Anda di halaman 1dari 12

ISSN : 2580 – 4197

E-mail : prodipaudumj@gmail.com

STRATEGI PARENT-SCHOOL PARTNERSHIP: UPAYA PREVENTIF


SEPARATION ANXIETY DISORDER PADA ANAK USIA DINI

Intan Puspitasari1)*, Dewi Eko Wati2)


1,2)
PG PAUD, FKIP, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta
Jalan Kapas No.9, Semaki, Umbulharjo, Semaki, Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Daerah
Istimewa Yogyakarta 55166

intan.puspitasari@pgpaud.uad.ac.id

Abstrak
Separation anxiety (kecemasan ketika berpisah) di lingkungan sekolah merupakan
fenomena yang umum terjadi pada anak usia dini. Kecemasan ini diekspresikan dengan
menangis, tantrum, menolak berinteraksi dengan orang lain atau menarik diri dari
lingkungannya. Pada tataran yang lebih tinggi, separation anxiety dari figur lekat jika tidak
diintervensi akan berdampak pada disfungsi keluarga, sosial, kepribadian maupun akademik
anak. Strategi preventif atas separation anxiety disorder (gangguan kecemasan berpisah)
berbasis parent-school partnership merupakan sebuah gagasan untuk mensinergikan
dukungan orangtua dan sekolah dalam menciptakan lingkungan ramah anak. Dalam strategi
ini orangtua dan sekolah saling bekerjasama dalam melakukan pendekatan pada anak baik
secara psikologis, kognitif maupun lingkungan sosial untuk mencegah munculnya gejala
gangguan kecemasan ketika berpisah dari figur lekat di lingkungan sekolah. Diskusi
mengenai mispersepsi dalam menangani anak dengan kondisi cemas di instansi PAUD saat
ini beserta risiko dampak psikologisnya juga menjadi pembahasan dalam artikel ini.

Kata Kunci: separation anxiety, parent-school partnership, anak usia dini

PENDAHULUAN Kecemasan tidak hanya dialami oleh


Gangguan kecemasan umum orang dewasa namun juga dapat dialami
(generalized anxiety disorder) merupakan oleh anak-anak khususnya anak usia dini.
suatu kondisi dimana individu merasa takut Penyebab munculnya kecemasan juga
yang berlangsung terus menerus dan tidak bervariasi seperti faktor keturunan atau
dapat dikendalikan. Rasa takut yang adanya perlakuan kekerasan terhadap anak.
dialami berkaitan dengan kekhawatiran Kelekatan orangtua yang insecure juga
bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi menjadi salah satu sebab anak merasa
(Wade & Tavris, 2007). Kecemasan cemas (Brumariu, Kerns, & Seibert, 2012).
merupakan kondisi yang normal ketika Penyebab yang bervariasi ini akan
mengahadapi suatu ancaman atau bahaya. berdampak pada bentuk kecemasan yang
Namun kecemasan yang berlebihan akan dialami oleh anak seperti fobia sosial, fobia
menjadi hal yang mengganggu ketika sekolah dan kecemasan berpisah dengan
situasi yang mengancam tersebut tidak ada figur lekat. Kecemasan seperti ini
atau tidak seburuk yang dipikirkan. merupakan salah satu bentuk gangguan

49
Yaa Bunayya : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini
Volume II No. 1, Mei 2018

emosi yang dialami oleh anak sehingga (Santrock, 2007) anak memiliki pola
penanganan yang sesuai dibutuhkan untuk kelekatan aman (secure) ketika pengasuh
mencegah implikasi terhadap gangguan menerima, peka dan tanggap terhadap
perkembangan yang lebih serius. sinyal seorang bayi serta dapat
Pada anak usia dini, kecemasan yang mengekspresikan afeksi terhadap bayi. Bayi
umum terjadi adalah ketika berpisah dengan yang memiliki kelekatan aman sejak awal
figur lekat. Kelekatan dimulai ketika kehidupan akan menjadi pribadi yang lebih
seorang bayi memiliki ikatan emosional gembira dan kurang mengalami frustrasi
yang kuat dengan ibu. Menurut Freud, bayi saat usia 2 tahun dibandingkan dengan bayi
memulai kelekatan dengan payudara ibu yang memiliki kelekatan tidak aman
sebagai sumber kenikmatan oral dan (insecure-avoidant dan insecure-
selanjutnya menjadi lekat dengan sosok ibu ambivalent). Tipe kelekatan ini akan
itu sendiri (Nurhidayah, 2011). Ibu mempengaruhi kesiapan anak dalam
merupakan figur penting bagi bayi sebagai berinteraksi dengan lingkungan yang lebih
sumber yang memenuhi kebutuhan- luas di kemudian hari. Anak yang
kebutuhan dasarnya seperti kebutuhan oral, mempunyai kelekatan aman dapat bergerak
kasih sayang dan contact comfort. Dengan jauh lebih bebas meskipun berpisah dengan
demikian dapat dikatakan bahwa contact ibunya. Anak tersebut percaya bahwa ibu
comfort (kenyamanan akibat sentuhan) atau pengasuhnya tetap ada ketika
merupakan salah satu faktor bayi atau anak dibutuhkan (Nasution, 2016).
lekat dengan ibunya. Sebagaimana Tipe kelekatan anak usia dini ini
penelitian eksperimen Harlow dan dengan demikian juga berkaitan dengan
Zimmermann (1959) yang dilakukan pada perkembangan sosio-emosional yang
seekor kera bahwa kera tersebut diprakarsai oleh Erikson. Menurut teori
menghabiskan lebih banyak waktu untuk Erikson anak hingga usia 6 tahun atau usia
dekat dengan boneka yang dibalut kain prasekolah telah melalui tiga tahap
halus dibandingkan dengan boneka yang perkembangan sosial-emosi (Slavin, 2017).
hanya berupa kawat meskipun Tahapan tersebut antara lain Trust vs.
menyediakan makanan. Aktivitas Mistrust, Autonomy vs. Shame, dan
bersentuhan dapat menimbulkan reaksi bagi Inisiative vs. Guilt. Capaian anak dalam
tubuh yaitu terlepasnya hormon endorfin tahap-tahap perkembangan tersebut menjadi
yang menghasilkan perasaan senang (Wade dasar atas tahapan perkembangan
& Tavris, 2007). Dalam hal ini, berpisah selanjutnya.
dengan ibu dapat menjadi sebuah ancama Trust vs. Mistrust (kepercayaan
bagi bayi karena figur yang memberikan versus ketidakpercayaan) terbentuk sejak
rasa aman dan nyaman berada jauh dari lahir hingga 18 bulan. Pada tahap ini anak
jangkauannya. mengembangkan kepercayaan pada dunia
Bowlby (dalam Main & Solomon, dan lingkungannya. Umumnya sosok yang
1986) menyebutkan bahwa terdapat tiga mempunyai peran paling penting dalam
bentuk kelekatan antara anak dengan figur membangun kepercayaan anak adalah ibu.
lekatnya yaitu secure attachment, insecure- Ibu yang mampu memberikan kasih sayang,
avoidant attachment dan insecure- konsisten dan tanpa penolakan terhadap
ambivalent attachment. Menurut Ainsworth anak akan membangun kepercayaan anak.
50
Intan Puspitasari, Dewi Eko Wati : Strategi Parent-School Partnership: Upaya Preventif
Separation Anxiety Disorder Pada Anak Usia Dini, 49-60

