Anda di halaman 1dari 21

BAB VII

ALIRAN DAYA

Tujuan Pembelajaran Umum


Memahami tentang aliran daya listrik
Tujuan Pembelajaran Khusus
 Menjelaskan tentang representasi sistem tenaga listrik dengan benar
 Menjelaskan tentang aliran daya dengan benar
 Menjelaskan tentang besaran persatuan dengan benar
 Menjelaskan tentang metoda Gauss-Seidel dengan benar
 Menjelaskan tentang metoda Newton-Raphson dengan benar

7.1 Representasi Sistem Tenaga Listrik


Sistem tenaga listrik pada umumnya terdiri dari komponen-komponen Sebagai berikut :
 Generator, adalah suatu alat yang mengubah energi mekanis menjadi energi
listrik,
 Transformator daya, merupakan penghubung antara generator dan saluran
distribusi dan anatara saluran distribusi dengan beban.
 Saluran distribusi, menghubungkan pusat tenaga listrik dengan beban.
 Beban, yang terdiri dari beban dinamik dan statik.
 Suatu sistem tiga fasa yang seimbang selalu direpresentasikan sebagai suatu
rangkaian fasa tunggal yang terdiri dari salah satu dari ketiga salurannya dan
suatu jalur kembali netral. Diagram listrik yang disederhanakan semacam ini
dinamakan diagram segaris (one-line diagram). Dengan suatu garis tunggal dan
lambing standar, diagram ini menunjukkan saluran transmisi dan peralatan-
peralatan yang berhubungan dari suatu sistem tenaga listrik.
 Kegunaan diagram segaris adalah untuk memberikan semua informasi yang
diperlukan dan dalam bentuk yang sesuai dengan sistem itu. Diagram segaris itu
berbeda – beda sesuai dengan studi yang dilakukan.

Gam
bar 6.1. Diagram segaris suatu sistem tenaga [2]

Gambar 6.1 adalah diagram segaris suatu sistem daya yang sangat sederhana. Dua
generator, yang satu ditanahkan melalui sebuah reaktor dan satu lagi melalui sebuah
resistor, dihubungkan ke sebuah rel dan melalui sebuah transformator peningkat

VI - 1
BAB VII
ALIRAN DAYA

tegangan ke saluran transmisi. Sebuah generator yang lain, ditanahkan melalui sebuah
reaktor, dihubungkan ke sebuah rel dan melalui sebuah transformator pada ujung yang
lain dari saluran transmisi itu. Sebuah beban dihubungkan ke masing-masing rel.
Untuk dapat menghitung prestasi suatu sistem dalam keadaan berbeban atau terjadinya
suatu gangguan, diagram segaris digunakan untuk menggambar rangkaian ekivalen
fasa tunggal dari sistem tersebut. Gambar 6.1 menggabungkan rangkaian-rangkaian
ekivalen dari berbagai komponen yang diperlihatkan dalam Gambar 6.2 untuk
membentuk diagram impedansi sistem.

Gambar 6.2 Diagram impedansi suatu sistem tenaga [2]

