Anda di halaman 1dari 21

P ISSN : 2502-4035 Membentuk sekolah yang efektif 43

E ISSN : 2354-6301

MEMBENTUK SEKOLAH YANG EFEKTIF

Oleh :
Mohammad Nurul Huda
STAI Luqman al Hakim Surabaya

Abstrak
Jenis studi yang banyak mengkaji keberadaan sekolah pada tingkat
mikro adalah studi mengenai keefektifan sekolah yang melihat faktor input, proses,
dan output atau outcome sekolah secara keseluruhan serta bagaimana hubungan
yang terjadi antara input dan proses dengan output atau outcome sekolah.
Pengalaman di berbagai negara menunjukkan bahwa studi keefektifan sekolah
telah banyak membantu dalam memecahkan masalah pendidikan dalam kaitan
dengan peningkatan mutu pendidikan. Pemahaman terhadap institusi sekolah
secara menyeluruh sangat penting karena basis utama pendidikan adalah sekolah.
Pentingnya pemahaman terhadap keefektifan sekolah tidak saja dalam
kaitan dengan meningkatkan mutu pendidikan tetapi juga sejalan dengan
kebijakan nasional yaitu desentralisasi pendidikan dalam rangka pelaksanaan
otonomi daerah. Berkenaan dengan desentralisasi pendidikan tersebut, di bidang
pendidikan dasar, Depdiknas telah menyiapkan konsep otonomi sekolah yaitu
manajemen berbasis sekolah. Dengan konsep ini, pemerintah tidak hanya berharap
pada meningkatnya mutu pendidikan melainkan juga tercapainya pemerataan,
relevansi, dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan.
Kata Kunci: Sekolah, Efektif

A. Latar Belakang
Salah satu masalah yang sangat serius dalam bidang pendidikan di tanah air
kita saat ini adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenis dan jenjang
pendidikan. Banyak pihak berpendapat bahwa rendahnya mutu pendidikan
merupakan salah satu faktor yang menghambat penyediaan sumber daya manusia
yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi tuntutan pembangunan
bangsa di berbagai bidang. Rendahnya mutu pendidikan terkait dengan skenario yang

Ta’dibi : Jurnal Prodi Manajemen Pendidikan Islam


Volume VII Nomor 2, Maret-Agustus 2019
P ISSN : 2502-4035 Membentuk sekolah yang efektif 44
E ISSN : 2354-6301

dipakai oleh pemerintah dalam membangun pendidikan, yang selama ini lebih
menekankan pada pendekatan input dan output.
Pemerintah berkeyakinan bahwa dengan meningkatkan mutu input maka
dengan sendirinya akan dapat meningkatkan mutu output. Dengan keyakinan tersebut,
kebijakan dan upaya yang ditempuh pemerintah adalah pengadaan sarana dan
prasarana pendidikan, pengadaan guru, menatar para guru, dan menyediakan dana
operasional pendidikan secara lebih memadai. Namun, output yang muncul tidak
sesuai dengan apa yang diharapkan. Misalnya, pengadaan sarana dan prasarana
pendidikan ternyata tidak serta merta meningkatkan mutu pendidikan. Sarana dan
prasarana yang memadai malah dapat menjadi pemicu stagnasi dalam perkembangan
pendidikan di sekolah tertentu. Kenyataan tersebut memberi gambaran umum bahwa
pendekatan input dan output secara makro belum menjamin peningkatan mutu sekolah
dalam rangka meningkatkan dan meratakan mutu pendidikan. Hal ini tidak saja
terjadi di Indonesia tetapi juga terjadi di negara-negara lain. Hasil penelitian untuk
sekolah dasar negeri di Amerika Serikat dan Inggris menunjukkan bahwa input
sekolah mempunyai pengaruh yang kecil terhadap hasil belajar siswa.1
Pendekatan input dan output yang bersifat makro tersebut kurang
memperhatikan aspek yang bersifat mikro yaitu proses yang terjadi di sekolah.
Dengan kata lain, dalam membangun pendidikan, selain memakai pendekatan makro
juga perlu memperhatikan pendekatan mikro yaitu dengan memberi fokus secara
lebih luas pada institusi sekolah yang berkenaan dengan kondisi keseluruhan sekolah
seperti iklim sekolah dan individu-individu yang terlibat di sekolah baik guru, siswa,
dan kepala sekolah serta peranannya masing-masing dan hubungan yang terjadi satu
sama lain. Dalam kaitan ini Brookover (1979) mengungkapkan bahwa input sekolah
memang penting tetapi yang jauh lebih penting adalah bagaimana mendayagunakan
input tersebut yang terkait dengan individu-individu di sekolah.
Jenis studi yang banyak mengkaji keberadaan sekolah pada tingkat mikro
adalah studi mengenai keefektifan sekolah yang melihat faktor input, proses, dan
output atau outcome sekolah secara keseluruhan serta bagaimana hubungan yang
terjadi antara input dan proses dengan output atau outcome sekolah. Pengalaman di

1
Abbas Ghozali, Tinjauan Literatur : Effective School Research, Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, No. 021. Tahun ke-5, Januari 2000, Balitbang Depdiknas

