SKRIPSI
Disusun oleh :
Rizki Yaman
115020400111007
I. BIODATA PRIBADI
1. Nama : Rizki Yaman
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jember, 15 Januari 1993
3. Jenis Kelamin : Laki-Laki
4. Agama : Islam
5. Status : Belum Menikah
6. Nama Ayah : Rasyid Zakaria
7. Nama Ibu : Mujayana
8. Alamat : Perum. Griya Mangli Indah G12A, Jember
9. Email : rizkiyaman93@gmail.com
KATA PENGANTAR
Segala Puji hanya bagi Allah SWT, berkat kuasa dan limpahan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan VNULSVLLQLGHQJDQMXGXO³Analisis Daya Saing Ekspor
Komoditas Udang Indonesia di Amerika Serikat dan Jepang´ guna memenuhi
syarat untuk meraih derajat Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ilmu Ekonomi,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya.
11. Teman dan sahabat Rian tama, Pramana Akbar, Alif Firmnada, Gugus,
Satya, Apriando, Supri, Azzam, Ekik, David, Gibran, Hanif, Roni, Nando,
Guno, Riang, Dinda, Atikah, Adit, Fariz, Rizki CT, Kristian, Fadlil Takil,
Bosel, Kusairi, Adi, Zulfikri, Ulil, Yogi, Lutfi, Fidi, Dadan, Roy, Firman, Azmi,
Diqi, Aloy, Ade, Dimaz Almas, Fajar, Abraham, Prayogo Dimas, Reza
Fahrizal, Qasthalani, Arya, Fendi, Bennito, Dahana, Ilham, Iqbal, Dodi,
(QJJDO $ULS $GDP (ULN 6\DIL¶L serta teman dan sahabat lainnya yang
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
12. Seluruh Personil Bandku Angersfall, Sandro, Ardi, Haris, Ade, Yoga
Pascal, dan Dwiki.
13. Keluarga besar Klanrock House, Klanrock Cafe, Klanrock Studio, Black
Hell Crew, Jember Hardcore Familia dan Jember Metalhead.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
terbuka itu membuka negaranya untuk ikut dalam sistem perdagangan dan sistem
terjadi ketika permintaan luar negeri tidak diiimbangi oleh supply luar negeri.
Sebaliknya impor yaitu kurangnya supply dalam negeri yang tidak dapat
mengimbangi permintaan dalam negeri. Apabila ekspor bernilai positif, maka akan
migas saja, Indonesia juga harus menyusun strategi yang tepat pada ekspor sektor
non migas juga untuk mendorong pertumbuhan industri dan perekonomian global.
1
2
tahun 2014 sebesar 1,27 juta ton atau mengalami kenaikan 1,34 persen dari tahun
2013 sebesar 1,26 juta ton. Berdasarkan nilai ekspornya, pada tahun 2014 nilai
ekspor hasil perikanan sebesar US$ 4,6 miliar atau mengalami kenaikan 11 persen
dari tahun 2013 sebesar US$ 4,1 miliar (Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Perikanan, 2015). Pada tahun 2015 nilai ekspor hasil perikanan secara kumulatif
periode Januari-Desember 2015 mencapai USD 3,95 Milyar atau tercapai 67,41%
dari target yakni sebesar USD 5,86 milyar. Komoditas utama ekspor hasil
perikanan tahun 2015 adalah udang (41%), TTC (15%), kepiting/rajungan (8%),
apabila dibandingkan dengan nilai ekspor tahun 2014, yang mencapai USD 4,64
26,71% (dalam volume) dan 31,49% (dalam nilai). Dalam hal ini Thailand dan
yaitu udang dan kelompok ikan laut seperti tuna, cangkalang dan tongkol.
paling diminati karena memiliki kandungan gizi yang tinggi, nilai ekonomi tinggi dan
mempunyai peluang pasar baik di dalam maupun di luar negeri. Terdapat berbagai
3
jenis udang yang dihasilkan di perairan Indonesia. Udang yang banyak diproduksi
untuk diekspor umumnya adalah udang vannamei dan udang windu. Kedua jenis
beberapa daerah di Indonesia seperti Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah,
Banten, Lampung, Kalimantan Timur, NTB, Riau, Aceh dan Sulawesi Selatan
(Rakhmawan, 2009).
enam komoditas primadona ekspor Indonesia dan salah satu komoditas dalam
peningkatan dengan nilai rata-rata 8,42 persen atau 67.514 ton per tahun. Berikut
Gambar 1.1 Total Volume Ekspor Udang Indonesia Tahun 2008-2015 Menurut
Negara Tujuan Utama (ton)
160000
140000
120000
100000
80000
Volume
60000
40000
20000
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
udang mengalami penurunan pada tahun 2009 dan 2010. Penurunan volume
ekspor tersebut sebesar 23.774,6 ton dari 140868 ton di tahun 2008. Akan tetapi
sampai pada puncaknya di tahun 2014 yang mana volume ekspor udang
Indonesia sebesar 148.519,4 ton. Pada 2015, volume ekspor udang Indonesia
Indonesia dari tahun 2008 hingga 2010 ini mungkin disebabkan adanya pengaruh
ada lima negara yang memiliki volume ekspor tertinggi. Negara-negara tersebut
adalah Amerika Serikat, Jepang, Belgia, Inggris dan Hongkong. Berikut Gambar
1.2 volume ekspor dari lima negara utama tujuan ekspor komoditas udang
Indonesia.
1000000
800000
Amerika Serikat
Belgia
600000
Hongkong
Inggris
400000
Jepang
200000
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Serikat. Pada tahun 2008, total volume ekspor udang Indonesia ke Jepang
sebesar 322.923 ton. Menurun ditahun 2009 dan kembali naik tahun 2010 menjadi
332.740 ton. Tahun 2011 naik menjadi 368.992 ton dan mengalami sedikit
penurunan pada 2012 menjadi 365.505 ton. Tahun 2013 kembali mengalami
terbesar selama periode penelitian yakni 409.844 ton. Namun 2014 terjadi
penurunan kembali hingga akhir 2015, volume ekspor udang Indonesia ke Jepang
berada pada titik terendah selama periode penelitian yakni 306.581 ton.
Jepang menjadi salah satu negara tujuan ekspor udang Indonesia. Hal ini
setelah Thailand dan Vietnam. Pada tahun 2000 sampai tahun 2006, Jepang
masih menjadi negara tujuan terbesar ekspor udang Indonesia. Tetapi sejak tahun
2007 hingga tahun 2015 mengalami perubahan, di mana Jepang menjadi tujuan
ekspor kedua untuk udang Indonesia setelah Amerika Serikat dengan komposisi
sekitar 18,5 persen dari total ekspor udang Indonesia. Volume ekspor udang
Jepang, meski sejak 1998 mulai disalip oleh India yang sebenarnya baru secara
terdepan dalam kategori besaran ekspor udang ke Jepang. Meski sejak tahun
6
Jepang dan volume ekspor komoditas udang Indonesia ke Jepang tahun 2008-
2015.
Gambar 1.4 Volume Ekspor Komoditas Udang Dunia ke Jepang dan Volume
Ekspor Komoditas Udang Indonesia ke Jepang (Ton)
3500000
3000000
2500000
2000000
Dunia-Jepang
1500000 Indonesia-Jepang
1000000
500000
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Indonesia yang memiliki volume tertinggi daripada empat negara yang lain.
2010, lalu meningkat di tahun 2010 hingga 2014 dan di tahun 2015, ekspor
penurunan volume.
7
Selain negara Indonesia, ada beberapa negara lain yang menjadi eksportir
Vietnam, India dan Tiongkok. Di wilayah Amerika Latin, Ekuador juga negara yang
200000
Thailand
150000 Vietnam
India
100000 Tiongkok
Ekuador
Indonesia
50000
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Indonesia menurun dari tahun 2008 hingga 2010 dan meningkat dari tahun 2010
hingga tahun 2015. Indonesia menempati peringkat tiga besar eksportir komoditas
udang Amerika Serikat. Hal ini menjadi potensi daya saing bahwa produk udang
Thailand mengalami penurunan drastis semenjak tahun 2010 hingga 2015. Hal ini
disebabkan oleh penyakit udang Early Mortality Syndrome (EMS). Akibat dari
ton dari tahun 2008 hingga 2015. India menduduki peringkat pertama dalam 2013
peningkatan yang pesat sejak tahun 2008 hingga 2015 dan tidak mengalami
penurunan selama tahun-tahun tersebut. Peringkat kedua pada tahun 2008 hingga
2009 ditempati oleh Indonesia namun pada 2010, Ekuador, satu-satunya negara
dari Amerika Latin, yang menduduki peringkat kedua sebagai negara eksportir
komoditas udang ke Amerika Serikat hingga tahun 2012. Tahun 2013, Thailand
menempati posisi kedua setelah negara India dan disusul oleh Indonesia diurutan
Tahun 2014 hingga data penelitian terakhir tahun 2015, India adalah
Serikat disusul oleh Indonesia pada urutan kedua dan Ekuador sebagai negara
pengekspor ketiga. Pergerakan volume dan nilai ekspor udang Indonesia di pasar
jumlah produksi dan kualitas udang yang berdampak pada harga udang di pasar
dunia. Selain itu, adanya tingkat persaingan dengan negara eksportir udang
Terdapat dua jenis udang unggulan ekspor Indonesia yaitu yang pertama
adalah spesies udang vanname dan yang kedua adalah udang windu. Jenis jenis
ekspor komoditas udang Indonesia berupa produk bahan mentah yaitu udang
beku dan udang tak beku, dan ada pula udang olahan. Pembudidayaan udang
9
penyakit dan memiliki pangsa pasar yang cukup luas serta dapat dijual dalam
ukuran (size) kecil maupun sedang untuk diekspor, dan sangat diminati di pasar
Amerika Serikat (Aristiyani, 2017). Sedangkan udang windu merupakan udang asli
sederhana dengan ciri khas pertumbuhan cepat dan ukurannya besar. Jenis
negara pengekspor komoditas udang tiga besar di Amerika Serikat dan Jepang,
hal itu menandakan Indonesia memiliki daya saing yang tidak kalah dengan
negara lain yang diakibatkan oleh penyakit udang, Indonesia seharusnya mampu
Amerika Serikat dan Jepang karena kualitas udang Indonesia yang lebih baik.
dari daya saingnya, daya saing merupakan suatu konsep umum yang digunakan
terciptanya persaingan yang sehat tanpa hambatan. Dampak dari hal tersebut
ketat dan tantangan perdagangan udang Indonesia semakin luas dan bervariasi.
