Anda di halaman 1dari 79

BAB I

PENDAHULUAN

A. Ilmu Ekonomi dan Ekonomi Makro

Ilmu ekonomi didefenisikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana sesorang

manusia dapat memenuhi kebutuhan–kebutuhannya dari berbagai alternative kebutuhannya

yang relative tidak terbatas sedangkan alat pemuas kebutuhannya yang terbatas.

Ekonomi makro merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang mengkhususkan

mempelajari mekanisme bekerjanya perekonomian secara agregatif. Dengan demikian

pokok-pokok variabel agregatif ekonomi makro adalah sebagai berikut: tingkat pendapatan

nasional, tingkat pengangguran, tingkat pengeluaran konsumsi rumah tangga, jumlah

saving, jumlah investasi, jumlah uang yang beredar, tingkat harga-harga dipasar, tingkat

suku bunga, neraca pembayaran internasional, dan hutang pemerintah.

Dengan dapatnya kita memahami masalah-masalah ekonomi makro maka kita akan

dapat membantu memecahkan masalah–masalah yang dihadapi suatu perekonomian.

Misalnya jikalau terjadi masalah pengangguran yang hebat dalam suatu perekonomian,

maka kita akan dapat memecahkan masalah pengangguran dengan menjawab pertanyaan

ekonomi makro adalah faktor-faktor apakah yang menyebabkan meluasnya tingkat

pengangguran? Begitu juga kalau terjadi penurunan tingkat pendapatan nasional maka kita

dapat menjawab faktor-faktor apakah yang menyebabkan penurunan tingkat pendapatan

nasional, jikalau terjadi peningkatan pengeluaran konsumsi masyarakat secara makro dapat

kita menjawab faktor-faktor apakah yang menyebabkan peningkatan pengeluaran


konsumsi. Begitu juga tingkat inflasi, tingkat suku bunga, neraca pembayaran

internasional, dan hutang pemerintah.

B. Model Analisis Dalam Ekonomi Makro

Dalam memecahkan masalah-masalah ekonomi makro perlu menggunakan sebuah

model, model dibentuk berdasarkan permasalahan–permasalahan ekonomi makro secara

agregatif dengan bantuan matematik model ekonomi makro dapat dibentuk. Karena

matematik dalam menyederhakan masalah-masalah ekonomi makro menjadi sederhana dan

dapat dimengerti secara tepat. Selain matematik ilmu statistik dan ilmu-ilmu lainnya seperti

ilmu psikologi juga dapat membantu pemecahan masalah-masalah ekonomi makro. Seperti

misalnya terjadi penurunan pengeluaran konsumsi hal ini disebabkan oleh penurunan

tingkat pendapatan nasional tetapi pengeluaran konsumsi juga dipengaruhi oleh ilmu

pisikologi yaitu hasrat konsumsi seseorang semakin berkurang hasrat ini dipengaruhi oleh

faktor psikologi seseoarang itu sendiri yang berasal dari kebiasaan seseorang dalam

mengeluarkan sejumlah uang karena berbagai keperluan lainnya.

Secara matematik model analisis ekonomi makro dapat disederhanakan sebagai berikut

Y = C + S…………………………………………………………………………….. (1)

dimana Y adalah pendapatan nasional

C adalah besarnya konsumsi

S adalah besarnya saving

Y= C + I………………………………………………………………………………...(2)

Dimana Y= adalah pendapatan nasional


C = adalah besarnya konsumsi

I = adalah besarnya Investasi

Y= C + I + G…………………………………………………………………………(3)

Dimana Y = adalah pendapatan nasional

I = adalah besarnya Investasi

G = adalah besarnya pengeluaran pemerintah

Y= C + I + G +(x-m) …………………………………………………………………(4)

Dimana Y = adalah pendapatan nasional

I = adalah besarnya Investasi

G = adalah besarnya pengeluaran pemerintah

(x-m) = adalah besarnya ekspor dan impor atau selisih ekspor dan impor

C. Tujuan-Tujuan Kebijakan Ekonomi Makro

Tujuan merupakan sesuatu yang ingin dicapai, ekonomi makro bertujuan untuk

mencapai hal-hal sebagai berikut:

1. Perekonomian mencapai tingkat kesempatan kerja yang tinggi, artinya dalam suatu

perekonomian diharapkan dapat mengurangi tingkat pengangguran karena

pengangguran buka saja merupakan gejala ekonomi tetapi pengangguran juga

menimbukan masalah sosial yang tidak diinginkan oleh masyarakat atau negara

manapun.

2. Perekonomian dapat meningkatkan kapasitas produksi nasional, artinya kapasitas

produksi nasional yang tinggi dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional


yang pada gilirannya pertumbuhan ekonomi nasional akan dapat meningkatkan

pembangunan nasional.

3. Perekonomian dapat meningkatkan pendapatan nasional, artinya tingkat pendapatan

nasional yang tinggi dapat mempengaruhi tingkat pengeluaran konsumsi agregat,

dan jumlah saving secara agregat. Tingkat pendapatan nasional mencerminkan

jumlah barang-barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian suatu negara.

4. Perekonomian yang stabil, artinya perekonomian yang dapat mempengaruhi jumlah

investasi, investasi berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi yang akhirnya

pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat membantu pembangunan ekonomi secara

nasional

5. Perekonomian mencapai neraca pembayaran luar negeri yang seimbang, artinya

perekonomian dari sisi ekspor dan sisi impor tidak depisit dan tidak surplus.

6. Perekonomian mencapai pemerataan dalam distribusi pendapatan, artinya distribusi

pendapatan yang merata berpengaruh terhadap pemerataan distribusi barang dan

jasa secara merata pula.

D. Macam-Macam Pasar Dalam Ekonomi Makro

Pasar dalam ekonomi makro terbagi dalam empat macam pasar sebagai berikut:

1. Pasar Uang terdiri dari

a) Permintaan dan penawaran uang uang untuk transaksi

b) Permintaan dan penawaran uang untuk berjaga-jaga

c) Permintaan dan penawaran uang untuk spekulasi

2. Pasar tenaga kerja


a) Permintaan dan penawaran pasar tenaga kerja

b) Permintaan dan penawaran upah riil dan nominal

3. Pasar modal

a) Permintaan dan penawaran surat-surat berharga

b) Perintaan dan penawaran harga-harga surat-surat berharga

4. Pasar komoditi

a) Permintaan dan penawaran barang-barang dan jasa-jasa

b) Permintaan dan penawaran harga-harga barang-barang dan jasa-jasa

Latihan:

1. Jelaskan defenisi ilmu ekonomi dan ilmu ekonomi makro?

2. Jelaskan defenisi model ekonomi?

3. Jelaskan peranan ilmu matematika dan ilmu statitistik serta ilmu lainnya dalam

menyederhanakan masalah-masalah ekonomi makro?

4. Sebutkan dan jelaskan tujuan–tujuan kebijakan ekonomi makro?

5. Sebutkan macam-macam pasar dalam ekonomi makro?


BAB II

ANALISIS PENDAPATAN NASIONAL

DAN PERTUMBUHAN EKONOMI

A. Pendapatan Nasional

Salah satu tolak ukur dalam menentukan keberhasilan sebuah perekonomian dapat

dilihat dari jumlah pendapatan nasional yang dicapai. Pendapatan nasional terdiri dari

akuan pemilikan (claims) atas hasil-hasil produksi yang dihasilkan oleh sebuah

perekonomian atau disebut produksi nasional. Namun demikian konsep produksi

nasional dan pendapatan nasional tidak bisa dipisahkan karena keduanya melihat nilai

pasar dan output suatu perekonomian.

Tiga metode dalam menghitung pendapatan nasional adalah sebagai berikut:

1. Metode produksi

Metode produksi pendekatan nasional diperoleh dengan menjumlahkan nilai

produksi barang-barang dan jasa-jasa yang diciptakan oleh semua sektor ekonomi, harga

yang dihitung adalah harga faktor –faktor produksi yang digunakan tiap proses produksi
selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Hasil perhitungannya disebut

produksi nasional bruto menurut harga factor (PNB).

Jenis barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan dalam jangka waktu tertentu

sangat banyak seperti, komputer, televise, radio, kipas angin, mobil, Honda dll. Dan

untuk menyederhanakan perhitungannya tipa barang dipisahkan menurut kelompoknya

sebagai berikut: barang primer, barang sekunder, dan tersier atau pembagian tersebut

dapat diubah menjadi barang pertanian, barang industri dan barang jasa.

Tentunya dalam melakukan aktivitas produksi umumnya terpisah dari bagian–

bagian proses produksi misalnya untuk memproduksi motor tidak semuanya komponen-

komponen dihasilkan dalam satu perusahaan. Mesin dibuat oleh perusahaan A, Produksi

Ban oleh perusahaan B, baut dan mor oleh perusahaan C, busi dan komponen-komponen

lainnya oleh perusahaan D. kalau hal ini dilakukan dalam mengitung proses produksi

secara total maka akan terjadi perhitungan berulang-ulang (double counting). Dengan

demikian untuk memudahkan perhitungan sekali saja maka yang dihitung adalah nilai

tambah pada masing-masing sektor sebagai berikut:

NT = NK – NM

Dimana NT adalah nilai tambah,

NK adalah nilai output di tiap sector dan

NM adalah input di tiap sector

Jika nilai tambah disemua sector sudah diketahui, maka PDB bisa dicari dimana

besarnya PDB tersebut adalah penjumlahan total dari seluruh nilai tambah di semua

sektor

PDB = ∑NT
Untuk lebih jelasnya perhitungan pendapatan nasional dengan menggunakan

perhitungan nilai tambah dalam setiap proses produksi

Tabel 2.1 Perhutungan nilai tambah pembuatan kapas hingga menjadi batik (juta

rupiah)

Sekor /Sub Hasil Produksi Nilai Nilai Nilai Tambah

sektor Output Input (NK)

(NK) (NM)
Primer: Kapas 100 0 100

-pertanian

-Perkebunan Karet 9.500 9.500


Sekunder

-pemintalan Benang 150 100 50

-penenunan Kain mori 210 150 60

-pembatikan Kain batik 280 210 70


Tersier

-penjahitan Baju batik 480 280 200

-perdagangan Baju batik 550 480 70

BAN

MOTOR/MOBIl/SEPEDA Rp

25.000/Kg

level petani
Jumlah 1.770 1.220 550
Penjumlahan nilai tambah yang dihasilkan sebesar 550 adalah mencerminkan

nilai produksi yang sesungguhnya disebut produksi nasional bruto(PNB) bila telah

dikurangi dengan penyusutan (depresesi=D) maka menjadi produk nasional netto

(PNN) sehingga dapat ditulis


(PNN = PN –D)

Faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan barang-barang dan

jasa disuatu negara ada yang dimiliki oleh warga negara asing ada yang dimiliki oleh

warga negara itu sendiri. Begitu juga tempat pemanfaatan faktor produksi ada yang

bertempat dinegara itu sendiri ada yang bertempat di negara asing.