Ta’dibi : Jurnal Prodi Manajemen Pendidikan Islam


Volume VII Nomor 2, Maret-Agustus 2019
P ISSN : 2502-4035 Membentuk sekolah yang efektif 45
E ISSN : 2354-6301

berbagai negara menunjukkan bahwa studi keefektifan sekolah telah banyak


membantu dalam memecahkan masalah pendidikan dalam kaitan dengan peningkatan
mutu pendidikan. Pemahaman terhadap institusi sekolah secara menyeluruh sangat
penting karena basis utama pendidikan adalah sekolah.
Pentingnya pemahaman terhadap keefektifan sekolah tidak saja dalam kaitan
dengan meningkatkan mutu pendidikan tetapi juga sejalan dengan kebijakan nasional
yaitu desentralisasi pendidikan dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah. Berkenaan
dengan desentralisasi pendidikan tersebut, di bidang pendidikan dasar, Depdiknas
telah menyiapkan konsep otonomi sekolah yaitu manajemen berbasis sekolah.
Dengan konsep ini, pemerintah tidak hanya berharap pada meningkatnya mutu
pendidikan melainkan juga tercapainya pemerataan, relevansi, dan efisiensi
penyelenggaraan pendidikan.
Dengan adanya otonomi sekolah, diharapkan sekolah dapat lebih leluasa
mengelola sumber daya pendidikan dengan mengalokasikannya sesuai dengan
prioritas kebutuhan serta sekolah dapat lebih tanggap terhadap kebutuhan masyarakat
setempat, dan mampu melibatkan masyarakat dalam membantu dan mengontrol
pengelolaan pendidikan pada tingkat sekolah.
Sekolah merupakan suatu institusi yang didalamnya terdapat komponen guru,
siswa, dan staf administrasi yang masing-masing mempunyai tugas tertentu dalam
melancarkan program. Sebagai institusi pendidikan formal, sekolah dituntut
menghasilkan lulusan yang mempunyai kemampuan akademis tertentu, keterampilan,
sikap dan mental, serta kepribadian lainnya sehingga mereka dapat melanjutkan ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau bekerja pada lapangan pekerjaan yang
membutuhkan keahlian dan keterampilannya.
Keberhasilan sekolah merupakan ukuran bersifat mikro yang didasarkan pada
tujuan dan sasaran pendidikan pada tingkat sekolah sejalan dengan tujuan pendidikan
nasional serta sejauh mana tujuan itu dapat dicapai pada periode tertentu sesuai
dengan lamanya pendidikan yang berlangsung di sekolah.
Berdasarkan sudut pandang keberhasilan sekolah tersebut, kemudian dikenal
sekolah efektif dan efisien yang mengacu pada sejauh mana sekolah dapat mencapai
tujuan dan sasaran pendidikan yag telah ditetapkan. Dengan kata lain, sekolah disebut
efektif jika sekolah tersebut dapat mencapai apa yang telah direncanakan. Pengertian

Ta’dibi : Jurnal Prodi Manajemen Pendidikan Islam


Volume VII Nomor 2, Maret-Agustus 2019
P ISSN : 2502-4035 Membentuk sekolah yang efektif 46
E ISSN : 2354-6301

umum sekolah efektif juga berkaitan dengan perumusan apa yang harus dikerjakan
dengan apa yang telah dicapai. Sehingga suatu sekolah akan disebut efektif jika
terdapat hubungan yang kuat antara apa yang telah dirumuskan untuk dikerjakan
dengan hasil-hasil yang dicapai oleh sekolah, sebaliknya sekolah dikatakan tidak
efektif bila hubungan tersebut rendah (Getzel, 1969).

B. Pengertian Sekolah Efektif


Sekolah efektif adalah sekolah yang memiliki standar pengelolaan yang
baik, transparan, responsibel dan akuntabel, serta mampu memberdayakan
setiap komponen penting sekolah, baik secara internal maupun eksternal,
dalam rangka pencapaian visi-misi-tujuan sekolah secara efektif dan efesien.2
Telah banyak upaya yang dilakukan untuk menjadikan sekolah dapat
memenuhi peran, tugas dan fungsinya sebagai agen pembaharuan, agen
pelayanan masyarakat, dan agen pengembangan sumber daya manusia yang
berkualitas. Banyak diantaranya yang sudah berhasil, tapi ada jumlah yang lebih
banyak lagi yang tidak atau kurang berhasil.
Kemunculan konsep pilar-pilar sekolah efektif menjadi penting, karena
dipandang sebagai terobosan dalam dunia pendidikan di era modern ini.
Sekolah efektif adalah sekolah yang memiliki sistem pengelolaan yang
baik, transparan dan akuntabel, serta mampu memberdayakan setiap
komponen penting sekolah, baik secara internal maupun eksternal, dalam
rangka pencapaian visi-misi-tujuan sekolah secara efektif dan efesien.
Efektivitas sekolah terdiri dari dimensi manajemen dan kepemimpian
sekolah, guru, tenaga kependidikan, personel lainnya, siswa, kurikulum, sarana
prasarana, pengelolaan kelas, hubungan sekolah dan masyarakatnya,
pengelolaan bidang khusus lainnya, hasil nyatanya merujuk pada hasil yang
diharapkan bahkan menunjukkan kedekatan atau kemiripan antara hasil nyata
dengan hasil yang diharapkan.3

2
Abbas Ghozali, Tinjauan Literatur : Effective School Research, Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, No. 021. Tahun ke-5, Januari 2000, Balitbang Depdiknas
3
Juanda Kasim , ContextualTeaching and Learning (CTL), Sebagai Salah Satu
Alternatif Untuk Dunia Pendidikan Indonesia, UNJ, 2005

Ta’dibi : Jurnal Prodi Manajemen Pendidikan Islam


Volume VII Nomor 2, Maret-Agustus 2019
P ISSN : 2502-4035 Membentuk sekolah yang efektif 47
E ISSN : 2354-6301

Beberapa pengertian mengenai Sekolah Efektif menurut para ahli:


1. Menurut Komariah & Triatna (2004: 28), Sekolah efektif sebagai
sekolah yang menetapkan keberhasilan pada input, proses, output, dan
outcome yang ditandai dengan berkualitasnya komponen-komponen
system tersebut.
2. Menurut Allan A. Glatthron (1990:2-17), Sekolah efektif adalah sekolah
yang mempunyai beberapa karakteristik yaitu: adanya organizational
leadership (Kepemimpinan Organisasi), curriculum leadership
(Kepemimpian Kurikulum), supervisiory leadership (Pemimpin Sebagai
Pengawas), dan management (Manajemen).
Beberapa faktor yang berhubungan dengan fungsi yang menjamin bahwa
organisasi itu dapat mengadakan pembaharuan dengan berorientasi pada
pemecahan masalah:
a. Nilai-nilai budaya dan dukungan yang baik.
b. Sekolah mempunyai misi yang jelas, untuk mengembangkan siswa secara
optimal.
c. Adanya kebijakan sekolah yang memudahkan pencapaian tujuan.
d. Adanya keseimbangan

