Anda di halaman 1dari 25

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Deskripsi Konseptual Fokus dan Subfokus Penelitian

1. Konsep Implementasi dalam Ilmu Implementasi

Menurut Richard dan Jane, bahwa ilmu implementasi didirikan untuk

fokus pada menjembatani “kesenjangan implementasi”, antara bukti penelitian dan

penerapannya ke dalam praktik. Implementasi adalah proses penempatan sebuah

intervensi (tindakan / proyek / kebijakan), baik berbasis bukti atau berbasis teori,

untuk digunakan dalam pengaturan tertentu.1 Bahwa paradigma berbasis bukti,

sebagian besar berkaitan dengan mengidentifikasi bukti dan membuatnya

menginformasikan praktik, dan sebagai hasilnya, mewakili pemahaman sejarah dan

budaya yang lebih luas tentang implementasi, sebagaimana dipelajari secara

independen dari pendekatan berbasis bukti. Kepentingan gerakan berbasis bukti

dalam implementasi, adalah untuk membuat model operasional implementasi yang

dapat dengan mudah digunakan dalam praktik. 2

Menurut Per Nilson, bahwa ilmu implementasi lahir dari keinginan untuk

mengatasi tantangan yang terkait dengan penggunaan penelitian untuk mencapai

praktik berbasis bukti (Evidence Based Practice/EBP) dalam perawatan kesehatan

1
Richard Boulton, Jane Sandall, Nick Sevdalis. “The Cultural Politics of Implementation Science”,
(Journal of Medical Humanities (2020) 41:379–394), h. 379
2
Richard Boulton, Jane Sandall, Nick Sevdalis. “The Cultural Politics of Implementation Science”,
(Journal of Medical Humanities (2020) 41:379–394), h. 386

14
dan bidang praktik profesional lainnya.3 Sebagaimana dinyatakan oleh Eccles dan

Mittman dalam Bauer dan Laura, bahwa ilmu implementasi adalah sebagai studi

ilmiah, tentang metode untuk mempromosikan pengambilan sistematis dari temuan

penelitian, dan praktik berbasis bukti lainnya ke dalam praktik rutin, dan karenanya,

untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas layanan kesehatan. 4 Menurut Per

Nilson, riset implementasi awal didorong secara empiris, dan tidak selalu

memperhatikan landasan teoritisnya. Selanjutnya Per Nilson menunjukkan lima

kategori pendekatan teoritis yang digunakan untuk mengidentifikasi tiga tujuan

menyeluruh dari penggunaan teori, model dan kerangka kerja dalam ilmu

implementasi. Lima pendekatan teoritis tersebut adalah process models,

determinant frameworks, classic theories, implementation theories, evaluation

frameworks. Sedangkan tiga tujuan penggunaannya yaitu describing and/or

guiding the process of translating research into practice, understanding and/or

explaining what influences implementation outcomes and evaluating

implementation. 5

3
Per Nilsen. “Making sense of implementation theories, models and frameworks”,
(Implementation Science (2015) 10:53, DOI 10.1186/s13012-015-0242-00120242000136955), h. 1
4
Mark S. Bauer, Laura Damschroder, dkk. “An introduction to implementation science for the non-
specialist”, (Bauer et al. BMC Psychology (2015) 3:32 DOI 10.1186/s40359-015-0089-9), h. 3
5
Per Nilsen. “Making sense of implementation theories, models and frameworks”,
(Implementation Science (2015) 10:53, DOI 10.1186/s13012-015-0242-00120242000136955), hh.
3-4

15
Gambar 2.1
Tiga Tujuan Penggunaan Pendekatan Teoritis Dalam Ilmu Implementasi
dan Lima Kategori Teori, Model dan Kerangka Kerja

Menurut Lobb dan Colditz, bahwa Ilmu implementasi, diseminasi dan

implementasi, diseminasi intervensi berbasis bukti, dan penelitian implementasi,

adalah seperangkat istilah yang mengacu pada penerapan intervensi yang efektif

dan berbasis bukti, dalam pengaturan yang ditargetkan, untuk meningkatkan

kesehatan dan kesejahteraan kelompok populasi tertentu.6 Selanjutnya, bahwa

konsep dasar ilmu implementasi adalah elemen penting dari keberhasilan proses

implementasi dan untuk memperjelas basis bukti dari suatu intervensi. Konsep

6
Loob dan Colditz dalam Frances Rapport, Robyn Clay‐Williams, Kate Churruca, dkk, “The struggle
of translating science into action: Foundational concepts of implementation science”, (Journal of
Evaluation In Clinical Practice 2018;24:117–126), h. 118

16
dasar yang dimaksud adalah diffusion, dissemination, implementation, adoption,

dan sustainability.7

Gambar 2.2
Konsep Dasar : 5 Kategori Ilmu Implementasi

Menurut James dan Kerkf, munculnya ilmu diseminasi dan implementasi

di seluruh dunia, karena kepentingan filantropi dan kebutuhan lembaga pemerintah,

dan masalah terapan yang terus-menerus dan berkembang yang telah ditangani,

tetapi tidak diselesaikan oleh paradigma penelitian dominan dalam disiplin ilmu

seperti psikologi , sosiologi, dan ilmu politik.8 Bahwa ilmu diseminasi adalah studi