Untuk itu nilai faktor produksi milik penduduk setempat yang digunakan

dinegara itu sendiri disebut NPPDN (nilai factor produksi dalam negeri).Kemudian

factor-faktor produksi milik penduduk setempat yang digunakan di luar negeri disebut

NPPLN (nilai factor produksi luar negeri). Kemudian nilai factor-faktor produksi milik

warga asing tetapi digunakan dinegara tersebut disebut NPADN (nilai factor milik

warga asing Dalam negeri) untuk lebih jelasnya hubungan NPDN = NPPLN= NPADN

sebagai berikut:

PDB = NPPDN + NPADN

PDB =NPPDN + NPPLN

PNB =PDB-PFB

2. Metode Pendapatan

Pendapatanan nasional dengan menggunakan metode pendapatan adalah dengan

menjumlahkan seluruh pendapatan yang diterima oleh semua lapisan masyarakat

disebuah negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun) yang diperoleh

sebagai balas jasa langsung dari perusahaan. Kalau tanah yang dijual maka pembayaran

berupa sewah dari tanah, kalau tenaga kerja yang dijual maka pembayarannya bentuk

upah atau gaji, kalau modal yang dipinjamkan maka bunga yang diterima, kalau skill
yang dijual pada sektor perusahaan maka yang diterima adalah laba kewiraswastaan

tersebut. menurut metode pendapatan semua balas jasa yang diterima oleh sektor rumah

tangga produksi dijumlahkan selama jangka waktu tertentu

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat perhitungannya dengan menggunakan metode

pendapatan seperti pada tabel 2.2 berikut ini

Tabel 2.1 Contoh perhintungan pendapatan nasional dengan menggunakan metode pendapatan

Balas Jasa yang diterima oleh sector Jumlah dalam

rumah tangga, (Amir), BADU, (Rp juta rupiah)

RANI, DWI, LOLA

Sewa Rp 200

Upah /gaji Rp500

Bunga modal Rp 50

Laba /SHU PT Rp150


Jumlah Rp 900

Dalam praktekya sesorang bisa saja bekerja secara sendiri oleh karena itu orang

yang bekerja secara sendiri semua pendapatannnya yang diterima dalam jangka waktu

tertentu tidak peduli apakah orang tersebut memberikan kontribusi bekerja atau tidak

disebut pendapatan perorangan (personal income). Dan juga tidak semua pendapatan

perorangan tersebut di konsumsi semua sebagian dibayar pajak kepada pemerintah untuk

pembangunan nasional oleh karena itu pendapatan perorangan tersebut dapat dirumuskan

sebagai berikut

( Y d = Y – Tx)

Ket: Yd = personal income after Tax

Tx = Pajak
S = Saving

3. Metode Pengeluaran

Metode pengeluaran ini adalah metode semua pengeluaran–pengeluaran berbagai

golongan masyarakat dalam sebuah perekonomian dengan jangka waktu tertentu

dihitung seluruhnya baik pengeluaran oleh sector rumah tangga (c), pengeluaran

perusahaan (I), pengeluaran konsumsi pemerintah (G) dan Ekspor bersih (X-M) yang

dihitung disini adalah nilai pengeluaran total yang dibeli oleh sector RTP, RTK, G, (X-

M ) semuanya dijumlahkan selama setahun menurut harga pasar maka pendapatan

nasional dapat dicari dengan formula sebagai berikut

PNBp = C + I + G + (X-M)

Untuk mencari pendapatan nasional bersihnya (PNN) adalah PNBp dikurangi

dengan nilai depresiasi sebagai berikut

PNN = PNBp - D

Nilai perhitungannya melalui pendekatan produksi nilai produksi yang diciptakan

oleh berbagai sektor ekonomi suatu negara selama periode tertentu haruslah sama

dengan jumlah seluruh pendapatan faktor-faktor produksi yang digunakan untuk

menghasilkan barang-barang tersebut maupun dengan nilai pengeluaran masyarakat atas

barang-barang yang dihasilkan pada tahun yang bersangkutan tetapi dalam kenyataannya

tidak akan sama karena ada pengaruh pajak, subsidi dan penyusutan oleh karena itu

besarnya pendapatan nasional bersih (PNB) adalah besarnya pendapatan nasioanl bersih

atas faktor produksi setelah dikurangi dengan pajak dapat di lihat pada formula berikut

ini
PNBf = PNBp - D

B. Pertumbuhan Ekonomi

Salah satu kegunaan penting dari data pendapatan nasional adalah untuk

menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara dari tahun ke

tahun. Dengan mengamati tingkat pertumbuhan ekonomi yang tercapai dari tahun ke

tahun dapatlah dinilai prestasi dan kesuksesan negara tersebut dalam mengendalikan

kegiatan ekonominya baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. perbandingan

tingkat pertumbuhan ekonomi sutau negara dapat juga melihat tingkat perkembangan

ekonomi antara negara yang satu dengan negara yang lain dalam prestasi ekonomi.

Untuk menghitung persentase pertumbuhan ekonomi suatu negara dari tahun ke

tahun dalam periode tertentu sebagai berikut:

PN- rilli - PN-rill0

G= x 100 %

PN-rill0

Dimana G = tingkat pertumbuhan ekonomi

PN- rill1 = pendapatan nasional tahun t

PN -rill0 = pendapatan nasional tahun sebelumnya

Sekiranya suatu negara tidak melakukan peghitungan pendapatan nasional

menurut harga tetap, untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi penghitungan

harus dilakukan secara dua tahap, (1) menghitung pendapatan nasional riil dengan

mendeflasikan pendapatan nasional pada harga masa kini, dan (ii) mengitung tingkat

pertumbuhan ekonomi. Menghitung pendapatan nasional riil dengan mendeflasikan


pendapatan nasional pada harga masa kini dilakukan dengan menggunakan formula

sebagai berikut:

100

PNriili = x PN masa kini i

HIi

Dimana PNriili adalah pendapatan nasional riil tahun I, HIi adalah indeks harga

atau pendeflasi pendapatan nasional (GNP deplator) dan PN masa kini I adalah

pendapatan nasional pada harga masa kini pada tahun i

Sebagai contoh pada tahun 2008 pendapatan nasional riil aadalah Rp120,2 triliun,

sedangkan pada tahun 2009 nilainya meningkat menjadi Rp128,2 triliun. Dengan

demikian tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara dalam satu tahun

sebagai berikut.

PN- rilli - PN-rill0

G= x 100 %

PN-rill0

= 128,2 - 120,2 x 100 = 7,0 %

120,2

Pada contoh yang kedua kita akan menggunakan pemisalan berikut, pada tahun

2009 PDB menurut harga berlaku bernilai Rp198,5 triliun pada tahun 2009 PDB

menjadi 225,7 triliun. Indeks harga tahun 2008 adalah 152 dan tahun 2009 adalah 160

dengan demikian terlebih dahulu harus dihitung pendapatan nasional riil tahun 2009

sebagai berikut.
152

PN-rill2009 = x 225,7 triliun = Rp214,4 triliun

160

Nilai Rp 214,4 triliun tersebut adalah nilai PDB tahun 2009 yang dihitung

berdasarkan harga-harga yang berlaku pada tahun 2008. Dengan demikian sekarang

kita telah dapat menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009 sebagai

berikut

214,4 – 198,5

G= x 100% = 8.0 %

198,5

D. Pertumbuhan Ekonomi Riau

Data mengenai tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau (PDRB) periode

tahun 2003 – 2007 tanpa migas

Tahun Pertumbuhan tahun Pertumbuhan

% %
2002 7,91 2005 8,53

2003 8,30 2006 8,67

2004 8,95 2007 8,25

Data mengenai tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia periode tahun 2003-

2007 sebagai berikut


Tahun Pertumbuhan tahun Pertumbuhan

% %
2002 5,09 2005 6,57

2003 5,80 2006 6,13

2004 6,17 2007 6,72

Berdasarkan perbandingan antara tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau

dengan tingkat pertumbuhan secara nasional pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau

lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan ekonomi secara nasonal.

Faktor penyebab tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau lebih tinggi dari

tingkat pertumbuhan ekonomi secara nasional adalah disebabkan oleh faktor

membaiknya iklim investasi di Riau khususnya sektor pertanian dan perkebunan. Dan

juga sector-sektor jasa yang semakin berkembang di Provinsi Riau seiring

diberlakukan otonomi daerah.

Latihan:

1. Jelaskan konsep pendapatan nasional?

2. Sebutkan tiga pendekatan penghitungan pendapatan nasional?

3. Jelaskan perbedaan NPPDN + NPPLN + NPADN?

4. Defenisi pertumbuhan ekonomi?


5. Factor apakah yang menyebabkan tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau lebih

tinggi dari pertumbuhan ekonomi secara nasional ?

BAB III

ANALISIS PENDAPATAN NASIONAL UNTUK

PEREKONOMIAN TERTUTUP SEDERHANA

A. Aliran Melingkar Perekonomian dua seKtor

Pelaku-pelaku ekonomi dalam suatu perekonomian terdiri dari: rumah tangga

keluarga, rumah tangga perusahaan dan rumah tangga pemerintah.

Dalam perekonomian tertutup sederhana, perekonomian dapat kita kenal pada dua

macam istilah adalah perekonomian yang belum mengenal tabungan artinya dalam

sauatu tingkat perekonomian seluruh pendapatan yang diterima oleh sector rumah

tangga keluarga (RTK) semuanya habis dikonsumsi. Selanjutnya perekonomian yang

sudah mengenal tabungan seluruh pendapatan yang diterima oleh sector RTK tidak

semuanya di konsumsi tetapi sebagian dari pendapatan tersebut ditabung (saving) ke

lembaga-lembaga keuangan sepeti perbankan dan selanjutnya perbankan akan

menyalurkan dalam bentuk investasi kepada sector RTP.

Perekonomian tertutup sederhana atau disebut perekonomian dua sector terdiri

dari sector rumah tangga (RTK) dan sector rumah tangga perusahaan (RTP)

perekonomian ini dapat pula disebut corak perekonomian yang belum mengenal

investasi dan hubungan luar negeri


Untuk melihat sirkulasi aliran dalam perekonomian dua sector yang sudah

mengenal tabungan dapat dilihat dari gambar 3.1 berikut ini

Gambar 3.1 Aliran perekonomian dua sector

1. Aliran factor produksi

2. aliran pendapatan

RTK RTP

3. Aliran konsumsi

4. Aliran barang-barang dan jasa-jasa Investasi

SAving Lembaga Keuangan

Dalam gambar 3.1 dapat dijelaskan pada aliran (1) RTK menjual faktor produksi

berupa tanah, tenaga kerja, modal dan skill kepada sector RTP disebut aliran faktor-faktor

produksi Aliran (2) RTP membayar jasa kepada RTK kalau tanah akan dibayar dalam

bentuk sewa tanah, kalau tenaga kerja dibayar dengan upah/gaji, kalau modal dibayar

dengan bunga modal, kalau skill dibayar dengan laba kewiraswataan dengan demikian

aliran ini disebut dengan aliran pendapatan bagi sector RTK. (3) RTK mengeluarkan
sejumlah pendapatannya untuk di konsumsi kepada sector RTP dan sebagian di Saving

pada lembaga keuangan. (4) RTP menjual barang-barang dan jasa-jasa dari hasil

produksinya

B. Perekonomian Tertup sederhana

Sebagai langkah pertama, kita ambil suatu perekonomian yang palin sederhana untuk

kita analisis, yaitu perekonomian tertutup disini adalah perekonomian yang tidak mengenal

hubungan ekonomi dengan negara lain. Dan sederhana disini juga artinya sebuah

perekonomian yang belum mengenal transaksi oleh pemerintah baik transaksi berupa pajak,

pembayaran transfer pemerintah ataupun yang berbentuk transaksi pengeluaran pemerintah.

