Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ilmiah Potensia, 2019, Vol.

4 (2), 151-160
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/potensia
e-issn: 2621-2382 p-issn: 2527-9270
Studi Deskriptif Kemandirian Anak Kelompok B di PAUD Segugus Lavender

Tri Wulan Putri Utami1


triwulanpu05@gmail.com
Muhammad Nasirun2
h.m.nasirun@gmail.com
Mona Ardina3
monaardina@gmail.com

1,2,3 Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas Bengkulu

Received: May 17th 2019 Accepted: July 28th 2019 Published: July 28th 2019

Abstract: Anak yang mandiri bisa melakukan seluruh tugas yang dibebankan kepadanya
secara sendirian tanpa dengan bantuan orang lain. Sifat inilah yang terkadang jarang
terlihat pada anak usia dini. Kemandirian bisa diidentifikasi oleh berbagai macam indikator.
Oleh karena itu penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan kemandirian anak kelompok B di
PAUD Segugus Lavender Kecamatan Singaran Pati Kota Bengkulu. Jenis penelitian ini adalah
deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak kelompok B di PAUD
Segugus Lavender. Sampel penelitian sebanyak 30 anak. Teknik pengumpulan data melalui
observasi. Analisis data menggunakan statistik rata-rata dan persentase. Hasil penelitian
menunjukan kemandirian anak berada dalam klasifikasi baik dengan nilai persentase
75,33%. Aspek Kemandirian Fisik mencapai nilai rata-rata 13,68 (SB), Percaya Diri mencapai
nilai rata-rata 11,47 (B), Tanggung Jawab mencapai nilai rata-rata 11,57 (B), Pandai Bergaul
mencapai nilai 10,00 rata-rata (B), Disiplin memperoleh nilai rata-rata 11,77 (B), Saling
Berbagi memperoleh nilai rata-rata 9,4 (B), dan Mengendalikan Emosi memperoleh nilai
rata-rata 4,8 (B). Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat dilanjutkan
dengan meneliti kemandirian anak dalam rentang usia yang berbeda atau dapat melakukan
penelitian dalam bentuk PTK untuk meningkatkan kemandirian anak yang masih kurang agar
mencapai kategori sangat baik.

Keywords Kemandirian Anak Usia Dini

How to cite this article:


Utami, T. W. P., Nasirun, M., & Ardina, M. (2019). Studi Deskriptif Kemandirian Anak
Kelompok B di PAUD Segugus Lavender. Jurnal Ilmiah POTENSIA, 4(2), 151-160.
doi:https://doi.org/10.33369/jip.4.2.151-160

PENDAHULUAN Berdasarkan Peraturan Menteri


Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Pendidikan dan Kebudayaan Republik
menurut Bredekamp dan Copple (dalam Indonesia No. 146 tentang kurikulum 2013
Suyadi dan Ulfah, 2015:18) adalah Pendidikan Anak Usia Dini menyatakan
pendidikan yang mencakup berbagai bahwa tugas perkembangan anak usia dini
program yang melayani anak dari lahir harus dapat mengembangkan bidang
sampai dengan usia delapan tahun yang pembiasaan diri dan pengembangan
dirancang untuk meningkatkan intelektual, kemampuan dasar. Pada bidang
sosial, emosi, bahasa, dan fisik anak. pengembangan diri meliputi; (1)

