I. IDENTITAS
1. Identitas Subjek
Nama : RM
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tgl. Lahir : Sumedang / 27 Maret 1979 (31 tahun)
Suku Bangsa : Sunda
Agama : Islam
Anak ke : 3 dari 5 bersaudara
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan : SMEA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. S S II rt 05/10 Kota B
2. Identitas Ayah
Nama Ayah : DK (alm)
Suku Bangsa : Sunda
Agama : Islam
Pekerjaan : -
Alamat : -
3. Identitas Ibu
Nama Ibu : AR
Suku Bangsa : Sunda
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Sumedang
4. Identitas Pemeriksa
Nama Pemeriksa : Junaidi
NPM : 190420080022
Tujuan Pemeriksaan : Konsultasi Psikologi
Tempat Pemeriksaan : RS. Hasan Sadikin Bandung
Pembimbing : Dr. Ratna Hartanto, M.Si
Kasus II Page 1
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
II. KELUHAN
Pada saat pertama sekali datang kepoli psikologi S memiliki beberapa keluhan
yaitu :
(1) Merasa memiliki sakit kepala yang selalu muncul setiap pagi dan tidak
pernah sembuh ;
(2) S juga merasakan akhir-akhir ini hubungan dengan suaminya semakin
memburuk.
Kasus II Page 2
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
rontgen tidak ditemukan adanya gangguan syaraf dibagian kepala S namun menurut
diagnosa dokter saat ini S sedang mengalami gangguan depresi.
Menurut S sakit dikepalanya sudah ada sejak tahun 2008 namun S merasa sakit
dikepalanya semakin parah sejak tanggal 14 januari kemaren, setiap pagi S merasakan
sakit kepala yang selalu datang tiba-tiba tanpa ada yang dia pikirkan, hal tersebut dia
rasakan dari pukul 8 hingga pukul 12 siang. Sakit yang ia rasakan menurutnya seperti
kepalanya serasa mau pecah. Bila sedang menyerang maka ia hanya bisa tiduran saja
dirumah sambil segera minum obat yang diberikan dokter dan berangsur-angsur
sakitnya akan menghilang.
S juga menceritakan bahwa hubungan dengan suaminya akhir-akhir ini tidak
baik. Hal tersebut diawali setelah tahun baru disumedang, ditempat orang tua dan
keluarga besarnya berada. Disana S bertengkar dengan kakaknya, namun melihat hal
tersebut suaminya justru tidak acuh padanya malah justru ikut menyalahkan S.
Hubungan dengan suaminya kurang harmonis, menurut S suaminya kurang
memberikan rasa sayang. Suaminya sehari-hari hanya memperlakukan ia seperti
pembantu rumah tangga saja yang hanya dicukupkan dengan materi berupa uang
sementara S masih membutuhkan hal yang lain seperti perhatian dan kasih sayang.
Seperti yang baru terjadi, S mengungkapkan dipertemuan pertama bahwa ia baru
bertengkar dengan suaminya. Disamping itu, bila ia sedang menghadapi masalah S
sangat berharap suaminya mau membantu memecahkan masalahnya, bukan ikut-
ikutan menyalahkan dirinya seperti yang dilakukan oleh keluarganya saat ini.
Kasus II Page 3
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
coklat. Memang pada saat pemeriksaan ketiga sedang turun hujan dan cuaca cukup
dingin. Ia memakai make up tipis dan ramput diikat dengan aksesoris yang cukup
menarik yaitu motif bunga. Pertemuan keempat, S mengenakan pakaian berwarna
biru muda dan bermotif bunga serta celana kain dasar warna abu-abu. Dan pada
pertemuan kelima, S mengenakan baju warna coklat muda dan celana kain dasar
warna gelap. S memiliki warna kulit sawo matang dan rambut panjang se dada. Secara
keseluruhan, penampilan S cukup bersih dan rapi.
2. Status Psikis
Pertama kali bertemu dengan pemeriksa, S terkesan malu dan kurang
bersemangat, genggaman tangannya lemah dan dingin. Selain itu ketika berjalan
memasuki ruangan pandangannya tertunduk ke bawah dan langkah kakinya cukup
pelan, namun ketika S memperkenalkan dirinya, pemeriksa mampu mendengar
dengan jelas nama yang disebutkannya. Terlihat diwajahnya yang murung dan
matanya yang sembab seperti baru habis menangis. Pada pertemuan ketiga begitu
juga wajah S terlihat sedih, setelah ditanyakan ternyata S dua hari yang lalu baru
bertengkar dengan suaminya. Disetiap pemeriksaan S sering kali menangis terutama
bila menceritakan keadaan diri dan hubungan dengan suaminya. Ia kurang mampu
menjaga kontak mata dengan pemeriksa selama pemeriksaan berlangsung, sesekali ia
melihat ke arah lain atau ke orang lain yang sedang ada di dalam ruangan pemeriksaan
atau bila menangis ia tertunduk sambil menyeka air mata dengan sapu tangannya.
Status kesadarannya compos mentis. Secara keseluruhan, S cukup kooperatif dalam
melakukan pemeriksaan psikologi.
V. OBSERVASI
1. Observasi Umum
Selama pemeriksaan berlangsung, S jarang mampu untuk menjaga kontak mata
dengan pemeriksa, ia hanya sesekali untuk melihat ke arah pemeriksa. Selain itu,
terkadang suaranya terdengar jelas dan tiba-tiba suaranya menjadi lebih kecil sehingga
pemeriksa meminta S untuk kembali mengulang apa yang telah dikatakannya. Ketika S
menceritakan tentang dirinya, hubungannya dengan suami, dan kedua orangtuanya
maka ia akan menangis dengan suaranya bergetar. Sering menyeka air mata dengan
sapu tangannya.
Kasus II Page 4
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
2. Observasi Khusus
a. Lembar Riwayat Hidup
S mengisi lembar riwayat hidup sambil dibimbing oleh pemeriksa. Ia sesekali
mengangguk-anggukkan kepala sebagai pertanda bahwa ia mengerti apa yang
harus dilakukannya. S mengingat dengan jelas tahun kelulusannya sehingga ia
lancar menuliskannya. S tidak mengisi kolom kursus karena ia mengatakan bahwa
tidak pernah mengikuti kursus-kursus. Begitu pula pada kolom pengalaman kerja,
berorganisasi, olahraga, kesenian dan hobby.
Pada kolom cita cita, ia mengisi dengan keinginan untuk kursus salon namun
ia mengatakan hal itu tidak pernah tercapai sampai saat ini. Kemudian S
menceritakan kejadian saat ia sakit tipes pada tahun 1991 disaat dia masih
sekolah dan begitu pula saat mengalami kecelakaann motor namun ia tidak
sampai dirawat di rumah sakit. Tetapi menurutnya itu hanyalah kecelakaan biasa,
karena hasil pemeriksaan dokter mengatakan bahwa ia baik-baik saja walaupun
badannya sedikit mengalami luka-luka. Secara keseluruhan, S mampu
menyelesaikan lembar pengisian riwayat hidup dengan baik.
b. Anamnesa
Pemeriksa menjelaskan kepada S bahwa nantinya akan ada beberapa
pertanyaan mengenai kehidupan pribadi S dan diharapkan S mampu menjawab
dan menceritakannya. Mendengar penjelasan dari pemeriksa, S menganggukkan
kepala dan posisi duduk menyandar ke kursi. Setiap akan menjawab, S nampak
terdiam dan terkadang menangis, kemudian ia bercerita dengan suara yang cukup
kecil sehingga terkadang pemeriksa meminta S untuk mengulang kata-katanya.
S menceritakan kehidupan pribadinya dengan cukup detail dan runtun,
namun ia tidak menjaga kontak mata dengan pemeriksa. Matanya menatap ke
Kasus II Page 5
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
depan tetapi hanya sesekali melihat ke arah pemeriksa. Selain itu, ia kelihatan
sedih dan sampai menagis ketika membicarakan ibunya dan menceritakan bahwa
hubungan dalam keluarga mereka kurang harmonis. Ketika S menceritakan
tentang hubungannya dengan suaminya, raut wajahnya juga kelihatan sedih,
sampai beberapa kali ia menangis. Secara keseluruhan, S mudah untuk
menceritakan kehidupan pribadinya dan mudah tergugah secara emosi jika
menceritakan kondisi keluarga dan kehidupan pribadinya, raut wajahnya
menunjukkan kesedihan jika isi ceritanya mengandung makna sedih, dan ia akan
tersenyum bahkan tertawa jika isi cerita menarik bagi dirinya.
c. Grafis
WZT (8 menit)
Ketika S diminta untuk menggambar, ia kelihatan bingung, dan mengatakan bahwa
ia tidak bisa menggambar, namun ia tetap mengerjakan tes ini. S menyelesaikan
gambar tidak berurutan dan terkesan sangat sederhana gambar yang dibuatnya. S
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan stimulus 7 dan
stimulus 3 dibandingkan stimulus lainnya. S kelihatan kebingungan ingin
menggambar apa sehingga ia memandang ke arah lain kemudian kembali ke
kertas untuk menggambar.
Kasus II Page 6
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
d. WB (1 jam 45 menit)
Information
S memahami instruksi dan hanya mampu untuk menjawab beberapa pertanyaan
yang diberikan. Jika ia tidak mengetahui jawabannya, ia akan mengatakan gak tau
sambil menggelengkan kepala.
Comprehension
Pada sub tes ini, S mampu menjawab pertanyaan dengan cukup jelas. Selain itu,
jika ia kurang memahami soal yang diberikan, ia akan meminta pemeriksa untuk
mengulangnya.
Digit Span
Pemeriksa menjelaskan tentang sub tes ini dan diperhatikan dengan seksama oleh
S. Saat mendengarkan deret angka yang disebutkan oleh pemeriksa dan
mengulangi deret angka tersebut, ia akan memejamkan matanya. S hanya sesekali
membuka matanya.