Dalam perekonomian ini pengeluaran masyarakat seluruhnya pada tiap tahunnya, atau

pada tiap satuan waktunya, akan terdiri dari pnegeluaran untuk konsumsi rumah tangga dan

pengeluaran untuk investasi. Jadi pendapatan nasional dalam perekonomian tertutup

sederhana terdiri dari pengeluaran untuk konsumsi dan pengeluaran untuk saving,

pernyataan ini dapat ditulis sebagai berikut

Y = C + I……………………………………………………………………………..(1)

Sedangkan dalam perekonomian tertutup sederhana menggunakan saving

Y = C + S……………………………………………………………………………..(2)

Berikut ini akan dijelaskan hubungan pendapatan nasional dengan tabungan saving.

Sedangkan untuk variabel investasi (I) akan dibawahas tersendiri.

C. Fungsi Konsumsi
Pengeluaran konsumsi dalam literature disebutkan pengeluaran konsumsi yang bukan

di ikuti oleh pengeluaran konsumsi pemerintah disebut pengeluaran konsumsi rumah

tangga.

Besar kecilnya pengeluaran konsumsi tergantung kepada besarnya pendapatan

nasional. dalam bentuk umumnya fungsi konsumsi adalah sebagai berikut

C = a + by………………………………………………………………………….(3)

Dimana:

C = besarnya consumsi

a= parameter yang menunjukkan besarnya consumsi pada pendapatan sebesar 0

by= hasrat untuk mengkonsumsi (marginal propensity to consume) MPC

MPC =AC/AY……………………………………………………………………(4)

MPC adalah menunjukkan besarnya perubahan consumsi akibat dari besarnya

perubahan pendapatan, nilai MPC ini lebih kecil daripada satu akan tetapi lebih besar dari

setengah. Akan tetapi nilai MPC adalah positif. Nilai MPC yang lebih besar dari setengah

adalah menunjukkan bahwa seluruh pendapatannya sebahagian di konsumsi dan

sebahagian di tabung (saving).

Kemudian kalau ada hasrat marginal mengkonsumsi ada pula istilahnya hasrat rata-

rata mengkonsumsi yang disingkat dengan APC ( average propensity to consume) yaitu

besarnya rata-rata mengkonsumsi akibat besarnya rata-rata pendapatan hal ini dapat ditulis

dalam notasi

APC = C/Y……………………………………………………………………….(5)
Nilai MPC dan MPS = 1 atau 1-MPC dan 1-MPS hal ini dapat dibuktikan dengan

membagi ruas kanan dan ruas kiri AY pada pesamaan (1)

Y=C+S

Akibat dari besarnya pendapatan AY maka besarnya konsumsi AC dan besarnya

tabungan AS sehingga dapat dibuat persamaan

AY = AC + AS

AY = AC + AS

AY AY

1 = AC/AY = MPC + AS/AY = MPS

1 = MPC + MPS

Secara grafik fungsi consumsi dapat di lukiskan sebagai berikut

C Y=C

C = a + by
D. Fungsi Saving

Saving adalah bahagian daripada pendapatan yang di konsumsi, besarnya saving

tergantung pada besarnya pendapatan. fungsi saving dapat ditulis dalam notasi

S = Y - C………………………………………………………………………(6)

Pada konsumsi ada MPC maka pada saving ada juga MPS (marginal propensity to

save) hasrat untuk menabung ditandai dengan besarnya perubahan pendapatan atau ditulis

dengan MPS = AS/AY dan kalau pada konsumsi ada istilah APC maka pada saving ada

pula yang namanya APS adalah (average propensity to save) APS = C/Y sehingga untuk

menemukan fungsi saving dengan mensibtusikan persamaan (6) dengan persamaan (3)

menjadi

S = Y - C………………………………………………………………………..(6)

C = a + by ……………………………………………………………………….(3)

Menjadi

S = Y -C

= Y – ( a + by)

= (1 – b) y – a

Sehingga fungsi saving ditulis

S = (1 –b) y – a…………………………………………………………………..(7)
Secara grafik fungsi saving seperti berikut

S = (1-b) y-a

Contoh soal:

Diketahui fungsi konsumsi C = 200 + 0,75 Y

Carilah:

1) Berapakah konsumsi sama dengan pendapatan ?

2) Berapakah konsumsi jika pendapatan = 600 miliar dan 1000 miliar

3) Berapaakah besarnya MPC dan APC

4) Gambarkan grafik fungsi consumsi

5) Berapakah Saving saat konsumsi sama dengan pendapatan

6) Besarnya MPS dan APS ?

7) Gambarkan grafik fungsi saving

Jawab

1) Y=C

Y = 200 + 0,75Y
Y - 0,75Y – 200 = 0

(1- 0,75)Y -200 = 0

0,25Y = 200

Y = 200/0,25

Y = 800 Besar Y = 800 dan C = 800 artinya jumlah

pendapatan yang diterima habis dibelanjakan, perekonomian belum

mengenal; tabungan

2) C1 = 200 + 0,75Y

= 200 + 0,75 (600)

= 200 + 450 KALAU INGIN MENDORONG KONSUMSI HARUS DITINGKATKAN PENDAPATAN

= 650 c MELAKUKAN IMPOR ?

KUNSUMSI Domestik 200 jt butuh segala barang nah kita lihat lakukan impor ?

Kebutuhan domestik terhadap telur ayam menjelang lebaran 200 ton, terpenuhi 300

ton ada lebih 100 ton yang ton kita jual atau ekspor ke berbagai daerah/negara

1. Memperbesar pendapatan ? khususnya peternak

Impor kekuarang 100 ton berpengaruh pendapatan petani ?

Y = C + I + G + (X-M) Identitas pendapatan jika Y C kita

lakukan M I G X

Petani korea ? petani dalam negeri mati ?

C2 = 200 + 0,75Y
= 200 + 0,75 (1000)

= 200 + 450

= 950

3) MPC = AC/AY Perubahn C terhadap Y

= C 2 - C1 = 950 - 650 = 300 = 0,75

Y2 - Y1 1000 – 650 400

APC1 = C/Y

= C1/Y1 = 650/600 = 1,08

APC2 = C2/Y2

= C2/Y2 = 950/100 = 0,95

4) Y=C

A C = 200 + 0,75 Y

S = Y-C

5) S = (1 – b ) Y – a
= ( 1 – 0,75) Y – 200

= 0,25Y -200

6) S1 = 0,25 Y -200

= 0,25 ( 600) - 200

= 150 - 200

= -50

S2 = 0,25 Y -200

= 0,25 ( 1000) - 200

= 250 - 200

= 50

MPS = AS/AY = 100/400 = 0,25

APS1 = S1/Y1 = -50/600 = 0,083

APS2 = S2/Y2 = 50/1000 = 0,05

7)

S = 0,25 Y -200
Y

E. Keseimbangan Pendapatan Nasional Dalam Perekonomian Tertutup Sederhana

Untuk melihat keseimbangan pendapatan nasional dalam perekonomian tertutup

sederhana ada dua cara yaitu dengan melihat bantuan tabel dan grafik atau persamaan

matematik.

Dengan persamaan matematik keseimbangan pendapatan nasional dalam perekonomian

tertutup sederhana sebagai berikut

C + S = C + I………………………………………………………………… (8)

Dengan melihat kembali persamaaan (1)

Y =C + I

Disubsiyusikan kepada persamaan (3)

Y=C + I

= a + by + I

Y – by = a + I

(1-b) Y = a + I

Y= 1 ( a + I)……………………………………………………….(9)

1- b

Karena b = MPC maka persamaan di atas dapat juga ditulis


Y = 1 (a+I)

1 - MPC

Contoh soal

Diketahui fungsi consumsi C = 20 + 0,75Y, sedangkan Investasi adalah sebesar 10

Miliar rupiah. Dari informasi yang ada, berapakah besar pendapatan nasional ekulibrium

dalam perekonomian tertutup sederhana ?

Jawab

Y = 1 (a+I)

1 - MPC

= 1 ( 20 + 10 )

1- 0,75

= 4 x 30

= 120 miliar rupiah

atau dengan cara mensubsitusikan nilai C dan I dalam persamaan

Y = C + I

= 20 + 0,75 Y + 10

= 30 + 0,75 Y

(1- 0,75)Y = 30

Y = 30/0,25

Y = 120 miliar rupiah


Untuk keseimbangan jumlah Saving dengan jumlah Investasi ( S = I ) sebagai berikut

S = I

- 20 + 0,75 Y = 10

0,75Y = 10 + 20

Y = 30/0,25

= 120 miliar rupi

Latihan
1. Defenisi Konsumsi
2. Defenisi Saving
3. Hubungan antara konsumsi, saving dengan pendapatan nasional
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan istilah MPC, APC
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan istilah MPS, APS
6. Diketahui FC = 40 +0,8Y, besarnya investasi adalah 20 miliar rupiah tentukan
keseimbangan pendapatan nasional dalam perekonomian tertutup sederhana
dan gambarkan grafiknya
BAB IV

ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL

DALAM PEREKONOMIAN TERTUTUP SEDERHANA

Dalam bagian ini kita uraikan mekanisme penentuan tingkat pendapatan nasional dalam

perekonomian tertutup sederhana di mana kita gunakan kebijakan fiscal dengan sistem

perpajakan yang sederhana , yaitu system perpajakan di mana besar kecilnya pajak di tentukan

oleh salah satu atau beberapa variable yang kita perhatikan dalam analisis. Yang di maksud
system perpajakan yang sederhana adalah system perpajakan dimana pajak sepenuhya

merupakan exogenous variable.

4.1. Fungsi Konsumsi dan Fungsi Saving Dengan Adanya Tindakan Fiscal Pemerintah

Dalam perekonomian tertutup sederhana tanpa adanya kebijakan fiscal masyarakat untuk

konsumsi tergantung pada besar kecilnya pendapatan nasional. Besar kecilnya saving juga

tergantung pada pendapatn nasional. Terhadap pernyataan tersebut kita harus menengahkan yang

dimaksud pendapatan dalam pengertian sebagai earning atau dengan istilah lain sebagai earned

income yaitu jumlah pendapatan yang diterima anggota masyarakat untuk jangka waktu tertentu

sebagai balas jasa atas factor produksi yang mereka sumbangkan dalam turut serta membentuk

produk nasional.

Dengan adanya kebijakan fiscal, pengeluaran masyarakat untuk konsumsitidak lagi

secara langsung ditentukan besar kecilnya pendapatn nasional sebagai earning tetapi tinggi

rendahnya pendapatan yang siap untuk dibelanjakan bias juga disebut disposable income.

Disposable ini besarnya sama dengan besarnya pendapatan sebagai earning ditambah besarnya

transfer pemarintah dikurangi dengan pajak yang terpungut pemerintah.