Ciri – Ciri Sekolah yang efektif menurut para ahli :


1. David A. Squires, et.al. (1983) ciri-ciri sekolah efektif yaitu:
a. Adanya standar disiplin yang berlaku bagi kepala sekolah, guru, siswa,
dan karyawan di sekolah
b. Memiliki suatu keteraturan dalam rutinitas kegiatan di kelas
c. Mempunyai standar prestasi sekolah yang sangat tinggi
d. Siswa diharapkan mampu mencapai tujuan yang telah direncanakan
e. Siswa diharapkan lulus dengan menguasai pengetahuan akademik
f. Adanya penghargaan bagi siswa yang berprestasi
g. Siswa berpendapat kerja keras lebih penting dari pada faktor
keberuntungan dalam meraih prestasi
h. Para siswa diharapkan mempunyai tanggung jawab yang diakui secara
umum

Ta’dibi : Jurnal Prodi Manajemen Pendidikan Islam


Volume VII Nomor 2, Maret-Agustus 2019
P ISSN : 2502-4035 Membentuk sekolah yang efektif 48
E ISSN : 2354-6301

i. Kepala sekolah mempunyai program inservice, pengawasan, supervisi,


serta menyediakan waktu untuk membuat rencana bersama-sama
dengan para guru dan memungkinkan adanya umpan balik demi
keberhasilan prestasi akademiknya.
2. Jaap Scheerens (1992) sekolah yang efektif mempunyai lima ciri penting
yaitu;
a. Kepemimpinan yang kuat
b. Penekanan pada pencapaian kemampuan dasar
c. Adanya lingkungan yang nyaman
d. Harapan yang tinggi pada prestasi siswa
e. Penilaian secara rutin mengenai program yang dibuat siswa.

3. Edmons (1979) lima karakteristik sekolah efektif yaitu :


a. Kepemimpinan dan perhatian kepala sekolah terhadap kualitas
pengajaran
b. Pemahaman yang mendalam terhadap pengajaran
c. Iklim yang nyaman dan tertib bagi berlangsungnya pengajaran dan
pembelajaran
d. Harapan bahwa semua siswa minimal akan menguasai ilmu
pengetahuan tertentu
e. Penilaian siswa yang didasarkan pada hasil pengukuran hasil belajar
siswa.

4. Di Inggris , hasil penelitian Rutter (tahun 1979) melaporkan bahwa


sekolah harus memiliki ciri-ciri:
a. Menekankan pada pembelajaran
b. Guru merencanakan bersama dan bekerja sama dalam pelaksanaan
pembelajaran
c. Ada supervisi yang terarah dari guru senior dan kepsek

Ta’dibi : Jurnal Prodi Manajemen Pendidikan Islam


Volume VII Nomor 2, Maret-Agustus 2019
P ISSN : 2502-4035 Membentuk sekolah yang efektif 49
E ISSN : 2354-6301

5. Di Amerika Serikat, penelitian Weber (1971), Austin (1978), Brookeover &


Lezotte (1979), Edmonds & Frederickson (1979), Phi Delta Kappa (1980),
secara meta analisis menyimpulkan bahwa sekolah mempunyai ciri:
a. Kepemimpinannya kuat
b. Memiliki harapan yang tinggi bagi siswa dan guru
c. Lingkungannya yang kondusif
d. Kepala sekolah berperan sebagai ‘instructional leader’
e. Kemajuan prestasi belajar siswa sering dimonitor
f. Adanya dukungan pelibatan orang tua secara aktif

6. Berdasarkan hasil-hasil penelitian di atas, maka Berdasarkan meta analisis


yang dilakukan MacBeath & Mortimer (tahun 2001), disimpulkan bahwa
Sekolah Efektif itu memiliki ciri-ciri :
a. Visi dan misi yang jelas
b. Kepala sekolah yang professional
c. Guru yang professional
d. Lingkungan belajar yang kondusif
e. Ramah siswa
f. Manajemen yang kuat
g. Kurikulum yang luas dan berimbang
h. Penilaian dan pelaporan prestasi siswa yang bermakna
i. Pelibatan masyarakat yang tinggi
Atas dasar hasil meta analisis tersebutlah kemudian MacBeath &
Mortier (2001) menjabarkan lebih lanjut masing-masing ciri/karakteristik
sekolah efektif tersebut secara lengkap yang kemudian disebut sebagai
indikator-indikator sekolah efektif.

7. Edward Heneveld (1992) yang mengungkapkan serangkaian indikator


berupa 16 faktor yang berkenaan dengan sekolah efektif yaitu :
a. Dukungan orangtua siswa dan lingkungan
b. Dukungan yang efektif dari sistem pendidikan
c. Dukungan materi yang cukup

Ta’dibi : Jurnal Prodi Manajemen Pendidikan Islam


Volume VII Nomor 2, Maret-Agustus 2019
P ISSN : 2502-4035 Membentuk sekolah yang efektif 50
E ISSN : 2354-6301

d. Kepemimpinan yang efektif


e. Pengajaran yang baik
f. Fleksibilitas dan otonomi
g. Waktu yang cukup di sekolah
h. Harapan yang tinggi dari siswa
i. Sikap yang positif dari para guru
j. Peraturan dan disiplin
k. Kurikulum yang terorganisir
l. Adanya penghargaan dan insentif
m. Waktu pembelajaran yang cukup
n. Variasi strategi pengajaran
o. Frekuensi pekerjaan rumah
p. Adanya penilaian dan umpan balik sesering mungkin.