151
Tri Wulan Putri Utami, Muhammad Nasirun dan Mona Ardina
Jurnal Ilmiah Potensia, 2019, Vol. 4 (2), 151-160
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/potensia
e-issn: 2621-2382 p-issn: 2527-9270
pengembangan agama-moral, (2) Menurut Yamin dan Sanan
pengembangan sosial-emosional, dan (3) (2012:182), kemandirian merupakan
kemandirian. Sedangkan pada kemampuan hidup yang utama dan salah
pengembangan pengetahuan dasar satu kebutuhan sejak awal usianya.
mengembangkan (1) pengembangan fisik Membentuk anak usia dini sebagai pribadi
motorik, (2) pengembangan koognitif, (3) yang mandiri memerlukan proses yang
pengembangan bahasa, dan dilakukan secara bertahap. Semua usaha
pengembangan seni. Dari seluruh aspek untuk membuat anak usia dini menjadi
pengembangan tersebut, aspek sosial- mandiri sangatlah penting agar anak dapat
emosional memiliki peranan yang sangat mencapai tahapan kematangan sesuai
penting dalam menentukan bagaimana dengan usianya.
anak dengan lingkungan sosialnya baik di Kemandirian merupakan salah satu
sekolah, di rumah, serta dalam lingkup aspek terpenting yang harus dimiliki setiap
masyarakat tempat anak tinggal (Fatimah, individu, karena berfungsi untuk membantu
2006; Hambly, 1992; Mutiah, 2010; Suyadi, mencapai tujuan hidupnya,kesuksesan serta
2010; Ws., 1989). memperoleh penghargaan. Dampak buruk
Menurut pandangan Freud (dalam ketika anak tidak mandiri adalah individu
Gunarsa & Gunarsa, 2008) proses akan sulit untuk mencapai sesuatu secara
perkembangan emosi pada tahun-tahun maksimal (Bibigul, Orynkul, Lyudmila, &
pertama kehidupan anak harus berlangsung Aelita, 2015; Gardner & Hatch, 1989;
dengan baik, agar setelah dewasa tidak Novena & Kriswandani, 2018; Scherer &
mengalami kesulitan yang berkaitan dengan Siddiq, 2019; Widianawati, 2011).
keadaan emosinya. Pengendalian emosi Berdasarkan observasi awal di enam
perlu dilakukan agar bisa menyesuaikan layanan PAUD yang tergabung dalam gugus
dengan lingkungan dan masyarakat lavender, peneliti melihat bahwa
(Nugraha & Rachmawati, 2008; kemandirian anak secara fisik sudah baik.
Widianawati, 2011). Nilai-nilai pendidikan Terlihat ketika anak sudah mampu makan
karakter yang perlu diinternalisasikan pada sendiri, membuka tutup botol sendiri, serta
anak diantaranya yaitu karakter yang pergi toilet sendiri. Namun belum tentu
menjadi fokus pendidikan karakter anak kemandirian anak pada aspek lainnya
usia dini yaitu religius, jujur, toleransi, seperti percaya diri, tanggung jawab,
disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, pandai bergaul, disiplin, saling berbagi,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat serta mengendalikan emosinya sudah
kebangsaan, cinta tanah air, menghargai berkembang dengan baik.
prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar Berdasarkan pertimbangan serta
membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, melihat permasalahan yang ada, maka
tanggung jawab, berani mengambil resiko, penulis akan mengadakan penelitian
kreatif, kepemimpinan, pantang menyerah, berdasarkan permasalahan-permasalahan
komitmen, realistis, dan motivasi yang kuat tersebut dengan judul “ Studi Deskriptif
(Kemendiknas, 2011:8-10). Salah satu ciri Kemandirian Anak Kelompok B Di PAUD
khas dalam perkembangan psikologis anak Segugus Lavender Kecamatan Singaran Pati
usia TK 4-6 tahun adalah munculnya Kota Bengkulu”.
keinginan anak untuk mengurus dirinya Kemandirian menurut Havighurst
sendiri atau mandiri (Desmita, 2009; (dalam Sudirman, 2015: 35) adalah sikap
Fatimah, 2006; Gunarsa & Gunarsa, 2008; otonomi dimana seseorang secara relatif
Hurlock, 1990). bebas dari pengaruh penilaian, pendapat,
dan keyakinan orang lain sehingga anak

152
Tri Wulan Putri Utami, Muhammad Nasirun dan Mona Ardina
Jurnal Ilmiah Potensia, 2019, Vol. 4 (2), 151-160
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/potensia
e-issn: 2621-2382 p-issn: 2527-9270
dapat lebih bertanggung jawab terhadap bergaul, f) Saling berbagi, g) Mengendalikan
dirinya sendiri. Sejalan dengan pendapat emosi.
Chaplin (dalam Desmita, 2009: 185), METODE PENELITIAN
otonomi atau kemandirian adalah Dalam penelitian ini digunakan
kebebasan individu manusia untuk memilih, metode deskriptif kuantitatif. Jenis
memerintah, menguasai dan menentukan instrumen yang digunakan dalam penelitian
dirinya sendiri. Pendapat lain dikemukakan ini adalah observasi (Arikunto, 1997, 2006,
oleh Diane (dalam Yamin dan Sanan, 2012: 2010; Calista, Kurniah, & Ardina, 2019;
60) bahwa kemandirian anak dapat dilihat Purnamasari, 2015). Peneliti menggunakan
dari pembiasaan perilaku dan kemampuan observasi nonpartisipan, artinya peneliti
anak dalam kemandirian fisik, percaya diri, tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat
bertanggung jawab, disiplin, pandai independen. Observasi dilakukan selama
bergaul, mau berbagi, dan mengendalikan lima hari disetiap sekolahnya oleh peneliti
emosi (Martin, 2006). Menurut sudut sendiri dan dibantu oleh lima observer lain
pandang Erikson (dalam Sa’diah, 2016:90) yang merupakan teman sejawat yang sudah
kemandirian yaitu suatu sikap usaha untuk diberi pelatihan (coaching) tentang tata
melepaskan diri dari orang tua dengan cara pengumpulan data atau pengamatan
maksud untuk menemukan dirinya dengan kemandirian anak sehingga observer bisa
proses mencari identitas ego yaitu melakukan observasi sesuai dengan SOP
merupakan perkembangan kearah yang (standard operational proccedur) yang telah
mantap untuk berdiri sendiri (Sardiman, dirancang oleh peneliti. Penelitian
2003). dilakukan di PAUD Segugus Lavender Kec.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli Singaran Pati Kota. Penelitian dilakukan
tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada 27 Februari-05 Maret 2019. Subjek
kemandirian adalah kemampuan anak penelitian ini adalah 30 orang anak yang
dalam melakukan semuanya tanpa merupakan gabungan dari 6 (enam) PAUD
bergantung dengan orang lain. Baik dalam di Gugus Lavender. Dari hasil observasi
mengelolah emosi, kemandirian fisik, pada lembar observasi peneliti, data diolah
tanggung jawab, disiplin, sosialisasi dengan menggunakan data statistik yaitu :
orang lain serta keberanian dalam ∑𝑥
mengambil resiko dan memecahkan X= 𝑁
masalah secara sederhana. Keterangan :
Ciri-ciri kemandirian menurut Covey X = Nilai rata-rata
(dalam Rika, 2017: 37) diantaranya: (1) ∑x = jumlah semua nilai keseluruhan
secara fisik mampu bekerja sendiri, (2) N = Jumlah anak
secara mental dapat berpikir sendiri, (3) Kemudian hasil pengamatan dari
secara kreatif mampu mengekspresikan seluruh aspek dihitung menggunakan
gagasannya dengan cara yang mudah rumus persentase yaitu :
𝐹
dipahami, dan (4) secara emosional P= 𝑁X100
kegiatan yang dilakukannya dipertanggung Keterangan:
jawabkan sendiri. Aspek kemandirian anak P=nilai persen yang dicari atau
menurut Brewer (dalam Yamin dan Sanan diharapkan
(2013: 61) kemandirian anak usia dini dapat N = Jumlah responden
dilihat dari tujuh aspek, yaitu: a) F = Frekuensi
Kemandirian fisik, b) Percaya diri, c) Kemudian hasil penelitian dianalisis
Bertanggung jawab, d) Disiplin, e) Pandai dengan kriteria pada tabel 1.

