Anda di halaman 1dari 15

DETERMINAN KINERJA PEMERINTAH DAERAH

PROVINSI DI INDONESIA
Suci Juniartikaa, Nurdiyanti Sugandab, Desty Wanac

a b
Universitas Tanjungpura, Indonesia
c
Politeknik Negeri Pontianak, Indonesia
sucijuniartika@gmail.com

ABSTRACT
Poverty is not only limited to the money people have, but also the problem of lack of access to
education, health, shelter, clean water and so forth. Poverty is a global and national complex issue
and is multidimensional in nature. This study aims to examine the effect of Local Revenue, General
Allocation Funds, Capital Expenditures, Audit Findings, and Indonesian Democracy Index on the
performance of local governments. The econometrics model with OLS multiple regression analysis
approach is used to test the hypotheses. The partial test results prove that the PAD, DAU, Audit
Findings and Indonesian Democracy Index significantly influence the performance of local
governments in Indonesia, while capital expenditures have no influence on the performance of
local governments in Indonesia. Simultaneously the PAD, DAU, Capital Expenditures, Audit
Findings, and Indonesian Democracy Index have a significant influence on the performance of
local governments.

Keywords: Expenditures, Audit Findings, Indonesian Democracy Index, Local Government


Performance, Revenue.
ABSTRAK
Kemiskinan tidak hanya sebatas uang yang dimiliki, tetapi juga masalah kurangnya akses pendidikan,
kesehatan, papan, air bersih dan lain sebagainya. Kemiskinan adalah masalah global dan nasional
yang kompleks dan bersifat multidimensi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh
Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Belanja Modal, Temuan Audit, dan Indeks Demokrasi
Indonesia terhadap kinerja pemerintah daerah. Model ekonometrika dengan pendekatan analisis
regresi berganda OLS digunakan untuk menguji hipotesis. Hasil pengujian secara parsial
membuktikan bahwa PAD, DAU, Temuan Audit dan Indeks Demokrasi Indonesia berpengaruh
signifikan terhadap kinerja pemerintah daerah di Indonesia, sedangkan belanja modal tidak
berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah di Indonesia. Secara simultan PAD, DAU, Belanja
Modal, Temuan Audit, dan Indeks Demokrasi Indonesia berpengaruh signifikan terhadap kinerja
pemerintah daerah

Kata Kunci: Belanja Modal, Temuan Audit, Indeks Demokrasi Indonesia, Kinerja Pemerintah
Daerah, Penerimaan Daerah.

PENDAHULUAN besar terhadap upaya pengentasan


kemiskinan karena pada dasarnya
Kemiskinan merupakan isu global maupun pembangunan yang dilakukan bertujuan
nasional yang kompleks dan bersifat untuk meningkatkan kesejahteraan
multidimensional sehingga masih menjadi masyarakat.
keprihatinan banyak pihak dalam hal Kondisi kemiskinan di Indonesia
prioritas pembangunan terutama bagi per Maret 2019 dengan jumlah penduduk
pemerintah yang harus segera dituntaskan. miskin sebesar 25,14 juta orang (9,41%)
Program pembangunan yang dilaksanakan menurun dari 25,95 juta (9,82%) pada
selama ini juga memberikan perhatian
2
Suci Juniartika, Nurdiyanti Suganda, Desty Wana

tahun 2018. Persentase penduduk miskin diperlukannya sistem pemantauan, evaluasi


terendah pada Provinsi DKI Jakarta dan pengukuran kinerja yang sistematis
sebesar 3,47%, sedangkan Persentase untuk mengukur keberhasilan suatu
penduduk miskin tertinggi pada Provinsi pemerintahan. Undang-Undang Republik
Papua sebesar 27,53%. Perkembangan Indonesia Nomor 9 Tahun 2015 tentang
tingkat kemiskinan di Indonesia pada perubahan kedua atas Undang-Undang
tahun 2014 – 2019 mengalami penurunan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014
baik sisi jumlah maupun persentasenya, tentang Pemerintahan Daerah yang
kecuali pada Maret 2015 terjadi menjelaskan bahwa Pemerintah daerah
peningkatan sebesar 0,26%. (Bagindo, diberi hak, wewenang dan kewajiban
2019) Penduduk miskin di Indonesia pada daerah otonom dari pemerintah pusat
tahun 2019 lebih banyak menempati di untuk mengatur dan mengurus sendiri
kawasan Perdesaan sebesar 15,15 juta urusan pemerintahan dan kepentingan
orang (12,85%) dibanding kawasan masyarakat setempat dalam sistem Negara
perkotaan sebanyak 9,99 juta orang Kesatuan Republik Indonesia. Setiap
(6,69%). Meskipun angka kemiskinan provinsi dan daerah diberi hak dan
menurun, upaya pengentasan kemiskinan kewajiban mengatur dan mengurus rumah
masih harus terus dilakukan agar Indonesia tangganya sendiri dengan sedikit mungkin
terlepas dari masalah kemiskinan. campur tangan dari pemerintah pusat untuk
Kemiskinan dideskripsikan tidak meningkatkan efisiensi dan efektivitas
hanya sebatas pada uang yang mereka penyelenggaraan pemerintahan dalam hal
miliki, tetapi juga masalah kurangnya pelayanan kepada masyarakat dan
akses pendidikan, kesehatan, tempat kesejahteraan masyarakat serta
tinggal, air bersih dan lain sebagainya. meningkatkan pemerataan pembangunan
Karakteristik daerah di Indonesia yang yang didukung dengan penyelenggaraan
beragam kultur dan kontur geografi tata pemerintahan yang baik (good
semakin menambah kerumitan governance).
permasalahan kemiskinan. Hal ini juga Pengelolaan keuangan daerah yang
mengakibatkan pemerintah dalam program baik akan memudahkan daerah dalam
pengentasan kemiskinan diberikan memetakan dan mengalokasikan prioritas
tergantung pada diagnosa kemiskinan yang pembangunan daerah sehingga kinerja
didapatkan dalam konteks sosial, ekonomi, daerah bisa meningkat secara signifikan.
dan kewilayahan. Wilayah papua dengan (Akbar, 2015) mengemukakan bahwa
keterbatasan infrastruktur, mengakibatkan Pengukuran kinerja pemerintah daerah di
masyarakat terhambat mengakses dalam mewujudkan kesejahteraan
kebutuhan dasar seperti pendidikan dan masyarakat terdiri dari beberapa indikator,
kesehatan. Berbeda halnya dengan wilayah yaitu tingkat pertumbuhan ekonomi,
Nusa Tenggara Timur, dimana sumber air Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
minum layak menjadi sumber masalah dari perkapita, tingkat kemiskinan, Indek
kemiskinan. Dalam hal ini perlunya Pembangunan Manusia (IPM), tingkat
peranan dan kebijakan pemerintah daerah pengangguran dan Rasio Gini. Kinerja
dalam pengentasan kemiskinan agar lebih Pemerintah daerah dapat diukur dari
terfokus dan tepat sasaran. (BPS, 2019) tingkat kesejahteraan masyarakat daerah
Peranan Pemerintah dalam tersebut. (Nugroho, 2014) dan (Renas,
pengentasan kemiskinan dengan 2014) menyatakan pengaruh karakteristik
meningkatkan efisiensi penyelenggaraan Pemerintah daerah dan temuan audit BPK
kegiatan pemerintahan dalam terhadap kinerja pemerintah daerah yang
meningkatkan pelayanan publik dan diproksikan dengan variabel IPM.
pencapaian tujuan pembangunan nasional (Mangkunegara, 2015) juga menyatakan
yang semakin besar, maka dari itu bahwa pengaruh karakteristik pemerintah
3
Suci Juniartika, Nurdiyanti Suganda, Desty Wana