Bila Yd menunjukan besarnya disposable income, Tr besarnya transef pemerintah dan Tx

menunjukan pajak yang terpungut pemerintah, maka:

Yd = Y + Tr – Tx ………………………………………….………………(4.1.1)

Dengan mengetahui bahwa konsumsi masyarakat dalam analisis kita sekarang tidak

tergantung pada besarnya pendapatan nasional sebagai earning melainkan tergantungf pada

basarnya disposable income maka fungsi konsumsi yang berlaku tanpa adanya tindakan fiscal
pemerintah yang diasumsikan mempunyai persamaan C = a + cY tidak lagi dapat digunakan.

Untuk perekonomian yang mengenal tindakan fiscal maka:

C = a +cY……………………………………………………………………(4.1.2)

dimana

Yd = Y + Tr – Tx

Sedangkan fungsi saving dapat kita temukan dengan cara sebagai berikut:

S = Yd – C = Yd – (a + cYd)

= Yd – a – c Yd

= (1- c) Yd – a

Jadi,

S = (1 – c) Yd – a ……………………………..……………………………(4.1.3)

Mengingat bahwa :

Yd = Y + Tr – Tx

maka :

Fungsi konsumsi (6.1.2) dapat di tulis :

C = a + c (Y + Tr _Tx)…………….………………………………………(4.1.4)

atau :

C = a +cY + cTr – cTx ………………………………………..………….(4.1.5)

Dan fungsi saving (6.1.3) dapat ditulis:

S = (1 – c)(Y + Tr - Tx) – a ……………………………………………....(4.1.6)

atau :

S = (1 – c) Y + (1 – c) Tr – (1 – c) Tx – a ………………………………(4.1.7)
Bila S menunjukan tingginya marginal propensity to save, maka rumus (4.,1.7) dapat di

perpendek menjadi:

S = sY + s Tr – sTx – a ……………………………………………………(4.1.8)

Contoh 6.1.1

Diketahuai :

a) Fungsi Konsumsi C = 0,75 Yd + 20 M.

b) Transfer Pemerintah Tr = 40 M

c) Pajak Tx = 20 M

Soal :

a) Carilah dan gambarlah fungsi konsumsi sebelum adanya transfer pemerintah dan sebelum

pajak ?

b) Caarilah dan gambarkan fungsi konsumsi sesudah adanya transfer pemerintah akan tetapi

sebelum adanya !

c) Carilah dan gambarkan fungsi konsumsi sesudah adanya pajak, tetapi sebelum adanya

transfe rpemerintah!

d) Carilah dan gambarkan fungsi konsumsi sesudah adanya transfer pemerintah dan pajak!

e) Carilah dan gambarkan fungsi saving sesudah adanya transfer pemerintah dan pajak!

Jawab:

a. F. konsumsi sebelum transfer pemerintah dan pajak

C = 0,75 Yd + 20

C = 0,75 (Y + Tr – Tx) + 20
C = 0,75 (Y + 0 – 0) + 20

C = 0,75 Y + 20M

b. F. konsumsi sesudah transfer pemerintah 40M

C = 0,75 (Y + 40 – 0) + 20

C = 0,75 Y + 30 – 0 + 20

C = 0,75 Y + 50M

c. F. konsumsi sesudah pajak 20M

C = 0,75 (Y + 0 – 20) + 20

C = o,75 Y + 0 – 15 + 20

C = 0,75 Y + 5M

d. F. konsumsi sesudah transfer pemerintah dan pajak

C = 0,75 (Y + 40 – 20) + 20

C = o,75 Y + 15 + 20

C = 0,75 Y + 35M

e. F. saving sesudah adanya transfer pemerintah dan pajak

S = (1 – c)(Y + Tr – Tx) – a

S = (1 – o,75)(Y + 40 – 20) – 20

S = 0,25 (Y +20) – 20

S = 0,25 Y – 15M
4.2. Perubahan Jumlah Konsumsi dan Jumlah Saving Sebagai Akibat daripada Perubahan

Jumlah Transfer Pemerintah dan Pajak

Jumlah konsumsi dan jumlah saving pada tingkat pendapatan nasional yang sama akan

berubah pula dengan berubahnya jumlah pajak dan transfer pemerintah tersebut.

a. Perubahan Jumlah Konsumsi pada Tingkat Pendapatan yang Sama Sebagai Akibat

berubahnya Pajak

Bila jumlah konsumsi berubah dengan ∆C dari semula sebesar C menjadi (C +

∆C) sebagai akibat dari berubahnya pajak sebesar ∆Tx dari semula sebesar Tx menjadi

(Tx +∆Tx), maka:

C + ∆C = a + c [ Y + Tr – (Tx + ∆Tx)]

C + ∆C = a + c ( Y + Tr - Tx) – c∆ TX

C + ∆C = C – c∆ Tx

∆C = - c∆ Tx ……………………………………………………....(4.2.1)

b. Perubahan Saving Pada Tingkat Pendapatan Yang Sama Sebagai Akibat Berubahnya

Pajak

Bila pajak berubah dari Tx menjadi (Tx + ∆ Tx) menyebabkan jumlah saving

merubah dari S menjadi (S + ∆S), maka :

S + ∆S = (1 – c) [Y + Tr – (Tx + ∆Tx)] – a

S + ∆S = (1 – c) (Y + Tr – Tx - ∆Tx) – a

S + ∆S = (1 – c) (Y + Tr – Tx) - a + (1 – c)(- ∆Tx)

S + ∆S = S + (1 – c)(- ∆Tx)
∆S = (1 – C)(- Tx)……………………………………………….(.4.2.2)

c. Perubahan Jumlah konsumsi Pada Tingkat Pendapatan Yang Sama Sebagai Akibat

Berubahnya Transfer Pemerintahan

Bila cara di atas kita terapkan pada perumusan (6.1.5)untuk menghitung besarnya

perubahan konnsumsi sebagai akibat langsung daripada perubahan jumlah transfer

pemerintah adalah:

∆C = c∆ T…………………………………………………………..(4.2.3)

d. Perubahan Jumlah Saving pada Tingkat Pendapatan yang Sama sebagai Akibat Dari

Berubahnya Jumlah Transfer Pemerintah

Bila cara diatas kita terapkan pada (6.1.6) maka untuk menghitung besarnya

perubahan saving sebagai akibat dari perubahan jumlah transfer pemerintah adalah:

∆S = (1 – c)∆ Tr……...……………………………………………(4.2.4)

e. Perubahan jumlah Konsumsi Pada Tingkat Pendapatan Yang Sama Sebagai Akibat

Berubahnya Transfere pemerintah dan Pajak

Dengan menggunakan rumus (6.2.1) dan (6.2.3), maka:


∆C = ∆CTx + ∆CTr

∆C = c ∆ Tr - c ∆ Tx

∆C = c (∆ Tr - ∆ Tx)…………………………………………….(4.2.5)

f. Perubahan Saving Pada Tingkat Pendapatan Yang Sama Sebagai Akibat dari Berubahnya

Transfer Pemerintah Dan Berubahnya Pajak

Dengan menggunakan rumus (4.2.2.) dan (4.2.3) dapat kiata lihat pengaruh

perubahan pajak dan perubahan transfer pemerintah terhadap jumlah saving simultan:

∆S = ∆STr + ∆STx

∆S = ∆ (1 – c)∆Tr + (1 – c)(- ∆Tx)

∆S = (1 – c)(∆Tr - ∆Tx……………………………………………(4.3.5)

Terhadap rumus tersebut perlu kita tahu bahwa yang dimaksud perubahan disini adalah

perubahan saving dan konsumsi secara langsung ditimbulkan oleh perubahan pajak atau transfer

pemerintah. Perubahan jumlah konsumsi ekuilibirium dan saving ekilibirium dari tingkat

pendapatan nasional ekuilibirium yang baru sebagai akibat daripada perubahan pajak ,perubahan

transfer pemerintah dan perubahan pada variable lainya.

Contoh : 4.2.1

Diketahui :
a) Fungsi konsumsi C = 0,75 Yd + 20M

b) Transfer pemerintah Tr = 40M

c) Pajak Tx =20M

Soal:

a) Carilah jumlah konsumsi dan jumlah saving sebelum adanya transfer pemerintah dan

sebelum adanya pajak pada tingkat pendapatan sebesar 100M.

b) Carilah jumlah konsumsi dan saving sesudah adanya transfer pemerintah akan tetapi

sebelumadanya pajak pada tingkat pendapatn sebesar 100M.

c) Carilah jumlah konsumsi dan jumlah saving sesudah adanya pajak tapi belum ada transfer

pemerintah pada tingkat pendapatn 100M.

d) Carilah jumlah konsumsi dan transfer pemerintah dan sesudah adanya pajak pada tingkat

pendapatn sebesar 100M.

Jawab:

a) Jumlah konsumsi dan saving pada

Y = 100 Tr = 0 Tx = 0

Konsumsi : C = 0,75 Y + 20

= 0,75 (100 + 0 – 0) + 20

= 95 M per tahun

Saving =Y–C

= (100 + 0 – 0) – 95

= 5 M per tahun
b) Jumlah konsumsi dan saving pada

Y = 100 Tr = 40 dan Tx = 0

Konsumsi:

C¹ = Cₒ + ∆C = Cₒ + c ∆Tr

= 95 + 0,75 × 40

= 125 M per tahun

Saving :

S¹ = Sₒ + ∆S = Sₒ + (1 – c) ∆Tr

= 5 + (1 – 0,75) × 40

= 15 M per tahun

c) Jumlah konsumsi dan saving pada

Y = 100, T r = 0 dan Tx = 20

Konsumsi :

C¹ = Cₒ + ∆C = Cₒ - c ∆Tx

= 95 – 0,75 × 20

= 80 M per tahun

Saving :

Sˡ = Sₒ + ∆S = Sₒ + (1 – c) - ∆Tx

= 5 + (1 – 0,75)(- 20)

= 0 per tahun
d) Jumlah konsumsi dan saving sesudah adanya transfer pemerintah dan pajak

Konsumsi :

Cˡ = Cₒ + ∆C = Cₒ + c (∆Tr - ∆Tx)

= 95 + 0,75 (40 - 20)

= 110 M per tahun

Saving :

Sˡ = Sₒ + ∆S = Sₒ + (1- c)(∆Tr - ∆Tx)

= 5 + (1 – 0,75)(40 - 20)

= 10 m per tahun

4.3. Pendatan Nasional Ekuilibrium

Dalam perekonomian ini tanpa adanya kebijakan fiscal seperti yang telah di uraikan

sebelumnya., pendapatn nasional suatu perekonomian akan mencapai ekuilibrium apabila

besarnya saving nasaional telah mencapai besarnya investasi nasional.

Dalam perekonomian tertutup tanpa adanya tindakan fiscal, kita telah mengetahui bahwa

yang merupakan sumber daripada pendapatn nasional adalah pengeluaran masyarakat untuk

konsumsi dan investasi.dalam perekonomian pemerintah juga melakukan transaksi pembelian

berupa government expenditure. Untuk dapat bagian dari produk nasional, baik masyarakat

konsumen, badan – badan swasta maupun badan pemerintahharus mengeluarkan uang sebagai

pembayaranya, maka dari segi sumbernya , dalam perekonomian ini dengan adanya tindakan

fiscal pemerintah, pendapatan nasional terdiri dari C (pengeluaran konsumsi ), I (pengeluaran

investasi), G (pengeluarn pemerintah).


