PB Idi - Edisi 2 Pedoman Standar Perlindungan Dokter Di Era Pandemi Covid-19
PB Idi - Edisi 2 Pedoman Standar Perlindungan Dokter Di Era Pandemi Covid-19
PEDOMAN
STANDAR PERLINDUNGAN DOKTER
DI ERA PANDEMI COVID-19
Edisi 2
Penyusun Kontributor
DR. Dr. Eka Ginanjar, SpPD-KKV, MARS Prof. DR. Dr. Aman B. Pulungan, Sp.A (K)
Dr. Agustina Puspitasari, SpOk Prof. DR. Dr. Aryati, MS, Sp.PK (K)
Dr. Weny Rinawati, SpPK(K), MARS Dr. Robiah Khairani Hasibuan, SpS
DR. Dr. Agus Dwi Susanto, SpP(K) Dr. Noor Arida Sofiana, MBA
Prof. Dr. Menaldi Rasmin, SpP(K) Dr. Arif Budi Satria, SpB
Prof. DR. Dr. Samsuridjal Djauzi, SpPD-KAI DR. Dr. Safrizal Rahman, SpOT
DR. Dr. Astrid W. Sulistomo, MPH, SpOk DR. Dr. Romdhoni, SpTHT-KL
Dr. Anshari Saifuddin Hasibuan, SpPD DR. Dr. Andani Eka Putra, MSc
Dr. Moh Adib Khumaidi, SpOT Dr. Rudyanto Soedono, Sp.An-KIC
Dr. Mahesa Paranadipa, MHKes Dr. Telogo Wismo
Dr. Ahmad Syaifuddin
Dr. Amran A. Raga
Dr. Dian Zamroni, SpJP
Dr. Garinda Alma Duta, SpP
Dr. Hadiwijaya, MPH, MHKes
Dr. Ahmadin Yusuf Rizal Susatyo
Dr. Farhan Haidar Fazlur Rahman
iii
ISBN: 978-623-92395-3-4
Desain Sampul
@medimedi.education
Penerbit
PB Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI)
Alamat
PENGURUS BESAR IKATAN DOKTER INDONESIA
Jl. Dr. G.S.S.Y. Ratulangi No. 29, Menteng Jakarta Pusat 10350
email: pbidi@idionline.org
iv
KATA PENGANTAR MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Assalamualaikum Wr Wb
Salam sejahtera untuk kita semua
v
keselamatannya di era pandemi. Menyikapi kondisi tersebut, sangatlah
tepat, disusun pedoman ini sebagai paduan bagi profesi dokter sebagai
upaya untuk melakukan “Medical Safety and Protection” dan
membentuk ”Culture Safety and Behaviour Safety”, dokter tetap dapat
melakukan pelayanan kesehatan namun tetap terlindungi dan terjamin
keselamatannya. Panduan ini juga merupakan upaya akselerasi protokol
dan panduan perlindungan dokter untuk meminimalisir risiko tertular virus
COVID-19 ini.
Kementerian Kesehatan memberikan apresiasi yang setinggi-
tingginya kepada seluruh Organisasi Profesi Dokter atas komitmen dan
ketulusan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu baik
kepada pasien COVID-19 dan non COVID-19. Penghargaan khusus juga
kami sampaikan semua tenaga kesehatan lainnya dalam berjuang dan
berdedikasi tinggi dalam memberikan pelayanan kesehatan di saat
pandemi. Semoga kedepannya, profesi dokter semakin baik dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Harapan saya, buku “Pedoman Standar Perlindungan Dokter Di Era
Pandemi COVID-19” dapat diimplementasikan oleh profesi dokter di
seluruh Indonesia. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa menuntun
langkah kita untuk dapat bersama-sama berkontribusi menuju tatanan
norma baru, masyarakat yang sehat, aman dan produktif
Wassalamualaikum wr wb
Budi G. Sadikin
Menteri Kesehatan Republik Indonesia
vi
KATA PENGANTAR
KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA
INDONESIA
Salam tangguh
viii
KATA PENGANTAR KETUA TIM MITIGASI DOKTER
PENGURUS BESAR IKATAN DOKTER INDONESIA
Assalamualaikum Wr Wb
Wassalamualaikum Wr Wb
x
KATA PENGANTAR
KETUA SATUAN TUGAS COVID-19 PENGURUS BESAR IKATAN DOKTER
INDONESIA
Assalamualaikum Wr Wb
Wassalamualaikum Wr Wb
xii
KATA PENGANTAR KETUA UMUM
PENGURUS BESAR IKATAN DOKTER INDONESIA
Assalamualaikum Wr Wb
xiii
kesehatan merupakan komitmen untuk mengabdi pada kemanusiaan
dan bagian dari sumpah profesi sebagai tenaga medis.
Pedoman standar ini sangat terbuka untuk perbaikan dan revisi
berikutnya. Harapannya dengan pedoman standar ini, para sejawat
dapat lebih terlindungi khususnya saat praktik sehari-hari baik di Fasilitas
Layanan Tingkat Primer maupun di Tingkat Lanjut dalam menghadapi
Pandemi COVID-19 ini. Semoga para sejawat terus berkomitmen untuk
tetap bersemangat, komitmen yang kuat, berdiri tegak untuk mengabdi
kepada kemanusiaan.
Wassalamualaikum Wr Wb
xiv
DISCLAIMER
xv
DAFTAR ISI
Halaman
TIM PENYUSUN.............................................................................................. iii
KATA PENGANTAR MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA............... v
KATA PENGANTAR KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN
BENCANA INDONESIA............................................................................... vii
KATA PENGANTAR KETUA TIM MITIGASI DOKTER PB IDI.............................. ix
KATA PENGANTAR KETUA SATUAN TUGAS COVID-19 PB IDI..................... xi
KATA PENGANTAR KETUA UMUM PB IDI...................................................... xiii
HALAMAN DISCLAIMER............................................................................... xv
DAFTAR ISI..................................................................................................... xvi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xviii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xix
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xx
DAFTAR SINGKATAN..................................................................................... xxi
BAB 1. PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................... 1
1.2 Patofisiologi Penularan COVID-19.................................... 6
BAB 2. KONSEP STANDAR DAN PROTOKOL PERLINDUNGAN TERHADAP
DOKTER........................................................................................... 10
2.1 Pengendalian dan Pencegahan COVID-19................... 10
2.2 Vaksinasi COVID-19............................................................ 17
2.3 Pengendalian Risiko Transmisi COVID-19 bagi
Dokter.................................................................................. 20
2.3.1 Risiko Rendah........................................................... 20
2.3.2 Risiko Sedang............................................................ 21
2.3.3 Risiko Tinggi............................................................... 24
2.3.4 Risiko Sangat Tinggi.................................................. 27
2.3.5 Ruang Prosedur/Tindakan Operasi........................ 30
2.4 Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) ........................... 31
2.4.1 Alat Pelindung Diri Level 1....................................... 31
2.4.2 Alat Pelindung Diri Level 2....................................... 31
2.4.3 Alat Pelindung Diri Level 3…………………………… 31
2.5 Pembagian Zona Risiko Penularan COVID-19………...... 32
2.5.1 Zona COVID-19…………………………………......... 32
2.5.2 Zona nonCOVID-19………………............................ 28
2.6 Pengaturan Alur Layanan…………………........................ 34
2.6.1 Skrining………………………………………………….. 35
2.6.2 Triase……………………………………………………. 40
2.7 Pengaturan Aliran Udara dan Ventilasi…………............. 40
2.8 Tatalaksana COVID-19 Akibat Kerja……………………… 49
xvi
2.9
Pemeriksaan SARS-CoV-2 untuk Dokter dan
Penatalaksanaan Kembali Kerja………………………...... 50
2.10 Penatalaksanaan Kembali Kerja (Return To Work)
pada Kasus Kompleks………………………………............. 71
BAB 3. PERLINDUNGAN HUKUM, BIAYA, INSENTIF, DAN PROTEKSI
SOSIAL BAGI DOKTER YANG MENANGANI COVID-19………..... 76
3.1 Perlindungan Hukum………………………………............... 77
3.2 Insentif dan Proteksi Sosial………………………..........…… 83
BAB 4. PENGATURAN JAM KERJA, SHIFT, METODE DINAS, SERTA
PENANGANAN PSIKOSOSIAL BAGI DOKTER YANG
MENANGANI COVID-19………………………............................... 93
4.1 Pengaturan Shift Kerja……………….................................. 93
4.2 Stres Psikososial Selama Pandemi………………………..... 95
4.2.1 Upaya Untuk Mencegah Stres di Tempat Kerja
Praktik Berbasis Tim……………………….................. 98
4.2.2 Langkah-Langkah untuk Mengelola Stres
Selama Berbagai Tahap Tanggap Darurat……... 101
BAB 5. PEDOMAN PERILAKU SOSIAL, MEDIA SOSIAL, DAN ILMIAH
BAGI DOKTER DI ERA COVID-19……………………….…………… 103
5.1 Perilaku Sosial…………….................................................... 103
5.2 Media Sosial……….............................................................. 103
5.3 Ilmiah………………………………………....………………… 104
LAMPIRAN..................................................................................................... 106
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 129
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Pertimbangan Bagi Tenaga Kesehatan dan Sistem
10
Kesehatan di Era COVID-19 ……………………..…...............