daerah dan hasil pemeriksaan pada “tinggi”, yaitu Provinsi Aceh, Sumatera
kesejahteraan masyarakat yang Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi,
diproksikan dengan IPM. Sumatera Selatan, Bengkulu, Kep. Bangka
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Belitung, Kep. Riau, Jawa Barat, Jawa
atau Human Development Index adalah Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur,
indeks yang digunakan untuk Banten, Bali, Kalimantan Tengah,
menggambarkan capaian di sektor Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur,
kesejahteraan masyarakat secara agregat, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara,
karena indeks ini menangkap Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara.
perkembangan di sektor ekonomi dan Sejak tahun 2018, tidak ada provinsi yang
sosial secara bersamaan. IPM merupakan berstatus pembangunan manusia “rendah”
indikator penting untuk mengukur di Indonesia. Hal ini karena pada tahun
keberhasilan dalam upaya pembangunan 2018, status pembangunan manusia di
kualitas hidup manusia (masyarakat). IPM Provinsi Papua telah berada pada level
memberikan suatu ukuran gabungan dari “sedang”. (BPS, 2019)
tiga indikator yaitu pendidikan, kesehatan Peningkatan IPM di tingkat nasional
dan income perkapita yang mana indikator juga tercermin pada level provinsi. Selama
ini merupakan kebutuhan dasar manusia periode 2018 hingga 2019, IPM di seluruh
yang perlu dimiliki agar mampu provinsi mengalami peningkatan. Pada
meningkatkan potensinya. periode ini, tercatat tiga provinsi dengan
Pembangunan manusia di Indonesia kemajuan pembangunan manusia paling
terus mengalami kemajuan. Pada tahun cepat, yaitu Provinsi Papua Barat (1,51
2019, IPM Indonesia mencapai 71,92. persen), Provinsi Maluku Utara (1,39
Angka ini meningkat sebesar 0,53 (0,74%) persen), dan Provinsi Nusa Tenggara
dibandingkan tahun 2018 dan meningkat Timur (1,30 persen). Kemajuan
dari level “sedang” menjadi “tinggi” mulai pembangunan manusia di Provinsi Papua
tahun 2016. Selain itu, kualitas kesehatan, Barat dan Maluku Utara didorong oleh
pendidikan dan pemenuhan kebutuhan dimensi standar hidup layak, sementara di
hidup masyarakat Indonesia juga Nusa Tenggara Timur didorong oleh
mengalami peningkatan (BPS, 2019). dimensi pendidikan. (BPS, 2019)
Kemajuan pembangunan manusia pada Selain dari peningkatan IPM pada
tahun 2019 juga terlihat dari perubahan tingkat nasional, IPM berdasarkan UNDP
status pembangunan manusia di tingkat (2019) juga mengungkapkan bahwa Indeks
provinsi. Jumlah provinsi yang berstatus Indonesia pada tahun 2018 masuk dalam
“sedang” berkurang dari 12 provinsi pada kategori pembangunan tinggi dengan skor
tahun 2018 menjadi 11 provinsi pada tahun 0,707 dan berada di peringkat 6 di Asia
2019. Provinsi Sumatera Selatan yang Tenggara dan Peringkat 111 di Dunia. Hal
berstatus “sedang” pada tahun 2018 ini dapat dilihat dari kuatnya komitmen
berubah status menjadi “tinggi” pada tahun nasional untuk membangun manusia dari
2019. Hingga saat ini, terdapat 22 provinsi segi kesehatan, pendidikan, dan
yang berstatus pembangunan manusia kesejahteraan rakyat. Namun hal ini masih
4
Suci Juniartika, Nurdiyanti Suganda, Desty Wana

perlu untuk mengurangi dan akan datang. Berikut IPM 2018, di Asia
mengantisipasi ketimpangan di masa yang Tenggara, antara lain :

Sumber : UNDP, Indonesia 2019


Gambar 1 Indeks Pembangunan Manusia 2018 di Asia Tenggara
Posisi yang menduduki IPM tertinggi laporan keuangan sesuai dengan ketentuan
di Asia Tenggara yaitu Singapura dengan penyusunan laporan keuangan daerah.
perolehan skor 0,925. Setelah itu, diduduki Sumber daya keuangan pemerintah
oleh Brunei Darussalam, dan Malaysia. salah satunya pendapatan asli daerah yang
Ketiga negara tersebut masuk dalam seharusnya merupakan basis utama bagi
kategori pembangunan sangat tinggi (Very daerah sehingga ketergantungan daerah
High Human Development). Selain kepada pemerintah pusat melalui dana
Indonesia, Thailand dan Filipina juga perimbangan semakin berkurang dan pada
masuk dalam kategori pembangunan tinggi akhirnya daerah memiliki kekuatan dalam
(High Human Development). Lalu, memenuhi segala kebutuhannya terkait
Vietnam, Timor Leste, Laos, Myanmar, prosedur pelayanan publik (Yanto &
dan Kamboja termasuk dalam kategori Fattah, 2004). Selain PAD, Dana Alokasi
pembangunan menengah (Medium Human Umum (DAU) juga memiliki peranan
Development). penting dalam pembangunan karena
Pengentasan ketimpangan dalam merupakan salah satu instrumen fiskal
pembangunan dapat diperkuat dengan dana perimbangan yang bertujuan untuk
kinerja daerah. Pengukuran kinerja daerah membiayai permasalahan terutama dalam
sebagai Percepatan perwujudan bidang kesehatan dan infrastruktur
kesejahteraan masyarakat provinsi di (Ramadhani, 2019). Berdasarkan
Indonesia dengan menggunakan indikator penelitian (Renas, 2014), menunjukan
Indeks Pembangunan Manusia, tentunya bahwa kinerja pemerintah daerah
pemerintah daerah harus dapat mengelola dipengaruhi oleh ukuran daerah, tingkat
sumber daya yang dimilikinya sesuai kekayaan, status daerah, dana
dengan karakteristik masing-masing perimbangan, belanja daerah, dan temuan
daerah. (Prasetyaningsih, 2015) audit. Sedangkan (Kusumawardani, 2012)
menyatakan bahwa Pemerintah daerah menunjukan bahwa size, kemakmuran,
memiliki kondisi yang berbeda sesuai ukuran legislatif, leverage mempengaruhi
dengan sumber daya keuangan dan kinerja pemerintah daerah. Selain dari
penggunaan dalam pelaksanaan program sumber daya keuangan, sektor non
dan kegiatan. Oleh karena itu, masing – keuangan pun juga turut andil di dalam
masing daerah memiliki karakteristik atau mempengaruhi kinerja pemerintah daerah.
ciri khas tersendiri, walaupun penyajian Kepercayaan masyarakat seringkali dapat
5
Suci Juniartika, Nurdiyanti Suganda, Desty Wana