Arithmetic
S kurang mampu menjawab soal-soal hitungan ini dengan cepat. Ketika
menjawab, S nampak berpikir sambil sesekali menutup matanya. S menjawab
salah untuk soal nomor 3, 4, 5, 7 dan 10, walaupun pemeriksa masih
memberikannya kesempatan untuk memperbaiki jawaban, akan tetapi S tetap
memberikan jawaban yang salah.
Similiarities
Kasus II Page 7
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
Kasus II Page 8
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
Pada sub tes ini, S tidak nampak kesulitan dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan. Kepingan pertama diselesaikannya dengan baik, begitupula untuk
kepingan 2 dan 3.
e. SSCT
Sebelum mengerjakan tes ini, pemeriksa menjelaskan bahwa S cukup menjawab
pernyataan-pernyataan yang tercantum sesuai dengan pikiran yang pertama kali
muncul ketika melihat pernyataan tersebut. S mengerjakan dengan berurutan, jika
ia kesulitan untuk menyelesaikan suatu pernyataan maka ia akan beralih ke
pernyataan berikutnya. S kembali mengecek jawabannya dan mengisi jawaban
pernyataan yang masih kosong
Kasus II Page 9
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
inquiry, hanya saja dalam memberikan respon, S menggunakan waktu yang cukup
lama.
VI. ANAMNESA
1. Latar Belakang Keluarga
S adalah anak ketiga dari lima bersaudara dengan urutan sebagai berikut:
1. Rk, 37 tahun, perempuan, ibu rumah tangga, menikah.
2. Rj, 35 tahun, laki-laki, wiraswasta, menikah.
3. Subjek, 30 tahun, perempuan, ibu rumah tangga,menikah
4. Rn, 24 tahun, perempuan, ibu rumah tangga, menikah
5. Rp, 17 tahun, laki laki, pelajar, belum menikah
Kedua orangtua S berasal dari salah satu desa di Sumedang dan suku bangsa
sunda. S berasal dari keadaan ekonomi keluarga menengah, ayahnya (alm) seorang
pegawai di perusahaan negara dan ibunya bekerja sebagai ibu rumah tangga.
S menceritakan bahwa ia kurang dekat dengan ayahnya, karena ayahnya sibuk
bekerja. Dan bila liburpun ayah lebih senang pergi dengan ibunya, sehingga ia kurang
mendapat perhatian dari ayahnya. Ayah dianggap sebagai sosok yang kurang
memberikan perhatian kepada anak anak, kurang hangat dan jarang berkomunikasi.
Ayahnya kurang memberikan nilai-nilai keagamaan dan norma-norma sosial. S
mengatakan bahwa ayahnya jarang memperhatikan dirinya, sekolah ataupun tugas-
tugas dari sekolah tidak diperdulikan oleh ayahnya. Namun menurutnya dibandingkan
dengan anak anak yang lain ayah masih lebih memperhatikan adiknya yang bungsu. Ia
sangat sedih bila merasakan hal itu dimana ayah kurang memberi perhatian padanya,
kalau sudah seperti itu biasanya S akan diam saja dan memendam perasaannya.
Hubungan S dengan ibunya juga kurang terjalin dengan baik. Ibu terlihat sama
dengan ayah yang lebih memperhatikan adik bungsunya, apa yang diminta pasti
dituruti karena kalau tidak adiknya akan marah. Misalnya sewaktu kecil adik meminta
dibelikan es krim maka ibu akan menyuruh ayah mencarikannya. Menurut s didalam
keluarga ibu lebih dominan dibandingkan ayah. Keputusan didalam keluarga lebih
banyak ibu yang memutuskan dibandingkan ayah. Jika liburan ibunya menyenangi
olahraga voli dan ayah pasti akan lebih memilih menemani ibu hingga keluar kota
hanya untuk bermain voli saja tanpa mengajak anak anaknya. Disamping adiknya yang
Kasus II Page 10
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
bungsu, ibu juga terlihat lebih sayang dengan kakaknya yang pertama, sebab bila
dimarahi ibu biasanya kakak tersebut akan pingsan. Sehingga menurutnya kakak dan
adiknya lebih disayang dibandingkan dirinya, begitupula dengan saudara saudara
lainnya. Ia merasa sedih karena ia dibedakan dibandingkan dengan yang lain. Pernah
sewaktu masih kecil semua saudara saudaranya dibelikan pakaian baru bahkan
saudara sepupunya kebagian dibelikan juga, sementara dirinya tidak dibelikan, ia
menanyakan kepada ibu namun ibunya menjawab “ibu bingung dengan selera kamu,
nanti saja..” namun hingga sekarang ibu tidak pernah membelikannya. Kemudian
sewaktu ia pertama sekali mendapat haid, ia merasa seharusnya mendapat penjelasan
dari ibu sebagai orang tuanya tapi begitu ia menanyakan tentang hal itu ia malah
justru kena marah, begitupula saat ia meminta untuk dibelikan pembalut tetap tidak
mendapat perhatian dari ibu sehingga ia memakai kain yang disobek sobek sebagai
pengganti pembalut. Padahal pekerjaan rumah banyak yang dilimpahkan kepadanya
dibandingkan dengan saudara saudara yang lain. S sangat kecewa sekali dengan
perlakuan ibunya, sehingga pernah ia berpikir “sebenarnya dia itu anak mereka
bukan…?”. Bila sudah seperti itu biasanya S hanya menangis dikamar sambil
merenungi kenapa nasibnya bisa seperti ini.
Sewaktu ia masih kecil, s merasa bahwa kedua orang tuanya hanya
mementingkan dan memuaskan diri mereka sendiri dan tidak memperhatikan anak
anaknya terutama dirinya, semua tingkah laku maupun kerjaan yang dilakukannya
salah dimata orang tuanya. Terkadang S bingung “kenapa saya selalu disalahkan”, Ia
merasa sedih dan kecewa atas sikap ibunya yang selalu menyalahkannya. Palagi bila ia
benar-benar melakukan kesalahan seperti misalnya bila ia membersihkan rumah dan
pada saat itu pernah ia memecahkan gayung mandi maka iapun mendapat marah
berupa omelan dari ibunya. Kalau sudah dimarahi ibu, S akan berlari masuk
kekamarnya dan menangis.
Hubungan kekerabatan antara S dengan saudara kurang begitu dekat, mereka
jarang bermain bersama. Ia lebih memilih bermain sendiri dibandingkan dengan
saudara saudaranya. Sebab mereka justru sering menyalahkan dirinya. S terkadang
heran “kenapa kakak-kakaknya juga suka menyalahkan dirinya dan tidak mau bermain
Kasus II Page 11
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
Kasus II Page 12
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
yang saat ini telah menjadi suaminya. Menurutnya ia masih beruntung sebab
walaupun keluarga tidak memperhatikan dirinya, ia masih memiliki pasangan yang
pada saat itu begitu sayang padanya dan mau berkorban untuk dirinya. Selama sekolah
di SMK ia menyatakan bahwa sering tidak masuk sekolah dengan alasan sakit apalagi
setelah dirawat di RS itu, ia terkadang tidak masuk hanya gara-gara kepalanya sakit,
demam, dan merasa kurang sehat badannya.
Dirumah menurutnya ia suka merasa tidak nyaman, sehingga ia lebih memilih
bermain keluar bersama teman-temannya. Terkadang ia membohongi kedua orang
tuanya bahwa ada kegiatan ekstrakurikuler namun ia pergi jalan-jalan dengan
temannya.
Pada tahun 2000 S menikah diusia 28 tahun. S sangat senang sekali bisa menikah
dengan orang yang selama ini menyayanginya. Begitu dilamar oleh pasangannya pada
waktu itu ia segera menyetujui karena ia berpikir nantinya ada seseorang yang akan
lebih memperhatikan dia daripada saat ini berada dikeluarganya. Ia mengenal calon
suaminya selama lima tahun dan kemudian mereka memutuskan untuk menikah. S
memiliki 3 orang anak laki-laki. S menceritakan bahwa ia dulunya sangat senang
berada dalam keluarganya. Suaminya adalah seorang pegawai negri di instansi
pemerintah propinsi. Namun setelah menginjak dua tahun perkawinan ia berpikir
kenapa suaminya sekarang sangat berbeda dengan dulu sewaktu pacaran yang lebih
memperhatikan dirinya. Ia merasa sekarang suaminya lebih sibuk mengurusi
pekerjaannya dikantor. Bila pulang dari kantor suaminya terlihat sering marah-marah,
terkadang hanya persoalan sepele seperti masakan yang dimasak S kurang cocok
dengan selera suami, rumah sedikit berantakan, maka suaminya akan mudah sekali
menyalahkannya dan pertengkaran diantara mereka pun akan terjadi. Ia sangat sedih
dan kecewa sekali dengan perilaku suami yang mulai berubah dan tidak seperti dulu
lagi. Kalau sudah bertengkar dengan suaminya biasanya S hanya bisa menangis.
Semakin hari hubungan dengan suaminya semakin kurang harmonis, suaminya
kurang memberikan rasa sayang. Suaminya sehari-hari hanya memperlakukan ia
seperti pembantu rumah tangga saja yang hanya dicukupkan dengan materi berupa
uang sementara ia masih membutuhkan hal yang lain seperti perhatian dan kasih
sayang itu. S juga menyampaikan bahwa akhir-akhir ini ia merasa kehilangan gairah
Kasus II Page 13
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
Kasus II Page 14
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
Kasus II Page 15
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
yang disenanginya adalah pemasaran dan bahasa inggris karena baginya kedua
pelajaran tersebut mudah dimengertinya, sedangkan pelajaran yang tidak
disenanginya adalah perpajakan sebab mata pelajaran tersebut selalu menggunakan
hitung-hitungan.
Kasus II Page 16
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
dengan orang tersebut. S juga jarang untuk menceritakan masalah pribadinya ke orang
lain, ia cenderung memilih diam.