7.2 Aliran Daya


Studi aliran daya, yang juga dikenal dengan aliran beban, merupakan tulang punggung
dari analisis dan desain suatu sistem tenaga. Studi aliran daya dilakukan untuk
mendapatkan informasi mengenai aliran daya atau tegangan sistem dalam kondisi
operasi tunak. Informasi ini digunakan untuk mengevaluasi ujuk kerja sistem tenaga dan
menganalisis kondisi pembangkitan maupun pembebanan, serta informasi keadaan
sistem tenaga pada kondisi normal dan terganggu. Data dan informasi tersebut
diperlukan untuk menganalisis keadaan sekarang dari sistem guna perencanaan
perluasan sistem selanjutnya yang ,akan datang. Di dalam perencanaan perluasan
sistem dengan melakukan analisis aliran daya ini juga akan dapat diketahui prosedur
atau pengoperasian terbaik setelah mempelajari efek-efek tambahan dari sistem yang
akan dilakukan dalam perencanaan nantinya, termasuk kemungkinan dalam hal
terjadinya gangguan pada sistem tenaga, misalnya lepas atau hilangnya satu atau
lebih pusat pembangkit atau saluran transmisi.
Masalah aliran daya sangat dibutuhkan untuk perencanaan, operasi dan penjadwalan
ekonomis serta transfer daya. Sebagai tambahan, analisis aliran daya dibutuhkan juga
pada analisis stabilitas transient. Masalah aliran daya mencakup perhitungan aliran dan
tegangan sistem pada terminal tertentu atau bus tertentu. Representasi fasa tunggal
selalu dilakukan karena system dianggap seimbang. Masalah aliran daya mencakup
perhitungan aliran dan tegangan sistem pada terminal tertentu atau bus tertentu.
Representasi fasa tunggal selalu dilakukan karena sistem dianggap seimbang. Dalam
studi aliran daya, bus-bus dibagi dalam 3 (tiga) bagian, yaitu:
1) Slack bus atau swing bus atau bus referensi, yaitu bus dengan daya yang paling
besar dimana besaran yang ditentukan berupa nilai tegangan dan sudut fasa
tegangan. Harga ini digunakan sebagai acuan dalam studi aliran daya. Bus referensi
/bus ayun selalu mempunyai generator. Dalam perhitungan aliran daya,. Slack
bus merupakan bus yang menyuplai kekurangan daya aktif P dan daya reaktif Q
pada system. Guna bus ini ditentukan dalam perhitungan aliran daya adalah untuk

VI - 2
BAB VII
ALIRAN DAYA

memenuhi kekurangan daya (rugi-rugi dan beban) seluruhnya, karena kerugian


jaringan tidak dapat diketahui sebelum perhitungan selesai dilakukan. Jadi bus
referensi ini ialah:
 Terhubung dengan generator.
 V dan sudut fasa dari generator diketahui dan tetap.
 P dan Q dihitung.
 Mencatu rugi-rugi daya dan beban yang tidak dapat disuplai oleh generator lain.
 Slack bus berfungsi untuk menyuplai kekurangan daya real P dan daya reaktif Q
pada sistem
2) Voltage controlled bus atau bus generator (PV Bus),yaitu parameter-parameter
P dan V dari generator diketahui dantetap. Pada bus ini mempunyai kendala untuk
daya semu (Q) yang melalui bus, bila kendala ini di dalam perhitungan integrasinya
tak dipenuhi, maka bus ini diganti menjadi bus beban, sebaliknya bila daya
memenuhi kendala akan dihitung sebagai bus kontrol tegangan kembali. Besarnya
tegangan pada bus ini dipertahankan tetap. Jadi bus generator ini ialah:
 Terhubung dengan generator.
 P dan V dari generator diketahui dan tetap.
 Sudut fasa dan Q dari daya reaktif generator dihitung.
3) Load bus atau bus beban (PQ Bus),yaitu bus dengan besaran yang ditentukan
berupa daya nyata dan daya reaktif. Parameter-parameter yang diketahui dari beban
adalah P dan Q dengan V dan S selama perhitungan aliran daya akan tetap tidak
berubah. Jadi bus beban ini ialah:
 Terhubung dengan beban.
 P danQ dari beban diketahui dan tetap.
 V dan sudut fasa tegangan dihitung.
Tiap-tiap bus terdapat empat besaran, yaitu :
a. Daya aktif P
b. Daya reaktif Q
c. Nilai skalar tegangan |V|
d. Sudut fasa tegangan θ.
Pada tiap-tiap bus hanya ada dua macam besaran yang ditentukan sedangkan kedua
besaran lainnya merupakan hasil akhir dari perhitungan.

Kegunaan studi analisis aliran daya ini antara lain adalah:


 Untuk mengetahui tegangan-tegangan pada setiap simpul yang ada dalam
sistem.
 Untuk mengetahui semua peralatan apakah memenuhi batas-batas yang
ditentukan untuk menyalurkan daya yang diinginkan.
 Untuk memperoleh kondisi mula pada perencanaan sistem yang baru.
 Pada hubung singkat, stabilitas, pembebanan ekonomis.
Matriks Admitansi Bus
Untuk mendapatkan persamaan bus-tegangan, sebagaimana sistem tenaga listrik
sederhana pada gambar 6.3, dimana impedansinya dinyatakan dalam satuan per unit

VI - 3
BAB VII
ALIRAN DAYA

pada dasar MVA sementara untuk penyederhanaan resistansinya di abaikan.