dilihat dari baik atau tidaknya opini audit tersebut memuat variabel penelitian, yakni
yang diterima dalam pemerintah daerah, Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana
semakin baik opini yang diberikan maka Alokasi Umum (DAU), Belanja Modal,
semakin kecil pula tingkat temuan audit Temuan Audit, dan Indeks Demokrasi
yang ditemukan oleh auditor. Sektor non serta Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
keuangan lainnya, yaitu Indeks Demokrasi Pengumpulan data dilakukan dengan
Indonesia (IDI). Perkembangan nilai IDI dokumentasi melalui laporan, publikasi,
dapat dilihat dari sisi lemah kehidupan dokumen dan laporan tertulis lainnya.
berdemokrasi di suatu Provinsi. Hal ini, Populasi penelitian mencakup
menyebabkan suatu pemerintah daerah seluruh pemerintah daerah provinsi di
memberikan prioritas perencanaan Indonesia selama periode 2014 – 2018
pembangunan khususnya dibidang politik. sebanyak 34 provinsi. Populasi memiliki
Penelitian ini akan menguji kualitas dan karakteristik tertentu yang
determinan kinerja pemerintah daerah ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari
provinsi di Indonesia. Beberapa pertanyaan dan kemudian ditarik kesimpulan
penelitian yang dikemukakan dalam (Sugiyono, 2017). Teknik pengambilan
penelitian ini antara lain sebagai berikut: sampel menggunakan purposive sampling
apakah Pendapatan Asli Daerah (PAD), yaitu pengambilan sampel dengan
Dana Alokasi Umum (DAU), Belanja menggunakan kriteria yang ditentukan
Modal, Temuan Audit, dan Indeks berdasarkan kebijakan dari peneliti.
Demokrasi Indonesia berpengaruh Adapun kriteria dalam penentuan sampel
terhadap kinerja pemerintah daerah di seperti pemerintah daerah yang memiliki
Indonesia dalam mensejahterakan rincian penerimaan dan pengeluaran
masyarakat. Persoalan kesejahteraan daerah sehingga dalam penelitian ini
masyarakat dan pembangunan menjadi isu terdapat 30 provinsi pemerintah daerah
menarik untuk dilakukan penelitian. Hal dengan tahun pengamatan 5 periode.
ini terus menjadi perhatian pemerintah Penelitian ini menggunakan
baik di tingkat pusat maupun daerah. pendekatan kuantitatif yang bersifat
Penelitian ini diharapkan akan eksperimen dengan maksud mencari
berkontribusi kepada institusi yang pengaruh variabel tertentu terhadap
berwenang, yaitu pemerintah pusat dan variabel lain dalam kondisi tertentu
daerah dalam melakukan evaluasi program melalui pengujian hipotesis. Penelitian ini
pengentasan kemiskinan, pertimbangan mengembangkan beberapa penelitian yang
atas kebijakan pengalokasian APBD yang telah dilakukan sebelumnya dengan
lebih tepat untuk percepatan pembangunan menguji variabel lain yang belum pernah
dalam hal penanggulangan kemiskinan. diteliti sesuai dengan dinamika ekonomi
publik. Pengujian hipotesis melibatkan
METODE PENELITIAN lima variabel independen yaitu PAD,
Penelitian ini menggunakan data sekunder DAU, Belanja Modal, Temuan Audit, dan
yang diperoleh peneliti secara tidak IDI serta satu variabel dependen yaitu
langsung. Sumber data penelitian berasal kinerja pemerintah daerah dengan proksi
dari informasi yang tersedia secara IPM.
publikasi maupun non publikasi berupa Pengujian menggunakan model
catatan atau laporan yang disampaikan ekonometrika. Teknik analisis yang
kepada instansi yang berwenang, yaitu digunakan dalam penelitian adalah
Badan Pusat Statistik (BPS) dan Badan pengujian regresi linier berganda untuk
Pemeriksa keuangan (BPK). Peneliti pengujian hipotesis dengan bantuan
mengumpulkan data tersebut melalui software eviews 8.0. Sebelum melakukan
laporan Realisasi Anggaran Pemerintah perhitungan statistik regresi linier berganda
Daerah periode tahun 2014 – 2018. Data untuk pengujian hipotesis, terlebih dahulu
6
Suci Juniartika, Nurdiyanti Suganda, Desty Wana

dilakukan uji statistik deskriptif yang dilakukan untuk mengetahui apakah


digunakan untuk memberikan uraian atau model tersebut dapat dianggap relevan
gambaran mengenai keadaan tertentu. atau tidak. Pengujian yang dilakukan
Selanjutnya dilakukan pengujian regresi pada asumsi klasik meliputi uji
dengan model persamaan yang normalitas, uji multikolinearitas,
dirumuskan, sebagai berikut : heteroskedastisitas dan autokorelasi.
γ =α + β 1 PAD+ β 2 DAU + β 3 BM + β 4 TA + Selain
β 5 IDI +itu,
e juga dilakukan pengujian
Keterangan : secara statistika yang meliputi uji
γ : IPM statistik t, uji statistik f, dan uji koefisien
BM : Belanja Modal determinasi (R2).
α : Konstanta
TA : Temuan Audit HASIL DAN PEMBAHASAN
β : Koefisien Elastisitas Deskriptif Statistik
IDI : Indeks Demokrasi Indonesia Penelitian ini menggunakan data agregat
PAD :Pendapatan Asli Daerah se-provinsi di Indonesia. Penentuan sampel
e : error dengan metode Purposive Sampling. hasil
DAU : Dana Alokasi Umum yang diperoleh sebanyak 30 Provinsi
Pengujian Uji Chow digunakan untuk dengan 5 periode tahun pengamatan. Data
menentukan apakah model masuk dalam penelitian bersumber dari data Badan Pusat
kategori Common Effect atau Fixed Statistik masing-masing provinsi dan data
effect dalam melakukan pengolahan data non keuangan dari Badan Pemeriksa
panel. Dasar penentuan model tersebut Keuangan berupa Daftar Rekapitulasi
dilihat dari nilai probabilitas, untuk cross Hasil Pemantauan Tindak Lanjut
section F, jika nilainya > 0,05, maka Rekomendasi Hasil Pemeriksaan selama
model yang dipilih CE, tetapi jika prob periode 2014 – 2018. Jumlah observasi
cross section F < 0,05 maka model yang penelitian ini sebanyak 150 objek. Hasil
terpilih adalah FE. Setelah model telah sampel pemerintah daerah yang ditentukan
dipilih, maka selanjutnya dilakukan dengan menggunakan Purposive Sampling
pengujian terhadap asumsi klasik. Hal ini sebagaimana Tabel 1.