Tabel 3.1 Bahaya Potensial Dokter Selama Pandemi……………...... 76
xviii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Kurva Pengaruh Kasus Terhadap Kapasitas Sistem
Kesehatan....................................................................... 6
Gambar 2.1 Hierarki Pengendalian Risiko Transmisi Infeksi…………. 14
Gambar 2.2 Klasifikasi Pajanan Dokter Terhadap SARS-CoV-2
sesuai Piramida Risiko Okupasi untuk COVID-19…...... 15
Gambar 2.3 Pencegahan Terhadap COVID-19 untuk Dokter…..... 16
Gambar 2.4 Alur Dan Zonasi Ruangan…………………….....……….. 38
Gambar 2.5 Alur dan Zona COVID-19…..………………...…………… 39
Gambar 2.6 Skema Aliran Udara……………………………………….. 41
Gambar 2.7 Tata Letak Ruang Periksa Pasien dan Aliran Udara…. 42
Gambar 2.8 Pengendalian Teknik Untuk Mengurangi Risiko
Lingkungan Karena Transmisi Melalui
Udara…………...........……………………………………… 43
Gambar 2.9 Ruang Isolasi COVID-19………………………..............… 46
Gambar 2.10 Sistem Tekanan Negatif Pada Tiap Ruangan.....…...... 47
Gambar 2.11 Ruang Isolasi Tekanan Negatif…………………............. 48
Gambar 2.12 Alur Pemeriksaan Kasus Kontak Erat……………………. 55
Gambar 2.13 Alur Pemeriksaan Kasus Kontak Erat Bila
Menggunakan Pemeriksaan Antigen.…….................. 63
Gambar 2.14 Alur Penilaian Kelaikan Kerja…………………………...... 75
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Tabel Perbandingan Sediaan Vaksin SARS-CoV-2…..... 106
Lampiran 2 Tabel Pengendalian Risiko Transmisi COVID-19
Berdasarkan Tingkat Risiko……………………………....... 107
Lampiran 3 Cara Pemakaian dan Penglepasan APD……….…….. 111
Lampiran 4 Contoh Penggunaan Alat Pelindung Diri……............. 115
Lampiran 5 Contoh Penggunaan Triase………………………......….. 117
Lampiran 6 Jenis Pemeriksaan MCU………………………................... 119
Lampiran 7 Formulir Self Assesment Risiko COVID-19……………..…. 120
Lampiran 8 Asesmen Risiko Pajanan Kasus Probable / Konfirmasi
COVID-19……….……....……………………………………. 123
Lampiran 9 Contoh Alur untuk Kembali Bekerja (Return To
Work)……………................................................................ 125
Lampiran 10 Contoh Surat Keterangan Dokter Tentang Diagnosis
COVID-19 Akibat Kerja…………....................................... 128
xx
DAFTAR SINGKATAN
xxii
BAB 1
PENDAHULUAN
2
di Asia Tenggara, yaitu sebesar 0,4 dokter per 1.000 penduduk. Artinya
Indonesia hanya memiliki 4 dokter yang melayani 10.000 penduduknya.
Rasio perawat per 1.000 penduduk sebesar 2,1 yang artinya dua orang
melayani 1.000 penduduk di Indonesia. Rasio dokter spesialis juga rendah,
sebesar 0,13% per 1.000 penduduk. Selain itu, distribusi tenaga medis dan
tenaga kesehatan juga terkonsentrasi di Jawa dan kota-kota besar.
Jumlah rumah sakit rujukan nasional saat ini hanya berjumlah 14, masih
jauh dari harapan dan jumlah ideal. Rumah sakit rujukan COVID-19 pun
hanya terdapat di kota besar. Akibatnya, masih banyak rumah sakit yang
tidak siap menerima dan menangani pasien COVID-19 karena kurangnya
fasilitas dan sarana prasarana yang dibutuhkan untuk menangani situasi
kritis atau gawat darurat. Selain itu masyarakat juga belum sepenuhnya
mematuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah,
sehingga penyebaran COVID-19 masih belum dapat dikendalikan.
4
Dokter Indonesia seperti yang tercantum dalam Mukaddimah Anggaran
Dasar IDI. Berdasarkan hal tersebut, IDI harus memastikan bahwa dokter-
dokter di Indonesia dapat melaksanakan tugasnya sebagai dokter
dengan tetap mendapatkan hak-haknya sesuai dengan standar profesi
dokter. Berdasarkan hal tersebut, maka Pengurus Besar Ikatan Dokter
Indonesia membentuk satuan tugas mitigasi sebagai bagian dari
“PROFESSIONAL DEFENSE AND RESILIENCE” yaitu ketahanan dan
pertahanan profesi dalam upaya untuk melakukan perlindungan dan
keselamatan serta upaya meminimalisir risiko bagi dokter dalam
menghadapi virus COVID-19 ini.
Mutasi pada gen spesifik D614G ditemukan pada ketiga varian virus
SARS-CoV-2. Mutasi tersebut diduga meningkatkan kemampuan infeksi
dan penularan yang lebih cepat dibanding dengan virus SARS-CoV-2.
8
Untuk menanggulangi munculnya varian virus yang baru, diperlukan
penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kecepatan penyebaran infeksi
virus, derajat manifestasi gejala pada pasien, kemampuan deteksi varian
virus, efek pengobatan yang digunakan untuk pasien COVID, dan
efektivitas
9
BAB 2
KONSEP STANDAR DAN PROTOKOL PERLINDUNGAN TERHADAP DOKTER
Tabel 2.1. Contoh peran tenaga kesehatan dan sistem kesehatan di era
COVID-19
10
memiliki risiko terhadap keselamatan dan kesehatan sumber daya
manusia fasilitas pelayanan kesehatan, pasien, pendamping pasien,
pengunjung, maupun masyarakat di sekitar lingkungan fasilitas terutama
dalam masa pandemi COVID-19 ini. Pelayanan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di fasilitas kesehatan (faskes) tertuang dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 52 tahun 2018 dan K3RS tertuang dalam
Permenkes Nomor 66 Tahun 2016.
11
vaksinasi, seperti penyakit cacar dan polio.
14
Gambar 2.2. Klasifikasi pajanan dokter terhadap SARS-CoV-2 sesuai
piramida risiko okupasi untuk COVID-19
Telah diolah kembali dari : Occupational Safety and Health Act. Guidance on
Preparing Work places for COVID-19. 2020.
15
Gambar 2.3. Pencegahan terhadap COVID-19 untuk dokter
16
kelainan radiologi, sehingga termasuk kategori sedang ketika ditemukan
gambaran pneumonia. Oleh karena itu pemeriksaan penunjang radiologi
(setidaknya rontgen toraks) dan laboratorium juga perlu dilakukan pada
pasien tanpa gejala atau gejala ringan.
17
Dengan tercapainya herd immunity maka diharapkan rantai transmisi
COVID-19 dapat diputus.
18
dari berbagai perhimpunan kedokteran. Individu dengan komorbid
tertentu sementara belum dapat dilakukan vaksinasi. Jika belum dapat
mengikuti vaksinasi gelombang I, maka diharapkan dapat ikut pada
gelombang II, sebab penelitian mengenai vaksinasi COVID-19 terus
berlanjut dan rekomendasi kriteria kelayakan untuk divaksin juga akan
terus berubah.
19
penelusuran risiko dapat dilakukan.
20
mobilitas) dan 3 T (tracing, testing, treatment)
• Pengaturan jam kerja: 40 jam seminggu (waktu kerja harian 7 - 8
jam dan tidak melebihi 12 jam sehari)
• Pengaturan gizi dokter dan olahraga
• Mengikuti protokol kesehatan saat melaksanakan ibadah,
misalnya menggunakan peralatan ibadah masing-masing, dan
saat istirahat, misalnya saat makan tidak bersama-sama staf lain,
menggunakan peralatan makan masing-masing dan tidak
prasmanan
• Pelayanan posko kesehatan kerja/poliklinik pegawai
• Pembiayaan pemeriksaan Medical Check Up (pra-kerja,
berkala, khusus dan akhir kerja), Jaminan Kesehatan, Jaminan
Kecelakaan Kerja termasuk Penyakit Akibat Kerja, Jaminan
Kematian Dokter, dan kompensasi selama masa karantina atau
isolasi
• Melakukan penatalaksanaan kembali bekerja (return to work)
dokter pasca sakit
• Melakukan penentuan Penyakit Akibat Kerja pada dokter yang
terkena COVID-19 akibat kerja (sesuai dengan Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/327/2020 tentang
Penetapan COVID-19 Akibat Kerja sebagai Penyakit Akibat Kerja
yang Spesifik pada Pekerjaan Tertentu).
A. Alat Pelindung Diri (Lampiran 4)
• Masker bedah
21
B. Pengendalian Teknik
• Zonasi ruangan untuk pasien COVID-19 dan nonCOVID-19
• Pengaturan dan pemeliharaan sistem HVAC pada gedung atau
ruangan yang dilengkapi dengan sarana HEPA filter dan lampu
UV-C, serta pengaturan intake udara bersih ke ruangan, arah
aliran udara yang baik, dan pergantian udara per jam minimal 6x
ACH
• Barrier (pemisah) mika di meja periksa dokter
• Penanda jarak 1 meter antara meja dokter dan kursi pasien
• Pemberian jarak minimal 1 meter antar pasien ranap dibangsal
• Pemisahan tempat pakai dan lepas APD
C. Pengendalian Administratif
• Triase pasien dapat menggunakan sistem Early Warning
Score/EWS COVID- 19, atau menggunakan sistem triase lain
disesuaikan dengan situasi dan kondisi (Lampiran 5)
• Dokter usia >60 tahun tidak direkomendasikan melayani pasien
COVID-19, baik praktik pribadi maupun difasilitas kesehatan
• Pembatasan tempat praktik dokter terfokus di satu tempat untuk
menghindari kelelahan karena jam kerja panjang dan cross
infection antar fasilitas kesehatan dimasa pandemi dan apabila
dalam kondisi benar-benar kekurangan SDM dapat
direkomendasikan maksimal 2 tempat praktik
• Pembatasan waktu komunikasi atau konsultasi langsung dengan
pasien maksimal 15 menit, dan jika memerlukan waktu lebih
banyak dapat menggunakan media online (telemedicine)
• Skrining pra-admisi atau tindakan direkomendasikan dilakukan
swab untuk pemeriksaan nucleic acid amplification tests (NAAT)
atau tes cepat molekuler SARS-CoV-2. Namun jika tidak
memungkinkan dapat menggunakan tes cepat antigen SARS-
CoV-2
• Pengaturan kebijakan terkait pengendalian infeksi pada pasien
seperti pembatasan jumlah pengunjung dan pemberian penanda
22
jarak 1 meter pada kursi tunggu pasien serta penggunaan masker
pada pasien
• SPO dan pelatihan PPI seperti hand hygiene, etika batuk,
penggunaan dan penglepasan APD (Lampiran 3), pengaturan
tempat APD kotor disposable maupun reusable, sterilisasi APD
reusable, penyimpanan APD reusable, disinfeksi dan
dekontaminasi, penanganan linen, pembuangan limbah.
