Istijabatul Aliyah
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret,
Surakarta
Abstrak
Sebagai komponen struktur kota tradisional Jawa, pasar tradisonal merupakan bagian
yang selalu ada dalam pola penataan ruang kota-kota di Jawa. Pasar tradisional merupakan
bagian pembentuk aktivitas kota dengan keragaman fungsi. Sebagian pasar-pasar tradisional
Jawa mencerminkan pola kehidupan agraris masyarakatnya. Dengan demikian tidak lepas
dari karakter matapencaharian masyarakat yang ada di sekitarnya. Lokasi pasar tradisional
menempati suatu lahan atau area tertentu dengan atau tanpa bangunan yang digunakan
sebagai tempat aktivitas jual-beli berlangsung. Di sana para penjual barang komoditi dan para
pembeli bertemu pada tempat-tempat yang telah ditentukan, pada waktu yang ditetapkan
dengan interval tertentu. Di sisi lain, dapat dikatakan bahwa pasar tradisional sebagai simpul
dari pertukaran barang dan jasa secara regional yang kemudian tumbuh dan berkembang
membangkitkan berbagai aktivitas di dalam kota.
1
Istijabatul Aliyah : Pemahaman Konseptual Pasar …
2
Cakra Wisata Vol 18 Jilid 2 Tahun 2017
yang selalu ada dalam pola penataan ruang dengan harga yang ada di pasaran guna
kota-kota di Jawa. Berbagai tipikal struktur efisiensi. Adapun fungsi pasar sebagai
ruang kota jawa telah dikemukakan oleh penentu nilai adalah fungsi pasar yang
Stutterheim, Maclaine Point, Palmier, berkaitan dengan apa yang harus dihasilkan
Witkamp, Van Mook, dan Santoso yang oleh suatu perekonomian sehingga
dibuat berdasarkan informasi produsen cenderung menghasilkan barang-
Mintobudoyo, menujukkan bahwa barang yang lebih diinginkan masyarakat
komponen dan posisi pasar tradisional dibanding dengan yang tidak diinginkan
menempati wilayah inti kerajaan yang sehingga pergerakan kekuatan permintaan
disebut Negaragung atau pusat kota. dan penawaran dapat menentukan tingkat
Sedangkan bagian wilayah kerajaan yang harga di pasar. Sedangkan fungsi pasar
berada di periferi disebut dengan sebagai pembentuk harga dengan maksud
mancanagara (Santoso, 2008). bahwa harga yang telah menjadi
Di samping itu, pasar tradisional kesepakatan adalah hasil perhitungan
mempunyai karakter humanis sehingga penjual dan pembeli. Penjual tentu telah
mampu membangun kedekatan dan memperhitungkan laba yang
hubungan “kekeluargaan” antara pedagang diinginkannya, sedangkan pembeli telah
dengan pembeli. Selaras dengan hal memperhitungkan manfaat barang atau jasa
tersebut Rahadi menyatakan pula bahwa serta keadaan keuangannya (Deprizal,
faktor kualitas layanan dan identifikasi 2013).
konsumen memainkan bagian penting Fungsi pasar tradisional menurut
untuk mendorong konsumen berbelanja Abdullah, yaitu sebagai penekan dan
atau melakukan pembelian kembali di pasar pengaturan para pelaku yang terlibat
tradisional. Dengan hubungan yang ramah sekaligus sebagai solusi yang memberikan
dan saling mengenal antara pedagang dan dan menyediakan berbagai fasilitas.
pembeli, menjadi karakteristik yang khas (Abdullah, 2006). Sedangkan Geertz
bagi pasar tradisional (Rahadi, 2012). diungkapkan bahwa tujuan utama para
pedagang ke pasar, adalah berdagang untuk
2. Fungsi Pasar Di Perkotaan berdagang, sehingga pedagang kadangkala
dipandang berada diluar tata etika karena
Terkait dengan fungsi pasar secara
‘terlalu’ berorientasi mendapatkan untung
umum bahwa pasar berfungsi sebagai
sebanyak-banyaknya hingga terkesan
distribusi, organisir produk, penetapan
‘licik’. (Geertz, 1963). Disamping itu pula
nilai, dan pembentuk harga. Dalam
pasar juga mengemban misi sebagai
menjalankan fungsi distribusi, pasar
fasilitas perbelanjaan bagi wilayah
merupakan media untuk menyalurkan atau
pelayanan, serta berperan sebagai wahana
memperlancarkan suatu barang atau jasa
kegiatan sosial dan rekreasi (Reardon,
dari produsen kepada konsumen, dan
2003).