Berdasarkan Hukum Arus Kirchhoff impedansi-impedansi di ubah ke admitansi-
admitansi, yaitu :

Gambar 6.3 Diagram Impedansi Sistem Ketenagalistrikan Sederhana

Gambar 6.4 Diagram Admitansi Sistem Ketenagalistrikan Sederhana

Berdasarkan gambar 6.3 dan gambar 6.4 serta menerapkan hokum Kirchoff antara
bus 1 dan bus 4 akan menghasilakn:

Dengan menyusun ulang persamaan diatas makadiperoleh:

VI - 4
BAB VII
ALIRAN DAYA

Dengan admitansi sbb:


a. Admitansi diagonal

b. Admitansi off diagonal

Reduksi persamaan bus menjadi:

Pada jaringan sistem ketenagalistrikansederhana pada gambar 6.3 dan 6.4 untukbus 1 dan bus 4,
maka

Berdasarkan persamaan seperti tersebut diatas,untuksistem dengan n bus, persamaan tegangan bus
dalam bentuk matriks ialah:

……………..6.1
atau

……………………………6.2

Dengan Ibus adalah vektor arus bus yang di injeksikan. Arus bernilai positif ketika
masuk
menuju bus dan bernilai negatif saat meninggalkan bus Vbus adalah vektor tegangan
bus yang diukur dari simpul referensi. Ybus dikenal dengan nama matriks admitansi

VI - 5
BAB VII
ALIRAN DAYA

bus. Elemen diagonal masing-masing bus merupakan penjumlahan admitansi bus yang
terhubung padanya. Elemen diagonal ini disebut admitansi-sendiri.

……………………………….6.3

elemen non-diagonal bernilai negatif terhadap admitansi antar simpul. Dikenal dengan
admitansi bersama.

…………………………..6.4
Jika arus pada bus diketahui, dari persamaan (1.2) maka untuk tegangan n bus dapat
ditentukan dengan :

…………………………6.5
Invers dari matriks admitansi bus dikenal sebagai matriks impedansi bus Zbus.
Berdasarkan persamaan (1.3) dan (1.4) , matriks admitansi bus untuk jaringan pada
gambar 4.5 dan 4.6 yaitu :

Penyelesaian Persamaan Aljabar Nonlinear


Teknik-teknik yang paling umum digunakan untuk menyelesaikan persamaan aljabar
nonlinear secara iterasi adalah motode Gauss-Seidel, Newton-Raphson,

7.3 Metode Gauss-Seidel


Metode Gauss-Seidel juga dikenal dengan metode pergantian suksesif (successive
displacement). Sebagai gambaran untuk teknik ini, temukan penyelesaian persamaan
nonlinear yang diberikan oleh :
f(x) = 0 …………………………………………………… 6.6
Fungsi di atas disusun ulang dan ditulis menjadi :

……………………………………….6.7

Jika merupakan nilai perkiraan awal dari variabel x, maka bentuk urutan iterasinya
adalah :
…………………………………………….6.8

VI - 6
BAB VII
ALIRAN DAYA

Penyelesaiannya ditemukan ketika perbedaan antara nilai mutlak iterasi suksesifnya


kurang dari akurasi yang ditentukan, yaitu :

| ……………………………………..6.9

1. https://www.youtube.com/watch?v=5cd10O24Rfk
tugas : gunakan saol pada video no. 1 dengan merubah persaan dua menjadi :
X1 + 6X2 + 2X3 =18
Kerjakan seperti contoh tsb dividio no.1

2. https://www.youtube.com/watch?v=-PxNJm6RWFk

3. https://www.youtube.com/watch?v=QKfoO9WWYZg

Contoh 1: Metode Gauss-Seidel


Gunakan untuk Metode Gauss-Seidel menentukan akar dari persamaan berikut :
f(x) = x3 - 6x2 + 9x - 4 = 0
Penyelesaian:
Penyelesaian untuk x, persamaan di atas ditulis kembali menjadi :