7
Frances Rapport, Robyn Clay‐Williams,| Kate Churruca, dkk.“The struggle of translating science
into action: Foundational concepts of implementation science”, (Journal of Evaluation In Clinical
Practice 2018;24:117–126), hh. 118-119
8
James W Dearing dan Kerkf Kee. “Historical Roots of Dissemination and Implementation Science”,
(OUP UNCORRECTED PROOF – FIRST-PROOF, 12/26/11, NEWGEN, DOI:
10.1093/acprof:oso/9780199751877.003.0003), h.56

17
tentang bagaimana praktik, program, dan kebijakan berbasis bukti, yang dapat

dikomunikasikan dengan baik ke sektor sosial antar organisasi, dari pengadopsi dan

pelaksana potensial, untuk menghasilkan penyerapan dan penggunaan yang efektif.

Sedangkan ilmu implementasi adalah studi tentang apa yang terjadi setelah adopsi

terjadi, terutama dalam pengaturan organisasi. Dan implementasi adalah satu tahap

(setelah kesadaran dan adopsi, dan sebelum penggunaan berkelanjutan) dalam

proses difusi sepanjang waktu.9

Menurut Valéry dan Dennis, bahwa ilmu implementasi adalah

penyelidikan ilmiah dari faktor-faktor yang terkait dengan implementasi yang

efektif, di mana peran konteks, aktor, ide, institusi dan kekuasaan adalah pusat

analisis. Sedangkan implementasi adalah proses penempatan sebuah intervensi

(tindakan / proyek / kebijakan), baik berbasis bukti atau berbasis teori, untuk

digunakan dalam pengaturan tertentu.10 Ilmu implementasi tidak secara khusus

bertujuan untuk menganalisis implementasinya, tetapi untuk memahami faktor-

faktor yang mempengaruhi pelaksanaan suatu intervensi.11 Untuk membantu

menguraikan kemungkinan pendekatan, kerangka kerja dan teori, Valéry dan

Dennis menyarankan empat model sebab akibat yang umum digunakan dalam ilmu

implementasi, yaitu intervention theory, framework, middle-range theory, dan

9
James W Dearing dan Kerkf Kee. “Historical Roots of Dissemination and Implementation Science”,
(OUP UNCORRECTED PROOF – FIRST-PROOF, 12/26/11, NEWGEN, DOI:
10.1093/acprof:oso/9780199751877.003.0003), h. 56
10
Valéry Ridde, Dennis Pérez, dan Emilie Robert.”Using implementation science theories and
frameworks in global health”, (BMJ Global Health 2020;5:e002269. doi:10.1136/bmjgh-2019-
002269), h. 1
11
Valéry Ridde, Dennis Pérez, dan Emilie Robert..”Using implementation science theories and
frameworks in global health”, (BMJ Global Health 2020;5:e002269. doi:10.1136/bmjgh-2019-
002269), h. 2

18
grand theory, serta penggunaan tiga model untuk memahami implementasi, yaitu

fidelity assessment, process evaluation, dan complex evaluation.12

Menurut Margaret dan Anuradha, bahwa ilmu implementasi secara

eksplisit, berfokus pada mekanisme perubahan untuk memahami dan meningkatkan

proses implementasi. Untuk menutup kesenjangan bukti-praktik, harus dipandu

oleh tiga prinsip utama, yaitu : (1) Perubahan perilaku melekat pada terjemahan

bukti ke dalam praktik, kebijakan, dan peningkatan kesehatan masyarakat.

(2) Keterlibatan dengan berbagai individu dan organisasi pemangku kepentingan,

sangat penting untuk mencapai terjemahan yang efektif, dan peningkatan

berkelanjutan dalam hasil implementasi. (3) Penelitian ilmu implementasi

mendapat manfaat dari fleksibilitas, dan seringkali pendekatan non-linier, agar

sesuai dengan situasi dunia nyata.

2. Manajemen Mutu Dalam Tinjauan Al-Qur’an dan Hadis

Manajemen (management) dalam bahasa Arab adalah 'idarah (‫) إدارة‬.13

Menurut Hizam Mutairi, kata 'idarah berasal dari kata 'idar (‫ ) إدار‬artinya dikelola.

ُ
Kata ini bermula dari lafad tudiiruu (‫ ) ﺗ ِﺪ ُﻳﺮو‬artinya dikelola/dijalankan, 14

sebagaimana disebut dalam QS. Al-Baqarah ayat 282 :

12
Valéry Ridde, Dennis Pérez, dan Emilie Robert..”Using implementation science theories and
frameworks in global health”, (BMJ Global Health 2020;5:e002269. doi:10.1136/bmjgh-2019-
002269), h.2
13 Word Hippo. How to say management in Arabic. https://www.wordhippo.com/what-is/the/arabic-
word-for-982d46d22d9597c30d79d368dc9197f5f1fe5956.html (diakses 04 November 2019)
14
Al-Alukah. ‫ﻤﻔﻬﻮم اﻹدارة ﻓﻲ اﻹﺳﻼم‬.
https://www.alukah.net/culture/0/25987/ (diakses 04 November
2019)