Konsumen domestik maupun luar negeri menuntut kualitas udang yang baik.
Thailand, Vietnam, India, China dan Ekuador mendorong industri udang Indonesia
10
untuk meningkatkan produksi dan kualitas udang agar mampu bersaing di pasar
pasca krisis global menjadikan nilai tukar Indonesia terhadap dolar melemah
terhadap perusahaan tersebut. Hal itu menjadikan harga barang dalam negeri di
pasar luar negeri menjadi murah. Hal itu seharusnya menjadikan kinerja ekspor
pasar Amerika Serikat dan Jepang, menghindari adanya penolakan dari negara
tujuan ekspor sehingga dapat meningkatkan volume serta nilai ekspor udang dan
Jepang´. Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana daya saing dan kinerja
dan Jepang?
sebagai berikut:
Jepang.
Jepang.
telah dikemukakan di atas, maka manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
terjadi di lapangan.
2. Penelitian ini dapat menjadi dasar bagi para pengambil kebijakan eksportir
Dalam bab ini akan dijelaskan tentang kajian pustaka serta hipotesis yang
mana tujuan dari kajian pustaka dan hipotesis dijadikan sebuah pijakan dalam
sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing negara dan oleh karena tidak ada
negara yang bisa memenuhi kebutuhan perekonomian yang mandiri yang mana
kemampuan dari negara untuk memproduksi barang dan jasa tersebut terbatas.
Belum lagi beban yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang di dalam
negeri yang tinggi yang mana biaya lebih mahal apabila negara memproduksi
negara bisa bertransaksi dengan negara lain yang mana dapat memangkas
beban serta biaya apabila harga di luar negeri jauh lebih murah dibandingkan di
13
14
1. Kemanfaatan absolut (absolut advantage) oleh Adam Smith. Teori ini lebih
Murni dalam arti bahwa teori ini memusatkan perhatiannya pada variable
riil seperti misalnya nilai sesuatu barang diukur dengan banyaknya tenaga
tenaga kerja yang digunakan akan makin tinggi nilai barang tersebut (labor
theory of value)
suatu barang yang dapat dihasilkan dengan lebih murah dan mengimpor
3. Biaya Relatif (comparative cost) oleh David Ricardo. Titik pangkal teori
(value). Menurut David Ricardo nilai (value) suatu barang tergantung dari
antara dua negara. Teori nilai tenaga kerja menjelaskan mengapa terdapat
perbedaan di dalam fungsi produksi antara dua negara atau lebih. Jika fungsi
produksinya sama, maka kebutuhan tenaga kerja juga akan sama nilai
fungsi produksi di antara dua negara tersebut. Namun teori klasik tidak dapat
dikenal dengan faktor proportions theory oleh Hecksher dan Ohlin. Ada
beberapa kritik terhadap teori klasik bahwa tenaga kerja nyatanya tidak
seperti dalam anggapan klasik. Hal ini disebabkan oleh ikatan keluarga,
mungkin nilai suatu barang dinyatakan dengan banyaknya tenaga kerja yang
dibutuhkan (Nopirin,2001).
teknologi dan kerja keras menjadi faktor keberhasilan suatu negara. Bagi
1. Faktor proporsi oleh Hecksher & Ohlin. Teori Hecksher & Ohlin (Teori H-
di negara A adalah tenaga kerja. Oleh karena itu, teori H-O menjelaskan
kedua negara ini akan sama dalam beberapa hal, dapat dijelaskan sebagai
berikut:
dipunyai oleh negara A. (Hal ini tidak terlalu penting apabila kita
dengan satu parameter negara lain). Tetapi kondisi ini akan menjadi
penawaran.
17
2.2. Ekspor
adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara
lain. Proses ini seringkali digunakan oleh perusahaan dengan skala bisnis kecil
Strategi ekspor digunakan karena r isiko lebih rendah, modal lebih kecil dan lebih
mudah bila dibandingkan dengan strategi lainnya seperti misal franchise dan
akuisisi.(Deresky,2006)
Menurut Daniels (2009), ekspor dibagi menjadi dua, yaitu ekspor langsung
dan ekspor tidak langsung. Ekspor langsung adalah cara menjual barang atau
jasa melalui perantara/ eksportir yang bertempat di negara lain atau negara
untuk produk dalam skala besar dan adanya hambatan perdagangan serta
dijual melalui perantara/ eksportir negara asal kemudian dijual oleh perantara
didefinisikan sebagai output yang dihasilkan oleh tenaga kerja. Teori ini
meliputi peningkatan jumlah input fisik (modal dan tenaga kerja), peningkatan
suatu komoditi dilihat dari dua indikator yaitu keunggulan komparatif dan
saing internasional sebuah negara dari pangsa pasar dunianya. Makin besar
pangsa pasarnya makin kuat juga daya saing internasionalnya. Kritik terhadap
bermanfaat, hal ini seringkali salah arah karena pangsa pasar dunia dari sebuah
negara dapat meningkat terlepas dari daya saing internasionalnya. Suatu negara
(Salvatore,2014).
19
bukunya The Principles of Political Economy and Taxation tahun 1817. Menurut
keunggulan komparatif, bahkan jika satu negara kurang efisien daripada negara
lain dalam produksi kedua komoditas, masih ada landasan untuk perdagangan
produksi dan ekspor komoditas yang mempunyai kerugian absolut yang lebih
kecil (ini yang akan menjadi komoditas yang merupakan keunggulan komparatif)
dan mengimpor komoditas yang mempunyai kerugian absolut yang lebih besar
Dapat dilihat pada tabel 2.1, Amerika Serikat lebih unggul dibandingkan
kali lebih banyak gandum dibandingkan Inggris dan Amerika Serikat mampu
memproduksi 2 kali lebih banyak kain dibandingkan Inggris dengan waktu yang
sama. Hal ini menjadikan amerika secara domestik, dapat menukarkan 6 kain
tersebut ditukarkan di inggris yang mana akan mendapat lebih dari 4 gandum.
20
kerja. Oleh karenanya berapapun jumlah kain (asal kurang dari 12 kain) yang
dengan lebih dari 4 kain dari inggris. Sementara negara Inggris memperoleh
DTD kedua komoditas adalah 1:1 atau negara melakukan impor sama dengan
dalam negeri. Jika satu negara memiliki kelemahan absolut dibanding negara lain
dalam produksi kedua komoditas, masih ada landasan untuk perdagangan yang
terhadap negara lain) berada dalam proporsi yang sama untuk kedua komoditas.
Meskipun penting untuk dicatat pengecualian ini secara teoritis sangat langka
terdapat dua negara dan dua komoditi, (2) perdagangan bersifat bebas, (3)
terdapat mobilitas tenaga kerja yang sempurna di dalam negara namun tidak ada
mobilitas antara dua negara, (4) biaya produksi konstan, (5) tidak ada biaya
suatu negara. Dalam persaingan global saat ini, suatu bangsa atau negara yang
bila memiliki empat faktor penentu dan dua faktor pendukung. Keempat faktor
(related and supporting industry), serta kondisi struktur, persaingan dan strategi
industri (firm strategy, structure, and rivalry). Ada dua faktor yang mempengaruhi
interaksi antara keempat faktor tersebut yaitu kesempatan (change event) dan
Kondisi faktor adalah posisi negara dalam faktor produksi sebagai indikator
dalam bersaing. Dalam analisis Porter, kondisi faktor atau faktor input merupakan
kelompok dalam faktor sumber daya, yaitu yang pertama adalah sumber daya
manusia, yang kedua sumber daya modal, yang ketiga sumber daya alam atau
fisik, yang keempat sumber daya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), dan
barang dan jasa industri. Hal ini sangat mempengaruhi daya saing terutama pada
maju suatu masyarakat dan semakin tinggi tingkat demand pelanggan dalam
negeri, maka industri akan selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas produk
atau melakukan inovasi guna memenuhi permintaan pelanggan lokal yang tinggi.
apabila industri-industri yang berkaitan berpusat pada satu kawasan. Hal ini
berpengaruh dalam hal industri hulu yang mampu memasok industri utama
dengan harga yang lebih murah, mutu yang lebih baik, pelayanan yang cepat,
pengiriman tepat waktu dan jumlah sesuai dengan kebutuhan industri. Begitu
juga pada industri hilir yang menggunakan produk industri utama sebagai bahan
baku tersebut.
kompetisi serta bersaing. Selain itu, melakukan perbaikan produk juga penting
negeri memiliki daya saing yang kuat, maka akan mendorong perusahaan untuk
23
masuk ke pasar internasional. Selain keempat faktor tersebut, ada dua unsur
yang berada di luar teori diamond porter yang mana kedua unsur tersebut
berpengaruh terhadap keempat faktor tersebut. Selain itu pemerintah juga dapat
kesempatan. Seperti perubahan harga minyak dan depresiasi nilai tukar mata
uang yang mana membuat biaya perusahaan menjadi konstan. Selain itu ada
dalam bentuk sewa tanah, upah, bunga dan keuntungan. Nilai tambah suatu
negara akan besar, bila balas jasa faktor ini semuanya diterima oleh warga
negara yang bersangkutan, sebaliknya akan relatif kecil apabila sebagian jatuh
ke orang asing atau ditransfer ke luar negeri, seperti penanaman modal asing.
