ASUHAN KEPERAWATAN
Tn. E DENGAN DIAGNOSA HIDROCEPHALUS POST VP.
SHUNT e.c CVA, ICH, IVH, SAH e.c SUSP. RUPTUR
ANEURISMA YANG AKAN DILAKUKAN KLIPPING
ANEURISMA DENGAN GENERAL ANESTESI
DI RUANG OPERASI GBPT LANTAI 6 RSUD Dr. SOETOMO
SURABAYA
14 MEI 2019
DISUSUN OLEH :
JESSY IRMA NATALIA NORMALINDA, AMD.KEP
i
LEMBAR PENGESAHAN
KARYA TULIS ILMIAH
Surabaya, 2019
Pembimbing Pendidikan
Perawat Anestesi dan Reaminasi
RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Riwajati, Amd.Kep
NIP. 196509161986022002
ii
SURAT PERNYATAAN TENTANG ORISINALITAS
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan skripsi
saya yang berjudul
Apabila suatu saat nanti terbukti melakukan tindakan plagiat, maka saya akan
menerima sanksi yang ditetapkan.
JESSY IRMA
RS PHC SURABAYA
iii
DATA PRIBADI
AYAT PENDIDIKAN
Agama : Kristen
Surabaya
No. HP : 08175138684
RIWAYAT PENDIDIKAN
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Pendidikan &
Pelatihan Perawat Anestesi di SMF anestesiologi dan reanimasi FK Unair RSUD.
Dr. Soetomo Surabaya mulai tanggal 8 Januari 2019 s/d 30 Desember 2019.
v
8. Ibu Riwajati, Amd.Kep selaku pembimbing praktek klinik perawat
anestesi.
9. Tim Dokter Sp.An dan juga staff dosen pengajar yang banyak
memberikan masukan dan bimbingan bagi penulis selama mengikuti
pendidikan pelatihan.
10. Bapak/Ibu perawat Anestesi yang juga sebagai pembimbing praktek
selama mengikuti pelatihan dan pendidikan.
11. Semua dokter peserta PPDS anestesiologi dan reanimasi yang banyak
memberikan bimbingan serta arahan selama mengikuti kegiatan praktek.
12. Semua rekan satu angkatan peserta perawat pelatihan anestesi atas
kebersamaan dan kekompakan selama ini.
13. Semua keluargaku ( suami, mami, ibu mertua, nenek, kakakku, abangku,
dan adik-adikku, serta ponakan-ponakanku) yang telah banyak
memberikan dorongan dan kekuatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan program dan laporan ini.
14. Seluruh teman- teman Kamar Operasi RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
15. Seluruh teman-teman Kamar operasi RS PHC Surabaya.
vi
DAFTAR ISI
vii
BAB 1
PENDAHULUAN
Otak merupakan salah satu organ yang paling penting dalam hidup
manusia. Otak mengatur dan mengkordinir sebagian besar gerakan, perilaku dan
pemikiran manusia. Otak juga bertanggung jawab atas fungsi seperti pengenalan,
Jika terdapat masalah atau kerusakan di dalam otak, maka sistem di dalam tubuh
otak, salah satunya yaitu masalah pada pembuluh darah di otak. Khususnya
pelebaran pembuluh darah di otak yang biasa disebut dengan aneurisma otak atau
pada dinding pembuluh darah otak, baik pembuluh darah nadi maupun pembuluh
darah balik (tunika media dan tunika intima dari arteri maupun vena) yang
1
pengapuran (aterosklerotik). Sebenarnya aneurisma dapat terjadi di pembuluh
gejalanya dapat berupa sakit kepala yang hebat, bersifat berdenyut, dapat disertai
atau tidak disertai dengan muntah. Komplikasi dari aneurisma otak dapat
Lokasi aneurisma biasanya terjadi pada pembuluh darah nadi (arteri) didasar otak,
yaitu di bagian depan Sirkulus Wilisi (kira-kira 85%) yang memberi suplai darah
Aneurisma yang terjadi pada bagian belakang pembuluh darah otak, biasanya
berusia lebih dari 20 tahun dengan persentase 6% di seluruh dunia dan angka
kematian lebih dari 50%. Aneurisma menimbulkan gejala setelah umur 40-60
pria dewasa (3:2). Aneurisma dapat juga terjadi pada anak-anak dengan jumlah
anak laki-laki sedikit lebih banyak daripada anak perempuan. Pada anak-anak
2
biasa disebabkan oleh kejadian setelah trauma atau jamur. Sedangkan pada orang
Di negara maju, aneurisma pada stadium dini lebih banyak ditemukan. Hal
ini karena banyak orang yang menjalani pemeriksaan magnetic resonance imaging
(MRI) sehingga aneurisma pada tingkat awal dapat terlihat jelas. Kadang
aneurisma tidak sengaja ditemukan saat ”check up” dengan menggunakan seperti
CT scan, MRI atau angiogram. Diagnosis pasti aneurisma pembuluh darah otak,
menjaga tingkat kolesterol pada tingkat yang normal. Pemilihan terapi harus
memperhatikan riwayat pasien atau risiko jika tidak diterapi. Risiko terapi dan
risiko tidak diterapi, bervariasi tergantung faktor pasien atau faktor aneurismanya
sendiri. Faktor pasien, misalnya usia dan penyakit penyerta. Sedangkan faktor
aneurisma terdiri dari ukuran, lokasi, dan bentuk aneurisma. Untuk aneurisma
yang belum pecah (ruptur), terapi ditujukan untuk mencegah agar aneurisma tidak
pecah, dan juga agar tidak terjadi penggelembungan lebih lanjut dari aneurisma
tersebut. Sedangkan untuk aneurisma yang sudah pecah (ruptur), tujuan terapi
adalah untuk mencegah perdarahan lebih lanjut dan untuk mencegah atau
membatasi terjadinya vasospasme. Penderita harus segera dirawat dan tidak boleh
sakit, dan lain-lain. Kadang dipasang selang drainase di dalam otak untuk
3
mengurangi tekanan. Terapi darurat untuk pasien yang mengalami ruptur (pecah)
tekanan dalam rongga tengkorak (tekanan intrakranial). Akhir-akhir ini, ada dua
alternatif terapi untuk tatalaksana aneurisma serebral, yaitu kliping operatif dan
koiling endovaskuler. Jika memungkinkan, kedua jenis terapi ini dilakukan pada
24 jam pertama setelah perdarahan untuk mengatasi aneurisma yang pecah, serta
aneurisma berukuran kecil hanya 0,05 % per tahun. Kemudian penelitian ISUIA
darah otak bagian depan, memiliki risiko 0% untuk mengalami ruptur (pecah)
dalam jangka waktu 5 tahun. Akan tetapi, jika dulunya telah pernah mengalami
aneurisma dan jika lokasi aneurisma berada di lokasi lain, (misalnya daerah
basalis dan posterior / belakang) tentu risiko ruptur jauh lebih besar.
tahun setelah operasi tanpa perdarahan subaraknoid, sebesar 6,5 % untuk pasien
berusia < 45 tahun, 14,4 % untuk pasien berusia 45-65 tahun, dan 32 % untuk
pasien > 64 tahun. Peneliti menyimpulkan bahwa risiko operasi lebih besar
3 %.
4
Berdasarkan data di atas penulis tertarik untuk membuat karya tulis ilmiah
yang berjudul “Asuhan Keperawatan (pre,intra dan post op) pada pasien dengan
hidrocephalus post Vp Shunt e.c CVA ICH, IVH, SAH e.c susp. ruptur aneurisma
diagnosa hidrocephalus post Vp.Shunt e.c CVA ICH, IVH, SAH e.c susp. ruptur
dengan hidrocephalus post Vp.Shunt e.c CVA ICH, IVH, SAH e.c susp. ruptur
Vp.Shunt e.c CVA ICH, IVH, SAH e.c susp. ruptur aneurisma yang dilakukan
5
tindakan klipping aneurisma dengan general anestesi intubasi di OK GBPT Lt.6
pasien dengan hidrocephalus post Vp.Shunt e.c CVA ICH, IVH, SAH e.c susp.
hidrocephalus post Vp.Shunt e.c CVA ICH, IVH, SAH e.c susp. ruptur aneurisma
hidrocephalus post Vp.Shunt e.c CVA ICH, IVH, SAH e.c susp. ruptur aneurisma
pasien dengan hidrocephalus post Vp.Shunt e.c CVA ICH, IVH, SAH e.c susp.
hidrocephalus post Vp.Shunt e.c CVA ICH, IVH, SAH e.c susp. ruptur aneurisma
6
1.4 MANFAAT PENILITIAN
asuhan keperawatan anestesi pada pasien dengan hidrocephalus post Vp.Shunt e.c
CVA ICH, IVH, SAH e.c susp. Ruptur aneurisma yang dilakukan tindakan
Dr.Soetomo Surabaya.
Bagi penulis
pada pada pasien dengan hidrocephalus post Vp.Shunt e.c CVA ICH, IVH, SAH
e.c susp. ruptur aneurisma yang dilakukan tindakan klipping aneurisma dengan
keperawatan anestesi
komprehensif.
7
Ruang Lingkup Penyusunan
dalam karya tulis akhir ini, penulis hanya akan membahas bagaimana pelaksanaan
asuhan keperawatan pre operasi, durante operasi dan post operasi pada pasien
dengan hidrocephalus post Vp.Shunt e.c CVA ICH, IVH, SAH e.c susp. ruptur
1.5 .1 ANAMNESE
2012).
1.5 .2 OBSERVASI
2012)
8
1.5 .3 PEMERIKSAAN FISIK
1.5 .4 PENUNJANG
Surabaya.
9
BAB II
TINJAUAN TEORI
sebuah tabung yang mulanya memeperlihatkan tiga gejala pembesaran. Otak awal,
yang disebut otak depan, otak tengah, dan otak belakang. Otak depan, menjadi
belahan otak (hemisperium cerebri), korpus striatum dan talami (talamus dan
varolii, medulla oblongata, serebellum. Ketiga bagian dari otak belakang inilah
10
Serebrum mengisi bagian depan dan atas rongga tengkorak. Yang masing-
masing disebut fosa kranialis anterior dan fosa kranialis tengah. Serebrum terdiri
dari dua belahan (hemisfer) besar sel saraf (substansi kelabu) dan serabut saraf
(substansi putih). Lapisan luar substansi kelabu disebut korteks. Kedua hemisfer
otak itu dipisahkan oleh celah yang dalam, tapi bersatu kembali pada bagian
bawahnya melalui korpus kolosum, yaitu massa substansia putih yang terdiri dari
daerah. Kortex serebri bergulung-gulung dan terlipat secara tidak teratur, sehingga
gulungan-gulungan itu disebut sulkus, dan sulkus yang paling dalam membentuk
otak dalam beberapa daerah atau ”lobus” yang letaknya sesuai dengan tulang yang
Kortex serebri terdiri dari banyak lapisan sel saraf yang adalah substansi
dan lipatan yang tidak teratur dan dengan demikian menambah daerah permukaan
korteks serebri, persis sama seperti melihat sebuah benda yang justru
terletak agak lebih dalam dan terdiri atas serabut saraf milik sel-sel pada kortex.
11
Sebagaimana telah diuraikan di depan, beberapa kelompok kecil substansi
kelabu yang disebut ganglia atau nuklei basalis, terbenam dalam massa sunstansi
putih pada setiap hemisfer otak. Dua dari antaranya adalah nukleus kaudatus dan
lain berhubungan erat dengan massa substansi kelabu yang lain, yaitu talamus
yang menyambung kortex serebri dengan batang otak dan sumsum tulang
ini berpadu sama lain dengan eratnya. Trombosis arteri yang melayani kapsula
interna, dapat menimbulkan kerusakan pada salah satu sisi tubuh (hemiplegia).