C + I + G = Y……………………………………………………………...(4.3.1)

Dari pendapatan ini, oleh penerima pendapatan sebagian dipergunakan untuk membayar

pajak kepada pemerintah. Tetapi sebaliknya kepada badan – badan tertentu pemerintah

membayar uanag tanpa mengharapkan balas jasa. Transaksi yang di sebut transfer pemerintah

atau pengeluarn pemerintah. Pendapatn yang sudah siap di pakai dan untuk saving ini yang di

sebut dengan disposable income. Jadi besarnya disposable income sama dengan besarnya

pendapatn nasional dan di tambah dengan besarnya transfer pemerintah dan dikurangi pajak.

Dapat kita temukan persamaan:

Yd = Y + Tr – Tx……………………………………………………………(4.1.1)

Daari persamaan tersebut kita dapat menurunkan persamaan, yaitu:

Y = Yd –Tr + Tx ……………………………………………………………(4.3.2)

Mengingat bahwa disposable income tersebut yang digunakan untuk konsumsi dan sisanya

merupakan saving, maka:

Yd = C + S………………………………………………………………..…(4.3.3)

Pernyataan diatas dapat kita kumpulkan :

a. Y = C + I + G …………….…………………………………………...(4.3.1)

b. Y = Yd – Tr + Tx ………………………………………………………(4.3.2)

c. Yd = C + S ……………………………………………………………..(4.3.3)

Maka :

C + I + G = Yd – Tr + Tx

Dengan memperhatikan persamaan c, maka :

C + I + G = C + S – Tr + Tx

Berarti :
I + G + Tr = S +Tx ………………………………………………….........(4.3.4)

Gambar 6.3.1 memberikan gambaran hubungan diantara variable – variable. Kita dapat

melihat hubunganya sebagai berikut:

Hubungan kolom I dan II :

G+I+C=Y

Hubungan kolom II dan III :

a. Y = (Y – Tx) + Tr

b. (Y – Tx) + Tr = Yd

Hubungan kolom III dan IV :

Yd = Tr + (Y – Tx) = C + S

Untuk ekuilibrium pendapatan nasional, Y dari waktu ke waktu harus sama besarnya, dan

untuk ini diperlukan jumlah I + G + Tr = S + Tx, sebab dengan terpenuhinya kesamaan ini,

maka C dalam kolom I akan sama dengan C pada kolom IV. Oleh karena dengan Tr dan Tx yang

tidak berubah dikarenakan sifatnya autonomous maka sepenuhnya C ditentukan oleh Y. Dengan

samanya C pada kolom I dan C pada kolom IV, maka Y akan juga sama dari periode yang satu ke

periode berikutnya.

Dalam perekonomian dengan adanya tindakan fiscal, untuk ekuilibriumnya pendapatan

nasional, syarat terpenuhinya kesamaan S = I tidak berlaku lagi.meski S tidak sama dengan I

asalkan S + Tx sama dengan I + G +Tr, maka pendapatan nasional aka nada dalam keadaan

ekuilibrium.
Perbedaan positif antara saving dengan investasi ada yang menyebutnya dengan istilah

hoarding sedangkan perbedaan negative antara saving dengan investasi disebut dishoarding.

Pendapatn nasional mungkin ada dalam keadaan ekuilibrium,meskipun anggaran belanja

Negara dalam keadaan deficit (Tx < G + Tr) ataupun dalam keadaan surplus (Tx > G + Tr).

Pengertian lain yang menuntut perhatian khusus ialah pengertian “balanced budged

multiplier”. Istilah yang di maksud adalah kesamaan ∆G dan ∆Tx, dan bukan kesamaan Tx yang

merupakan penerimaan Negara dan Tr plus G yang merupakan pengeluaran Negara.

4.4. Formula Untuk Menemukan Tingkat Pendapatn Nasional Ekuilibrium

Ada dua cara untuk menurunkan formulanya yaitu:

Cara pertama :

Dengan menggunakan rumus dasar :

Y = C + I + G ………………………….…………………………………(4.3.1)

C = a + c Yd ……………………………………….……………………..(4.1.2)

Yd = Y + Tr – Tx ……………………………………………….………….(4.1.1)

Maka :

Y=C+I+G

= a + cYd + I + G

= a + c (Y + Tr - Tx) + I + G

= a + cY + cTr – cTx + I + G

Y – cY = a + cTr – cTx + I + G

(1 – c) Y = a + cTr – cTx + I + G
Y

Cara kedua :

Dengan menggunakan persamaan :

S + Tr = G + Tr + I kita akn memperoleh hasil yang sama:

S + Tr = G + Tr + I

Yd – C + Tx = G + Tr + I

Yd – ( a + cYd ) + Tx = Tr + G + I

(Y + Tr – Tx) – [a +c (Y + Tr - Tx)] + Tx = G + Tr + I

Y + Tr – Tx – a – cY – cTr + cTx + Tx = G + Tr + I

Y – cY = - Tr + Tx + a + cTr – cTx – Tx + G + Tr + I

(1 - c)Y = a + cTr – cTx + G + I

Contoh 6.4.1

Diketahui :

a) Fungsi konsumsi : C = 0,75Yd + 20 M

b) Investasi : I = 40 M

c) Pajak : Tx = 20 M

d) Konsumsi pemerintah G = 60 M
e) Transfer pemerintah Tr = 40 M

Soal :

Berdasarkan data diatas, hitunglah besarnya pendapatan nasional ekuilibrium, konsumsi

ekuilibrium, dan saving ekuilibrium !

Jawab :

Y= (a – c.Tx + cTr + G +I)

= (20 – 0,75 × 20 + 0,75 × 40 + 60 + 40)

= 4 × (20 – 15 + 30 + 60 + 40)

= 540

C = 0,75 Yd + 20

= 0,75 (540 + 40 - 20) + 20

= 0,75 (560) + 20

= 440

S = Yd – C

= (540 + 40 – 20) - 440

= 120

Kesimpilan :
a) Besarnya pendapatn nasional ekuilibrium = 540 M

b) Besarnya konsumsi ekuilibrium = 440 M

c) Besarnya saving ekuilibrium = 120 M

Pencocokan :

S + Tx = I + G + Tr

120 + 20 = 40 + 60 + 40

140 = 140

4.5. Angka – angka Pengganda

Dalam perekonomian tertutup sederhana, yaitu perekonomian tertutup tanpa adanya

tindakan fiscal, kita hanya mengenal satu macam angka pengganda yaitu angka pengganda

investasi, yang biasa disebut investment multiplier. Akan tetapi dalam perekonomian ini kita

mengenal lima macam angka pengganda plus satu angka pengganda konsumsi.

a) Angka Pengganda Investasi

Analisis makro yang sederhana, yang dalam analisanya hanya memperhatikan

Pasar Barang atau Commodity market –nya saja investasi biasa diperlukan sebagai

exogenous variable. Jumlah pengeluaran masyarakat untuk investasi dapat

berubah. Banyak factor yang turut menentukan banyak sedikitnya pengeluaran

masyaerakat untuk investasi. Hanya saja dalam analisis exogenous variable,

factor yang mempengaruhi investasi tersebut tidak dipermasalahkan.


Mengingat bahwa model analisis yang kita bicarakan bukanlah model analisis

yang menggunakan asumsi bahwa asumsi merupakan “exogenous variable”,

melainkan model analisis yang memperlakukan investasi sebagai “exogenous

variable” maka kita cukup mengetahui factor apa saja yang menyebabkan

pengeluaran investasi suatu perekonomian bertambah atau berkurang dan yang

sekaligus berarti kita perlu mengetahui hal ikhwal daripada “fungsi investasi”.

Dengan mendasarkan pada “cateris paribus”, pengeluaran investasi

masyarakat akan bertambah apabila :

I. Tingkat bunga menurun.

II. Penentuan penentuan baru dalam bidang teknologi dalam masyarakat

bermunculan.

III. Jumlah penduduk yang meningkat.

IV. Meluasnya pasar penjualan hasil produksi masyarakat tersebut.

V. Susana perusahaan yang bertambah optimis.

Angka yang menunjukan perbandingan antara berubahnya tingkat pendapatan

nasional ekuilibrium dengan berubahnya jumlah pengeluaran investasi ini yang

kita sebut angka pengganda investasi.

Formula dari angka pengganda tersebut yaitu :

k¹ = ∆Y / ∆I = …………………………………………(6.5.1)

dimana:

k¹ = angka pengganda investasi

c = marginal propensity to consume


cara menurunkan :

apabila investasi berubah dari sebesar I per tahun menjadi sebesar (I + ∆I)

per tahun, dan perubahan ini mengakibatkan berubahnya tingkat pendapatan

nasional ekuilibrium dari semula setinggi Y per tahun berubah menjadi (Y - ∆Y)

per tahun, maka dapat terlihat sebagai berikut :

Y= ……………………………(6.4.1)

Sesudah adanya perubahan investasi :

Y = ∆Y =

Y = ∆Y =

∆Y =

∆Y / ∆I =

k¹ = ∆Y / ∆I =

b) Angka Pengganda Konsumsi

Yang dimaksud angka penggandakonsumsi disini bukanlah angka banding antara

perubahan tingkat pendapatan nasional ekuilibrium dengan perubahan jumlah


pengeluaran konsumsi masyarakat yang mengakibatkan berubahnya tingkat

pendapatan nasional ekuilibrium tersebut, oleh karena kita ketahui konsumsi adalah

merupakan “endogeneous variable”, besarnya konsumsi tergantung besar kecilnya

pendapatan nasional. Fungsi konsumsi biasanya dinyatakan dengan persamaan C = a

+ cYd, dengan berubahnya nilai “a” atau “c” akan mengakibatkan pendapatan

nasional mengalami perubahan.

Akan tetapi, dari kedua macam kemungkinan perubahan tersebut, hanya

perubahan nilai “a” sajalah yang dapat kita jumpai hubunganya yang tetap dengan

perubahan tingkat pendapatan nasional yang diakibatkan oleh adanya perubahan nilai

“a” tersebut. Sedangkan hubungan antara perubahan nilai “c”dengan perubahan

pendapatan nasional yang diakibatknan tidak pasti sifatnya, sebab sangat tergantung

pada besarnya jumlah pengeluarn konsumsi pada tinkat pendapatan sebesar nol

(yaiutu yang dimaksud disini : nilai daripada “a”), besarnya investasi, besarnya

pengeluaran konsumsi pemerintah, besarnya transfer pemerintah dan juga tergantung

pada pajak. Dengan demikian kita hanya dapat mempersoalkan multiplier daripada

nilai “a”,yang menunjukan perbandingan antara besarnya perubahn pendapatn

nasional dengan besarny perubahan nilai “a”, yang mengakibatkan berubahnya

tingkat pendapatn nasional , dimana yang dimaksud dengan “a” ialah besarnya

konsumsi pada tingkat disposable income sebesar nol. Angka pengganda inilah yang

kita sebut sebagai “angka pengganda konsumsi”.