Dengan menerapkan algoritma Gauss-Seidel dan menggunakan nilai pendekatan


awal yaitu :
x(0) = 2
Dari persamaan (1.8), didapat iterasi pertama, yaitu :

Iterasi keduanya adalah :

Hasil dari tahapan-tahapan iterasi yang dilakukan adalah 2.8966, 3.3376, 3.7398,
3.9568,3.9988 dan 4.000. Prosesnya akan berulang sampai perubahan pada variabel
mencapai akurasi yang telah ditetapkan. Dapat dilihat bahwa metode Gauss-Seidel
memerlukan banyak iterasi untuk mencapai akurasi yang ditentukan, dan tidak ada
jaminan penyelesaiannya konvergen.
Penyelesaian soal pada contoh 1. Melakukan iterasi metode Gauss-Seidel dengan
menggunakan MATLAB dapat dilihat sbb:
% PENYELESAIAN CONTOH 1
% METODE GAUSS-SIEDEL
dx=1; % perubahan variable di set sampai nilai max
x=2; % estimasi awal
iter = 0; % iterasi ke

VI - 7
BAB VII
ALIRAN DAYA

disp('Iter g dx x') % tampilan hasil


while abs(dx) >= 0.001 & iter < 100 % Test untuk konvergen
iter = iter + 1; % jumlah iterasi
g = -1/9*x^3+6/9*x^2+4/9 ;
dx = g-x; % perubahan variable
x = x + dx; % Sukses tanpa percepatan
fprintf('%g', iter), disp([g, dx, x])
end
Hasil Perhitungan MATLAB :
Iter g dx x
1 2.2222 0.2222 2.2222
2 2.5173 0.2951 2.5173
3 2.8966 0.3793 2.8966
4 3.3376 0.4410 3.3376
5 3.7398 0.4022 3.7398
6 3.9568 0.2170 3.9568
7 3.9988 0.0420 3.9988
8 4.0000 0.0012 4.0000
9 4.0000 0.0000 4.0000
Skrip berikut ini akan menunjukkan prosedur penyelesaian persamaan yang diberikan
pada contoh 1 untuk nilai perkiraan awal x(0) = 2.

Dalam beberapa kasus, faktor akselarasi dapat digunakan untuk meningkatkan tingkat
konvergensi. Jika α > 1 adalah faktor akselarasi, maka algoritma Gauss-Seidel menjadi :

Contoh 2
Tentukan akar persamaan dalam contoh 1., menggunakan metode Gauss-Seidel dengan
factor akselarasi α = 1.25.

Penyelesaian soal pada contoh 1. Melakukan iterasi metode Gauss-Seidel dengan


menggunakan MATLAB dapat dilihat sbb:

% PENYELESAIAN CONTOH 2
% METODE GAUSS-SIEDEL dengan factor akselarasi α = 1.25.

dx=1; % perubahan variable di set sampai nilai max


x=2; % estimasi awal
iter = 0; % Iterasi ke
disp('Iter g dx x') % tampilan hasil
while abs(dx) >= 0.001 & iter < 100 % Test konvergen
iter = iter + 1; % jumlah iterasi
g = -1/9*x^3+6/9*x^2+4/9;
dx = g-x; % perubahan variable
x = x + 1.25*dx; % sukses dengan percepatan 1.25
fprintf('%g', iter), disp([g, dx, x])
end

HASILPERHITUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN MATLAB:


Iter g dx x

VI - 8
BAB VII
ALIRAN DAYA

1 2.2222 0.2222 2.2778


2 2.5902 0.3124 2.6683
3 3.0801 0.4118 3.1831
4 3.6157 0.4326 3.7238
5 3.9515 0.2277 4.0084
6 4.0000 -0.0085 3.9978
7 4.0000 0.0022 4.0005
8 4.0000 -0.0005 3.9999