Pada waktu sekolah menengah pertama ia memiliki teman dekat, s merasa bisa
bercerita apapun padanya, mereka bisa saling cerita karena temannya tersebut
memiliki permasalahan keluarga yang sama dengan dirinya. Mereka merasa sebagai
anak yang tidak diistimewakan oleh keluarganya dan kurang diberikan kasih sayang
sehingga menurut S mereka berperilaku sebagai anak yang nakal seperti merokok dan
terkadang minum alkohol, namun begitu mereka minum tidak sampai mabuk hanya
sekedar minum saja. Hal itu dilakukan saat duduk dikelas 3 SMP dan keluarga mereka
tidak ada seorangpun yang mengetahuinya. Ia berhenti minum setelah duduk dikelas 3
SMK. Hubungan dengan sahabatnya itu dilakukan sampai sekarang dan mereka masih
sering cerita tentang keadaan keluarga masing masing.
Ia mulai berpacaran dengan suaminya tersebut sejak duduk dikelas 3 SMP.
Pacarnya pada saat itu suka membatasi dirinya untuk berteman dengan yang lain. Bila
pulang sekolah selalu ditemani. Pada saat itu mereka berpacaran masih sembunyi
sembunyi dari orang tuanya. Karena suka dibatasi berteman oleh pacarnya tersebut ia
merasa pada saat itu ia kurang memiliki teman, apalagi pacarnya seorang
pencemburu.
Kasus II Page 17
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
Kasus II Page 18
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
Kasus II Page 19
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
Kasus II Page 20
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
Kasus II Page 21
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
Simtom-simtom tidak disebabkan oleh kondisi medis atau berlebihan bila ditilik
kondisi medis yang mungkin dialami orang yang bersangkutan
Kasus II Page 22
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
Sejumlah pasien munchausen menjalani operasi bedah yang tidak perlu meski mereka
tahu tidak ada yang salah dengan diri mereka. Simtom pada factitious disorder, tidak
terhubung dengan hasil yang jelas. Gangguan ini memungkinkan adanya suatu
kebutuhan psikologis. Dengan menampilkan peran sakit dalam lingkungan rumah sakit
yang terlindungi memberikan suatu rasa aman yang kurang di dapat pada masa kecil.
Disini kita membahas beberapa tipe utama dari gangguan somatoform seperti
gangguan konversi, hipokondriasis, gangguan dismorfik tubuh, dan gangguan
somatisasi.
A. Klasifikasi
Terdapat beberapa tipe utama dari gangguan somatoform: gangguan konversi,
hipokondriasis, gangguan dismorfik tubuh, dan gangguan somatisasi. Dalam DSM IV-
TR, yang termasuk dalam Somatoform Disorder sebagai berikut :
Kasus II Page 23
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
Namun disini hanya akan membahas beberapa tipe utama dari gangguan
somatoform, yaitu : gangguan konversi, hipokondriasis, gangguan dismorfik tubuh,
gangguan somatisasi dan gangguan nyeri.
1. Gangguan Konversi
a. Definisi
Gangguan konversi dicirikan oleh suatu perubahan besar dalam fungsi
fisik atau hilangnya fungsi fisik, meski tidak ada temuan medis yang dapat
ditemukan sebagai penyebab simtom atau kemunduran fisik tersebut. Simtom-
simtom tersebut tidaklah dibuat secara sengaja. Orang tersebut tidak
melakukan malingering. Simtom fisik itu biasanya timbul tiba-tiba dalam situasi
yang penuh tekanan.
Gangguan konversi dinamakan demikian karena adanya keyakinan
psikodinamika bahwa gangguan tersebut mencerminkan penyaluran, atau
konversi, dari energi seksual atau agresif yang direpresikan ke simtom fisik.
Gangguan konversi sebelumnya disebut neurosis histerikal atau histeria.
Menurut DSM, simtom konversi menyerupai kondisi neurologis atau
medis umum yang melibatkan masalah dengan fungsi motorik (gerakan) yang
volunter atau fungsi sensoris. Beberapa pola simtom yang ‘klasik’ melibatkan
kelumpuhan, epilepsi, masalah dalam koordinasi, kebutaan dan tunnel vision
(hanya bisa melihat apa yang berada tepat di depan mata), kehilangan indera
pendengaran dan penciuman, atau kehilangan rasa pada anggota badan
(anestesi). Simtom-simtom tubuh yang ditemukan dalam gangguan konversi
seringkali tidak sesuai dengan kondisi medis yang mengacu. Misalnya, orang
yang menjadi ‘tidak mampu’ berdiri atau berjalan dilain pihak dapat melakukan
gerakan kaki lainnya secara normal.
Beberapa orang dengan gangguan konversi menunjukkan
ketidakpedulian yang mengejutan terhadap simtom-simtom yang muncul,
suatu fenomena yang diistilahkan sebagai la belle indifference (ketidakpedulian
yang indah).
Kasus II Page 24
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
b. Treatment
Pemberian treatmen dengan menggunakan pendekatan psikoanalisa
untuk pasien konversi adalah berfokus pada pengekspresian emosi dan ingatan
yang menyakitkan dan insight bahwa gangguan berkaitan dengan simtom
konversi (Gavin, 1995). Gangguan konversi yang kronis lebih sulit untuk
ditangani. Ketika simtom muncul lebih dari satu bulan, riwayat pasien sering
mirip gangguan somatisasi dan diperlakukan seperti itu.
Sementara treatmen dengan pendekatan behavioral berfokus pada
mengurangi kecemasan pasien yang berasal dari trauma yang menyebabkan
simtom konversi. Terapi behavioral bisa dilakukan dengan metode systematic
desensitization dan vivo exposure therapy.
2. Hipokondriasis
a. Definisi
Ciri utama dari hipokondriasis adalah fokus atau ketakutan bahwa
simtom fisik yang dialami seseorang merupakan akibat dari suatu penyakit
serius yang mendasarinya, seperti kanker atau masalah jantung. Rasa sakit
tetap ada meskipun telah diyakinkan secara medis bahwa ketakutan itu tidak
mendasar.
Orang dengan hipokondriasis tidak secara sadar berpura-pura akan
simtom fisiknya. Mereka umumnya mengalami ketidaknyamanan fisik, sering
kali melibatkan sistem pencernaan atau campuran antara rasa sakit dan nyeri.
Orang yang mengembangkan hipokondriasis sangat peduli, bahkan benar-
benar terlalu peduli, terhadap simtom dan hal-hal yang mungkin mewakili apa
yang ia takutkan. Orang dengan hipokondriasis menjadi sangat sensitif
terhadap perubahan ringan dalam sensasi fisik, seperti sedikit perubahan
dalam detak jantung dan sedikit rasa sakit serta nyeri (Barsky dkk., 2001).
Padahal kecemasan akan simtom fisik dapat menimbulkan sensasi fisik
tersendiri, misalnya keringat berlebihan dan pusing, bahkan pingsan. Dengan
demikian, sebuah lingkaran setan (vicious cycle) akan muncul. Orang dengan
Kasus II Page 25
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
a. Definisi
Definisi gangguan ini adalah preokupasi dengan kecacatan tubuh yang
tidak nyata, misalnya seseorang yang merasa hidungnya kurang mancung, atau
keluhan yang berlebihan tentang kekurangan tubuh yang minimal atau kecil
(Kaplan, Sandock, & Grebb, 1994). Orang dengan gangguan dismorfik tubuh
terpaku pada kerusakan fisik yang dibayangkan atau dibesar-besarkan dalam
hal penampilan mereka (APA, 2004). Beberapa pasien cenderung
menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengamati kekurangan mereka di
cermin. Bahkan agar tidak mengingatnya, terkadang mereka menyembunyikan
cermin atau menggunakan kamuflase, misalnya dengan menggunakan pakaian
yang sangat longgar atau tindakan paling ekstrim menjalani operasi plasti yang
tidak dibutuhkan.
Orang dengan Body Dysmorphic Disorder percaya bahwa orang lain
memandang diri mereka jelek atau berubah bentuk menjadi rusak dan bahwa
penampilan fisik mereka yang tidak menarik mendorong orang lain untuk
berpikir negatif tentang karakter atau harga diri mereka sebagai manusia
(Rosen, 1996). Mereka sering menunjukkan pola berdandan atau mencuci atau
Kasus II Page 26
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
a. Definisi
Gangguan somatisasi adalah gangguan dengan karakteristik sebagai
keluhan atau gejala somatik yang tidak dapat dijelaskan secara adekuat dengan
menggunakan hasil pemeriksaan fisik maupun laboratorium. Perbedaan antara
gangguan somatisasi dengan gangguan somatoform lainnya adalah banyaknya
keluhan dan banyaknya sistem tubuh yang terpengaruh. Gangguan ini sifatnya
kronis muncul selama beberapa tahun dan terjadi sebelum usia 30 tahun, dan
berhubungan dengan stres psikologis yang signifikan, hendaya dalam
kehidupan sosial dan pekerjaan, serta perilaku mencari pertolongan medis
yang berlebihan (Kaplan, Sandock, & Grebb, 1994). Keluhan-keluhan yang
diutarakan biasanya mencakup sistem-sistem organ yang berbeda (Spitzer, dkk,
1989). Jarang dalam setahun berlalu tanpa munculnya beberapa keluhan fisik
yang mengawali kenjungan ke dokter. Orang dengan gangguan somatisasi
adalah orang yang sangat sering memanfaatkan pelayanan medis (G.R. Smith,
1994).
Kasus II Page 27
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
a. Definisi
Pada gangguan ini individu mengalami gejala sakit atau nyeri pada satu
tempat atau lebih, yang tidak dapat dijelaskan dengan pemeriksaan medis
(non-psikiatris) maupun neurologis. Simtom ini menimbulkan stres emosional
Kasus II Page 28
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
Somatoform
Somatoform Disorder memiliki karakteristik gejala fisik atau
keluhan yang muncul karena sebab psikologis
Disorder Kunci Gejala
Conversion Disorder Kehilangan fungsi pada bagian tubuh dengan alas an
psikologis daripada alasan fisik.