Bertitik tolak pada dari berbagai teori tersebut, terungkap bahwa


pengertian sekolah efektif memandang sekolah sebagai suatu sistem yang
mencakup banyak aspek baik input, proses, output maupun outcome serta
tatanan yang ada dalam sekolah tersebut. Dimana berbagai aspek yang ada
dapat memberikan dukungan satu sama lain untuk mencapai visi, misi dan
tujuan, dari sekolah yang dikelola secara efektif dan efisien.
Input sekolah adalah segala masukan yang dibutuhkan sekolah untuk
terjadinya pemrosesan guna mendapatkan output yang diharapkan. Input
sekolah antara lain manusia (man), uang (money), material atau bahan-bahan
(materials), metode-metode (methods), dan mesin-mesin (mechine).
a. Manusia (man) yang dibutuhkan sebagai masukan bagi proses pendidikan
adalah siswa sebagai bahan utama atau bahan mentah (raw input). Untuk
menghasilkan manusia seutuhnya diperlukan input manusia yang memiliki
potensi untuk dididik, dilatih, dibimbing, dan dikembangkan menjadi
manusia seutuhnya.
b. Uang (money) merupakan masukan yang melancarkan pemrosesan raw
input, walaupun bukan yang paling esensial tetapi tidak ada uang maka
perwujudan manusia seutuhnya diragukan. Kedudukan uang daam input

Ta’dibi : Jurnal Prodi Manajemen Pendidikan Islam


Volume VII Nomor 2, Maret-Agustus 2019
P ISSN : 2502-4035 Membentuk sekolah yang efektif 51
E ISSN : 2354-6301

pendidikan sangat pentinh untuk membiayai semua program yang telah


ditetapkan. Keuangan sekolah barasal dari pemerintah, masyarakat, dan
orang tua atau wali.
c. Bahan-bahan (materials) adalah bahan fisik yang diperlukan untuk
menunjang terjadinya proses pembelajaran disekolah guna membentuk
siswa seutuhnya. Bahan-bahan atau barang-barang tersebut adalah berupa
sarana dan prasarana, alat-alat pendidikan, dan sumber pendidikan.
d. Metode (methods) Yaitu metode pembelajaran atau cara-cara, teknik, dan
strategi yang dikembangkan sekolah dalam melaksanakan proses
pendidikan.
e. Mesin (mechine) adalah seperangkat yang mendukung terjadinya proses
pembelajaran, dapat berupa teknologi, komputer, radio, televisi, mobil, atau
media-media yang menggunakan teknologi.
Input disini dapat dikategorikan menjadi dua yaitu input sumber daya
dan input manajemen atau kepemimpinan. Input sumber daya meliputi sumber
daya manusia ( terdiri dari kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan
lainnya ) dan sumber daya lain ( terdiri dari uang, peralatan, perlengkapan,
bahan, bangunan, dan lainnya ). Input Manajemen adalah input potensial bagi
pembentukan sistem yang efektif dan efisien.
Proses penyalenggaraan sekolah menurut Komariah dan triatna adalah kiat
manajemen sekolah dalam mengelola masukan-masukan agar tercapai tujuan
yang telah ditetapkan ( output sekolah ). Proses berlangsungnya sekolah pada
intinya adalah berlangsungnya pembelajaran yaitu terjadinya interaksi antara
siswa dengan guru yang didukung oleh perangkat lain sebagai bagian dari
proses pembelajaran. Daya dukung tersebut adalah satu kesatuan aksi yang
menciptakan sinergi proses belajar mengajar yaitu :
a. Proses kepemimpinan yang menghasilkan keputusan-keputusan
kelembagaan, pemotivasian staf, dan penyebaran inovasi.
b. Proses manajemen yang menghasilkan aturan-aturan penyelenggaraan,
pengelolaan kelembagaan, pengelolaan program, pengkoordinasian
kegiatan, memonitoring, dan evaluasi.4

4
Sutomo, dkk. . Manajemen Sekolah.Semarang.UPT MKK Universitas Negeri Semarang,2007

Ta’dibi : Jurnal Prodi Manajemen Pendidikan Islam


Volume VII Nomor 2, Maret-Agustus 2019
P ISSN : 2502-4035 Membentuk sekolah yang efektif 52
E ISSN : 2354-6301

Output dari aktivitas sekolah segala sesuatu yang kita pelajari disekolah yaitu
seberapa banyak yang dipelajari dan seberapa baik kita mempelajarinya. Output
sekolah yaitu berupa kelulusan siswa, siswa yang lulus dengan sangat baik dan
siswa yang lulus dengan biasa-biasa saja. Output sekolah berfokus pada siswa
yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan. Output sekolah adalah lulusan
yang berguna bagi kehidupan yang bermanfaat bagi dirinya, keluarga, dan
lingkunganya. Artinya, lulusan semacam ini mencakup outcome.
Outcome pada pendidikan dasar dan menengah adalah siswa yang dapat
melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, sedangkan jika tidak
melanjutkan maka dalam kehidupannya dapat mencari nafkah dengan bekerja
kepada orang lain atau mandiri, hidup layak, dapat bersosialisasi, dan
bermasyarakat.5

C. Cara Mengetahui Keefektifan Sekolah :


1. Terjalinnya Komunikasi yang Baik
Komunikasi dalam manajemen sekolah sangat diperlukan, baik
komunikasi interen maupun ekstern. Kedua komunikasi tersebut sangat
berpengaruh terhadap kelancaran, kemudahan, dan kenyamanan dalam
melaksanakan tugas.
a. Komunikasi Interen
Komunikasi interen merupakan komunikasi antar personil harus
senantiasa dikembangkan baik oleh kepala sekolah maupun oleh oleh para
guru dan personil lainnya. Upaya membina komunikasi tidak sekedar
untuk menciptakan kondisi yang menarik dan hangat, tetapi akan
mendapatkan makna yanng mendalam dan berarti bagi pendidikan dalam
suatu sekolah. Komunikasi interen dapat diikat oleh ikatan profesional,
yakni tata krama sesuai dengan kode etik guru. Kalau hubungan yang