7.4 Metode Newton-Raphson


Metode yang paling luas digunakan dalam menyelesaikan persamaan aljabar nonlinear
simultan ialah metode Newton-Raphson. Metode ini menggunakan pendekatan suksesif
berdasarkan nilai perkiraan awal yang tidak diketahui dan menggunakan perluasan deret
Taylor. Tentukan penyelesaian persamaan satu-dimensi berikut ini :

Jika x(0) adalah nilai perkiraan awal dari penyelesaian persamaan tersebut, dan Δx(0)
adalah nilai deviasi dari penyelesaian sebenarnya, maka

Dengan menggunakan perluasan deret Tylor pada bagian sebelah kiri persamaan di atas
untuk x(0) maka didapat :

Dengan mengasumsikan bahwa eror Δx(0) sangat kecil, maka bagian berorde-tinggi
dapat diabaikan, sehingga :

dimana

Tambahkan Δx(0) ke nilai perkiraan awal maka akan menghasilkan pendekatan


keduanya

Penggunaan metode suksesif pada prosedur ini menghasilkan apa yang disebut
algoritma Newton-Raphson

VI - 9
BAB VII
ALIRAN DAYA

persamaan (1.16) dapat disusun ulang menjadi :


dimana

Contoh 3
Gunakan metode Newton-Raphson untuk mencari akar persamaan yang diberikan pada
contoh 1. f(x) = x3 - 6x2 + 9x - 4 = 0.Asumsikan nilai perkiraan awal x(0) = 6
Penyelesaian
Penyelesaian secara analitik diberikan oleh algoritma Newton-Rapshon sebagai berikut:
f(x) = x3 - 6x2 + 9x - 4 = 0
maka turunan dari persamaan f(x) = x3 - 6x2 + 9x - 4 = 0,ialah sbb:

Sehingga, hasil akhir pada iterasi pertama adalah

Akar persamaan akhirnya daat ditemukan pada iterasi ke-5 dengan nilai masing-masing
iterasi yaitu 4.2789, 4.0405, 4.0011, 4.000.Dapat kita lihat bahwa metode Newton-
Raphson lebih cepat konvergen dibandingkan metode Gauss-Seidel.

Penyelesaian soal pada contoh 3. Melakukan iterasi metode NEWTONRAPHSON


dengan menggunakan MATLAB dapat dilihat sbb:
% PENYELESAIAN CONTOH 3
% METODE NEWTONRAPHSON
dx=1; % PERUBAHAN DALAM variable DISET NILAI TINGGI
x=6; % PERKIRAAN AWAL
iter = 0; % Hitung ITERASI
disp('iter Dc J dx x')% TAMPILAN HASIL
while abs(dx) >= 0.001 & iter < 100 % Test for convergence

VI - 10
BAB VII
ALIRAN DAYA

iter = iter + 1; % JUMLAH ITERASI


Dc=0 - (x^3-6*x^2+9*x-4); % Residual
J = 3*x^2-12*x+9; % Derivative
dx= Dc/J; %PERUBAHAN variable
x=x+dx; % Successive JAWABAN
fprintf('%g', iter), disp([Dc, J, dx, x])
end

HASIL PERHITUNGAN ITERASI NEWTONRAPHSON DENGANMATLAB:


iter Dc J dx x
1 -50.0000 45.0000 -1.1111 4.8889
2 -13.4431 22.0370 -0.6100 4.2789
3 -2.9981 12.5797 -0.2383 4.0405
4 -0.3748 9.4914 -0.0395 4.0011
5 -0.0095 9.0126 -0.0011 4.0000
6 -0.0000 9.0000 -0.0000 4.0000
Tegagan dan Daya pada Bus
Arus yang mengalir pada aliran daya akan menyebabkan terjadinya perubahan
tegangan, baik besarnya tegangan maupun sudut fasanya. Berdasarkan alasan ini, maka
tegangan pada bus dijaga pada batas nilai tertentu yang masih dalam batas yang
direncanakan (pada bus beban). Pengaturan atau pengendalian tegangan pada sistem
aliran daya ini dapat dilakukan dengan pengaturan sudut fasa atau daya reaktif.
Untuk mendapatkan atau mencapai suatu nilai yang mempunyai indeks presisi
tertentu atau mencapai nilai yang konvergen, perhitungan aliran daya pada dasarnya
perhitungan yang dilakukan menggunakan cara iterasi, yaitu metoda pendekatan coba –
koreksi.
Nilai konvergensi pada proses iterasi ditentukan oleh besarnya indek presisi
antara 0,01 hingga 0,0001 atau sesuai dengan yang dikehendaki, Jumlah iterasi
menentukan besarnya presisi makin banyak jumlah iterasi yang harus dilakukan.
Besarnya aliran daya yang teliti dapat dihitung dari perolehan tegangan yang telah
dikoreksi, sesuai dengan presisi yang dikehendaki.