Sebaliknya, ibu yang tidak menyukai sekolah (Nasution, 2016). Keberhasilan


kehadiran anak, inkonsisten dan dalam melampaui tahap trust akan
menelantarkan kebutuhan dasar anak baik memunculkan harapan. Anak merasa bahwa
fisik maupun psikis akan menciptakan rasa akan selalu ada figur yang akan
ketidakpercayaan pada dunianya (Santrock, memberikan dukungan atau pertolongan
2007). dalam melalalui masa krisis atau masa sulit.
Autonomy vs. Shame (otonomi versus Sedangkan anak yang memiliki konsep
merasa malu) merupakan tahapan yang mistrust terhadap figur lekatnya juga akan
dilalui anak di bawah tiga tahun berupa mengembangkan ketidakpercayaan pada
proses belajar untuk mandiri. Pada tahapan hubungan lain. Hal ini menyebabkan anak
ini anak belajar untuk melakukan kegiatan merasa takut, cemas, tidak aman dan selalu
dengan kemampuannya sendiri yang berarti merasa curiga dengan lingkungannya
anak memiliki otonomi atas dirinya. (McLeod, 2008). Anak yang berhasil
Kebalikan dari otonomi adalah shame atau mengembangkan konseop otonomi juga
doubt dimana anak merasa malu atau ragu- akan lebih percaya diri untuk berinteraksi
ragu untuk mencoba melakukan aktivitas dengan lingkungan baru.
(Wade & Tavris, 2007). Usia dini merupaman masa emas
Insiative vs Guilt (inisiatif versus (golden age) untuk mengoptimalkan
perasaan bersalah) pada usia prasekolah tumbuh kembang anak. Menurut hukum
anak mengembangkan keterampilan fisik masa peka, pada usia ini anak mudah
dan mental yang baru. Anak menemukan menerima belajar dengan menerima
aktivitas yang disukai dan menikmati dalam stimulus dari lingkungannya (Suhada,
melakukan aktivitas tersebut. Orangtua 2017). Salah satu bentuk dalam
yang mendukung dan memfasilitasi memberikan stimulus optimal bagi anak,
kegiatan yang disukai anak akan saat ini telah banyak berkembang instansi
memunculkan kebebasan dalam pendidikan baik formal maupun non-formal
mengekspresikan kreativitasnya (Papalia, bagi anak usia dini. Keterampilan sosial,
2014). Perasaan bersalah (guilty) akan motorik, afektif maupun kognitif anak
muncul ketika aktivitas yang disukai anak diharapkan dapat berkembang optimal di
tidak didukung dan difasilitasi oleh lingkungan tersebut dengan berbagai
orangtua. Hal ini terkait dengan aktivitas yang telah dirancang sesuai
perkembangan moral anak di bawah lima dengan usia dan tugas perkembangan anak.
tahun yang masih melakukan sesuatu untuk Fenomena yang sering dijumpai di
mendapat label good boy atau good girl lingkungan PAUD adalah adanya gejala-
(Zizek & Garz, 2015). Dimana label ini gejala kecemasan anak ketika akan berpisah
akan didapatkan ketika anak berperilaku dengan pengasuh. Gejala kecemasan ini
sesuai norma sosial atau sesuai dengan dapat berupa menangis, tantrum,
keinginan orang dewasa di sekitarnya. memberontak, menarik diri dari oranglain
Anak yang telah memiliki konsep hingga berguling-guling (Hasanah, 2013).
trust, autonomy dan inisiative dalam dirinya Wajar ketika seorang anak tidak mau
cenderung lebih siap untuk berinteraksi berpisah dengan pengasuhnya dan
dengan lingkungan sosial yang lebih besar menunjukkan gejala-gejala tersebut. Namun
seperti teman sebaya atau lingkungan apabila anak menunjukkan kriteria-kriteria