153
Tri Wulan Putri Utami, Muhammad Nasirun dan Mona Ardina
Jurnal Ilmiah Potensia, 2019, Vol. 4 (2), 151-160
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/potensia
e-issn: 2621-2382 p-issn: 2527-9270
berada pada kategori baik. 1 orang (3%)
Tabel 1. Kriteria Kemandirian Siswa
anak berada pada kategori kurang baik.
Kemandirian anak kelompok B di
Interval Kriteria PAUD Segugus Lavender Kecamatan
29,5 <×≤41,5 Sangat Kurang Singaran Pati Kota Bengkulu sebagian besar
41,5 <×≤ 53,5 Kurang sudah berada dalam kategori baik. Sejalan
53,5 <×≤ 65,5 Sedang dengan teori yang dikemukakan oleh Diane
65,5 <×≤ 77,5 Baik (dalam Yamin dan Sanan, 2012: 60)
77,5 <×≤ 90 Sangat Baik berpendapat kemandirian anak dapat
dilihat dari pembiasaan perilaku dan
HASIL DAN PEMBAHASAN kemampuan anak dalam Kemandirian Fisik,
Percaya Diri, Bertanggung Jawab, Disiplin,
Berdasarkan lembar observasi hasil Pandai Bergaul, Saling Berbagi, dan
pengamatan yang telah dilakukan pada Mengendalikan Emosi.
anak disetiap sekolah, selanjutnya akan Dalam aspek Kemandirian Fisik
dibahas hasil penelitian yang mengacu pada sebagian besar anak berada dalam kategori
rumusan masalah, yakni bagaimana sangat baik. Hal ini ditandai dengan
kemandirian anak kelompok B di PAUD kesadaran diri anak dalam memenuhi
Segugus Lavender Kecamatan singaran pati kebutuhannya sendiri seperti makan,
kota bengkulu secara umum dan bagaimana minum, pergi ke toilet, dan
kemandirian anak dalam setiap aspek. Dari menggantungkan tas tanpa bantuan orang
hasil penelitian yang telah dilakukan di lain. Sebagian besar anak telah mampu
lapangan, dapat diketahui bahwa memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa
kemandirian anak kelompok B secara bantuan yang berlebihan dari orang-orang
keseluruhan dalam klasifikasi baik nilai di sekitarnya. Hal ini senada dengan
persentase 75,33%. Kemandirian tersebut pendapat Sidharto (dalam Rahayu, 2014:20)
meliputi hasil rata-rata tujuh aspek yaitu mengemukakan salah satu ciri khas dalam
kemandirian fisik mencapai nilai rata-rata perkembangan psikologis anak usia TK 4-6
13,68 dari nilai maksimum 15 dalam tahun adalah munculnya keinginan anak
kategori sangat baik, percaya diri mencapai untuk mengurus dirinya sendiri atau
nilai rata-rata total 11,47 dari nilai mandiri. Namun dalam indikator
maksimum 15 dalam kategori baik, “membuka/memasang sepatu dan
tanggung jawab mencapai nilai rata-rata meletakkan sepatu pada raknya” sebagian
11,57 dari nilai maksimum 15 dalam anak masih kerap kali hanya melakukan
kategori baik, pandai bergaul mencapai salah satunya, misalnya sebagian besar
nilai 10,00 rata-rata dari nilai maksimum 12 anak hanya membuka sepatu sendiri namun
dalam kategori baik, disiplin memperoleh tidak meletakkan sepatunya di rak atau
nilai rata-rata 11,77 dari nilai maksimum 15 minta dibukakan sepatu namun ia mampu
dalam kategori baik, saling berbagi meletakkan sepatunya sendiri ke rak
memperoleh nilai rata-rata 9,4 dari nilai sepatu. Hal ini disebabkan karena anak
maksimum 12 dalam kategori baik, dan terbiasa terburu-buru untuk masuk ke kelas
mengendalikan emosi memperoleh nilai dan guru juga membiarkan hal tersebut.
rata-rata 4,8 dari nilai maksimum 6 dalam Sementara ada 1 anak yang belum mau
kategori baik. Dalam penelitian ini terdapat melepas atau membuka sepatu sendiri
14 (46%) anak yang berada dalam kategori serta belum mau meletakkan sepatu
sangat baik. Terdapat 15 orang (30%) sendiri. Hal ini dikarenakan anak terbiasa
diantar sampai kedalam kelas, serta