5
Wayan Koster, Analisis Komparatif Antara Sekolah Efektif dengan Sekolah Tidak Efektif,
www.depdiknas.go.id/jurnal/12.htm,2001

Ta’dibi : Jurnal Prodi Manajemen Pendidikan Islam


Volume VII Nomor 2, Maret-Agustus 2019
P ISSN : 2502-4035 Membentuk sekolah yang efektif 53
E ISSN : 2354-6301

berlandaskan tata krama profesional yang kuat, hubungan pribadi akan


hadir dengan sendirinya dalam bentuk komunikasi profesional.
b. Komunikasi Eksteren
Komunikasi eksteren meliputi hubungan sekolah dengan
masyarakat, sekolah dengan orang tua siswa, baik secara individual
maupun lembaga.6
a. Hubungan Sekolah dengan Orang Tua Siswa. Hubungan sekolah
dengan oranng tua siswa dapat dijallin melalui berbagai cara:
1) Adanya kesamaan tanggungjawab
2) Adanya kesamaan tujuan
b. Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Sekolah merupakan lembaga formal yanng diserahi tugas untuk
mendidik, melatih dan membimbing generasi muda bagi peranannnya
di masa depan, sementara masyarakat merupakan pengguna jasa
pendidikan. Hubungan sekolah dan masyarakat merupakan bentuk
komunikasi eksteren yanng dilakukan atas dasar kesamaan
tanggungjawab dan tujuan. Masyarakat menghendaki tenaga yang
terampil dan demokratis. Individu seperti itu diharapkan datang dari
sekolah. Karena itu, antara sekolah dan masyarakat mempunyai
kesamaan tujuan.
Tujuan hubungan antara sekolah dengan masyarakat terdapat 2
kepentingan, yaitu :
a) Berdasarkan dimensi kepentingan sekolah, tujuan
hubungan sekolah dengan masyarakat adalah:
1) Memelihara kelangsungan hidup sekolah
2) Meningkatkan mutu pendidikan di sekolah
3) Memperlancar kegiatan belajar mengajar
4) Memperoleh bantuan dan dukungan dari masyarakat.

6
Komariah, A. & Triatna. Visionary Leadership :menuju Sekolah Efektif.
Bandung:Bumi Aksara.2004

Ta’dibi : Jurnal Prodi Manajemen Pendidikan Islam


Volume VII Nomor 2, Maret-Agustus 2019
P ISSN : 2502-4035 Membentuk sekolah yang efektif 54
E ISSN : 2354-6301

b) Berdasarkan dimensi kepentingan masyarakat, tujuan


hubungan sekolah dengan masyarakat adalah:
1) Memajukan dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat,
2) Memperoleh masukan dari sekolah dalam
memecahkan berbagai masalah yanng dihadapi
masyarakat,
3) Menjamin relevansi program sekolah dengan
kebutuhan dan perkembangan masyarakat,
4) Memperoleh kembali anggota masyarakat yang
terampil dan makin meningkat kemampuannya.
Bidang kerjasama sekolah dengan masyarakat. Hubungan
sekolah dengan masyarakat antaralain dengan lewat bidang
pendidikan kesenian, olahraga dan keterampilanserta pendidikan bagi
anak berkelainan.

2. Terbentuknya Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Kuat


Kepemimpinan merupakan aspek penting dalam sistem sekolah.
Kepemimpinan merupakan faktor penggerak organisasi melalaui
penanganan perubahan dan manajemen yang dilakukannya sehingga
keberadaan pemimpin bukan hanya sebagai simbol yang ada atau tidaknya,
tidak menjadi masalah tetapi keberadaannya memberi dampak positif bagi
perkembangan organiasasi.
Terdapat tiga jenis kepemimpinan yang dipandang representatif bagi
penyelenggaraan sekolah efektif, yaitu:
1. Kepemimpinan Transaksional
Adalah kepemimpinan yang menekankan pada tugas yang
diemban bawahan. Pemimpin adalah seorang yang men-design
pekerjaan besar beserta mekanismenya, dan staf adalah orang yang
melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuan dan keahlian.

Ta’dibi : Jurnal Prodi Manajemen Pendidikan Islam


Volume VII Nomor 2, Maret-Agustus 2019
P ISSN : 2502-4035 Membentuk sekolah yang efektif 55
E ISSN : 2354-6301

Kepemimpinan transaksional lebih difokuskan pada


perannya sebagai manajer karena ia sangat terlibat dalam aspek-
aspek prosedural manajerial yang metodologis dan fisik. Tidak
mengembangkan pada hubungan laissez-fair. Pola hubungan yang
dikembangkan adalah berdasarkan suatu sistem timbal balik /
transaksi yang sangat menguntungkan atau mutual system of
reinforcement
2. Kepemimpinan Transformasional
Adalah suatu prses yang pada dasarnya para pemimpin
dan pengikut saling menaikkan diri ke tingkat moralitas dan
motivasi yang lebih tinggi. Pemimpin transformasional adalah
pemimpin yang memeiliki wawasan jauh kedepan dan berupaya
memperbaiki dan mengembangkan organisasai bukan untuk saat
ini tap di masa yang akan datang sehingga dikatakan sebagai
pemimpin yang visioner. Juga merupakan agen perubahan dan
bertindak sebagai katalisator yaitu yang memberi peran mengubah
sistem kearah yang lebih baik.
3. Kepemimpinan visioner
Adalah kemampuan pemimpin dalam menciptakan,
merumuskan, mengkomunikasikan atau mensosialisasikan atau
menstrasformasikan, dan mengimplementasikan pemikiran-
pemikiran ideal yang berasal dari dirinya atau sebagai hasil interaksi
sosial diantara organisasai yang diyakini sebagai cita-cita organisasai
di masa depan yang harus diraih atau diwujudkan melalui
komitmen semua personel.
Ciri-ciri pemimpin yang berkualitas yaitu:
a. Memiliki integritas pribadi
b. Memiliki antusiasme terhadap perkembangan lembaga yang
dipimpinnya
c. Mengembangkan kehangatan, budaya dan iklim organisasai
d. Memiliki ketenangan dalam manajemen organisasai

Ta’dibi : Jurnal Prodi Manajemen Pendidikan Islam


Volume VII Nomor 2, Maret-Agustus 2019
P ISSN : 2502-4035 Membentuk sekolah yang efektif 56
E ISSN : 2354-6301

e. Tegas dan adil dalam mengambil tindakan atau kebijakan


kelembagaan
Selain ciri-ciri visionary leadership melakukan langkah-langkah
strategis mentrasformasikan berbagai inovasi kepada stakeholders melalui
pemberdayaan staf dan menciptakan suatu sistem kepemimpinan demokrasi
yang memiliki visi organisasi sebagai rumusan yang dimiliki bersama.