Formula :

Kc = ∆Y / ∆a =

Cara menurunkan:
Apabila fungsi konsumsi bergeser dengan jumlahpengeluarn jumlah konsumsi

pada tingkat disposable income sebesar nol berubah dari semula sebesar “a” menjadi

sebesar (a + ∆a) mengakibatkan tingkat pendapatan nasional berubah dari semula

sebesar Y menjadi (Y + ∆Y) maka :

Sebelum adanya pergeseran fungsi konsumsi:

Y= ………………………………….(6.4.1)

Sesudah fungsi konsumsi bergeser sejauh ∆a :

Y + ∆Y =

Y + ∆Y =

∆Y =

∆Y / ∆a =

Kc = ∆Y / ∆a =

c) Angka Pengganda Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

Nilai perbandingan antara berubahnya jumlah pendapatn nasional sebagai akibat

daripada berubahnya jumlah pengeluaran konsumsi pemerintah yang mengakibatkan

perubahan pendapatn nasional tersebut.

Formula :
Kg = ∆Y / ∆G = ……………………………………….(6.5.3)

Cara menurunkan formula :

Apabila jumlah “government expenditure” berubah dari G per tahun menjadi (G +

∆G) mengakibatkan pendapatan nasional berubah dari Y menjadi (Y + ∆Y) per

periode, maka:

Sebelum adanya perubahan jumlah pengeluaran konsumsi pemerintah :

Y= …………………………………….(6.4.1)

Sesudah adanya perubahanjumlah pengeluaran konsumsi pemerintah :

Y = ∆Y =

Y = ∆Y =

∆Y = ∆Y/∆G =

Kg = ∆Y / ∆G =

d) Angka Pengganda Transfer Pemerintah

Angka pengganda transfer pemerintah ialah nilai perbandingan antara berubahnya

jumlah pendapatan nasional sebagai akibat dari berubahnya jumlah transfer


pemerintah dengan berubahnya jumlah transfer pemerintah yang mengakibatkan

berubahnya tingkat pendapatn nasional tersebut.

Formula :

Ktr = ∆Y / ∆Tr = ………………………………………(6.5.4)

Cara menurunkannya :

Apbila jumlah pemerintah per periode berubah dari semula sebesar Tr menjadi

(Tr + ∆Tr) mengakibatkan tingkat pendapatn nasional berubah dari Y menjadi (Y +

∆Y), maka :

Sebelum adanya perubahan transfer pemerintah.

Y= ………………………………………….(6.4.1)

Sesudah adanya adanya perubahan transfer pemerintah, tingkat pendapatan nasional

akan menjadi:

Y + ∆Y =

Y + ∆Y =

∆Y =

∆Y / ∆Tr =
Ktr = ∆Y / ∆Tr =

e) Angka Pengganda Pajak

Seperti halnya dengan variable - variable lainya, perubahn jumlah pajak yang

dipungut pemerintah akan mengakibatkan berubahnya tingkat pendapatn nasional.

Berbeda dengan angka – angka pengganda sebelumnya, angka pengganda pajak

mempunyai tanda negative. Berarti bahwa bertambahnya junlah pajak yang dipungut

pemerintah maka akan mengakibatkan menurunya tingkat pendapatan nasional.

Negatifnya angka penggganda pajak karena pajak diperbesar, maka pada tingkat

pendapatn nasional yang sama “disposable income” menurun. Menurunya

“disposable income” mengakibatkan berkurangnya pengeluaran masyarakat untuk

konsumsi, dan menurunnya konsumsi ini mengakibatkan menurunnya tingkat

pendapatan nasional. Dan begitu juga sebaliknya,akibat dari berkurangnya pajak yang

dipungut pemerintah, pada tingkat pendapatan yang sama “disposable income”

bertambah besar.

Formula :

Ktx = ∆Y / ∆Tx = ……………………………………….(6.5.5)

Cara menurunkan formula :

Apabila besarnya pajak yang dipungut pemerintah berubah dari sebesar Tx

berubah menjadi (Tx + ∆Tx) mengakibatkan tingkat pendapatan nasional berubah

dari semula sebesar Y menjadi (Y + ∆Y), maka :


Sebelum adanya perubahan jumlah pajak yang dipungut pemerintah, pendapatan

nasional akan sebesar :

Y= …………………………………………..(6.4.1)

Tingkat pendapatn nasional sesudah perubahan jumlah pajak yang dipungut

pemerintah :

Y + ∆Y =

Y + ∆Y =

Y + ∆Y =

∆Y =

∆Y / ∆Tx =

Ktx = ∆Y / ∆Tx =

f) Angka Pengganda Anggaran Belanja Yang Seimbang

Bertambahnya pengeluaran konsumsi pemerintah yang dibarengi bertambahnya

pungutan pajak dengan jumlah yang sama tidak mempunyai pengaruh terhadap

tingkat pendapatn nasional. Demikian halnya dengan pengurangan “government

expeniture” yang disertai pengurangn pajak dengan jumlah yang sama juga tidak
berpengaruh terhadap tingkat pendapatn nasional. Tetapi anggapan seperti itu salah,

sebab,angka pengganda perubahan jumlah pengeluaran konsumsi yang dibarengi

perubahan pajakdengan jumlah yang sama, besarny tidaklah sama dengan nol

melainkan satu. Sebaliknya menurunya jumlah government expenditure yang

dibarengi berkurangnya pajak dengan jumlah yang sama akan mengakibatkan

menurunnya tingkat pendapatn nasional.

Angka pengganda yang kita gunakan untuk mengalikan perubahan government

expenditure yang dibarengi berubahnya pajak dengan jumlah yang sama untuk

menentukan perubahan tingkat pendapatn nasional yang terjadi ini yang disebut

“balanced budget multiplier” atau angka pengganda anggaran belanja yang sama.

Formula :

Kb = …………………………………………(6.5.6)

Cara menurunkan formula ada dua cara :

Cara 1 :

Apabila pengeluaran konsumsi pemerintah berubah dari semula G per tahun

menjadi (G + ∆G) per tahun disertai dengan berubahnya pajak dari T menjadi (Tx +

∆G) per tahun (yaitu dengan ∆Tx = ∆G maka Tx + ∆Tx = Tx - ∆G), mengakibatkan

berubahnya tingkat pendapatn nasional dari semula setinggi Y per tahun berubah

menjadi (Y + ∆Y) per tahun maka kita dapat persamaan sebagai berikut :

Sebelum adanya perubahan pengeluaran konsumsi pemerintah dan perubahn

pajak:

Y= ………………………………………….(6.4.1)
Sesudah adanya perubahn pengeluaran konsumsi pemerintah dan pajak :

Y + ∆Y =

Oleh karena ∆Tx = ∆G

Maka :

Y + ∆Y =

Y + ∆Y =

Y + ∆Y =

∆Y =

∆Y / ∆G =

Kb =

Cara ke 2 :

Oleh karena government expenditure multiplier besarnya sama dengan 1 / (1 - c)

dan tax multiplier besarnya sama dengan – c / (1 - c), maka penjumlahanya:

Kb = Kb + Ktx =

=
Ini berarti :

Kb = 1

Contoh 6.5.1

Diketahui :

1) Periode sebelum 1972 :

a. Investasi I = 40 M per tahun

b. Konsumsi pemerintah G = 60 M per tahun

c. Transfer pemerintah Tr = 40 M per tahun

d. Pajak Tx = 20 M per tahun

2) Periode sesudah 1971 :

a. Investasi I = 50 M

b. Konsumsi pemrintah G = 60

c. Transfer pemerintah Tr = 60

d. Pajak Tx = 40

3) Fungsi konsumsi

C per tahun = 0,75 Yd + 20

Soal:

Dengan menggunakan angka – angka pengganda hitunglah besarnya pendapatan nasional,

konsumsi, dan saving untuk periode sesudah tahun 1971.

Jawab :

Pendapatn nasional sebelum tahun 1971:


Y¹ = (20 – 0,75 × 20 + 0,75 × 40 + 60 + 40)

= 540

Konsumsi dan saving sebelum tahun 1972 :

C ¹ = 0,75 Yd + 20 M

= 0 ,75 (540 +40 - 20) + 20

= 0,76 × 560 + 20

= 440

S¹ = Yd – C

= (540 + 40 – 20) – 440

= 120

Besarnya angka – angka pengganda :

a. Angak pengganda investasi

K¹ =

b. Angka pengganda pengeluaran investasi

Kg =

c. Angka pengganda transfer pemerintah

Ktr =

d. Angka pengganda pajak

Ktx =
Besarnya perubahan – perubahan I,G,Tr dan Tx.

∆I = 50 – 40 = +10

∆G = 60 – 60 = 0

∆Tr = 60 – 40 = +20

∆Tx = 40 – 20 = +20

Besarnya pendapatn nasional sesudah tahun 1971

= 540 + [ 4 × 10 + 4 × 0 + 3 × 20 +(- 3 ×20)]

= 580

Besarnya konsumsi :

C¹ + MPC.∆Yd dimana C¹ = 440

= 440 0,75 [(580 + 60 - 40) – (540 + 40 - 20)]

= 470

Besarnya savung :

S¹ + MPS.∆Yd S¹ = 120

= 120 + 0,25 [(580 + 60 - 40) – (540 + 40 - 20)]

= 130
Kesimpulan :

a) Besarnya pendapatn nasional periode sesudah tahun 1971 = 580 M per tahun.

b) Besarnya konsumsi sesudah tahun 1971 = 470 M per tahun.

c) Besarnya saving nasional sesudah tahun 1971 = 130 M per tahun.

Pencocokan :

S + Tx = I + G + Tr

130 + 40 = 50 + 60 + 60

170 = 170

6.6. kebijakan Fiskal

Tingkat pendapatn nasional yang biasa dianggap sebagai tingkat pendapatn nasional yang

ideal bagi sustu perekonomian ialah tingkat pendapatan pada tingkat full employment. Bila dalam

perekonomian terdapat deflationary gap pemrintah pada umumnya berusaha meningkatkan

tingkat pendapatan nasional.

Sebaliknya dalam perekonomian terdapat inflationary gap, pemerintah umumnya mengusahakan

menurunkan tingkat pendapatn dengan maksud menghilangkan inflationary gap tersebut.

Contoh :

a) Fungsi konsumsi C = 0,75 Yd + 20 M per tahun

b) Investasi I = 40 M per tahun

c) Konsumsi pemrintah G = 60 M per tahun

d) Transfer pemerintah Tr = 40 M per tahun


e) Pajak Tx = 20 M

f) Kapassitas produk nasional Qm = 600 M per tahun

Soal :

a) Dengan merubah besarnya transfer pemerintah, dengan jumlah berapakah transfer

pemerintah harus diperbesar/ diperkecil agar pendapatan nasional mencapai

ekuilibrium pada tingkat full employment ?

b) Dengan merubah besarnya pajak, dengan berapakah pajak harus dinaikkan /

diturunkan agar pendapatan nasional mencapai ekuilibrium pada tingkat full

employment ?

c) Dengan hanya merubah besarnya government expenditure , dengan berapakah

pengeluaran konsumsi pemerintah perlu ditambah / dikurangi agar pendapatan

nasional mencapai ekuilibrium pada tingkat full employment ?

d) Dengan merubah besarnya government expenditure dan berubah besarnya pajak

dengan jumlah yang sama, berapakah government expenditure dan pajak masing-

masing perlu diperbesar / diperkecil agar pendapatn nasional mencapai ekuilibrium

pada tingkat full employment ?