19
ۗ َ ُ ُ ۡ َ ٌ َ ُ ۡ ُ ۡ َ َ َ ۡ َ َ ۡ ُ َ ۡ َ َ َ ‫ٓ َ ُ َ َٰ َ ً َ َ ٗ ُ ُ و‬
‫ﻮﻫﺎ‬ ‫ِإﻻ ان ﺗﻛﻮن ِﺗﺠﺮة ﺣ ِﺎﺿﺮة ﺗ ِﺪﻳﺮ ﻧﻬﺎ ﺑﻴﻨﻛﻢ ﻓﻟﻴﺲ ﻋﻟﻴﻛﻢ ﺟﻨﺎح اﻻ ﺗﻛـﺘﺒ‬
Kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di
antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak
menulisnya. 15

Kata yang umum digunakan untuk istilah manajemen adalah kata at-tadbir

(‫ ) اﻠﺘﺪﺑﻴﺮ‬artinya pengaturan,16 sebagaimana disebut dalam QS. As-Sajdah ayat 5,

QS. Yunus ayat 3 & 31, QS. ar-Ra'du ayat 2, dan QS. An-Nazi'at ayat 5 :

ۡ َ
‫ض ُﺛﻢ َﻳ ۡﻌ ُﺮ ُج ِإﻠ ۡﻴ ِﻪ ِﻓﻲ َﻳ ۡﻮ ٖم َﻜ َﺎن ِﻤ ۡﻘ َﺪ ُار ُﻩۥٓ اﻠ َﻒ َﺳ َﻨ ٖﺔ‬ ‫ر‬ۡ ‫ُﻳ َﺪ ّﺑ ُﺮ ا ۡﻻ ۡﻤ َﺮ ِﻤ َﻦ اﻠﺴ َﻣ ٓﺎ ِء ِإ َﻠﻰ ا ۡﻻ‬
ِ ِ
َ‫ِّﻤﻣﺎ َﺗ ُﻌﺪون‬
Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik
kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun
menurut perhitunganmu. (QS. As-Sajdah ayat 5)

ۡ َ ‫ِإن َرﺑ ُﻛ ُﻢ ُ اﻠ ِﺬي َﺧ َﻟ َﻖ اﻠﺴ َٰﻣ َٰﻮ ِت َوا ۡﻻ ۡر‬


‫ض ِﻓﻲ ِﺳﺘ ِﺔ اﻳ ٖﺎم ُﺛﻢ ا ۡﺳ َﺘ َﻮ ٰى َﻋ َﻟﻰ اﻠ َﻌ ۡﺮ ۖ ِش‬
ۡ
‫ُﻳ َﺪ ِّﺑ ُﺮ اﻻ ۡﻤ ۖ َﺮ‬
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan
bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy untuk
mengatur segala urusan. (QS. Yunus ayat 3)

َ ‫َو َﻤﻦ ُﻳ َﺪ ّﺑ ُﺮ ا ۡﻻ ۡﻤ َۚﺮ َﻓ َﺴ َﻴ ُﻘ ُﻮﻠ‬


َ ‫ﻮن ُۚ َﻓ ُﻘ ۡﻞ ا َﻓ َﻼ َﺗﺘ ُﻘ‬
‫ﻮن‬ ِ
Dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan
menjawab: "Allah". Maka katakanlah "Mangapa kamu tidak bertakwa
kepada-Nya)?" (QS. Yunus ayat 31)
َ ‫ُﻳ َﺪ ّﺑ ُﺮ ا ۡﻻ ۡﻤ َﺮ ُﻳ َﻔ ِ ّﺼ ُﻞ ا ۡ ٔٓﻻ َٰﻳ ِﺖ َﻠ َﻌﻟ ُﻛﻢ ﺑ ِﻟ َﻘ ٓﺎ ِء َر ّﺑ ُﻛ ۡﻢ ُﺗ ِﻮﻗ ُﻨ‬
‫ﻮن‬ ِ ِ ِ
Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda
(kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan(mu) dengan
Tuhanmu. (QS. ar-Ra'du ayat 2)

15
Aplikasi Qur’an In word 2010
16
Al-Alukah, loc. cit.

20
ۡ
‫َﻓﺎﻠ ُﻣ َﺪ ِّﺑ َٰﺮ ِت ا ۡﻤ ٗﺮا‬
Dan (malaikat-malaikat) yang mengatur urusan (dunia). (QS. An-
Nazi'at ayat 5)17

Golam Mohiuddin dan Foyez Ahmed berpendapat, bahwa praktek-

praktek manajerial Nabi Muhammad saw dalam mengelola negara Islam Madinah

dan segala masalahnya yang rumit, dengan memperkenalkan prinsip-prinsip ilahi

dan bimbingan yang diberikan oleh Allah swt, sebagai kontribusi Islam dalam

manajemen. 18 Menurut Golam Mohiuddin dan Mokhter Ahmed, bahwa praktek

manajerial Nabi Muhammad saw dengan istilah syura (consultative). Nabi

Muhammad saw menetapkan keputusan hariannya dalam menjalankan

pemerintahan negara dengan menerapkan syura (konsultasi). Sebab, Allah swt

menasehati Nabi Muhammad saw, untuk berkonsultasi dengan para sahabatnya

yang beriman dalam hal tidak ditemukan petunjuknya secara khusus dalam Al-

Qur'an. Sebagaimana disebut dalam QS. Ali-Imran ayat 15919:


َ ‫َو َﺷﺎو ْر ُﻫ ْﻢ ِﻓﻲ ْاﻻ ْﻤﺮ ۖ َﻓ ِﺈ َذا َﻋ َﺰ ْﻤ َﺖ َﻓ َﺘ َﻮﻜ ْﻞ َﻋ َﻟﻰ ِ ۚ ِإن َ ُﻳ ِﺤﺐ ْاﻠ ُﻣ َﺘ َﻮ ِّﻜ ِﻟ‬
‫ﻴﻦ‬ ِ ِ
Dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian
apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal
kepada-Nya.20

17
Aplikasi Qur’an In word 2010
18
Golam Mohiuddin dan Foyez Ahmed Bhuiyan, “Muslim's Contributions in Management,”
(EJBM-Special Issue: Islamic Management and Business ISSN 2222-1719 (Paper) ISSN 2222-2863
(Online) Vol.5 No.11 2013), hh.8-9
19
Golam Mohiuddin, Golam Mohiuddin, Mohammad Muzahidul Islam, “Decision Making Style in
Islam: A Study of Superiority of Shura (Participative Management) and Examples from Early Era
of Islam”, (EJBM-Special Issue : Islamic Management and Business www.iiste.org, Vol 3, No.1
(Special Issue), 2015), h.7
20
Aplikasi Qur’an In word 2010

21
Mutu (quality) dalam padanan kata bahasa Arab adalah al-jaudah

(‫)اﻠﺠﻮدة‬.21 Ali Badadah menyebutkan empat istilah yang menggambarkan mutu,

yaitu al-jaudah, al-itqan, dan al-kafa’ah. Haji Malik Syah menyebutkan tiga istilah

yang paling mendekati karakteristik mutu (quality), yaitu ihsan, itqan dan hasanah.

Sheikh Muhammad Badawi menyebutkan dengan itqan.22 Dalam banyak literatur,

para peneliti lebih mengekplorasi itqan dan ihsan sebagai istilah yang menunjukkan

atau menggambarkan mutu (quality) dalam perspektif Islam. Wan Ab Aziz dan

Mohamed menyatakan, bahwa budaya kesempurnaan (itqan) dan nilai-nilai

kesopanan (ihsan) sebagai faktor moderat bersifat dinamis dan memiliki potensi

besar untuk mempengaruhi hubungan antara praktik manajemen mutu dengan

kinerja bisnis. Kedua faktor tersebut diyakini akan meningkatkan dan memastikan

praktik manajemen mutus yang kuat dan halus, didorong oleh prinsip-prinsip

Islam. 23

a. 1tqan (‫)اﺗﻘﻦ‬
ٔ
Menurut Ibnu Mundhir, al-itqan menurut bahasa adalah penguasaan

sesuatu secara sempurna.24 Mohamed dan Faiza berpendapat, bahwa dalam bahasa

Arab kesempurnaan disebut "itqan" dan berarti melakukan segalanya dengan

21
Google Terjemahan., Kulaitas”; https://translate.google.co.id/?hl=id#view=home&op = translate
&sl=id&tl =ar&text = kualitas. (diakses 11 November 2019)
22
Firman Shakti Firdaus, Muhammad Nasri Md. Hussain, Mohd Norhasni Mohd Asaad and Rushami
Zien Yusoff, “Quality Management Concept Based On Islamic Worldview’” (International
Academic Research Journal of Business and Technology 1(2) 2015 Page 208-213), h. 210
23
W.A. Wan Ab Aziz, S.B. Mohamed, Z. Ibrahim, M.S. Muda, A.H. Abdullah, “Strengthening of
Islamic Quality Management Practices Through Culture of Perfection (Itqan) and the Value of
Courtesy (Ihsan) Toward the Business Perfomance of Muslim Entrepreneur,” (Jurnal : Advances in
Natural and Applied Sciences, 8(4) April 2014, Pages: 237-243), h. 242
24
Ibnu Mundhir dalam Kamal D, ‫ ﻤﻔﻬﻮم اﻠﺠﻮدة ﻓﻲ اﻹﺳﻼم‬:‫اﻠﻣﻮﺿﻮع‬.
https://hrdiscussion.com/hr14873.html. (diakses 11 November 2019)

22
mahir.25 Sheikh berpendapat, itqan berarti kebaikan, yang merupakan tingkat mutu

pekerjaan. Itqan berarti mengatur dan membuang hal-hal dengan cara ilmiah dan

artistik, untuk mendapatkan hasil yang paling sempurna.26 Jabnoun berpendapat

bahwa iṭqan berarti kesempurnaan, atau konotasi spiritual untuk dicintai oleh Allah

(swt), dan juga berarti penciptaan Allah (swt) yang sempurna dan tanpa cacat.27

Sebagaimana disebutkan dalam Firman Allah SWT QS. An-Naml [27] ayat 88 :