Kerusakan serebrovaskuler seperti itu disebut ”stroke”. Batang Otak terdiri dari
otak tengah (midbrain), pons varolli, dan medulla oblongata. Otak Tengah
ventrikel ketiga dan keempat melintasi melalui otak tengah ini. Otak tengah
mata.
Pons varoli merupakan bagian tengah batang otak dan karena itu memiliki
jalur lintas naik dan turun seperti pada otak tengah. Selain itu juga terdapat
banyak serabut yang berjalan menyilang pons untuk menghubungkan kedua lobus
12
Medulla oblongata membentuk bagian bawah batang otak serta
terletak dalam frosa kranilis posterior dan bersatu dengan sumsum tulang
merupakan lipatan dura mater yang memisahkannya dari lobus oksipitalis serebri.
Fungsi serebellum adalah untuk mengatur sikap dan aktivitas sikap badan.
keseimbangan. Bila serabut kortiko spinal yang melintas dari kortex serebri ke
mengendalikan gerakan sisi yang lain dari tubuh, maka hemisfer serebeli
Aliran darah yang menuju otak berasal dari dua buah arteri karotis dan
membentuk arteri basilaris otak belakang dan arteri ini berhubungan dengan
kedua arteri karotis interna yang juga berhubungan satu dengan lainnya
yang cukup besar pada arteri- arteri besar yang mengurus jaringan otak. Adanya
kolateral yang besar ini, maka pada orang muda kedua arteri karotis biasanya
Sedangkan pada orang tua, arteri besar pada dasar otak sering mengalami
13
sklerosis dan menyumbat arteri karotis, sehingga penyediaan darah ke otak
1. Pengaturan metabolisme
2. Autoregulasi serebral
ini di sebut autoregulasi. Walaupun teori ini cukup menarik, tetapi terdapat
autoregulasi ini.
3. Pengaturan neurogenik
susunan saraf otonom yang terletak di batang otak dan diensefalon, serta
inervasi alfa dan beta adrenergik dan kolinergik. Adrenergik alfa bersifat
14
perangsangan formasio retikularis. Agaknya hal ini diakibatkan oleh peran
2.2 PENGERTIAN
Morgagni (1761) dan Biumi (1778) dan dengan semakin berkembangnya metode
berkisar 5%. Gejala klinis sebelum terjadinya ruptur aneurisma sangat bervariasi
karena dipengaruhi oleh efek massa dan lokasi, seperti parese nervus abdusens.
dihentikan dan hasil akhir jangka panjang cukup baik.(2) Kemudian pada tahun
1937 Walter Dandy mulai melakukan penempatan klip metal pada leher
banyak digunakan sampai saat ini dengan berbagai penyempurnaan antara lain
melalui bedah mikro. Lokasi aneurisma intrakranial yang paling sering dijumpai
adalah di arteri komunikans anterior, disusul oleh arteri karotis interna pada
15
percabangan antara arteri serebri media dan arteri komunikans posterior.
teknik operasi bedah mikro. Hasil yang dicapai masih jarang dilaporkan.
menjaring kerjasama dengan ahli neurologi dan praktisi klinis lainnya untuk
Anatomi arteri yang ada di dalam otak, berbeda dengan arteri di organ
darah. Dinding pembuluh darah arteri terdiri dari 3 lapisan, yaitu tunika intima
(lapisan endotel paling dalam), tunika media (memiliki serabut otot halus), dan
tunika adventisia (lapisan terluar yang terdiri dari jaringan ikat). Pembuluh darah
arteri di otak, memiliki lapisan membrana interna elastika, yang letaknya antara
tunika intima dan media. Membrana interna elastika merupakan lapisan yang
menentukan kekuatan dari dinding pembuluh darah arteri, dan dapat menahan
16
2.2.1 EPIDEMIOLOGI
simpulkan secara pasti. Hal ini disebabkan publikasi data yang ada tidak
menggunakan defenisi dan cara pemeriksaan yang sama. Selain itu, angka
kejadian yang didapatkan ini sangat tergantung pada distribusi umur, populasi,
standar pelayanan medis yang ada, faktor genetik, dan faktor lingkungan. Angka
otopsi antara 0,2-7,9%, dimana data ini bervariasi sesuai dengan definisi dan
unsur pembentuk aneurisma intrakranial dan serial data pada studi angiografi.
didaerah sirkulasi anterior, dengan lokasi paling sering pada persambungan antara
Sekitar 20-30% pasien memiliki aneurisma lebih dari satu, dan banyak di
antaranya yang memiliki lokasi yang sama di kedua sisi otak. Pada suatu serial
studi pada angiografi koroner, dijumpai 5,6% kasus aneurisma intrakranial dan
1% pada studi yang lain terhadap pasien-pasien yang menjalani angiografi atas
17
indikasi perdarahan subarachnoid (PSA). Studi Rinde dkk selama 40 tahun
resiko PSA, dan 1,9% dengan resiko PSA. Secara umum angka prevalensi
berkisar 2%.
2.2.2 KLASIFIKASI
Berdasarkan bentuk dan patologinya, aneurisma dibagi menjadi tiga tipe yaitu
menjadi dua bagian yaitu aneurisma intrakranial di sirkulasi anterior (arteri karotis
interna, arteri serebri anterior, dan arteri serebri medialis), dan aneurisma
serebri posterior)
Saccular Aneurysm
dari pembuluh darah yang berbentuk seperti buah berry (berry like) yang banyak
tumbuh dari bifukarsio arteri, dan merupakan tipe aneurisma intrakranial yang
18
adanya tekanan arterial. Tipe Sakular dapat disebabkan oleh berbagai keadaan
yaitu
Dinding arteri yang normal terdiri dari 3 lapisan, yaitu intima, media dan
sampai menghilang, dan tunika media berakhir pada hubungan dari ujung
Banyak dari tipe sakular yang kongenital, timbul dari defek fokal pada
aneurisma tipe sakular dapat disebabkan oleh daya reganf yang merupakan
pada bifurkasio.
b. Traumatic Aneurysm
Arteri karotis merupakan pembuluh darah yang paling sering terlibat pada
19
dimana arteri serebri anterior yang distal dan cabang kortikal yang perifer
c. Mycotic Aneurysm
dinding arteri, yang dimulai dari permukaan endotel. Pada tipe ini, emboli
20
d. Oncotic Aneurysm
e. Flow-related Aneurysm
(AVM) dengan frekuensi sekitar 25%, dan terjadi sepanjang feeding vessel
f. Vasculophatic Aneurysm
erythematous (SLE). Pada kasus SLE dijumpai sekitar 10% kasus, yang
21
Dissecting Aneurysm
arteri yang terpisah ini semakin lama semakin besar dan membentuk
struktur seperti balon yang dapat menimbulkan rasa sakit. Nyeri atau
gejala yang timbul akan berakibat semakin fatal apabila aneurisma ini
robekan tunika media dibagian distal terjadi dengan jarak/ ketebalan yang
yang berasal dari ruptur arterial dan diikuti dengan kapsulisasi dari hemato
22
perivaskuler. Penyebab primer dari dissecting aneurisym belum diketahui,
Fusiform Aneurysm
pada batang otak akibat adanya trombosis. Aneurisma ini dapat menekan
23
Fusiform aneurysm merupakan tipe aneurisma yang memiliki
kematian.
24
2.2.3 PATOGENESIS
kelemahan pada tunika media dari bagian ekstra lumen dinding pembuluh
dari dinding pembuluh darah, dan pada akhirnya lumen pembuluh darah.
25
dalam patogenesis aneurisma, oleh karena peningkatan yang progresif
dari dinding pembuluh darah. Oleh karena itu, giant aneurisym dapat
perbaikan intraluminal dari arteri, tetapi juga meliputi vasa vasorum. Obat
yang memberikan efek stenting yang di tempatkan pada sisi proksimal lesi
dan target ujung dari vasa vasorum, dapat dipertimbangkan sebagai terapi
26
Gambar 3. Pathway peranan 5-LO pada pembentukan Giant Arterial Intracerebral
Aneurisym. Dikutip dari : Krings T, Piske RL, Lasjaunias PL. Intracranial arterial
2005;47:931- 937.
27
Gambar 4. Kasus “Partialy-Thrombosed” Aneurisma pada arteri basilaris.
2005;47:931-937
adanya ruptur. Gejala yang timbul tergantung dari lokasi dan ukuran
aneurisma tersebut. Beberapa gejala yang dapat timbul adalah sakit kepala,
penglihatan kabur/ ganda, mual dan muntah, serta defisit neurologis fokal.
dari : Ferns SP, van Rooij WJ, Sluzewski M, van den Berg R, Majoie CB.
28
Pada kasus thrombosis parsial, gejala tergantung pada lokasi dan
29
2.2.5 PENUNJANG DIAGNOSTIK Computed Tomography (CT) Scan
berkaitan dengan derajat patensi dari thrombus, dan derajat patensi dari
ataupun lobulated dengan batas yang jelas. Zona sentral dan perifer akan
yang membesar.
2006;27:1685-1692
30
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI dapat dijumpai gambaran area yang kehilangan sinyal pada lumen,
CT Angiografi (CTA)
31
CTA 2 dimensi dan 3 dimensi telah digunakan, yaitu multiplanar
display (SSD) dan direct volume rendering (dVR). Kesukaran dari CTA
32
tomographic angiography for use of surgery planning in patients with
33
prosedur PSA, kasus giant aneurysm, aneurisma di proksimal ICA, atau
Dua standar teknik MRA yang saat ini sering dipakai mencakup metode
34
Gambar 9. MRA Imaging pada Partial-Thrombosed di MCA. Dikutip dari
1998;40:96-102.
terutama pada kasus yang sulit, untuk membedakan vascular loop dan
Untuk aneurisma dengan diameter kecil, DSA tetap sebagai teknik standar
35
Gambar 10. Perbandingan CTA dan DSA pada Aneurisma MCA. Dikutip
massa pada ventrikel III dan hidrosefalus. Studi Liu dkk, meneliti
PcomA.
36
Gambar 11. Ventricular Mass pada Partial-Thrombosed Aneurysm.
Dikutip dari : Liu JK, Gottfried ON, Couldwell WT. Thrombosed basilar
Dikutip dari : Liu JK, Gottfried ON, Couldwell WT. Thrombosed basilar
37
2.2.6 DIAGNOSA BANDING
38
proptosis pada N III, N IV, N VI dan cabang oftalmika dari N V,
nyeri kepala hebat pada daerah orbita, disertai parese N III, N IV,
kavernosus.
http://emedicine.medscape.com/article/252142-overview on 16/09/2012
39
Algoritma penatalaksanaan aneurisma intrakranial. Untuk mempermudah
ISUIA dan ISAT serta literatur yang tersedia: kelompok dengan resiko
tinggi = pasien yang telah menderita SAH dari aneurisma intrakranial lain,
tidak diobati, dan pasien yang memiliki riwayat keluarga SAH dari
40
2.2.7 PENATALAKSANAAN
pada parent artery dan cabang yang berdekatan. Hal yang penting dalam
endovaskular, sementara pada ACA distal dan PICA lebih mudah di akses
melalui operasi. Pada daerah superior dari arteri basilar, metode clipping
terutama pada pasien usia tua. Namun pada kasus aneurisma dengan wide
Microsurgery
Keuntungan utama pada metode ini adalah durabilitas jangka panjang dan
41
pada aneurisma. Langkah terakhir melibatkan penempatan dari klip di
Klip ini diproduksi dalam berbagai tipe, ukuran, bentuk, panjang, dan
42
Dari studi metaanalisis pada 2460 pasien, didapatkan angka
dari operator. Penggunaan klip yang temporer, pemilihan jenis klip, dan
43
Endovaskuler
dan usia tua. Metode ini telah menjadi terapi standar untuk aneurisma
ukuran leher >4mm dan pada fase akut dari ruptur aneurisma intrakranial.
