daya
(MVAR) Newton Raphson dikarenakan pada
pembentukan elemen matrik Jacobian pada
5 Bus 7 6.122 -10.777
metode Newton Raphson di persamaan
Saluran
 P   J 1 J 2    
14 Bus 20 13.737 26.707  Q    J 
J 4   V
 membutuhkan
Saluran    3 
30 Bus 41 17.599 22.244 waktu pemecahan matematik yang lama
Saluran dibandingkan pada persamaan
 P   J 1 0    
Tabel 4.12. Total Rugi-rugi Daya Metode Fast
 Q    0   dari metode Fast
J 4   V 
  
Decoupled Decoupled dikarenakan metode Fast Decoupled
Model Jaringan Rugi Daya (MW) Rugi Daya menghilangkan elemen matrik J2 dan J3
(MVAR) sehingga membutuhkan waktu pemecahan
5 Bus 7 6.122 -10.779 matematis lebih cepat. Mengakibatkan waktu
per iterasi metode Fast Decoupled lebih cepat
Saluran
dibanding metode Newton Raphson dan
14 Bus 20 13.628 26.856 otomatis menghasilkan jumlah iterasi yang
Saluran banyak. Untuk metode Newton Raphson dengan
30 Bus 41 17.598 22.245 metode Gauss-Seidel jumlah iterasi metode
Saluran Gauss-Seidel lebih banyak dikarenakan pada
pemecahan persamaan aljabar non linier pada
metode Newton Raphson menggunakan
4.2. Analisa kuadratis konvergen untuk proses iterasi ini
memberikan keuntungan untuk masalah
Pada hasil perhitungan magnitude tegangan
konvergensi. Metode Newton Raphson lebih
dan sudut phasa pada tabel diatas hasilnya pada
cepat konvergen dibanding metode Gauss-
metode Gauss-Seidel, metode Newton Raphson
Seidel masalahnya metode Gauss-Seidel tidak
dan Fast Decoupled hampir mendekati sama ini
menggunakan metode kuadratis konvergen.
membuktikan bahwa ketiga metode
ketelitiannya hampir sama. Selain itu semua Untuk toleransi simpangan daya
tegangan bus dan sudut phasa tegangan masih maksimum (maximum error) pada model
dalam batas variasi yang ditentukan yakni jaringan 5 Bus 7 saluran metode Gauss-Seidel
dibawah toleransi  5%. menghasilkan maximum error lebih besar
dibanding metode Newton Raphson dan Fast
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa
Decoupled yaitu 0.000513654 dan untuk
jumlah iterasi dari model jaringan 5 Bus 7
metode Newton Raphson menghasilkan
Saluran, 14 Bus 20 Saluran dan 30 Bus 41
0.0000781261 sedang metode Fast Decoupled
Saluran metode Gauss-Seidel lebih banyak
menghasilkan 0.000265769. Ini mebuktikan
dibanding metode Newton Raphson dan
bahwa ketelitian dari metode Newton Raphson
metode Fast Decoupled, ini membuktikan
dan Fast Decoupled lebih baik dari pada metode
bahwa metode Newton Raphson dan Fast
Gauss-Seidel. Untuk hasil dari model jaringan
Decoupled mempunyai kurva iterasi yang lebih
14 Bus 20 Saluran dan 30 Bus 41 Saluran
baik daripada metode Gauss-Seidel. Pada
hampir sama dengan model 5 Bus 7 Saluran
metode Gauss Seidel jumlah iterasi pada model
metode Newton Raphson lebih unggul
jaringan 14 Bus 20 saluran dan 30 Bus 41
dibandingkan metode Gauss-Seidel dan metode
saluran menghasilkan iterasi 195 dan 34 untuk
Fast Decoupled.
