ALIRAN DAYA
Gam
bar 6.1. Diagram segaris suatu sistem tenaga [2]
Gambar 6.1 adalah diagram segaris suatu sistem daya yang sangat sederhana. Dua
generator, yang satu ditanahkan melalui sebuah reaktor dan satu lagi melalui sebuah
resistor, dihubungkan ke sebuah rel dan melalui sebuah transformator peningkat
VI - 1
BAB VII
ALIRAN DAYA
tegangan ke saluran transmisi. Sebuah generator yang lain, ditanahkan melalui sebuah
reaktor, dihubungkan ke sebuah rel dan melalui sebuah transformator pada ujung yang
lain dari saluran transmisi itu. Sebuah beban dihubungkan ke masing-masing rel.
Untuk dapat menghitung prestasi suatu sistem dalam keadaan berbeban atau terjadinya
suatu gangguan, diagram segaris digunakan untuk menggambar rangkaian ekivalen
fasa tunggal dari sistem tersebut. Gambar 6.1 menggabungkan rangkaian-rangkaian
ekivalen dari berbagai komponen yang diperlihatkan dalam Gambar 6.2 untuk
membentuk diagram impedansi sistem.
VI - 2
BAB VII
ALIRAN DAYA
VI - 3
BAB VII
ALIRAN DAYA
Berdasarkan gambar 6.3 dan gambar 6.4 serta menerapkan hokum Kirchoff antara
bus 1 dan bus 4 akan menghasilakn:
VI - 4
BAB VII
ALIRAN DAYA
Pada jaringan sistem ketenagalistrikansederhana pada gambar 6.3 dan 6.4 untukbus 1 dan bus 4,
maka
Berdasarkan persamaan seperti tersebut diatas,untuksistem dengan n bus, persamaan tegangan bus
dalam bentuk matriks ialah:
……………..6.1
atau
……………………………6.2
Dengan Ibus adalah vektor arus bus yang di injeksikan. Arus bernilai positif ketika
masuk
menuju bus dan bernilai negatif saat meninggalkan bus Vbus adalah vektor tegangan
bus yang diukur dari simpul referensi. Ybus dikenal dengan nama matriks admitansi
VI - 5
BAB VII
ALIRAN DAYA
bus. Elemen diagonal masing-masing bus merupakan penjumlahan admitansi bus yang
terhubung padanya. Elemen diagonal ini disebut admitansi-sendiri.
……………………………….6.3
elemen non-diagonal bernilai negatif terhadap admitansi antar simpul. Dikenal dengan
admitansi bersama.
…………………………..6.4
Jika arus pada bus diketahui, dari persamaan (1.2) maka untuk tegangan n bus dapat
ditentukan dengan :
…………………………6.5
Invers dari matriks admitansi bus dikenal sebagai matriks impedansi bus Zbus.
Berdasarkan persamaan (1.3) dan (1.4) , matriks admitansi bus untuk jaringan pada
gambar 4.5 dan 4.6 yaitu :
……………………………………….6.7
Jika merupakan nilai perkiraan awal dari variabel x, maka bentuk urutan iterasinya
adalah :
…………………………………………….6.8
VI - 6
BAB VII
ALIRAN DAYA
| ……………………………………..6.9
1. https://www.youtube.com/watch?v=5cd10O24Rfk
tugas : gunakan saol pada video no. 1 dengan merubah persaan dua menjadi :
X1 + 6X2 + 2X3 =18
Kerjakan seperti contoh tsb dividio no.1
2. https://www.youtube.com/watch?v=-PxNJm6RWFk
3. https://www.youtube.com/watch?v=QKfoO9WWYZg
Hasil dari tahapan-tahapan iterasi yang dilakukan adalah 2.8966, 3.3376, 3.7398,
3.9568,3.9988 dan 4.000. Prosesnya akan berulang sampai perubahan pada variabel
mencapai akurasi yang telah ditetapkan. Dapat dilihat bahwa metode Gauss-Seidel
memerlukan banyak iterasi untuk mencapai akurasi yang ditentukan, dan tidak ada
jaminan penyelesaiannya konvergen.