154
Tri Wulan Putri Utami, Muhammad Nasirun dan Mona Ardina
Jurnal Ilmiah Potensia, 2019, Vol. 4 (2), 151-160
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/potensia
e-issn: 2621-2382 p-issn: 2527-9270
dibukakan sepatu dan dibawakan lagi dalam bertindak agar anak dapat
barangnya oleh pengasuhnya. meminimalisir kesalahan dengan cara
Pada aspek Percaya Diri, anak berada belajar dari kesalahan-kesalahan yang
dalam kategori penilaian baik. Kemandirian pernah dilakukaknnya dan membuat anak
muncul dan berfungsi ketika anak belajar dari pengalamannya. Hasil tersebut
menemukan diri pada posisi yang menuntut sesuai dengan pendapat dari Haimowitz,
suatu tingkat kepercayaan diri (Desmita, M.L. & Haimowitz, N (dalam Gunarsa, 2006:
2010: 184). Dalam hal ini, anak 84) bahwa penanaman kemandirian pada
menempatkan posisinya tanpa merasa malu anak dilakukan dengan cara meyakinkan
yaitu anak tidak bergantung dengan orang anak tanpa kekuasaan yaitu memberikan
lain, anak berani melakukan sesuatu, pujian dan menerangkan sebab-sebab
menentukan pilihannya dan percaya akan sesuatu tingkah laku yang boleh atau tidak
kemampuan yang dimilikinya. Dengan boleh dilakukan melalui penalaran dengan
adanya kepercayaan diri anak akan merasa dasar kasih sayang yang dirasakan oleh
dirinya berharga sehingga anak akan anak, akan mengembangkan rasa tanggung
mengaktualisasikan dirinya menjadi anak jawab dan didiplin diri yang baik. Namun
yang berani untuk tampil dan pada indikator “membuang sampah pada
mengemukakan ide-idenya sehingga anak tempatnya” sebagian besar anak masih
akan berkembang kepribadiannya menjadi harus ditegur dulu baru mau membuang
lebih mandiri. Anak percaya pada sampah ke dalam kotak sampah. Menurut
kemampuan dirinya sendiri tanpa rasa malu pengamatan peneliti, hal ini disebabkan
ataupun takut dengan lingkungan karena beberapa sekolah menerapkan
sekitarnya. Pada kegiatan pembelajaran, kebiasaan pada saat anak makan dan duduk
sebagian besar anak sudah berani melingkar, guru meminta anak untuk
menyampaikan pendapat, berani menjawab meletakkan sampah ditengah-tengah
pertanyaan guru, serta sudah mampu lingkaran duduk, baru setelah anak selesai
menyelesaikan tugasnya sendiri. Ini sejalan makan guru yang membuang semua
dengan pendapat Wiyani (2014:123) bahwa sampah yang terkumpul ke tempat sampah.
sosial emosi dan kepercayaan diri dapat Pada aspek Pandai Bergaul, anak
diartikan sebagai perbuatan yang disertai berada dalam kategori baik. Anak-anak
dengan perasaan-perasaan tertentu yang mudah dalam menyatu dan bergabung
melingkupi individu di saat berhubungan bersama teman-temannya tanpa
dengan orang lain. Namun, dalam aspek membeda-bedakan. Hal ini terlihat pada
Percaya Diri, sebagian besar anak belum saat pembelajaran berlangsung dalam hal
berani tampil dan bercerita didepan kelas berkerjasama dengan teman-temannya dan
apabila tidak dibujuk oleh guru. Sebagian anak menunjukkan ekspresi senang pada
besar anak masih belum percaya diri karena saat melakukan kerjasama dengan
merasa takut jika yang disampaikan itu temannya tersebut. Sejalan dengan hal
salah. tersebut Yamin (2012:82) mengemukakan
Pada aspek Bertanggung Jawab, anak bahwa pandai bergaul adalah anak mampu
berada dalam kategori baik. Sebagian besar bersosialisasi dengan lingkungan serta
anak sudah mau membereskan mainannya mampu menempatkan diri dimanapun anak
setelah selesai bermain, serta anak tinggal. Namun, disisi lain ada 3 orang anak
meminta maaf ketika melakukan kesalahan yang masih belum mampu bergaul atau
walaupun terkadang masih diingatkan oleh belum memilliki teman sama sekali. Hal ini
guru. Dengan adanya sikap Tanggung Jawab dikarenakan anak termasuk anak yang
akan menjadikan anak lebih berhati-hati pendiam dan usaha guru untuk