51
Yaa Bunayya : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini
Volume II No. 1, Mei 2018

yang disebutkan dalam DSM V dalan kurun sendiri atau figur lekat seperti akan
waktu satu bulan maka anak diwaspadai berpisah selamanya sehingga menyebabkan
mengalami Separation Anxiety Disorder ketakutan yang signifikan (Dabkowska,
(SAD) (Carmassi, Gesi, Massimetti, Shear 2011; Lask, 2003).
& Osso, 2015). Anak usia dini memerlukan waktu
Perkembangan anak di lingkungan untuk menyesuaikan diri ketika pertama
pendidikan membutuhkan keterlibatan kali bergabung dengan lingkungan sekolah.
pihak sekolah maupun keluarga yang Penyesuaian diri ini berkaitan dengan
disebut dengan Parent-School Partnership. kemampuan anak untuk melakukan
Kerjasama yang sinergis antara sekolah dan aktivitas secara mandiri tanpa
pengasuh dapat menjadi faktor pendukung pendampingan orangtua atau pengasuh di
keberhasilan program pembelajaran bagi rumah. Berbagai ekspresi cemas mungkin
anak. Terkait dengan kecemasan anak, ditunjukkan anak saat masa penyesuaian
kerjasama sekolah dan orangtua perlu tersebut seperti menangis, meminta
dilakukan untuk memberikan penanganan ditemani oleh ibu atau tidak mau
yang simultan dan terus menerus sehingga berinteraksi dengan guru maupun teman
kecemasan yang dimiliki anak tidak sebaya (Hasanah, 2013).
berkembang menjadi gangguan yang lebih Permasalahan muncul ketika perasaan
serius. Artikel ini memuat gagasan tentang cemas tersebut berlangsung lebih dari masa
tinjauan teoritis dan praktis mengenai adaptasi yaitu empat minggu pertama (Lois,
strategi Parent-School Partnership sebagai Sujana, & Tirtayani, 2016). Anak yang
langkah preventif terjadinya gangguan tetap merasa cemas ketika berada di
kecemasan berpisah pada anak usia dini. sekolah cenderung menolak untuk sekolah
dan kurang terlibat di dalam proses
KECEMASAN PADA ANAK USIA pembelajaran dibandingkan anak yang
DINI bebas dari kecemasan (Choate, Pinchus,
Hampir semua anak usia dini baik Eyberg, & Barlow, 2005). Anak yang tidak
laki-laki maupun perempuan mengalami terlibat dalam proses pembelajaran berarti
kecemasan ketika berpisah dengan kurang mendapatkan pengalaman untuk
pengasuhnya. Kecemasan berpisah ini mendorong perkembangannya. Jika hal ini
biasanya terjadi ketika anak berusia 2 atau 3 tidak mendapatkan penanganan yang tepat
tahun (Lazarus et.al, 2016). Hal ini maka stimulus yang diterima anak juga
membuat psikolog dan ilmuwan psikologi kurang optimal.
kesulitan dalam mengkategorikan manakah Kecemasan muncul karena multi
kecemasan yang masih dapat dikatakan faktor. Santrock (2007) mengungkapkan
normal dan kecemasan yang termasuk bahwa beberapa kecemasan dapat terjadi
dalam gangguan. Gangguan kecemasan tanpa ada pengalaman negatif sebelumnya.
berpisah (separation anxiety disorder) Penelitian yang dilakukan oleh Tamisa
sendiri merupakan kekhawatiran yang (2016) menunjukan bahwa kecemasan
berlebihan ketika berpisah dengan figur perlakuan kasar dan kurangnya kasih
lekat (Hasanah, 2013). Kekhawatiran yang sayang orangtua terhadap anak dapat
berlebihan ini berkaitan dengan pikiran menyebabkan kecemasan pada anak usia
irrasional yang akan menimpa individu dini. Orangtua yang sering memberikan
52
Intan Puspitasari, Dewi Eko Wati : Strategi Parent-School Partnership: Upaya Preventif
Separation Anxiety Disorder Pada Anak Usia Dini, 49-60