3. Optimalnya Supervisi dan Monitoring


Kompetensi supervisi kepala sekolah berdasar Permendiknas
nomor 13 tahun 2007 meliputi tugas merencanakan program supervisi
akademik dalam rangka profesionalitas guru, melaksanakan supervisi
akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik
supervisi yang tepat serta menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap
guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru. Ketiga komponen
kompetensi ini seharusnya dilakukan secara konsisten dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan secara luas.
Kepala sekolah yang baik bukan sekadar perencana yang baik,
tetapi juga pelaksana dan pembimbing guru yang baik pula. Secara teoritis
kepala sekolah telah banyak menyusun perencanaan supervisi guru di kelas,
namun dengan dalih kesibukan tugas pokok lainnya pelaksanaan supervisi
belum banyak dilakukan. Alasan ini kadang ada benarnya, namun kadang
juga tidak benar sama sekali. Yang jelas kepala sekolah memiliki beban tugas
untuk supervisi para guru yang menjadi mitra kerjanya.
Jika menyadari tugas kepala sekolah sebagai supervisor di kelas
masih kurang, maka sebaiknya hal ini menjadi pembelajar kepala sekolah
untuk meluangkan waktu dengan mengatur jadwal kerja secara sistematis
dan konsekuen ditaatinya. Selama komitmen kepala sekolah tinggi sangat
diyakini supervisi di kelas pasti dapat dilaksanakan dengan baik.
Kepala sekolah juga harus mampu mengoptimalkan monitoring,
evaluasi dan pelaporan program pendidikan sesuai dengan prosedur yang
tepat: (1). Mampu menyusun standar kinerja program pendidikan yang dapat
diukur dan dinilai. (2). Mampu melakukan monitoring dan evaluasi kinerja

Ta’dibi : Jurnal Prodi Manajemen Pendidikan Islam


Volume VII Nomor 2, Maret-Agustus 2019
P ISSN : 2502-4035 Membentuk sekolah yang efektif 57
E ISSN : 2354-6301

program pendidikan dengan menggunakan teknik yang sesuai. (3). Mampu


menyusun laporan sesuai dengan standar pelaporan monitoring dan evaluasi

4. Maksimalnya Peran dan Tugas Guru


Untuk mengetahui sekolah itu efektif atau tidaknya bisa dilihat dari
sudut guru. Guru tidak hanya bertugas untuk mengajar, namun banyak tugas
guru yang harus di lakukan untuk menghasilkan output (lulusan) yang terbaik
dan bisa berguna bagi kehidupan yang bermanfaat bagi dirinya, keluarga,
dan lingkunganya. Ada 2 tugas guru dalam sekolah yang efektif :
a. Tugas Guru sebagai Profesi
Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan
melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai
hidup, mengajar berarti mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi, melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan
pada siswa.Guru tentunya memiliki peran-peran tertentu kaitannya
dengan manajemen sekolah dalam proses belajar mengajar yang sering
disebut denngan manajemen kelas, peran guru dalam
pengadministrasian, peran guru secara pribadi, dan peran guru secara
psikologis.
1) Peran Guru dalam manajemen Kelas
Peranan dan kompetensi guru dalam proses pembelajaran
antara lain: guru sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing,
pengatur llingkungan, partisipan, perencana, supervisor, motivator,
dan konselor. bagaimana guru dapat mengelola kelas secara efektif
dan efisien, antara lain bagi penciptaan metode untuk memfasilitasi
siswa agar berperilaku positif.Faktor mayor atau area keterampilan
terpaut dengan manajemen kelas yang efektif, yaitu:
a) Pengembangan solidaritas pemahaman personal atau
psikologis siswa dan kebutuhan-kebutuhan belajar.
b) Pemapanan hubungan positif antara guru dansiswa dan
serta antar siswa untuk membantu menemukan kebutuhan
dasar psikologis siswa.

Ta’dibi : Jurnal Prodi Manajemen Pendidikan Islam


Volume VII Nomor 2, Maret-Agustus 2019
P ISSN : 2502-4035 Membentuk sekolah yang efektif 58
E ISSN : 2354-6301

c) Pengimplementasian metodologi pengajaran yang


memfasilitasi belajar optimal dengan jalan memberi respon
kebutuhan-kebutuhan akademik siswa dan kelompok.
d) Penggunaan metode organisasi dan penngelolaan kelompok
yang dapat memaksimalkan perilaku tugas siswa.
e) Penggunaan metode-metode konseling dan penataan
perilaku yang diperlluas untuk membantu siswa yang tidak
tepat dalam menjawab soal-soal ujian tatu mengalami
misperilaku.
2) Peran Guru Sebagai Manajer Kelas
Keterampilan manajemen kelas menduduki posisi primer
dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran yang diukur
dari efektivitas proses belajar siswa atau peringkat yang
dicapainnya. Guru-guru yang rendah keterampilannya dalam
bidang manajemen kelas, barangkali tidak dapat menyelesaikan
tugas pokoknya. Kinerja manajemen kelas yang efektif
memungkinkan lahirnya roda penggerak bagi penciptaan
pemahaman diri, evaluasi diri, dan intternalisasi kontrol diri pada
kalangan siswa.
3) Tugas Guru dalam Manajemen Perilaku Siswa
Siswa yang bermasalah biasanya menjadi beban tambahan
bagi guru. Akan tetapi kondisi anak seperti itu menjadi peluang
guru untuk mengelola kelas secara efektif bagi penciptaan faktor
yanng mempengaruhi motivasi, prestasi dan perilaku siswa.

b. Tugas Guru sebagai Pengadministrasian


1) Pengambilan inisiatif, pengarah dan penilaian kegiatan-kegiatan
pendidikan.
2) Wakil masyarakat.
3) Orang yang ahli dalam pelajaran.
4) Penegak disiplin.
5) Pelaksana administrasi pendidikan.

