Anda di halaman 1dari 4

Analisis Kemandirian Siswa yang Berstatus Anak Tunggal Di

Sekolah

Nur Annisa Purwaningsih

PGSD FKIP universitas muria kudus. Indonesia

Email: annisapurwaningsih512@gmail.com

Info Artikel
Abstrak

RumusanMasalah:
TujuanPenelitian:
MetodologiPenelitian:

Ditulis dengan Bahasa Indonesia dalam satu alenia dengan jumlah antara 150-250
kata. Ditulis dalam format satu kolom. Font yang digunakan Times New Rowman 8
Keywords: spasi tunggal.

© 2020 Universitas Muria Kudus


Nur Annisa Purwaningsih
Analisis Kemandirian Siswa yang Berstatus Anak Tunggal Di Sekolah

dukungan agar anak bisa mandiri. Guru


PENDAHULUAN hendaknya memperhatikan perkembangan pada
diri anak dengan memilih metode dan kurikulum
Setiap orangtua pasti mengharapkan anak
yang sesuai dengan anak. Dari sisi kemandirian,
yang dilahirkannya kelak bisa tumbuh dan
berkembang menjadi anak yang mandiri dan anak usia 5-6 tahun seharusnya sudah dapat

cerdas. Pencapaian kemandirian memang bukan mengurus diri sendiri ketika buang air besar,

hal yang mudah dan kemandirian bukan dapat makan sendiri meskipun masih belepotan,

keterampilan yang langsung tiba-tiba anak bisa sudah belajar mengikat tali sepatu, melepaskan

melakukannya, tetapi perlu diajarkan kepada sepatu tanpa bantuan, dan memakai pakaian

anak sejak usia dini agar mereka mampu sendiri (Salina, Thamrin & Sutarmanto, 2014,

melakukan kegiatan sehari-hari tanpa meminta h.2). Anak dikatakan mandiri apabila dilihat dari
kemampuan fisik, percaya diri, tanggung jawab,
bantuan kepada orangtua maupun orang dewasa
disiplin, pandai bergaul, saling berbagi, dan
lainnya.
mengendalikan emosi (Yamin & Sanan, 2013,
Anak yang telah memiliki kemandirian h.77). Namun, kenyataannya pada saat ini masih
sejak usia dini akan mudah bersosialisasi dengan banyak anak usia prasekolah yang belum
lingkungannya. Sebaliknya, bagi anak yang memiliki kemandirian dalam melakukan kegiatan
memiliki tingkat kemandirian yang kurang akan di sekolah.
menghambat perkembangan dan penyesuaian
dirinya pada lingkungan. Perkembangan Keadaan anak tunggal dalam

kemandirian anak usia dini dapat dilihat dari masyarakat juga sama dengan anakanak lainnya.

perilaku dan pembiasaan yang dibentuk sejak Jika anak-anak lain dipengaruhi oleh faktor
internal dan faktor eksternal maka demikian juga
kecil oleh keluarganya. Keluarga merupakan
dengan anak tunggal. Hanya saja, anak tunggal
tempat utama dimana orangtua dapat
kurang mengalami pertentangan-pertentangan
memberikan 2 pembelajaran tentang kemandirian
kepada anak berupa latihan-latihan kemandirian yang biasanya terjadi diantara saudara kandung.
Perselisihan, rasa iri hati, tolong menolong dan
yang sederhana sesuai dengan usia dan tingkat
perkembangan anak. Hal ini dilakukan agar anak pendekatan pribadi yang biasanya terjadi di
dalam keluarga juga tidak pernah dialaminya,
terbiasa untuk mengurus dirinya sendiri.
sehingga anak tunggal tidak mendapatkan
Dalam melatih kemandirian anak, kesempatan untuk belajar semacam tata krama
orangtua memiliki peran penting dalam ataupun sopan santun pergaulan di kalangan
menanamkan kepercayaan kepada anak untuk anak-anak.
melakukan segala sesuatunya sendiri sesuai
Anak tunggal juga tidak pernah
dengan kemampuannya dan memberikan contoh
kebiasaan yang baik. Kemandirian tidak harus mengalami bagaimana meminta suatu barang

dilakukan di lingkungan rumah saja, tetapi dengan cara tertentu sebagaimana yang dialami
oleh anak-anak yang memiliki saudara kandung,
lingkungan sekolah juga perlu memberikan
karena segala keinginan anak tunggal akan selalu