• Pengaturan jam kerja
- Nonshift: 40 jam seminggu (waktu kerja harian 7 - 8 jam dan
tidak melebihi 12 jam sehari)
- Shift: metropolitan rota ( 2 pagi – 2 siang – 2 malam) atau
continental rota (2 pagi – 2 siang – 3 malam) diikuti istirahat 1
atau 2 hari
- Untuk dokter usia >45 tahun disarankan untuk tugas nonshift
• Mendapatkan fasilitas pemeriksaan kesehatan pra penempatan
pelayanan, termasuk diantaranya adalah pemeriksaan SARS-
CoV-2 (NAAT), untuk mengetahui status kesehatan kerja atau
kelaikan kerja untuk dokter dengan komorbid atau kondisi khusus
seperti kehamilan sebelum ditugaskan memberikan pelayanan
• Pembiayaan pemeriksaan MCU (pra-kerja, berkala, khusus dan
akhir kerja), Jaminan Kesehatan, Jaminan Kecelakaan Kerja
termasuk Penyakit Akibat Kerja, Jaminan Kematian Dokter, dan
kompensasi selama masa karantina atau isolasi
• Mengikuti protokol kesehatan saat melaksanakan ibadah,
dengan menggunakan peralatan ibadah masing-masing, dan
saat istirahat, misalnya saat makan tidak bersama-sama staf lain,
menggunakan peralatan makan masing-masing dan tidak
prasmanan.
• Sosialisasi dan penerapan 5 M (memakai masker, mencuci
tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, membatasi
mobilitas) dan 3 T (tracing, testing, treatment)
23
• Protokol kesehatan pertemuan seperti pembatasan jumlah
peserta rapat sesuai kapasitas ruangan dengan jarak tempat
duduk peserta rapat minimal 1 meter, penggunaan media virtual
(secara daring), tidak mengadakan acara makan bersama saat
rapat, dan pembatasan waktu rapat
• Pelayanan posko kesehatan kerja/poliklinik pegawai
• Pengaturan gizi dokter dan olahraga
• Algoritma/Alur/PPK terkait pelayanan COVID-19 dan nonCOVID-
19
• Melakukan penatalaksanaan kembali bekerja (return to work)
dokter pasca sakit
• Melakukan penentuan Penyakit Akibat Kerja pada dokter yang
terkena COVID-19 akibat kerja (sesuai dengan Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/327/2020 tentang Penetapan
COVID-19 Akibat Kerja sebagai Penyakit Akibat Kerja yang Spesifik
pada Pekerjaan Tertentu).
D. Alat Pelindung Diri (Lampiran 4)
• Level 2, dokter diharapkan membawa baju ganti dan mengganti
baju sebelum pulang ke rumah
25
tempat APD kotor disposable maupun reusable, sterilisasi APD
reusable, penyimpanan APD reusable, disinfeksi dan
dekontaminasi, penanganan linen, pembuangan limbah
• Pengaturan jam kerja
- Pada pelayanan area penanganan COVID-19 disarankan
mengurangi durasi shift menjadi 6 jam (satu hari 4 shift) dengan
penggunaan APD level 3 maksimal berdurasi 6 jam
- Untuk dokter usia >45 tahun disarankan untuk tugas nonshift
• Penanganan pasien COVID-19 dilakukan dengan pendekatan tim
untuk kolaborasi interdisiplin dan pengaturan jadwal dalam
rangka penurunan viral load
• Mendapatkan fasilitas pemeriksaan kesehatan pra penempatan
pelayanan COVID-19, termasuk diantaranya adalah pemeriksaan
SARS-CoV-2 (NAAT), untuk mengetahui status kesehatan kerja
atau kelaikan kerja untuk dokter dengan komorbid atau kondisi
khusus seperti kehamilan sebelum ditugaskan memberikan
pelayanan pasien COVID-19
• Mengikuti protokol kesehatan saat melaksanakan ibadah,
misalnya menggunakan peralatan ibadah masing-masing, dan
saat istirahat, misalnya saat makan tidak bersama-sama staf lain,
menggunakan peralatan makan masing-masing dan tidak
prasmanan
• Pembiayaan pemeriksaan MCU (pra-kerja, berkala, khusus dan
akhir kerja), Jaminan Kesehatan, Jaminan Kecelakaan Kerja
termasuk Penyakit Akibat Kerja, Jaminan Kematian Dokter, dan
kompensasi selama masa karantina atau isolasi
• Mendapatkan fasilitas pemeriksaan kesehatan pada akhir
penempatan pelayanan COVID-19, termasuk diantaranya
adalah pemeriksaan SARS-CoV-2 (NAAT) pada periode tertentu,
misalnya 2 minggu sekali atau sesuai indikasi
• Protokol kesehatan pertemuan seperti pembatasan jumlah
peserta rapat sesuai kapasitas ruangan dengan jarak tempat
26
duduk peserta rapat minimal 1 meter, penggunaan media virtual
(secara daring) untuk rapat, tidak mengadakan acara makan
bersama saat rapat, pembatasan waktu rapat
• Sosialisasi dan penerapan 5 M (memakai masker, mencuci
tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, membatasi
mobilitas) dan 3 T (tracing, testing, treatment)
• Pelayanan posko kesehatan kerja/poliklinik pegawai
• Pengaturan gizi dokter dan olahraga
• Algoritma/Alur/PPK terkait pelayanan COVID-19 dan nonCOVID-
19 (sesuai Pedoman Pencegahan dan Pengendalian COVID-19
Kementerian Kesehatan RI)
• Melakukan penatalaksanaan kembali bekerja (return to work)
dokter pasca sakit
• Melakukan penentuan Penyakit Akibat Kerja pada dokter yang
terkena COVID-19 akibat kerja (sesuai dengan Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/327/2020 tentang Penetapan
COVID-19 Akibat Kerja sebagai Penyakit Akibat Kerja yang Spesifik
pada Pekerjaan Tertentu).
D. Alat Pelindung Diri (Lampiran 4)
• Level 3, dokter diharapkan membawa baju ganti dan mengganti
baju sebelum pulang ke rumah
• Penggunaan APD level 3 maksimal berdurasi 6 jam
28
penggunaan dan penglepasan APD (Lampiran 3), pengaturan
tempat APD kotor disposable maupun reusable, sterilisasi APD
reusable, penyimpanan APD reusable, disinfeksi dan
dekontaminasi, penanganan linen, pembuangan limbah
• Pengaturan jam kerja :
- Pada pelayanan area penanganan COVID-19 disarankan
mengurangi durasi shift menjadi 6 jam (satu hari 4 shift) dengan
penggunaan APD level 3 maksimal berdurasi 6 jam
- Untuk dokter usia > 45 tahun disarankan untuk tugas nonshift
• Penanganan pasien COVID-19 dilakukan dengan pendekatan tim
untuk kolaborasi interdisiplin dan pengaturan jadwal dalam
rangka penurunan viral load
• Mendapatkan fasilitas pemeriksaan kesehatan pra penempatan
pelayanan COVID-19, termasuk diantaranya adalah pemeriksaan
SARS-CoV-2 (RT-PCR), untuk mengetahui status kesehatan kerja
atau kelaikan kerja untuk dokter dengan komorbid atau kondisi
khusus seperti kehamilan sebelum ditugaskan memberikan
pelayanan pasien COVID-19
• Pembiayaan pemeriksaan Medical Check Up (pra-kerja, berkala,
khusus dan akhir kerja), Jaminan Kesehatan, Jaminan Kecelakaan
Kerja termasuk Penyakit Akibat Kerja, Jaminan Kematian Dokter,
dan kompensasi selama masa karantina atau isolasi
• Mendapatkan fasilitas pemeriksaan kesehatan pada akhir
penempatan pelayanan COVID-19, termasuk diantaranya
adalah pemeriksaan SARS-CoV-2 (RT-PCR) pada periode tertentu,
misalnya 2 minggu sekali atau sesuai indikasi
• Protokol kesehatan pertemuan seperti pembatasan jumlah
peserta rapat sesuai kapasitas ruangan dengan jarak tempat
duduk peserta rapat minimal 1 meter, penggunaan media virtual
(secara daring) untuk rapat, tidak mengadakan acara makan
bersama saat rapat, pembatasan waktu rapat
29
• Sosialisasi dan penerapan 5 M (memakai masker, mencuci
tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, membatasi
mobilitas) dan 3 T (tracing, testing, treatment)
• Mengikuti protokol kesehatan saat melaksanakan ibadah,
misalnya menggunakan peralatan ibadah masing-masing, dan
saat istirahat, misalnya saat makan tidak bersama-sama staf lain,
menggunakan peralatan makan masing-masing dan tidak
prasmanan
• Pelayanan posko kesehatan kerja/poliklinik pegawai
• Pengaturan gizi dokter dan olahraga
• Algoritma/Alur/PPK terkait pelayanan COVID-19 dan nonCOVID-
19 (sesuai Pedoman Pencegahan dan Pengendalian COVID-19
Kementerian Kesehatan RI)
• Melakukan penatalaksanaan kembali bekerja (return to work)
dokter pasca sakit
• Melakukan penentuan Penyakit Akibat Kerja pada dokter yang
terkena COVID-19 akibat kerja (sesuai dengan Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/327/2020 tentang Penetapan
COVID-19 Akibat Kerja sebagai Penyakit Akibat Kerja yang Spesifik
pada Pekerjaan Tertentu)
D. Alat Pelindung Diri (Lampiran 4)
• Level 3, dokter diharapkan membawa baju ganti dan mengganti
baju sebelum pulang ke rumah.