Ta’dibi : Jurnal Prodi Manajemen Pendidikan Islam


Volume VII Nomor 2, Maret-Agustus 2019
P ISSN : 2502-4035 Membentuk sekolah yang efektif 59
E ISSN : 2354-6301

6) Pemimpin generasi muda.


7) Penerjemah kepada masyarakat.

5. Diterapkannya Standar Kedisiplinan Kepada Kepala Sekolah, Guru


dan Karyawan Sekolah
a. Disiplin
Model manajemen kelas yang paling banyak diterima selama
1970-an hingga 1980-an adalah Disiplin Tegas yang digagas oleh Lee
dan Marlene Canter. Model ini dan variasinya masih digunakan oleh
berbagai sekolah di Amerika Serikat. Dengan menggunakan teori dan
prinsip-prinsip dari pelatihan ketegasan dan modifikasi perilaku,
Disiplin Tegas menggunakan premis bahwa ada hak dari guru untuk
menetapkan dan menjalankan standar tertentu bagi para siswa di dalam
kelas. Disiplin Tegas adalah rangkaian tindakan yang diarahkan pada
ekspektasi yang amat jelas akan perilaku siswa. Jadi, untuk
melaksanakan Disiplin Tegas, pertama-tama para guru harus memiliki
gambaran yang jelas mengenai perilaku apa yang hendak ia bentuk dari
para siswa.
Jones (1987, 2001) menganjurkan 4 (empat) komponen model
yang meliputi Struktur Kelas, Tata Letak yang Terbatas, Pelatihan
Tanggung Jawab, dan Sistem Penyokong. Dia menyarankan agar guru-
guru menjadi proaktif dengan membangun batasan suatu kelas melalui
peraturan di kelas dan prosedur-prosedur. Keempat komponen model
yang diusulkan Jones merupakan langkah-langkah untuk membangun
kebiasaan baik dari para siswa, sekaligus mencegah kekacauan dalam
kelas serta perilaku yang tidak pantas dari siswa.
Dalam pengembangannya, Konsekuensi Logis yang
dikemukakan Rudolf Dreikurs menggambarkan suatu pergerakan dari
fokus atas perilaku menjadi disiplin yang fokus pada pendekatan yang
lebih manusiawi berdasarkan atas konsep bahwa motivasi dan tujuan
dari perilaku siswa harus dipertimbangkan dalam pengembangan
rencana disiplin. Linda Albert mengembangkan konsep disiplin dari

Ta’dibi : Jurnal Prodi Manajemen Pendidikan Islam


Volume VII Nomor 2, Maret-Agustus 2019
P ISSN : 2502-4035 Membentuk sekolah yang efektif 60
E ISSN : 2354-6301

Dreikurs dengan mengajukan suatu pendekatan koperatif untuk


menolong siswa saling berhubungan, berkontribusi, dan merasa mampu
melakukan sesuatu. Baik Dreikurs maupun Albert mengidentifikasi ada
4 (empat) tujuan siswa dalam melakukan perilaku yang tidak pantas,
yaitu:
1) Untuk mencari perhatian.
2) Untuk mendapatkan kekuatan/kekuasaan.
3) Untuk mencari pembalasan atas perasaan telah menerima
perlakuan yang tidak adil.
4) Untuk mencegah kegagalan.
Ide bahwa konsekuensi yang diterapkan harus sesuai dengan
kesalahan yang telah siswa lakukan merupakan kunci dari teori Dreikurs
dan Albert. Dalam hal itu, setiap tindakan ada konsekuensinya,
beberapa konsekuensi muncul secara otomatis, sementara dalam hal
lain, konsekuensi timbul karena dipaksa oleh para guru.7
Keempat model manajemen kelas seperti yang telah
disebutkan di atas memang berbeda dalam pendekatannya, namun pada
prinsipnya memiliki beberapa kesamaan seperti:
1) Para guru mengontrol dan bertanggung jawab atas semua
keputusan yang berhubungan dengan manajemen kelas.
2) Disiplin dipisahkan dari pelajaran dan disiplin datang sebelum
pelajaran diberikan.
3) Harus ada konsekuensi atas perilaku yang tidak pantas dan
konsekuensi itu harus sama untuk setiap siswa.
4) Peraturan/kaidah harus dikembangkan oleh guru dan dijelaskan
dengan terang.
5) Strategi yang dipakai bersifat reaktif, bukan proaktif.
6) Siswa yang memilih untuk berperilaku negatif akan menghadapi
konsekuensi dari pilihan mereka.
7) Penghargaan lebih ekstrinsik.

7
Haedin, C.J. Effective Classroom Management. New Jersy: Merril Prentice Hall, 2004

Ta’dibi : Jurnal Prodi Manajemen Pendidikan Islam


Volume VII Nomor 2, Maret-Agustus 2019
P ISSN : 2502-4035 Membentuk sekolah yang efektif 61
E ISSN : 2354-6301

8) Strategi didasarkan pada Teori Perilaku.