Jawab :

 Pendapatn nasional yang terjadi :

= 540
 Untuk mencapai ekuilibrium pada tingkat full employment, pendapatn nasional perlu

mengalami perubahan sebesar :

Y¹ + ∆Y = Qm

540 + ∆Y = 600

∆Y = 600 – 540

∆Y = + 60

 Untuk menaikan pendapatn nasional sebesar 60 M kita dapat memilih salah satu diantara

keempat cara sbb :

a) Merubah besarnya transfer pemerintah sebesar:

Ktr . ∆Tr = 60

= 60

3 ∆Tr = 60

∆Tr = 20

b) Merubah besarnya pengeluaran konsumsi pemerintah :

Kg . ∆G = 60

4 ∆G = 60

∆G = 15

c) Merubah besarnya pajak :

Ktr .∆Tx = 60
- 3 ∆Tx = 60

∆Tx = - 20

d) Dengan balanced budget policy atau kebijakan anggaran seimbang, konsumsi

pemerintah dan pajak masing – masing harus diubah besarnya dengan :

Kg . ∆G = 60

1 × ∆G = 60

∆G = 60 = ∆Tx.

Kesimpulan :

Agar pendapatan nasional tercapai pada tingkat full employment, pemerintah dapat

mengambil salah satu dari keempat alternative berikut :

a) Transfer pemerintah diperbesar dengan 20 M, yaitu dari 40 M menjadi 60 M per

tahunnya.

b) Pengeluaran konsumsi pemerintah diperbesar dengan 15 M yaitu dari 60 M menjadi

75 M per tahun.

c) Pungutan pajak dikurangi dengan 20 M yaitu dari 20 M menjadi 0 .

d) Konsumsi pemerintah diperbesar dengan 60M dan pada waktu yang sama pajak

diperbesar dengan 60 M yaitu dengan perkataan lain government expenditure yang

semula sebesar 60 M per tahun menjadi 120 M per tahun dan pajak yang semula 20

M menjadi 80 M per tahun.


BAB V

SEKTOR LUAR NEGERI PEREKONOMIAN

INDONESIA

5.1. Neraca Pembayaran dan Cara Menyusunya

Neraca Pembayaran Internasional, pada umumnya disusun dengan menggunakan teknik

akuntansi. Dengan teknik akuntansi dapat dikolom – kolomkan kedalam transaksi kredit dan
transaksi debet. Dari segi akuntansi neraca pembayaran harus senantiasa harus seimbang, dalam

arti bahwa jumlah transaksi debet nilainya sama dengan jumlah seluruh nilai transaksi kreditnya.

Transaksi Debit

Terjadi bila sebuah transaksi mengakibatkan bertambahnya kewajiban bagi penduduk

Negara NPI untuk membayar kepada penduduk Negara lain atau mengakibatkan berkurang hak

penduduk Negara NPI untuk menerima pembayaran dari penduduk Negara lain.

Transaksi Kredit

Terjadi bila sebuah transaksi menciptakan bertambahnya hak bagi penduduk Negara NPI

untuk menerima pembayaran dari penduduk Negara lain atau mengakibatkan berkurangnya

kewajiban bagi penduduk untuk mengadakan pembayarn kepada Negara lain.

5.2. Penjelasan Pos – pos Neraca Pembayaran

a) Ekspor f.o.b.

F.o.b adalah “free on board”. Ekspor f.o.b ialah harga barang yang di ekspor

sampai dikapal pada pelabuhan Negara pengekspor. Apabila terhadap ekspor ini kita

tambahkan biaya transport antara pelabuhan dengan pengekspor dengan pelabuhan

Negara pengimpor dan biaya asuransi maka nilai ekspor yang kita catat pada NPI adalah

nilai c.i.f. yang merupakan “cost, insurance and freight”.

Keadaan serta kejadian yang dapat mengakibatkan bertambahnya ekspor antara

lain:

1. Meningkatnya nilai kemakmuran masyarakat dunia

2. Tingkat inflasi dalam negeri lebih rendah


3. Kurs devisa efektif yang berlaku bagi barang ekspor menguntungkan

4. Peningkatan efisiensi produksi didalam negeri, yang dapat mengakibatkan

produsen – produsen barang ekspor dengan harga ekspor f.o.b yang sama

dapat menghasilkan keuntungan yang tinggi

5. Kegagalan produksi dinegara penghasil produk yang bersaing dengan produk

ekspor kita dipasar dunia

6. Kebijakn fiscal dan moneter yang disertai dengan kebijakan peningkatan

ekspor yang tepat

7. Adanya peningkatan efisiensi produksi secara menyeluruh dalam

perekonomian Negara pengekspor.

b) Impor f. o.b.

Nilai impor ini menunjukkan jumlah nilai barang – barang yang kita impor dalam

tahun NPI yang dinyatakan dalam harga barang – barang tersebut sampai dikapal

pelabuhan negar pengekspor.

Keadaan dan kebijakn yang dapat mengakibatkan bertambahnya impor, antara

lain:

1. Meningkatnya tingkat kemakmuran penduduk dalam negeri

2. Tingkat inflasi dalam negeri lebih tinggi

3. Kurs devisa efektif yang berlaku menguntungkan para importer

4. Kebijaksanaan pemerintah yang merangsang impor,perangsang impor

biasanya berbentuk subsidi impor atau penurunan bea impor, bias


dipergunakan untuk merangsang impor alat – alat capital dan bahan – bahan

baku serta bahan – bahan pemenuhan kebutuhan pokok.

c) Jasa – jasa

Transaksi impor dan ekspor jasa – jasa disebut “invisible trade transactions”.

d) Pendapatan Modal

Pendapatan modal mempunyai makna bahwa nilai total modal asing , yang

sebagian berbentuk penanaman modal langasung dan sebagian lainya berbentuk

kredit jangka panjang dan kredit jangka pendek. Negara yang mempunyai saldo debit

dalam pos pendapatan modalnya biasa disebut Negara debitur.

Sementara ahli ekonomi percaya ststus Negara sebagai Negara debitur atau

kreditur tidak tetap, akan tetapi berubah. Dan apabila kalau kita lihat status

perekonomian Indonesia sampai dewasa ini masih mempunyai status sebagai

perekonomian debitur yang masih muda.

e) Neraca Investasi

Pos ini mencakup semua transaksi penanaman modal luar negeri, dimana dari

penanaman modal tersebut, penanam modal memperolaeh pendapatan modal dalam

bentuk bunga, laba atau deviden.apabila neraca investasi mempunyai saldo debit

dikatakan adanya aliran modal keluar atau “capital outflow”. Apabila saldo investasi

bertanda plus atau kredit, dikatakan terjadi aliran modal masuk atau “capital inflow”.
f) Sector Moneter

Sector moneter mencatat perubahan – perubahan yang terjadi pada likuiditas luar

negeri perekonomian Negara bersangkutan. Dengan perkataan lain, pos – pos pada

sector moneter yang mempunyai tanda negative justru menunjukkan peningkatan

tingkat likuiditas perekonomian Negara NPI.

Untuk neraca moneter hanya beberapa bulan atau tahun saja bisa terus menerus

bersaldo positif atau terus menerus bersaldo negative.

g) Pos Selisih Perrhitungan

Istilah asing untuk pos ini adalah pos “Errors and Omissions”. Dari segi akuntansi

neraca pembayaran luar negeri suatu Negara senantiasa harus seimbang. Tetapi

sampai saat ini belum ada Negara didunia yang administrasinya cukup baik untuk

meniadakan sama sekali kesalahan – kesalahan dalam mengumpulkan data statistic

yang dipergunakan untuk menyusun sebuah NPI. Selisih antara debit dan kredit yang

berhasil tercatat dengan sendirinya merupakan angka saldo transaksi yang tidak

berhasil dicatat, entah disebabkan karena kesalahan ataupun khilaf. Saldo inilah yang

mengisi pos Selisih Perhitungan.

V.3. Hubungan Timbal Balik Antara Neraca Pembayaran dengan Perekonomian

Dalam negeri

Meskipun hubungan antara transaksi – transaksi neraca pembayaran secara

individual dengan variable – variable ekonomi dalam negeri kebanyakan mempunyai

sifat satu arah, namun kalau kita pandang transaksi neraca pembayaran tersebut sebagai

kelompok – kelompok transaki dan variable ekonomi dalam negeri juga dalam bentuk

kelompok, maka dapat dikatakan bahwa hubungan kausal antara neraca pembayaran
internasional suatu Negara dengan perekonomian dalam negerinya mempunyai sifat

timbal balik.

Sebenarnya kita mengenal empat saluran yang dilalaui hubungan- hubungan

kausal antara neraca pembayaran dengan perekonomian dalam negeri, yaitu:

1. Hubungan kausal melalui perubahan kurs devisa

2. Hubungan kausal melalui perubahan harga

3. Hubungan kausal melalui perubahan tingkat pendapatn nasional, dan

4. Hubungan kausal melalui perubahan tingkat bunga.

Untuk saluran no. 3 lebih lanjut, perlu ditambah bahwa paling sedikit dua jalan neraca

pembayaran suatu perekonomian Negara mempunyai pengaruh terhadap perekonomian

dalm negerinya, yaitu :

1. Melaui Sektor Pengeluaran

Ekspor merupakan komponen dari pada pendapatn nasional, sehingga berubahnya

nilai ekspor akan langsung mengakibatkan berubahnya pendapatan nasional.

Sebaliknya berubahnya tingkat pendapatan nasional akan mengakibatkan berubahnya

nilai impor Negara tersebut.

2. Meleui Perubahan Jumlah uang yang beredar

Saldo sector moneter sebuah neraca pembayaran internasional adalah merupakan

salah satu factor yang menentukan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian

yang bersangkutan.
BAB VI

ANALISIS PENDAPATAN NASIONAL UNTUK

PEREKONOMIAN TERBUKA

6.1. Pendapatn Nasional Ekuilibrium


Untuk perekonomian terbuka dimana pendapatn investasi pada neraca pembayaran

mempunyai saldo nol berlaku kesamaan – kesamaan pendapatn nasional berikut :

Y = C + I + X – M ……………………………………………….(8.1.1)

X = nilai ekspor

M = nilai impor

Oleh karena

Y=C+S

Maka :

C+S=C+I+X–M

S + M = I + X …………………………………………………….(8..1.2)

Atinya bahwa syarat ekuilibriumnya perekonomian ialah kesamaan nilai (S + M) dengan

(I + X). Saving tida harus lagi sama denga investasi. Demikian pula nilai ekspor tidak perlu sama

dengan nilai impor. Perekonomian yang tengah memiliki neraca perdagangan yang positif , yaitu

neraca perdagangan dimana X > M, akan mencapai keadaan ekuilibrium justru dimana I < S

demikian pula sebaliknya.

Dalam model ini pengeluaran investasi dan ekspor kedua – duanya diperlakukan sebagi

variabelyang eksogen, sedangkan S dan M masing – masing di perlakukan sebagai variable yang

indogen dengan persamaan – persamaan seperti berikut :

S = Sₒ + Sy ………………………………………………………(8.1.3)

M = Mₒ + mY …………………………………………………....(8.1.4)

Dimana :

Sₒ = Besarnya saving pada tingkat pendapatan nasional sebesar nol. Sₒ disini

menggantikan –a pada persamaan sebelumnya yang berisi S = –a + (1 – C) Y.