155
Tri Wulan Putri Utami, Muhammad Nasirun dan Mona Ardina
Jurnal Ilmiah Potensia, 2019, Vol. 4 (2), 151-160
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/potensia
e-issn: 2621-2382 p-issn: 2527-9270
mengembangkan kemampuan komunikasi saat anak bekerjasama dengan bermain
anak belum dilakukan secara maksimal. bersama teman, anak mau untuk
Selama 5 hari pengamatan peneliti meminjamkan alat atau mainan yang
cenderung melihat guru kurang melibatkan dimilikinya dan menunjukkan ekspresi
anak-anak yang pendiam dalam berbagai senang saat anak meminjamkan alat
kegiatan. ataupun mainan yang dimilikinya. Sejalan
Pada aspek Disiplin, sebagian anak dengan hal tersebut, Yamin (2012:82)
berada dalam kategori baik. Hal ini mengemukakan bahwa anak yang mandiri
ditunjukan dengan anak sudah datang tepat dapat menunjukkan sikap dengan mau
waktu dalam frekuensi yang sering. Namun berbagi makanan ataupun hal lain seperti
beberapa waktu masih ada anak yang meminjamkan mainan, meminjamkan alat
datang terlambat, serta terdapat 3 orang tulis ketika ada teman yang ingin meminjam
anak yang hampir setiap harinya tidak serta membantu teman yang sedang
menggunakan atribut dan seragam sekolah. mengalami kesulitan. Namun, dalam aspek
Ketiga anak ini sekolah di sekolah yang saling berbagi terdapat 5 orang anak yang
sama. Kebiasaan mereka tidak belum mau menggunakan alat bermain
menggunakan atribut dikarenakan sekolah bersama-sama. Beberapa anak menguasai
tersebut memang tidak terlalu alat permainan dan marah apabila anak
mempermasalahkan apabila anak tidak yang lain ikut bermain bersama. Kebiasaan
menggunakan seragam yang telah guru yang meminta anak lain untuk
ditentukan. Sehingga orang tua pun mengalah dan mencari mainan yang lain
menganggap hal tersebut bukanlah suatu membuat 5 orang anak ini terbiasa bersikap
masalah. Ini artinya, orang tua dan guru menguasai mainan yang ada disekolah.
masih perlu memberikan penguatan untuk Pada aspek Mengendalikan Emosi,
mentaati aturan yang telah disepakati sebagian besar anak berada dalam kategori
bersama agar anak lebih termotivasi untuk baik. Hal ini menunjukan bahwa sebagian
berperilaku sesuai dengan aturan sehingga besar anak sudah mampu Mengendalikan
akan memunculkan rasa tanggung jawab. Emosinya dan menunjukan rasa empati
Disiplin merupakan kemampuan seseorang pada orang lain dengan cara mau
untuk bertindak sesuai dengan norma- mendengarkan saat temannya berbicara,
norma atau aturan- aturan yang berlaku berbudaya antri, serta sabar dalam
(Agustriana, 2013, 2019; Calista et al., 2019; menunggu giliran. Kemandirian anak dalam
Indria, Sumarsih, & Agustriana, 2017; Mengendalikan Emosi juga terlihat saat
Kurniah, Andreswari, & Kusumah, 2019; anak berpisah dari orangtuanya setelah
Kusumah, 2019; Sapri, Agustriana, & diantar ke sekolah. Anak dapat
Kusumah, 2019; Tu’u, 2004; Walid, Putra, & mengendalikan emosinya terlihat pada saat
Asiyah, 2019; Walid, Sajidan, Ramli, & anak mampu bergabung bersama teman
Kusumah, 2019). serta dapat mengendalikan emosinya pada
Pada aspek saling Berbagi, sebagian saat anak melakukan kerjasama dengan
besar anak berada dalam kategori baik. Ini teman-teman yang lain. sejalan dengan
menunjukan bahwa anak mampu pendapat Yamin (2012:82) yang
memahami orang lain dan saling berbagi mengemukakan bahwa anak yang mampu
saat ada teman yang membutuhkan mengendalikan emosi adalah anak mampu
bantuan. Hal ini membuat anak mengerti untuk mengontrol emosinya serta memiliki
bahwa dengan Saling Berbagi anak dapat rasa empati kepada teman lainnya. Namun
membantu dalam memenuhi kebutuhan dalam indikator “sabar dalam menunggu
orang lain. Saling berbagi dapat dilihat pada giliran” terdapat 3 orang anak yang belum