44
Studi Gross dkk, mendapaptkan rekurensi yang relatif tinggi untuk
Notes 818 usia muda, tindakan bedah mungkin lebih bermanfaat dalam
45
Studi Biondi dkk, pada 10 pasien giant partial-thrombosed
2.2.8 PROGNOSA
dengan gejala kelumpuhan otot N III , dengan usia antara 33-76 tahun
dipengaruhi derajat keparahan dari kelumpuhan otot N III pada saat pasien
outcome yang lebih baik pada grup PVO, terutama pada perubahan ukuran
46
persisten sangat berbahaya, karena berakibat ruptur dan PSA yang
beresiko kematian.
Studi Lee dkk, pada 424 pasien yang menjalani clipping pada
47
2.3 KONSEP ANESTESI
2.3.1 Pengertian
2.3.2 Persiapan
Suatu alat yang digunakan untuk menyalurkan gas atau campuran gas anastetik
yang aman ke rangkaian anestesi yang kemudian dihisap oleh pasien dan
membuang sisa gas dari pasien (Said.A Latief, dkk, 2001). Rangkaian mesin
anestesi banyak sekali ragamnya mulai dari yang sederhana sampai yang diatur
dengan komputer.
Fungsi mesin anestesi (mesin gas) ialah menyalurkan gas atau campuran
gas anestetik yang aman kerangkaian sirkuit anestetik yang kemudian dihisap oleh
Mesin yang aman dan ideal adalah mesin yang memenuhi persyaratan berikut:
48
b. Ruang rugi (dead space) minimal
d. Bertekanan rendah
harus selalu siap pakai, kalo akan dipergunakan. Mesin anestetik modern
memberikan anastetik inhalasi, Mesin anestesi modern telah lebih canggih dan
mekanis, dan satu atau lebih mikroprosessor yang dapat mengintegrasi dan
sering masih dapat diintegrasikan secara penuh. Lebih lanjut, modular desainnya
memberikan banyak pilihan configurasi dan pilihan dan satu jenis produk.
canggih, perekaman otomatis, dan networking dengan monitor lokal atau jauh dan
juga dengan sistem informasi rumah sakit. Ada dua produsen utama mesin
Fungsi yang benar dari alat sangat penting bagi keselamatan pasien.
49
Secara umum mesin anestesi terdiri dari 3 komponen yang saling
berhubungan, yaitu:
a. Komponen 1
1) Sumber gas
b. Komponen 2
c. Komponen 3
1) Sumber gas
disimpan dalam bentuk gas (O2, udara) maupun dalam bentuk cair (N2O, CO2,
) khusus. Regulator ini menunjukkan tekanan gas didalam tabung dan dapat
penurun tekanan ). Mesin anestesi bekerja efektif pada tekanan 50-60 PSI atau 3-4
atm.
50
Sebelum membuka tabung gas, yakinlah bahwa regulator sudah henar-
benar terpasang dan sudah ada hubungan antara regulator dan PAG atau
flowmeter. Tabung gas dapat dibuka dengan cara memutar logam (berbentuk
kotak kecil yang ada dipuncak tabung) kearah berlawanan dengan arah jarum jam
Pada rumah sakit besar dengan bayak kamar operasi, mungkin tidak
dijumpai tahung-tahung gas tersebut karena telah dibuat dengan system sentral.
Warna
Jenis Dalam Bentuk Tekanan (Psi) Tekanan (atm)
Tabung
O2 Putih hijau Gas 1800-2400 120-160
N2O Biru Cair 745 50
Air Hitam putih Gas 1800 120
Cyclopropan Jingga Cair 75 5
CO2 Abu-Abu Cair 838 56
Tabel 2.1 Gas anestesi, warna tabung, bentuk gas dan tekanan jenuh
yang umurnya berbentuk bola atau berbentuk rotameter. Skala yang tertera
Sebelum membuka flowmeter perhatikan dulu gas apa yang akan diputar
(tidak jarang terjadi bahwa kita bermaksud membuka O2, tanpa sengaja kita
membuka N2O)
berlawanan dengan arah jarum jam. Bila indikator berbentuk bola, maka angka
51
laju aliran ( flowmeter) dibaca setinggi bagian tengah bola dan bila memakai
(volatile anesthetic agent) yang biasanya dilengkapi dial untuk mengatur besar
b) Logam keseluruhannya misalnya : Fluotec mark II, mark III, EMO, OMV,
Copper Kettle.
Penempatan vaporizer:
a) Dapat diletakkan diluar sirkuit nafas, terletak diantara flowmeter dan lubang
keluar gas
c) Dapat lebih 2 vaporizer yang akan dipakai, maka vaporizer untuk zat anestesi
cair yang lebih mudah menguap diletakkan lebih dekat dengan flowmeter.
Pada umumnya zat anestesi cair mempunyai alat penguapannya sendiri, Tetapi
ada alat penguap yang dapat dipakai untuk menguapkan beberapa zat anestesi.
Contoh Fluotec Mark II. Mark III hanya untuk halothane dan EMO khusus untuk
Pengertian
52
Canester adalah bagian dan mesin anetesi yang berisi sodalyrne dan
berfungsi sebagai penampung kapur penyerap gas CO2 atau CO2 absorber.
Jenis Canester
Kelebihan dari single canester adalah lebih murah dan ringan Sedangkan
kekurangan yang didapat pada single canester efisiensi penyerapan rendah, hal
komsumsi anestesi.
Dimana aliran gas ekspirasi masuk ke tabung canester bagian atas dan sebagian
tabung bagian bawah. Ketika tabung bagian atas itu habis atau berubah warna,
tabung bagian bawah dipindahkan ke atas kemudian canester yang telah habis tadi
diganti dengan yang baru dan dipasang di bagian bawah. Susunan ini memberikan
53
c. Perubahan lambat dalam konsentrasi anastesi yang terinspirasi dengan aliran
rendah.
d. Soda kapur dan katup dalam system meningkatkan penolakan untuk bernafas.
Canester berisi dengan sodalyme yang berupa butir kapur atau kapur
barium hidroksida yang akan bisa menetralisir asam karbonat. Reaksi dari produk
yang ada meliputi panas, air dan kalsium carbonat. Kapur soda merupakan
absorben yang lehih sering diketemukan dan mampu menyerap sampai 23 liter
CO2/ 100 gr absorben. Perubahan warna dari pH seperti yang ditunjukkan dengan
dapat berupa merah muda berubah menjadi putih, yang putih berubah menjadi
ungu.
Kandungan sodalyrne
Ukuran:
2,5 - 5,0mm
4,0 - 8,0 mm
54
Bentuk - bentuk soda kapur:
Bentuk pellet.
Bentuk cylinder.
Bentuk regular.
2) Sirkuit Nafas
Aliran gas dari sumber gas berupa campuran O2 dan gas anestesi akan
mengalir melalui vaporizer dan bersama campuran zat anestesi cair tersebut
keluar. Campuran O2, zat anestesi (gas dan uap) ini lazim kita sebut aliran gas
segar (AGS) atau Fresh Gas Flow (FGF). FGF ini selanjutnya masuk ke sirkuit
nafas pasien.
(kurogeted)
(2) System magill dan mapleson serta variasinya Rebrething tidak ada atau
minimal sekali
55
(a) Keuntungan:
Mudah dibersihkan dan disterilkan karena dapat dilepas satu demi satu
Kelainan fungsi alat minimal; hanya biasa terjadi pada katup ekspirasi
Tidak mahal
(b) Kerugian:
udara.
Peralatan anestesi untuk anak hanya berbeda pada sirkuit nafasnya serta
(1) Memiliki resistensi yang rendah dan ruang rugi sekecil mungkin terutama
(2) Dapat berupa system lingkar dengan desain sendiri ( dengan diameter dan
panjang pipa berlekuk lebih kecil dan katup searah dan katup eksprasi lebih
ringan)
(3) Yang lazim dipakai adalah system T pice atau modipikasinya (Jackson Roes)
56
(4) Jenis yang lain umumnya merupakan pengembangan dari Jackson Rees
pemakaiannya tidak banyak. Aliran FGF yang digunakan 2,5-3 kali volume
semenit.
Alat ini hanya terdiri dari 3 koniponen yaitu: sungkup muka (khusus karena
terdiri dari rangka kawat yang dibalut dengan kassa). Obat anestesi diberikan
dengan cara meneteskan ke sungkup muka (eter), dapat digunakan tanpa O2.
Alat ini hanya terdiri dari alat penguap dan suungkup muka, tanpa sirkuit
(3) System EMO (Ebstein, Macintosh, Oxford) terdiri dari 3 komponen yaitu:
Dapat dipakai tanpa O2 bila eter saja yang digunakan. Kantong nafas
57
Bayi sampai dewasa:
a) Sungkup muka : ukuran bayi sampai dewasa Model : Rendell Baker, Ohio,
dll
terbuat dari karet atau spiral) dilengkapi dengan atau tanpa balon.
Sediakan selalu 3 macam ukuran, pipa yang paling besar dapat masuk
sirkulasi oleh jantung bagian kiri menuju ke otak. Kemudian obat akan
menembus kapiler di jaringan otak dan kemudian masuk kedalam sel-sel otak
sehingga pasien menjadi tidak sadar. Bila uap obat anestesi dihentikan kadar
obat pada alveolar akan turun sehingga menimbulkan penurunan pada kadar
obat dalam darah dan kadar obat pada otak akan menurun dan pasien akan
kembali sadar.
58
a) Tabung sumber gas anestesi dan alat pengukur aliran
Hidupkan aliran gas dan tabung dan periksalah tekanan dan aliran. Periksalah
b) Reservoir O2
Periksalah penghubung T dan yakinkan tidak ada sumbatan pada jalan masuk
udara
c) Vaporizer
d) SIB
f) Katup pernafasan.
Periksalah dengan melihat langsung pada katup, dimana daun katup harus
berhubungan dengan pasien dengan tangan, beri tekanan pada bag sebesar 20-
59
Maintenance harian: melakukan pembersihan mesin anestesi setiap habis
pakai dan mencuci peralatan yang kontak dengan pasien dengan sabun
dan desinfektan
1) Suction
2) Orophaningeal
Cara mengukur
Dipakai sebagai alat untuk membebaskan jalan nafas pada pasien yang
Tidak boleh digunakan pada pasien yang masih ada reflek muntah.
60
3) Nasopharingeal
a) Cara mengukur:
4) Bite block.
(4) Laringoscope
baik, tidak boleh goyang baik blade maupun lampunya. Lampu harus
kebutuhan.
61
Selalu siapkan 3 macam ukuran yang sesuai untuk pasien (1 nomor
62
Pemilihan ukuran pipa yang tepat dapat diperkirakan dengan cara:
Rumus di atas dapat berlaku untuk usia di atas 1 tahun. Cara lain untuk
diameter kelingking pasien atau diameter yang tepat dengan liang hidung.