Secara nasional, nilai tambah dari suatu produk akhir, juga harus dilihat jumlah
nilai tambah yang dihasilkan oleh industri hulu dan keterkaitan disampingnya.
Selain nilai tambah yang dihasilkan oleh industrinya sendiri, nilai tambah
pencelupan dan lain sebagainya. Kecenderungan baru model model ekonomi ini
lagi, karena pergeseran yang tajam dalam model-model ekonomi belakangan ini,
seperti berikut:
2. Dari skala ekonomi tidak berubah (constant return to scale) kepada skala
competition.
tinggi.
sebagai bahan pijakan dan referensi serta acuan. Berikut akan diuraikan
beberapa penelitian sebelumnya yang mengkaji tentang daya saing dan kinerja
Unnithan (Geethalakshmi, Gopal, & Unnithan, 2010), yaitu tentang daya saing
komoditas udang india di pasar jepang , amerika serikat dan uni eropa. Hasil dari
penelitian ini adalah nilai dari RCA India sebesar 0,44 yang mana kurang dari 1.
Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa, negara india dalam daya saing ekspor
Internasional.
Penelitian yang dilakukan oleh Yuan Xinhua (Xinhua, 2008), yaitu tentang
daya saing ekspor komoditas udang di wilayah asia, beberapa negara asia
Advantage). Penelitian ini dilakukan pada tahun 2008. Tujuan penelitian untuk
Hasil dari penelitian ini adalah nilai RCA pada negara tersebut memiliki nilai lebih
sebesar 21,9, sedangkan nilai RCA paling rendah dimiliki oleh negara Malaysia
Penelitian yang dilakukan oleh Nguyen Tuan Kiet dan Zenaida M. Sumalde
(Kiet & Sumalde, 2008), yaitu tentang daya saing ekspor udang vietnam pada
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana keunggulan komparatif
Hasil dari penelitian ini adalah nilai RCA Vietnam di wilayah Mekong River Delta
memiliki nilai lebih dari 1. Hasil tersebut menyimpulkan bahwa ekspor komoditas
pasar Internasional
Penelitian yang dilakukan ina Asmara Wati, Chang Wen-I dan Moch.
Muslich Mustadjab (Wati & Mustadjab, 2013), yaitu tentang daya saing ekspor
komoditas udang di Indonesia dan Thailand dengan tujuan ekspor pada negara
komparatif ekspor komoditas udang antara Indonesia dan Thailand. Hasil dari
penelitian ini adalah nilai RCA Indonesia dan Thailand memiliki nilai lebih dari 1
masing-masing pada komoditas udang beku, udang segar dan udang olahan
dengan tujuan ekspor pada negara Jepang dan Amerika Serikat. Nilai RCA
Thailand lebih tinggi dibandingkan dengan nilai RCA Indonesia yang mana
yaitu tentang daya saing ekspor komoditas udang beku Indonesia di pasar
Advantage). Penelitian ini dilakukan pada tahun 2009. Tujuan dari penelitian ini
udang beku indonesia di pasar internasional. Hasil dari penelitian ini adalah nilai
memiliki nilai lebih dari 1. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ekspor
dilakukan pada tahun 2005. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
penelitian ini adalah nilai RCA Indonesia pada ekspor komoditas udang beku di
pasar internasional memiliki nilai lebih dari 1. Hasil tersebut dapat disimpulkan
SWOT adalah ekspor hasil perikanan dan kelautan indonesia pada posisi strategi
(Pavithra S ., 2014), yaitu tentang daya saing ekspor komoditas udang India di
Comparative Advantage). Penelitian ini dilakukan pada tahun 2014. Tujuan dari
komoditas udang beku india di pasar internasional. Hasil dari penelitian ini adalah
nilai RCA India pada ekspor komoditas udang di pasar internasional memiliki nilai
lebih dari 1. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ekspor komoditas udang
Penelitian yang dilakukan oleh Setyo Tri Wahyudi (Tri Wahyudi, 2013),
yaitu tentang daya saing ekspor komoditas kelapa sawit dan biji coklat indonesia
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana keunggulan komparatif
ekspor komoditas kelapa sawit dan biji coklat di malaysia dan singapura. Hasil
dari penelitian ini adalah nilai RCA komoditas kelapa sawit Indonesia di pasar
Malaysia memiliki nilai lebih dari 1 mulai tahun 2009 hingga 2013. Nilai RCA
komoditas kelapa sawit Indonesia di pasar singapura memiliki nilai lebih dari 1
mulai tahun 2009 hingga 2013. Nilai RCA komoditas biji coklat Indonesia di pasar
Singapura memiliki nilai lebih dari 1 mulai tahun 2009 hingga 2013. Niai RCA
komoditas biji coklat Indonesia di pasar Malaysia memiliki nilai lebih dari 1 mulai
tahun 2009 hingga 2013. Hasil tersebut menyimpulkan bahwa komoditas biji
Penelitian yang dilakukan Tuti Ermawati, Yeni Saptia (Ermawati & Saptia,
2013), tentang kinerja ekspor komoditas kelapa sawit di beberapa negara tujuan
Advantage) dan Constant Market Share (CMS). Hasil dari penelitian adalah nilai
RCA komoditas minyak kelapa sawit Indonesia di negara tujuan ekspor utama
Indonesia memiliki nilai lebih dari 1 dan dapat disimpulkan bahwa ekspor
kelapa sawit cenderung negatif. Efek distribusi pasar minyak kelapa sawit
memiliki hasil yang negatif. Efek daya saing minyak kelapa sawit cenderung
positif.
constant market share atau CMS dengan melihat efek komposisi komoditas, efek
distribusi pasar dan efek daya saing dari ekspor komoditas udang Indonesia di
Metode
No. Judul Penulis Hasil Penelitian
Analisis
1. Analysis of Geethalaksmi Revealed Hasil dari penelitian ini
Indian Shrimp ,Nikita Gopal Competitivenes adalah nillai RCA India
Exports and its dan G.R Advantage tidak lebih dari 1 yang
Prices in Unnithan (RCA) mana dapat disimpulkan
Major bahwa daya saing ekspor
International Udang India tidak
Markets (2010) memiliki keunggulan
komparatif di pasar
internasional di tahun
2006.
2. Comparative Yuuan Xinha Revealed Hasil dari penelitian ini
advantage Competitivenes adalah nilai RCA dari
analysis of Advantage negara-negara asia
shrimp (RCA) seperti Bangladesh,
production in Malaysia, China, India,
Asia (2008) Indonesia,
Filipina,Thailand dan
Vietnam memiliki nilai
RCA lebih dari 1 yang
mana menyimpulkan
bahwa negara-negara
tersebut memiliki
keunggulan komparatif di
pasar Internasional.
3, Comparative Nguyen Tuan Revealed Hasil dari penelitian ini
and Competitive Kiet dan Competitivenes adalah nilai RCA Vietnam
Advantage Zenaida M. Advantage lebih dari 1 yang mana
of the Shrimp Sumalde (RCA) dapat disimpulkan bahwa
Industry in ekspor komoditas udang
Mekong River Vietnam memiliki
Delta, Vietnam keunggulan komparatif.
(2010)
31
Metode
No. Judul Penulis Hasil Penelitian
Analisis
4. Competitiveness Lina Asmara Revealed Hasil dari penelitian ini
of Indonesian Wati, Chang Competitivenes adalah nilai RCA pada
Shrimp Wen-I, Moch Advantage udang beku, udang segar
Compare with Muslich (RCA) dan udang olahan
Thailand Shrimp Mustadjab indonesia dan Thailand
in Export Market memiliki nilai lebih dari 1
(2013) di masing-masing negara
tujuan ekspor yaitu
jepang dan amerika
serikat. Hal itu
menunjukkan bahwa
indonesia dan thailand
memiliki keunggulan
komparatif. Penelitian ini
menunjukkan bahwa nilai
RCA Thailand lebih tinggi
daripada Indonesia meski
sama-sama memiliki
keunggulan komparatif.