َ‫ﺎب ۚ ُﺻ ْﻨ َﻊ ِ اﻠ ِﺬي ا ْﺗ َﻘﻦ‬ َ‫َو َﺗ َﺮى ْاﻠ ِﺠ َﺒ َﺎل َﺗ ْﺤ َﺴ ُﺒ َﻬﺎ َﺟ ِﺎﻤ َﺪ ًة َو ِﻫ َﻲ َﺗ ُﻣﺮ َﻤﺮ اﻠﺴﺤ‬
ِ
‫ﻮن‬َ ‫ُﻜﻞ َﺷ ْﻲ ٍء ۚ ِإﻧ ُﻪ َﺧﺒ ٌﻴﺮ ﺑ َﻣﺎ َﺗ ْﻔ َﻌ ُﻟ‬
ِ ِ
Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di
tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah)
perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu;
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.28

Kata itqan juga disebut dalam sabda Nabi Muhammad SAW dalam Hadis

riwayat At-Tabrani :

‫ إن َ َﻋﺰ َو َﺟﻞ ُﻳ ِﺤﺐ‬:‫ﷲ َﻋ َﻟ ْﻴ ِﻪ َو َﺳﻟ َﻢ َﻗ َﺎل‬


ُ ‫ ان َر ُﺳ َﻮل ِ َﺻﻟﻰ‬،‫َﻋ ْﻦ َﻋﺎ ِﺋ َﺸ َﺔ‬
ُ‫إ َذا َﻋﻣ َﻞ ا َﺣ ُﺪ ُﻜ ْﻢ َﻋ َﻣ ًﻼ ا ْن ُﻳ ْﺘ ِﻘ َﻨﻪ‬
ِ ِ
Dari Aisyah radiyallahu ‘anhu, bersabda Rasulullah SAW : Allah
ʽazza wa jalla menyukai jika salah seorang di antara kalian
melakukan suatu amal secara itqan.29

25
Mohamed Hassan Mahmoud Farg, Faiza Mohamed Hassan Khalil dan Hafiz Ibrahim Salih,
“Factors Affecting Perfection And Quality Of Work (Itqan) Applied Study On Workers Who Belong
To Shaqra University, College Of Science And Humanities Studies (Thadiq), KSA,” (International
Journal of Business and Management Review Vol.4, No.5, pp.73-84, July 2016), h. 73
26
Ahamad Faosiy Ogunbado, Asia Mus’ad Al-Otaibi, “Is Quality Management An Islamic Value?,”
(IOSR Journal of Business and Management (IOSR-JBM) e-ISSN: 2278-487X.Volume 8, Issue 3
(Mar. - Apr. 2013), PP 06-13), h. 7
27
Jobnoun dalam Afroza Bulbul Afrin, Rafikul Islam, “A Conceptual Model of Continuous
Improvement in Total Quality Management from Islamic Perspective,” (Australian Academy of
Business and Economics Review Volume 4 Issue 1 January 2018), h. 2
28
Aplikasi Qur’an In word 2010
29
Nesia Andriana. Ihsan dan Itqan Dalam Beramal. https://www.hidayatullah.com/kajian/gaya-
hidup-muslim/read/2015/07/30/74773/ihsan-dan-itqan-dalam-beramal.html (diakses : Senin, 11
November 2019)

23
Mukayat dan Muslich Anshori berpendapat, bahwa itqan berarti

membuat dan menata sesuatu dengan ilmiah dan indah agar mendapatkan hasil yang

sempurna. Itqan adalah sikap untuk menghasilkan produk terbaik, bermutu, dan

memiliki standar tinggi. Itqan adalah integritas dan mutu, berarti sikap yang

lengkap (holistik) terhadap nilai dinyakini untuk menghasilkan produk yang

bermutu.30 Menurut Razi, itqan atau etqon bermakna rapi, teliti, cermat, terbaik.