• Penggunaan APD level 3 maksimal berdurasi 6 jam
31
dan otopsi pada pasien suspek/probable/konfirmasi COVID-19 (risiko
sangat tinggi)
• Baju scrub/baju kerja
• Penutup kepala (headcap)
• Minimal masker N95 atau ekuivalen; atau respirator tingkat yang lebih
tinggi seperti PAPR
• Sarung tangan lateks
• Pelindung mata (googles)
• Pelindung wajah (faceshield)
• Gown atau coverall
• Apron
• Boots/sepatu karet dengan pelindung sepatu
32
zona COVID-19 meliputi:
• Area pelayanan: area rawat jalan khusus COVID-19, area IGD khusus
COVID-19, area rawat inap khusus COVID-19, area ruang isolasi khusus
COVID-19 (tekanan negatif / ventilasi normal), area ruang rawat
intensif (ICU/HCU) khusus COVID-19, area ruang bersalin khusus
COVID-19, area ruang operasi khusus COVID-19, area ruang
hemodialisa khusus COVID-19, ruang cathlab khusus COVID-19, ruang
bayi khusus COVID-19
• Area penunjang: area laboratorium khusus COVID-19, area radiologi
khusus COVID-19, area bagian gizi khusus COVID-19, area kamar
jenazah, area pengolahan limbah
33
2.5.2. Zona nonCOVID-19
2.6.1. Skrining
Bila dari hasil skrining staf, pasien, atau pengunjung faskes dicurigai
COVID-19 maka staf, pasien, atau pengunjung faskes tersebut diarahkan
ke fasilitas triase COVID-19. Bila dari hasil skrining staf, pasien, atau
pengunjung faskes tidak memenuhi kriteria kecurigaan COVID-19, maka
bisa langsung ke tempat yang ingin dituju, ke triase IGD atau poliklinik
rawat jalan nonCOVID-19.
36
ke dalam pasien suspek COVID-19 sampai dapat dibuktikan hasilnya
negatif.
37
38
Gambar 2.4. Alur dan zonasi ruangan
Sumber: Kementerian Kesehatan RI. Panduan teknis pelayanan Rumah Sakit pada masa adaptasi kebiasaan baru. 2020
38
38
Gambar 2.5. Alur dan zona COVID-19
39
Sumber: Kementerian Kesehatan RI. Panduan teknis pelayanan Rumah Sakit pada masa adaptasi kebiasaan baru. 2020
39
2.6.2. Triase
40
1. Udara dari luar; 2. Saluran udara, 3. Udara pada kamar pasien; 4. Penyedot udara; 5.
Udara keluar
Gambar 2.7. Tata letak ruang periksa pasien dan aliran udara
Sumber: Kementerian Kesehatan RI. Permenkes Nomor 27 Tahun 2017 tentang PPI di
Faskes. 2017
44
kesehatan
b) Kebutuhan khusus untuk ventilasi dan filtrasi untuk dilusi dan
menghilangkan kontaminasi bau, mikrorganisme dan virus, bahan
kimia dan radiasi
c) Perbedaan suhu dan kelembaban untuk area yang berbeda
d) Desain tingkat tinggi untuk pengendalian lingkungan yang akurat
45
Gambar 2.9. Ruang isolasi COVID-19
Sumber: Karyum HB. Managing HVAC system during COVID-19 pandemic.2020
Desain sistem tata udara (HVAC) di ruangan isolasi PIE ini tetap
mengacu pada ruangan isolasi infeksius yaitu 12 x ACH untuk ruang
pasien, 6 - 10 x ACH untuk ruang airlock, utilitas kotor dan ruang ganti
petugas, serta direkomendasikan untuk suplai udaranya menggunakan
100% udara segar (all fresh air) serta distribusi aliran udara yang konstan
(constant air flow). Udara suplai (Supply Air/SA) dilengkapi dengan pre-
filter dengan efisiensi filtrasi 35% (MERV 7) dan medium filter (MERV 13/14),
sedangkan udara buangan (Exhaust Air/EA) dilengkapi dengan HEPA
filter. Letak difuser udara suplai di plafon dekat pintu segaris tempat tidur
47
pasien, sementara letak difuser exhaust di dinding bawah dekat kepala
tempat tidur. Adapun pemasangan sistem exhaust sebagai berikut
(Gambar 2.11):
• Exhaust fan diletakkan di luar, apabila memungkinkan
• Jika exhaust fan ada di dalam, gunakan konstruksi ducting las di
bagian hilir fan
• Bag in/bag out prefilter/HEPA filter pada bagian hulu exhaust fan
• Exhaust fan dilengkapi VFD (Variable Frequencies Drives) untuk
menyesuaikan kecepatan kipas saat filter load up.
• Letakkan kipas pembuangan (fan discharge) sejauh mungkin dari
semua intake dan letakkan di atas atap.
• Sediakan suplai listrik darurat (emergency power) untuk
menggerakkan kipas.
48
ruangan agar kondisi tekanan negatif ruangan tetap termonitor. Monitor
diletakkan di koridor luar ruangan antara.
49
COVID-19
c) Menentukan hubungan antara pajanan dilingkungan kerja dengan
penyakitnya:
- Pekerjaan tenaga kesehatan berhubungan erat dengan risiko
tinggi pajanan biologi SARS-CoV-2 di lingkungan kerja
d) Menentukan apakah pajanan yang dialami cukup untuk
menimbulkan penyakit (dosis pajanan) :
- Pada saat pandemi tidak ada dosis minimal pajanan biologi
e) Menentukan apakah ada faktor-faktor individu yang berperan :
- Tidak ada faktor individu yang berperan karena semua berisiko
tertular
f) Menentukan faktor lain di luar pekerjaan:
- Tidak ada bukti riwayat kontak dengan pajanan biologi SARS-
CoV-2 di luar pekerjaan
g) Diagnosa PAK:
- COVID-19 Akibat Kerja
50
guidance CDC 21 Januari 2021 adalah NAAT atau pemeriksaan antigen
bila tidak memungkinkan dilakukan nucleic acid amplification tests
(NAAT), misalnya real time reverse-transcription polymerase chain
reaction (RT-PCR) atau Tes Cepat Molekuler (TCM) SARS-CoV-2, dan
pemeriksaan antigen SARS-CoV-2. Pemeriksaan antigen (Antigen Rapid
Diagnostic Test Antigen, Ag-RDT) hanya untuk fase akut sebagai alternatif
RT-PCR karena sensitivitas bervariasi, diperkirakan berkisar 34 – 80%, dan uji
validasi masih terbatas. Pemeriksaan yang direkomendasikan WHO
adalah pemeriksaan virus menggunakan NAAT.
51
skrining donor darah, bedah elektif), terutama jika tes konfirmasi NAAT tidak
langsung tersedia.
b) Persyaratan biosafety dan kontrol infeksi tidak terpenuhi
c) Kasus nol atau hanya sporadik
d) Asimtomatik, kecuali terdapat kontak dengan kasus konfirmasi
52
laksana sesuai kriteria kasus konfirmasi simtomatik.
b) Hasil negatif maka dokter tersebut melakukan karantina mandiri
selama 14 hari dan apabila selama masa karantina muncul gejala
maka dilakukan tata laksana sesuai kriteria suspek.
53
dilakukan isolasi 10 hari, serta dinyatakan selesai isolasi jika sudah 10 hari
dari tanggal onset gejala, ditambah 3 hari setelah tidak menunjukkan
gejala demam dan gangguan pernapasan. Jika gejala berat/kritis maka
dirawat di RS dan dilakukan pemeriksaan follow up RT- PCR hari ke-7, jika
hasilnya sudah negatif dan sudah menjalani isolasi 10 hari sejak onset, dan
ditambah minimal 3 hari setelah tidak menunjukkan gejala demam dan
gangguan pernapasan, dinyatakan selesai isolasi, atau dapat
dialihrawatkan di non isolasi atau dipulangkan. Khusus pasien konfirmasi
dengan gejala berat/kritis yang sudah dipulangkan, tetap melakukan
isolasi minimal 7 hari dalam rangka pemulihan dan kewaspadaan
munculnya gejala kembali.
54
Gambar 2.12. Alur Pemeriksaan Kasus Kontak Erat
Telah diolah dari: Keputusan Menteri Kesehatan No. HK 01.07/Menkes/413/2020 tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian COVID-19. 2020
55
Pada tanggal 16 Desember 2020, WHO mengeluarkan kriteria baru
untuk kasus suspek, probable, dan konfirmasi.
Kriteria kasus suspek yang dimaksud adalah seseorang yang memiliki
salah satu dari kriteria berikut:
a) Memenuhi salah satu kriteria klinis DAN kriteria epidemiologis:
Kriteria klinis:
1) Demam DAN batuk; ATAU
2) Terdapat 3 atau lebih gejala/tanda akut berikut: demam, batuk,
lemah/kelelahan (fatigue),1 sakit kepala, mialgia, nyeri tenggorok,
coryza/pilek/hidung tersumbat, sesak napas,
anoreksia/mual/muntah, diare, penurunan kesadaran
DAN
Kriteria epidemiologis:
1) Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat
tinggal atau bekerja di tempat berisiko tinggi penularan; ATAU
2) Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat
tinggal atau bepergian di wilayah Indonesia yang melaporkan
transmisi lokal; ATAU
3) Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala bekerja di fasilitas
pelayanan kesehatan, baik melakukan pelayanan medis, dan
non-medis, serta petugas yang melaksanakan kegiatan
investigasi, pemantauan kasus dan kontak; ATAU
b) Pasien ISPA berat (SARI: acute respiratory infection, dengan riwayat
demam atau suhu ≥380 C; dan batuk; dengan onset 10 hari terakhir;
dan membutuhkan perawatan rumah sakit)
c) Seseorang tanpa gejala (asimtomatik) yang tidak memenuhi kriteria
epidemiologis dengan hasil pemeriksaan antigen SARS-CoV-2 positif2
56
tersedia atau membutuhkan hasil diagnosis yang cepat berdasarkan
pertimbangan klinis; dan (3) hanya dilakukan oleh petugas terlatih
dalam 5 - 7 hari pertama onset gejala.
58
ATAU
Pada pasien anak: pasien dengan tanda klinis pneumonia (batuk
atau kesulitan bernapas), ditambah setidaknya satu dari berikut ini:
• Sianosis sentral atau SpO2 <93% ;
• Distres pernapasan berat (seperti napas cepat, grunting, tarikan
dinding dada yang sangat berat);
• Tanda bahaya umum : ketidakmampuan menyusu atau minum,
letargi atau penurunan kesadaran, atau kejang.
• Napas cepat/tarikan dinding dada/takipnea : usia <2 bulan, ≥60
x/menit; usia 2 – 11 bulan, ≥50 x/menit; usia 1 - 5 tahun, ≥40 x/menit;
usia >5 tahun, ≥30 x/menit.
5. Kritis
Pasien dengan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), sepsis
dan syok sepsis.