5. Analisis Daya Herndra Revealed Hasil dari penelitian ini
Saing Komoditi Rakhmawan Competitivenes adalah Ekspor komoditas
Udang beku Advantage Udang beku Indonesia
Indonesia di (RCA) memiliki niai RCA lebih
Pasar dari 1 yang mana
Internasional menunjukkan bahwa
(2009) Ekspor udang Indonesia
memiliki keunggulan
komparatif.
6. Kajian Terhadap M. Takdir Revealed Hasil dari penelitian ini
Tingkat Kinerja Mulyadi Competitivenes adalah nilai RCA
Ekspor Advantage Indonesia pada ekspor
Indonesia (RCA) dan komoditas udang beku di
Dalam Rangka Strength pasar internasional
Meningkatkan Weakness memiliki nilai lebih dari 1.
Kesejahteraan Opportunities Hasil tersebut dapat
Masyarakat: Treats (SWOT) disimpulkan bahwa
Studi Kasus ekspor komoditas udang
Ekspor Udang Indonesia khususnya
Beku Indonesia pada ekspor komoditas
(2005) udang beku, memiliki
keunggulan komparatif di
pasar internasional. Hasil
analisis SWOT adalah
ekspor hasil perikanan
dan kelautan indonesia
pada posisi strategi WO,
yaitu meminimalkan
kelemahan untuk
memanfaatkan peluang.
32
Metode
No. Judul Penulis Hasil Penelitian
Analisis
7. Market shares, S. Pavithra, Revealed Hasil dari penelitian ini
instability and P. S. Competitivenes adalah nilai RCA India
revealed Ananthan Advantage lebih dari 1 yang mana
comparative dan M. (RCA) dapat disimpulkan bahwa
advantage of Krishnan ekspor komoditas udang
seafood exports India memiliki
from India keunggulan komparatif.
(2014)
Metode
No. Judul Penulis Hasil Penelitian
Analisis
Komoditas udang merupakan salah satu sektor perikanan dan kelautan yang
sangat potensial dan memiliki nilai yang tinggi di dalam perdagangan pada pasar
di dunia bersama negara lainnya yaitu Thailand, Vietnam, India, China, Ekuador.
Komoditas ekspor udang indonesia laris di pasar Amerika Serikat, Jepang dan
quantitative easing pasca krisis global yang dialami amerika serikat menjadikan
nilai tukar rupiah menurun. Seharusnya dapat membuat nilai ekspor indonesia
semakin unggul karena harga barang dalam negeri di pasar luar negeri akan
murah. Dan Jepang yang merupakan negara terbesar kedua tujuan ekspor
Seafood terutama udang menjadi makanan favorit masyarakat Jepang. Hal ini
Kebijakan peningkatan
daya saing ekspor udang
Indonesia
METODE PENELITIAN
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik
Penelitian deskriptif dapat berupa penelitian akhir atau penelitian antara, yaitu
sebagai perantara bagi penelitian lanjut. Sebagai penelitian akhir, studi deskriptif
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
Penelitian ini menggunakan data perdagangan time series dari tahun 2008
hingga 2015, yang mana data time series merupakan data runtutan waktu pada
36
37
Data yang akan digunakan dalam penelitian ini berasal dari United Nation
Statistic, Sea Food Center dan International Trade Center. Berikut akan
dijelaskan tabel dari variabel penelitian dan sumber data yang diperoleh:
jumlah banyak dan luas (Deni, 2013). Menurut Sugiyono (2015), populasi adalah
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
perdagangan internasional yang telah dicatat pada tahun 1989 hingga 2015.
Indonesia dan dunia serta total ekspor Indonesia dan dunia dengan tujuan ekspor
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Teknik sampling pada penelitian ini dipilih dengan metode
penelitian ini adalah sebagian periode ekspor komoditas udang Indonesia mulai
dari tahun 2008 hingga tahun 2015. Periode ini dipilih dengan tujuan untuk
terjadinya krisis global, dimana saat itu pemerintah Amerika Serikat menerapkan
posisi Indonesia juga sudah bukan sebagai negara utama pemasok udang ke
Jepang. Sehingga menjadi penting untuk dianalisis mengenai daya saing udang
Variabel penelitian adalah suatu hal yang berbentuk apa saja yang
diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
Penelitian ini fokus pada daya saing ekspor komoditas udang Indonesia di
Amerika Serikat dan Jepang. Data yang akan digunakan dalam penelitian ini
Serikat dan Jepang. Berikut akan dijelaskan variabel - variabel yang akan dipakai
komoditas udang menyeluruh yang terdiri dari udang beku (HS 030613),
udang segar (HS 030623), dan udang olahan (HS 160520) dari Indonesia
dollar.
39
komoditas udang menyeluruh yang terdiri dari udang beku (HS 030613),
udang segar (HS 030623), dan udang olahan (HS 160520) dari Indonesia
satuan US dollar.
5. Ekspor komoditas udang dunia ke Amerika Serikat, yaitu total nilai ekspor
komoditas udang menyeluruh yang terdiri dari udang beku (HS 030613),
udang segar (HS 030623), dan udang olahan (HS 160520) dunia ke
komoditas udang menyeluruh yang terdiri dari udang beku (HS 030613),
udang segar (HS 030623), dan udang olahan (HS 160520) dunia ke
7. Total ekspor dunia ke Amerika Serikat, yaitu nilai total ekspor dunia ke
dollar.
8. Total ekspor dunia ke Jepang, yaitu nilai total ekspor dunia ke negara
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Dokumen
suatu cara untuk memperoleh data informasi mengenai hal yang berkaitan dengan
penelitian dengan jalan melihat laporan tertulis baik berupa angka maupun
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
segala masalah yang akan diteliti sebagai acuan untuk pengolahan data.
41
Metode analisis dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur daya saing
dari suatu negara maupun daya saing komoditas. Untuk mengukur dan
faktor tersebut dan seberapa besar pengaruhnya terhadap daya saing, dapat
diketahui dengan metode Constant Market Share (CMS) atau model pangsa
pasar.
Kinerja ekspor suatu produk dari suatu negara diukur dengan menghitung
pangsa nilai ekspor suatu produk terhadap total ekspor suatu negara
pangsa nilai ekspor komoditas udang dunia terhadap total nilai ekspor dunia
Ȁ
ܴ ܣܥൌ (3.1)
௪Ȁ௪
Dimana:
Nilai daya saing dari suatu komoditi dapat disimpulkan dengan dua
kemungkinan yaitu:
1. Jika nilai RCA > 1, maka negara tersebut memiliki keunggulan komparatif
2. Jika nilai RCA < 1, maka negara tersebut memiliki keunggulan komparatif
nilai RCA tahun sebelumnya. Rumus indeks RCA adalah sebagai berikut:
ோ
ܣܥܴݏ݇݁݀݊ܫൌ ோ (3.2)
షభ
Dimana :
Nilai indeks RCA apabila lebih besar dari 1, menunjukkan bahwa daya
tahun sebelumnya. Tetapi apabila nilai indeks RCA menunjukkan nilai kurang
ekspor negara tersebut. Metode CMS atau model pangsa pasar konstan sebagai
kompetitif atau daya saing ekspor di pasar dunia dari suatu negara produsen
relatif terhadap negara pesaing. Penggunaan metode ini dilatar belakangi oleh
terdapat kemungkinan laju pertumbuhan ekspor suatu negara pada suatu negara
pada suatu periode yang mana tidak mampu mengikuti pertumbuhan secepat
Efek distribusi pasar dapat bernilai positif atau negatif. Bernilai positif
Serikat maka efek distribusi pasar akan bernilai positif. Sebaliknya, apabila
pasar akan bernilai negatif. Rumus efek distribusi pasar sebagai berikut :
Dimana :
Dimana:
Efek daya saing dapat bernilai positif maupun negatif. Efek daya saing ini
digunakan untuk melihat kenaikan dan penurunan bersih (net gain or loss)
dalam pangsa pasar ekspor Indonesia secara relatif terhadap standar setelah
positif apabila Indonesia masih bisa mempertahankan pangsa pasar dari para
bisa mempertahankan pangsa pasar dari para pesaing lainnya atau bisa
Asumsi dari efek daya saing ini didasarkan pada perubahan pangsa pasar
Dimana :
PEMBAHASAN
di bidang perikanan, terutama karena memiliki wilayah laut yang cukup luas yaitu
7,9 juta km2 dan memiliki garis pantai sepanjang 80.791 km2 dengan luas
Dibanding luas daratannya yang hanya 1,9 juta km2 ternyata Indonesia memiliki
luas 81 persen dari seluruh luas wilayah Indonesia, sehingga bukan tidak mungkin
bila Indonesia dapat merajai bisnis perikanan dunia. Luas area yang tercatat
berpotensi sebagai pertambakan air payau adalah seluas 1,2 juta ha dan jumlah
tambak yang ada adalah sekitar 600 ribu ha (50 persen). Tambak yang dibangun
sebelum tahun 1985 hanya dirancang untuk memelihara ikan bandeng (milkfish).