Zuhaily menyatakan, itqan berarti ketepatan dan kepedulian. Noresah

mengemukakan, itqan berarti kesungguhan. 31 Azman berpendapat bahwa itqan

adalah budaya yang sering merujuk pada implementasi dan penyelesaian pekerjaan

yang dilakukan dengan rajin dan sungguh-sungguh. Sohaimi dan Gunawan

mendefinisikan konsep itqan sebagai komitmen untuk mencapai kesempurnaan.32

Jabnoun berpendapat bahwa iṭqan berarti kesempurnaan, atau konotasi spiritual

untuk dicintai oleh Allah (swt), dan juga berarti penciptaan Allah (swt) yang

sempurna dan sempurna.33 Menurut Wan Ab Aziz dan Mohamed, dampak budaya

30
Mukayat dan Muslich Anshori, “Application of Islamic Values in Business Management and
Relation to Behavior, Performance, and the Islamic Welfare Employees Working at PT Freeport
Indonesia in Papua Provinc,” (Journal of Philosophy, Culture and Religion ISSN 2422-8443 An
International Peer-reviewed Journal Vol.14, 2015), hh. 25-26
31
Razi dalam Shukri Ahmad, Mohamad Khadafi Rofie, “Extrinsic And Intrinsic Principle On Islamic
Work Ethic : An Analisis Of Malay Literatures In Malaysia On Islamic Work Ethic,” (The Social
Sciences 11 (24) : 5845-5854, 2016), h. 5850
32
Azman dalam W.A. Wan Ab Aziz, S.B. Mohamed, Z. Ibrahim, M.S. Muda, A.H. Abdullah,
“Strengthening of Islamic Quality Management Practices Through Culture of Perfection (Itqan) and
the Value of Courtesy (Ihsan) Toward the Business Perfomance of Muslim Entrepreneur,” (Jurnal :
Advances in Natural and Applied Sciences, 8(4) April 2014, Pages: 237-243), h. 238
33
Jobnoun dalam Afroza Bulbul Afrin, Rafikul Islam, “A Conceptual Model of Continuous
Improvement in Total Quality Management from Islamic Perspective,” (Australian Academy of
Business and Economics Review Volume 4 Issue 1 January 2018), h. 2

24
kesempurnaan (itqan) sebagai faktor pemoderasi dan nilai-nilai welas asih yang

penting dalam berkontribusi terhadap peningkatan signifikan kinerja bisnis. 34

b. Ihsan ( ‫) ٕاﺣﺴﺎن‬
Menurut Anis, ihsan secara bahasa adalah orang yang bekerja dengan

baik dan pekerjaan yang terbaik.35 Menurut Al- Ghamdi, al-iḥsan secara harfiah

berarti kebaikan. Ini merujuk pada tindakan ibadah oleh orang beriman dengan

keyakinan bahwa Allah hadir dan menyaksikan tindakan ibadah itu. Dengan kata

lain, itu berarti menyembah Allah seolah-olah seseorang melihat Allah

mengawasinya.36 Menurut Sohaimi dan Gunawan, bahwa ihsan terkait dengan nilai

kesopanan (values of courtesy). Komitmen terhadap ihsan (kesopanan) adalah

masalah murni demi Allah. 37 Menurut Al Habshi, ihsan juga berkonotasi

murabahah yaitu yang mengawasi, mengendalikan, dan inspeksi. 38 Pendapat ini

didasarkan pada Sabda Nabi Muhammad saw tentang ihsan yang tercantum dalam

hadis riwayat Muslim :

34
W.A. Wan Ab Aziz, S.B. Mohamed, Z. Ibrahim, M.S. Muda, A.H. Abdullah, “Strengthening of
Islamic Quality Management Practices Through Culture of Perfection (Itqan) and the Value of
Courtesy (Ihsan) Toward the Business Perfomance of Muslim Entrepreneur,” (Jurnal : Advances in
Natural and Applied Sciences, 8(4) April 2014, Pages: 237-243), h. 242
35
Kamal D, ‫ ﻤﻔﻬﻮم اﻠﺠﻮدة ﻓﻲ اﻹﺳﻼم‬:‫اﻠﻣﻮﺿﻮع‬. https://hrdiscussion.com/hr14873.html. (diakses 11
November 2019)
36
Al-Ghamdi dalam Amal Salim Kadhim, Shukri B. Ahmad, Musa Yusuf Owoyemi. Muhammad
Ahmad, “Islamic Ethics: The Attributes of Al-Ihsan in the Quran and Its Effects on Muslim
Morality,” (International Journal of Business and Social Science Volume 8, Number 11, November
2017), h. 102
37
Sohaimi dan Gunawan dalam W.A. Wan Ab Aziz, S.B. Mohamed, Z. Ibrahim, M.S. Muda, A.H.
Abdullah, “Strengthening of Islamic Quality Management Practices Through Culture of Perfection
(Itqan) and the Value of Courtesy (Ihsan) Toward the Business Perfomance of Muslim
Entrepreneur,” (Jurnal : Advances in Natural and Applied Sciences, 8(4) April 2014, Pages: 237-
243), h. 239
38
Al Habshi dalam Ahamad Faosiy Ogunbado, Asia Mus’ad Al-Otaibi, “Is Quality Management An
Islamic Value?,” (IOSR Journal of Business and Management (IOSR-JBM) e-ISSN: 2278-
487X.Volume 8, Issue 3 (Mar. - Apr. 2013), PP 06-13), h. 7

25
َ
‫ َﻗ َﺎل » ا ْن َﺗ ْﻌ ُﺒ َﺪ َ َﻜﺎﻧ َﻚ َﺗ َﺮ ُاﻩ َﻓ ِﺈ ْن ﻠ ْﻢ َﺗ ُﻛ ْﻦ‬.‫َﻗ َﺎل َﻓﺎ ْﺧ ِﺒ ْﺮِﻧﻰ َﻋ ِﻦ ِاﻹ ْﺣ َﺴ ِﺎن‬
‫َﺗ َﺮ ُاﻩ َﻓ ِﺈﻧ ُﻪ َﻳ َﺮ َاك‬
Wahai Rasulullah, apakah ihsan itu? Beliau menjawab : Kamu
menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, maka jika
kamu tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu. 39