tekanan pada anak memunculkan perasaan 7) mimpi buruk yang berulang tentang
takut. Dalam hal ini terkait dengan pola berpisah dengan figur lekat, 8) mengalami
asuh dan tipe kelekatan yang dimiliki antara gejala fisik seperti pusing, sakit perut, mual
orangtua dan anak. Seperti yang dan muntah ketika berpisah dengan figur
diungkapkan Baumrind (1966) bahwa anak lekat. Kriteria tersebut menetap pada anak
dengan pengasuhan demokratis lebih bebas setidaknya selama empat minggu dan pada
dalam bereksplorasi dibandingkan anak dewasa setidaknya selama enam bulan.
dengan pola asuh ororiter. Gejala SAD menurut DSM IV
Faktor genetis juga dapat berpengaruh muncul ketika anak-anak hingga sebelum
terhadap kecemasan anak. Seperti usia 18 tahun. Namun kriteria ini direvisi
penelitian Glover (2014) menemukan dalam DSM IV bahwa gejala kecemasan
bahwa ibu yang cemas ketika hamil berpisah dapat terjadi di usia mana saja
menurunkan gennya kepada anak. Adanya bahkan ketika remaja maupun dewasa
faktor genetis menjadi alasan mengapa (Carmassi, Gesi, Massimetti, Shear, &
terkadang kecemasan terjadi tanpa ada Osso, 2015). Meskipun pada kenyataannya
peristwa sebelumnya. Faktor-faktor kecemasan berpisah yang dimulai sejak
penyebab kecemasan tersebut menjadi salah remaja jarang ditemukan dan lebih banyak
satu pertimbangan untuk menentukan ditemukan pada anak usia dini. Anak yang
treatment atau terapi pemulihan. mengalami SAD akan terganggu baik
perkembangannya maupun aktivitas
SEPARATION ANXIETY DISORDER kesehariannya Kasus SAD yang sampai
Gangguan kecemasan dalam DSM V pada psikolog umumnya ketika anak sudah
digolongkan menjadi beberapa tipe seperti menunjukkan gejala-gejala yang
selective mutism, social anxiety disorder, memalukan dan menolak pergi ke sekolah.
separation anxiety disorder dan specific Jika ditunjukkan gambar dalam tes grafis,
phobia. Masing-masing tipe memiliki anak cenderung memberikan respon emosi
kriteria untuk penegakan diagnosa. Dalam yang negatif (Dabkowska, Araszkiewicz,
bahasan ini, separation anxiety disorder Dabkowska, & Wiklosc, 2011).
merupakan tipe kecemasan yang dapat Penelitian menunjukkan bahwa faktor
dialami anak jika kondisi cemasnya tidak biologis maupun faktor lingkungan
ditangani dengan baik. Kriteria dari memiliki andil yang besar dalam SAD
separation anxiety disorder ini menurut anak, dimana faktor lingkungan memberi
DSM V (APA, 2013) antara lain 1) pengaruh yang lebih besar pada SAD
merasakan stress yang berlebihan ketika dibandingkan jenis kecemasan lain yang
meninggalkan rumah atau berpisah dengan dialami oleh anak (Figueroa, Soutullo, Ono,
figur lekat, 2) kecemasan yang terus & Saito, 2012). Faktor keluarga yang
menerus dan berlebihan tentang kehilangan memicu munculnya SAD pada anak antara
atau kecelakaan figur lekat, 3) merasa lain pola kelekatan anak dengan orangtua.
cemas yang berlebihan jika hal buruk Anak yang memiliki kelekatan insecure
terjadi seperti tersesat atau diculik, 4) cenderung mudah merasa cemas dan
menolak pergi ke sekolah atau tempat lain, kesulitan untuk berinteraksi dengan
5) merasa takut sendirian tanpa figur lekat, lingkungan sosial seperti sekolah.
6) menolak tidur sendiri tanpa figur lekat, Permasalahan lain seperti perceraian

53
Yaa Bunayya : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini
Volume II No. 1, Mei 2018

orangtua, orangtua yang mengalami percaya dengan orangtua akan merasa


depresi, ataupun orangtua yang terlalu percara diri melakukan aktivitas yang
banyak terlibat dalam pengambilan berjauhan dengan orangtua. Meskipun
keputusan anak juga menjadi faktor risiko aktivitas yang dilakukan tergolong
anak mengalami SAD (Pine & Klein, menantang, anak percaya orangtuanya
2008). mengawasi dan akan ada ketika dibutuhkan.
SAD jika tidak ditangani dengan Kepercayaan anak ini mendorong anak
untuk mengeksplor lingkungannya dengan
serius akan memberi berdampak negatif
lebih bebas dan menemukan sendiri
bagi anak. Di lingkungan pendidikan, anak
pemecahan-pemecahan masalah yang
tidak mau terlibat dalam kegiatan
dihadapinya. Hal ini yang membantu anak
pembelajaran atau bahkan tidak mau melalui tahap kritis berikutnya yaitu
berangkat ke sekolah karena takut berpisah insiaitif versus perasaan bersalah (insiative
dengan orangtua (Choate, Pinchus, Eyberg, versus guilt). Anak yang percaya diri berani
& Barlow, 2005). Risiko besar yang mengekspresikan insiatif dalam
dialami anak karena kecemasan berpisah aktivitasnya tanpa perasaan bersalah atau
adalah gangguan mental di tahap takut dihukum oleh orang dewasa.
perkembangan selanjutnya (Biederman
Tidak sedikit anak yang melewati
dalam Widiani, 2016). Selain itu anak
masa krisis tersebut dengan meninggalkan
dengan kecemasan berpisah akan ketidakpercayaan pada orangtuanya
mengalami kesulitan atau gangguan tidur (mistrust). Penolakan atas keberadaan anak,
(Oxford, Fleming, Nelson, Kelly, & sikap orangtua yang tidak konsisten serta
Spieker, 2013). perlakuan kasar yang dilakukan orangtua
membuat anak merasa bahwa dunia adalah
tempat yang tidak aman (Santrock, 2007).
KELEKATAN TIDAK AMAN Anak yang tidak percaya dengan
(INSECURED ATTACHMENT) DAN orangtuanya mengembangkan kelekatan
KECEMASAN yang tidak aman. Salah satu sikap yang
Trust versus mistrust merupakan ditunjukkan anak dengan kelekatan tidak
tahap pertama perkembangan sosial emosi aman adalah cemas ketika berpisah dengan
menurut Erik Erikson. Seorang bayi melalui orangtua (McLeod, 2008). Kecemasan ini
masa krisis ini dimulai saat lahir hingga dapat berupa menangis dan marah baik
kuranglebih 18 bulan. Sumber kepercayaan ketika berpisah maupun bertemu lagi
bayi biasanya berasal dari ibu sebagai figur dengan orangtua. Kecemasan ini dipicu
utama pengasuhan yang memberikan oleh ketakutan anak bahwa orangtua tidak
kebutuhan-kebutuhan dasar seperti akan kembali lagi atau hal yang buruk akan
makanan (air susu), kenyamanan dan kasih terjadi ketika berpisah (Wade & Tavris,
sayang (Santrock, 2007). Keberhasilan 2017). Hal ini identik dengan gangguan
seorang anak dalam melewati masa krisis kecemasan berpisah.
ini akan berpengaruh terhadap pengalaman
dan pencapaian masa krisis di tahapan Penjelasan di atas menunjukkan
berikutnya. bahwa ada kaitan antara keberhasilan anak
Kaitan trust dengan tahapan dalam melalui masa kritis pada awal tahap
berikutnya adalah ketika anak melalui masa perkembangan sosial emosi menurut Erik
krisis otonomi versus malu atau ragu-ragu Erikson dan pembentukan pola kelekatan
(autonomy vs shame and doubt). Anak yang
54
Intan Puspitasari, Dewi Eko Wati : Strategi Parent-School Partnership: Upaya Preventif
Separation Anxiety Disorder Pada Anak Usia Dini, 49-60