156
Tri Wulan Putri Utami, Muhammad Nasirun dan Mona Ardina
Jurnal Ilmiah Potensia, 2019, Vol. 4 (2), 151-160
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/potensia
e-issn: 2621-2382 p-issn: 2527-9270
mampu menunggu giliran meski sudah melakukan sesuatu, guru langsung
diingatkan/diarahkan oleh guru. 3 orang mengambil alih.
anak adalah teman akrab. Sehingga mereka Di lokasi penelitian, peneliti
mempunyai perilaku dan kebiasaan yang menemukan sebagian besar anak memiliki
hampir sama. Anak memiliki tingkat emosi kemandirian yang baik. Hal ini disebabkan
yang tinggi sehingga guru kewalahan untuk karena adanya kerjasama yang baik antara
mengatur. Hal ini sejalan dengan hasil orang tua dan guru-guru dalam upaya
penelitian Utami (2018: 49) yang menumbuhkan kemandirian anak. Orang
menghasilkan ada pengaruh yang signifikan tua dan guru memberikan perlakuan dan
dari lingkungan teman sebaya terhadap bantuan yang sewajarnya. Sementara
perilaku sosial emosional anak usia 5-6 dalam kasus yang berbeda, anak yang
tahun. berada dalam kategori kurang adalah
Kemandirian tidak didapat begitu saja karena tidak adanya kerjasama yang baik
tanpa melalui proses, misalnya pada masa antara perlakuan dan pembiasaan orang
bayi, anak tidak bisa mandiri dan masih tua di rumah dan perlakuan dan
membutuhkan orang tua untuk mengurus pembiasaan guru di sekolah serta anak
kebutuhan mereka. Namun seiring tersebut terbiasa menerima bantuan dari
berjalannya waktu usia mereka akan pengasuhnya. Misalnya ketika di sekolah
bertambah dan perlu diajarkan bagaimana guru menerapkan upaya perilaku untuk
berperilaku mandiri. Di lokasi penelitian, meningkatkan kemandirian anak,
peneliti melihat bentuk kemandirian anak sementara di rumah orang tua memberikan
kelompok B di PAUD Segugus Lavender Kec. bantuan yang berlebihan atau sebaliknya.
Singaran Pati Kota Bengkulu sangatlah Hal ini sesuai dengan yang
beragam. Hal ini disebabkan karena setiap dikemukakan Izzaty (2005) bahwa anak
tugas perkembangan yang dicapai anak juga yang memiliki kemandirian rendah
berbeda-beda. Pembentukan karakter disebabkan karena anak terbiasa menerima
mandiri tidak lepas dari peran orang tua bantuan yang berlebihan dari orang tua
dan lingkungan sekitar anak. Pola asuh ataupun orang dewasa lainnya.
orang tua mempunyai peran nyata dalam Ketergantungan anak bisa mencakup aspek
membentuk karakter mandiri anak. fisik ataupun mental.
Toleransi yang berlebihan dapat KESIMPULAN
menghambat pencapaian kemandirian Berdasarkan hasil penelitian dan
anak. Setelah dilakukan penelitian di 6 pembahasan, maka dapat disimpulkan
(enam) sekolah yang berbeda, kemandirian bahwa secara umum kemandirian anak
yang ditunjukkan oleh anak juga berbeda- kelompok B di PAUD Segugus Lavender
beda antar sekolah. Hal ini disebabkan oleh Kecamatan Singaran Pati Kota Bengkulu
pembiasaan yang dilakukan oleh setiap dalam kategori baik dengan nilai persentase
guru berbeda-beda. Ada sekolah yang 75,33%. Kemandirian tersebut meliputi
sudah konsisten untuk memberikan anak hasil rata-rata tujuh aspek yaitu
kesempatan untuk terlibat dalam berbagai kemandirian fisik mencapai nilai rata-rata
aktivitas. Semakin banyak kesempatan yang 13,68 dari nilai maksimum 15 dalam
diberikan kepada anak, maka akan semakin kategori sangat baik, percaya diri mencapai
terampil mengembangkan skillnya sehingga nilai rata-rata total 11,47 dari nilai
percaya diri. Namun disisi lain ada juga maksimum 15 dalam kategori baik,
sekolah yang dimana gurunya mudah tanggung jawab mencapai nilai rata-rata
merasa iba terhadap peserta didiknya. Pada 11,57 dari nilai maksimum 15 dalam
saat anak kesulitan melakukan kesulitan kategori baik, pandai bergaul mencapai
157
Tri Wulan Putri Utami, Muhammad Nasirun dan Mona Ardina
Jurnal Ilmiah Potensia, 2019, Vol. 4 (2), 151-160
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/potensia
e-issn: 2621-2382 p-issn: 2527-9270
nilai 10,00 rata-rata dari nilai maksimum 12 IDENTITAS DIRI TERHADAP
dalam kategori baik, disiplin memperoleh KETERAMPILAN SOSIAL ANAK.
nilai rata-rata 11,77 dari nilai maksimum 15 Al-Fitrah, 1(2), 216–228. Retrieved
dalam kategori baik, saling berbagi from
memperoleh nilai rata-rata 9,4 dari nilai http://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index
maksimum 12 dalam kategori baik, dan .php/alfitrah/article/view/1517
mengendalikan emosi memperoleh nilai
Arikunto, S. (1997). Penilaian Program
rata-rata 4,8 dari nilai maksimum 6 dalam
Pendidikan (3rd ed.). Jakarta: Bina
kategori baik. Dalam penelitian ini terdapat
Aksara.
14 (46%) anak yang berada dalam kategori
sangat baik. Terdapat 15 orang (30%) Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian
berada pada kategori baik. 1 orang (3%) Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
anak berada pada kategori kurang baik. Rineka Cipta.
Saran
Dari hasil penelitian dan kesimpulan Arikunto, S. (2010). Manajemen Penelitian.
yang telah dipaparkan sebelumnya, saran Jakarta: Rineka Cipta.
yang dapat disampaikan oleh peneliti
Bibigul, A., Orynkul, S., Lyudmila, K., &
adalah bagi guru, diharapkan dapat
Aelita, S. (2015). The Rating System of
membimbing, membiasakan serta selalu the Rural School Pupils’ Assessment of
memberi penguatan pada anak untuk the Republic of Kazakhstan. Procedia -
bersikap mandiri khususnya dalam Social and Behavioral Sciences, 186,
pembiasaan anak untuk tidak membeda- 1152–1158.
bedakan teman, meningkatkan budaya https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.0
antri, berbagi dengan sesama, 4.127
membiasakan anak untuk tampil percaya
diri, serta meningkatkan kedisiplinan anak Calista, V., Kurniah, N., & Ardina, M.
khususnya dalam aturan berpakaian (2019). HUBUNGAN
seragam saat disekolah. REINFORCEMENT TERHADAP
Sedangkan bagi penelitian DISIPLIN ANAK USIA DINI DI
selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat PAUD PEMBINA 1 KOTA
dilanjutkan dengan meneliti kemandirian BENGKULU (Studi Deskriptif
anak dalam rentang usia yang berbeda atau Kuantitatif Di PAUD Pembina 1 Kota
Bengkulu). Jurnal Ilmiah POTENSIA,
lebih rendah, yaitu kelompok A. Ataupun
4(1), 13–17.
melakukan penelitian dalam bentuk PTK
https://doi.org/10.33369/jip.4.1.13-17
untuk meningkatkan kemandirian anak
yang masih kurang agar mencapai kategori Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan
sangat baik. Peserta Didik. Bandung: Remaja
DAFTAR PUSTAKA Rosdakarya.
Agustriana, N. (2013). Pengaruh Metode Fatimah, E. (2006). Psikologi
Edutainment Dan Konsep Diri perkembangan (perkembangan peserta
Terhadap Keterampilan Sosial Anak. didik). Bandung: Pustaka Setia.
Jurnal Pendidikan Usia Dini, 7(2),
267–286. Gardner, H., & Hatch, T. (1989).
Educational implications of the theory
Agustriana, N. (2019). PENGARUH of multiple intelligences. Educational
METODE EDUTAINMENT DAN Researcher, 18(8), 4–10.