Somatization Disorder Riwayat keluhan tentang gejala fisik, mempengaruhi
beberapa area tubuh yang berbeda agar mendapat
perhatian secara medis namun tidak memiliki sebab fisik
Pain Disorder Riwayat keluhan tentang nyeri untuk mendapat
perhatian secara medis tetapi tidak ada penyebab fisik
Hypochondriasis Kekhawatiran kronis tentang suatu penyakit fisik namun
Kasus II Page 29
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
B. Dinamika Gangguan
C. 1. Teori Psikodinamika
Gangguan histerikal merupakan arena debat antara teori psikologi dan
biologi di abad ke-19. Pengurangan --meskipun sering hanya sementara – dari
simtom-simtom histerikal melalui hipnosis oleh Charcot, Breuer, dan Freud
memberikan kontribusi pada keyakinan bahwa penyebab histeria bersifat psikologis
dan bukan fisik dan mendorong Freud untuk mengembangkan teori pikiran yang
tidak disadari. Freud meyakini bahwa ego berfungsi untuk mengontrol impuls
seksual dan agresif yang mengancam atau tidak dapat diterima yang timbul dari id
melalui mekanisme pertahanan diri seperti represi.
Menurut teori psikodinamika, simtom histerikal memiliki fungsi :
memberikan orang tersebut keuntungan primer dan sekunder. Keuntungan primer
(primary gains) yang didapat adalah memungkinkan individu untuk
Kasus II Page 30
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
mempertahankan konflik internal direpresi. Orang tersebut sadar akan simtom fisik
yang muncul namun bukan konflik yang diwakilinya. Dalam kasus-kasus seperti itu,
“simtom” merupakan simbol dari, dan memberikan orang tersebut “pemecahan
sebagian” untuk, konflik yang mendasarinya. Misalnya, kelumpuhan histerikal dari
sebuah lengan dapat menyimbolkan dan juga mencegah individu untuk
mengekspresikan impuls seksual (contoh, masturbasi) atau agresif (contoh,
membunuh) yang tidak dapat diterima dan telah direpresi. Represi timbul secara
otomatis, sehingga individu tetap tidak sadar akan konflik yang mendasarinya. Dari
pandangan psikodinamika, gangguan konvers memiliki suatu tujuan.
Keuntungan sekunder (secondary gains) dapat memungkinkan individu
untuk menghindari tanggung jawab yang membebani dan untuk mendapatkan
dukungan – dan bukan celaan – dari orang-orang di sekitar mereka. Misalnya,
tentara terkadang mengalami “kelumpuhan” yang tiba-tiba pada tangan mereka,
yang mencegah mereka untuk menembakkan senapannya dalam pertempuran.
Mereka kemudian dapat dikirim untuk dirawat di rumah sakit dan bukan
menghadapi tembakan musuh.
C. 2. Teori Belajar
Teori Psikodinamika dan teori belajar sepakat bahwa simtom-simtom dalam
gangguan konversi dapat mengatasi kecemasan. Teoretikus psikodinamika mencari
penyebab kecemasan dalam konflik-konflik yang tidak disadari. Sedangkan
teoretikus belajar berfokus pada hal-hal yang secara langsung menguatkan simtom
dan peran sekundernya dalam membantu individu menghindari atau melarikan diri
dari situasi tidak nyaman atau situasi yang membangkitkan kecemasan.
Dalam pandangan teori belajar, simtom dari gangguan konversi dan
gangguan somatoform lain juga membawa keuntungan, atau hal-hal yang me-
reinforcing, pada “peran sakit”. Orang dengan gangguan konversi dapat
terbebaskan dari tugas atau tanggung jawab seperti pergi kerja atau melakukan
tugas rumah tangga (Miller, 1987). Menjadi sakit biasanya juga menimbulkan
Kasus II Page 31
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
simpati dan dukungan. Orang yang menerima penguatan semacam ini saat sakit di
masa lalu cenderung belajar untuk mengadopsi peran sakit bahkan saat ia sedang
tidak sakit (Kendell, 1983).
Perbedaan dalam pengalaman belajar dapat menjelaskan mengapa secara
historis, gangguan konversi lebih sering dilaporkan oleh wanita daripada pria. Hal
ini mungkin karena wanita dalam budaya Barat lebih cenderung untuk
disosialisasikan cara mengatasi stres melalui menampilkan peran sakit
dibandingkan kaum pria (Miller, 1987).
Sejumlah teoretikus belajar menghubungkan hipokondriasis dan gangguan
dismorfik tubuh dengan gangguan obsesif kompulsif. Pada hipokondriasis, orang
terganggu oleh pikiran-pikiran yang obsesif dan menimbulkan kecemasan mengenai
kesehatan mereka. Pergi dari satu dokter ke dokter lain dapat merupakan suatu dari
perilaku kompulasif yang diperkuat oleh hilangnya kecemasan yang dialami secara
temporer saat mereka diyakinkan kembali oleh dokternya bahwa ketakutan mereka
tidak terbukti. Namun pikiran-pikiran yang mengganggu kembali muncul,
mendorong mereka melakukan konsultasi yang berulang. Lingkaran tersebut
kemudian berulang. Seperti itu juga, dengan gangguan dismorfik tubuh, berdandan
dan memotong yang terus-menerus dalam usaha untuk “memperbaiki” kekurangan
fisik yang dipersepsikan dapat memberikan kebebasan secara parsial dari
kecemasan, namun “perbaikan” yang dilakukan tidak pernah cukup baik untuk
menghilangkan kekhawatirkan yang mendasari secara sepenuhnya. Satu
kemungkinan adalah bahwa hipokondriasis dan gangguan dismorfik tubuh berada
pada spektrum gangguan tipe OCD.
C. 3 Teori Kognitif
Teoretikus kognitif telah berspekulatif bahwa beberapa kasus hipokondriasis
dapat mewakili sebuah tipe dari strategi self-handicapping, suatu cara menyalahkan
kinerja yang rendah pada kesehatan yang buruk (Smith, Snyder, & Perkins, 1983).
Pada kasus-kasus lain, mengalihkan perhatian pada keluhan fisik dapat menjadi
suatu cara untuk menghidari berpikir tentang masalah kehidupan yang lain.
Kasus II Page 32
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
Penjelasan kognitif lain berfokus pada peran dari pikiran yang terdistorsi.
Orang yang menderita hipokodriasis memiliki kecenderungan untuk “membuat
gunung dari kerikil” dengan cara membesar-besarkan signifikansi dari keluhan fisik
yang minor (Barsky dkk., 2001). Mereka salah menginterpretasikan simtom-simtom
ringan yang muncul sebagai tanda dari sakit yang serius, yang menimbulkan
kecemasan yang membawa mereka dari kunjungan satu dokter ke kunjungan
dokter lain dalam usaha untuk menemukan penyakit mengancam yang takutnya
mereka miliki. Kecemasan itu sendiri dapat menghasilkan simtom fisik yang tidak
menyenangkan, yang nantinya justru semakin dianggap penting, menyebabkan
kognisi yang semakin mengkhawatirkan.
Teoretikus kognitif berspekulasi bahwa hipokondriasis dan gangguan panik,
yang sering kali terjadi secara bersamaan, dapat memiliki penyebab yang sama:
cara berpikir yang terdistorsi yang membuat orang tersebut salah mengartikan
perubahan kecil dalam sensasi tubuh sebagai tanda dari bencana yang akan terjadi
(Salkovskis & Clark, 1993). Perbedaan antara kedua gangguan itu terletak pada
apakah interpretasi yang salah dari tanda-tanda tubuh membawa sebuah persepsi
tentang ancaman yang akan segera terwujud dan lalu menyebabkan terjadinya
kecemasan yang berputar cepat (gangguan panik) ataukah tentang ancaman
dengan kisaran yang lebih panjang dalam bentuk proses penyakit yang
mendasarinya (hipokondriasis). Penelitian mengenai proses kognitif yang muncul
dalam hipokondriasis membutuhkan studi lebih lanjut. Meski ada hubungan yang
mungkin terjadi antara hipokondriasis dan gangguan kecemasan seperti gangguan
panik dan OCD, tetap tidak jelas apakah hipokondriasis harus diklasifikasikan
sebagai suatu gangguan somatoform atau gangguan kecemasan (Barsky dkk., 1992).
Kasus II Page 33
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
Sebuah pola yang menetap dari emosionalitas dan pencarian perhatian yang
berlebihan, dimulai dari awal masa dewasa dan timbul dalam konteks yang bervariasi,
seperti yang diindikasikan oleh lima (atau lebih) dari hal-hal berikut ini:
1. tidak nyaman dalam situasi dimana ia tidak menjadi pusat perhatian.
2. interaksi dengan orang lain sering dikarakterisasikan oleh tingkah laku provokatif
atau menggoda secara seksual yang tidak selayaknya.
3. menampilkan ekspresi emosi yang dangkal dan cepat berubah-ubah.
4. secara konsisten menggunakan penampilan fisik untuk menarik perhatian pada
dirinya.
5. memiliki gaya bicara yang sangat mengagumkan dengan berlebihan dan kurang
dalam detil.
6. menunjukkan dramatisasi diri (self-dramatization), ekspresi emosi yang teatrikal
dan berlebihan.
7. mudah dipengaruhi, contohnya, gampang dipengaruhi oleh orang lain/situasi.
8. menganggap suatu hubungan lebih intim daripada yang sebenarnya.
Kasus II Page 34
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
Kasus II Page 35
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
membuat mereka menarik secara fisik, secara sadar berpakaian dengan memikirkan
lawan jenis dan menjadi menarik, menawan, atau bahkan menggoda. Banyak yang
sangat intuitif dengan cepat merasakan apa yang harus dibicarakan dan bagaimana
orang lain ingin diperlakukan. Sebagian besar mempercayai orang lain dengan mudah
dan siap sedia ur melibatkan diri mereka dalam suatu hubungan.