mendekatkan jarak antara produsen dengan
Hal tersebut akan nampak terlihat
konsumen dalam melaksanakan transaksi.
pada lingkungan pasar tradisional, tidak
Dan fungsi pasar sebagai organisir produksi
hanya sekedar fungsi tersebut diatas. Fungsi
adalah fungsi pasar terkait dengan cara
pasar tradisional disamping menjadi
produsen untuk menghasilkan barang dan
distribusi, organisir produk, penetapan
memproduksi barang untuk menyesuaiakan
nilai, dan pembentuk harga, juga menjadi
3
Istijabatul Aliyah : Pemahaman Konseptual Pasar …
4
Cakra Wisata Vol 18 Jilid 2 Tahun 2017
hasil penelitian yang mengungkapkan sekedar sebagai tempat jual beli semata,
perbadaan tersebut secara rinci. Sehingga namun lebih dari itu pasar terkait dengan
bagaimana nilai sosial dan budaya yang ada konsepsi hidup dan interaksi sosial budaya.
di pasar tardisional dan pasar modern belum Pasar tradisional tidak semata mewadahi
dapat dipahami secara utuh dan kegiatan ekonomi, akan tetapi pelaku juga
komprehensif. dapat mencapai tujuan-tujuan lain
Pada awal pertumbuhannya, pasar (Pamardhi, 1997).
tradisional berupa tanah lapang tanpa Sejalan dengan hal tersebut diatas,
bangunan atau bukan bangunan permanen, Reardon mengungkapkan pula bahwa pasar
Dan pasar tradisional merupakan tempat tradisional menjadi titik fokus untuk
berkumpul untuk berjual-beli(Graaf, 1989). aktivitas komersial. Pasar tradisional
Dengan berjalannya waktu dan memegang peran sosial dengan
perkembangan perdagangan melalui darat menyediakan kebutuhan harian, barang-
pada tahun 1830, mulai ada jaringan pasar barang keperluan lain dan pelayanan pada
yang luas dan pasar-pasar wilayah yang daerah setempat. Begitu juga pasar
bersifat permanen, dan berperan penting tradisional memainkan peran ekonomi
dalam lintas perdagangan. (Wiryomartono, dengan secara langsung mendukung
2000). Pasar tumbuh dan berkembang aktivitas ekonomi masyarakat atau wilayah,
sebagai simpul dari pertukaran barang dan dan menghasilkan keuntungan finansial
jasa secara regional yang kemudian bagi yang terlibat dalam perdagangan
membangkitkan berbagai aktivitas di dalam maupun pendapatan bagi daerah setempat.
kota. Di sini, saat orang melakukan jual dan Namun di samping fungsi utamanya itu,
beli bukan sekadar barang dan jasa yang pasar tradisional juga mengemban misi
dipertukarkan, tetapi juga informasi dan sebagai fasilitas perbelanjaan bagi wilayah
pengetahuan (Ekomadyo, 2012). pelayanan, serta berperan sebagai wahana
Pemahaman tentang pasar, sejalan kegiatan sosial dan rekreasi (Reardon,
dengan teori Geertz bahwa “pasar” 2003).