Penyelesaian soal pada contoh 1. Melakukan iterasi metode Gauss-Seidel dengan
menggunakan MATLAB dapat dilihat sbb:
% PENYELESAIAN CONTOH 1
% METODE GAUSS-SIEDEL
dx=1; % perubahan variable di set sampai nilai max
x=2; % estimasi awal
iter = 0; % iterasi ke
VI - 7
BAB VII
ALIRAN DAYA
Dalam beberapa kasus, faktor akselarasi dapat digunakan untuk meningkatkan tingkat
konvergensi. Jika α > 1 adalah faktor akselarasi, maka algoritma Gauss-Seidel menjadi :
Contoh 2
Tentukan akar persamaan dalam contoh 1., menggunakan metode Gauss-Seidel dengan
factor akselarasi α = 1.25.
% PENYELESAIAN CONTOH 2
% METODE GAUSS-SIEDEL dengan factor akselarasi α = 1.25.
VI - 8
BAB VII
ALIRAN DAYA
Jika x(0) adalah nilai perkiraan awal dari penyelesaian persamaan tersebut, dan Δx(0)
adalah nilai deviasi dari penyelesaian sebenarnya, maka
Dengan menggunakan perluasan deret Tylor pada bagian sebelah kiri persamaan di atas
untuk x(0) maka didapat :
Dengan mengasumsikan bahwa eror Δx(0) sangat kecil, maka bagian berorde-tinggi
dapat diabaikan, sehingga :
dimana
Penggunaan metode suksesif pada prosedur ini menghasilkan apa yang disebut
algoritma Newton-Raphson
VI - 9
BAB VII
ALIRAN DAYA
Contoh 3
Gunakan metode Newton-Raphson untuk mencari akar persamaan yang diberikan pada
contoh 1. f(x) = x3 - 6x2 + 9x - 4 = 0.Asumsikan nilai perkiraan awal x(0) = 6
Penyelesaian
Penyelesaian secara analitik diberikan oleh algoritma Newton-Rapshon sebagai berikut:
f(x) = x3 - 6x2 + 9x - 4 = 0
maka turunan dari persamaan f(x) = x3 - 6x2 + 9x - 4 = 0,ialah sbb:
Akar persamaan akhirnya daat ditemukan pada iterasi ke-5 dengan nilai masing-masing
iterasi yaitu 4.2789, 4.0405, 4.0011, 4.000.Dapat kita lihat bahwa metode Newton-
Raphson lebih cepat konvergen dibandingkan metode Gauss-Seidel.
VI - 10
BAB VII
ALIRAN DAYA
VI - 11
BAB VII
ALIRAN DAYA
Jaringan sistem tenaga pada gambar 6.5 Impedansi telah diubah kedalam bentuk
admitansi.
Daya aktif dan daya reaktif pada bus i adalah :
Pi + jQi = Vi Ii *................................................................................(6.10)
Atau
; j≠i
…………………………………..(6.11)
Dari hubungan diatas, maka rumus matematis dari permasalahan aliran daya pada
persamaan aljabar non linier harus diselesaikan dengan teknik iterasi.
Pada tiap-tiap bus hanya ada dua besaran yang ditentukan sedangkan kedua besaran
lainnya merupakan hasil akhir dari perhitungan. Dari uraian diatas maka dapat
disimpulkan dalam tabel berikut ini.
Tabel 6.1 klasifikasi jenis bus dan cirinya
Tipe Bus P Q V δ
1 Bus Beban Diketahui Diketahui Dicari Dicari
2 Bus Generator Diketahui Dicari Diketahui Dicari
3 Bus Referensi Dicari Dicari Diketahui Diketahui
VI - 12
BAB VII
ALIRAN DAYA
VI - 13
BAB VII
ALIRAN DAYA
Proses perhitungan metode Gauss Seidel dapat dilakukan dengan bus admitansi (Y bus)
atau dengan bus impedansi (Z bus). Arus yang mengalir pada aliran daya akan
menyebabkan terjadinya perubahan tegangan, baik besarnya tegangan maupun sudut
fasanya. Berdasarkan alasan ini, maka tegangan pada bus dijaga pada harga yang tetap
(pada bus pembangkit) atau pada batas nilai tertentu yang masih dalam batas yang
direncanakan (pada bus beban).
Untuk mendapatkan atau mencapai suatu nilai yang mempunyai indeks presisi tertentu
atau mencapai nilai konvergen, perhitungan aliran daya pada dasarnya perhitungan yang
dilakukan menggunakan cara iterasi,yaitu metode pendekatan coba-koreksi.