Evaluasi status klinis pasien yang dilakukan oleh faskes antara lain:
a) Selesai isolasi
Kriteria pasien konfirmasi yang dinyatakan selesai isolasi, sebagai
berikut:
1) Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimtomatik)
Pasien konfirmasi asimtomatik tidak dilakukan pemeriksaan follow
up NAAT. Dinyatakan selesai isolasi apabila sudah menjalani isolasi
mandiri selama 10 hari sejak pengambilan spesimen diagnosis
konfirmasi.
2) Kasus konfirmasi dengan gejala ringan dan gejala sedang
Pasien konfirmasi dengan gejala ringan dan gejala sedang tidak
dilakukan pemeriksaan follow-up NAAT. Dinyatakan selesai
isolasi harus dihitung 10 hari sejak tanggal onset dengan ditambah
minimal 3 hari setelah tidak lagi menunjukkan gejala/tanda klinis
COVID-19
3) Kasus konfirmasi dengan gejala berat/kritis yang dirawat di rumah
sakit
i. Dirawat di rumah sakit dinyatakan selesai isolasi apabila telah
mendapatkan hasil pemeriksaan follow up NAAT 1 kali
negatif ditambah minimal 3 hari tidak lagi menunjukkan
gejala/tanda klinis COVID-19
ii. Bila pemeriksaan follow-up NAAT tidak dapat dilakukan,
maka sudah menjalani isolasi selama 10 hari sejak onset
dengan ditambah minimal 3 hari tidak menunjukkan
gejala/tanda klinis COVID-19, dinyatakan selesai isolasi, dan
dapat dialihrawat non isolasi atau dipulangkan.
c) Sembuh
Pasien konfirmasi tanpa gejala, gejala ringan, gejala sedang,
dan gejala berat/kritis dinyatakan sembuh apabila telah memenuhi
kriteria selesai isolasi dan dikeluarkan surat pernyataan selesai
pemantauan, berdasarkan penilaian dokter di faskes tempat
dilakukan pemantauan atau oleh DPJP.
Pasien konfirmasi dengan gejala berat/kritis dimungkinkan
memiliki hasil pemeriksaan follow-up NAAT persisten positif, karena
pemeriksaan NAAT masih dapat mendeteksi bagian tubuh virus
COVID-19 walaupun virus sudah tidak aktif lagi (tidak menularkan
lagi). Terhadap pasien tersebut, maka penentuan sembuh
berdasarkan hasil asesmen yang dilakukan oleh DPJP.
d) Pemulangan
Pasien dapat dipulangkan dari perawatan di rumah sakit,
bila memenuhi kriteria selesai isolasi dan memenuhi kriteria klinis
sebagai berikut:
1) Hasil asesmen klinis menyeluruh termasuk diantaranya
gambaran radiologis menunjukkan perbaikan, pemeriksaan
darah menunjukan perbaikan, yang dilakukan oleh DPJP
menyatakan pasien diperbolehkan untuk pulang.
2) Tidak ada tindakan/perawatan yang dibutuhkan oleh pasien,
baik terkait sakit COVID-19 ataupun masalah kesehatan lain yang
dialami pasien.
DPJP perlu mempertimbangkan waktu kunjungan kembali pasien
61
dalam rangka masa pemulihan.
Khusus pasien konfirmasi dengan gejala berat/kritis yang sudah
dipulangkan tetap melakukan isolasi mandiri minimal 7 hari dalam
rangka pemulihan dan kewaspadaan terhadap munculnya gejala
COVID-19, dan secara konsisten menerapkan protokol kesehatan.
e) Pindah ke RS Rujukan
f) Meninggal
62
NAAT: nucleic acid amplification tests, RS: rumah sakit
Gambar 2.13. Alur pemeriksaan kasus kontak erat bila menggunakan pemeriksaan antigen
Telah diolah dari: WHO. 2020
63
63
Terdapat perbedaan kriteria untuk kontak erat bila berdasarkan
interim guidance dari CDC. Interim guidance CDC 14 Februari 2021
menyebutkan kriteria kontak erat dengan kasus konfirmasi COVID-19
untuk dokter yang dimaksud adalah:
a. Berada pada jarak 6 kaki (1,8 meter) dengan total kumulatif >15
menit selama periode 24 jam, sehingga terpajan oleh:
1. Kasus konfirmasi COVID-19 simtomatik, mulai dari 2 hari sebelum
awitan gejala hingga saat kasus telah selesai diisolasi
2. Kasus konfirmasi COVID-19 asimtomatik, mulai dari 2 hari sebelum
pengambilan spesimen swab, hingga saat kasus telah selesai
diisolasi
b. Tanpa memakai APD sesuai standar saat melakukan pelayanan
medis atau tindakan aerosol atau berada pada ruang tertutup yang
sama saat menjalani tindakan aerosol
c. Kontak langsung dengan sekret atau ekskresi infeksius tanpa
memakai APD sesuai standar
d. Kontak fisik secara langsung (misalnya: berpelukan)
e. Memakai peralatan makan atau minum bergantian
64
* Gejala yang dijumpai dapat berupa: demam (>1000 F atau >37,80
C), batuk, sesak napas atau kesulitan bernapas, kelelahan
(fatigue), nyeri otot, sakit kepala, anosmia, agneusia, sakit
tenggorok, hidung tersumbat atau meler, mual atau muntah,
diare (interim guidance CDC 22 Desember 2020)
65
pemantauan mandiri untuk gejala penyakit COVID-19
• Bila timbul gejala COVID-19, segera mencari pertolongan medis
dan melaporkan ke atasan yang bersangkutan
66
guidance CDC 14 Februari 2021, tidak disarankan menggunakan strategi
berbasis pemeriksaan laboratorium (test-based strategy), karena
shedding RNA SARS-CoV-2 tetap dapat dideteksi meskipun tidak lagi
infeksius. Pedoman kriteria kembali bekerja untuk dokter dengan infeksi
SARS-CoV-2 dapat berdasarkan kriteria berikut:
1) Berdasarkan gejala (symptom-based strategy)
a) Asimtomatik dan tanpa imunokompromais berat:
- >10 hari setelah pasien dinyatakan positif dengan tes
diagnostik virus SARS-CoV-2
b) Simtomatik ringan hingga sedang, dan tanpa imunokompromais
berat:
- >10 hari sejak gejala muncul pertama kali dan
- >24 jam setelah demam terakhir tanpa penggunaan anti
demam dan
- Gejala (batuk, sesak) mengalami perbaikan
c) Simtomatik berat hingga kritis, atau imunokompromais berat*
- >10 hari dan dapat hingga 20 hari sejak gejala muncul
pertama kali dan
- >24 jam sejak demam terakhir tanpa penggunaan anti
demam dan
- Gejala (batuk, sesak) mengalami perbaikan
- Mungkin diperlukan konsultasi dengan dokter spesialis penyakit
infeksi
- Dapat dipertimbangkan menggunakan strategis berdasarkan
pemeriksaan laboratorium (test-based strategy)
68
tinggi dan pengujian yang terbatas, penting untuk membedakan antara
dokter berisiko tinggi dan rendah. Meskipun pedoman untuk yang berisiko
rendah mungkin bergantung pada kriteria klinis, strategi berbasis
pengujian yang lebih spesifik harus digunakan untuk yang berisiko tinggi.
69
masker bedah, misalnya untuk makan atau minum, maka harus
memisahkan diri dari orang lain
- Gejala harus dipantau sendiri, dan dievaluasi ulang jika gejala
pernapasan kambuh atau memburuk
70
tidak ada kecacatan serta toleransi baik, maka dapat direkomendasikan
kembali kerja dengan catatan sebagai berikut:
- Restriksi tugas terkait kontak dengan pasien dengan sistem imun
lemah (misalnya pasien dengan transplantasi dan hematologi-
onkologi), atau
- Restriksi tugas terkait interaksi dengan orang lain (misalnya pasien atau
petugas kesehatan lainnya). Direkomendasikan layanan dengan
telemedicine atau work from home (WFH)
- Diberikan tugas memberikan perawatan langsung hanya untuk
pasien dengan COVID-19 yang terkonfirmasi (pengaturan cohort).
71
juga status fisik dan mental, hasil pemeriksaan kesehatan pada
perubahan yang dialami pekerja akibat sakit atau cedera
disesuaikan dengan tuntutan pekerjaan, tidak berdasarkan
diagnostik penyakit saja, prognosis penting untuk penilaian,
pengaruh obat-obatan perlu dinilai dan faktor risiko penyakit.
Pada COVID-19 dapat ditemukan efek jangka panjang dengan
gejala tersering cepat lelah, sesak napas, batuk, nyeri sendi, nyeri
dada juga gejala lain pernah dilaporkan seperti sulit konsentrasi
dan berpikir (brain fog), depresi, nyeri otot, sakit kepala, demam
intermiten, palpitasi jantung.
Adapun komplikasi jangka panjang yang pernah dilaporkan
antara lain pada:
- Kardiovaskular: inflamasi otot jantung
- Pernapasan: kelainan fungsi paru
- Ginjal: cedera ginjal akut
- Dermatologi: ruam, rambut rontok
- Neurologi: masalah penciuman dan rasa, masalah tidur,
kesulitan konsentrasi, masalah memori
- Psikiatri: depresi, kecemasan, perubahan mood
Gejala pasca COVID-19 bisa terjadi pada pasien COVID-19 yang
dirawat maupun tidak dirawat. Data dari review National Institute
for Health Research sebanyak 45 % pasien COVID-19 perlu
perawatan jangka panjang (1 bulan) dan 10-20% perlu
perawatan lebih lama.
d) Status kecacatan
Dinilai adanya impairment meliputi gangguan fungsi dan
atau anatomis, disabilitas meliputi penilaian hal yang biasa
dilakukan namun saat ini tidak dapat dilakukan dan penilaian ADL
(Activity Daily Living), handicap meliputi penilaian disabilitas yang
menyebabkan pasien membutuhkan bantuan lingkungan
sosialnya
e) Kemungkinan membahayakan diri sendiri, rekan kerja, atau
72
lingkungan
Penilaian peningkatan risiko sesuai kondisi kesehatan pasien
terkini apakah membahayakan diri sendiri, rekan kerja atau
lingkungan kerja bila tetap melakukan tugas pekerjaannya, risiko
lingkungan kerja apakah memperberat kondisi kesehatan atau
berdasar evidence yang ada.
f) Toleransi pihak pekerja, atasan dan rekan kerja
Pada pihak pekerja, dalam hal ini adalah dokter, perlu dinilai
toleransi kembali kerja semula atau perlu penyesuaian, dapat
menerima keterbatasan atau rasa tidak nyaman dalam
melakukan pekerjaan juga pihak atasan dan rekan kerja apakah
dapat menerima kondisi pekerjaan dan apakah bersedia
melakukan berbagai modifikasi pekerjaan bila dilakukan
g) Penentuan status kelaikan kerja
Setelah semua lengkap dinilai dapat ditentukan status
kelaikan kerja sebagai berikut:
- Laik kerja
- Laik kerja dengan catatan (restriksi, limitasi)
- Tidak laik kerja sementara
- Tidak laik kerja untuk pekerjaan semula
- Tidak laik kerja untuk semua jenis pekerjaan
2) Identifikasi penyesuaian
Proses identifikasi ini penting dilakukan sehingga informasi
adanya kesenjangan antara tuntutan dokteran dan kondisi
kesehatan, serta apabila terdapat risiko bila dokter yang
bersangkutan melakukan dokteran semula, dapat diketahui secara
tepat dan dapat dilakukan proses meminimalisasi kesenjangan dan
manajemen risiko secara efektif.