memberi akomodasi pada “bazaar
economy”, Geertz mengasumsikan bahwa 4. Komoditas Pasar Di Perkotaan
kata ‘pasar’ merupakan dialek lokal dari
‘bazaaar’. Pasar dalam hal ini identik Dengan mengacu hasil penelitian
dengan pasar tradisional merupakan suatu yang telah dilakukan di beberapa kota di
pranata ekonomi dan sekaligus cara hidup, Jawa, ciri khas yang paling menonjol pada
suatu gaya umum dari kegiatan ekonomi suatu pasar adalah jenis barang yang
yang mencakup berbagai aspek dari suatu diperjualbelikan meliputi bahan pangan,
masyarakat, hingga aspek kehidupan sosial sandang dan barang besi kecil-kecil dan
budaya secara lengkap. Berbagai produk sebagainya, berupa barang yang tidak besar
atau barang dagangan diperjualbelikan di dan mudah diangkut dan disimpan, yang
pasar tradisional, pangan, sandang, dan persediaannya mudah ditambah dan
barang lain yang sebagian besar memiliki dikurangi dengan lambat laun dan sedikit
karakter mudah dipindah-pindahkan demi sedikit. Disamping itu pula pasar
(Geertz, 1963). Dalam lingkup masyarakat tradisional bercirikan sebagai suatu sistem
Jawa, kekuatan aktivitas ekonomi berpusat yang terselip (interstitial) tradisional
di pasar tradisional. Pasar tradisional bukan didalam masyarakat Jawa, adanya
5
Istijabatul Aliyah : Pemahaman Konseptual Pasar …
6
Cakra Wisata Vol 18 Jilid 2 Tahun 2017
7
Istijabatul Aliyah : Pemahaman Konseptual Pasar …
bahwa pemindahan lokasi pasar tradisional masjid (Santoso, 2008). Dan dipertegas
mampu merubah tata guna lahan, pola jalan, pula bahwa konsep lokasi pasar tradisonal
pergerakan dan pola atau tipe bangunan, di Jawa pada masa kerajaan mengacu pada
pemerataan jalur sirkulasi, dan pemanfaatan konsep catur gatra tunggal. (Rajiman
lahan (Karnajaya, 2002). Gunung, 1991 dalam Sunoko, 2002).
Dengan komposisi kraton diselatan alun-
7. Lokasi Dan Jejaring Pasar Di alun, masjid di barat alun-alun, pasar di
Perkotaan timur laut alun-alun (Basyir Z.B, 1987).
Adapun komponen pokok suatu kota yang
Struktur ruang kota tradisional pada berkaitan kerajaan Mataran Islam adalah
masa kejayaan kerajaan Mataran Islam benteng dan jagang, cepuri dan baluwarti,
dibagi dalam empat bagian yaitu kutagara, keraton-alun alun-masjid-pasar. Sedangkan
nagaragung, mancanegara, dan pesisiran, komponen pelengkap kota meliputi loji,
(Tjiptoatmodjo, 1980). Menurut Frans Seda lumbung, gedong obat, warung eca
(1981) kehadiran pasar sebagai sarana (Adrisijanti, 2000). Bahkan dipertegas pula
produksi dan pemasaran hasil produksi bahwa tata letak pasar tradisional tak hanya
sangat berperan meningkatkan sistem kerja, sebagai arti fisik dalam ruang struktur inti
pola pikir, dan kualitas jenis produksinya. kota, namun pasar tradisional dalam elemen
Dengan kata lain pasar dapat menjadi tata ruang masa lampau, memiliki fungsi
indikator dalam perubahan produksi, politis sebagai elemen kontrol terhadap
konsumsi, dan distribusi suatu barang. mobilitas sosial (Soemardjan, 1991).
Sebagian pasar-pasar tradisional di Jawa Disamping itu pula pasar tradisional
mencerminkan pola kehidupan agraris memiliki peran strategis dalam memelihara
masyarakatnya. Dengan demikian tidak struktur pusat pertumbuhan. Hal ini
lepas dari karakter matapencaharian ditunjukkan dengan kemampuan pasar
masyarakat yang ada di sekitarnya. Sebagai tradisional membangkitkan kegiatan
suatu gambaran, pasar tradisional biasanya ekonomi di sekitar tempat pasar
selalu ada kegiatan pande wesi (besi) sebagai (Alexander, 1987). Bahkan pemindahan
kegiatan produksi alat-alat pertanian, lokasi pasar juga mampu merubah tata guna
dikarenakan sebagian besar pasar awalnya lahan, pola jalan, dan pergerakan dan pola
tumbuh di wilayah agraris (Sunoko, 2002). atau tipe bangunan semakin berkembang,
Di sisi lain dari pasar tradisional pemerataan jalur sirkulasi dan pemanfaatan
adalah mencerminkan kehidupan pedesaan. lahan. (Karnajaya, 2002)
Hal itu ditandai dengan dominasi pedesaan Keberadaan pasar tradisional dalam
sebagai lingkungan terbentuknya pasar suatu kota ditandai adanya bangunan los
Juga menurut Bromley (1987) pasar dan tanah terbuka. Pada bagian utama
tradisional di negara-negara Asia berlokasi terdapat los berupa bangunan darurat, semi
di pedesaan dan area urban (Sunoko, 2002). permanendan permanen dan terdapat
Dalam Tata ruang wilayah kerajaan Jawa bagian ‘oprokan’ atau bagian yang
pasar tradisional selalu ditempatkan dalam digunakan pedagang yang bersifat
lingkup negaragung atau area pusat kota sementara dengan luasan yang lebih kecil
yang bersifat sakral, atau dalem sebagai daripada los (Kusmawati, 1996).