(Chanosc hanos Forsk) dan ikan nila (Tilapia sp). Sejak tahun 1986, pemerintah
sistem pengelolaan inti plasma. Sejak saat itu, banyak petani bandeng yang
keragaman jenis ikan yang ada, karena udang merupakan primadona ekspor
perikanan Indonesia. Sejak tahun 1987 Indonesia telah menjadi salah satu
pemasok terpenting udang dunia. Udang yang terdiri dari udang segar dan beku
46
47
besar, khususnya dari kelompok sektor non migas bahkan terbesar bila
teh, rempah-rempah, tembakau dan biji coklat. Dalam kurun waktu antara tahun
1998 sampai tahun 2001, ekspor udang memberikan kontribusi sebesar 22,03 ±
48,9 persen dari total ekspor kelompok pertanian (Tajerin & Noor, 2004).
Indonesia memiliki lebih dari 83 jenis udang yang berperan penting untuk
Sumatera, pantai timur Sumatera, selat Malaka, pantai utara Jawa, perairan
Kalimantan dan Laut Arafura. Hampir semua jenis udang Penaeid kecuali
tambak lebih banyak digunakan untuk memelihara ikan seperti bandeng, belanak,
mujair dan kakap. Komoditas udang ikut dipelihara karena saat air pasang laut,
benih udang ikut masuk ke dalam tambak. Seiring perkembangan zaman dan
Proyek Udang Nasional (PUN) pada tahun 1983-1993 di Jawa Barat, Jawa Timur
dan Sulawesi Selatan. Selain itu, masih terdapat beberapa program lainnya yang
negara. Hal ini dikarenakan besarnya potensi perairan laut dan tambak udang
perairan laut sebesar 30 persen. Produksi udang lebih banyak dihasilkan melalui
Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten, Kalimantan Timur, NTB, Riau,
Budidaya tambak dilakukan karena alasan kontinuitas produksi dan hasil yang
lebih standar dalam ukuran, sehingga udang hasil budidaya hampir seluruhnya
sebagian besar adalah udang windu dan udang vannamei. Berikut grafik
perkembangan luas areal tambak udang Indonesia selama lima tahun terakhir
680000 674942
670000 667083
657346
660000 652475 650509
650000
640000
630000
2010 2011 2012 2013 2014
Pengadaan udang sampai saat ini lebih banyak dilakukan melalui kegiatan
budidaya baik oleh usaha kecil (rakyat) maupun industri, sebaliknya penangkapan
perairan laut berkurang. Total potensi areal pertambakan seluas 1,2 juta ha dengan
potensi efektif untuk budidaya udang hingga tahun 2014 sekitar 667.083 ha yang
tersebar di seluruh Indonesia dan sebagian besar (65 persen) dikelola secara
tambak terjadi pada tahun 2010 hingga 2011 dan terulang pada tahun 2012 hingga
2013 dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2011, luas areal tambak udang seluas
749.220 ha mengalami penurunan luas tambak pada tahun 2013 yaitu seluas
650.509 ha. Kemudian terjadi peningkatan kembali untuk luas areal tambak udang
banyak faktor, diantaranya akibat muncul penyakit WSSV (White Spot Syndrome
Virus), TSV (Taura Syndrome Virus) dan White Feces Disease. Selain itu,
udang yang dilakukan oleh pemerintah. Budidaya udang di tahun 2012 hingga akhir
Indonesia tidak berproduksi secara optimal dan banyak pelaku usaha tambak
Udang adalah produk atau spesies yang diperoleh dari family berikut: (a)
Penaeidae (b) Pandalidae (c) Crangonidae dan (d) Palaemonidae. Udang yang
akuakultur. Spesies dari Crangon dan Pandalus, yang merupakan bagian terbesar
yang diperoleh dalam jumlah kecil, disebut Prawn. Istilah prawn dan shrimp sering
digunakan dalam perdagangan ikan untuk membedakan udang yang besar dan
kecil.
Vannamei dan udang Windu. Bentuk udang yang diekspor yaitu Fresh (udang
segar) dan Frozen (udang beku) dalam bentuk Cooked (komoditas udang beku
yang sudah dimasak atau direbus dengan waktu sekitar 15 detik) serta Peeled
(komoditas udang beku yang sudah dikupas kulitnya dan dipotong kepalanya).
Berikut akan dijelaskan perbedaan antara udang tak beku (segar) dan udang beku
yaitu:
Udang tak beku atau udang segar merupakan produk udang yang masih dapat
diproses lebih lanjut. Udang yang diperdagangkan dalam daerah bentuk segar
yang lebih rendah dibandingkan udang olahan lainnya. Hal ini disebabkan
udang segar merupakan bahan mentah yang masih segar dan dapat
tinggi. Udang segar dikemas dalam poliuretan. Ciri-ciri udang segar yang
diekspor adalah udang masih dalam keadaan hidup, didinginkan dengan es,
tekstur yang kenyal dan beraroma khas. Udang segar sangat sedikit
b. Udang Beku
40°C selama kurang lebih empat jam, selanjutnya disimpan dalam ruangan
udang yang dibekukan, hal ini tentunya mempunyai tujuan yang berbeda-
menjadi:
52
1) Head On (HO) adalah produk udang beku yang utuh lengkap dengan
kepala, badan, kulit, dan ekor. Produk ini harus terbuat dari udang yang
2) Head Less (HL) adalah produk udang beku yang diproses dalam bentuk
kepala yang sudah dipotong, tetapi masih memiliki wit dan ekor.
3) Peeled adalah produk udang beku tanpa kepala, kulit dan atau tanpa ekor.
a) Peeled Tail On (PTO) adalah produk udang beku tanpa kepala dan
dikupas mulai dari ruas pertama sampai ruas ke lima sedangkan ruas
c) Peeled and Deveined (PD) adalah produk udang beku yang dikupas
seluruh kulit dan ekor seperti pada produk PD tetapi tanpa mengambil
kotoran perutnya.
e) Butterfly adalah produk udang beku yang hampir sama dengan PDTO,
4) Value Added Product (VAP) adalah produk udang beku yang mendapat
adalah udang yang memiliki ukuran 21 dan 31. Produk VAP ini ada 2 jenis,
yaitu:
53
a) VAP Belly Cut (BC) yaitu produk udang beku yang di kupas dan
b) VAP Non Belly Cut (NBC) yaitu produk udang beku yang dikupas tetapi
bernilai ekonomi tinggi. Jumlah ekspor udang Indonesia masih tergolong fluktuatif,
namun udang tetap menjadi salah satu komoditas andalan ekspor perikanan
Indonesia dengan pangsa pasar manca negara yang luas. Udang mendominasi
lebih dari 40 persen hasil perikanan untuk ekspor, dengan salah satu negara tujuan
2008 sampai dengan tahun 2015 disajikan pada gambar 4.2. Gambar 4.2
menunjukkan bahwa selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 cenderung
fluktuatif dan rendah namun pada tahun 2013 terjadi peningkatan hingga tahun
2014.
Gambar 4.2. Ekspor Udang Indonesia (per 1000 USD) ke Amerika Serikat
Selama Tahun 2008-2015
1400000 1318701
1200000 1100224
1000000 909765
800000 632453 695099 658820
600000 492547 492593
400000
200000
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
tahun 2013 sampai dengan 2014 sejalan dengan kenaikan permintaan udang
Amerika Serikat di negara di seluruh dunia. Dan jika diamati lebih seksama nilai
Serikat hampir 20% dari keseluruhan ekspor udang dunia ke Amerika Serikat yaitu
Sejak tahun 2008 hingga 2015 Amerika Serikat menjadi negara tujuan
ekspor terbesar untuk komoditas udang asal Indonesia dengan komposisi sekitar
77 persen dari total ekspor udang Indonesia ke dunia. Hal ini disebabkan daya beli
masyarakat Amerika Serikat yang semakin tinggi dan cenderung konsumtif apalagi
adanya himbauan dari The US Food and Drug Administration (FDA) dan US
lebih mengonsumsi ikan, terutama untuk ibu menyusui, ibu hamil, dan anak-anak
demikian dapat kita katakan bahwa udang Indonesia memiliki pangsa pasar yang
besar di Amerika Serikat dan mampu bersaing dengan negara lainnya di dunia
Amerika Serikat. Perkembangan impor Jepang dari dunia dan Indonesia selama 8
Gambar 4.3 Posisi Impor Jepang dari Dunia dan Indonesia Tahun 2008-2015
1E+09
800000000
600000000
Indonesia
400000000 Dunia
200000000
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah total impor Jepang dari Indonesia pada tahun 2008 mencapai
27,4% dibanding dengan total impor Jepang dari Dunia. Pangsa pasar Indonesia
Jepang. Total impor Jepang dari Indonesia meningkat menjadi 29,7% ditahun
2009 dan menurun hingga menjadi 26,9% ditahun 2010. Porsi ini kemudian
meningkat terus dari tahun ke tahun hingga pada akhir 2015, total impor Jepang
yang berasal dari Indonesia mencapai 34,7% dibandingkan dengan total impor
tahun terakhir berfluktuasi namun relatif stabil. Ada banyak berbagai jenis udang
yang di ekspor ke negara Jepang. Udang beku, Udang tak beku atau udang segar
serta udang olahan banyak di ekspor ke negara Jepang. Berikut adalah gambaran
450000 409844
400000 368992 365505 370572
322923 332740
350000 305195 306581
300000
250000
200000
150000
100000
50000
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jepang mengalami fluktuasi namun cenderung stabil. Kondisi pasar ini berbeda
dengan pasar udang Indonesia untuk negara Amerika Serikat yang cenderung
mengalami lonjakan drastis terutama di tahun 2009 hingga 2011 dan mengalami
kedua dan lebih stabil pergerakannya bila dibandingkan ekspor komoditas udang
Indonesia ke Amerika Serikat. Jepang menjadi salah satu negara tujuan ekspor
udang ketiga di pasar Jepang setelah Thailand dan Vietnam. Pada tahun 2000
sampai tahun 2006, Jepang masih menjadi negara tujuan terbesar ekspor udang
Indonesia. Tetapi sejak tahun 2007 hingga tahun 2015 mengalami perubahan, di
mana Jepang menjadi tujuan ekspor kedua untuk udang Indonesia setelah
Amerika Serikat dengan komposisi sekitar 18,5 persen dari total ekspor udang
Indonesia.
