Manajemen Asset Dan Liabilitas
Manajemen Asset Dan Liabilitas
2014
PENDAHULUAN
Manajemen asset dan liabilitas adalah suatu usaha untuk mengoptimalkan struktur neraca
bank sedemikian rupa agar diperoleh laba maksimal sekaligus membatasi resiko menjadi sekecil
mungkin. Manajemen aktiva dan pasiva disebut pula dengan Asset and Liability
Management (ALMA). Kedua sisi neraca, dimana sisi pasiva yang menggambarkan sumber dana
dan sisi aktiva yang menggambarkan penggunaan dana harus dikelola secara efisien, efektif,
produktif secara optimal.
1. Mereview laporan tentang risiko likuiditas, risiko pasar, dan manajemen permodalan.
2. Mengidentifikasi isu-isu dalam manajemen neraca yang dapat mempengaruhi kinerja bank.
3. Untuk melakukan review atas strategi penetapan ekspektasi dana pihak ketiga dan
ekspektasi keuntungan dari sisi pembiayaan.
4. Untuk melakukan review atas rencana kontijensi bank.
BAB II
PEMBAHASAN
Risiko likuiditas adalah risiko yang ada diperbankan yang biasanya timbul dari cara bank
mengelola primary dan secondary rerserve serta pendanaannya sehari-hari. Risiko yang ada
dalam pengelolaan Primary rerserve dapat berupa:
Ada empat macam teori likuiditas perbankan yang dikenal, yaitu sebagai berikut:
1. Commecial Loan Theory; teori ini beranggapan bahwa bank hanya boleh memberikan
pinjaman ‘dengan surat jangka pendek yang dapat dicairkan dengan sendirinya (self
liquidating).
2. Shiftability Theory; teori ini beranggapan bahwa likuiditas sebuah bank tergantung pada
kemampuan bank memindahkan aktivanya kepada kepada orang lain dengan harga yang
dapat diramalkan.
3. Anticipated Income Theory; yaitu semua dana yang dialokasi atau setiap uapaya
mengalokasikan dana ditujukan pada sektor yang feasible dan layak yang akan
menguntungkan bagi bank.
4. The liability Management Theory; teori ini dinyatakan bagaiman bank dapat mengelola
pasivanya sedemikian rupa sehingga pasiva itu dapat menjadi sumber likuditas.[6]
Sejak dulu dunia perbankan memerlukan likuiditas dan likuiditas sendiri menjadi salah
satu faktor penting dalam pengelolaan dananya dan Resiko likuiditas adalah salah satu resiko
yang mendasar dalam dunia perbankan.Kemungkinan kerugian terjadi karena keharusan
menjual aset atau mengumpulkan dana dalam waktu singkat untuk menghadapi situasi
tertentu.dan diperlukan juga likuiditas yang cukup papbila bank ingin memenuhi pemintaan
kredit yangtidak terduga dari nasabah.Penolakan akan suatu permintaan kredit mungkin akan
mengakibatkan kehilangan nasabah yang akan menyimpan uangnya atau bahkan kehilangan
calon nasabah yang prima.
Sulit untuk mengatakan berapakah tingkat likuiditas yang ideal(seimbang) untuk suatu
bank. Untuk mempertahankan tingkat likuiditas yang seimbang , sedapat mungkin biaya dana
yang tinggi yang dibutuhkan ntuk mempertahankan tingkat likuiditas yang seimbang harus
Sesungguhnya konsep likuiditas adalah konsep yang sederhana hanya saja sulit unruk
menentukan berapakah yang betul betul sesuai untuk masing masing bank dengan kondisi bank
yang berbeda beda.