Proses awal untuk mencari aliran daya mengunakan metode Gauss Seidel adalah
dengan mencari terlebih dahulu nilai admitansi bus menggunakan persamaan berikut
ini.
(6.12)
(6.13)
Dari persamaan diatas maka akan dilanjutkan dengan membentuk sebuah matrik
admitansi bus, seperti ditunjukan pada persamaan berikut.
(6.14)
Untuk menyelesaikan aliran daya pada PQ bus dengan metode Gauss Seidel
terlebih dahulu kita cari nilai iterasi awal Bus PQ dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
(6.15)
adalah nilai yang didapatkan dari pengubahan per unit sistem, yaitu
nilai sebenarnya di bandingkan dengan nilai dasar yang dipakai dalam sistem. Setelah
mendapatkan nilai iterasi awal maka selanjutnya akan di cari nilai iterasi baru. Nilai
tegangan pada bus PQ yang ditetapkan digunakan untuk menghitung nilai iterasi baru
pada Bus PQ tersebut, yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
(6.16)
Dimana dan adalah komponen real dan imajiner dari nilai iterasi
awal.
VI - 14
BAB VII
ALIRAN DAYA
Sedangkan untuk menghitung iterasi pada bus PV, terlebih dahulu kita cari nilai
daya reaktifnya dengan persamaan berikut ini :
(6.17)
Kemudian nilai tersebut digunakan untuk menghitung nilai iterasi pada bus PV,
yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
(6.18)
(6.19)
Dimana α adalah faktor percepatan, nilainya ditentukan. Nilai percepatan yang
diijinkan adalah 2, namun biasanya berkisar dari 1.3 sampai 1.7.
Setelah mendapatkan nilai tegangan baru dari proses konvergen, maka tahap
selanjutnya adalah menghitung aliran daya dan rugi-rugi. Jika dimisalkan interkoneksi
antar bus digambarkan pada gambar dibawah ini.
VI - 15
BAB VII
ALIRAN DAYA
Jika arah arus mengalir dari i ke j, maka besarnya arus yang mengalir adalah sebagai
berikut :
(6.20)
Sementara untuk arah sebaliknya dari j ke i berlaku rumus
(6.21)
Maka aliran daya pada kasus diatas baik daya dari i ke j maupun sebaliknya adalah
sebagai berikut :
(6.22)
(6.23)
Rugi daya pada jaringan i ke j adalah hasil penjumlahan dari rumus (6.22) dan (6.23).
(6.24)
V1 (1) = ; j≠i
VI - 16
BAB VII
ALIRAN DAYA
V1 (2) = ; j≠i
V1 (3) = ; j≠i
Setiap kali selesai mengiterasi maka hasil dari iterasi itu harus diperiksa. Hal ini
dilakukan untuk membandingkan perubahan nilai tegangan dengan faktor pembanding.
Perubahan tegangan antara iterasi ke k dengan iterasi ke (k+1) adalah,
ΔVp = Vp (k+1) - Vp(k)
Untuk menyelesaikan Vi secara iterasi dengan gauss – siedel maka persamaan
aliran daya pada gambar 6.6 menjadi :
Vi (k+1) = ; j≠i
…………....(6.27)
Dengan yij adalah admitansi sebenarnya per unit, P i dan Qi adalah daya aktif dan
daya reaktif yang dinyatakan dalam per unit. Dalam penulisan hukum Kirchhoff , arus
yang memasuki bus i diasumsikan positif. Untuk bus berbeban, daya aktif dan daya
reaktif mengalir menjauhi bus i P dan Q bernilai negatif.
Untuk mendapatkan daya aktif dan daya reaktif pada slack bus adalah :
Pi (k+1) = R
.......................................(6.28)
Qi (k+1) = - Im
....................................(6.29)
1. https://www.youtube.com/watch?v=yO9txFEWA_Y
2. https://www.youtube.com/watch?v=x5j0d-f6tVg
3. https://www.youtube.com/watch?v=iOmUAW9n6FE
4. https://www.youtube.com/watch?v=-8n4l9impuQ
VI - 17
BAB VII
ALIRAN DAYA
VI - 18
BAB VII
ALIRAN DAYA
VI - 19
BAB VII
ALIRAN DAYA
VI - 20
BAB VII
ALIRAN DAYA
VI - 21