57
akibat dari dampak kebijakan anti dumping Amerika. Anti dumping adalah
kebijakan pengenaan tarif yang lebih besar dan memberatkan oleh suatu negara
terhadap impor komoditi tertentu dari negara lain yang dikenakan tarif anti
dumping. Hal ini dikarenakan negara tersebut menjual produknya dengan harga
dumping oleh Amerika pada 1 Januari 2004, enam negara eksportir udang utama
ke Amerika (tidak termasuk Indonesia) yaitu Thailand, China, Vietnam, India, Brazil
larangan yang ketat kepada importir udang setempat untuk tidak mengimpor
ke pasar udang Jepang. Di sisi lain, kebijakan anti dumping Amerika tersebut
untuk meningkatkan atau mengalihkan ekspor udang secara lebih besar ke pasar
masyarakat dunia. Hal ini dikarenakan citra rasa dan kandungan gizi yang terdapat
Thailand, Vietnam, Indonesia, India dan China. Hasil produksi udang dunia berasal
Produksi udang dunia terus mengalami peningkatan dari tahun 1991 hingga
udang hasil penangkapan pada tahun 1991 hingga 2014 cenderung relatif stabil
Pada tahun 1991, hasil produksi udang dunia sebesar 2.864.065 ton yaitu
2.046.042 ton dari produksi tangkap dan 818.023 ton dari produksi budidaya
tambak. Produksi udang dunia tersebut mengalami peningkatan hingga tahun 2014
yaitu dengan total produksi 7.275.293 ton yang terdiri dari produksi udang
tangkapan sebesar 3.591.244 ton dan produksi udang budidaya sebesar 3.684.049
Permintaan udang dunia sepanjang tahun 2008 sampai dengan tahun 2015
secara keseluruhan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, hal ini dapat
dilihat melalui jumlah ekspor udang dunia sepanjang tahun 2008 sampai dengan
tahun 2014 yang terus meningkat namun ada sedikit penurunan pada tahun 2015
Gambar 4.5 Ekspor Udang Dunia (per 1000 USD) Selama Tahun 2008-2015
30000000 27402850
19397869 19790562
20000000
14683155 16691914
15000000 14366416
10000000
5000000
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Gambar 4.5 menunjukkan bahwa pada tahun 2008 ke tahun 2009 terjadi
penurunan jumlah ekspor dunia namun tidak lama setelah itu satu tahun berikutnya
jumlah permintaan terus naik sampai dengan 2014. Berbeda jumlah permintaan
udang dunia yang menunjukkan kenaikan dari tahun ke tahun, jumlah pemintaan
konstan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2015 yang dapat dilihat juga melalui
nilai ekspor udang dunia terhadap negara Amerika Serikat pada gambar 4.6
berikut.
60
Gambar 4.6 Ekspor Udang Dunia (per 1000 USD) ke Amerika Serikat Selama
Tahun 2008-2015
30000000
27402850
19397869 19790562
20000000
16691914
14683155 14366416
15000000
10000000
5000000
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Gambar 4.6 menunjukkan bahwa jumlah ekspor udang dari seluruh negara
2014, hal ini menunjukkan bahwa permintaan udang Amerika Serikat cenderung
konstan selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 dan baru menunjukkan
peningkatan yang berarti pada tahun 2014. Namun kondisi ini kembali menurun
pada tahun berikutnya yakni tahun 2015. Sedangkan permintaan udang dari
seluruh negara di dunia ke Jepang dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
61
3500000
3108972 3071167
3000000 2817406 2739980
2597104 2629036
2363477
2500000 2235286
2000000
1500000
1000000
500000
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
penghasil udang terlihat stabil dari tahun ke tahun. Meski terjadi fluktuasi
permintaan akan komoditas udang dari tahun ke tahun, namun permintaan tersebut
cenderung konstan dimana pada tahun 2008 Jepang mengimpor udang senilai
naik di tahun 2010 menjadi 2.629.036. Kenaikan kembali terjadi pada tahun 2011
menjadi 3.108.972 dan menurun lagi pada tahun 2012 sehingga berada di titik
3.071.167. Penurunan ini terus terjadi hingga akhir tahun 2015, dimana permintaan
kuantitas dan kualitas persediaan serta kondisi perekonomian. Selain itu, harga
udang seperti Thailand, Vietnam, Indonesia, China dan India. Kelima negara
62
Perkembangan harga udang dunia cenderung membaik, namun hal tersebut perlu
Tingkat harga ekspor udang dunia mengalami fluktuasi dan cenderung mengalami
peningkatan tiap tahunnya. Rata-rata harga ekspor udang dunia yaitu US$
Pada tahun 1991 tingkat harga udang dunia sebesar US$ 11,34 /kg dan
mengalami peningkatan pada tahun 1995 menjadi sebesar US$ 15,09/kg. Tetapi
pada tahun 1996, harga ekspor udang dunia mengalami penurunan sebesar US$
tahun 1997 sebesar US$ 16,12/kg. Pada tahun 1998 hingga 2013, tingkat harga
udang dunia cenderung mengalami penurunan yaitu sebesar US$ 13,84/kg pada
tahun 2013. Namun, kondisi tingkat harga udang dunia pada tahun 2014
Hal ini dikarenakan, saat ini negara-negara penghasil udang utama dunia
seperti Thailand dan Vietnam mengalami gagal panen akibat serangan penyakit
EMS (Early Mortality Syndroms) yang diduga di sebabkan oleh sejenis bakteri.
Konsekuensi dari wabah tersebut adalah stok dunia menurun sementara negara-
negara pengimpor udang seperti Amerika Serikat, Uni Eropa dan Jepang
membatasi komoditas udang dari negara yang sedang terkena wabah EMS. Selain
itu¸ kenaikan harga udang dunia ini juga sejalan dengan merosotnya pasokan dari
Produksi mereka merosot drastis akibat tercemarnya teluk itu sebagai efek
krisis ekonomi global di tahun 2009 dan di tahun 2013 terjadinya kekhawatiran atas
produk udang akibat wabah penyakit EMS yang menyerang negara produsen
utama udang dunia seperti China dan Thailand. Indonesia yang merupakan salah
satu negara produsen utama udang di dunia diklaim tidak terjangkit dengan
pangsa ekspor udang dunia ke negara Amerika Serikat. Nilai RCA menunjukkan
keunggulan komparatif atau keunggulan daya saing ekspor dari suatu Negara
dalam suatu komoditas tertentu. Apabila Nilai RCA ekspor udang lebih dari satu
diatas rata-rata dunia. Begitu juga sebaliknya, apabila nilai RCA ekspor udang
kurang dari satu (<1), berarti ekspor udang Negara tersebut mempunyai daya
saing yang lebih rendah dari rata-rata dunia. Formulasi untuk mendapatkan nilai
Ȁ
ܴ ܣܥൌ
௪Ȁ௪
Dimana:
Serikat. Hal ini ditunjukan dari nilai RCA > 1 dengan nilai rata-ratanya sebesar
15,82. Nilai RCA Indonesia untuk pangsa pasar Amerika Serikat menunjukkan nilai
yang fluktuatif dari tahun 2008 sampai tahun 2015 yang diilustrasikan pada
25 21.1499
20 16.7597 16.8649 17.4615 17.0325
15 13.5642
12.1596 11.5936
10
5
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Gambar 4.8 menunjukkan bahwa selama tahun 2008 sampai dengan tahun
2010 terjadi penurunan nilai keunggulan komparatif ekspor udang Indonesia dan
mulai naik kembali pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 yaitu dengan nilai
tahun 2011 terjadi perbaikan kinerja ekspor udang Indonesia ke Amerika Serikat
yang menghasilkan keunggulan komparatif yang terus naik dari tahun ke tahun.