158
Tri Wulan Putri Utami, Muhammad Nasirun dan Mona Ardina
Jurnal Ilmiah Potensia, 2019, Vol. 4 (2), 151-160
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/potensia
e-issn: 2621-2382 p-issn: 2527-9270
Mutiah, D. (2010). Psikologi bermain anak
Gunarsa, S. D., & Gunarsa, Y. S. D. (2008). usia dini. Prenada Media Group.
Psikologi Perkembangan Anak Dan
Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Novena, V. V., & Kriswandani, K. (2018).
Pengaruh Model Pembelajaran Probing
Hambly, K. (1992). Psikologi Populer: Prompting Terhadap Hasil Belajar
Bagaimana Meningkatkan Rasa Ditinjau Dari Self-Efficacy. Scholaria:
Percaya Diri (terjemah oleh FX Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan,
Budiyanto). Jakarta: Arcan. 8(2), 189–196.
https://doi.org/10.24246/j.js.2018.v8.i2.
Hurlock, E. B. (1990). Psikologi p189-196
Perkembangan Edisi 5. Jakarta:
Erlangga. Nugraha, A., & Rachmawati, Y. (2008).
Metode pengembangan sosial
Indria, V. P., Sumarsih, S., & Agustriana, N. emosional. Jakarta: Universitas
(2017). Meningkatkan kemampuan Terbuka.
Membaca Permulaan pada Anak
Kelompok A PAUD Sambela Kota Purnamasari, S. (2015). Pengembangan
Bengkulu. Jurnal Ilmiah POTENSIA, Praktikum IPA Terpadu pada Tema
2(2), 95–100. Kesehatan Kulit. In Prosiding
https://doi.org/10.33369/JIP.2.2.95-100 Simposium Nasional Inovasi dan
Pembelajaran Sains 2015 (SNIPS
Kurniah, N., Andreswari, D., & Kusumah, 2015) (Vol. 2015, pp. 541–544).
R. G. T. (2019). Achievement of Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Development on Early Childhood Retrieved from
Based on National Education Standard. http://portal.fmipa.itb.ac.id/snips2015/f
In Proceedings of the International iles/snips_2015_shinta_purnamasari_2
Conference on Educational Sciences 22ccf9d2af84d890fe44d269c7b61f7.pd
and Teacher Profession (ICETeP 2018) f
(pp. 351–354). Paris, France: Atlantis
Press. https://doi.org/10.2991/icetep- Sapri, J., Agustriana, N., & Kusumah, R. G.
18.2019.82 T. (2019). The Application of Dick and
Carey Learning Design toward
Kusumah, R. G. T. (2019). Peningkatan Student’s Independence and Learning
Kemampuan Berfikir Kritis Mahasiswa Outcome. In Proceedings of the
Tadris IPA Melalui Pendekatan International Conference on
Saintifik Pada Mata kuliah IPA Educational Sciences and Teacher
Terpadu. IJIS Edu : Indonesian Journal Profession (ICETeP 2018) (pp. 218–
of Integrated Science Education, 1(1), 222). Paris, France: Atlantis Press.
71–84. Retrieved from https://doi.org/10.2991/icetep-
http://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index 18.2019.53
.php/ijisedu/article/view/1762
Sardiman, A. . (2003). Interaksi dan
Martin, J. (2006). Multiple intelligence Kemandirian Belajar Mengajar.
theory, knowledge identification and Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
trust. Knowledge Management
Research and Practice, 4(3), 207–215. Scherer, R., & Siddiq, F. (2019). The
https://doi.org/10.1057/palgrave.kmrp. relation between students’
8500101 socioeconomic status and ICT literacy:
Findings from a meta-analysis.