dengan orangtua. Jika anak et al (2015) mengatakan bahwa keterlibatan


mengembangkan ketidakpercayaan pada orangtua ketika berada di sekolah dapat
orangtua maka ikatan kelekatan yang berupa partisipasi dalam kegiatan sekolah
dimiliki menjadi tidak aman. Tipe dan komunikasi dengan guru. Sedangkan
kelekatan yang tidak aman menimbulkan ketika berada di rumah orangtua dapat
perasaan khawatir dan cemas ketika anak mendampingi aktivitas belajar anak dan
berpisah dengan orangtua dengan anggapan memperhatikan kebutuhan dasar fisik
orangtua tidak akan kembali. Jika kejadian maupun psikis anak.
ini tidak ditangani dengan baik, kondisi Model partnership Epstein (dalam
tersebut dapat berkembang menjadi Durand 2011) disebutkan bahwa
gangguan kecemasan berpisah (separation keterlibatan orangtua dilihat melalui enam
anxiety disorder). domain aktivitas yaitu pengasuhan
(parenting), pembelajaran di rumah,
KONSEP PARENT-SCHOOL komunikasi, volunteering, pengambilan
PARTNERSHIP keputusan di sekolah, dan berkolaborasi
Dua lingkungan yang paling dengan komunitas. Sedangkan dilihat dari
berpengaruh pada perkembangan anak lingkungan terdapat dua domain yaitu
adalah keluarga dan pendidikan anak usia lingkungan rumah dan sekolah. Di rumah
dini (Halgunseth, 2009). Oleh karena itu orangtua dapat memberikan motivasi dan
salah satu cara untuk pembelajaran yang pendampingan terkait kebutuhan
efektif adalah dengan melibatkan pihak pembelajaran sekolah sedangkan di sekolah
sekolah dan orangtua. Saat ini melibatkan orangtua terlibat dalam program-program
peran orangtua menjadi perhatian bagi yang dirancang oleh pihak sekolah.
sekolah untuk menunjang hasil Enam domain keterlibatan orangtua
perkembangan yang positif bagi siswa. menurut Epstein dideskripsikan secara lebih
Dengan melibatkan orangtua, pihak sekolah lanjut oleh Hakyemez (2015). Dalam hal
mengerti tentang perkembangan anak komunikasi, baik orangtua dan sekolah
secara menyeluruh, kebutuhan apa yang dapat bertukar informasi mengenai anak.
diperlukan siswa dan mendapatkan Selanjutnya dalam pembelajaran di rumah
informasi untuk meningkatkan pengalaman (home support) orangtua dapat mengajak
belajar siswa (McBride, Bae, & Blatchford, anak beraktivitas di rumah terkait
2003). pembelajaran di sekolah. Orangtua dapat
Bronfenbrenner (2004) mengatakan terlibat dalam aktivitas di sekolah dalam
bahwa interaksi yang harmonis antar sistem program volunteer dan juga turun
(misalnya sekolah dan orangtua) akan menentukan keputusan bersama guru terkait
menunjang perkembangan anak. UNICEF pembelajaran anak di sekolah. Domain-
(2008) menekankan pentingnya keterlibatan domain tersebut dalam hal ini dapat
ayah dan ibu pada setiap program yang digunakan untuk mensinergikan peran
terselenggara untuk pendidikan anak usia orangtua dan guru dalam mencegah tingkat
dini. Penelitian menunjukkan bahwa kecemasan yang lebih tinggi pada anak
keterlibatan orangtua dalam aktivitas ketika berpisah dengan orangtua.
pendidikan anak usia dini akan
meningkatkan prestasi dan kemampuan
adaptasi anak (Powell et al, 2010). Calzada
55
Yaa Bunayya : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini
Volume II No. 1, Mei 2018