5 Bus 7 saluran menghasilkan 29, sehingga
Pada total daya ini hasil perhitungan yang
dapat dianalisa bahwa untuk metode Gauss-
diperoleh relatif hampir sama untuk daya aktif
Seidel ini lebih cocok untuk jaringan yang
dan daya reaktif, perbedaan mulai terjadi pada
sedikit busnya, sedangkan untuk metode
angka desimal ketiga. Perbedaan tersebut masih
Newton Raphson dan Fast Decoupled lebih
stabil untuk mencapai konvergen sehingga cukup kecil atau dibawah toleransi  5%,
sehingga dapat dinyatakan ketiga metode
cocok untuk bus yang sedikit maupun banyak.
menunjukkan ketelitian yang sama.
Untuk metode Fast Decoupled jumlah iterasinya
Untuk masalah rugi-rugi daya saluran pada menghilangkan elemen matrik J2 dan J3
ketiga metode hasilnya pada model jaringan 5 sehingga membutuhkan waktu
Bus 7 Saluran, 14 Bus 20 Saluran dan 30 Bus pemecahan matematik lebih cepat.
41 Saluran, rugi-ruginya hampir mendekati Mengakibatkan waktu per iterasi
sama. Melihat hasil perhitungan rugi-rugi daya metode Fast Decoupled lebih cepat
tersebut untuk ketiga metode hasilnya dibanding metode Newton Raphson.
mendekati sama berarti ketelitian untuk 5. Metode Newton Raphson lebih sesuai
perhitungan rugi-rugi daya hampir sama untuk menghitung aliran beban pada
ketelitiannya. sistem dengan jumlah yang besar, dan
kurang sesuai untuk sistem kecil,
V. PENUTUP sedang metode Gauss-Seidel bersifat
5.1. Kesimpulan sebaliknya.
Dari hasil pengujian simulasi dan analisa 6. Jadi metode yang paling baik adalah
terhadap data-data yang ada dapat penulis ambil metode Fast Decoupled dikarenakan
kesimpulan sebagai berikut : metode ini telah banyak
1. Jumlah iterasi untuk mencapai penyempurnaan dari metode-metode
konvergen, metode Gauss-Seidel (29 sebelumnya dan metode ini dapat
Iterasi untuk jaringan 5 Bus 7 Saluran) diterapkan pada jaringan sistem besar
lebih banyak dibandingkan metode maupun kecil dan cepat mencapai
Newton Raphson (3 Iterasi untuk konvergen.
jaringan 5 Bus 7 Saluran) dan metode
Fast Decoupled (8 Iterasi untuk 5.2. Saran
jaringan 5 Bus 7 Saluran). Ini 1. Penulis menyarankan adanya
membuktikan bahwa metode Newton pengembangan selanjutnya dari Tugas
Raphson dan metode Fast Decoupled Akhir ini untuk dibandingkan
mempunyai kurva iterasi yang lebih metodenya dengan metode-metode
baik daripada metode Gauss Seidel. lainnya sebagai perbandingan. Dan
2. Untuk masalah rugi-rugi daya saluran juga dapat dicoba diterapkan pada
pada ketiga metode hasilnya hampir model sistem jaringan bus yang besar
mendekati sama berarti ketelitian contohnya seperti model jaringan
untuk perhitungan rugi-rugi daya standar IEEE 57 bus 80 saluran.
hampir sama ketelitiannya. 2. Simulasi dalam Tugas Akhir ini masih
3. Operasi matematik metode Newton menggunakan asumsi umum studi
Raphson dan Fast Decoupled lebih aliran daya, yakni kondisi sistem
sulit bila dibandingkan dengan metode dianggap stabil (Balance System) untuk
Gauss-Seidel dikarenakan metode itu penulis menyarankan untuk
Newton Raphson dan Fast Decoupled mencoba menggunakan pula pada
ada pembentukan matrik Jacobian, kondisi tak stabil (Unbalanced
begitu pula dengan penyusunan System).
program komputernya, secara relatif
metode Newton Raphson dan Fast
Decoupled memerlukan waktu lebih
lama.