Jenis ramah (ougtoing) (Millon et al., 1994) lebih berfokus pada keramahan
daripada "tampil". Memiliki kepercayaan diri yang besar dalam hal pengaruh dan daya
tariknya, individu jenis ini pergi keluar untuk menjadi populer dan secara alamiah tahu
bagaimana membuat orang lain menyukainya. Biasanya mereka digambarkan sebagai
individu yang hangat, hidup, dramatis, bersemangat, atau provokatif. Sebagian besar
melihat diri mereka sendiri sebagai individu yang ceria dan optimis. Kegembiraan
mereka dalam hidup menular, menggugah orang lain untuk sama gembiranya. Banyak
yang bertindak dan berpikir seperti remaja, bahkan pada usia yang lebih tua. Sebagian
besar terbuka pada kemungkinan baru dan menemukan kesenangan yang luar biasa
ketika menemui pengalaman baru.
Sperry (1995) menyatakan bahwa Individu dengan gangguan kepribadian
histrionik biasanya menjadi marah, tertekan, atau iri ketika tidak menjadi pusat
perhatian, sementara individu dengan jenis ramah menikmati pujian dan sanjungan
tanpa bergantung pada tersebut. la juga menikmati menghibur orang lain, tapi bisa
menyerahkan panggung menjadi bagian dari penonton. Secara interpersonal, individu
histrionik bergantung pada selimut pesona seksual. Hal ini berbeda dengan jenis
ramah, yang mempesona, menarik, dan halus dengan lebih pantas. Secara emosional
individu histrionik sering berubah-ubah dengan mood mereka yang dengan cepat
berganti. Di sisi lain, jenis ramah memiliki kendali emosi yang lebih tepat. Daya tarik
fisik melalui gaya dandan, pakaian, dan aksesoris karya desainer merupakan hal yang
paling penting bagi histrionik. Jenis ramah juga memiliki ketertarikan seperti itu
meskipun mereka tidak sampai pada gangguan obsesif.
Individu dengan gangguan secara kognitif global, tercampur-baur, dan
impressionistic (memberikan ide umum daripada fakta spesifik atau informasi detil),
sementara jenis normal lebih konstruktif dalam penilaian detil dan memenuhi syarat,
Kasus II Page 36
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
Kasus II Page 37
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
Kasus II Page 38
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
Appeasing Histrionic
Subtipe appeasing (memuaskan) mengkombinasikan ciri histrionik, dependen,
dan kompulsif. Persetujuan merupakan misi utama mereka dalam hidup: Kau harus
menyukai mereka; kau harus menjadi teman mereka. Untuk mencapai tujuan ini,
mereka secara terus menerus memuji, menyanjung, menyenangkan, menyetujui, dan
membuatmu merasa bahwa mereka akan melakukan apapun demi dirimu: "Kau
sangat cerdik! Kau telah melakukan pekerjaan yang sempurna! Kau terlihat sangat
cantik! Apa yang bisa ku bantu?" Kapanpun mereka merasakan ketidakacuhan, mereka
dengan cepat menambah tindakannya, memposisikan penilaian mereka kembali ke
arah yang positif. Sebagai akibatnya, mereka menampilkan gambaran akan niat baik
yang absolut, seseorang yang menganggap penghargaan adalah kepentingan moral.
Ketika ketidakcocokan terjadi, mereka dengan cepat mulai melancarkan masalah
kembali, bahkan ketika mereka harus berkorban, mengkompromikan keinginan
mereka sendiri, atau menyetujui poin yang penting. Daripada menyerang mereka yang
tidak bisa didamaikan, mereka memilih untuk merasakan luka, menggambarkan diri
mereka sebagai korban yang tidak bersalah yang terjebak di dunia yang kejam, martir
Kasus II Page 39
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
yang menderita tombak dan panah nasib yang keterlaluan, selalu merasa layak untuk
mendapatkan simpati dan rasa iba.
Implikasi dari gaya hidup mendamaikan seperti ini merupakan kompensasi bagi
kekosongan yang substansial. Di balik senyuman mereka yang ramah terdapat
kekosongan dari histrionik, rasa bersalah dari kompulsif, dan inferioritas dan
ketidakberdayaan dari dependen. Sebagian besar merasa bahwa mereka merupakan
individu yang bermasalah yang tidak dicintai dan tidak mampu. Oleh karena itu,
mereka menjadi sangat ingin menyenangkan orang lain, selalu waspada terhadap
gejala yang paling halus sekalipun kapan dan dimana penghargaan dan persetujuan
mungkin didapatkan. Secara perkembangan lebih maju daripada histrionik dasar,
individu-individu ini telah menginternalisasi suara orang tua yang menghukum yang
jatuh dengan kritikan dan teguran. Seperti compulsives hyperconform (secara
kompulsif selalu berusaha patuh), individu ini memuaskan penyiksanya, secara sadar
mengantisipasi kebutuhan mereka, dan menawarkan hanya niat dan isyarat baik
sebagai balasan dari kemarahan dan permusuhan. Intinya, mereka menjadi sangat baik
dan manis sehingga mereka bisa membuat bahkan superego dari orang yang sadis
merasa bersalah.
Tempestuous Histrionic
Varian tempestuous (bergolak) mengkombinasikan ciri kepribadian
histrionik negativistik. Individu semacam ini paling tepat digambarkan sebagai sangat
mood secara emosional berubah-ubah. Selama periode yang lebih baik, mereka
memerankan hanya ciri histrionik, menampilkan muka menarik, secara superficial
menjadi ramal suka bergaul, mengajak bicara orang lain, dan sebagai balasannya
menambahkan ekspresi emosi bebas mereka sendiri. Seperti teatrikal histrionik,
mereka dengan cepat merasa bosan, dramatis berlebihan, hipereaktif terhadap
rangsangan dari luar, dan pencari sensasi yang impulsif. Ketika dikombinasikan dengan
ciri borderline, hasilnya adalah emosional overdrive (aktivitas emosional yang
berlebihan). Seperti individu borderline, tempestuous histrionic hipersensitif terhadap
kritikan, tidak toleran terhadap frustasi, dan secara sosial tidak dewasa -karakteristik
yang hampir memastikan bahwa saat yang menyenangkan akan berlangsung lama.
Kasus II Page 40
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
Sebagian besar bergantian antara periode kesenangan emosi yang ekstrim dan
bertindak impulsif, diikuti oleh serangan kemarahan yang berubah menjadi simptom
kelelahan seperti depresif dan perubahan pola makan dan tidur.
Jika individu normal mengembangkan rasa identitas-diri yang kuat yang
membungkus dan menyembunyikan dorongan dasar dan mengatur emosi,
tempestuous histrionic tidak hanya terlapis dengan lebih tipis daripada pola histrionik
dasar tapi entah bagaimana terpecah seperti borderline. Akibatnya, mereka lebih
rentan terhadap pertunjukkan yang tidak diatur dari emosi yang mentah dan dengan
cepat berubah. Ketika tersinggung, mereka lepas kendaili, bereaksi seperti badai dan
rusuh bahkan terhadap provokasi kecil. Kekurangan perhatian, mereka mungkin
mencari persetujuan dengan kalut menjadi senang berdebat, murung, atau putus asa
ketika persetujuan tidak segera datang. Seiring dengan berjalannya waktu, individu-
individu ini sedikit demi sedikit mungkin menjadi kurang histrionik dan menjadi lebih
marah dan mengkritik orang lain, merasa terhadap keberuntungan orang lain. Mereka
juga mungkin mengembangkan preokupasi terhadap fungsi tubuh dan kesehatan, dan
secara dramatis mempertunjukkan penyakit mereka atau mengeluh tanpa akhir
mengenai penyakit untuk mendapatkan kembali perhatian dan dukungan yang hilang.
Disingenuous Histrionic
Subtipe disingenuous (tidak tulus) mensintesiskan ciri histrionik dan antisosial.
Gambar yang agak berbeda diciptakan, bergantung pada pengaruh relatif dari sifat
histrionik dan antisosial. Pada awalnya, mereka membuat kesan pertama yang baik
dan tampak muda bergaul dan tulus, menampilkan kespontanan dan pesona sehingga
orang lain dengan cepat memperlemah pertahanannya. Namun kombinasi ciri
histrionik dan antisosial membui subtipe disingenuous lebih manipulatif daripada pola
histrionik dasar dan untuk tujuan selain perhatian dan persetujuan. Bagi beberapa,
sifat histrionik mereka hanya berfungsi sebagai suatu metode yang berguna untuk
berkenalan dan membuka pintu tapi melapisi dan secara sementara menyembunyikan
karakteristik dasar dari antisosial, termasuk kemauan untuk melanggar konvensi sosial,
mengingkari janji dan menghancurkan kesetiaan, bertindak secara tidak bertanggung
jawab, dan terkadang meledak dengan kemarahan dan konfrontasi fisik. Bagi
Kasus II Page 41
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
beberapa, pengaruh antisosial berhenti di sini dengan sifat yang dianggap sebagai
akibat dari kenakalan biasa.
Namun beberapa yang lain mengkombinasikan histrionik dan karakteristik yang
lebih psikopatik. Individu ini mensinergikan keahlian, pesona, dan kemampuan sosial
histrionik yang lebih adaptif untuk membaca motif dan keinginan orang lain dengan
maksud jahat yang telah diperhitungkan. Jelas, varian ini lebih egosentris, sengaja
tidak tulus, dan mungkin lebih sadar akan manipulasi mereka daripada pola histrionik
dasar. Mereka sering tampak menikmati konflik, mendapatkan suatu tingkat kepuasan
atau kessnangan dari ketegangan dan tekanan yang dihasilkan. Karena individu
antisosial biasanya mengartikan kebaikan sebagai kelemahan, sifat histrionik mereka
yang ramah kadang-kadang membuat mereka takut kalau orang lain akan datang
untuk melihat mereka dengan cara yang persis sama. Jika mereka merasa hal tersebut
benar, mereka mungkin akan membalas impresi yang salah tersebut dengan menjadi
predator (orang yang mengeksploitasi orang lain).