Strategi Parent-School Partnership menerapkan pola asuh demokratis seorang


sebagai Upaya Preventif SAD anak mempunyai kesempatan untuk
Sebagaimana yang diutarakan oleh mengembangkan konsep trust, autonomy
Epstein (Hakyemes, 2015) bahwa dalam dan iniative sejak usia dini dimana konsep
membangun partnership antara pihak tersebut yang mendorong anak untuk berani
sekolah dan orangtua terdapat enam bersosialisasi dengan lingkungan luar.
dimensi. Hal ini yang menjadi landasan Proses pembelajaran demokratis juga
strategi yang dapat dilakukan untuk penting dilakukan oleh guru. Guru tidak
mencegah terjadinya SAD pada anak usia hanya memberi instruksi kepada murid
dini. Meskipun demikian, dari ke enam namun juga menyediakan fasilitas dan
dimensi tersebut penulis hanya mengambil kesempatan untuk mengembangkan
dimensi parenting, komunikasi, dan kemampuan. Dalam pembelajaran
pembelajaran di rumah. demokratis guru memberi pendampingan
Pola Asuh Demokratis dengan kehangatan, kasih sayang dan
Pola pengasuhan orangtua menjadi motivasi bagi murid sehingga murid merasa
salah satu hal yang dapat mempengaruhi nyaman ketika berada di lingkungan
perilaku maupun karakter anak. Penelitian sekolah. Selain itu guru memberikan
telah membuktikan bahwa orangtua yang kebebasan kepada murid untuk memilih
memberikan kesempatan bagi anak untuk materi yang akan dipelajari ataupun
bereksplorasi dan turut memberikan permainan yang akan dimainkan.
pendapat dalam pemecahan masalah akan Pola asuh ini juga berkaitan dengan
membentuk anak yang lebih siap untuk tipe kelekatan yang terbentuk antara anak
berinteraksi dengan lingkungan sosial yang dan orangtua. Pola asuh demokratis
lebih luas. Dalam hal ini Baumrind (1991) cenderung membentuk tipe kelekatan yang
mengatakan bahwa anak yang tumbuh aman dimana anak yang mempunyai tipe
dalam pengasuhan demokratis lebih kelekatan aman lebih siap ketika berpisah
kompeten dalam lingkungan sosial dengan orangtua dibandingkan anak yang
dibandingkan anak dengan pengasuhan mempunyai tipe kelekatan tidak aman
non-demokratis. Pola asuh demokratis (McLeod, 2008). Apabila anak sudah
memungkinkan orangtua memberikan mempunyai tipe keletakan tidak aman
kebebasan bagi anak untuk bereksplorasi dengan orangtua maka perlu dilakukan cara
dengan aturan dan kontrol yang jelas. tertentu untuk membiasakan anak di
Penerapan pola asuh demokratis pada lingkungan baru.
anak dimaksudkan untuk menumbuhkan Membangun Kembali Trust antara
rasa percaya pada anak. Ketika anak Orangtua dan Anak
diberikan kesempatan untuk menentukan Praktik yang sering dijumpai untuk
pilihan dan menyelesaikan permasalahan mengatasi kecemasan anak ketika berpisah
maka anak akan merasa dipercaya oleh adalah justru meninggalkan anak dengan
orangtua. Meskipun demikian orangtua diam-diam atau berbohong pada anak. Ini
tetap memberikan aturan dan kontrol yang dilakukan agar orangtua lebih mudah ketika
jelas sehingga anak juga mempercayai meninggalkan anak. Padahal hal ini justru
bahwa orangtua ada untuk memberikan semakin memupuk ketidakpercayaan anak
bantuan (Santrock, 2002). Dengan kepada orangtua sekaligus menyebabkan
56
Intan Puspitasari, Dewi Eko Wati : Strategi Parent-School Partnership: Upaya Preventif
Separation Anxiety Disorder Pada Anak Usia Dini, 49-60

kekecewaan. Dalam hal kecemasan, anak berpisah dengan orangtua dengan


akan merasa bahwa orangtua tantrum yang minimal
meninggalkannya di tempat yang tidak 2. Menetapkan reward sebagai penguat
aman dan tidak akan kembali lagi. apabila gejala perilaku yang
Membangun trust kembali antara diharapkan muncul
orangtua dan anak berarti menyempurnakan 3. Orangtua menemani anak pada awal
tahap pertama perkembangan sosial emosi tahap proses secara penuh dan
sesuai dengan teori Erik Erikson. Jika anak sedikit demi sedikit memberi jarak
merasa cemas ketika berpisah dengan kedekatan dengan anak hingga anak
orangtua, kemungkinan anak merasa dapat lebih tenang ketika berpisah
lingkungannya tidak aman (Dabkowska, dengan orangtua
2011; Lask, 2003). Hal ini menjadi salah 4. Jika terdapat proses yang gagal atau
satu dampak dari mistrust sehingga untuk anak kembali merasa cemas maka
memiliki konsep otonomi pada tahap kedua dapat kembali melakukan prosedur
perkembangan sosial seperti percaya diri tahap sebelumnya
dan berani mengeksplor lingkungan juga Prosedur ini memungkinkan anak
menjadi hambatan bagi anak. untuk mengobservasi lingkungan sekitar
Berusaha menepati janji dan tidak sementara masih dalam kondisi nyaman
menakut-nakuti anak dengan kebohongan dengan keberadaan orangtua. Ketika anak
merupakan salah satu cara untuk sudah mulai familiar dan beradaptasi
mengembalikan kepercayaan anak. Jika dengan lingkungan baru, pendampingan
orangtua hendak meninggalkan anak di orangtua bisa dikurangi intensitasnya.
sekolah maka seharusnya orangtua Penyuluhan dan Pertemuan Rutin
memberitahukan hal tersebut dan tidak dengan Wali Murid
pergi dengan mengendap-endap. Orangtua Sekolah perlu menyelenggarakan
dapat berjanji bahwa anak akan aman di kegiatan rutin yang dihadiri oleh orangtua
sekolah dan menjemput pada waktu tertentu murid. Menurut konsep Epstein
sehingga anak terbiasa dengan hal tersebut. (Hakyemes, 2015) kegiatan rutin ini dapat
Teknik Fading membangun komunikasi yang baik antara
Padan (2010) mengutarakan bahwa pihak sekolah dan orangtua. Dalam hal
teknik fading dapat digunakan untuk mencegah kecemasan anak, pihak sekolah
melatih kemandirian anak dengan dapat memberikan penyuluhan terkait issu
kecemasan berpisah melalui tahapan yang kecemasan pada anak sementara orangtua
terencana. Fading ini merupakan salah satu dapat memberikan informasi menyeluruh
teknik dalam modifikasi perilaku yang juga mengenai kondisi anak kepada pihak guru.
disebut dengan disensitisasi sistemastis Pertukaran informasi ini dapat
pada pasien fobia (Miltenberger, 2008). memahamkan satu sama lain mengenai
Prosedur fading ini dapat dilakukan dengan kondisi anak.
kerjasama antara guru dan orangtua murid Komunikasi antara pihak sekolah dan
dengan tahapan berikut orangtua dapat dijalin secara langsung
1. Menentukan target perilaku yang ataupun tidak langsung. Secara tidak
diharapkan, dalam hal ini anak mau langsung, komunikasi dapat dilakukan
melalui buku penghubung maupun alat