Pemilihan diameter yang tepat dapat diketahui bila dalam penggunaannya terjadi
kebocoran udara melaui tepi pipa pada tekanan di atas 20 - 30 cm H2O. Bila
digunakan pipa dengan cuff, pengisian udara ke dalam cuff, juga harus dapat
menghasilkan kebocoran udara melalui tepi cuff pada tekanan di atas 20 -30 cm
H20.
(12) Plester (potong 2 plester panjang ukuran 30 cm untuk fixasi ETT dan 2
(13) Gunting
63
(15) Magil forcep
(16) Tampon
Disiapkan bila diperkirakan intubasi akan sulit dilakukan per oral/ nasal
b. Peralatan Breathing.
1) Pengertian
2) Parameter Monitor
melalui monitor pasien. Jika kita ketahui ada sebuah pasien monitor
monitor tersehut.
64
(a) ECG adalah pemeriksaan aktivitas kelistrikan jantung, termasuk
pemeriksaan “Heart Rate” atau detak jantung pasien dalam satu menit.
atau 5 lead sesuai dengan kebutuhan. ECG dengan 3 lead dapat merekam
(b) Respirasi adalah pemeriksaan irama nafas pasien dalam satu menit.
(c) Saturasi darah / SpO2, adalah kadar oksigen yang ada dalam darah.
darah.
(a) Pasien monitor vital sign, pasien monitor ini bersifat pemeriksaan stándar,
yaitu pemeriksaan ECG, Respirasi, Tekanan darah atau NIBP, dan Kadar
(c) Pasien monitor 7 parameter, pasien monitor ini biasanya dipakai diruangan
operasi. karena ada satu parameter tambahan yang biasa dipakai pada saat
operasi, yaitu “ECG, Respirasi, Tekanan darah atau NIBP (Non Invasive
65
pengukuran tekanan darah melalui pembuluh darah langsung, EtCO2 (End
pasien.”
Kebanyakan rumah sakit memakai pasien monitor vital sign dan 5 parameter
dapat benubah tergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas
seseorang. Pada bayi usia < 1 tahun cairan tubuh adalah sekitar 80-85%
berat badan dan pada bayi usia > 1 tahun mengandung air sebanyak 70-75
66
terhadap berat badan berangsur-angsur turun yaitu pada laki-laki dewasa
Perubahan jumlah dan komposisi cairan tubuh, yang dapat terjadi pada
perdarahan, luka bakar, dehidrasi, muntah, diare, dan puasa preoperatif maupun
tersebut tidak dikoreksi secara adekuat sebelurn tindakan anestesi dan bedah,
maka resiko penderita menjadi lebih besar. Seluruh cairan tubuh didistribusikan
Cairan intraselular
Cairan yang terkandung di antara sel disebut cairan intraselular. Pada orang
(sekitar 27 liter rata-rata untuk dewasa laki-laki dengan berat badan sekitar 70
kilogram), sebaliknya pada bayi hanya setengah dan berat badannya merupakan
cairan intraselular.
67
Cairan ekstraselular
Cairan yang berada di luar sel disebut cairan ekstraselular. Jumlah relatif
cairan ekstraselular berkurang seiring dengan usia. Pada bayi baru lahir, sekitar
setengah dan cairan tubuh terdapat di cairan ekstraselular. Setelah usia 1 tahun,
jumlah cairan ekstraselular menurun sampai sekitar sepertiga dan volume total. Ini
sebanding dengan sekitar 15 liter pada dewasa muda dengan berat rata-rata 70 kg.
Cairan Interstitial
Cairan yang mengelilingi sel termasuk dalam cairan interstitial, sekitar 11- 12
liter pada orang dewasa. Cairan limfe termasuk dalam volume interstitial.
Relatif terhadap ukuran tubuh, volume ISF adalah sekitar 2 kali lipat pada
Cairan Intravaskular
volume plasma). Rata-rata volume darah orang dewasa sekitar 5-6 L dimana
3 liternya merupakan plasma, sisanya terdiri dari sel darah merah, sel darah
Cairan transeluler
sekitar 1 liter, tetapi cairan dalam jumlah banyak dapat masuk dan keluar dan
ruang transeluler.
68
Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis zat yaitu elelctrolit dan non
elektrolit
Elektrolit
Merupakan zat yang terdisosiasi dalam cairan dan menghantarkan arus listrik.
Elelctrolit dibedakan menjadi ion positif (kation) dan ion negatif (anion).
Jumlah kation dan anion dalam larutan adalah selalu sama (diukur dalam
miliekuivalen).
Kation
kation utama dalam cairan intraselular adalah potassium (K+). Suatu sistem
pompa terdapat di dinding sel tubuh yang memompa keluar sodium dan
potassium ini.
Anion
Anion utama dalam cairan ekstraselular adalah klorida (Cl-) dan bikarbonat
(HCO3-), sedangkan anion utama dalam cairan intraselular adalah ion fosfat
pada intinya sama maka nilai elektrolit plasma mencerminkan komposisi dan
Non elektrolit
Merupakan zat seperti glukosa dan urea yang tidak terdisosiasi dalam cairan.
69
Body
100%
Water Tissu
100% e
Intraselul Extraselu
er Space ler Space
Intertisiel Intravask
Space uler
paru atau dikenal dengan insensible water losses. Cairan yang hilang ini pada
kehilangan cairan pada ekskresi urin (rata-rata 1500 ml tiap hari, 40-80 ml per
jam untuk orang dewasa dan 0,5 ml/kg untuk pediatnik), kulit (insensible loss
sebanyak rata-rata 6 ml/kg/24 jam pada rata-rata orang dewasa yang mana
kenaikan suhu tubuh 1 derajat celcius pada suhu tubuh di atas 37 derajat
celcius dan sensible loss yang banyaknya tergantung dari tingkatan dan jenis
70
aktivitas yang dilakukan), paru-paru (sekitar 400 ml tiap hari dari insensible
masa pra-bedah sebelum induksi. Setelah dari sisa defisit yang masih ada
jam kedua berikutnya. Kehilangan cairan di ruang ECF ini cukup diganti
dengan ciran hipotonis seperti garam fisiologis, Ringer Laktat dan Dextrose.
Pada penderita yang karena penyakitnya tidak mendapat nutrisi yang cukup
maka sebaiknya diberikan nutrisi enteral atau parenteral lebih dini lagi.
induksi anestesi.
71
Dehidrasi
terhadap darah. Kehilangan cairan dan natrium besarnya relatif sama dalam
dibandingkan air yang hilang. Karena kadar natrium serum rendah, air di
72
DERAJAT DEHIDRASI
Ringan sampai Berat (>9% dan
GEJALA Minimal (<3%
sedang (3-9% dan berat badan)
dan berat badan)
berat badan)
Status mental Baik, sadar penuh Normal, lemas, Apatis, letargi,
atau gelisah, tidak sadar
iritable
Rasa haus Minum normal, Sangat haus, Tidak dapat
mungkin menolak sangat ingin minum
minum minum
Denyut jantung normal Normal sampai Takikardi, pada
meningkat kasus berat
bradikardi
Kualitas denyut normal Normal sampai Lemah atau tidak
nadi menurun teraba
Pernapasan normal Normal cepat Dalam
Mata normal Sedikit cekung Sangat cekung
Air mata Ada Menurun Tidak ada
Mulut dan lidah Basah Kering Pecah-pecah
Turgor kulit Baik <2 detik >2 detik
Isian kapiler Normal Memanjang Memanjang,
minimal
Ekstremitas Hangat Dingin Dingin
Output urin Normal sampai Menurun Minimal
menurun
Tabel 2.5. Tanda-tanda Klinis Dehidrasi
73
Terapi dehidrasi (rehidrasi) dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan
cairan untuk rumatan, defisit cairan dan kehilangan cairan yang sedang
a) Nilai status rehidrasi (sesuai tabel diatas), banyak cairan yang diberikan (D) =
yang disambung dengan pipa penghisap darah (suction pump), dengan cara
tampon besar (laparatomy pads) dapat menyerap darah ± 100 ml. Dalam
74
bila pada luka operasi digunakan cairan pembilas (irigasi) dan banyaknya
darah yang mengenai kain penutup, meja operasi dan lantai kamar bedah.
komponen vasoaktif.
Bayi 80 ml/kgbb
Dewasa
*Laki-Laki 75 ml/kgbb
*Wanita 65 ml/kgbb
75
Class I II III IV
Blood Loss < 750 750-1500 1500-2000 >2000
(Ml)
Blood Loss < 15% 15-30% 30-40% >40%
(%EBV)
Pulse < 100 >100 >120 >140
(x/Min)
Blood Normal Normal Decreased Decreased
Pressure
Capilary N + + +
Refill
Respiratory 14-20 20- 30 30-40 > 40
Rate
Diuresis >30 20-30 10-20 0-10
ml/Hr)
Mental N/ restless Restless/anxiet Somnolence Somnolence/c
Status y oma
Fluid Crystalloid/ Crystalloid/RL Crystalloid+bl Crystalloid+bl
Therapy RL 2.5 L or + colloid 1L ood/RL ood/ RL 1L+
colloid 1L 1L+colloid colloid IL +
0,5L + Blood Blood 2L or
1-1,5L/PRC PRC1L+
0,5 L colloid 1L
bedah mata (ekstrasi, katarak) cukup hanya diberikan cairan rumatan saja selama
76
sebanyak 2 ml/kgBB/jam untuk kebutuhan dasar ditambah 8 ml/kgBB/jam untuk
d. Persiapan mental.
e. Apakah gigi palsu, lensa kontak, perhiasan, cat kuku, lipstik, dll, sudah
77
Mengurangi sekresi kelenjar saluran nafas, misal : sulfas atropindan
hoisin.
Acetilcholin.
1) Penggunaan
b) Premedikasi (vagolisis)
anticolinergik)
lambung
2) Dosis
Dewasa :
dosis maksimurn 40 µg / kg
Anak :
b) Premedikasi (vagolisis)
Dewasa
TV/TM : 0,4-T,0 mg
78
PO : 0,4-0,6mg setiap 4-6 jam
Anak-anak
tinggi (0,3 mg/ml) dapat dilarutkan dalam 3-5 ml sari apel atau
d) Bronkodilasi; inhalasi
3) Farmakologi
79
Blokade vagus perifer dari sinus dan nodus AV meningkatkan
nadi. Penurunan sementara dari nadi dosis yang kecil (0,5 mg pada
perifer yang lemah. Atropin merupakan suatu amin tersier dan karena
itu melintasi sawar darah otak pada dosis yang tinggi merangsang dan
4) Farmakokinetik
IM : 5-40 detik
PU : 30 menit - 2jam
Inhalasi : 3- 5 menit
antisialog 4jam
5) Interaksi / Intoxixitas
80
metoclopramide ; dapat menimbulkan sindrom antikolinergik sentral
6) Pedoman / peringatan
f) Bayi dan anak kecil dan pasien manula lebih rentan terhadap efak
eksitas agitasi.
81
SSP : Kebingungan, halusinasi, kegugupan
GI : Refluk gastroesofagus
Dermatologik : Urtikaria
2. Petidhine
Pethidine adalah merupakan golongan obat analgesic opioid dan dikenal juga
a) Penggunaan
(1) Premedikasi
(2) Analgesia
b) Dosis
(1) Analgesia
(3) Infus
82
IV : Bolus 5-30 mg (0,1-0,6 mg/kg)
(5) Epidural 4
c) Farmakologi
83
d) Farmakokinetik
akan tetapi kecepatan absorbs mungkin tidak teratur setelah suntikan TM.