Kriteria Gangguan Kepribadian Histrionik PPDGJ III (Maslim, 2001)
Gangguan kepribadian histrionik ialah gangguan kepribadian dengan ciri-ciri;
1. Ekspresi emosi yang dibuat-buat, seperti bersandiwara, yang dibesar-
besarkan.
2. Bersifat sugestif, mudah dipengaruhi oleh orang lain atau keadaan.
3. Keadaan afektif yang dangkal dan labil.
4. Terus-menerus mencari kegairahan, penghargaan dari orang lain, dan aktivitas
dimana ia menjadi pusat perhatian.
5. Penampilan atau perilaku "merangsang" yang tidak memadai.
6. Terlalu peduli dengan daya tarik fisik. Untuk diagnosa paling sedikit
dibutuhkan 3 ciri-ciri diatas.
Kasus II Page 42
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
Kasus II Page 43
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
melihat inti dari masalah yang sedang dihadapinya. Didalam lingkungan sosial ia bisa
bergaul dan berelasi sosial dengan baik, cukup terbuka, namun ia kurang dapat
menempatkan diri dilingkungan sosialnya.
XII. KESIMPULAN
S adalah adalah orang yang memiliki kebutuhan kasih sayang yang sangat besar.
Sebab hal tersebut tidak didapatnya dari kedua orang tuanya semasa ia masih kecil.
Kedua orangtuanya sibuk dengan dirinya masing masing sehingga S merasa diacuhkan
oleh mereka. Kakak-kakaknya yang selalu memperlakukan dirinya dengan keras dan
suka menyalahkan membuat S tumbuh dan berkembang menjadi seorang yang kurang
percaya diri. Begitu pula hingga saat ini, pada saat keluarga menyalahkan dirinya, S
sangat mengharapkan keberadaan suami untuk melindungi dan membelanya, namun
hal itu tidak didapatnya. Tingkah laku yang ditunjukkan S seperti sakit kepala dan mual
merupakan bentuk cara penyelesaian masalahnya. Sebab dengan pola tersebut saat ini
ia mendapatkan perhatian dari mereka. Walaupun ia telah berusaha untuk berobat
kedokter namun tidak ditemukan gangguan pada fisiknya.
Disamping itu apa yang didiagnosa oleh dokter bahwa S sedang depresi disini
dapat ditolak sebab berdasarkan hasil pemeriksaan psikologi ternyata S mengalami
gangguan hipokondrik.
XIII. DIAGNOSA
Berdasarkan simptom-simptom yang muncul serta hasil pemeriksaan psikologi
pada S, maka diagnosa yang dapat ditegakkan adalah:
Axis I : F45.4 Gangguan Hipokondrik
Axis II : -
Axis III : -
Axis IV : Masalah dengan primary support group (keluarga)
Axis V : 75 (ada gejala sementara, masih dapat diatasi, disabilitas ringan
dalam lingkungan sosial)
XIV. PROGNOSIS
Berdasarkan hasil diagnosa psikologi, S memiliki prognosis yang cukup baik. S
memiliki kemampuan kognitif yang cukup baik, dimana ia mampu mempertimbangkan
segala sesuatunya secara rasional jika akan bertindak serta masih dapat menjalin relasi
sosial yang baik dengan orang lain. Namun, S memerlukan pemahaman yang lebih baik
Kasus II Page 44
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
tentang pola berpikirnya yang cenderung kaku dan memiliki pikiran negatif dan rasa
tidak berdaya sehingga S memiliki kepercayaan diri yang lebih baik dibanding
sebelumnya.
JUNAIDI
190420080022
Kasus II Page 45
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
LAMPIRAN
LAPORAN KASUS R.M
Kasus II Page 46
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
- Ibu sibuk dengan - Ibu kurang perhatian - Sedih atas perlakuan ibu - Menangis dikamar
urusannya sendiri (main - Ibu egois padanya yg tidak - Merenungi kenapa
voli) memperhatikan dirinya nasibnya seperti ini
- Kecewa dengan perlakuan
ibu yg membedakan dirinya
dengan saudara2nya
sehingga dia berpikir
“sebenarnya dia itu anak
mereka bukan”
- Semua pekerjaan dirumah - Bingung kenapa ibu selalu - Kecewa dan sedih atas - Menangis dikamar
selalu salah dimata ibunya menyalahkannya perlakuan ibu padanya
sehingga sering dimarahi/
diomeli
Kasus II Page 47
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
kakek pada saat kelas 1 menyayangi dirinya nyaman tinggal bersama bersedih bersama nenek
dan SMP (kelas 1 s/d 3) dibandingkan kedua nenek dan kakek dan kakek, apapun yang
orangtuanya diinginkan selalu
dipenuhi.
- Kelas 2 hingga lulus SD - Kenapa harus kembali - Sedih karena harus kembali - Diam dan menurut saja
tinggal dengan ortu lagi kerumah orangtuanya kerumah ortu
Masa Remaja - Melanjutkan sekolah ke - Merupakan pilihan penting - Tidak berdaya untuk - Diam dan menurut saja
(termasuk SMEA atas saran kakak dalam hidupnya menolak apa yang kakaknya
sekolah SMP sarankan
- Ketauan merokok dan - Perlakuan kakaknya itu
dan SMEA)
ditampar oleh kakak sudah berlebihan dan dia - Tidak terima dan Marah - Kembali memukul
pikir “kakaknya sendiri saja atas apa yang dilakukan kakaknya dan merekapun
prilakunya gak bener, kakaknya bertengkar
ngapain ngurusi dirinya”
- Kelas II SMEA sakit typus - Kenapa keluarga dan - Sedih dan kecewa karena - Mengeluh pada pacarnya
dirawat di RS selama 20 orangtuanya jarang ortu dan saudaranya tidak yang sekarang jadi
hari dan keluarga tidak menjenguk dan melihatnya peduli padanya suaminya
peduli padanya selama dirawat diRS
Masa sekarang - Menikah dengan pacarnya - Dengan segera menikah - Senang dapat menikah - Mau segera menikah, saat
(2008 – saat ini) tentunya akan ada yang dengan orang yang selama pacarnya melamar utk
lebih menyayangi dan ini bisa menyayanginya menjadi pendamping
memper-hatikannya hidup nya
- Berjalan dua tahun - Kenapa prilaku suaminya - Sedih dan kecewa terhadap - Menangis
perkawinan prilaku suami saat ini berubah, sudah prilaku suami yang mulai - Mencoba menolak ber-
mulai berubah, suami tidak menyayangi dan berubah hubungan seksual dengan
mulai sibuk dengan memperhatikannya lagi - Mulai tidak nyaman dengan suami dengan cara pura2
Kasus II Page 48
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
kerjaan kantor malah sibuk dengan prilaku suami yang tidak tidur
pekerjaan sayang lagi padanya
- Menganggap dirinya hanya - Kecewa karena suami mulai
sebagai pembantu yang tidak melindungi bila
hanya dicukupkan materi saudara2 nya mulai
saja menyalahkan dirinya
- Acara tahun baru dengan - Bingung kenapa - Sedih karena justru - Melawan dan bertengkar
keluarga disumedang, S mengkhawatirkan adiknya disalahkan dengan kakak
kawatir ttg keberadaan malah dinilai salah oleh ibu
adiknya tapi malah dan kakaknya RJ
disalahkan oleh keluarga
dan tidak dibela oleh
suami
- Bingung kenapa suami - Kecewa atas sikap suami - Diam saja dan tidak
tidak membela dirinya saat yang mengacuhkan disaat berdaya atas prilaku
dia disalahkan keluarganya dia membutuhkan suami suaminya
malah justru ikut utk membelanya
menyalahkannya
Kasus II Page 49
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
menceritakan riwayat hidupnya. cukup besar untuk mencapai perasaannya terhadap orang lain. Jika ia hubungan baik dengan orang lain
Karena ia lebih banyak prestasinya disekolah. Ia lebih merasa senang, kecewa atau marah, ia dalam lingkungan sosial.
menceritakan keluhannya. S banyak menerima apa adanya hanya menampilkan dalam bentuk Walaupun pada awalnya ia
tergolong individu yang biasa- atas keinginannya itu dan bila perilaku yang sewajarnya yang terkesan menjaga jarak, namun
biasa saja disekolahnya, dan ia tidak terpenuhi maka iapun akan menurutnya dapat diterima oleh jika sudah mengenal dengan baik
lebih menyukai pelajaran olahraga diam saja. lingkungan. Ia memilih untuk memendam orang tersebut, ia akan berusaha
terutama bola volley. perasaan sedih atau kecewa yang untuk menjaga hubungan baik
dialaminya dibanding ia harus tersebut. Namun penempatan
mengungkap-kannya. dirinya dilingkungan sosial ia
kurang baik.
WB S memiliki kecerdasan yang S kurang memiliki konsentrasi S memiliki kecemasan yang dicapainya S mampu berelasi dan mengenal
berfungsi saat ini pada taraf rata- yang cukup baik untuk melalui fantasi dengan cara menarik situasi lingkungan sosial dengan
rata (IQ: 101) dimana potensi memecahkan masalah yang diri ketika ia tidak mampu berinteraksi baik (pic.arrangement:0ka,
kecerdasannya berada pada taraf dihadapinya (arithmetic: 0ki) compre:0ka). Akan tetapi, ia
dengan lingkungan. Digit span (0ka) >
(OIQ: 97). Hal ini mengindikasikan kurang mampu untuk menangkap
arithmetic (-)
S memiliki potensi kecerdasan situasi dengan cepat dan tepat
yang sudah dioptimalkan secara (object assembly:0ki), sehingga S
keseluruhan. Karena S memiliki cenderung kaku berelasi dalam
kemampuan berpikir abstrak yang lingkungan sosial.
sangat baik (sim:+), dimana S
mampu memahami instruksi
dengan baik.