Sedangkan Indeks RCA untuk pangsa pasar negara Jepang dapat dilihat sebagai
berikut:
Hal ini ditunjukan dari nilai RCA > 1 dengan nilai rata-ratanya sebesar 3,89. Nilai
RCA Indonesia untuk pangsa pasar Jepang menunjukkan nilai yang fluktuatif dari
tahun 2008 sampai tahun 2015 namun cenderung konstan yang diilustrasikan pada
5 4.7496 4.7629
4.4746
3.8373
4
3.4174 3.4072 3.4992
3.0112
3
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Gambar 4.9 menunjukkan bahwa selama tahun 2009 sampai dengan tahun
2011 terjadi penurunan nilai keunggulan komparatif ekspor udang Indonesia dan
mulai naik kembali pada tahun 2011 sampai dengan akhir tahun 2015 yaitu dengan
sejak tahun 2011 terjadi perbaikan kinerja ekspor udang Indonesia ke Jepang yang
menghasilkan keunggulan komparatif yang terus naik dari tahun ke tahun. Kondisi
perbaikan kinerja ekspor udang Indonesia mulai nampak pada tahun 2011 untuk
pasar internasional khususnya pada dua negara tujuan utama dan terbesar yakni
Amerika Serikat dan Jepang. Perbaikan ini nampak pada nilai RCA yaitu nilai
67
keunggulan komparatif komoditas ekspor Indonesia yang dalam hal ini merujuk
efek terhadap kegiatan ekspor komoditas udang di Indonesia yang pertama ekspor
Tabel 4.3. Hasil Analisis Constant Market Share Negara Amerika Serikat
Dari ketiga komponen efek analisis CMS, selama periode 2009 sampai dengan
2015 efek daya saing lebih banyak mempengaruhi kemampuan Indonesia dalam
daya saing ekspor udangnya. Hal ini menunjukkan peningkatan ekspor udang
Amerika Serikat. Hasil ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Tuti Ermawati dan Yeni Saptia tahun 2013 yang mana efek daya saing bernilai
positif sedangkan efek komposisi komoditas dan efek distribusi pasar cenderung
negatif.
68
dunia namun tidak terjadi peningkatan pada permintaan udang dunia di Indonesia.
Hal ini mengindikasikan bahwa ekspor udang Indonesia kurang diminati oleh
pasar internasional secara global. Hal ini ditunjukkan bahwa pada tahun 2011
hingga 2014 nilai efek komposisi komoditas Indonesia menunjukkan nilai yang
negatif. Sedangkan nilai positif terjadi pada tahun 2009, 2010 dan 2015 saja. Nilai
yang negatif pada tahun-tahun tersebut diakibatkan oleh pertumbuhan nilai ekspor
udang Indonesia yang lebih rendah dari pertumbuhan nilai ekspor dunia.
pasca krisis global 2008. Kebijakan tapering off mengakibatkan melemahnya mata
0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
-2
-2.1742
-4 -2.7709
-3.5469
-6
-8
-10 -8.5982
69
Selain itu efek distribusi pasar ekspor udang Indonesia pada satu negara
tujuan utama yaitu USA cenderung bernilai negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa
baik. Hal ini dapat dilihat melalui nilai efek distribusi pasar di Amerika Serikat yang
negatif dan mulai meningkat kearah positif sepanjang tahun 2012 sampai dengan
2014 dan negatif ditahun 2015, ini mengindikasikan pasar ekspor udang Indonesia
tergolong negatif di pasar dunia namun memiliki peluang yang baik di pasar
Amerika Serikat yang ditunjukkan dengan nilai efek distribusi pasar udang yang
Hal ini disebabkan oleh nilai tukar mata uang Amerika Serikat pasca krisis
Efek distribusi pasar cenderung positif sampai pada akhirnya menurun kembali di
60000
41339 38901
40000
20535
20000 -68621
-10601 -25383 -25156
0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
-20000
-40000
-60000
-80000
70
Efek daya saing selama periode 2010 sampai dengan 2014 menunjukkan
nilai yang cenderung positif. Hal ini menunjukkan bahwa ekspor udang Indonesia
terjadi karena daya saingnya lebih tinggi akibat mutu atau harga yang lebih baik.
Walaupun sebelumnya pada tahun 2009 daya saing Indonesia termasuk lemah.
Dimana nilai efek daya saing pada tahun tersebut bernilai negatif. Nilai efek daya
saing yang negatif pada tahun tersebut diakibatkan oleh kecilnya permintaan
udang Indonesia oleh importir utama udang Indonesia yaitu Amerika Serikat.
Selain itu, efek negatif pada tahun tersebut juga merupakan dampak krisis
ekonomi yang melanda dunia pada tahun 2008 yang berlangsung sampai dengan
Nilai efek daya saing cenderung positif karena udang Indonesia memiliki
mutu yang lebih sehat dan masih relatif terbebas dari penyakit. Seperti misal
negara Thailand yang sebagian besar memiliki penyakit EMS (Early Mortality
120000
100000 92016
76956
80000
60000 50655
40000 23083
13815
20000
-71299 -25156
0
-20000 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
-40000
-60000
-80000
71
Amerika Serikat yang mana mencakup tiga efek yaitu efek komposisi komoditas,
efek distribusi pasar dan efek daya saing yang memiliki efek positif adalah efek
daya saing, sedangkan efek komposisi komoditas efek distribusi pasar memiliki
efek yang negatif. Hal ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan
dilakukan oleh Tuti Ermawati dan Yeni Saptia tahun 2013 yang mana hasil
penelitian tersebut efek komposisi komoditas dan efek distribusi pasar memiliki
efek yang negatif sedangkan efek daya saing memiliki efek yang positif.
Efek distribusi pasar memiliki efek yang negatif yang berarti bahwa
bernilai kurang baik. Hal ini disebabkan karena paska krisis global 2008,
negeri, akibat dari kebijakan tersebut Amerika Serikat membatasi impor produk
Efek Komposisi Komoditas memiliki efek yang negatif berarti bahwa masih
udang dunia di Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa ekspor udang Indonesia
kurang diminati oleh pasar internasional secara global. Hal ini disebabkan oleh
dilanda tersebut enggan untuk mengimpor barang dari luar negeri, hal ini
atau global.
72
Efek daya saing memiliki efek positif yang berarti bahwa ekspor komoditas
komoditas udang lainnya. Hal ini disebabkan mutu dan harga yang lebih baik
memiliki mutu yang lebih baik karena tidak rentan terkena penyakit seperti EMS
menurun.
Tabel 4.4. Hasil Analisis Constant Market Share (CMS) Negara Jepang
Dari ketiga komponen efek analisis CMS yaitu efek komposisi komoditas, efek
distribusi pasar dan efek daya saing selama periode 2009 sampai dengan 2015
efek daya saing lebih banyak mempengaruhi kemampuan Indonesia dalam daya
saing ekspor udangnya. Hal ini menunjukkan peningkatan ekspor udang Indonesia
Hal ini juga sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Tuti
Ermawati dan Yeni Saptia yang mana efek daya saing bernilai positif sedangkan
efek komposisi komoditas dan efek distribusi pasar memiliki nilai yang cenderung
negatif.
74
dunia namun tidak terjadi peningkatan pada permintaan udang dunia di Indonesia.
Hal ini mengindikasikan bahwa ekspor udang Indonesia kurang diminati oleh
pasar internasional secara global. Hal ini ditunjukkan bahwa pada tahun 2011
hingga 2014 nilai efek komposisi komoditas Indonesia menunjukkan nilai yang
negatif. Sedangkan nilai positif terjadi pada tahun 2009, 2010 dan 2015 saja. Nilai
yang negatif pada tahun-tahun tersebut diakibatkan oleh pertumbuhan nilai ekspor
udang Indonesia yang lebih rendah dari pertumbuhan nilai ekspor dunia. Kondisi
ini terjadi sebelumnya pada analisis efek komposisi komoditas dengan negara
Hal ini terjadi karena permintaan udang di dunia tidak terlalu banyak akibat
dari krisis global 2008. Negara-negara yang tertimpa krisis membatasi negaranya
-10
-15
75
Selain itu efek distribusi pasar ekspor udang Indonesia pada satu negara
tujuan utama yaitu Jepang cenderung bernilai negatif. Hal ini mengindikasikan
kurang baik. Hal ini dapat dilihat melalui nilai efek distribusi pasar di Jepang
yang negatif dan mulai meningkat kearah positif sepanjang tahun 2012 sampai
dengan 2014 dan negatif ditahun 2015, ini mengindikasikan pasar ekspor udang
Indonesia tergolong negatif di pasar dunia namun memiliki peluang yang baik di
pasar Jepang yang ditunjukkan dengan nilai efek distribusi pasar udang yang
positif selama tahun 2012-2014. Hal ini juga terjadi pada analisis efek distribusi
pasar komoditas ekpor udang dengan pangsa pasar negara Amerika Serikat.
Hal ini dikarenakan menurunnya mata uang Jepang setelah setelah terjadi
krisis global yang dialami amerika serikat. Menurunnya mata uang Jepang
baik.