Tabel 1 Sampel Penelitian Tahun 2014 – 2018


No. Nama Pemerintah Daerah No. Nama Pemerintah Daerah
1. Provinsi Aceh 16. Provinsi Bali
2. Provinsi Sumatera Barat 17. Provinsi Nusa Tenggara Barat
3. Provinsi Riau 18. Provinsi Nusa Tenggara Timur
4. Provinsi Jambi 19. Provinsi Kalimantan Barat
5. Provinsi Sumatera Selatan 20. Provinsi Kalimantan Tengah
6. Provinsi Bengkulu 21. Provinsi Kalimantan Selatan
7. Provinsi Lampung 22. Provinsi Kalimantan Timur
8. Provinsi Bangka Belitung 23. Provinsi Sulawesi Utara
9. Provinsi Kepulauan Riau 24. Provinsi Sulawesi Tengah
10. Provinsi DKI Jakarta 25. Provinsi Sulawesi Tenggara
11. Provinsi Jawa Barat 26. Provinsi Gorontalo
12. Provinsi Jawa Tengah 27. Provinsi Sulawesi Barat
13. Provinsi DI. Yogyakarta 28. Provinsi Maluku Utara
14. Provinsi Jawa Timur 29. Provinsi Papua Barat
15. Provinsi Banten 30. Provinsi Papua
Sumber : Data Olahan,
2020
Analisis statistik deskriptif mengenai data yang digunakan dalam
diperlukan untuk menyajikan gambaran penelitian. Data sampel yang melebihi 30
7
Suci Juniartika, Nurdiyanti Suganda, Desty Wana

objek memungkinkan untuk melakukan parametrik. Hasil pengujian statistik


pengujian menggunakan metode memberi gambaran sebagai berikut:

Tabel 2 pengujian statistik deskriptif


Variabel Obs Min Max Mean SD
PAD 150 2.03E+11 4.39E+13 4.32E+12 7.58E+12
DAU 150  0.000000 5.03E+12 1.30E+12 7.85E+11
DBM 150 6.20E+08  1.73E+13 1.52E+12 2.35E+12
TA 150 8 289 43.90667 40,94100
IDI 150 53 85,58 71.12727 6.792231
IPM 150 56,75 80,47 69.16713 4.397280
Sumber : Data Olahan, 2020
Variabel Pendapatan Asli Daerah Variabel Temuan Audit mempunyai
mempunyai nilai terendah 2.03 ×1011 dan nilai terendah 8dan nilai tertinggi sebesar
nilai tertinggi sebesar 4.39 × 1013dengan 289dengan nilai rata- rata yaitu 43.90667
nilai rata- rata yaitu 4.32 ×10 12 serta serta tingkat standar deviasi sebesar
tingkat standar deviasi sebesar 40.4100. Apabila dibandingkan nilai
7.58 ×10 12
. Apabila dibandingkan nilai standar deviasi dengan nilai rata-rata untuk
standar deviasi dengan nilai rata-rata variabel TA, standar deviasi mempunyai
untuk variabel PAD, standar deviasi nilai yang lebih kecil dibandingkan nilai
mempunyai nilai yang lebih besar rata-ratanya. Dengan demikian, nilai mean
dibandingkan nilai rata-ratanya. Dengan tersebut memiliki representasi yang baik
demikian, nilai mean tersebut belum terhadap keseluruhan data penelitian.
tepat dijadikan representasi dari Variabel Indeks Demokrasi Indonesia
keseluruhan data. mempunyai nilai terendah 53 dan nilai
Variabel Dana Alokasi Umum tertinggi sebesar 85.58dengan nilai rata-
mempunyai nilai terendah 0.00000 dan rata yaitu 71.12727 serta tingkat standar
nilai tertinggi sebesar 5.03 ×1012dengan deviasi sebesar 6.792231 Apabila
dibandingkan nilai standar deviasi dengan
nilai rata- rata yaitu 1.30 ×1012 serta
nilai rata-rata untuk variabel IDI, standar
tingkat standar deviasi sebesar 7.85 ×1011.
deviasi mempunyai nilai yang lebih kecil
Apabila dibandingkan nilai standar deviasi dibandingkan nilai rata-ratanya. Dengan
dengan nilai rata-rata untuk variabel DAU, demikian, nilai mean tersebut memiliki
standar deviasi mempunyai nilai yang representasi yang baik terhadap
lebih kecil dibandingkan nilai rata-ratanya. keseluruhan data penelitian.
Dengan demikian, nilai mean tersebut Variabel Indeks Pembangunan
memiliki representasi yang baik terhadap Manusia mempunyai nilai terendah 56.75
keseluruhan data penelitian. dan nilai tertinggi sebesar 80.47dengan
Variabel Belanja Modal mempunyai nilai rata- rata yaitu 69.16713 serta tingkat
nilai terendah 6.20 ×108 dan nilai tertinggi standar deviasi sebesar 4.397280. Apabila
sebesar 1.73 ×1013dengan nilai rata- rata dibandingkan nilai standar deviasi dengan
yaitu 1.52 ×1012 serta tingkat standar nilai rata-rata untuk variabel IPM, standar
deviasi sebesar 2.35 ×1012. Apabila deviasi mempunyai nilai yang lebih kecil
dibandingkan nilai standar deviasi dengan dibandingkan nilai rata-ratanya. Dengan
nilai rata-rata untuk variabel BM, standar demikian, nilai rata-rata tersebut memiliki
deviasi mempunyai nilai yang lebih besar representasi yang baik terhadap
dibandingkan nilai rata-ratanya. Dengan keseluruhan data penelitian.
demikian, nilai mean tersebut belum tepat Analisis Data dan Pembahasan
dijadikan representatasi dari keseluruhan Penelitian menggunakan pendekatan
data. parametrik yang bertujuan melakukan
8
Suci Juniartika, Nurdiyanti Suganda, Desty Wana

pengujian hipotesis dengan uji-t. Pengujian Pengujian normalitas digunakan


hipotesis dilakukan dengan menggunakan untuk mendeteksi data yang digunakan
analisis regresi OLS(Ordinary Least dalam penelitian berasal dari populasi
Squares). OLS melakukan estimasi terdistribusi secara normal. Data
parameter yang menentukan nilai variabel terdistribusi normal atau mendekati normal
independen. Sebelum melakukan analisis dibutuhkan untuk memenuhi syarat model
regresi, pengujian asumsi klasik diperlukan regresi yang baik. Uji normalitas yang
untuk mengetahui ada tidaknya digunakan dalam penelitian ini dengan
pelanggaran asumsi regresi linier. Uji menggunakan pendekatan analisis grafik
asumsi klasik yang dilakukan mencakup normal probability plot. Hasil Pengujian
uji normalitas, multikolinearitas, Normalitas, sebagai berikut:
heteroskedastisitas, dan autokorelasi.