Rorschach S memliki kapasitas intelektual S memiliki dorongan yg kurang Kurang peka dan kurang mampu Dalam lingkungan sosial, S
yang berada pada taraf diatas teregulasi dgn baik (M:FM = 2:3) bereaksi secara emosional mampu berinteraksi dengan
rata-rata (intelectual capacity: terlalu mempertimbangkan nilai- dilingkungannya orang lain dan cukup ramah di
(FC : (CF+C) = 1 : 0, Sum C = 0.5, lingkungan, dan dapat
high average). Namun S kurang nilai yang berlaku di masyarakat
mengontrol prilakunya
memiliki kreativitas dalam jika ingin menampilkan dorongan Respons kartu VII+IX+X = 20%, dan
dilingkungan namun kurang
berpikir (sucession:rigid; P:5), tersebut. Perbedaan rata-rata RT achromatic : dekat secara personal dengan
sehingga ia kurang memiliki chromatic = 43,8 dtk : 26,4 dtk). orang lain (F% = 30% = F% =
berbagai alternatif penyelesaian 20%-50% , FK + F + Fc < 75% =
Kasus II Page 50
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
masalah. 30%)
SSCT S memiliki potensi kecerdasan S memiliki keinginan untuk bisa Dalam bereaksi secara emosional, S selalu S berusaha untuk menjaga
yang cukup bak, yang dapat memiliki keluarga yang bahagia mempertimbangkan banyak hal. Karena ia hubungan baik dengan orang lain,
dimanfaatkannya untuk dan harmonis. Dalam mengatasi selalu menghargai dan menghormati karena S beranggapan bahwa
menyelesaikan permasalahan masalah ia memiliki keinginan orang lain. temannya pun harus bisa
yang dihadapinya. untuk bisa mengatasinya dengan mengerti orang lain
baik dan mengharapkan masa
depan yang cerah bagi dirinya dan
keluarganya.
WZT S mampu mengenali stimulus S kurang memiliki motivasi atau Kemampuan S untuk mengekspresikan Pada dasarnya S mengenali
yang dihadapinya, namun keinginan untuk mendapatkan emosional sangat terbatas (R:1,2,7,8). S tuntutan lingkungan sosial
diselesaikan dengan cara yang sesuatu (R3:inadekuat), dan juga hanya mampu bereaksi secara formal, dan disekitarnya, namun ia kurang
sangat sederhana (R:6). kurang mampu menyalurkan kurang mampu melibatkan emosi secara mampu menempatkan diri sesuai
Kreativitas berpikir S kurang energi yang dimilikinya sehingga mendalam. dengan kepribadian yang
berkembang secara optimal. keinginannya kurang mampu ia dimilikinya (R:1,8). S cenderung
(gambar kosong), sehingga ia dapatkan dengan maksimal kaku dalam berinteraksi dan
hanya terpaku pada satu pola (R5:inadekuat) kurang mampu menjalin relasi
penyelesaian masalah saja (R:4) lebih dalam dengan orang lain.
DAP S ingin tampil menonjol dengan S memiliki dorongan yang cukup S adalah sosok yang tertutup secara S kurang mampu berelasi secara
potensi yang dimilikinya, namun besar untuk menampilkan dirinya, emosional (mata tertutup). Dalam mendalam dengan orang
ia kurang mampu mengarahkan namun ia merasa tidak cukup bersikap, S selalu mempertimbangkan lain(mata tertutup), dan kurang
potensinya kearah yang tepat. kompeten (gambar tidak banyak hal, terutama kehidupan masa percaya diri (garis berulang-
proporsional, kaki kecil) lalunya (garis berulang). S kurang hangat ulang).
dengan orang lain dan kurang bisa
memberikan perhatian (badan kaku)
BAUM S memiliki konsep nalar yang S memiliki dorongan yang cukup S kurang mampu mengekspresikan diri S cenderung kurang percaya diri
cukup baik, namun ia kurang besar, namun kurang dibarengi dengan melibatkan emosi (gambar pohon jika berelasi dalam lingkungan
mampu mengorganisirnya dalam dengan usaha dan arah yang jelas sederhana). sosial (daun tertutup dan garis
kehidupan sehari-hari . untuk pencapaian tujuan yang berulang-ulang). Ia berusaha
diinginkan (batang besar). S untuk tampil sempurna
Kasus II Page 51
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
Kasus II Page 52
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
NO PERFORMANCE SCORING
CARD POSITION INQUIRY
RES PROPER LOC DET P CON FLR
I 1 V > <VΛ Kalelawar, udah Dari bentuknya hampir serupa dengan kelelawar, W F P A 1,0
RT=8” ini ada sayapnya. Udah, itu aja.
TT=21”
II 1 ΛV>Λ Kelinci Karena bentuknya menyerupai kelinci yang sedang D FM P A 1,5
RT=6” loncat (loncat) iya..disini ada dua kelinci yang
TT=57” sedang loncat saling menepuk kedua tangannya ini
loh..
III 1 Λ V <V> V Serangga Disini aja, ada tangan, mulut, mata dan ini ada D FC’ - A 1,5
RT=35” badannya. Dari matanya mirip banget dengan
TT=78” serangga (mata) iya ini matanya hitam.
2 Λ>< Λ Manusia Ada dua orang yang sedang tarik menarik dan D M P H 1,5
posisi badan mereka membungkuk (tarik menarik)
eh bukan tapi seperti sedang mengangkat sesuatu.
Dan orangnya ini seperti ada kepala, badan dan
kakinya
IV 1 VΛ>Λ (saya tidak bisa melihat apa- - - - - -
TT= 60’’ V<Λ apa disini)
Kasus II Page 53
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
V 1 Λ kupu-kupu. Semuanya ini kepala, ada antena, ini ekor dan ini W F P A 1,0
RT=24” sayapnya
TT=61”
VI 1 Λ>V Λ < V Kepala ular Bentuknya seperti kepala ular (kepala ular) dari D3 FM - Ad 1
RT=101” atas tuh terlihat ada mulut, mulutnya sedang
TT=199” terbuka
2 >V >Λ < V Mulut serangga Bentuknya runcing kayak antena dan ini kayak D4 F - Ad 1
mulutnya panjang
VII 1 Λ <> V Orang sedang terbang Iya ini dan juga kayak loncat-loncat, ini tangannya W M - H 1,5
RT=86” sedang terentang dan kesannya rambut orangnya
TT=108” terangkat.
VIII 1 V ΛV>Λ Hewan ...sedang melangkah Ini ada kakinya empat buah dan ini mukanya D1 FM P A 1,5
RT=59” seperti sedang mencari sesuatu makanan
TT=104”
IX 1 ΛV> VΛV> (Tidak ada apa apa) - - - - -
TT=69”
X 1 ΛV Bunga ya.. Ini semua bunga...yang bawah ada seperti W FC - F 1,5
RT=32” mangkok, bunganya berwarna warni ada
TT=76” kelopaknya dan warnanya macam-macam ada
warna biru, kuning, hijau, merah, orange.
Kasus II Page 54
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
2. @Λ D M P H, Obj 1,5
Respon kedua kemudian muncul figur manusia yang melakukan aktivitas, diartikan bahwa
S cukup sulit untuk berelasi secara mendalam dengan orang lain, karena tuntutan untuk
menampilkan figur manusia muncul pada respon kedua. Saat berelasi dengan orang lain, S
mengartikan sebagai hubungan saling menolong satu sama lain.
Kasus II Page 55
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
Kasus II Page 56
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
Kasus II Page 57
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
PICTURE ARRANGEMENT
1. PAT 10” Membuat pondasi atap rumah setelah selesai baru mengecat
rumahnya
2. ABCD 16” Ada orang merampok tertangkap polisi kemudian ia disidangkan
dan dihukum penjara
3. LMNO 66” Lift naik lalu pintunya terbuka dan keluarlah tiga orang dari dalam
lift (hehehe….gambarnya membingungkan)
4. JANET 65” Sebuah kendaraan sedang berjalan melihat seorang perempuan
dipinggir jalan, lalu seseorang didalam mobil memberhentikan
mobilnya karena melihat wanita itu kemudian mobilnya berhenti
dan orang itu keluar yang menghampiri gadis itu.
5. EFGHIJ 79” Seseorang sedang memancing menunggu ikan ternyata kemudian
ia mendapatkan satu ekor ikan, sesudah itu ia memancing lagi dan
mendapatkan ikan yang kedua lebih besar dari yang sebelumnya
setelah selesai memancing ia berteriak dan memberitahukan
bahwa ia sudah selesai memancing dan keluarlah seseorang dari
dalam laut.
6. ALMEUS 142” Seseorang laki-laki memberhentikan kendaraan, dengan
membawa patung perempuan ia masuk kedalam kendaraan itu,
didalam kendaraan ia terlihat berbicara dengan patung
perempuan itu seolaholah patung itu hidup. Terlihat dia memeluk
patung itu sambil menoleh kearah belakang kendaraan setelah itu
dia menangis dan dia berjalan lagi membawa patung perempuan
itu.
Kasus II Page 58
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
EVALUASI SSCT
Nama : RM
Tgl. Lahir : 27 Maret 1979 (31 thn)
Jenis Kelamin : Perempuan
Tgl. Pemeriksaan : 17 Februari 2010
I. SIKAP TERHADAP KELUARGA Score
A. Sikap Terhadap Ayah Skor : 2
1. Saya rasa bahwa ayahku jarang merhatikan aku. S memiliki pandangan yang
16. sekiranya ayahku hanya seorang yang memberikan negatif tentang ayahnya, dimana
nafkah untuk istrinya. ia menganggap bahwa ayahnya
31. Saya ingin ayahku melindungi, membela saya seorang yang kurang memberikan
46. Saya rasa, bahwa ayahku orang yang sangat perhatian padanya namun hanya
bijaksana lebih merhatikan keibunya. Tapi
baginya ayah adalah seorang
yang bijaksana
B. Sikap Terhadap Ibu Skor : 2
14. Ibuku tidak bijaksana. S kurang menyenangi hubungan
29. Ibuku dan saya tidak dekat. yang terjalin antara ia dan ibunya.
44. Saya kira, kebanyakan ibu bijaksana penuh kasih Menurut S ibunya seorang yang
sayang. kurang bijaksana sehingga ia
59. Saya suka kepada ibuku, tetapi saya tidak kurang dekat dengannya, padahal
menyukai karena beliau tidak bijaksana. ia membayangkan seorang ibu
adalah bijaksana dan penuh kasih
sayang
C. Sikap Terhadap Keluarga Skor : 2
12. Dibandingkan dengan kebanyakan keluarga, S memiliki pandangan yang
keluargaku selalu mementingkan kepuasannya negatif tentang keluarganya,
dan orang lain. karena ia mengalami masa kecil
27. Keluargaku memperlakukan saya sebagai orang dimana keluarganya tidak peduli
yang selalu melakukan kesalahan. padanya dan menganggap ia
42. Kebanyakan keluarga yang saya kenal selalu sebagai orang yang banyak
pusing dengan urusan orang lain. melakukan kesalahan.