pusat. Posisi pasar tradisional berada Sedangkan kegiatan yang ada dalam pasar
diantara lingkup keraton, alun-alun, dan tradisional dibentuk oleh aktivitas berjualan
8
Cakra Wisata Vol 18 Jilid 2 Tahun 2017
9
Istijabatul Aliyah : Pemahaman Konseptual Pasar …
10
Cakra Wisata Vol 18 Jilid 2 Tahun 2017
(Andriani & Ali, 2013). Dalam bagian dari perwujudan bentuk organisasi
perkembangannya, nilai sosio ekonomi tak pedagang dan tatanan sosial pengguna pasar
lagi ada dalam pasar modern sebagai bentuk tradisional bahkan telah membentuk
pusat perbelanjaan yang tumbuh akibat struktur sosial yang telah terakumulasi dari
pertumbuhan ekonomi bebas, hal tersebut waktu ke waktu menjadi kekuatan energi
dipertegas bahwa pasar modern laten (Kim, Lee, & Ahn, 2004). Serta dalam
menerapakan konsep ‘The Buyers are The lingkup yang lebih makro, perencanaan
King’ (Pembeli adalah Raja). Para kota harus mempertimbangkan evolusi kota
pengujung akan berhadapan dengan dalam perjalanan waktu, pengalaman dari
pramuniaga yang ramah, berpakaian rapi, masa lalu, dan nilai-nilai yang melekat pada
dan tidak perlu ‘bertengkar’ dengan bentuk tradisional perkotaan untuk menuju
penjual, karena harga sudah ditetapkan dan kota dengan komunitas yang berkelanjutan
pengunuung tinggal membayar bla setuju secara sosial (Sharifi & Murayama, 2013).
dengan harga tersebut (Malano, 2011).
Dengan mekanisme demikian maka 2) Sistem Nilai Budaya yang ada pada
antara penjual dan pembeli dalam pasar pada Pasar Tradisional dan Pasar
modern sangat tidak mungkin untuk Modern
berinteraksi atau bertemu, sehingga tidak Pengertian tentang budaya
ada komunikasi diluar transaksi jual-beli. diungkapkan oleh Harper bahwa budaya
Lain halnya dengan pasr tradisional, yang mengacu pada pola aktivitas manusia dan
terjadi adalaha sebaliknya. Namun seberapa struktur simbolik yang memberikan arti dan
tingkat intensitas pertemuan dan interakasi pentinya kegiatan. Sedangkan menurut
serta kedekatan anatara penjual dan pembeli Raymonds mendefinisikan budaya sebagai
secara sosial belum ada kajian yang lebih cara hidup bagi seluruh masyarakat; ini
rinci. Bahkan dalam merevitalisasi pasar meliputi: kode cara , pakaian, bahasa,
tradisional-pun, pendekatan nilai soaial agama , ritual , norma-norma perilaku
belum banyak digunakan, hingga pada seperti hukum dan moralitas, dan sistem
akhirnya pedaganglah yang merasa kepercayaan serta seni (Abdel-Hadi, 2012).
dirugikan dengan hasil upaya revitalisasi. Sebagai perwujudan dalam kehidupan
Dengan demikian pentingnya budaya tercermin dalam sebuah cara hidup
penggunaan dasar pertimbangan struktur atau 'gaya hidup' yang mengahsilkan suatu
sosial dalam revitalisasi dan pembangunan sikap, nilai-nilai atau pandangan hidup
kembali komponen suatu kota. individu. Tidak semua aspek gaya hidup
Pembangunan kembali pusat kota biasanya bersifat sukarela. Sistem sosial dan teknis
berkonsentrasi terlalu banyak pada dapat membatasi pilihan gaya hidup yang
transformasi spasial dan mengabaikan tersedia bagi individu (Spaargaren, 2000).
pentingnya tatanan sosial yang ada, Garis antara identitas pribadi dan perbuatan
dikarenakan nilai sosial tradisional sehari-hari yang menandakan gaya hidup
memiliki energi yang dapat dilestarikan dan tertentu menjadi kabur dalam kehidupan
ditingkatkan untuk merevitalisasi kawasan masyarakat modern (Giddens, 1991).