3) Kesepakatan pihak terkait
Agar program kembali kerja dapat direncanakan dapat berjalan
sesuai harapan maka perlu ada kesepakatan mengenai rencana
73
tersebut antara manajer medis, pihak dokter, pihak manajemen
tempat kerja atau perusahaan dan pihak pembiaya. Apabila
diperlukan dapat diselenggarakan suatu pertemuan diantara seluruh
pihak dalam membahas kesepakatan ini. Komitmen yang disepakati
meliputi periode waktu program tersebut beserta SDM/tenaga ahli
yang dibutuhkan, intensitas beban kerja yang dapat dilakukan oleh
dokter yang bersangkutan selama proses kembali bekerja dan
kemungkinan antisipasinya oleh pemberi kerja (misalnya dengan
menambah tenaga kerja sementara, memindahkan sementara
beban kerja ke dokter lain, memodifikasi proses kerja, menambah
waktu kerja, dan lain-lain), besarnya biaya yang dibutuhkan, dan lain-
lain.
4) Identifikasi hambatan dan dukungan
Proses identifikasi faktor-faktor pendukung dan penghambat
menjadi salah satu agenda yang perlu dilakukan sebelum memulai
proses kembali bekerja pasca COVID-19. Hal-hal yang menjadi faktor
pendukung seperti motivasi dokter, dukungan rekan kerja, atasan,
keluarga, dan manajer kasus dalam pelaksanaan program tentu perlu
ditingkatkan. Untuk hal yang menjadi penghambat seperti stigmatisasi
atau resistensi dari rekan kerja, tidak memungkinkan modifikasi tempat
kerja, kesulitan mencapai tempat kerja, maupun keterbatasan
finansial untuk program tersebut, sedapat mungkin dilakukan mitigasi.
5) Implementasi penyesuaian
Program kembali bekerja yang telah direncanakan secara
terperinci dengan mempertimbangkan penyesuaian yang perlu
dilakukan, komitmen berbagai pihak yang terkait, serta dukungan
dan hambatan yang ada, harus diimplementasikan dengan baik,
diawasi, dan dievaluasi secara berkala. Pelaksanaan upaya untuk
mengoptimalkan pendukung dan meminimalkan penghambat perlu
dilaksanakan secara tepat sehingga program kembali kerja dapat
diimplementasikan secara baik dengan tujuan akhir dokter dapat
kembali bekerja secara efektif dan aman. Evaluasi implementasi
74
dapat dilakukan secara berkala atau sesuai dengan kondisi yang
dihadapi oleh dokter tersebut dalam mengimplementasikan program
kembali bekerja.
STATUS KESEHATAN;
RISIKO (bagi dirinya, atau lingkungan kerja);
KECACATAN (impairment, disability, handicap);
TOLERANSI (pekerja, atasan, dan rekan kerja)
75
BAB 3
PERLINDUNGAN HUKUM, BIAYA, INSENTIF DAN PROTEKSI SOSIAL BAGI
DOKTER YANG MENANGANI COVID-19
78
Catatan: Wajib ada laporan kepada PT TASPEN (PERSERO) dugaan kasus
KK-PAK 3 x 24 jam dilengkapi dengan persyaratan
- Surat laporan kronologis penyakit akibat kerja dari instansi
Dokumen persyaratan klaim kematian bagi PNS aktif (Peserta JKK atau
JKM PT Taspen)
1. Formulir permintaan pembayaran;
2. Surat keterangan ahli waris disahkan oleh instansi dan lurah / kepala
desa;
3. Kutipan perincian penerimaan gaji;
4. Fotokopi surat kematian legalisir lurah/kepala desa;
79
5. Fotokopi surat nikah yang dilegalisir lurah / kepala desa;
6. Fotokopi KTP pemohon;
7. Fotokopi buku tabungan pemohon;
8. Surat keterangan sekolah (untuk 2 orang anak) dengan syarat: anak
yang ada pada saat peserta meninggal dunia, berusia <25 tahun,
belum pernah bekerja/menikah;
9. Tembusan surat usul SK janda/duda dari instansi;
10. Khusus untuk klaim jaminan kecelakaan kerja (tewas/meninggal dunia
akibat kecelakaan kerja) ditambahkan persyaratan:
- Surat Keputusan Penetapan Tewas dari PPK;
- Surat verifikasi dan validasi dari BKN;
- Surat laporan kronologis kejadian dari instansi;
80
13. Fotokopi surat nikah (jika peserta telah menikah)
14. Fotokopi KPI/KARIS/KARSU
15. Fotokopi Kartu Keluarga (KK)
16. Fotokopi KTP ahli waris yang masih berlaku
17. Asli surat keterangan sekolah/kuliah
18. Fotokopi buku rekening tabungan
81
5. Pensiun karena cacat: %x gaji atas berkurangnya fungsi organ
maksimal 70%
6. Biaya pengobatan sampai sembuh
7. Santunan tidak mampu bekerja: 100% gaji (dievaluasi per 6 bulan)
8. Biaya rehabilitasi medik: Rp. 2.600.000
9. Biaya penggantian gigi: Rp. 3.900.000
10. Santunan kematian kerja: 60% x 80 gaji
11. Uang duka tewas: 6x gaji
12. Biaya pemakaman: Rp.10.000.000
13. Beasiswa: Rp. 15.000.000 - Rp 45.000.000
82
- Cacat total tetap:
• Santunan sekaligus: 70% x 80 upah sebulan
• Santunan berkala: Rp. 500.000 x 24 bulan diberikan sekaligus
Rp. 12.000.000
• Beasiswa maksimal 2 anak sebesar maksimal Rp. 174.000.000
4. Meninggal dunia:
- Santunan sekaligus: 60%x 80 upah sebulan
- Santunan berkala: Rp. 500.000 x 24 bulan diberikan sekaligus Rp.
12.000.000
- Biaya pemakaman Rp. 10.000.000
- Beasiswa maksimal 2 anak sebesar maksimal Rp. 174.000.000
• TK/SD: Rp. 1.500.000 per tahun maksimal 8 tahun
• SMP: Rp. 2.000.000 per tahun maksimal 3 tahun
• SMA: Rp. 3.000.000 per tahun maksimal 3 tahun
• Universitas/PT: Rp. 12.000.000 per tahun maksimal 5 tahun
85
setiap bulan. Jenis dan jumlah tenaga kesehatan yang ditetapkan
tersebut harus mempertimbangkan jumlah pasien COVID-19 yang
ditangani.
90
c) Surat keterangan kematian dari pihak yang berwenang
d) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) tenaga kesehatan yang
bersangkutan dan ahli waris serta Kartu Keluarga (KK)
e) Surat keterangan ahli waris dari lurah/kepala desa
f) Fotokopi buku rekening bank ahli waris
g) Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) yang dibuat oleh
pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan atau pimpinan institusi
kesehatan dengan dibubuhi meterai Rp 6.000 (enam ribu rupiah) dan
h) Surat usulan dari pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan atau
pimpinan institusi kesehatan kepada tim verifikasi.
92
BAB 4
PENGATURAN JAM KERJA, SHIFT, METODE DINAS,
SERTA PENANGANAN PSIKOSOSIAL BAGI DOKTER YANG MENANGANI
COVID-19
Di era pandemi ini, banyak dokter yang harus bekerja lebih keras
karena meningkatnya kebutuhan untuk layanan COVID-19. Banyak
fasilitas kesehatan yang masih mengalami kekurangan tenaga
kesehatan. Kita juga masih sering sering menemukan tenaga medis yang
bekerja dengan shift tanpa jeda, shift malam permanen, atau jam kerja
yang lebih panjang dari 40 jam per minggu. Dokter juga menghadapi
bahaya psikososial yang diperburuk selama keadaan darurat di mana
permintaan meningkat dan mereka harus mengalami risiko infeksi yang
lebih tinggi. Jam kerja yang panjang, kerja shift, beban kerja yang tinggi,
dan bahaya psikososial lainnya dapat menyebabkan kelelahan kerja.
Kelelahan dari jadwal kerja yang padat dapat diperburuk kondisi
lingkungan yang kurang baik, perjalanan panjang dari tempat kerja ke
tempat tinggal, dan tuntutan pelayanan pada para tenaga kesehatan.
Kelelahan tersebut dapat meningkatkan risiko cedera dan perburukan
kondisi kesehatan yang rentan terhadap infeksi, penyakit, peningkatan
tekanan psikologis atau menurunnya kesehatan mental yang
memengaruhi kesehatan pekerja kesehatan, dan kualitas serta
keamanan perawatan yang diberikan. Untuk mengatasi permasalahan
ini, perlu dibentuk jadwal kerja yang dapat mengurangi risiko kelelahan
(fatigue) bagi tenaga kesehatan.
Bahaya yang terkait dengan kerja shift dan jam kerja yang panjang
bersifat kompleks. Jam kerja mempengaruhi level pajanan dan
ketahanan tubuh tenaga kesehatan dalam proses pelayanan kesehatan.