4. Untuk pembentukan elemen matrik
Jacobian pada metode Newton
Raphson di persamaan
 P   J 1 J 2    
 Q    J 
J 4   V
 membut
   3 
uhkan waktu pemecahan matematik
yang lama dibandingkan pada
persamaan
 P   J 1 0    
 Q    0  
J 4   V 
dari
  
metode Fast Decoupled dikarenakan
metode Fast Decoupled
DAFTAR PUSTAKA Jawa Tengah dan DIY”, Tugas
1. A. Arismunandar, DR, S. Kuwahara, Akhir, Jurusan Teknik Elektro
DR, “Teknik Tenaga Listrik Jilid Universitas Diponegoro, Semarang,
II”, PT Pradnya Paramita, Jakarta, 1990.
1993. 12. Lpk Budiman, “Borland Delphi 5.0”,
2. Abdul Kadir, “Dasar Pemrograman Penerbit Lpk Budiman, Semarang,
Delhpi 5.0 Jilid 1”, Penerbit Andi, 2000.
Yogyakarta, 2001. 13. Muhammad Iman Santoso,
3. Abdul Kadir, “Dasar Pemrograman “Penggunaan Fast Decoupled
Delhpi 5.0 Jilid 2”, Penerbit Andi, Metode Unicamp Sebagai Modifikasi
Yogyakarta, 2001. Metode Fast Decoupled Standar
4. Antony Pranata, “Pemrograman Dalam Studi Aliran Daya”, Tugas
Borland Delphi Edisi 2”, Penerbit Akhir, Jurusan Teknik Elektro
Andi, Yogyakarta, 1998. Universitas Diponegoro, Semarang,
5. Budiono Mismail, “Analisa Sistem 2003.
Tenaga”, Lembaga Penerbitan 14. P. S. R. Murty, “Power System
Universitas Brawijaya, Malang, 1983. Operation and Control”, Tata
6. Duane Hanselman, Bruce Littlefield, McGraw-Hill Publishing Company
“The Student Edition of MATLAB Limited, New Delhi, 1984.
Version 4”, The Math Works, Inc, 15. Pai M.A., “Computer Techniques in
Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Power System Analysis”, Tata
Jersey, 1995. McGraw-Hill Publishing Company
7. Duane Hanselman, Bruce Littlefield, Limited, New Delhi, 1980.
Terjemahan : Jozep Edyanto, 16. Seminar system Tenaga Elektrik I,
“MATLAB Bahasa Komputasi “Proceedings”, Institute Teknologi
Teknis”, Penerbit Andi, Yogyakarta, Bandung, Bandung, 2000.
2000. 17. Sulasno, Ir, “Analisa Sistem Tenaga
8. Hadi Saadat, ”Power System Listrik Edisi Kedua”, Badan Penerbit
Analysis”, McGraw-Hill Series In Universitas Diponegoro, Semarang,
Electrical and Computer Engineering, 2001.
1999. 18. T. S. Hutauruk, “Analisa Sistem
9. Ipung Punto Yuwono, “Aplikasi Tenaga Listrik Jilid I”, Diklat
Program dengan Turbo Pascal 5.5”, Kuliah, Fakultas Teknik Industri, ITB,
Penerbit PT Elex Media Komputindo Bandung, 1985.
Kelompok Gramedia, Jakarta, 1991. 19. T. S. Hutauruk, “Transmisi Daya
10. John Matcho & David R. Faulkner, Listrik”, Penerbit Erlangga, Jakarta,
Terjemahkan : Henry Ardian, 1990.
“Panduan Penggunaan Delphi”, 20. Turan Gonen, “Modern Power
Penerbit Andi, Yogyakarta, 1997. System Analysis”, John Wiley and
11. Larjiono, “Studi Banding Metoda Sons Inc, 1988.
Gauss – Seidel (Y bus) dengan 21. William D. Stevenson, Jr, Alih Bahasa
Metoda Newton – Raphson (Ybus) : Ir. Kamal Idris, “Analisa Sistem
Untuk Menghitung Aliran beban Tenaga Listrik”, Penerbit Erlangga,
Sistem Tenaga Listrik 150 KV Se- Jakarta, 1994.

Anda mungkin juga menyukai