16
Series: Standardized Residuals
14 Sample 2014 2018
Observations 150
12
Mean -3.85e-17
10
Median -0.040370
Maximum 1.683064
8
Minimum -1.413235
6 Std. Dev. 0.583118
Skewness 0.255122
4 Kurtosis 3.125169

2 Jarque-Bera 1.725107
Probability 0.422083
0
-1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5

Gambar 2 Hasil Uji Normalitas

Pada gambar di atas dapat dilihat hubungan korelasi yang tinggi antar
bahwa nilai probability jarque berra variabel bebas dapat dinyatakan adanya
sebesar 0,422083 > 0,05 yang berarti gejala multikolinearitas. Syarat regresi
residual data penelitian terdistribusi yang baik adalah terbebas dari masalah
secara normal. Hal ini menyebabkan multikolinearitas. Jika nilai VIF < 10,
bahwa data tersebut dapat digunakan maka dapat dikatakan bebas dari masalah
dalam penelitian. multikolinearitas, sedangkan jika nilai
Pengujian multikolinearitas VIF > 10, maka dapat dikatakan terjadi
Sumber : Data Olahan, 2020
bertujuan untuk menguji apakah model masalah multikolinearitas. Berikut hasil
regresi terbentuk adanya korelasi tinggi pengujian multikolinearitas, sebagai
atau sempurna antar variabel bebas berikut :
(independen). Jika ditemukan ada
Tabel 3 Hasil Pengujian Multikolinearitas
Centered
Variable VIF Keterangan

C  NA
PAD  3.249719 Tidak Terdapat Multikolinearitas
DAU  1.271963 Tidak Terdapat Multikolinearitas
BM  2.233666 Tidak Terdapat Multikolinearitas
TA  2.950445 Tidak Terdapat Multikolinearitas
IDI  1.063482 Tidak Terdapat Multikolinearitas
Sumber : Data Olahan, 2020
9
Suci Juniartika, Nurdiyanti Suganda, Desty Wana

Dari hasil uji multikolinearitas dapat Adanya ketidaksamaan varian dari


dilihat bahwa nilai VIF < 10, sehingga residual untuk semua pengamatan pada
dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi model regresi disebut heteroskedastisitas.
masalah multikolinearitas pada variabel Persyaratan yang harus dipenuhi dalam
penelitian tersebut. Hal ini membuktikan model regresi adalah tidak adanya gejala
bahwa data tersebut dapat digunakan heteroskedastisitas. Model pengujian
dalam penelitian. heteroskedastisitas dalam penelitian ini
Pengujian heteroskedastisitas menggunakan uji Breusch-Pagan-
digunakan untuk mengetahui ada atau Godfrey. Berikut hasil pengujian
tidaknya penyimpangan asumsi klasik. heteroskedastisitas, sebagai berikut :
Tabel 4 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey

F-statistic 1.330925    Prob. F(5,144) 0.2544


Obs*R-squared 6.625708    Prob. Chi-Square(5) 0.2500
Scaled explained SS 5.497081    Prob. Chi-Square(5) 0.3583
Sumber : Data Olahan, 2020

Berdasarkan perhitungan dengan W Test) adalah pengujian yang


metode BPG diperoleh bahwa nilai prob digunakan untuk menguji ada atau
chi-square sebesar 0,2500 > 0,05 yang tidaknya korelasi serial dalam model
artinya tidak terdapat masalah regresi atau untuk mengetahui apakah di
heteroskedastisitas. Hal ini membuktikan dalam model yang digunakan terdapat
bahwa data tersebut dapat digunakan autokorelasi diantara variabel-variabel
dalam penelitian. yang diamati. Syarat regresi yang baik,
Autokorelasi merupakan pengujian yaitu terbebas dari masalah autokorelasi.
korelasi antara residual pada satu Cara mendeteksi terjadinya autokorelasi
pengamatan dengan pengamatan lain salah satunya dengan melihat angka
pada model regresi. Autokorelasi dapat Durbin Watson (DW) yang dibandingkan
diketahui melalui uji Durbin Watson (D- dengan nilai DW pada tabel.
Tabel 5 Hasil Pengujian Autokorelasi
Test Equation:
Dependent Variable: Y
Method: Least Squares
Sample: 1 150
Included observations: 150

R-squared 0.590539    Mean dependent var -1.04E-14


Adjusted R-squared 0.570354    S.D. dependent var 3.303762
S.E. of regression 2.165530    Akaike info criterion 4.435066
Sum squared resid 665.9120    Schwarz criterion 4.595633
Log likelihood -324.6300    Hannan-Quinn criter. 4.500299
F-statistic 29.25671    Durbin-Watson stat 1.901021
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : Data Olahan, 2020

Berdasarkan tabel diatas dapat penelitian ini tidak terjadi masalah


dilihat bahwa nilai Durbin – Watson autokorelasi.
sebesar 1,901021. Sehingga du < dw < Penelitian ini menguji pengaruh
4-du, maka 1.8024 < 1.90102 < 2.1976 variabel independen yaitu PAD, DAU,
dapat dikatakan bahwa model dalam Belanja Modal, Temuan Audit, dan
10
Suci Juniartika, Nurdiyanti Suganda, Desty Wana

Indeks Demokrasi Indonesia terhadap menggunakan analisis regresi OLS untuk


variabel dependennya yakni Kinerja memperoleh gambaran menyeluruh
Pemda yang diproksikan IPM di mengenai hubungan kausalitas kedua
Indonesia. Pengujian hipotesis variabel tersebut.

Tabel 6 Hasil Pengujian Hipotesis


Dependent Variable: Y
Method: Panel Least Squares
Sample: 2014 2018
Periods included: 5
Cross-sections included: 30
Total panel (balanced) observations: 150

Variable Coefficient t-Statistic Prob.   Keputusan

C 63.34791 68.70573 0.0000


PAD 1.84E-13 3.384781 0.0010 H1 diterima
DAU 5.61E-13 5.074754 0.0000 H2 diterima
BM -3.26E-15 -0.075129 0.9402 H3 ditolak
TA -0.012234 -3.437001 0.0008 H4 diterima
IDI 0.068029 5.471160 0.0000 H5 diterima
Sumber : Data Olahan, 2020