Selain itu, setiap orang memiliki ritme sirkadian berbeda yang
memengaruhi kinerja mereka pada waktu yang berbeda dalam sehari.
93
Dalam keadaan biasa, orang dewasa membutuhkan 7 - 9 jam tidur per
malam, kesehatan yang optimal, dan kesejahteraan.
96
olahraga, kebiasaan makan yang baik dan istirahat yang cukup;
97
sebagai akibat dari stres jangka panjang dan beban kerja yang
berlebihan. Ini dapat terjadi terutama di antara individu yang sangat
termotivasi dan berdedikasi dalam pekerjaan mereka. Keinginan untuk
berhasil dan harapan yang tinggi mungkin kontras dengan kelelahan fisik,
emosional dan mental yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk
mencapai tujuan.
99
dengan dokter untuk mengatasi masalah intimidasi di tempat kerja,
dengan menciptakan perasaan ikatan di antara peserta. Teknik kreatif
juga dapat menghilangkan rasa takut dengan mengembangkan rasa
humor.
Budaya organisasi
a) Teknik pembentukan tim harus dipraktikkan, termasuk memfasilitasi
komunikasi dan manajemen konflik. Staf harus peka terhadap satu
sama lain, karena salah satu keluarga staf mungkin terpengaruh
dampak wabah tersebut.
b) Psikiatri harus menghubungi semua anggota staf nasional dan
internasional (termasuk penerjemah, pengemudi, sukarelawan) yang
selamat dari insiden kritis 1 - 3 bulan setelah kejadian. Dokter tersebut
harus menilai fungsi dan perasaan dokter yang selamat dan menilai
kondisi kesehatan mental (misalnya depresi, PTSD, penggunaan zat)
dan merujuk ke perawatan klinis orang-orang dengan masalah
substansial yang belum sembuh dari waktu ke waktu.
Praktik individu
a) Pengaturan waktu istirahat
b) Pemenuhan kebutuhan dasar
c) Dukungan psikologis
d) Peragaan peran oleh organisasi dan manajer lapangan: Manajer
harus menjadi panutan bagi staf di bawah pengawasan mereka dan
harus berperilaku dengan cara yang menunjukkan bagaimana
mengurangi stres (misalnya mengambil istirahat kerja yang sesuai,
mempraktikkan pengurangan stres dan latihan relaksasi). Yang
terpenting, manajer lapangan harus memastikan bahwa kebutuhan
dasar staf terpenuhi dan alat pelindung disediakan, tenaga kerja
dihargai, dan upaya mereka dihargai.
100
4.2.2. Langkah-Langkah Untuk Mengelola Stres Selama Berbagai Tahap
Tanggap Darurat
1) Meminimalkan stres sebelum krisis
a) Pastikan bahwa dokter memahami sistem tanggap darurat
secara keseluruhan serta peran dan tanggung jawab dalam tim.
b) Tetapkan garis komando yang jelas untuk meminimalkan stres
dengan menghilangkan kebingungan perihal alur pelaporan.
c) Berikan pelatihan rutin tentang teknik manajemen stres.
d) Memberikan pelatihan berkelanjutan untuk memastikan bahwa
dokter benar-benar memahami prosedur dan kebijakan
keselamatan.
e) Mengembangkan pedoman untuk membantu dokter
mempersiapkan penerapan teknisnya.
f) Menyimpan informasi kontak anggota keluarga terbaru untuk
setiap dokter
102
BAB 5
PEDOMAN PERILAKU SOSIAL, MEDIA SOSIAL DAN ILMIAH BAGI DOKTER DI
ERA PANDEMI COVID -19
5.3. Ilmiah
104
Untuk penyelenggara acara, maka langkah pencegahan COVID-19
yang dilakukan diantaranya adalah:
1) Tahap perencanaan:
a) Koordinasi
b) Membuat rencana kesiapan untuk mendeteksi dan memantau
insiden terkait dengan COVID-19
c) Penyediaan sarana dan prasarana (fasilitas cuci tangan, APD,
penanda jarak, tempat sampah tertutup, dan lainnya) sesuai
rekomendasi pemerintah setempat
2) Tahap operasional, bertujuan untuk:
a) Modifikasi tempat penyelenggaraan:
i. Acara dilakukan di ruang terbuka, jika tidak memungkinkan
maka dilakukan di area yang memiliki ventilasi baik
ii. Tempat duduk diatur dengan jarak minimal 1 meter
iii. Jalan masuk dan keluar diatur, dan diberikan penanda jarak
b) Modifikasi peserta:
i. Mewajibkan peserta memakai masker, menjaga jarak, dan
menjaga kebersihan tangan
ii. Acara tidak boleh dihadiri orang yang sakit, usia >60 tahun,
atau memiliki kondisi kormorbiditas (penyakit kardiovaskular,
penyakit paru kronis, diabetes, kanker)
iii. Menghitung dan membatasi jumlah peserta yang hadir (tidak
lebih dari 1 orang setiap 10 m2)
c) Memberitahukan kepada peserta tentang langkah pencegahan
sebelum acara dimulai, kemudian diingatkan kembali selama
acara berlangsung
d) Disarankan tidak menyediakan konsumsi berupa prasmanan.
3) Tahap setelah acara: dilakukan penyimpanan daftar hadir peserta,
minimal 1 bulan setelah acara
105
LAMPIRAN 1
106
TABEL PERBANDINGAN SEDIAAN VAKSIN SARS-CoV-2
Rencana
Jadwal
Produsen Penyimpanan Harga per dosis masuk
pemberian Usia subjek Platform Lokasi uji klinis fase 3
Indonesia
University of Oxfor 0, 28 hari >18 tahun (termasuk Inggris, AS, Afrika Selatan,
2 - 8o C $2 - $5 Viral vector Q2 2021
d/Astra Zeneca >55 tahun) Kolombia, Peru, Argentina
-18o
C (frozen type) Belum ada Rusia, UAE, Belarusia, India, Ven
Gamaleya 0, 21 hari $10 18 - 60 tahun Viral vector
2 - 8o data ezuela
C (lyophilized)
0 (single
Janssen/Johnson -20o C >18 tahun (termasuk Belum ada AS, Argentina, Chili, Kolombia,
o
shot) atau $10 Viral vector
& Johnson 2 - 8 C (3 bulan) >55 tahun) data Meksiko, Afrika Selatan, Filipina
0, 56 hari
18 tahun atau
0 hari Belum ada Belum ada China, Pakistan, Argentina,
Cansino Belum ada data lebih (termasuk Viral vector
(single shot) data data Chili, Meksiko, Rusia
>55 tahun)
106
106
LAMPIRAN 2
107
Risiko Sedang Checklist
- Swab RT-PCR atau tes cepat molekuler SARS-CoV-2 untuk skrining pre-
admisi/tindakan
- Kebijakan pengendalian infeksi pada pasien
- SPO dan Pelatihan PPI
- Sosialisasi dan penerapan 5M dan 3T
- Pengaturan jam kerja : 40 jam seminggu, 8 jam/hari (maks 12 jam/hari), shift
metropolitan atau continental, dokter usia > 45 tahun disarankan nonshift
- Fasilitas pemeriksaan kesehatan sebelum dan di akhir penempatan di
pelayanan COVID-19 (termasuk RT-PCR SARS-CoV-2)
- Pembiayaan MCU, Jamkes, JKK, JKD, kompensasi saat isolasi/karantina
- Protokol kesehatan saat pertemuan dan rapat
- Protokol kesehatan saat ibadah, istirahat dan makan
- Algoritme/Alur/PPK terkait pelayanan COVID-19 dan non COVID-19
- SPO Rujukan COVID-19
- Penatalaksanaan kembali kerja (return to work) pasca sakit
- Penentuan COVID-19 Akibat Kerja
- Pelayanan Posko Kesehatan Kerja/Poliklinik Pegawai
- Pengaturan gizi dan olahraga
d. APD: Level 2
108
Risiko Tinggi dan Sangat Tinggi Checklist
a. Eliminasi Sudah Belum
- Vaksinasi
- Disinfeksi untuk menghilangkan virus dari permukaan atau benda-benda
- Mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer
b. Pengendalian Teknik Sudah Belum
- Pengaturan dan pemeliharaan sistem HVAC pada ruangan bertekanan
negatif dengan anteroom dilengkapi sarana HEPA filter dan lampu UV-C
serta pengaturan intake udara bersih ke ruangan, arah aliran udara yang
baik juga pergantian udara perjam minimal 12x ACH
- Meja periksa dokter: barrier mika dan penanda jarak dengan kursi pasien
- Pemberian jarak minimal 1meter antar pasien ranap di Bangsal
- Zonasi ruangan untuk pasien COVID-19 dan non COVID-19
- Tempat lepas-pasang APD terpisah
109
Risiko Tinggi dan Sangat Tinggi Checklist
110
LAMPIRAN 3
CARA PEMAKAIAN DAN PENGLEPASAN APD
112
Telah diolah kembali dari: WHO
113
LAMPIRAN 3
CARA PEMAKAIAN DAN PENGLEPASAN APD
115
B) Contoh Alat Pelindung Diri Berdasarkan Anjuran WHO dan
Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 (Standar
Minimal)
Telah diolah kembali dari: WHO. Rational use of personal protective equipment for
Coronavirus disease (COVID-19) and consideration during severe shortages. Interim
guidance 6 April 2020
116
LAMPIRAN 5
117
B. Contoh Triase Menggunakan Algoritma dari WHO
Telah diolah kembali dari: WHO. Algorithm for COVID-19 triage and refferal. Patients
triage and refferal for resource-limited settings during community
transmission. 22 Maret 2020.
a) Penggunaan alur rujukan dan triase ini harus mempertimbangkan peraturan dan
pedoman pemerintah
b) Mengikuti keputusan klinis dokter dan kapasitas yang ada, contohnya apabila
pasien memerlukan penanganan yang lebih tinggi dari yang dapat diberikan oleh
fasilitas tersebut
c) Jika belum dites atau hasil tes sebelumnya negatif tapi klinis mengarah ke COVID-19
118
LAMPIRAN 6
Jenis pemeriksaan MCU awal kerja, berkala (tahunan), dan akhir kerja
tenaga kesehatan
- Anamnesa termasuk pekerjaan dan bahaya potensial di tempat
kerja
- Pemeriksaan fisik lengkap
- Pemeriksaan penunjang:
• Laboratorium: darah lengkap, urin lengkap, foto thorax PA,
HBsAg, anti HBsAg, anti HCV
• Foto thorax PA
• Usia lebih 40 tahun:
o Pemeriksaan laboratorium kimia darah: glukosa darah
puasa dan 2 jam pp, profil lipid, asam urat, ureum,
kreatinin, SGOT, dan SGPT
o EKG
• Pada masa pandemi COVID-19: pemeriksaan swab RT-PCR
SARS-CoV-2
- Pemeriksaan mental:
• Awal kerja dengan MMPI Test
• Berkala: pemeriksaan stres dengan SDS test, SRQ 20, burn out
dengan WBI instrument, pemeriksaan depresi dengan PHQ-8
instrument
119
LAMPIRAN 7
FORMULIR SELF ASSESMENT RISIKO COVID-19
120
TINDAK LANJUT
A. STAF RUMAH SAKIT
• Jika total skor 0 (risiko rendah) atau 1-4 (risiko sedang), petugas
di perbolehkan ke Rumah Sakit dengan tetap menjalani proses
skrining dan pengukuran suhu tubuh.