Kadar puncak dalam plasma biasanya dicapai dalam 45 menit dan kadar
penderita berobat jalan reaksi ini timbul lebih sering dan lebih berat
opstipasi dan retensi urine tidak begitu sering timbul pada morin tetapi
84
efek sedasinya sebanding morpin. Penderita yang mual muntah pada
terhadap morfin dan opioi lain. Pada penderita hati dan orang tua dosis
juga depresi nafas, koma dan kematian. Depresi nafas oleh meperidine
dapat dilawan oleh nalorfin atau nalokson. Pada pecandu meperidine yang
telah kebal akan efek depresi, pemberian meperidine dalam dosis besar
f) Indikasi
dasar masa kerjanya yang lebih pendek daripada morpin. Misalnya untuk
85
dan pneumoensefalosgrafi.Pada bronscoskopi meeridine kurang cocok
menderita nyeri.
3. Morphine
a) Farmakodinamik
Efek samping morfin pada susunan saraf pusat dan usus ditimbulkan
Narkosis
, seduh dan gelisah. Sebaliknya pada dosis yang sama pada orang
86
panas, muka gatal dan mulut terasa kering depresi napas dan
Analgesia
fungsi sensorik lain yaitu rasa laba, rasa getar (vibrasi), penglihatan
87
3) Morfine memudahkan tidur dan pada waktu tidur ambang rangsang nyeri
meningkat.
Eksitasi
jarang timbul.
Miosis
Miosis ini dapat dilawan oleh atropine skopolamin. Pada intoksikasi morfine
pin point pupils merupakan gejala yang khas. Dilatasi berlebihan hanya
timbul pada stadium akhir intoksikasi morfine. Morfine dalam dosis terapi
Depresi Napas
berdasarkan efek langsung pada pusat nafas batang otak. Pada dosis kecil
volume semenit dan tidal excenge, akibatnya PCO2 dalam darah dan udara
88
Mual Muntah
stimulan pusat emetic sendiri. Efek einetik lain tidak efektif setelah
kutan pada penderita yang berbaring, jarang terjadi mual dan muntah.
2) Saluran Cerna
Pada manusia peninggian tonus otot pols lambung oleh morfine sedikit
Usus halus. Efek morfine ini lebih jelas terlihat pada duodenum.
Penerusan isi usus menjadi lebih padat. Tonus valvula ileosekalis juga
meninggi. Atroin dosis besar tidak lengkap melawan efek morfine mi.
89
Usus besar morfine mengurangi atau menghilangkan gerakan propulsi
usus besar, meninggikan tonus otot dan menyebabkan spasme usus besar,
akibatnya penerusan isi kolon menjadi lebih lambat dan tinja menjadi
3) Sistem Kardiovaskuler
maupun irama denyut jantung. Perubahan yang terjadi pada dosis toksis,
tekanan darah turun akibat hipoksida pada stadium akhir intoksikasi morfine.
Hal ini terbukti dengan dilakukannya nafas buatan atau dengan memberikan
berlangsung.
b) Farmakokinetik
Morfine tidak dapat menembus kulit utuh, tetapi dapat diabsorbsi melalui
kulit luka. Morfine juga dapat menembus mukosa. Dengan kedua cara
pemberian ini absorbs morfine kecil sekali. Morfine dapat diabsorbsi usus,
tetapi efek analgesiknya setelah pemberian oral jauh lebih rendah daripada
90
efek analgetik yang timbul setelah pemberian parental dengan dosis yang
sama. Mula kerja semua alkaloid opioid setelah suntikan IV sama cepat,
dikeluarkan dalam bentuk bebas dan 18% tidak diketahui. Morfine dapat
melalui ginjal. Sebagian kecil morfine bebas ditemukan dalarn tinja dan
c) Efek Samping
4. Midazolam
a) Farmakodinamik
91
kerjanya singkat, bekerja kuat menimbulkan sedasi dan induksi tidur.
b) Dosis
(1) Premedikasi
(5 mg/ml)
(2) Sedasi
(3) Induksi
IV 50-350igIkg
(4) Antikonvulsan
diperlukan
c) Farmakologi
Mula kerja: IM sedasi: sampai 15 menit; IV.: 1-5 menit. Puncak efek: IM:
M: sampai 6 jam; rata-rata 2 jam. Absorpsi oral cepat. Distribusi: Vd: 0,8-
2,5 L/kg; meningkat oleh adanya gagal jantung kongestif dan gagal ginjal
92
kronik. Ikatan protein 95%. Metabolisme: secara ekstensif di hati melalui
feses 2-10%.
d) Penyimpanan
Pada konsentrasi akhir 0,5 mg/ml stabil sampai 24 jam bila diencerkan
mg/mli dalam NaCl fisiologis stabil sampai 10 hari. Dapat juga dicampur
e) Kontra Indikasi
f) Efek Samping
tonik-kionik
93
(4) GI : Saliva, muntah, rasa asam
suntikan
g) Interaksi Makanan
SSP.
h) Interaksi Obat
diturunkan 30% padausia < 65 tahun, 50% pada usia > 65 tahun bila
94
i) Pengaruh Kehamilan
j) Peringatan
(2) Pasien dengan COPD biasanya peka terhadap efek depresi pernafasan
sesuai.
(4) Hipotensi dan depresi pernafasan yang tidak diharapkan dapat terjadi
(5) Depresi dan henti pernafasan dapat terjadi jika digunakan untuk
k) Mekanisme Aksi
95
5. Obat Induksi
1. Propofol
Obat induksi sedasi sadar, menimbulkan induksi yang cepat serta distribusi
memiliki efek anti emetic intrinsic. Dapat menekan korteks adren& dan
tekanan perpusi otak, dapat terjadi pelepasan histamin dan reaksi alergi
a) Farmakologi
injection: tidak terjadi nekrosis jaringan, pada injeksi intra arteri tidak
b) Dosis
20cc.
96
c) Kontra Indikasi
kedelai.
d) Ekskresi
Dimetaboliser dihati.
e) Efek Samping
bradikardi, hipertensi.
2. Ketamine
Pertama kali ditemukan oleh Domino dan Carsen tahun 1965, yang
bedah singkat.
a) Farmakologi
dengan adanya reflex laring yang normal atau agak meningkat, tonus
97
kadang-kadang depresi pernapasan yang sementara atau menimal.
b) Farmakokinetik
dengan arniofilin.
c) Sifat Fisik
meningkat
98
Hipersalivasi, mual dan muntah
d) Penggunaan Klinik
Cara pengenceran:
e) Dosis
f) Efek
Terhadap CNS
Terhadap Kardiovaskuler
99
Nadi meningkat
sirkulasi.
Terhadap Respirasi
oleh histamine
g) Indikasi
Pasien asmatik
fungsi vital
h) Kontraindikasi
Hipertensi dengan systole > 160 mmHg, diastole > 100 mmHg
i) Keuntungan Ketamin
100
Depresi faring dan laring minimal
Mudah pemberiannya
j) Kerugian Ketamin
dewasa
Harga mahal
Hipertensi
Relaksasi kurang
Peningkatan salivasi
101
6. Analgetik Opioid
1. Fentanyl
Obat analgesic yang sangat kuat berupa cairan isotonic steril untuk
morfin. Awitan yang cepat dan lama aksi yang singkat mencerminkan
a) Farmakologi
metabolit tidak aktif dan obat utuh 2-12 %.Pada kerusakan ginj al terj
b) Dosis
(1) Analgesia
(2) Induksi
102
(4) Anestesik Tunggal
(5) Epidural
(6) Spinal
IV : tambahlcan 50 μg local.
c) Penyimpanan
d) Kontraindikasi
e) Efek Samping
103
1) Kardiovaskuler : hipotensi, bradikardi
4) Mata miosis
trakstus biliaris.
f) Interaksi Obat
neuromuskuler
kengestifjantung
opioid.
104
Pengaruh Menyusui
Parameter Monitoring
3) Bentuk Sediaan
a) Suntikan 50 μg/ml
4) Peringatan
Hati-hati pada pasien disfungsi hati dan ginjal karena akan memperiama
kerja dan efek akurnulasi opioid, juga pada pasien lanjut usia, pada depresi
Informasi Pasien
dan psikologi.
Mekanisme Aksi
105
7. Antagonis Obat Narkotik
1. Naloxone
1) Kegunaan
pada akhir pembedahan dengan dosis dicicil 1-2 μg/KgBB IV, dapat
2) Efek Samping
3) Eliminasi
Dimetabolisme di liver.
106
4) Penggunaan:
dan kardiogenik.
5) Farmakologi
6) Farmakokinetik
107
Lama aksi : IV/IMJSK: 1-4 jam
7) Pedoman/peringatan
Jika akses intravena tidak ada, obat dapat diencerkan 1:1 dalam NS
ketergantungan narkotik.
8) Kemasan
108
9) Pengenceran Untuk Infus
Efek samping narkotik: IV, 0,4-0,8 mg (1-2 ampul) dalam 100 ml.
8. Obat Relaxant
1. Atracurium
terjadi di dalam darah, tidak bergantung pada fungsi hati dan ginjal, tidak
a) Penggunaan
b) Farmakologi
dalam urin. Dosis yang berulang atau inffis yang berlanjut kurang
109
relaksan otot lain. Konsentrasi laudanosin darah dapat mendekati
c) Farmakodinamik
operasi opthalmik.
d) Farmakokinetik
yang terjadi pada pH dan suhu fisiologis dan melalui hidrolisis ester
110
ginjal dan hati normal, dan sekitar 15 jam pada pasien gagal ginjal,
sedangkan pada pasien gagal ginjal dan hati sekitar 40 jam. Terminasi
metabolism ataupun ekskresi hati atau ginjal. Oleh karena itu, lama
peredaran darah.
pH darah dan suhu tubuh pasien selama masih dalam kisaran fisiologis
fungsi ginjal atau hati yang abnormal. Metabolit ini tidak berperan
e) Dosis
Pemeliharaan
f) Eliminasi
g) Efek Samping
111
Kardiovaskuler hipotensi, vasodilatasi, takikardi sinus, bradikardi.
h) Peringatan
glikopirolat
hipoventilasi.
i) Penyimpanan
2. Rocuronium
112
kerugiannya adalah terjadi gangguan fiangsi hati dan efek kerja yang lebih
larna.
a) Penggunaan
Eliminasi terutama oleh hati dan sedikit oleh ginjal. Durasi tidak
berat dan kehamilan, baik untuk infusan jangka panjang (di ICU). Pasien
c) Dosis
2) Pemeliharaan
3) Prapengobatan / priming
(a) IV 10% dan dosis intubasi dibenikan 3-5 menit sebelum dosis
(b) Pada pasien obesitas, dosis rokuronium harus didasarkan pada berat
d) Farmakologi
113
kurang potens daripada vekuronium dan berkompetisi untuk reseptor
e) Efek Samping
f) Peringatan
kelebihan dosis
atau glikopirolat.
hipoventilasi.
114
9. Obat Emergency
1. Adrenalin
a) Farmakologi
adalah efek pada jantung, otot polos pembuluh darah dan otot polos
lain.Obat ini menstimuler baik alfa maupun betha reseptor. Zat ini
dan dilepaskan oleh acetil choline dan serabut otonom pre ganglion.
1. Sistem Kardiovaskuler
115
fase 4, yakni depolarisasi lambat sewaktu diastole, dari nodissino
berkurang.