Berdasarkan tabel diatas, maka 1.84 ×10−13, menunjukkan bahwa setiap


persamaan regresi linier berganda dapat kenaikan PAD sebesar 1 satuan, maka IPM
dirumuskan sebagai berikut: akan naik sebesar 1.84 ×10−13 dengan
γ = 63.34791 + 1.84 ×10−13PAD + asumsi variabel lain dianggap konstan.
5.61 ×10−13DAU - 3.26 ×10−15BM - PAD berpengaruh positif signifikan
0.012234TA + 0.068029IDI+e terhadap kinerja pemerintah daerah di
Nilai konstanta pada regresi tersebut Indonesia selama periode penelitian,
sebesar 63.34791, artinya bahwa jika dengan demikian H1 didukung dalam
variabel PAD, DAU, Belanja Modal, penelitian ini.
Temuan Audit, dan Indeks Demokrasi Hasil pengujian variabel DAU
Indonesia diasumsikan cateris paribus terhadap kinerja pemerintah daerah
(variabel independen dianggap konstan menghasilkan output regresi dengan nilai t-
atau nol), maka nilai IPM adalah sebesar statistik sebesar 5.074754dengan nilai
63.34791. Pengujian parsial dilakukan probabilitas 0.0000 < 0.05. hasil pengujian
untuk mendeteksi apakah variabel ini membuktikan bahwa H2 diterima atau
independen secara individu memiliki terdapat pengaruh signifikan dalam
pengaruh signifikan terhadap variabel hubungan kausal tersebut. Nilai koefisien
dependen. Pengujian hipotesis pertama elastisitas model variabel DAU sebesar
sampai kelima dalam penelitian ini 5.61 ×10−13 menunjukkan bahwa setiap
menggunakan uji-t. kenaikan DAU sebesar 1 satuan, maka IPM
Hasil pengujian variabel PAD akan naik sebesar 5.61 ×10−13dengan
terhadap kinerja pemerintah daerah asumsi variabel lain dianggap konstan.
menghasilkan output regresi dengan nilai t- DAU berpengaruh positif signifikan
statistik sebesar 3.384781 dengan nilai terhadap kinerja pemerintah daerah di
probabilitas 0.0010 < 0.05. hasil pengujian Indonesia selama periode penelitian,
ini membuktikan bahwa H1 diterima atau dengan demikian H2 didukung dalam
terdapat pengaruh signifikan dalam penelitian ini.
hubungan kausal tersebut. Nilai koefisien Hasil pengujian variabel BM terhadap
elastisitas model variabel PAD sebesar kinerja pemerintah daerah menghasilkan
11
Suci Juniartika, Nurdiyanti Suganda, Desty Wana

output regresi dengan nilai t-statistik akan turun sebesar 0.012234 dengan
sebesar -0.075129dengan nilai probabilitas asumsi variabel lain dianggap konstan. TA
0.9402 > 0.05. hasil pengujian ini berpengaruh negatif signifikan terhadap
membuktikan bahwa Ho diterima atau kinerja pemerintah daerah di Indonesia
tidak terdapat pengaruh signifikan dalam selama periode penelitian, dengan
hubungan kausal tersebut. Nilai koefisien demikian H4 didukung dalam penelitian
elastisitas model variabel BM sebesar - ini.
3.26 ×10−15 menunjukkan bahwa setiap Hasil pengujian variabel IDI terhadap
kenaikan BM sebesar 1 satuan, maka IPM kinerja pemerintah daerah menghasilkan
akan turun sebesar 3.26 ×10−15 dengan output regresi dengan nilai t-statistik
asumsi variabel lain dianggap konstan. BM sebesar 5.471160 dengan nilai probabilitas
tidak berpengaruh signifikan terhadap 0.0000 < 0.05. hasil pengujian ini
kinerja pemerintah daerah di Indonesia membuktikan bahwa H5 diterima atau
selama periode penelitian, dengan terdapat pengaruh signifikan dalam
demikian H3 tidak didukung dalam hubungan kausal tersebut. Nilai koefisien
penelitian ini. elastisitas model variabel IDI sebesar
Hasil pengujian variabel TA terhadap 0.068029 menunjukkan bahwa setiap
kinerja pemerintah daerah menghasilkan kenaikan IDI sebesar 1 satuan, maka IPM
output regresi dengan nilai t-statistik akan naik sebesar 0.068029 dengan asumsi
sebesar -3.437001dengan nilai probabilitas variabel lain dianggap konstan. IDI
0.0008 < 0.05. hasil pengujian ini berpengaruh positif signifikan terhadap
membuktikan bahwa H4 diterima atau kinerja pemerintah daerah di Indonesia
terdapat pengaruh signifikan dalam selama periode penelitian. Dengan
hubungan kausal tersebut. Nilai koefisien demikian H5 didukung dalam penelitian
elastisitas model variabel TA sebesar ini.
-0.012234 menunjukkan bahwa setiap Hasil pengujian simultan model regresi,
kenaikan TA sebesar 1 satuan, maka IPM sebagai berikut :

Tabel 7 Hasil Pengujian Simultan


69.
0.98 16
Mean dependent var
241 71
R-squared 5 3
4.3
0.97 97
S.D. dependent var
721 28
Adjusted R-squared 6 0
2.2
0.66 19
Akaike info criterion
374 12
S.E. of regression 4 3
2.9
50.6 21
Schwarz criterion
639 60
Sum squared resid 4 4
- 2.5
131. Hannan-Quinn 04
434 criter. 51
Log likelihood 2 9
1.7
188. 85
Durbin-Watson stat
959 29
F-statistic 8 6
12
Suci Juniartika, Nurdiyanti Suganda, Desty Wana