• Apabila didapatkan suhu tubuh < 38°C, Petugas dapat
melanjutkan ke area kerja di Rumah Sakit .
• Apabila didapatkan suhu tubuh ≥ 38°C agar dilakukan
investigasi dan pemeriksaan lanjutan di triase COVID-19.
• Jika total skor ≥ 5 = (risiko tinggi), petugas segera melaporkan
ke atasan, melakukan karantina mandiri dan tidak
diperbolehkan bertugas.
B. PASIEN
• Jika total skor 0 (risiko rendah) atau 1-4 (risiko sedang),
p asien tetap menjalani proses skrining dan pengukuran
suhu tubuh.
• Apabila didapatkan suhu tubuh < 38°C, pasien dapat
melanjutkan ke tujuan pelayanan kesehatan yang di butuhkan
di area nonCOVID-19.
• Apabila didapatkan suhu tubuh ≥ 38°C agar dilakukan
investigasi dan pemeriksaan lanjutan di triase COVID-19 untuk
memastikan kemungkinan gejala COVID-19.
• Jika total skor ≥ 5 = (risiko tinggi), Pasien dapat langsung ke
triase baik di IGD maupun Rawat jalan khusus COVID-19
untuk mendapatkan pemeriksaan lanjutan (pemeriksaan RT-
PCR) dari tenaga kesehatan.
C. PENGUNJUNG
• Jika total skor 0 (risiko rendah) atau 1-4 (risiko sedang),
pegunjung di perbolehkan ke Rumah Sakit dengan tetap
menjalani proses skrining dan pengukuran suhu tubuh.
• Apabila didapatkan suhu tubuh < 38° C, Pengunjung dapat
melanjutkan ke tujuan yang di butuhkan di area nonCOVID-
19.
• Apabila didapatkan suhu tubuh ≥ 38° C agar dilakukan
investigasi dan pemeriksaan lanjutan di triase COVID-19 dan
di perlakukan sebagai pasien.
• Jika total skor ≥ 5 (risiko tinggi), pengunjung segera mendatangi
Rumah Sakit dan langsung ke bagian triase baik di IGD maupun
Rawat jalan khusus COVID-19 untuk mendapatkan
pemeriksaan lanjutan (pemeriksaan RT-PCR) dari tenaga
kesehatan sebagai pasien gejala COVID-19.
Pernyataan:
Saya telah membaca, memahami, dan menerima sepenuhnya
pernyataan yang saya buat dalam formulir ini terkait dengan
potensi risiko penularan COVID-19 kepada diri saya sendiri,
anggota keluarga saya maupun orang lain.
…………., …………………..,
Tanda tangan
121
ALUR TINDAK LANJUT HASIL FORMULIR SELF ASSESMENT RISIKO COVID-19
122
LAMPIRAN 8
123
* Bukan risiko rendah = risiko sedang, tinggi, sangat tinggi
124
LAMPIRAN 9
A) Contoh Alur Berdasarkan Centers for Disease Control and Prevention (CDC)
Telah diolah kembali dari: Centers for Disease Control and Prevention. Managing
exposed healthcare workers (Interim Guidance) 12 September 2020.
125
B) Contoh Alur Untuk Dokter dengan Risiko Tinggi Berdasarkan Panduan dari
Society of Occupational Medicine (Rueda-Garrido dkk, 1 Juni 2020)
Telah diolah kembali dari: Rueda-Garrido JC, Vicente-Herrero MT, Campo MT, Reinoso-
Barbero L, Hoz RE, Delclos GL. Return to work guidelines for the COVID-19 pandemic.
Occup Med.1 Juni 2020;70:300–5.
#
Yang termasuk risiko tinggi adalah tenaga kesehatan (dokter), meskipun
menggunakan APD dengan benar
* Tes serologi:
- Tidak menggunakan pemeriksaan non kuantitatif seperti rapid test (lateral flow
assay), karena tidak dapat diketahui peningkatan titer antibodi.
- Interpretasi harus dilakukan secara hati-hati oleh tim ahli.
- Hasil pemeriksaan tergantung pada waktu pemeriksaan, klinis, epidemiologi
dan prevalensi setempat, tipe tes yang digunakan, metode validasi, dan
reliabilitas.
- Selain RT-PCR mungkin dapat dipertimbangkan pemeriksaan NAAT yang lain
126
C) Contoh Pertimbangan Kembali Bekerja Berdasarkan Hasil Pemeriksaan
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan untuk kembali bekerja
diantaranya adalah pemeriksaan laboratorium pada pemantauan.
Pemantauan dilakukan serial setiap 1 – 3 hari, disesuaikan dengan kondisi
klinis dokter terkonfirmasi COVID-19.
ALC: absolute lymphocyte count; ALT: alanine transaminase; APTT: activated partial
thromboplastin Time; AST: aspartate transaminase; CRP: c-reactive protein; LDH: lactate
dehydrogenase; PT: prothrombin time, RT-PCR: reverse transcription polymerase chain reaction;
TCM: tes cepat molekular;
Telah diolah kembali dari: Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik dan
Kedokteran Laboratorium Indonesia. Usulan panduan pemeriksaan laboratorium
COVID-19. 2020
127
LAMPIRAN 10
128
DAFTAR PUSTAKA
129
2021. (https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/hcp/mitigating-
staff-shortages.html)
Centers for Disease Control and Prevention. Strategies to mitigate
healthcare personnel staffing shortages. 14 Februari 2021
(https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/hcp/mitigating-staff-
shortages.html)
Centers for Disease Control and Prevention. Testing healthcare personnel.
14 Februari 2021. (https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-
ncov/hcp/testing-healthcare-personnel.html)
Costa G. Factors influencing health of workers and tolerance to shift work.
Theoretical Issues in Ergonomics Science. 2003, 4:3-4, 263–88.
COVID-19 Coronavirus Pandemic [Internet]. Worldometers. 2020.
Available from: https://www.worldometers.info/coronavirus/
Driggin E, Madhavan MV, Bikdeli B, Chuich T, Laracy J, Biondi-Zoccai G,
dkk. Cardiovascular considerations for patients, health care workers,
and health systems during the COVID-19 pandemic. Journal of the
American College of Cardiology. 2020;75(18):2352-71.
Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
pedoman teknis ruang isolasi. 2015
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Pedoman teknis bangunan dan prasarana ruang isolasi penyakit
infeksi emerging. 2020
Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan. Panduan teknis pelayanan
rumah sakit pada masa adaptasi kebiasaan baru. Direktorat
Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 2020
Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19. 2020. Available from:
https://COVID- 19.go.id/peta-sebaran
Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Penanganan. Standar
Alat Pelindung Diri (APD) Untuk Penanganan COVID-19 di Indonesia.
Revisi 2. 2020.
Hanafi BK. Managing HVAC System During COVID-19 Pandemic. 2020
Ikatan Dokter Indonesia. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Ikatan Dokter Indonesia. 2018.
130
Ikatan Dokter Indonesia, Persatuan Dokter Gigi Indonesia. Petunjuk
Pencegahan Penularan COVID-19 Untuk Petugas Kesehatan. Edisi 1.
2020.
Indonesian Industrial Hygiene Association. Surat Edaran Himbauan Untuk
Mengimplementasikan Metode Pengendalian Teknis Guna
Mengendalikan Penularan COVID-19 di Perkantoran. 2020
International Labour Organization-World Health Organization.
Occupational Safety and Health in Public Health Emergencies.2018
Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 24 Tahun
2016 tentang Persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah
Sakit. 2016
Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun
2016 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat Kerja.
2016
Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 66 Tahun
2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit. 2016
Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun
2017 tentang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan. 2017
Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 52 Tahun
2018 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan. 2018.
Kementerian Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.01.07/Menkes/327/2020 tentang Penetapan COVID-19 Akibat
Kerja Sebagai Penyakit Akibat Kerja yang Spesifik pada Pekerjaan
Tertentu. 2020
Kementerian Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.01.07/Menkes/413/2020 tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). 2020.
Kementerian Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.01.07/Menkes/446/2020 tentang Petunjuk Teknis Klaim
Penggantian Biaya Pelayanan Pasien Penyakit Infeksi Emerging
131
Tertentu Bagi Rumah Sakit Yang Menyelenggarakan Pelayanan
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). 2020
133
134
135
DATA PRIBADI
Nama : ________________________________________
Alamat : ________________________________________
________________________________________
Kota : ________________________________________
Telepon : ________________________________________
Email : ________________________________________
________________________________________
Instansi
Nama instansi : ________________________________________
Alamat : ________________________________________
________________________________________
Kota : ________________________________________
Telepon : ________________________________________
Email : ________________________________________
Website : ________________________________________
136
CATATAN
___________________________________________________________________
___________________________________________________________________
___________________________________________________________________
___________________________________________________________________
___________________________________________________________________
___________________________________________________________________
___________________________________________________________________
___________________________________________________________________
___________________________________________________________________
___________________________________________________________________
___________________________________________________________________
___________________________________________________________________
___________________________________________________________________
___________________________________________________________________
___________________________________________________________________
___________________________________________________________________
___________________________________________________________________
137
138