komersial. Seperti yang diketahui bahwa Dalam modernitas, landasan konstruksi
pasar tradisional tidak hanya berorientasi gaya hidup adalah perilaku konsumsi, yang
sebagai wadah komersial tetapi hal yang menawarkan kemungkinan untuk
penting bahwa pasar tradisional menjadi menciptakan individualisme diri dengan
11
Istijabatul Aliyah : Pemahaman Konseptual Pasar …
produk dan layanan yang berbeda (Ropke, dalam posisi yang paling mampu untuk
1999). didudukinya. Mereka yang mampu
Bagi masyarakat Indonesia, memimpin dan berorganisasi eksekutif
khususnya Jawa, pasar tradisional adalah akan menjadi pengusaha yang berhasil,
ruang yang sarat nilai-nilai kultural. Pasar mereka akan berada dalam posisi yang
tradisional tidak sekadar ruang ekonomi terbaik untuk melaksanakan kualitas yang
tetapi memiliki cakupan nilai kultural. dimilikinya. Pengusaha yang tidak efisien
Pasar tradisional menjadi representasi akan tersingkir oleh proses kegagalan
ruang publik yang tidak sekadar tempat sederhana (Mannan, 1992)
jual-beli, tetapi juga sarana interaksi sosial Pasar merupakan subsistem dari
budaya. Tak heran bila pasar tradisional suatu sistem ekonomi yang lebih luas untuk
juga berfungsi sebagai media deseminasi membangkitkan perkembangan suatu
nilai-nilai kehidupan yang terkait kejujuran, wilayah dan membentuk putaran sirkuit
membangun relasi, mencari keuntungan perdagangan. Ada tiga tingkatan pokok,
seperti nilai-nilai tuna sathak bathi sanak yakni: (1) lokal/setempat yang
(sedikit merugi tidak apa tetapi memperoleh menjembatani aktivitas perdagangan intra-
saudara/relasi), aja mitunani wong liya desa atau antara desa-desa tetangga; (2)
(berdagang jangan merugikan orang lain), regional yang menyalurkan komoditas ke
aja ngaya ana dina ana upa (mencari uang berbagai tempat pada suatu wilayah tertentu
seperlunya), sithik ning lumintu (sedikit dan antar distrik dalam wilayah tersebut;
tetapi tetapi cukup), dan sebagainya. dan (3) nasional yang muncul apabila
(Negara, 2011) produk-produk regional sudah cukup untuk
memenuhi wilayahnya (Sunoko, 2002).
Sedangkan pasar tradisional yang berperan
3) Sistem Nilai Ekonomi yang ada pada penting biasanya berlokasi di pusat dengan
pada Pasar Tradisional dan Pasar peringkat yang lebih tinggi dan sebaliknya
Modern untuk pasar penunjangnya (Pamardhi,
Struktur ekonomi kapitalis adalah 1997)
struktur bersaing. Hal tersebut merupakan Wadah jual-beli dalam susunan tata
suatu keharusan, karena jumlah ruang yang terencana, namun pasar dapat
persaingan yang cukup, sangat diperlukan berujud sebagai fungsi lain dari sebuah
bila seluruh proses prodoksi dan distribusi jalan atau sebaliknya pasar berada dalam
diatur oleh kekuatan pasar. Untuk ruang yang memanjang dan bagaikan
menyiagakan inisiatif secara terus-menerus sebuah jalan yang dikenal dengan
sehingga dapat melindungi konsumen istilah Street Markets. Street Markets
terhadap eksploitasi, dan merupakan komponen utama dalam
mempertahankan suatu system harga yang pembentukan dan regulasi lembaga
cukup fleksibel maka kapitalisme informal regional. Hal tersebut terlihat
mempunyai keyakinan bahwa persaingan dalam 3 hal: 1) politik mikro alokasi ruang
diperlukan dalam ekonominya. yang mengatur interaksi antara pedagang
Selanjutnya kapitalisme menyatakan dan pemerintah daerah, dan penegakan
bahwa persaingan dapat menyebabkan standar lokal kesopanan usaha, 2) penjual
suatu proses seleksi alami dan dengannya yang membangun tempat untuk menjajakan