a. Kemampuan bank untuk menaikan sejumlah tertentu dan kas yang ada,
b. Pada ongkos tertentu
c. Dalam waktu yang singkat dan tepat
Semakin banyak dana yang dihimpun oleh bank dalam waktu tertentu maka bank akan
semakin likuid, semakin rendah ongkos yang dibutuhkan untuk menambah dana dalam waktu
tertentu maka aset tersebut akan semakin likuid. Dan jumlah uang kas yang bertambah
seharusnya juga disesuaikan dengan kebutuhan akan uang kas tersebut
Dalam pengaturan likuiditas jangka pendek mungkin masih sulit untuk dpastikan
berapakah tingkat likuiditas bank yang ideal, dikarenakan dalam bisnis pebankan bank
dihadapkan kepada ketidakpastian (uncertainty).Berapa dan kapan nasabah akan mengambil
ataupun menyetor uang tidak dapat diketahui,oleh karena itu di perlukan perencanaan likuiditas.
Likuiditas jangka pendek dapat diambil dari contoh beberapa kejadian yaitu hal hal
yang bersifat musiman,bank bank yang lokasinya dekat dengan daerah pertanian akan
mengalami lebih banyak setoran dana pada saat musim panen.dana ini akan menumpuk apabila
D. MANAJEMEN INVESTASI
Investement dalam pengertian perusahaan (bank) adalah aktivitas bank untuk
menggunakan dana yang dimilikinya, membeli harga tetap yang mempunya nilai jangka
panjang,atau membeli surat berharga jangka panjang (1 sampai 10 tahun).[7] Investasi disebut
juga sebagai komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainya yang dilakukan di masa
datang.[8] Atau dalam pengertian lain, investasi merupakan pengeluaran modal unut pembelian
aset (asset) fisik seperti pabrik, mesin, peralatan, dan persediaan, yaitu investasi fisik atau riil.[9]
Dalam bukunya, Ahmad Ifham Sholihin menyatakan bahwa investasi merupakan
penanaman modal, biasanya dalam jangka panjang untuk pengadaan aktiva tetap atau pembelian
saham-saham dan surat berharga lain untuk memperoleh keuntungan (investment).[10]
Tujuan bank dalam membeli surat berharga ada dua macam, yaitu:
Meskipun saat ini alokasi dana bank yang paling besar adalah untuk pemberian kredit,
tetapi ada beberapa persen dana yang dialokasikan pada surat surat berharga yang meliputi surat
berharga yang meliputi surat berharga jangka panjang, menengah dan jangka pendek. Surat
berharga sendiri dapat digunakan untuk menutup kekurangan likuiditas apabila terlalu banyak
nasabah ingin menarik depositonya dikarenakan surat berharga ini dapat di jual dengan cepat
tanpa mengalami kerugianyang berati dan dana yang di peroleh dapat dipakai untuk enutup arus
deposito yang mengalir keluar.
jangka waktu
bagi hasil
Pajak
mudah dipasarkan atau tidak
kualitas dan keamanan
harapan di masa mendatang
Diversifikasi
E. MANAJEMEN GAP (MISMATCH)
1. Pengertian
Manajemen gap juga diartikan sebagai sebuah strategi untuk memaksimumkan net
income margin melalui siklus bagi hasil[11]. Sedangkan dalam konvensional manajemen
gap diartikan sebagai upaya-upaya untuk mengelola dan mengendalikan kesenjangan (Gap)
antara asset dan liabities pada suatu periode yang sama, meliputi kesenjangan dalam hal
jumlah dana, suku bunga, saat jatuh tempo (maturity) atau perpaduan antara ketiganya
(kesenjangan tercampur atau mix match)[12].
Gap adalah perbedaan antara Rate Sensitive Assets (RSA) danRate Sensitive
Liabilities (RSL). RSA adalah aktiva yang dapat berubah dikarenakan :
Tanggal jatuh waktu aktiva yang bersangkutan, contoh: surat-surat berharga dan
pinjaman yang tingkat bagi hasilnya tertentu/tetap, seperti sukuk ijarah.