S= marginal propensity to save

S disini menggantikan (1 - c)

Mₒ = besarnya impor pada tingkat pendapatn nasioanl nol

m= marginal propensity to impor

Dengan memasukkan (8.1.3) dan (8.1.3) kedalam persamaan ekuilibrium (8.1.2) kita

temukan :

Sₒ + sY + Mₒ + mY = I + X

sY + mY = I + X – Sₒ – Mₒ

(s + m) Y = I + X – Sₒ – Mₒ

Y= ……………………………………(8.1.5)

Contoh 8.1.1 :

Diket :

Fungsi saving S = –40 + 0,3 Y

Fungsi impor M = 20 + 0,2 Y

Pengeluaran investasi I = 280

Ekspor X = 100

Hitunglah besarnya :

a) Pendapatan nasional ekuilibrium


b) Saving ekuilibrium

c) Impor ekuilibrium

d) Konsumsi ekuilibrium

e) Neraca perdagangan ekuilibrium

Jawab :

a) Pendapatan nasional

Y=

Y=

= 800

b) Saving

S = –40 + 0,3 Y = –40 + 0,3 × 800

= –40 + 0,3 × 800

= 200

c) Impor

M = 20 + 0,2 Y

= 20 + 0,2 × 800

= 20 + 160
= 180

d) Konsumsi

Y=C+I+X–M

800 = C + 280 + 100 – 180

C = 800 – 200

= 600

Pencocokan :

Untuk menguji kebenaran hasil perhitungan diatas kesamaan S + M = I + X harus

dipenuhi. Dari hasil perhitungan diatas :

S+M=I+X

200 + 180 = 280 + 100

380 = 380

e) neraca perdagangan

X = 100, M = 180

ini berarti bahwa neraca perdagangan berada dalam keadaan pasif dengan impor

netto sebesar M – X = 80.

Istilah lain untuk neraca perdaganagan yang pasif ialah neraca perdaganagn yang

negative, yang unfavorable atau tidak menguntungakan. Sebaliknya neraca

perdagangan yang memiliki ekspor disebut neraca perdagangan yang aktif, yang pasif

yang favorable atau yang menguntungkan.


6.2. Angka – Angka Pengganda

Dalam kebanyakan literature angka pengganda untuk perekonomian terbuka disebut

angka pengganda perdagangan luar negeri atau foreign trade multiplier. Cara menurunkan

angka pengganda tersebut yaitu:

Pendapatan nasional ekuilibrium dapat kita temukan dengan persamaan:

Y= ……………………………………………………(8.1.5)

Misalnya naiknya ekspor dari sebesar X berybah dengan ∆X menjadi (X + ∆X)

mengakibatkan pendapatan nasional berubah dari sebesar Y berubah dengan ∆Y menjadi (Y +

∆Y), maka dapat kita tulis :

Y + ∆Y =

Y + ∆Y =

∆Y = Y – Y +

∆Y =

…………………………………………..(8.2.1)

Dimana Kfx merupakan symbol untuk angka pengganda ekspor. Dengan cara yang sama dapat

kita temukan :
a) Angka pengganda investasi untuk perekonomian terbuka:

……………………………………..(8.2.2)

b) Angka pengganda autonomous saving untuk perekonomian terbuka:

Kfs o = …………………………………………(8.2.3)

c) Angka pengganda autonomous impor:

Kfm o = …………………………………………(8.2.4)

6.3. Pengaruh Perubahan Ekspor terhadap Neraca Perdagangan

Perubahan pendapatan nasional yang ditimbulkan oleh bertambahnya investasi sebesar

satu rupiah akan sama dengan perubahan pendapatan nasional yang ditimbulkan oleh

bertambahnya ekspor sebesar satu rupiah. Selanjutnya dapat pula dikatakan bahwa sebagai akibat

daripada kenyataan tersebut perubahan impor yang ditimbulkan oleh bertambahnya investasi

sebesar satu rupiah juga akan sama dengan perubahan impor yang ditimbulkan oleh

bertambahnya ekspor sebesar satu rupiah. Kedua hubungan yang diperbandingkan ini dapat

diungkapkan sebagai berikut :

a) Pengaruh perubahan ekspor sebesar Rp 1,-

∆X = Rp 1,- → ∆Y = Kfx = (Rp 1,-) =

………………………………………………….(8.3.1)
b) Pengaruh perubahan investasi sebesar Rp 1,-

∆I = Rp 1, → ∆Y = Kfi =

……………………………………………………(8.3.2)

Meskipun pengaruh kenaikan ekspor terhadap impor sama besarnya dengan pengaruh

kenaikan investasi terhadap impor, namun dari segi neraca pembayaran pengaruh perubahan

investasi. Ini berarti meningkatnya kewajiban luar negeri tidak disertai dengan kenaikan

penerimaan luar negeri. Dengan demikian meningkatnya investasi bertendensi mengakibatkan

meningkatnya deficit atau mengurangi surplus neraca pembayaran.

Perubahan ekspor, di lain pihak, perlu diteliti dahulu. Kita ketahui bahwa :

+∆X → ∆Y = k∆X = …………………………….(8.3.3.)

Yang cara membacanya ialah : perubahannilai ekspor akan mengakibatkan pendapatn nasional

ekuilibrium berubah dengan perubahan sebesar k∆X yang nilainya sama dengan

. Dan perubahan pendapatan nasional sebesar selanjutnya mengakibatkan berubahnya

nilai impor dengan perubahan . Kalau hubungan kausal (8.3.3.) hanya bagian yang paling

kiri serta paling kanan saja yang kita perhatikan, maka :

∆X → ∆M = ………………………………………………………..(8.3.4)
Ynag mempunyai makna bahwa meningkatnya nilai ekspor sebesar ∆X mengakibatkan

meningkatnya nilai impor dengan oleh karena kita mengetahui bahwa m dan s massing

– masing mempunyai nilai positif maka pecahan mempunyai nilai positif yang besarnya

kurang dari satu.

Dengan 0 < < 1 berarti bahwa

0< < 1 ……………………………………………………………….(8.3.5)

Yang mempunyai makna bahwa peningkatan nilai ekspor akan bertendensi mengakibatkan

meningkatnya nilai impor dengan jumlah yang lebih kecil daripada jumlah penambahan ekspor

yang mengakibatkan perubahan nilai impor tersebut.

Contoh :

Diketahui :

a) Mula – mula perekonomian dalam keadaaan ekuilibrium dengan ekspor netto sebesar 10

M per tahun.

b) Fungsi saving tahunan S = - 40 M + 0,3 Y

c) Fingsi impor tahunan M = 20 M + 0,2 y

Soal :

Sesudah kejadian – kejadian dibawah ininterjadidan perekonomian telah mencapai

keadaan ekuilibrium lagi, berapakah besarnya ekspor netto atau impor netto yang terjadi?
a) Pengeuaran investasi bertambah dengan 40 M, nilai ekspor tidak mengalami

perubahan.

b) Nilai ekspor bertambah dengan 40 M, pengeluaran investasi tidak mengalami

perubahan.

c) Investasi bertambah dengan 20 M,dan ekspor bertambah dengan 20 M.

Jawab :

Tingginya angka pengganda :

1) Angka pengganda investasi

Kfi =

2) Angka pengganda ekspor

Kfx =

a) Perubahan nilai impor sebagai akibat dari pada perubahan pengeluaran investasi :

∆I = 40 ∆Y = Kfi ∆I = 2 ×40 = 80 → ∆M = m ∆ y = 0,2 × 80 = 16

Ekspor netto yang baru :

(Xₒ - Mₒ) + (∆X - ∆M) = 10 + (0 - 60) = –6

Jadi, ekspor netto yang baru = - 6 M atau dengan ungkapan lain, impor netto yang

baru sebesar 6 M.

b) Perubahan nilai impor sebagai akibat daripada berubahnya nilai ekspor

∆X = 40 → ∆M = ∆M =
Ekspor netto yang baru :

(Xₒ - Mₒ) + (∆X - ∆M) = 10 + (40 - 16) = 34

Jadi ekspor netto yang baru sebesar 34 Milyar.

c) Perubahan nilai impor sebagai akibat dari bertambahnya ekspor dan investasi masing

– masing sebesar 20 M :

∆M =

Ekspor netto yang baru :

(Xₒ - Mₒ) + (∆X - ∆M) = 10 + (20 - 16) = 14

Jadi, ekspor netto yang baru sebesar 14 milyar.

6.4. Konflik antara Keseimbangan Intern dengan Keseimbangan Ekstern

Yang dimaksud keseimbangan intern ialah keadaan perekonomian dalam negeri dimana

tingkat kesempatan kerja berada pada tingkat yang cukup tinggi. Keseimbangan ekstern

dimaksudkan sebagai keadaan perekonomian dengan neraca pembayaran yang tidak deficit.

Kedua – duany amerupakan keadaan yang diinginkan suatu Negara. Dengan mengetahui bahwa

angka pengganda pengeluaran konsumsi pe,erintah dan angka pengganda transfer pemerintah

adalah positif sedangkan angka bertanda pajak bertanda negative, maka kebijakan ekspansi ,

yaitu kebijakan yang bertujuan untuk menaikkan permintaan agregatif dalam perekonomian

dapat dicapai dengan memperbesar jumlah pengeluaran konsumsi pemerintah, memperbesar


jumlah transfer pemerintah dan atau memperkecil jumlah pungutan pajak. Kebijakan kontraksi

yang bisa disebut juga kebijakan pendeflasian perekonomian, yaitu kebijakan yang berbtujuan

mengurangi besarnya pengeluaran agregatif dalam perekonomian dapat dilaksanakan dengan

cara mengurangi pengeluaran konsumsi pemerintah, mengurangi transfer pemerintah, dan atau

menambah besarnya pungutan pajak.

Mengingat bahwa marginal propensity to import nilainya lebih besar daripada nol, maka

ekspansi dalam perekonomian bertendensi mengakibatkan bertambahnya impor, dan sebaliknya

kontraksi pendapatan bertendensi mengakibatkan menurunnya nilai impor. Kenyataan seperti

membasa konsekuensi berupa kemungkinan adanya konflik antara internal balanced dengan

eksternal balance, yaitu bilamana perekonomian menghadapai masalah pengangguran dan deficit

neraca pembayaran luar negeri besama – sama. Apabial keadaan ini diambila kebijakan kontraksi

tuntutan external balance berupa rendahnya atau tidak adanya deficit neraca pembayaran luar

negeri akan dapat terpenuhi. Kebijakan kontraksi tersebut bertendensi menurunkan tingkat

kesempatan kerja yang berarti tuntutan internal balance semakin tidak bisa terpenuhi. Apabila

pemerintah ,mengambil kebijakan sebaliknya , maka tingkat pengangguran mernurun yang

berarti tuntutan internal balance menjadi lebih terpenuhi, bila keadaan neraca pembayaran luar

negeri jadi parah, yang berate tuntutan external balance semakin kurang terpenuhi.

Anda mungkin juga menyukai