setiap individu dapat mencapai tingkat dagangan dan menghasilkan tatanan barang
12
Cakra Wisata Vol 18 Jilid 2 Tahun 2017
dagangan menyerupai pasar, dan 3) Salah satu hasil penelitian yang mengkritisi
terbentuknya jaringan Street Markets Central Place Theory diungkapkan oleh
menjadi pusat jaringan grosir jual beli dan Jordan W. Smith, Myron F. Floyd , 2013,
jalinan tenaga kerja di area tersebut dinyatakan bahwa penyediaan ruang
(Lauermann, 2013). terbuka perkotaan terjadi melalui
Strategi ketahanan pasar tradisional mekanisme politik dan ekonomi yang bisa
lebih reaktif daripada proaktif. Situasi ini meminggirkan kelompok minoritas ras, dan
mengakibatkan sikap fleksibilitas untuk akses untuk membuka ruang ditentukan
beradaptasi lebih cepat terhadap perubahan. oleh pola spasial aglomerasi ekonomi. Hasil
Namun, karena tidak ada kebijakan tentang penelitian ini berbeda dengan Central Place
pasar tradisional yang menyeluruh, maka Theory (Smith & Floyd, 2013). Hal tersebut
strategi reaktif dapat menyebabkan dipertegas dengan pernyataan bahwa
penggunaan lahan disekitar pasar pertumbuhan perkotaan sangat dipengaruhi
tradisional menjadi tidaksesuai dengan oleh konsekuensi sosial masyarakat lokal
rencana ruang kota (Erkip, Kızılgün, & melalui variasi dalam tingkat
Akinci, 2014). kelompok/ras/etnis yang berbeda dalam
mengakses ruang terbuka. Seiring dengan
4) Sistem Nilai Tempat yang ada pada hal tersebut, tata ruang pasar tradisional
pada Pasar Tradisional dan Pasar merupakan subsistem dari suatu sistem
Modern ekonomi yang lebih luas untuk
Dalam Central Place Theory, membangkitkan perkembangan suatu
dijelaskan tentang distribusi spasial sistem wilayah dan membentuk putaran sirkuit
kota. Pola ini dipahami sebagai tempat perdagangan (Sunoko, 2002).
pusat dan daerah pasar. Tempat pusat Regenerasi suatu kota secara
memiliki fungsi utama untuk memasok berkelanjutan, harus mampu membuat
barang dan jasa bagi penduduk sekitarnya, tempat bagi masyarakat lokal untuk
dalam menjual berbagai barang dan jasa. melestarikan sejarah sosial-budaya
Sedangkan daerah pasar merupakan daerah lingkungan perkotaan, tidak hanya sekedar
area konsumen bepergian dari dan ke melestarikan bentuk tradisional sebagai
tempat pusat. Komposisi antara satu tempat simbol budaya. Tradisi harus berkembang
pusat dengan tempat pusat yang lain dalam bentuk kolektif yang digunakan
merupakan bagian dari hirarki dengan dalam desain arsitektur dan perkotaan
tempat-tempat pusat yang lebih besar dengan tetap menjaga keterlibatan
lingkup dan perannya. Dan pengaruhnya masyarakat, dalam rangka mencapai
ada pada daerah pasar yang lebih luas identitas budaya secara nyata dan kesatuan
jangkauannya. Besar kecilnya ukuran area sosial (Chen, 2011). Hal tersebut didukung
pasar ini akan menentukan sifat dari tata dengan adanya upaya optimalisasi potensi
ruang. Model Christaller tersebut ruang kota melalui peningkatan integrasi
memegang faktor konstan dengan asumsi sosial. Hubungan ruang dengan manusia
semua faktor dianggap sama bahkan polos dan perilaku manusia dapat digunakan
dan distribusi sumber daya alam seragam. sebagai tolak ukur dimensi lingkungan
(Christaller, 2014). Dengan demikian, sosial dan identitas lingkungan perkotaan
Central Place Theory tidak bisa untuk (Cheshmehzangi & Heat, 2012). Tidak
menjelaskan aglomerasi di banyak daerah. hanya terbatas pada upaya tersebut, dalam
13
Istijabatul Aliyah : Pemahaman Konseptual Pasar …
14
Cakra Wisata Vol 18 Jilid 2 Tahun 2017
15
Istijabatul Aliyah : Pemahaman Konseptual Pasar …
16