57. Waktu saya masih seorang anak, keluargaku tidak
Kasus II Page 59
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
Kasus II Page 60
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
Kasus II Page 61
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
saya untuk lari dari rasa ketakutan itu. tua yang selalu menyalahkannya
B. Sikap Terhadap Rasa Salah Skor : 2
15. Saya bersedia menjalankan apapun saja untuk Sikap S terhadap rasa bersalah
melupakan waktu dimana saya merasa tersakiti yang telah dilakukannya cukup
dan selalu disalahkan. membuat ia merasa kecewa. Dan
30. Kesalahan saya yang terbesar adalah semua rasa bersalah itu semakin besar
kesalahan saya selalu dibesar besarkan. jika dikaitkan dengan masalah
45. Pada waktu saya lebih muda saya merasa berdosa kenakalannya dengan teman-
mengenai kenakalan saya sama teman teman. temannya seperti berbohong.
60. Hal yang terburuk yang pernah saya lakukan Apalagi kesalahan-kesalahan
berbohong dalam hal bermain dengan teman tersebut suka dibesar-besarkan.
teman.
C. Sikap Terhadap Kemampuan Diri Skor : 1
2. Bila keadaan tdk memungkinkan saya tidak jadi. S berpendapat bahwa ia berupaya
17. Saya yakin, bahwa saya mempunyai kemampuan untuk bisa mengatasi masalah
untuk sukses dalam hidup ini. yang dialaminya seperti mudah
32. Kelemahan saya yang terbesar adalah mudah terpengaruh dengan temannya
diajak gak bener sama temen. dan nantinya bisa sukses dalam
47. Bila saya mengalami nasib malang saya akan hidupnya.
menerimanya dengan ikhlas, karena setiap
manusia akan selalu mendapat cobaan dari Allah
dan saya percaya suatu saat nanti tidak akan
selamanya bernasib malang.
D. Sikap Terhadap Masa Lampau Skor : 2
9. Waktu saya masih anak-anak membosankan. S kurang menyenangi kehidupan
24. Dahulu saya tidak mempunyai kebahagiaan dari nya di masa lampau, dimana ia
orang tua saya. selalu tidak bahagia dan
39. Andaikata saya muda kembali tidak ada membosankan.
54. Kenangan yang paling jelas mengenai masa kanak-
kanak saya tidak mempunyai kebahagiaan.
E. Sikap Terhadap Masa yang Akan Datang Skor : 0
5. Bagi saya hari depan akan lebih baik. S Berpendapat bahwa masa yang
20. Saya menantikan dengan penuh harapan akan datang adalah hari yang
kebahagiaan itu akan datang untuk saya. sangat diharapkannya untuk
Kasus II Page 62
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
35. Pada suatu hari saya akan menjadi istri yang melakukan hal-hal yang
berbhakti menuruti semua keinginan suami, asal menyenangkan dan berbahagia
suami saya bisa membahagiakan dan melindungi bersama keluarga yang
perasaan saya. dicintainya.
50. Bila usiaku lebih tua akan aku bina rumah tangga
yang baik, akan aku sayangi anak anakku, akan
aku lindungi anak anakku
F. Sikap Terhadap Tujuan Hidup Skor : 0
3. Saya selalu mempunyai keinginan untuk bahagia. S menginginkan untuk bisa
18. Saya akan sangat senang kalau suami saya memiliki kehidupan yang bahagia
membahagiakan saya dan melindungi saya. dan harmonis dimana ia bisa
33. Dalam hidup ini hasrat keinginan saya yang memperoleh perhatian dan kasih
terpendam adalah keinginan mempunyai seorang sayang dari suaminya.
suami yang dimana istrinya mendapatkan
masalah dia membelanya.
49. Yang sangat saya inginkan dari hidup indah.
Kasus II Page 63
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
2. Rorschach (Klopfer)
Proportion relating to Inner resources and impulse life
M : FM = 2 : 3 = artinya masih berada dalam taraf normal tetapi mengindikasikan
pemuasan intinktual (instinctual gratification) lebih penting bagi individu daripada nilai-
nilai dalam dirinya
M : (FM + m) = 2: 3 = M < (FM+m), artinya kurang mampu untuk mengintegrasikan
antara nilai dgn dorongan yg dimilikinya shg kurang stabil dan hanya mampu
memendam dorongannya.
The organizational of affectional need
(FK+Fc) : F = 0 : 3 = (FK+Fc) > ¾ F, artinya adanya pengalaman rejected di masa kecil
secara afeksi, atau kurang diterima secara afeksi shg mempengaruhi perilaku.
Differentiated shading ≥ undifferentiated shading = (FK+Fc+Fk) ≥ (K+KF+k+kF+c+cF) =1:1,
artinya kurangnya pemenuhan kebutuhan secara afeksi, shg kurang mampu utk
menampilkan perilaku yg melibatkan afeksi. S cukup mampu bereaksi terhadap stimulus
emosional, dibandingkan dengan stimulus afeksi.
Constrictive control
Kasus II Page 64
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
3. WZT
Secara keseluruhan = kosong, kurang pandai dalam mengolah stimulus yg didapatkan,
walaupun ia mampu meresponnya dgn baik.
R 1,2,7,8 = inadekuat, kurang mampu berinteraksi secara emosional dan kurang hangat.
Kurang memiliki pengalaman yang melibatkan emosi dalam berperilaku.
R 3 = inadekuat, memiliki motivasi berprestasi yang kurang baik, dan juga kurang
mampu menyalurkan energi yang dimilikinya sehingga keinginannya kurang mampu ia
dapatkan dengan maksimal (R5. Inadekuat)
R 4, 6 = kurang terampil dalam problem solving yang sifatnya kompleks, begitu pula
dengan masalah yang sederhana.
Kasus II Page 65
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
4. DAP
Gambar kecil dikiri : regresif insecure namun tidak disertai dengan kepercayaan diri yang
cukup sehingga mengalami kecemasan (garis berulang-ulang)
Mata tertutup : kurang mampu berelasi secara mendalam dgn orang lain.
Tidak ada leher: kurangnya regulasi antara dorongan dan perasaan.
Badan kaku= kurang hangat dengan orang lain, kurang bisa memberikan perhatian.
5. BAUM
Pohon sedang : regresif dan insecure namun dibarengi dengan kecemasan (garis
berulang-ulang)
Batang besar : dorongan besar, namun kurang disertai dengan usaha dan arah yang jelas
untuk pencapaian tujuan yg diinginkan
Daun tertutup : kurang percaya diri, cenderung tertutup terhadap lingkungan luar.
Kasus II Page 66
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
PARADIGMA PSIKOPATOLOGI
Childhood
Membutuhkan ayah yg Ayah kurang berperan dlm
berperan kuat dlm keluarga keluarga
Ayah dan ibu tdk memberikan
Kebutuhan afeksi & perhatian
afek dan perhatian
dari ortu
Later Life
Diabaikan secara afeksi & emosional oleh ayah
Keluarga kurang harmonis
Hubungan dengan saudara kandung yg lain
(kakak2nya) tidak harmonis
Ibu kurang memberikan kasih sayang & perhatian
Traumatic event
Setelah dua tahun perkawinan, suami mulai kurang
memberikan perhatian dan kasih sayang
Ego Alien Ego
The Complex
Hostile kepada ibu Kebutuhan diterima o/ibu
Merasa tidak berdaya Mendapat pengakuan dari
lingkungan sekitar
Kurang mampu berelasi secara Mampu berelasi secara hangat
emosional & kurang hangat dan ekspresif secara
Anxiety
emosional
Merasa tidak berdaya
Kurang mampu berelasi Sakit Kepala yangmampu Merasa Sulit mengambil
Kurang
DAFTAR berelasitidak berdaya
PUSTAKA
secara emosional & berkepanjangan keputusan
kurang hangat secara emosional &
kurang hangat
American Psychiatric Association. 2004. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV
Text Revision. Washington DC: APA.
Davidson, C.G., Neale J.M, Kring A.M, 2006, Psikologi Abnormal, (terjemahan : Nurmalasari Fajar)
Edisi kesembilan. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada
Durand, V. M., & Barlow, D. H. 2007. Intisari Psikologi Abnormal. Edisi keempat Jilid 1. Alih Bahasa:
Helly Prajitno Soetjipto & Sri Mulyantini Soetjipto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Fausiah F, Widury J. 2008. Psikologi Abnormal Klinis Dewasa. Jakarta : Universitas Indonesia.
Kasus II Page 67
JUNAIDI 190420080022
RAHASIA
Maslim, R. 2002. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ – III. Jakarta:
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya.
Millon, T., Grossman, S., Millon, C., Meagher, S., & Ramnath, R. 2004. Personality Disorders in
Modern Life Second Edition. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Nevid, S. J., Rathus, S. A., & Greene, B. 2003. Psikologi Abnormal. Edisi 5 Jilid 2. Alih bahasa: Tim
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Jakarta: Erlangga
Wiramihardja S. A., 2007. Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung : PT. Refika Aditama
Kasus II Page 68
JUNAIDI 190420080022