85
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muria Kudus
Nur Annisa Purwaningsih
Analisis Kemandirian Siswa yang Berstatus Anak Tunggal Di Sekolah

dituruti oleh orangtuanya. Secara singkat, anak Keuntungannya adalah anak tunggal
tunggal kurang mengalami masalah emosional tidak perlu bersaing dengan saudara-saudara
yang sebenarnya diperlukan untuk kandung untuk mendapatkan perhatian, bantuan,
perkembangan kepribadiannya. Konflik-konflik dan sumber daya orang tua. Anak tunggal
emosional dengan saudara-saudaranya kurang menjadi cepat matang dibandingkan dengan
dialami dan konflik-konflik emosional dengan anak-anak lain sebayanya karena mendapatkan
orangtuanya juga tidak sebanyak keluarga yang perhatian penuh dari orang tua, ia tumbuh lebih
memiliki anak banyak (Gunarsa & Gunarsa, percaya diri, berbicara lebih jelas, tegas, dan
2008, h.185). selalu nampak menonjol. Kerugiannya adalah
anak tunggal tidak pernah merasakan persaingan,
Havigurst (Susana, 2000), seorang ahli dominasi, atau diremehkan oleh saudara.
Psikologi mengatakan bahwa setiap anak pada Tujuan penelitian yaitu untuk
setiap tahap usia perkembangan akan mengetahui kemandirian siswa yang berstatus
menghadapi tugas-tugas perkembangan, tiap anak tunggal dengan anak yang memiliki saudara
tugas perkembangan harus dikuasai anak, karena kandung di sekolah. Faktor-faktor yang
mengarahkannya pada kemandirian dan mempengaruhi kemandirian adalah gen, pola
kemampuan untuk bertanggung jawab secara asuh, pendidikan di sekolah, dan kehidupan di
moral dan sosial. masyarakat (Ali & Asrori, 2010).
Pembentukan kemandirian pada anak,
Kemandirian berasal dari kata mandiri
pada prinsipnya adalah dengan memberikan
yang berarti dalam keadaan dapat berdiri sendiri,
kesempatan terlibat dalam berbagai aktivitas
tidak tergantung pada orang lain
(Astuti, 2004). Anak-anak bisa mandiri jika
(Depdikbud,1990). Kemandirian, menurut
orangtua memberikan dorongan pada
Benardib (M’utadin, 2002) merupakan perilaku
perkembangan kemandiriran mereka dengan
mampu berinisiati, mampu mengatasi hambatan
melatih mereka mengambil keputusan berkenaan
atau masalah, mempunyai rasa percaya diri dan
dengan diri mereka dan menunjukan kepada
dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan
mereka bahwa mereka dapat dipercaya.
orang lain. Menjadi manusia dengan kepribadian
Di dalam hubungan keluarga, orangtua
matang sesuai dengan tuntutan zaman tidaklah
yang berperan dalam mengasuh, membimbing
mudah. Banyak faktor yang mempengaruhi
dan mengarahkan anak untuk mandiri (Steinberg,
terbentuknya kepribadian individu. Salah satunya
2002). Keluarga merupakan lingkungan pertama
adalah urutan kelahiran. Adler (Hadibroto. dkk.,
yang memberikan kesempatan remaja untuk
2003) menyimpulkan ada lima kelompok posisi
mengembangkan kemampuan diri dalam bidang
urutan kelahiran, yaitu anak tunggal, anak
akademik maupun lainnya. Kepribadian dan
sulung, anak kedua, anak tengah, dan anak
perilaku remaja akan terbentuk berdasarkan apa
bungsu. Setiap kedudukan memunculkan
yang ditanamkan orangtua melalui pola asuh.
tanggung jawab dan konsekuensi yang berbeda.
Oleh karena itu, pola asuh yang diberikan
Menurut Hadibroto, dkk (2003) menjadi anak
orangtua menjadi faktor yang penting dalam
tunggal mempunyai keuntungan dan kerugian.

86
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muria Kudus
Nur Annisa Purwaningsih
Analisis Kemandirian Siswa yang Berstatus Anak Tunggal Di Sekolah

membentuk kemandirian remaja baik secara


emosional, perilaku maupun nilai (Steinberg,
2002).

87
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muria Kudus

Anda mungkin juga menyukai