Persamaan Aliran Daya

VI - 11
BAB VII
ALIRAN DAYA

Gambar 6.5 Tipikal bus sistem [1]


Dengan yij adalah admitansi sebenarnya per unit, P i dan Qi adalah daya aktif dan
daya reaktif yang dinyatakan dalam per unit. Dalam penulisan hukum Kirchhoff , arus
yang memasuki bus i diasumsikan positif. Untuk bus berbeban, daya aktif dan daya
reaktif mengalir menjauhi bus i P dan Q bernilai negatif.

Jaringan sistem tenaga pada gambar 6.5 Impedansi telah diubah kedalam bentuk
admitansi.
Daya aktif dan daya reaktif pada bus i adalah :

Pi + jQi = Vi Ii *................................................................................(6.10)

Atau
; j≠i
…………………………………..(6.11)
Dari hubungan diatas, maka rumus matematis dari permasalahan aliran daya pada
persamaan aljabar non linier harus diselesaikan dengan teknik iterasi.

Pada tiap-tiap bus hanya ada dua besaran yang ditentukan sedangkan kedua besaran
lainnya merupakan hasil akhir dari perhitungan. Dari uraian diatas maka dapat
disimpulkan dalam tabel berikut ini.
Tabel 6.1 klasifikasi jenis bus dan cirinya
Tipe Bus P Q V δ
1 Bus Beban Diketahui Diketahui Dicari Dicari
2 Bus Generator Diketahui Dicari Diketahui Dicari
3 Bus Referensi Dicari Dicari Diketahui Diketahui

VI - 12
BAB VII
ALIRAN DAYA

Metode Aliran Daya Gauss Siedel


Pada studi aliran daya ini terdapat beberapa metode yang dapat digunakan
metode tersebut adalah :
a. Metode Gauss Siedel
b. Metode Newton Rapshon.
c. Metode Fast Decoupled.
Metode yang digunakan untuk menyelesaikan studi aliran daya pada kasus ini adalah
metode gauss siedel karena [4]:
a. Pemrograman dan perhitungan relatif lebih mudah.
b. Waktu tiap iterasi singkat.
c. Sesuai untuk sistem bus yang sedikit.
Pada saat iterasi menggunakan metode gauss siedel, lebih efisien nilai yang di
peroleh pada iterasi terakhir digunakan untuk perhitungan iterasi bersangkutan.
Dalam mendapatkan suatu penyelesaian yang resmi untuk aliran bebas dalam suatu
sistem daya timbul kerumitan yang disebabkan oleh perbedaan jenis data yang
ditentukan bagi bermacam-macam jenis rel. meskipun perumusan persamaan yang
cukup tidak begitu sulit, bentuk penyelesaiannya yang tertutup adalah tidak praktis.
Penyelesaian digital untuk masalah aliran beban yang akan kita bahas pada saat ini,
akan mengikuti suatu proses ulangan (iterative process) dengan menetapkan nilai-nilai
perkiraan untuk tegangan rel yang tidak diketahui dan menghitung suatu nilai baru
untuk setiap tegangan rel dari nilai-nilai perkiraan pada rel-rel yang lain, daya nyata
yang ditentukan, dan daya reaktif yang ditentukan atau besarnya tegangan. Jadi
diperoleh suatu himpunan baru nilai tegangan untuk setiap rel dan terus digunakan
untuk menghitung satu lagi himpunan tegangan rel. setiap perhitungan suatu himpunan
baru tegangan itu dinamakan iterasi (iteration). Proses iterasi ini diulang hingga
perubahan terjadi pada setiap rel kurang dari suatu nilai minimum yang telah
ditentukan.
Iterasi pada metode Gauss Seidel lebih efisien karena nilai yang diperoleh pada
iterasi terakhir digunakan untuk perhitungan iterasi yang bersangkutan. Perhitungan
aliran daya dengan metode Gauss Seidel mempunyai keuntungan dan kekurangan antara
lain :
a. Keuntungan
1. Perhitungan, pemrograman dan perhitungan relatif lebih mudah,
2. Waktu tiap iterasi singkat,
3. Sesuai untuk sistem jaringan sedikit, lima simpul atau kurang.
b. Kerugian
1. Pencapaian konvergen lambat,
2. Makin banyak jumlah simpul, makin banyak pula diperlukan iterasi ; jumlah
iterasi juga akan berubah bila bus referensi diganti oleh bus yang lain,
3. Untuk sistem radial tidak dapat mencapai konvergen,
4. Untuk perhitungan pada sistem jaringan yang banyak tidak sesuai.