Tanggal jatuh waktu peninjauan bagi hasilnya, contoh: surat-surat berharga yang tingkat
bagi hasilnya mengambang (tidak tentu tingkat untung dan ruginya) v RSL adalah pasiva
yang imbal hasilnya dapat berubah
Tanggal jatuh waktu pasiva yang bersangkutan, contoh : deposito berjangka.
Tanggal tertentu sesuai perjanjian, contoh dana yang interestnya dikaitkan dengan
SIBOR/LIBOR
Tanggal tertentu menurut bank, contoh jasa giro v GAP : RSA-RSL
Positif Gap adalah ketika RSA lebih besar dibandingkan RSL dalam suatu periode
tertentu. Sebaliknya negatif gap apabila RSA dan RSL tidak dikelola dengan baik, maka
dapat mengakibatkan turunnya pendapatan bank (Net Interest Income). Oleh karena itu,
Berdasarkan contoh diatas, gap untuk periode s.d 1 minggu positif sebesar 2.000
juta artinya RSA > RSL pada periode ini. Dalam kondisi tingkat bagi hasil yang diterima
bank menurun lebih cepat dari bagi hasil yang diberikan pada nasabah, sebaliknya apabila
tingkat bagi hasil yang diterima bank meningkat maka bank akan meraih keuntungan karena
pendapatan meningkat lebih cepat dari bagian bagi hasil yang diberikan pada nasabah.
Dengan demikian, besarnya gap akan menentukan besarnya potensi keuntungan atau
kerugian yang timbul dari perubahan tingkat bagi hasil tersebut.
Besarnya gap dapat berubah karena transaksi yang dilakukan, misalnya : jika bank
menarik dana berupa deposito berjangka 1 tahun kemudian ditanamkan pada pinjaman bagi
hasil tetap dengan jangka waktu 30 hari. Maka gap untuk periode 6-12 bulan akan berkurang
dan gap untuk periode 8hari-1 bulan akan bertambah.
3. Strategi Gap
Terkait manajemen bank serta arahnya, gap biasanya ditentukan positif atau negatif
tergantung pada 3 hal, yaitu :
Prakiraan perkembangan bagi hasil
Tingkat manajemen terkait prakiraan tersebut
Hasrat bank untuk mengambil risiko jika tindakan yang diambil salah.
Selain 3 hal tersebut, hal yang harus diperhatikan selanjutnya adalah posisi dan likuiditas
bank. Strategi negatif gap yang ditetapkan sebagai antisipasi terhadap turunnya tingkat bagi
hasil akan mengurangi likuiditas bank karena jatuh tempo assets akan lebih panjang daripada
jatuh tempo liabilitiesnya.
Hal yang perlu diperhatikan juga bahwa adanya beberapa kesulitan dan masalah yang
menyertai pelaksanaan strategi gap diantaranya adalah :
F. MANAJEMEN PRINCING
1. Pengertian
Manajemen princing adalah suatu kegiatan manajemen untuk menentukan tingkat bagi hasil
dari produk-produk yang ditawarkan bank, baik disisi assets maupun liabilities. Tujuan
utama dari manajemenprincing tersebut adalah untuk mendukung strategi dan taktis ALMA
bank dalam mencapai tujuan-tujuan operasional lainnya dan mencapai tujuan penghasilan
bank.
2. Faktor yang mempengaruhi Manajemen Pricing
Keputusan ataupun kebijakan pricing biasanya dipengaruhi beberapa faktor dibawah ini,
yaitu:
3. Konsep Market Fund Rates, Marginal Cost of Funds, Average Cost of Funds dan
Blended Marginal Cost of Funds.
Market fund rates adalah tingkat bagi hasil yang menjadi salah satu dasar penetapan
keputusan pricing. Market fund rates juga menjadi suatu komponen yang penting guna
menganalisi prifitabilitas suatu bank. Apabila suatu pinjaman menghasilkan risk adjusted
return lebih tingi darimarket fund rates, maka pinjaman tersebut dipertimbangkan sebagai
yang menguntungkan atas dasar market fund. Sementara itu, apabila biaya simpanan lebih
kecil dari market funds rates maka simpanan itu dipertimbangkan sebagai yang
menguntungkan atas dasar market funds.Kemudian penggunaan market fund rates ini juga
akan memudahkan bank membedakan margin keuntungan/kerugian yang diakibatkan oleh
operasional/produk bank atau keputusan ALMA.