2. Ginjal/Kandung Kemih
3. Sistem Respirasi
116
(SRS-A) dan lain-lain. Pada asma epineprinejuga menghambat
alfal.
stimulasi SSP kuat karena obat ini relatif polar sehingga sukar
5. Saluran Cerna
b) Farmakokinetik
karena sebagian besar oleh enzim COMT dan MAO yang banyak
terdapat pada dinding usus dan hati. Pada penyuntikan sub kutan,
117
mempercepat dengan memijat tempat suntikan. Absorpsi yang lebih
kedua enzim COMT dan MAO, tetapi jaringan lain juga dapat
ini cepat setelah istirahat. Penderita hipertiroid dan hipertensi lebih peka
118
menimbulkan aritmia ventrikel. febrilasi ventrikel bisa terjadi biasanya
organic.
Inhalasi 3 - 5 menit
Inhalasi 1 - 3 jam
d) Penggunaan Klinis
merangsang jantung pada waktu terjadi henti jantung oleh berbagai sebab.
e) Dosis
Henti Jantung
119
Dosis standart Bolus IV, 1 mg atau 0,02 mg/kg (10 ml atau 0,02 mg/kg
larutan 1 : 1000) dalam volume yang sama normal saline steril dan
Dewasa 0,1 - 0,5mg sub kutan atau IM ( 0,1 - 0,5 ml dilarutkan 1: 10000)
subkutan dapat diulangi dalam interval 10 -15 menit pada pasien dengan
syok anafilatik dan dalam interval 20 menit hingga 4 jam pada pasien
asma.
2) Lidokain
a) Penggunaan
120
Anestesi regional, pengobatan aritmia ventrikuler, khususnya jilca
b) Dosis
laringoskopi.
hemodinarnik stabil.
Pelemahan fasikulasi
Anestesi local
121
Regional intravena
infuse 6-12 ml/jam (larutan 0,55 dengan atau tanpa narkotik pidural);
c) Eliminasi
d) Kemasan
e) Farmakologi
Anestesi local turunan amida ini mempunyai awitan aksi yang cepat.
yang diperlukan untuk memulai dan menghantarkan impuls. Obat ini juga
dan mempendek periode refraktek efek dan lama potensial aksi dan system
122
his-purkinje. Lama potensial aksi dan periode refraktef aktif otot
Jika diberikan secara intravena, hal ini disebabkan oleh efek analgesic dan
lambat.
f) Farmakokinetik
g) Pedoman / Peringatan
123
b. Benzodiazepine meningkatkan ambang kejang
amida
kemih dan usus, deficit motorik, sensorik, otonomik dan segmen bawah.
3. Ephedrine
a) Farmakodinamik
berefek
124
Suatu rangsangan simpatis yang kuat. Denyut jsntung menguat dan
kurang efektif
b) Penggunaan
Memiliki keuntungan bahwa cardiac out put dan venous return itu
meningkat
c) Dosis
Efek puncak IV 2-5 menit, IM < 10 menit , DOA IV/IM 10-60 menit
d) Pedoman
sistemik.
125
Dapat menimbulkan suatu tingkat stimulasi SSP tidak dapat diterirna
1. Halotan (F3C-CHBrCI)
trifluoroetan, mempunyai berat molekul 197, berat jenis 1,18 (pada suhu
25 derajat celcius) dan titik didih 50 derajat celcius dan mempunyai MAC
0,87%. Secara fisik, halotan adalah cairan yang tidak berwarna, berbau
harum tidak mudah terbakar atau meledak, tidak iritatif dan tidak tahan
dekomposisi menjadi HC1, HBr, klorin, Bromin dan Fosgen bebas, disi
tiol 0,01% sebagai pengawet. Halotan bisa diserap oleh karet sirkuit
b. Efek Farmakologi
126
hipnotik, depresi pada pusat sensorik menimbulkan khasiat analgesia
dan oleh karena itu tidak dipilih untuk anestesi pada kraniotomi.
otot jantung, relaksasi otot polos dan inhibisi baroreseptor. Keadaan ini
pusat nafas, sehingga pola nafas menjadi cepat dan dangkal, volume
127
tidal dan volume nafas semenit menurun dan menyebabkan dilatasi
bronkus.
Terhadap ginjal
aliran darah ke ginjal dan laju filtrasi glomerulus, tetapi efek mi hanya
obat ini perlu dilakukan modifikasi dosis, Pada saat persalinan normal,
Terhadap hati
darah pada lobulus sentral hati sampai 25-30%. Faktor-faktor yang lain
sentral ini menimbulkan nekrosis sel pada sentral hati yang diduga
128
lebih bermanifes, apabila diberikan halotan berulang dalam waktu yang
relatif singkdt.
pada hepar. Jadi sikap yang disepakati pada saat ini adalah bahwa
mungkin saja terjadi nekrosis sel hati setelah anestesia dengan halotan,
panas tubuh.
c. Penggunaan Klinik
129
Pada bayi dan anak-anak yang tidak kooperatif, halotan digunakan
d. Dosis
antara 0,5-1,0%.
e. Kontra indikasi
2. Operasi kraniotomi.
130
gangguan irama jantung dan hepatotoksik, serta menimbulkan menggigil
pasca anestesia.
eter. Dikemas dalam bentuk cair, tidak berwarna, tidak iritatif, berbau agak
a) Efek Farmakologi
otot muka dan anggota gerak. Hal ini terutama dapat terjadi bila
131
pemakaian adrenalin sangat jarang menimbulkan disritmia.
enfluran.
132
(6) Terhadap uterus
b) Biotransformasi
hati, sebagian besar keluar seeara utuh lewat respirasi. Rendahnya daya larut
dan anorganik.
c) Penggunaan Klinik
mempunyai efek analgetik ringan dan relaksasi otot ringan. Pada bayi dan
d) Dosis
(1) Untuk induksi, konsentrasi yang diberikan pada udara inspirasi adalah 2-
133
(2) Untuk pemeliharaan dengan pola nafas spontan, konsentrasinya berkisar
e) Kontra Indikasi
relatif jarang karena efeknya terhadap ginjal dan hati tersebut, seperti telah
diuraikan di atas.
(1) Keuntungannya adalah induksi cepat dan lancar, tidak iritatif terhadap
3. Isofluran
tidak berwarna, tidak eksplosif, tidak mengandung zat pengawet, dan relatif
tidak larut dalam darah tapi cukup iritatif terhadap jalan nafas sehingga pada
saat induksi inhalasi sering menimbulkan batuk dan tahanan nafas. Proses
anestesi inhalasi yang ada pada saat ini tapi masih lebih lambat dibandingkan
dengan sevofluran.
134
a) Efek Farmakologi
darah otak tetap stabil. Kelebihan lain yang dimiliki oleh isofluran
Efek depresinya pada otot jantung dan pembuluh darah lebih ringan
dibanding dengan obat anesetesi volatil yang lain. Tekanan darah dan
kelainan kardiovaskuler.
135
(4) Terhadap otot rangka
Pada dosis anestesi, isofluran menurunkan aliran darah ginjal dan laju
hepatotoksik.
b) Biotransformasi
c) Fenggunaan Klinik
136
Untuk rnengubah cairan isofluran menjadi uap, diperlukan alat penguap
d) Dosis
e) Kontra Indikasi
Tidak ada kontra indikasi yang unik. Hati-hati pada hipovolemik berat.
(1) Keuntungannya adalah induksi cepat dan lancar, tidak iritatif terhadap
137
4. Sevoflurane
tidak berbau, stabil di tempat biasa (tidak perlu tempat gelam), dan tidak
terlihat adanya degradasi sevofluran dengan asam kuaat atau panas. Obat ini
tidak bersifat iritatif terhadap jalan nafas sehingga baik untuk induksi
inhalasi.
obat anestesi inhalasi yang ada pada saat ini. Sevofluran dapat dirusak oleh
a) Efek Farmakologi
138
Tahanan vaskuler dan curah jantung sedikit menurun,
lebih sedikit.
pada bayi.
139
(3) Terhadap sistem respirasi
sama dengan halotan dan pada 1,4 MAC tingkat depresinya lebih
manusia setelah penggunaan sevofluran oleh lebih dari dua jua orang
140
(6) Terhadap uterus
dan kehilangan darah minimal. Tidak terjadi efek buruk pada bayi dan
b) Biotransformasi
c) Elemmnasi
desfluran, tetapi masih lebih cepat dibanding isofluran, enfluran, dan halotan.
diekskresikan lewat urine. Tidak ada pengaruh nyata pada fungsi ginjal dan
d) Penggunaan Klinik
141
efek hipnotik, juga mempunyai efek analgetik ringan dan relaksasi otot
ringan. Pada bayi dan anak-anak yang tidak kooperatif, sangat baik digunakan
e) Dosis
(1) Untuk induksi, konsentrasi yang diberikan pada udara inspirasi adalah 3,0-
f) Kontra Indikasi
(1) Keuntungannya adalah induksi cepat dan lancar, tidak iritatif terhadap
5. Desflurane
142
dibandingkan dengan agen volatil yang lain. Memerlukan alat penguap
khusus (TEC-6) dengan saran elektrik tidak seperti agen yang lain.
a) Efek Farmakologi
tekanan darah. Efek terhadap hepar dan ginjal sama dengan sevofluran.
b) Biotransformasi
c) Penggunaan Klinik
d) Dosis
e) Kontra Indikasi
143
f) Keuntungan Dan Kelemahan
Mencuci tangan
144
Oksigenasi dengan bag dan mask/ ambil bag dengan O2
Perawatan intubasi:
kooperatif
145
Lakukan suction setiap fisioterapi nafas dan sewaktu-waktu
waktu tertentu
No OTT/ ETT
2.4.1 Pengkajian
146
harus dilakukan dengan teliti dan cermat sehingga seluruh kebutuhan
(Nikmatur, 2012).
2.4.3 Perencanaan
(Nikmatur, 2012)
2.4.4 Pelaksanaan
2.4.5 Evaluasi
(hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap
147
2.5 ANESTESI UNTUK BEDAH VASKULER OTAK
ANEURISMA OTAK
ARTERIOVENA MALFORMASI
Bedah vaskular otak umumnya dilakukan pada aneurisma otak baik yang
masih utuh maupun yang pecah, atau pada malformasi arteri vena (AVM-
yang meningkat.
untuk bedah otak, lebih – lebih bedah vaskular otak. Untuk pasien dengan
148
Penurunan tekanan darah pada otak yang sudah ischemik akan
menimbulkan infrak.
hiperperfusi
perdarahan.
Senyawa untuk blok simpatis yang biasa digunakan adalah golongan non-
149
Propanolol
Labetalol
hipertensi selama pembedahan, karena mula kerjanya yang cepat (1menit setelah
pemberian intravena) dan efek puncak dicapai dalam 5 menit setelah pemberian.
Dosis yan dianjurkan untuk kasus bedah saraf untuk mengendalikan hipertensi
pada waktu pasien mulai sadar adalah 1,5 mg/kg. Penurunan tekanan darah diikuti
Esmolol
jantung. Esmolol dapat digunakan secara titrasi melalui infus untuk mendapatkan
tekanan darah yang diinginkan. Efek blokade akan berakhir setelah pemberian
dihentikan 15-30 menit. Pemberian dengan dosis awal 0,5 mg/kg di ikuti dengan
pemberian melalui infus memberi efek dalam 1-2 menit. Keuntungan penggunaan
150
esmolol pada saat pasien mulai sadar adalah bahwa obat ini tidak menyebabkan
Vasodilator
Sodium nitroprusid
mulai kerja dan akhir kerjanya cepat. Karena efeknya sangat kuat maka
Hidralizin
arteri lebih besar daripada sirkulasi vena. Senyawa ini juga menyebabkan
151
takhikardia dan peningkatan aliran darah otak. Pemberian secara intravena
dengan dosis bolus 5-10 mg untuk orang dewasa, dengan mula kerja
setelah 15-20 menit dan lama kerja 2-4 jam. Dibanding dengan nitroprusid,
Nitrogliserin
Blok ganglion
152
2.5.2 ANEURISMA PEMBULUH DARAH OTAK
pembedahan aneurisma intrakranial telah lebih dari 60 tahun. Tetapi sampai saat
terjadinya SAH. Gejala SAH berupa nyeri kepala hebat yang terjadi mendadak
dengan atau tanpa hematoma intracerebral. Pada angiografi dapat terlibat adanya
aneurisma satu atau lebih. Aneurisma umumnya didapatkan disekitar sirkel willis.