Menurut Al Habshi, sabda Nabi Muhammad tersebut mengisyaratkan

bahwa ihsan menandakan konsentrasi penuh dalam pelaksanaan tugas, serta harus

menyadari bahwa Allah selalu mengawasi terhadap semua hamba-Nya dalam

kinerja mereka. Al Baurey berpendapat bahwa ihsan adalah untuk meningkatkan

kesempurnaan seseorang untuk menjadi pekerja yang baik secara kecakapan

maupun efisiensi dalam praktik manajemen yang sebenarnya.40

Disebutkan dalam al-Qur’an, bahwa ihsan termasuk perbuatan mulia,

sebagaimana disebut dalam QS. Yunus [10] ayat 26 dan QS. Al-Baqarah [2] ayat

195 :
َ‫ﻮﻫ ُﻬ ْﻢ َﻗ َﺘ ٌﺮ َو َﻻ ِذﻠ ٌﺔ ۚ ا َٰوﻠ ِﺌﻚ‬
َ ‫ِﻠﻟ ِﺬ َﻳﻦ ا ْﺣ َﺴ ُﻨﻮا ْاﻠ ُﺤ ْﺴ َﻨ ٰﻰ َوز َﻳ َﺎد ٌة ۖ َو َﻻ َﻳ ْﺮ َﻫ ُﻖ ُو ُﺟ‬
ِ
َ‫ﺎب ْاﻠ َﺠﻨ ِﺔ ۖ ُﻫ ْﻢ ِﻓ َﻴﻬﺎ َﺧﺎ ِﻠ ُﺪون‬ ُ ‫ا ْﺻ َﺤ‬
Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga)
dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan
tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal
di dalamnya.(QS. Yunus [10] ayat 26)

ُ َ ْۚ ٓ ُ ۡ َ َ ُ ۡ َ ۡ ُ ۡ ْ ُ ۡ ُ َ َ َ ْ ُ َ
‫ﻴﻞ ِ وﻻ ﺗﻟﻘﻮا ِﺑﺎﻳ ِﺪﻳﻛﻢ ِإﻠﻰ اﻠﺘﻬﻟﻛ ِﺔ واﺣ ِﺴﻨﻮا ِإن ﻳ ِﺤﺐ‬
ِ ِ ِ ‫ۡوا ِﻧﻔﻘ‬
‫ﺒ‬‫ﺳ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻓ‬ ‫ﻮا‬
َ ‫اﻠ ُﻣ ۡﺤ ِﺴ ِﻨ‬
‫ﻴﻦ‬
39
Adika Mianoki. Meraih Derajat Ihsan. https://muslim.or.id/4101-meraih-derajat-ihsan.html
(diakses 18 November 2019)
40
Al-habshi dan Al-Baurey dalam Ahamad Faosiy Ogunbado, Asia Mus’ad Al-Otaibi, “Is Quality
Management An Islamic Value?,” (IOSR Journal of Business and Management (IOSR-JBM) e-
ISSN: 2278-487X.Volume 8, Issue 3 (Mar. - Apr. 2013), PP 06-13), h.7

26
Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah
kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat
baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berbuat baik.( QS. Al-Baqarah [2] ayat 195)41

Akif Lutfi dan Majed Radi mengidentifikasi pendapat para ahli, bahwa

istilah mutu (quality) dalam ayat-ayat al-Qur’an disebutkan secara bervariasi,

yaitu : (1) Seni (artistry), yaitu melakukan pekerjaan yang benar, lengkap dan

sempurna tanpa cacat, yang merujuk pada QS. [27] ayat 88. (2) Perbaikan

(improvement), yaitu menunjukkan kata atau tindakan terbaik dan melakukan yang

sempurna, merujuk QS. Al-Baqarah [2] ayat 195. (3) Perbuatan baik (Good Deed),

yaitu melakukan yang benar tanpa penyimpangan dari yang ideal sambil menjaga

hati yang sangat tulus kepada Allah, merujuk pada QS. Al-Kahfi [18] ayat 107.

(4) Melakukan terbaik (best doing), yaitu penyelesaian, kesempurnaan, dan kinerja

terbaik, merujuk pada QS. Al-Kahfi [18] ayat 30.42

Amal hayati dan Muhammad mengidentifikasi pendapat para peneliti

tentang ciri-ciri mutu berdasar pada al-Qur’an dan tradisi kenabian, yang terangkum

dalam lima nilai, yaitu : 1) Mutu adalah elemen yang menguntungkan (azabad)

merujuk pada QS. Ar-Ra’du [13]: 17. 2) Mutu adalah kesempurnaan (ahsan)

merujuk pada QS. Al-Mulk [67] ayat 2-4. 3) Mutu sebagai tindakan yang

direkomendasikan (ibadah sunnah) dalam melengkapi kekurangan yang mungkin

terjadi dalam tindakan wajib (ibadah wajibah). 4) Mutu mengikuti standar terbaik,

merujuk pada QS. Az-Zumar [39] ayat 55. 5) Mutu lebih utama dari kuantitas,

41
Aplikasi Qur’an In word 2010
42
Akif Lutfi Al-Khasawneh, Majed Radi Al-Zoubi and Fayez Jumah Alnajjar, “Quality between the
Contemporary Management & Islamic Thought Perspectives: Comparative Study,” (Journal of
Emerging Trends in Economics and Management Sciences (JETEMS) 4(2):281-290 (ISSN: 2141-7016),
h. 285-288), hh. 285-286

27
merujuk pada hadis bahwa Nabi saw mengingatkan untuk melakukan yang terbaik

dalam ibadah.43

Brannie dan Pollard berpendapat, bahwa mutu adalah kesadaran

perbaikan diri, merujuk pada perjuangan yang berkelanjutan dengan diri sendiri,

untuk perbaikan diri, dalam upaya mencapai pekerjaan yang lebih baik.44 Pendapat

ini merujuk pada QS. At-Taubah [9] ayat 105 dan QS. At-Tin [94] ayat 7.