Margin cost of funds merupakan perhitungan biaya tambahan dana/simpanan guna
melakukan tambahan dana pemberian pinjaman atau penanaman aktiva lainnya. Pada saat
ini, tingkat bagi hasil antar bank di Indonesia dianggap mewakili marginal cost of funds dan
seringkali menjadi bahan pertimbangan market fund rates pada sebagian besar bank-bank,
hal ini adalah karena :
Pasar uang di Indonesia telah berkembang dalam tahun-tahun terakhir, baik pelaku
maupun volume usaha.
Sementara itu, average cost of funds adalah suatu perhitungan historis dari simpanan yang
sudah ada di bank. Penggunaan konsep ini untuk pricing assets dan liabilities. Bank kurang
tepat karena tidak mencerminkan biaya sebenarnya dari biaya pendanaan dan menunjukkan
ketidakakuratan dan kerancuan dalam mengukur profitabilitas produk yang sebenarnya.
Sedangkan yang dimaksud dengan blended marginal cost of funds adalah suatu perhitungan
untuk jenis pinjaman tertentu. Sumber dana pinjaman tersebut hanya sebagian kecil yang
merupakan dana bank sendiri seperti pinjaman yang mendapat bantuan KLBI.
Dalam hal ini agar pendanaan stabil sebaiknya bank melakukan diversifikasi bagi hasil
dengan menarik deposan kecil dan deposan yang kurang sensitif terhadap perhitungan bagi
hasil.
G. MANAJEMEN DANA
Manajemen dana merupakan suatu proses bagaimana suatu bank mengelola dananya,
artinya adalah bagaimana bank menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan pemupukan
sumber dana, baik pemupukan dari masyarakat atau dari modal sendiri di samping kebijakan
yang berkaitan dengan pengalokasian atau penempatan dana sedemikian rupa sehingga dapat
mencapai tingkat pendapatan yang optimal serta sesuai dengan peraturan yang ditetapan bank
sentral.
Manajemen dana mencakup semua kegiatan bank yang dapat dilihat dalam pos-pos sisi
aktiva maupun pasiva. Di sisi lain, seberapa banyak dana berhasil dihimpun dan sebaerapa baik
dalam pengalokasian dana serta produk bank lainnya sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan
1. Penghimpunan Dana
a. Giro-Wadiah dan Qard; merupakan produk penghimpunan dana di mana nasabah dapat
melakukan penarikan setiap saat dan dapat terus melakukan penarikan sampai maksimum
sebesar dana qard yang telah disepakati
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Manajemen Aset didefinisikan menjadi sebuah proses pengelolaan segala sesuatu
baik berwujud dan tidak berwujud yang memiliki nilai ekonomik, dan mampu mendorong
tercapainya tujuan dari individu dan organisasi. Sedangkan Manajemen Liabilitas yaitu
kemampuan bank dalam menyediakan dana yang cukup untuk memenuhi semua
kewajibannya maupun komitmen yang telah dikeluarkan kepada nasabah. Risiko-risiko
ALMA dalam suatu bank pada umumnya berupa Financing risk, Liquidity risk, Pricing risk,
Foreign exchange risk, Gap risk, dan Kontinjen risk.
B. REFERENSI
Leon, Leon. Dkk. 2007.Manajemen Aktiva Pasiva Bank Nondevisa.PT. Grafindo. Jakarta.
http://duniamanajemenku.blogspot.com/2009/02/manajemen-aset-dan-liabilitas-alma.html
http://irfanmnugraha.blogspot.com/2012/02/definisi-manajemen-aset.html