57
Yaa Bunayya : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini
Volume II No. 1, Mei 2018

komunikasi. Orangtua maupun guru dapat dini ketika berpisah dengan orangtua.
memberikan apresiasi atau penghargaan Kecemasan dalam hal ini dipahami sebagai
kepada anak apabila baik di rumah maupun salah satu dampak dari tiga tahap awal
di sekolah anak menunjukkan kemauan perkembangan sosial emosi yang belum
untuk membaur dan berpisah dari terselesaikan dengan baik yaitu trust vs
orangtuanya. Untuk melakukan hal ini mistrust, autonomy vs doubt dan initiative
kedua pihak perlu selalu bertukar informasi vs guilt. Strategi yang dapat dilakukan
mengenai kemajuan kemandirian anak. untuk mencegah kecemasan yang berlanjut
Komunitas dan Peer Support pada anak usia dini ini berdasarkan dimensi
Orangtua dapat mengajak anak untuk parenting, komunikasi dan pembelajaran di
berinteraksi dengan orang lain dalam rumah yang antara lain adalah menekankan
berbagai komunitas. Komunitas ini dapat pola asuh demokratis, membangun kembali
berupa komunitas membaca maupun trust anak dan orangtua, teknik fading,
aktivitas lainnya. Hal ini bertujuan untuk pertemuan pihak sekolah dan orangtua serta
membiasakan anak untuk beraktivitas adanya dukungan komunitas maupun teman
dengan orang lain dan menyadarkan anak sebaya. Strategi tersebut bertujuan untuk
bahwa aktivitas tersebut menyenangkan. mensinergikan orangtua dan sekolah dalam
Anak yang terbiasa bersosialisasi akan lebih mendampingi anak usia dini untuk
mudah dalam beradaptasi di lingkungan mencapai tiga tugas awal perkembangan
baru (Nasution, 2016). sosial emosi. Pencapaian tiga tahap awal
Peer support atau dukungan teman perkembangan tersebut diharapkan
sebaya dapat dilakukan di lingkungan mengurangi tingkat kecemasan pada anak
sekolah. Hasan dan Handayani (2014) usia dini ketika berpisah dengan orangtua di
melakukan penelitian pada siswa inklusi lingkungan sekolah.
dan mendapatkan hasil bahwa dukungan
teman sebaya dapat mempengaruhi DAFTAR PUSTAKA
penyesuaian diri anak. Dalam konteks ini Baumrind, D. (1966). Effects of
guru dapat meminta murid lain untuk authoritative parental control on child
mengajak anak yang cemas bermain atau behavior. Child development, 887-
907
beraktivitas bersama secara konsisten. Hal
Bronfenbenner, U. (2004). Making human
ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa beings human: Bioecological
murid lain di sekolah tersebut menerima perspectives on human development.
kehadiran anak dan ingin bermain bersama Thousand Oaks, CA: Sage
dengan anak tersebut. Publications
Brumariu, L.E., Kerns, K.A., & Seibert, A.
KESIMPULAN (2012). Mother-child attachment,
emotion regulation, and anxiety
Parent-school partnership merupakan
symptomps in middle childhood.
konsep yang dapat digunakan untuk Journal of The International
meningkatkan efektifitas pencapaian tujuan Association for Relationship
program pembelajaran di sekolah. Dalam Research, 19(3), 569-585
hal ini konsep parent-school partnership Calzada, E.J et al. (2015). Family and
dapat diterapkan untuk mencegah teacher characteristics as predictors of
kecemasan yang berlanjut pada anak usia parent involvement in education
during early childhood among Afro-
58
Intan Puspitasari, Dewi Eko Wati : Strategi Parent-School Partnership: Upaya Preventif
Separation Anxiety Disorder Pada Anak Usia Dini, 49-60