0.00
000
Prob(F-statistic) 0 H6 diterima
Sumber : Data Olahan, 2020
Berdasarkan tabel perhitungan ini sejalan dengan penelitian yang
statistik diatas, nilai Prob(F-statistic) dilakukan oleh penelitian (Wathani,
sebesar 0.0000 < 0.05. dengan demikian 2017), (Renas, 2014), dan (Indrarti,
dapat disimpulkan bahwa H6 diterima yang 2011)menjelaskan bahwa terdapat
berarti variabel PAD, DAU, BM, TA, dan hubungan yang positif antara
IDI secara bersama-sama berpengaruh pendapatan asli daerah dan kinerja
signifikan terhadap kinerja pemerintah pemerintah daerah dalam
daerah di Indonesia pada periode mewujudkan kesejahteraan
penelitian. masyarakat.
Uji koefisien determinasi (R2) Berdasarkan hasil analisis
mendeteksi seberapa besar perubahan yang DAU memiliki t hitung sebesar
terjadi pada variabel dependen dapat 5.074754 dengan nilai prob 0.0000
dijelaskan oleh perubahan variabel < 0.05, yang artinya bahwa Dana
independennya. R squared dalam Alokasi Umum berpengaruh
penelitian ini sebesar 0.982415 (98,24%), terhadap kinerja pemerintah daerah
yang artinya bahwa PAD, DAU, BM, TA, dalam mewujudkan kesejahteraan
dan IDI mampu menjelaskan variabel masyarakat di Indonesia. Dengan
Kinerja Pemda yang diproksikan dengan demikian H2 diterima. Hal ini
IPM sebesar 98,24%, sedangkan sisanya berarti semakin besar Dana Alokasi
1,76% dipengaruhi variabel lain yang tidak Umum yang dialokasikan
diteliti dalam penelitian ini. pemerintah pusat kepada
Berdasarkan hasil analisis pemerintah daerah, maka semakin
variabel Pendapatan Asli Daerah tinggi pula kinerja yang dimiliki
memiliki t hitung sebesar 3.384781, oleh pemerintah daerah tersebut.
dengan nilai prob 0.0010 < 0.05, (Indrarti, 2011) menyatakan salah
yang artinya bahwa Pendapatan satu fenomena flypaper effects
Asli Daerah berpengaruh terhadap menyiratkan bahwa daerah yang
kinerja pemerintah daerah dalam lebih bergantung pada DAU
mewujudkan kesejahteraan daripada PAD merupakan daerah
masyarakat di Indonesia. Dengan yang mampu mengelola kekayaan
demikian H1 diterima. Hal ini sumber dayanya secara lebih efisien
disebabkan oleh, PAD merupakan dan ekonomis, namun juga
salah satu sumber pendanaan yang memiliki tingkat kemandirian lebih
digunakan pemerintah daerah dalam rendah karena ketergantungannya
membiayai pembangunan daerah pada dana transfer dari pusat.
yang berimplikasi kepada Peningkatan alokasi transfer juga
masyarakat. Hal ini berarti suatu cenderung diikuti oleh pertumbuhan
kewajiban bagi pemerintah daerah belanja yang tinggi. Kinerja
untuk mengimplementasikan pemerintah daerah yang baik adalah
jumlah PAD yang dimiliki terhadap bagaimana menggunakan DAU
kinerja pemerintah daerah dalam secara efisien untuk dapat menggali
mewujudkan kesejahteraan PAD yang lebih besar. Hasil
masyarakat. Semakin tinggi PAD penelitian ini sejalan dengan
yang diperoleh suatu daerah, maka penelitian yang dilakukan oleh
semakin baik pula kinerja (Indararti, 2011), (Sumarjo, 2010),
pemerintah daerah. Hasil penelitian dan (Virgasari, 2009) menjelaskan
13
Suci Juniartika, Nurdiyanti Suganda, Desty Wana

bahwa terdapat korelasi yang EKPPD, kurang baik yang pada


signifikan terhadap kinerja akhirnya akan berpengaruh
pemerintah daerah dalam terhadap kinerja dari Pemda
mewujudkan kesejahteraan tersebut. Oleh sebab itu Pemda
masyarakat. harus lebih berhati-hati dalam
Berdasarkan hasil analisis pengelolaan keuangan negara
Belanja Modal memiliki t hitung – karena hal ini tidak hanya berkaitan
0.075129 dengan nilai prob 0.9402 dengan masalah secara akuntansi
> 0.05, yang artinya belanja modal saja, tetapi juga berkaitan dengan
tidak berpengaruh terhadap kinerja kepatuhan terhadap regulasi yang
pemerintah daerah dalam ada. Hasil penelitian ini sejalan
mewujudkan kesejahteraan dengan penelitian yang dilakukan
masyarakat di Indonesia. Dengan (Liestiani, 2008), (Mustikarini,
demikian Ho diterima dan H3 2012), dan (Ratnasari, 2016) yang
ditolak. Hal ini berarti tinggi dan menghasilkan temuan audit
rendahnya belanja modal yang berpengaruh negatif signifikan
digunakan tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah
terhadap kinerja pemerintah daerah dalam mewujudkan kesejahteraan
dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
masyarakat. Hasil penelitian ini Berdasarkan hasil analisis
tidak sejalan dengan penelitian yang Indeks Demokrasi Indonesia
dilakukan oleh (Setyowati, 2012), memiliki t hitung 5.471150, dengan
(Mirza, 2012), (Sari et al., 2014) nilai prob 0.000 < 0.05 yang berarti
menjelaskan bahwa belanja modal bahwa Indeks Demokrasi Indonesia
memberi dampak positif pada berpengaruh terhadap kinerja
indeks pembangunan manusia, pemerintah daerah dalam
sehingga dapat meningkatkan mewujudkan kesejahteraan
kinerja pemerintah daerah dalam masyarakat di Indonesia. Dengan
mewujudkan kesejahteraan demikian h5 diterima. Hal ini
masyarakat. berarti semakin tinggi nilai Indeks
Berdasarkan hasil analisis Demokrasi Indonesia, maka
Temuan audit memiliki t hitung – semakin baik kinerja pemerintah
3.437001, dengan nilai prob daerah dalam mewujudkan
0.00008 < 0.05, yang artinya kesejahteraan masyarakat. IDI
temuan audit berpengaruh negatif merupakan tantangan yang terus
terhadap kinerja pemerintah daerah harus ditingkatkan oleh pemerintah
dalam mewujudkan kesejahteraan daerah, serta diperlukannya
masyarakat di Indonesia. Dengan sinergitas antara pemerintah pusat
demikian H4 diterima. Hal ini dan daerah dalam mewujudkan
berarti semakin tinggi temuan audit demokrasi yang lebih baik di
yang ditemukan BPK semakin Indonesia. Hasil ini sejalan dengan
rendahnya kinerja pemerintah penelitian yang dilakukan oleh
daerah dalam mewujudkan penelitian (Ballester, 2010) yang
kesejahteraan masyarakat. melakukan analisis terhadap
(Mustikarini, 2012) menyatakan dampak pemilu di Filipina
bahwa semakin banyak temuan menjelaksan bahwa pemilu atau
audit menunjukkan bahwa demokrasi berdampak positif pada
pengelolaan keuangan dari Pemda sektor industri.
tersebut, yang merupakan salah satu
komponen yang dinilai dalam SIMPULAN
14
Suci Juniartika, Nurdiyanti Suganda, Desty Wana