159
Tri Wulan Putri Utami, Muhammad Nasirun dan Mona Ardina
Jurnal Ilmiah Potensia, 2019, Vol. 4 (2), 151-160
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/potensia
e-issn: 2621-2382 p-issn: 2527-9270
Computers & Education, 138, 13–32. Walid, A., Sajidan, S., Ramli, M., &
https://doi.org/10.1016/J.COMPEDU.2 Kusumah, R. G. T. (2019).
019.04.011 Construction of The Assessment
Concept to Measure Students’ High
Suyadi. (2010). Psikologi Belajar Anak Usia Order Thinking Skills. Journal for the
Dini. Yogyakarta: Pedagogia. Education of Gifted Young Scientists,
7(2), 237–251.
Tu’u, T. (2004). Peran Disiplin Pada https://doi.org/10.17478/jegys.528180
Perilaku Dan Prestasi Siswa. Jakarta:
Grasindo. Widianawati, N. (2011). Pengaruh
Pembelajaran Gerak dan Lagu dalam
Walid, A., Putra, E. P., & Asiyah. (2019). Meningkatkan Kecerdasan Musikal dan
Pembelajaran Biologi Menggunakan Kecerdasan Kinestetika Anak Usia
Problem Solving Disertai Diagram Dini. Jurnal Penelitian Pendidikan,
Tree Untuk Memberdayakan 2(Edisi Khusus), 220–228. Retrieved
Kemampuan Berpikir Logis Dan from
Kemampuan Menafsirkan Siswa. IJIS http://www.academia.edu/download/34
Edu : Indonesian Journal of Integrated 063262/22-
Science Education, 1(1), 1–6. NANA_WIDHIANAWATI-bl.pdf
Retrieved from
http://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index Ws., W. (1989). Psikologi pengajaran.
.php/ijisedu Jakarta: Gramedia.

160
Tri Wulan Putri Utami, Muhammad Nasirun dan Mona Ardina

Anda mungkin juga menyukai