6. Membaiknya Manajemen Sekolah Melalui TQM


Cara mengetahui keefektifan sekolah ditandai dengan membaiknya
manajemen sekolah melalui konsep TQM (Total Quality Management), yang
merupakan manajemen kualitas secara total dengan pendekatan sistematis,
strategis, dan praktis. Tolak ukur bagi jaminan kualitas pendidikan lebih
diartikan sebagai sekolah efektif sehingga pembahasan tentang efektivitas
sekolah tidak dapat dipisahkan dengan mutu sekolah. Asas terpenting untuk
menuju sekolah efektif adalah semua anak dapat belajar. Hal ini
megakibatkan sekolah hendaknya dapat dikondisikan sebagai wahana yang
dapat membuat seluruh peserta didik dapat belajar dan dapat menyediakan
layanan pembelajaran yang bermutu bagi siswa. Efektivitas sekolah
menunjukkan tingkat kesesuaian antara hasil yang dicapai dengan hasil yang
diharapkan. Sekolah yang efektif juga dapat memberdayakan semua
komponen sekolah sebagai organisasi tempat belajar dengan tujuan agar
siswa belajar dan mencapai hasil yang telah ditetapkan, yaitu memiliki
kompetensi. Semua siswa baik yang kemampuan intelektualitasnya tinggi
maupun biasa-biasa saja dapat lebih mengembangkan dirinya, jika
dibandingkan dengan kondisi awal ketika masuk sekolah. Jadi, sekolah
efektif merupakan sekolah yang mampu memberdayakan dan
mengoptimalkan semua input dan proses untuk tercapainya output
pendidikan, yaitu prestasi sekolah, terutama prestasi siswa dalam memiliki
dan menguasai kompetensi yang dipersyaratkan dalam pembelajaran.

D. Kesimpulan
Dalam membangun pendidikan dan mengelola sekolah secara efektif
dan efisien selain memakai pendekatan makro juga perlu memperhatikan
pendekatan mikro yaitu dengan memberi fokus secara lebih luas pada institusi
sekolah yang berkenaan dengan kondisi keseluruhan sekolah seperti iklim
sekolah dan individu-individu yang terlibat di sekolah baik guru, siswa, dan
kepala sekolah serta peranannya masing-masing dan hubungan yang terjadi satu

Ta’dibi : Jurnal Prodi Manajemen Pendidikan Islam


Volume VII Nomor 2, Maret-Agustus 2019
P ISSN : 2502-4035 Membentuk sekolah yang efektif 62
E ISSN : 2354-6301

sama lain. Dalam kaitan ini bahwa input sekolah memang penting tetapi yang
jauh lebih penting adalah bagaimana mendayagunakan input tersebut yang
terkait dengan individu-individu di sekolah maupun dengan individu-individu
di luar sekolah seperti komite sekolah, orang tua siswa dan masyarakat yang
berada disekitarnya.
Pentingnya pemahaman terhadap keefektifan sekolah tidak saja dalam
kaitan dengan meningkatkan mutu pendidikan tetapi juga sejalan dengan
kebijakan nasional yaitu desentralisasi pendidikan dalam rangka pelaksanaan
otonomi daerah yang sekaligus terkait dengan adanya otonomi sekolah.
Diharapkan sekolah dapat lebih leluasa mengelola sumber daya pendidikan
dengan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan serta sekolah
dapat lebih tanggap terhadap kebutuhan masyarakat setempat dan mampu
melibatkan masyarakat dalam membantu dan mengontrol pengelolaan
pendidikan pada tingkat sekolah.
Keberhasilan sekolah dalam melaksanakan program-progamnya perlu
didukung oleh semua pihak baik kepala sekolah, guru, penjaga sekolah, komite
sekolah, dan masyarakat. Dengan demikian iklim sekolah akan benar-benar
kondusif bagi terciptanya pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan serta terjalinnya hubungan yang harmonis antara sekolah dan
masyarakat.
Apabila pilar-pilar pendidikan: sekolah, orang tua, dan masyarakat
sudah benar-benar saling mendukung program-progam sekolah, maka tujuan
yang diinginkan sekolah akan tercapai. Oleh karena itu penciptaan iklim
sekolah yang kondusif tidak semata-mata dari aspek fisik, melainkan juga aspek
psikologis dan sosial. Bahkan kalau boleh ditegaskan aspek-aspek nonfisik
justru memegang peran yang sangat penting pencapaian tujuan pendidikan
sekolah.

Ta’dibi : Jurnal Prodi Manajemen Pendidikan Islam


Volume VII Nomor 2, Maret-Agustus 2019
P ISSN : 2502-4035 Membentuk sekolah yang efektif 63
E ISSN : 2354-6301

DAFTAR PUSTAKA

Abbas Ghozali, Tinjauan Literatur : Effective School Research, Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, No. 021. Tahun ke-5, Januari 2000, Balitbang Depdiknas.
Juanda Kasim 2005, Penerapan KBK di SD Hanya Menambah Beban Kerja Guru? Suatu
Kajian “Isu-isu Baru Dalam Paedagogis”, UNJ, 2005
Juanda Kasim 2005, ContextualTeaching and Learning (CTL), Sebagai Salah Satu Alternatif
Untuk Dunia Pendidikan Indonesia, UNJ
Wayan Koster 2001, Analisis Komparatif Antara Sekolah Efektif dengan Sekolah Tidak
Efektif, www.depdiknas.go.id/jurnal/12.htm
Komariah, A. & Triatna, C. (2004) Visionary Leadership :menuju Sekolah Efektif.
Bandung:Bumi Aksara
Haedin, C.J (2004). Effective Classroom Management. New Jersy: Merril Prentice Hall
Sutomo, dkk. 2007. Manajemen Sekolah.Semarang.UPT MKK Universitas Negeri
Semarang
Syaiful Sagala,2009 Manajemen Strategic dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, (Bandung;
Alfabeta, hlm. 3.
Sallis, Edward. (2006). Total Quality Mananagement in Education Manajemen Mutu
Pendidikan. Yogyakarta: IRCiSoD, p169

Ta’dibi : Jurnal Prodi Manajemen Pendidikan Islam


Volume VII Nomor 2, Maret-Agustus 2019

Anda mungkin juga menyukai