Belanja Modal, Temuan Audit, dan Indeks periode, yaitu 2014-2018. Pengujian
Demokrasi Indonesia terhadap kinerja terhadap faktor-faktor yang dapat
pemerintah daerah dalam mewujudkan mempengaruhi kinerja pemerintah daerah
kesejahteraan masyarakat di Indonesia setidaknya membutuhkan periode
selama rentang waktu 2014-2018. Hasil penelitian yang cukup panjang.
pengujian empiris yang dilakukan
memberikan kesimpulan bahwa PAD, DAFTAR PUSTAKA
DAU, TA, dan IDI merupakan peranan Akbar, B. dan A. D. (2015). Audit Keuangan
penting dalam mempengaruhi kinerja dan Kesejahteraan Rakyat Studi Pada
pemerintah daerah dalam mewujudkan Kabupaten Badung, Tabanan dan Kota
kesejahteraan masyarakat di Indonesia, Denpasar Tahun 2013. Jurnal Tata
sedangkan Belanja Modal tidak signifikan Kelola Dan Akuntabilitas Keuangan
mempengaruhi kinerja pemerintah daerah Negara., 1(1).
di Indonesia selama periode penelitian. Ayu, I., & Yunita, C. (2016). Modal Pada
Pendapatan Asli Daerah, Dana Peningkatan Indeks Pembangunan
Alokasi Umum, dan Indeks Demokrasi Manusia Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana Bali ,
Indonesia berpengaruh positif signifikan
Bagindo, H. et al. (2019). Penghitungan dan
terhadap kinerja pemerintah daerah dalam Analisis Kemiskinan Makro Indonesia
mewujudkan kesejahteraan masyarakat Tahun 2019 (B. P. Statistik (ed.)).
pada periode penelitian dengan kondisi Ballester, et al. (2010). A Study on the Impact
ceteris paribus. Hal ini dapat dilihat dari of Election Spending on the Philippine
nilai prob yang lebih kecil dari 0.05. Economy (N. E. D. A. (NEDA) (ed.);
Temuan Audit berpengaruh negatif Issue April).
signifikan terhadap kinerja pemerintah BPS. (2019). Indeks Kemiskinan Multidimensi:
daerah, sedangkan Belanja Modal tidak Memotret Wajah-Wajah Kemiskinan Di
berpengaruh signifikan terhadap kinerja Indonesia.
pemerintah daerah dalam mewujudkan Indrarti, N. M. O. (2011). Hubungan Antara
Opini Audit Pada Laporan Keuangan
kesejahteraan masyarakat di Indonesia.
Daerah, Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Secara bersama-sama Pendapatan Asli Dan Dana Alokasi Umum (DAU)
Daerah, Dana Alokasi Umum, Belanja Terhadap Kinerja Keuangan Daerah.
Modal, Temuan Audit, dan Indeks Jurnal Ekonomi Dan Bisnis. Universitas
Demokrasi Indonesia memiliki pengaruh Riau.
signifikan terhadap kinerja pemerintah Kusumawardani, M. (2012). Pengaruh Size,
daerah dalam mewujudkan kesejahteraan Kemakmuran, Ukuran Legislatif,
masyarakat di Indonesia dengan nilai prob- Leverage Terhadap Kinerja Keuangan
f < 0.05. Pemerintah Daerah Di Indonesia.
Penelitian tentang determinan kinerja Accounting Analysis Journal.
pemerintah daerah di Indonesia memiliki Liestiani. (2008). Pengungkapan Laporan
Keuangan Pemda Kabupaten/Kota di
cakupan variabel yang luas sehingga
Indonesia Untuk Tahun Anggaran 2006.
memunculkan beberapa keterbatasan dalam Skripsi, Universitas Indonesia.
beberapa hal. Hal ini memerlukan Mangkunegara, I. (2015). Pengaruh
perluasan dan pengembangan bagi Karakteristik Pemerintah Daerah
penelitian selanjutnya dalam rangka Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah
mengisi keterbatasan tersebut. keterbatasan pada Kota dan Kabupaten di Sumatera
pertama, pemerintah daerah yang dijadikan Utara. Jurnal Tata Kelola Dan
sampel adalah hanya provinsi, diharapkan Akuntabilitas Keuangan Negara, 1(2),
penelitian selanjutnya mengambil 145.
keseluruhan kab/kota di pemerintah daerah Mirza, D. S. (2012). Pengaruh Kemiskinan,
Indonesia. Keterbatasan selanjutnya, Pertumbuhan Ekonomi dan Belanja
Modal terhadap Indeks Pembangunan
rentang waktu penelitian hanya lima
Manusia di Jawa Tengah Tahun 2006-
15
Suci Juniartika, Nurdiyanti Suganda, Desty Wana

2009. Economics Development Analysis Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.


Journal., 1(1). Alfabeta.
Muid, D. (2014). Audit BPK Terhadap Kinerja Sumarjo, H. (2010). Pengaruh Karakteristik
Pemerintah Daerah Studi Pada Pemerintah Daerah Terhadap Kinerja
Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota Di Keuangan Pemerintah Daeah (Studi
Provinsi Jawa Tengah Periode 2009- Empiris Pada Pemerintah Daerah
2011 Jurusan Akuntansi Fakultas Kabupaten/Kota Di Indonesia.
Ekonomika dan Bisnis Universitas Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Diponegoro Jl . Prof . Soedartho SH Virgasari, A. (2009). Hubungan Antara Opini
Tembalang , Semarang 50239 , Phone + Auditor pada Laporan Keuangan Daerah,
622476486851 Keywords : PAD dan DAU dengan Kinerja Keuangan
Characteristics Local Government , Audit Daerah. Skripsi. Universitas Brawijaya
Findings ,, Local Government. 4, 1–15. Malang.
Mustikarini, W. A. dan D. F. (2012). Pengaruh Wathani, H. I. (2017). Pengaruh Karakteristik
Karakteristik Pemerintah Daerah Dan Kepala Daerah, Karakteristik Pemerintah
Temuan Audit Bpk Terhadap Kinerja Daerah dan Opini Audit terhadap Kinerja
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kotadi Pemerintah Daerah serta Implikasinya
Indonesia Tahun Anggaran 2007. Terhadap IPM di NTB. Mataram:
Banjarmasin: Simposium Nasional Universitas Mataram.
Akuntansi XV. Yanto, E., & Fattah, V. (2004). Pengaruh
Nugroho, R. A. (2014). Pengaruh Karakteristik Pendapatan Asli Daerah ( Pad ) Dan
Pemerintah Daerah dan Temuan Audit Belanja Modal Terhadap Indeks
BPK terhadap Kinerja Pemerintah Pembangunan Manusia ( Ipm ) ( Survei
Daerah. Skripsi. Universitas Diponegoro. Pada Kabupaten / Kota Di Sulawesi
Prasetyaningsih, E. (2015). Pengaruh Tengah ). 125–135.
Karakteristik Keuangan Daerah Dan
Temuan Audit Terhadap Kinerja
Pemerintah Pada Pemerintah Daerah Se-
Indonesia. Thesis. Surakarta : Universitas
Sebelas Maret.
Ramadhani, S. D. C. U. (2019). Pengaruh
Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi
Dan Dana Abntuan Pemerintah Terhadap
Peningkatan Indeks Pembangunan
Manusia. Majalah Ilmiah Solusi., 17(1).
Ratnasari, A. Y. U. D. (2016). Daerah Wajib
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
( Studi pada Pemerintah Provinsi di
Indonesia Periode 2012-2014 ). 1–25.
Renas, D. M. (2014). Pengaruh Karakteristik
Pemerintah Daerah dan Temuan Audit
BPK Terhadap Kinerja Pemerintah
Daerah. Diponegoro Journal of
Accounting. Vol.3. No.3.
Sari, G. N., Kindangen, P., Rotinsulu, T. O., &
Ratulangi, U. S. (2014). Pengaruh
Kinerja Keuangan Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Perkotaan Di
Sulawesi Utara Tahun 2004 – 2014.
Setyowati, L. dan Y. K. S. (2012). Pengaruh
Pertumbuhan Ekonomi, DAU, DAK, PAD
terhadap Indeks Pembangunan Manusia
dengan Pengalokasian Belanha Modal
Sebagai Variabel Intervening. 9(1).
Sugiyono. (2017). Metode Penelitia

Anda mungkin juga menyukai