VI - 13
BAB VII
ALIRAN DAYA

Proses perhitungan metode Gauss Seidel dapat dilakukan dengan bus admitansi (Y bus)
atau dengan bus impedansi (Z bus). Arus yang mengalir pada aliran daya akan
menyebabkan terjadinya perubahan tegangan, baik besarnya tegangan maupun sudut
fasanya. Berdasarkan alasan ini, maka tegangan pada bus dijaga pada harga yang tetap
(pada bus pembangkit) atau pada batas nilai tertentu yang masih dalam batas yang
direncanakan (pada bus beban).
Untuk mendapatkan atau mencapai suatu nilai yang mempunyai indeks presisi tertentu
atau mencapai nilai konvergen, perhitungan aliran daya pada dasarnya perhitungan yang
dilakukan menggunakan cara iterasi,yaitu metode pendekatan coba-koreksi.

Proses awal untuk mencari aliran daya mengunakan metode Gauss Seidel adalah
dengan mencari terlebih dahulu nilai admitansi bus menggunakan persamaan berikut
ini.

(6.12)

(6.13)
Dari persamaan diatas maka akan dilanjutkan dengan membentuk sebuah matrik
admitansi bus, seperti ditunjukan pada persamaan berikut.

(6.14)

Untuk menyelesaikan aliran daya pada PQ bus dengan metode Gauss Seidel
terlebih dahulu kita cari nilai iterasi awal Bus PQ dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :

(6.15)

adalah nilai yang didapatkan dari pengubahan per unit sistem, yaitu
nilai sebenarnya di bandingkan dengan nilai dasar yang dipakai dalam sistem. Setelah
mendapatkan nilai iterasi awal maka selanjutnya akan di cari nilai iterasi baru. Nilai
tegangan pada bus PQ yang ditetapkan digunakan untuk menghitung nilai iterasi baru
pada Bus PQ tersebut, yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

(6.16)

Dimana dan adalah komponen real dan imajiner dari nilai iterasi
awal.

VI - 14
BAB VII
ALIRAN DAYA

Sedangkan untuk menghitung iterasi pada bus PV, terlebih dahulu kita cari nilai
daya reaktifnya dengan persamaan berikut ini :

(6.17)
Kemudian nilai tersebut digunakan untuk menghitung nilai iterasi pada bus PV,
yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

(6.18)

Proses iterasi tersebut akan mencapai proses konvergen, dimana diungkapakan


Prof. Saadat Hadi dalam bukunya Power System Analysis, nilai konvergen berkisar
antara 0.00001 sampai 0.00005 pu. Sementara menurut Ir. Sulasno dalam bukunya
Analisa Sistem Tenaga Listrik menyebutkan nilai konvergen dari proses iterasi berkisar
dari 0.01 – 0.001 pu. Sementara ungkap J.C. Das dalam bukunya Power System
Analysis, bahwa nilai konvergen berkisar antara 0.0001 – 0.00001 pu.
Nilai konvergen dari suatu metode Gauss Seidel bisa dipercepat dengan
menggunakan faktor percepatan. Nilai tegangan baru yang dipercepat nantinya
digunakan untuk melakukan perhitungan iterasi selanjutnya. Rumus percepatan itu
sendiri adalah sebagai berikut :

(6.19)
Dimana α adalah faktor percepatan, nilainya ditentukan. Nilai percepatan yang
diijinkan adalah 2, namun biasanya berkisar dari 1.3 sampai 1.7.