Caribbean and Latino Immigrant Pendidikan dan Perkembangan, 2


families. Urban Education, 50(7), (3): 128, 135.
870-896 Hasanah, N. (2013). Terapi token ekonomi
Carmassi, C., Gesi, C., Massimetti, E., untuk mengubah Perilaku lekat di
Shear, M.K., & Osso, L.D. (2015). sekolah. HUMANITAS (Jurnal
Separation anxiety disorder in the Psikologi Indonesia), 10(1), 1-18.
DSM-5 era. Journal of Lask, B. dkk. 2003. Practical Child
Psychopatology, 21, 365-371 Psychiatry: The Clinician’s Guide.
Choate, M. L., Pincus, D. B., Eyberg, S. London: BMJ Publishing Group.
M., & Barlow, D. H. (2005). Parent- Lazarus, R.S., Dodd, H.F., Majdadzic, M.,
child interaction therapy for treatment Vente, W., Morris, T., Byrow, Y.,
of separation anxiety disorder in Bogels, S.S., & Hudson, J.L. (2016).
young children: A pilot study. The relationship between challenging
Cognitive and Behavioral Practice, parenting behaviour and childhoof
12(1), 126-135. anxiety disorders. Journal of Affevtive
Dabkowska, M. dkk. 2011. Separation Disorders, 190, 784-791
Anxiety in Children and Adolescents Lois, M.N., Sujana, I.W., & Tirtayani, L.A.
dalam Handbook of Different Views (2016). Pengaruh teknik shaping
of Anxiety Disorders. Rijeka: Intech. dengan positive reinforcement
Dabkowska, M., Araszkiewicz, A., terhadap kecemasan berpisah pada
Dabkowska, A., & Wiklosc, M. anak. Jurnal Pendidikan Anak Usia
(2011). Separation anxiety in children Dini Universitas Pendidikan
and adolescents (Book Chapter). Ganesha, 4(1), 1-10
Different Views of Anxiety Disorders. Main, M., & Solomon, J. (1986). Discovery
InTech: Croatia. of an insecure-
Ervika, E. (2005). Kelekatan (attachment) disorganized/disoriented attachment
pada anak. Kelekatan (Attachment) pattern.
Pada Anak. McBride, B.A., Bae, J.H., & Blatchford, K.
Figueroa, A., Soutullo, C., Ono, Y., & (2003). Family-school-community
Saito, K. (2012). Separation partnerships in rural Prek at-risk
anxiety. IACAPAP e-textbook of child programs. Journal of early childhood
and adolescent mental health. research, 1(1), 49-72
International Association for Child McLeod, S. A. (2008). Erik Erikson |
and Adolescent Psychiatry and Allied Psychosocial Stages - Simply
Professions, Geneva Google Scholar. Psychology. Retrieved from
Halgunseth, L. (2009). Family engagement, http://www.simplypsychology.org/Eri
diverse families and early childhood k-Erikson.html
education programs; An integrated Miltenberger, R.G. (2008). Behavior
review of the literature. Young Modification Principles and
Children, 64(5), 56-58 Procedures 4th Edition. Belmont:
Harlow, H. F., & Zimmermann, R. R. Thomson Wadsworth
(1959). Affectional responses in the Nasution, F. (2016). Peran kualitas
infant monkey. Science, 130(3373), kemelekatan anak terhadap perilaku
421-432. sosial. Raudhah, 4(2).
Hasan, S. A., Handayani, M. M., & Psych, Nurhidayah, S. (2011). Kelekatan
M. (2014). Hubungan antara (atatchment) dan pembentukan
dukungan sosial teman sebaya dengan karakter. Turats, 7(2), 78-83
penyesuaian diri siswa tunarungu di
sekolah inklusi. Jurnal Psikologi Oxford, M. L., Fleming, C. B., Nelson, E.
M., Kelly, J. F., & Spieker, S. J.
59
Yaa Bunayya : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini
Volume II No. 1, Mei 2018

(2013). Randomized trial of Development—Kohlberg Meets


Promoting First Relationships: Oevermann. In Kohlberg Revisited
Effects on maltreated toddlers' (pp. 91-110). SensePublishers,
separation distress and sleep Rotterdam.
regulation after
reunification. Children and youth
services review, 35(12), 1988-1992.
Padan, W.H. (2010). Efektivitas fading
untuk meningkatkan kemampuan
duduk sendiri di kelas pada anak yang
mengalami separation anxiety
disorder (SAD).
Papalia, D. (2014). Experience human
development. McGraw-Hill Higher
Education.
Pine DS, Klein RG (2008). Anxiety
disorders. In Rutter M, Bishop D,
Pine D et al (eds). Rutter’s Child and
Adolescent Psychiatry, 5th ed.
Blackwell Publishing, pp628-647.
Powell. D. R. et al. (2010), “Parent-school
relationships and children‟s academic
and social outcomes in public pre-
kindergarten”, Journal of School
Psychology, Vol. 48, pp. 269-292.
Santrock, J. W., & Develompment, L. S.
(2007). Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Suhada, I. (2017). Perkembangan Peserta
Didik. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Tamisa, A. (2016). Latar belakang
kecemasan anak pra sekolah kasus A
(IM) siswa taman kanak-kanak Ar-
Rahman Palembang. Psikis Jurnal
Psikologi Islam, 2(2), 117-134
UNICEF (2008a), “The Child Care
Transition”, Innocenti Report Card 8,
UNICEF Innocenti Research Centre,
Florence.
Wade, C., & Tavris, C. (2007). Psikologi.
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Widiani, E. (2016). Hubungan antara
kemampuan ibu dalam menstimulasi
perkembangan psikososial otonomi
yang diberikan kelompok terapeutik
dengan separation anxiety pada
toddler. Jurnal Care, 4(3), 111-123
Zizek, B., & Garz, D. (2015).
Reconstructing Moral

60

Anda mungkin juga menyukai