153
Untuk mendapatkan penilaian yang lebih baik tentang resiko pembedahan,
dimodifikasi oleh (Hunt dan Hess) hanya memberikan keluhan nyeri kepala
dengan atau tanpa kaku kuduk, dan tidak didapakan defisit neurology kecuali
paralysis saraf kranial. Kategori III dan IV ditandai dengan defisit terfokus atau
koma.
154
Klasifikasi aneurisma intrakranial menurut risiko pembedahan
(menurut Hunt & Hess)
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Kategori Kriteria
---------------------------------------------------------------------------------------------------
I. Tanpa gejala, atau nyeri kepala ringan dengan kaku kuduk
ringan
II. Nyeri kepala sedang sampai berat, kaku kuduk, tanpa defisit
neurologik kecuali paralysis saraf cranial.
III. Mengantuk, bingung, atau defisit terfokus sedang
IV. Stupor, hemiparesis sedang sampai berat, kemungkinan
awal kekakuan deserebrasi dan gangguan vegetatif.
V. Koma dalam, kekakuan deserbrasi, tampak sekarat.
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Dikutip dari Anesth Analg 1995;81:1060-1072
Apabila pada pasien didapatkan penyakit sistemik berat yang lain misalnya
arteriografi tampak vasospasme hebat, maka kategori berubah satu tingkat ke arah
lebih jelek. Disamping kedua klasifikasi tersebut masih terdapat skala gradiasi
155
Skala gradiasi menurut WFNS
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Gradiasi WFNS GCS Defisit motorik
---------------------------------------------------------------------------------------------------
I. 15 Tidak ada
II. 14-13 Tidak ada
III. 14-13 Ada
IV. 12-7 Ada atau tidak ada
V. 6-3 Ada atau tidak ada
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Dikutip dari Anesth Analg 1995;81:1060-1072
Patofisiologi
pascabedah.
Perdarahan ulang
Salah satu penyulit besar dari SAH akibat pecahnya aneurisma adalah
dalam kondisi baik setelah SAH yang pertama. Timbulnya risiko perdarahan
156
Faktor yang bertanggung jawab terhadap terjadinya perdarahan ulang
tekanan pada dindingnya dan makin besar kemungkinan pecah. Traksi yang
berlebihan pada induk arteri atau robeknya kantong aneurisma pada waktu diseksi
Vasospasme
vasospasme pembuluh darah otak yang besar dapat terjadi pada 30-70% kasus.
hasil vasospasme cerebral yang dibuktikan ringan sampai berat dan sementara
atau menetep. Setelah mengalami SAH, 10-20% dari semua pasien akan
setelah SAH. Gradiasi klinis yang jelek menyebabkan angka kejadian tertingi.
ischemik, dengan jumlah darah yang ada korelasinya dengan risiko terjadinya
yang tinggi. Bila pada periode prabedah didapatkan gejala iritasi meningen yang
hebat dan pada saat pembedahan didapatkan otak dalam keadaan edema dan
157
Evaluasi dan pengolahan prabedah
status volume sirkulasi, dan rentang tekanan darah prabedah. Harus pula dicari
darah yang tampak dalam Ctscan ada korelasinya dengan terjadinya vasospasme.
158
Angiografi dapat menunjukkan berat ringannya vasospasme cerebral yang
Kelainan EKG pada pasien dengan SAH sering dijumpai. Kelainan yang
pneumonitis. Pada pasien dengan gangguan kesadaran dan peningkatan TIK dapat
dapat timbul setelah SAH berupa hiponatremi dan hipovilemia meskipun tidak
Premedikasi
perlu diberikan sedativa. Oleh karena barbiturat dan narkotik dapat menyebabkan
depresi nafas yang mengakibatkan kenaikan aliran darah otak dan volume darah
159
Induksi dan Rumatan Anetesi
1%, tetapi mortalitas yang ditimbulkan tetap tinggi. Kejadian biasanya diawali
dengan peningkatan tekanan darah mendadak pada waktu intubasi. Oleh karena
itu tujuan yang harus dicapai selama induksi adalah menurunkan resiko pecahnya
aneurisma. Upaya untuk menjaga agar aneurisma tidak pecah dengan menjaga
transmural adalah TAR dikurangi dengan TIK. Sebelum tulang tengkorak dibuka,
peningkatan mendadak dari TAR atau penurunan mendadak dari TIK akan
Terdapat dua tahap yang harus dijaga, yaitu induksi anestesi untuk
intubasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, induksi dilakukan dengan tiopental (3-5
mg/kg) atau propofol (1,5-2 mg/kg), dikombinasikan dengan fentanyl (3-7 μg/kg)
kedua pentotal (1-2 mg/kg). Sebagai pengganti pentotal dapat dilakukan anestesi
160
Rumatan Anestesi
perfusi otak; (3) bila diperlukan mengurangi tekanan transmural pada waktu
dilakukan diseksi aneurisma dan kliping akhir; (4) menyiapkan agar pasien
dengan gradasi yang baik dapat segera bangun pada akhir anestesi, sehingga dapat
kombinasi N2O, opioid, dan isofluran (0,5-1%), atau dengan propofol intravena
N2O karena dapat meningkatkan TIK. Untuk itu perlu digunakan campuran
oksigen dan udara, guna menghindari penggunaan oksigen 100%. Bila tanpa N2O,
diperlukan kadar obat volatile anestesi lebih besar, atau dosis obat intravena yang
lebih besar pula. Demikian pula dosis opioid harus lebih besar, karena hilangnya
tekanan transmural yang memadai. Untuk pelumpuh oto digunakan golongan non-
Relaksasi otak
diberikan dalam 30 menit untuk mendapat efek diuresis. Efek manitol mulai
161
tampak setelah 4-5 menit dan mencapai puncaknya dakam 30-45 menit. Berbeda
dari pembedahan tumor, mannitol baru boleh diberikan setelah dura terbuka.
aneurisma lebih baik, selanjutnya bila perlu dilakukan tranfusi untuk mengganti
perdarahan. Bila perdarahan sangat banyak dapat terjadi syovk hipovolemik yang
TAR perlu diturunkan sampai < 50 mmHg, yang dapat dilakukan dengan
Akhir Pembedahan
dinaikkan kembali ke harga normal atau batas atas normal, umtuk memberi
jam sebelum kepala dibebat. Sementara itu dapat digantikan dengan remifentanil
bangun dan dapat dilakukan evaluasi neurologik, sebaiknya dosis total tidak
162
Untuk pasien dengan kategori Hunt & Hess prabedah III atay lebih, pada
semacam ini, lebih dianjurkan untuk melakukan anestesi intravena total (TIVA)
menggunakan kombinasi propofol dan fentanyl atau sufentanil. Pada kasus sulit
tiap 6-8 jam, untuk mendapatkan analgesi yang memadai serta menanggulangi
dapat pula mengalami kejang atau nyeri kepala. Karena AVM umumnya
merupakan kelainan dengan tekanan tinggi dan tahanan rendah, maka jarang
163
Pengelolaan perioperatif dan anestesi
akses vena, pengelolaan penyakit medik yang ada dab disfungsi neurologik
secukupnya.
164
berlangsung harus dijaga relaksasi otak, normovolomia, isotonisitas,
Apabila tidak ada indikasi untuk melakukan hipotensi, maka tekanan perfusi
165
BAB III
TINJAUAN KASUS
Vp Shunt e.c CVA ICH, IVH, SAH e.c Susp.Ruptur Aneurisma Yang Akan
3.1 PENGKAJIAN
Nama : Tn. E
Umur : 47 Tahun
Status : Menikah
Suku : Jawa
Agama : Islam
Berat Badan : 68 kg
166
3.1.2. Anamnesa
Pasien mengatakan nyeri kepala (pusing) sejak 3 bulan yang lalu hilang
timbul. Mulai 1 bulan yang lalu nyeri kepala semakin bertambah dan memberat
bila dibuat aktivitas terutama pada saat duduk dan berdiri, disertai mual,tidak
mau makan dan leher terasa kaku. Oleh keluarga, pasien dibawa periksa ke
RSUD. Nusa Tenggara Barat, pasien dinyatakan terkena sakit aneurisma dan
Tanggal 3 Mei 2019 pasien MRS di Ruang Bedah Cempaka dengan keadaan:
Primary Survey
A : bebas
B : Nafas spontan, RR: 18-20x/mnt, Ves/Ves, Rhonci -/-, Wheezing -/-, SpO2
98%, O2 21%
C : Akral hangat kering merah, CRT:<2”, TD: 160/80 mmHg, Nadi:100x /menit
E : Edema -/-
Pada bulan April 2019 lalu pasien sempat tidak sadarkan diri dan akhirnya
oleh keluarga dibawa ke RSUD. Nusa Tenggara Barat dan pasien dinyatakan
167
d. Riwayat Penyakit Keluarga:
maupun menahun, dan tidak ada yang menderita penyakit yang sama.
e. Riwayat Alergi:
B1 (Breath):
B2 (Blood): suara jantung vesikuler kanan dan kiri, suara 1 dan 2 sama
B3 (Brain) : Keadaan umum lemah, GCS E4V5M6, pupil bulat isokor (3/3),
penglihatan kabur(+)
168
B6 (Bone): Edema -/-
JENIS NILAI
TANGGAL/JAM HASIL
PEMERIKSAAN RUJUKAN
3/5/19 Jam 15.00 Hb 11,5 g/dl 13,3-16,6
Leukosit 6,40 /10^μL 3,37-10,11
Hematokrit 35,4 % 41,3-52,1
Trombosit 386 / 10^μL 150-450
BUN 7,0 mg/dl 10-20
Kreatinin serum 0,64 mg/dl 0,5-1,2
Albumin 3,7 g/dl 3,4-5
SGOT 25 U/L < 41
SGPT 42 U/L < 38
APTT 25,9/26,6 detik 9 – 12 detik
PPT 9,9/12,6 detik 23 – 33 detik
GDA 92 mg/dl 0,50 – 1,20
Natrium 147 mmol/I 136-144
Kalium 5,1mmol/I 3,8-5
Klorida 104mmol/I 97-103
HBSAG rapid Negatif
CRP 1,13 mg/dl
169
Thorak foto tanggal 4 Mei 2019
-Hidrocephalus
-AVM
170
2. Rencana Tindakan Anestesi
Dari pengkajian data diatas maka diputuskan oleh dokter anestesi akan
B1 (Breath):
c. Pastikan pasien tidak memakai gigi palsu saat akan operasi, bila ada gigi
Maintenance cairan:
B3 (Brain) : Keadaan umum lemah, GCS E4V5M6, pupil bulat isokor (3/3),
171
B4 (Bladder): BAK Spontan
B5 (Bowel): Abdomen supel, nafsu makan menurun(+), Bising Usus (+) pasien
172
INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI
Tabel 1
TANGGAL DIAGNOSA ANALISA DATA KRITERIA HASIL PERENCANAAN IMPLEMENTASI
14-5-2019 Pre operasi : DS : Pasien mengatakan Tujuan : 1. Bina hubungan saling 1. Membina hubungan
Jam 07.45 Lemas berhubungan cemas akan tindakan operasi Setelah dilakukan asuhan percaya saling percaya
dengan kurang DO : keperwatan anestesi 1x60 2. Jelaskan pada pasien 2. Menjelaskan pada pasien
pengetahuan tentang Wajah pasien tampak menit diharapkan cemas tentang prosedur tentang prosedur tindakan
operasi dan dapat teratasi tindakan 3. Mengkaji tingkat
tegang
kecemasan pasien
pembiusan Pasien tampak gelisah Kriteria hasil : 3. Kaji tingkat 4. Menganjurkan kepada
TD : 160/80 mmHg Pasien tampak tenang kecemasan pasien pasien untuk
Nadi : 100x / menit Pasien tampak tidak 4. Anjurkan kepada menenangkan pikiran
RR : 18-20x / menit gelisah pasien untuk 5. Mengobservasi tanda-
SpO2 : 99% Observasi tanda vital : menenangkan pikiran tanda vital
Problem : TD : 160/80 mmHg dengan cara (tensi,nadi,RR)
Nadi : 100x /menit mengalihkan 6. Mengobservasi dengan
Cemas
SpO2 : 99% dengan perhatian dokter anestesi untuk
Etiologi :
Pengetahuan kurang tentang O2 : 21% 5. Observasi tanda – pemberian obat
tanda vital (tensi, premedikasi (midazolam
prosedur dari tindakan RR : 18-20x /menit 3mg)
pembedahan dan pembiusan nadi, RR)
↓ 6. Kolaborasi dengan
Stessor mening kat dokter anestesi untuk
↓ pemberian obat
Cemas premedikasi
(midazolam 3mg)
Diagnosa keperawatan Pre Operasi :
1. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang operasi dan pemiusan
173
3.2.2. Durante Operatif
B1 (Breath):
: 99 % dengan O2 21%.