60000
41339 38901
40000
20535
20000
-10601 -25383 -68621 -25156
0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
-20000
-40000
-60000
-80000
76
Efek daya saing pada periode 2009, 2012 sampai dengan 2013 dan 2015
menunjukkan nilai yang cenderung positif. Hal ini menunjukkan bahwa ekspor
udang Indonesia terjadi karena daya saingnya lebih tinggi akibat mutu atau harga
yang lebih baik. Walaupun pada tahun 2010-2011 dan 2014 daya saing Indonesia
termasuk lemah. Dimana nilai efek daya saing pada tahun tersebut bernilai
negatif. Nilai efek daya saing yang negatif pada tahun tersebut diakibatkan oleh
kecilnya permintaan udang Indonesia oleh importir utama udang Indonesia yaitu
Jepang. Selain itu, efek negatif pada tahun tersebut juga merupakan dampak EMS
100000
77260
80000
60000
40000
19678
20000 14193
-3283 -15114 1055
0 -27691
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
-20000
-40000
Pada efek daya saing ini, kondisi daya saing komoditas udang Indonesia
pada pangsa pasar Amerika Serikat lebih baik daripada efek daya saing pada
pasar Jepang. Nilai efek daya saing komoditas udang di Amerika Serikat
berfluktuatif seperti nilai efek daya saing komoditas udang di Jepang namun efek
Jepang yang mana mencakup tiga efek yaitu efek komposisi komoditas, efek
distribusi pasar dan efek daya saing, yang memiliki efek positif adalah efek daya
saing, sedangkan efek komposisi komoditas efek distribusi pasar memiliki efek
yang negatif. Hal ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan dilakukan
oleh Tuti Ermawati dan Yeni Saptia tahun 2013 yang mana hasil penelitian
tersebut efek komposisi komoditas dan efek distribusi pasar memiliki efek yang
Efek komposisi komoditas memiliki efek yang negatif yang berarti bahwa
udang dunia di Indonesia. Hal ini disebabkan karena akibat dari krisis global yang
mana memberi dampak pada negara lain yang juga sedang dilanda krisis dan
Efek distribusi pasar memiliki efek yang negatif yang berarti bahwa
baik. Hal ini disebabkan karena krisis global yang membuat nilai tukar mata uang
jepang menurun. Hal itu membuat negara Jepang membatasi impor barang untuk
Berikut data nilai tukar mata uang negara jepang terhadap dolar Amerika
Gambar 4.17 Nilai Tukar Mata Uang Negara Jepang terhadap Dolar Amerika
Serikat
Efek daya saing memiliki efek positif yang berarti bahwa ekspor komoditas
komoditas udang lainnya. Hal ini disebabkan mutu dan harga yang lebih baik
memiliki mutu yang lebih baik karena tidak rentan terkena penyakit seperti EMS
menurun.
saing ekspor dari suatu Negara dalam suatu komoditas tertentu. Dalam penelitian
pada pangsa pasar Amerika Serikat maupun Jepang. Nilai RCA Indonesia untuk
pangsa pasar Amerika Serikat menunjukkan nilai yang fluktuatif dari tahun 2008
sampai tahun 2015 sedangkan untuk negara tujuan Jepang, meski berfluktuatif
mulai nampak pada tahun 2011 untuk pasar internasional khususnya pada dua
negara tujuan utama dan terbesar yakni Amerika Serikat dan Jepang.
dengan negara tujuan ekspor Amerika Serikat dan Jepang. Pada negara tujuan
Amerika Serikat, komoditas udang Indonesia memiliki daya saing tinggi karena
dari sisi mutu dan harga, komoditas udang Indonesia lebih baik. Untuk negara
tujuan Jepang, komoditas udang Indonesia pada efek daya saing ini, lebih rendah
dibandingkan efek daya saing pada negara tujuan Amerika Serikat. Nilai efek daya
saing komoditas udang di Amerika Serikat berfluktuatif seperti nilai efek daya saing
komoditas udang di Jepang namun efek daya saing di Amerika Serikat cenderung
positif. Nilai efek daya saing negatif diakibatkan oleh kecilnya permintaan udang
Indonesia oleh Jepang. Selain itu, efek negatif pada tahun tersebut juga
setelah itu.
80
Namun meski kualitas dan harga terbilang baik, Amerika Serikat dan
Jepang tidak hanya mengandalkan supply udang dari Indonesia saja melainkan
dari banyak negara pesaing lainnya. Hal ini dapat dilihat dari nilai komposisi
komoditas udang Indonesia untuk pasar Amerika Serikat dan Jepang yang
permintaan udang Indonesia untuk pasar Amerika Serikat dan Jepang sedangkan
perkembangan pasar ekspor udang Indonesia pada kedua negara tujuan tersebut
kurang baik. Pasar ekspor udang Indonesia tergolong negatif di pasar dunia
namun memiliki peluang yang baik di pasar Amerika Serikat dan Jepang yang
ditunjukkan dengan nilai efek distribusi pasar udang yang positif selama tahun
2012-2014.
komoditas udang dunia secara keseluruhan untuk negara tujuan ekspor yaitu
tujuan dan kebijakan ekonomi dalam hal ini aturan ekspor-impor dengan negara
tujuan turut berperan dalam daya saing komoditas udang Indonesia. Dan produksi
pasar dunia.
diajukan oleh negara negara tujuan, harus diakomodir dengan bijak oleh
dan dinas terkait untuk terus mendukung petani tambak udang nasional.
Dengan hasil ini dapat di indikasikan bahwa daya saing udang Indonesia
di negara Amerika Serikat dan Jepang akan meningkat pesat di tahun mendatang
mengingat udang Indonesia yang jauh lebih baik mutunya dan dengan harga yang
bersaing. Maka minat dari negara-negara tersebut akan semakin naik. Indonesia
5.1 Kesimpulan
sebagai berikut:
udang Indonesia pada dua negara tujuan utama yaitu Amerika Serikat
dan Jepang selama periode penelitian >1. Faktor sumber daya alam,
oleh global.
82
83
ekspor komoditas udang Indonesia masih butuh waktu lama untuk bisa
yang positif. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekspor udang Indonesia
di negara Amerika Serikat dan Jepang memiliki daya saing yang tinggi
karena kualitas dan mutu udang Indonesia yang bagus sehingga dapat
5.2 Saran
petani gulung tikar. Sehingga saat kondisi membaik ini, diperlukan skema
ekspor.
Penelitian ini hanya mengkaji daya saing produk udang Indonesia di pasar
Amerika Serikat dan Jepang pasca krisis global tahun 2008. Dan terjadinya
udang Indonesia untuk pasaran Amerika Serikat dan Jepang dengan negara lain
dan dunia serta meng-update tahun penelitian. Selain itu, dalam penelitian ini
hanya berfokus pada daya saing kompetitif dan komparatif saja. Tidak menutup
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2016. Total Volume Ekspor Udang Indonesia Tahun 2008
2015 Menurut Negara Tujuan Utama. www.bps.go.id. diakses tanggal 28
Oktober 2016.
Badan Pusat Statistik. 2016. Volume Ekspor Komoditas Udang Indonesia Ke Lima
Negara Tujuan Ekspor Utama. www.bps.go.id. diakses tanggal 28 Oktober
2016.
Ermawati, T., & Saptia, Y. 2013. Kinerja Ekspor Minyak Kelapa Sawit Indonesia
WKH ([SRUW 3HUIRUPDQFH RI ,QGRQHVLD¶V 3DOP 2LO. Buletin Ilmiah Litbang
Perdagangan, 7(2), 129±147.
Federal Reserve Bank. 2017. Nilai Tukar Mata Uang Negara Jepang terhadap
Dolar Amerika Serikat. www.federalreserve.gov. diakses tanggal 5 februari
2017.
Geethalakshmi, V., Gopal, N., & Unnithan, G. R. 2010. Analysis of Indian Shrimp
Exports and its Prices in Major International Markets. Central Institute of
Fisheries Technology India, 47(1), 79±84.
International Trade Centre. 2016. Ekspor Udang Dunia (per 1000 USD) Selama
Tahun 2008-2015. www.trademap.org. diakses tanggal 5 februari 2017
International Trade Centre. 2016. Ekspor Udang Dunia (per 1000 USD) ke
Amerika Serikat Selama Tahun 2008-2015. www.trademap.org. diakses
tanggal 5 februari 2017.
International Trade Centre. 2016. Ekspor Udang Dunia ke Jepang Tahun 2008-
2015. www.trademap.org. diakses tanggal 5 februari 2017.
86
International Trade Centre. 2016. Ekspor Udang Indonesia (per 1000 USD) ke
Amerika Serikat Selama Tahun 2008-2015. www.trademap.org. diakses
tanggal 5 februari 2017
International Trade Centre. 2016. Posisi Impor Jepang dari Dunia dan Indonesia
Tahun 2008-2015. www.trademap.org. diakses tanggal 5 februari 2017.
Kiet, N. T., & Sumalde, Z. M. 2008. Comparative and Competitive Advantage of the
Shrimp Industry in Mekong River Delta , Vietnam. Asian Journal of Agriculture
and Development, 5(1), 57±80.
Lipsey, Richard,G,et al. 1995. Pengantar Mikroekonomi Jilid I. Jakarta: Bina Rupa
Aksara
Porter, Michael E.., Agus Maulana. 2015. Strategi Bersaing, Teknik Menganalisis
Industri dan Pesaing. Jakarta : Erlangga
Sea Food Centre. 2016. Ekspor komoditas udang dunia ke Amerika Serikat dan
Jepang. www.seafoodcentre.com. Diakses tanggal 4 November 2016.
Tajerin dan Mohammad Noor 2004, Daya Saing Udang Indonesia di Pasar
Internasional: Sebuah Analisis dengan Pendekatan Pangsa Pasar
Menggunakan Model Ekonometri. Journal Ekonomi Pembangunan, Vol.9,
No. 2, pp. 177-191
Tri Wahyudi, S. 2013. Analysis of the Competitiveness of Indonesian palm oil and
cocoa Export Commodities: A Study on Malaysia and Singapore Export
Markets. Pertanika Journal, 24(12), 159±164.