Aliran Daya dan Rugi –Rugi Saluran


Setelah mendapatkan tegangan bus dengan menggunakan metode iterasi gauss
siedel langkah selanjutnya adalah menghitung aliran daya dan rugi – rugi saluran.
Berdasarkan hubungan saluran antara dua bus i dan j pada gambar dibawah ini saluran
Iij diukur pada bus i dan didefinisikan dalam arah positif.

Setelah mendapatkan nilai tegangan baru dari proses konvergen, maka tahap
selanjutnya adalah menghitung aliran daya dan rugi-rugi. Jika dimisalkan interkoneksi
antar bus digambarkan pada gambar dibawah ini.

VI - 15
BAB VII
ALIRAN DAYA

Gambar 6.6 Model jaringan transmisi untuk perhitungan aliran jaringan

Jika arah arus mengalir dari i ke j, maka besarnya arus yang mengalir adalah sebagai
berikut :
(6.20)
Sementara untuk arah sebaliknya dari j ke i berlaku rumus
(6.21)
Maka aliran daya pada kasus diatas baik daya dari i ke j maupun sebaliknya adalah
sebagai berikut :
(6.22)
(6.23)
Rugi daya pada jaringan i ke j adalah hasil penjumlahan dari rumus (6.22) dan (6.23).
(6.24)

V1 (1) = ; j≠i

VI - 16
BAB VII
ALIRAN DAYA

V1 (2) = ; j≠i

V1 (3) = ; j≠i

Setiap kali selesai mengiterasi maka hasil dari iterasi itu harus diperiksa. Hal ini
dilakukan untuk membandingkan perubahan nilai tegangan dengan faktor pembanding.
Perubahan tegangan antara iterasi ke k dengan iterasi ke (k+1) adalah,
ΔVp = Vp (k+1) - Vp(k)
Untuk menyelesaikan Vi secara iterasi dengan gauss – siedel maka persamaan
aliran daya pada gambar 6.6 menjadi :

Vi (k+1) = ; j≠i
…………....(6.27)
Dengan yij adalah admitansi sebenarnya per unit, P i dan Qi adalah daya aktif dan
daya reaktif yang dinyatakan dalam per unit. Dalam penulisan hukum Kirchhoff , arus
yang memasuki bus i diasumsikan positif. Untuk bus berbeban, daya aktif dan daya
reaktif mengalir menjauhi bus i P dan Q bernilai negatif.

Untuk mendapatkan daya aktif dan daya reaktif pada slack bus adalah :

Pi (k+1) = R
.......................................(6.28)

Qi (k+1) = - Im
....................................(6.29)

1. https://www.youtube.com/watch?v=yO9txFEWA_Y
2. https://www.youtube.com/watch?v=x5j0d-f6tVg
3. https://www.youtube.com/watch?v=iOmUAW9n6FE
4. https://www.youtube.com/watch?v=-8n4l9impuQ

VI - 17
BAB VII
ALIRAN DAYA

Tugas Projek : Tugas 3


Ini contoh soal sudah dikerjakan sampai iterasi ke dua (2) lanjtkan sampai iterasi
ke 7
Catatan :
ubah nilai impedansinya dengan cara:
niai Impedansi baru=[ nilai impedansi yang ada + ( nilai impedansi yg ada) x
(no.absen)]
s

VI - 18
BAB VII
ALIRAN DAYA

VI - 19
BAB VII
ALIRAN DAYA

VI - 20
BAB VII
ALIRAN DAYA

VI - 21

Anda mungkin juga menyukai