B3 (Brain) : Keadaan umum lemah, GCS E4V5M6, pupil bulat isokor (3/3),
B5 (Bowel): Abdomen supel, nafsu makan menurun(+), Bising Usus (+) pasien
A. Persiapan Anestesi
(b) Pemeriksaanfisik
174
2. Bag Valve Mask
5. Xyllocain spray
7. Magyl forceps
8.Laryngoscope lengkap dengan blade sesuai ukuran dan pastikan lampu dapat
9. Oropharingeal tube
10. Stetoscope
19. Pastikan IV line terfiksasi dengan baik dan infus jalan dengan lancar
B. Penatalaksanaan Anestesi
175
b). Sebelum induksi, Bentuk rahang dan kondisi gigi geligi di periksa
e). Mulai induksi, penyuntikan obat induksi yang dilanjutkan dengan oksigen
Midazolam: 3 mg
Propofol: 100mg + 70 mg
Rocuronium: 50 mg
g). Laringoskop di masukkan menyusuri tepi kanan rongga mulut dan tepi
h). Ujung blade ditempatkan di depan epiglottis dan epiglottis diangkat keatas,
tulang thyroid.
laringoscop
176
k). Ujung endotrakeal melewati laryng sampai ujung pipa dan cuff berada
n). Fiksasi.
o). Lakukan monitoring sampai dengan operasi selesai yang meliputi TTV,
2. Jenis anestesi : general anestesi dengan teknik intubasi oral sleep apneu,
ETT No 7,5 Cuff 5 cc, sudut bibir kanan 20 cm, teknik induksi intravena. 3.
4. Maintenance :
Diastolic: 53 – 90 mmHg
Suhu: 36°C
Sat O2 : 99 – 100 %
177
Jam ABP Nadi RR Suhu SpO2
98/54
08.30 124 20 36,5 99%
(map 69)
138/74
08.45 98 22 36 99 %
(map 96)
132/72
09.00 99 20 36,5 99 %
(map 96)
92/58
09.15 84 21 36 99 %
(map 70)
98/62
09.30 88 16 36,5 99 %
(map 85)
100/65
09.45 93 18 36 99 %
(map 89)
102/68
10.00 95 19 36 99 %
(map 88)
105/64
10.15 94 20 36 100%
(map 88)
120/62
10.30 93 19 36 100%
(map 82)
145/90
10.45 122 19 36 99%
(map 89)
130/89
11.00 113 18 36 98%
(map 79)
125/70
11.15 98 17 36 99%
(map 78)
113/53
11.30 94 18 36,5 99%
(map 77)
116/65
11.45 90 17 36,5 99%
(map 76)
112/69
12.00 92 18 36 99%
(map 77)
110/65
12.15 93 18 36 99%
(map 78)
112/68
12.30 90 18 36 99%
(map 77)
108/62
12.45 (map 65) 89 19 36 99%
178
112/73
13.00 88 19 36,5 99%
(map 68)
115/75
13.15 92 18 36 99%
(map 69)
121/79
13.30 96 19 36 99%
(map 72)
125/79
13.45 98 19 36,5 99%
(map 77)
132/68
14.00 98 18 36 99%
(map 76)
129/72
14.15 95 19 36 99%
(map 78)
128/75
14.30 93 20 36 99%
(map 76)
125/79
14.45 92 23 36,5 99%
(map 77)
115/65
15.00 97 24 36 98%
(map 76)
Balance Cairan :
179
CK: -Urine : 200 cc
-Perdarahan : 150 cc
-Perdarahan : 100 cc
180
Tabel 2
TANGGAL DIAGNOSA ANALISA DATA KRITERIA HASIL PERENCANAAN IMPLEMENTASI
14-5-2019 Durante operasi : DS : - Tujuan : 1. Kaji tanda-tanda vital 1. Mengkaji tanda-tanda
Jam 09.45 Resiko terjadi DO : Setelah dilakukan tindakan 2. Observasi adanya vital.
s/d perdarahan pasien tersedasi keperawatan durante operasi tanda-tanda syock. 2. Mengobservasi adanya
tanda-tanda syock.
jam 17.00 berhubungan dengan TD : 98/54 mmHg diharapkan tidak terjadi 3. Berikan cairan
3. Memberikan cairan
tindakan Nadi : 124x / menit perdarahan intravaskuler sesuai
intravaskuler sesuai
pembedahan Akral HKM Kriteria hasil : program dokter.
dengan program dokter.
Perdarahan 500cc 1. Hb dalam batas normal 4. Kaji output dan input 4. Mengkaji output dan
EBL (30%) 2. Perfusi HKM cairan. input cairan.
Urine 600cc 3. CRT < 2 detik 5. Komunikasi dengan 5. Mengkomunikasi dengan
Problem : 4. Konjungtiva tidak anemis dokter bedah atau dokter bedah atau
Risiko terjadinya 5. TTV dalam batas normal operator untuk operator untuk berhati-
perdarahan 6. EBL < 30% berhati-hati dan hati dan segeran
Etiologi : segera memblok memblok pembuluh
pembuluh darah jika darah jika ada perdarahan
Aneurisma otak
↓ ada perdarahan.
Tindakan pembedahan
↓
Terbukanya pembuluh darah
↓
perdarahan
181
3.2.3 Post Operatif
Keadaan umum
B2 (Blood)
B4 (Bladder)
B5 (Bowel)
B6 (Bone)
182
Tabel 3
183
3.3 EVALUASI
184
TANGGAL DIAGNOSA EVALUASI
14-5-2019 Post operasi : S : Pasien menyatakan nyeri pada luka
Jam 17.30 Gangguan rasa nyaman operasi sudah
nyeri berhubungan berkurang
dengan terputusnya O :
continuitas jaringan Wajah lebih rileks
Pasien tampak tenang
Perfusi HKM
TD : 128/74 mmHg
Nadi : 95x / menit
SpO2 : 99%
RR : 18-20x / menit
VAS : 2-3
A : Masalah teratasi sebagian
P: Pertahankan dan lanjutkan inervensi
185
BAB IV
PEMBAHASAN
ini penulis telah menjabarkan berbagai hal tentang asuhan keperawatan pada Tn.
E, diagnosa medis hidrocephalus post Vp. Shunt e.c CVA ICH, IVH, SAH e.c
General Anestesi Intubasi, baik pada tinjauan teori dan tinjauan kasus, yang
diperoleh melalui pengkajian langsung pada klien yang akan dioperasi dan selama
Pada bab ini akan di bahas hal hal yang penting mulai dari pengkajian,
tindakan anestesi, diagnosa, intervensi, implementasi dan hal yang lain yang
4.1 Pengkajian
yang penting terutama yang menyangkut dengan anestesi seperti status fisik
pemeriksaan lab, thorax, ECG, C.T scan kepala dengan kontras, TFCA
yang akan dilakukan (teknik anestesi), jumlah dosis obat yang akan diberikan
pada saat operasi serta menenetukan pisical status (PS) serta dapat
186
mengantisipasi kemungkinan penyulit anestesi yang akan ditemui pada saat
Adapun kesenjangan antara teori dan kasus, tidak di temukan pada tahap
pengkajian, karena pada tahap ini dilakukan secara terstruktur dan sistematis dan
kolaboratif.
Dari pengkajian diatas maka telah di dapatkan data tentang pasien, dan di
Tahap ini, pada tinjauan teori menjelaskan beberapa hal tentang tindakan
dan obat-obatan anestesi, sedangkan pada kasus hanya mencakup beberapa hal
seperti posisi yang digunakan posisi supine, obat obatan anestesi menggunakan
menggunakan Isoflurane, hal ini di karenakan dari hasil pengkajian dan kondisi
pasien.
diagnosa pre operasi, intra operasi dan post operasi. Pada kasus telah dibahas
187
Diagnosa keperawatan yang penulis tegakkan focus pada durante operasi
Durante operasi:
Post operasi:
Kontinultas jaringan
4.4 Intervensi
Intervensi yaitu hal yang telah kita rumuskan, tentunya dengan melihat
data-data dan diagnosa yang telah di tentukan, namun hal ini tidak menutup
kemungkinan ada yang kita lakukan diluar dari perencanaan (intervensi), sesuai
Kesenjangan yang di temukan pada tahap intervensi antara teori dan kasus
tertentu yang tidak sesuai urutan karena menyesuaikan dengan kondisi dan
keadaan pasien.
4.5 Implementasi
cermat dan teliti serta terstruktur, demi kelancaran pelaksaan anestesi dan durante
188
Namun pada tahap implementasi di tinjauan teori menjelaskan tentang
tahap - tahap secara berurutan sedangkan pada tinjauan kasus, ada poin tertentu
yang dilakukan berulang dan tidak berurutan, dikarenakan kebutuhan pasien pada
saat durante operasi, seperti pemberian analgetik yang diberikan secara berulang.
189
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini penulis akan menyimpulkan beberapa hal yang berkaitan
5.1 Kesimpulan
Secara garis besar penulis akan menyimpulkan tentang apa yang dibahas di
baik dari pengkajian langsung pada pasien dan keluarga maupun dari
akan diberikan.
emergency, obat obatan anestesi yang lain dan alat alat anestesi
190
4. Didalam pelaksanaan anestesi segala hal dapat terjadi, maka dari itu
aman dan nyaman padapasien, serta efek minimal pada pasien, baik
yang didapatkan akan lebih sinkron dan aplikatif, yang merupakan tolak ukur
191
- Untuk menambah pengetahuan dan kemampuan anestesi pediatrik,
pediatrik.
192
Daftar Pustaka
Jill Novitzke, RN. (2008). The Basics of Brain Aneurysms: A Guide for
Patients. JVIN, 1(3), pp. 89-90.
193
194