3. Manajemen Mutu Terpadu Untuk Institusi Pendidikan Dalam Perspektif

Edward Sallis

Di Indonesia, istilah Manajemen Mutu Terpadu (MMT), digunakan

untuk penyebutan atau sebagai terjemahan dari Total Quality Management (TQM).

Konsep MMT seluruhnya mengelaborasi konsep TQM. Menurut Edward Sallis,

manajemen dalam MMT, bahwa setiap orang dalam institusi, apapun status, posisi

dan peranannya, adalah manajer bagi tangungjawabnya masing-masing.45 Mutu

pendidikan berbeda dengan mutu produk. Pendidikan bukanlah sebagai bentuk

produksi, tetapi sebagai sebuah jasa atau layanan. Istilah yang digunakan untuk

mutu dalam pendidikan disebut mutu jasa, sedangkan untuk produksi disebut mutu

produk. Keduanya berbeda dalah hal hubungan antara pemberii dan pengguna,

waktu, perbaikan, kepastian, pemberian, serta pengukuran tingkat keberhasilan dan

43
Amal hayati ishak dan Muhammad Rahimi Osman, “Understanding Islamic Perspectives On
Quality Management : From Concept To Practice,” (Journal of Engineering and Applied Sciences
14 (4) : 1262-1266, 2019), h. 1263
44
Brannie dan Pollard dalam Mastura binti Ahmad, Mohd Shahril Bin Ahmad Razimi, “Training
Based Organization Approach From Islamic Perspective,” (IKONOMIKA: Journal of Islamic
Economics and Business Volume 3, No 1 (2018) Page : 35 – 42), h. 37
45
Edward Sallis, “Total Quality Management In Education ( Manajemen Mutu Pendidikan)”,
(IRCiSoD, Yogyakarta : 2012), h. 74

28
produktivitas.46 Terpadu dalam MMT, bahwa setiap orang yang berada di dalam

organisasi, harus terlibat dalam upaya peningkatan secara terus menerus.47 MMT

merupakan perluasan dan pengembangan dari jaminan mutu. Jaminan mutu adalah

sebagai cara produksi yang bebas dari cacat dan kesalahan, sedangkan MMT

sebagai usaha menciptakan budaya mutu, yang mendorong orang yang terlibat,

untuk memuaskan pelanggan. 48

Dalam pandangan Edwar Sallis, MMT adalah suatu keinginan, untuk

mencoba mengerjakan segala sesuatu dengan “selalu baik secara awal”.49 MMT

digunakan, untuk mendeskripsikan dua gagasan, yaitu filosofi perbaikan secara

terus, dan alat- dan teknik peningkatan mutu.50 Dalam filosofi perbaikan terus

menererus, MMT adalah pendekatan praktis, yang memfokuskan pada kebutuhan

pelanggan dan kliennya.51 Alat dan teknik adalah media untuk mengidentifikasi dan

memecahkan masalah secara kreatif. 52 Brainstorming adalah alat yang popular

digunakan. Teknik yang dapat digunakan antara lain : Afinitas jaringan kerja,

Diagram Tulang Ikan atau Diagram Ishikawa, Analisis Kekuatan Lapangan, Grafik

Pareto, Standarisasi, dan Pemetaan Jalur Karir.53

Menurut Edward Sallis, bahwa gerakan mutu terpadu dalam pendidikan,

mulai diterapkan di perguruan tinggi di Amerika dan Inggris pada tahun 1990-an,

dan selanjutnya berkembang diterapkan sekolah-sekolah. Meningkatnya minat

46
Edward Sallis, Ibid., hh. 61-66
47
Edward Sallis, Ibid., h. 74
48
Edward Sallis, Ibid., hh. 58-59
49
Edward Sallis, Ibid., h. 74
50
Edward Sallis, Ibid., h. 75
51
Edward Sallis, Ibid., h. 78
52
Edward Sallis, Ibid., h. 197
53
Edward Sallis, Ibid., hh. 197-210

29
penerapan diduniai pendidikan, terjadi di Inggris raya , bertepatan dengan lahirnya

undang-undang reformasi pendidikan pada tahun 1988. Mutu terpadu dalam

pendidikan, digunakan sebagai suatu nilai untuk meningkatkan standar pelayanan. 54

Menurut Edward Sallis, bahwa perencanaan mutu, merujuk pada poin

pertama dari 14 Poin Deming, yaitu menciptakan tujuan secara konstan, untuk

memperkuat fokus terhadap pelanggan. Proses perencanaan, dilakukan dengan

serangkaian pertanyaan, untuk mengembangkan rencana institusi, atau menguji

kembali tujuan institusi dalam hubungan dengan pelanggannya.55

Gambar 2.3 Proses Perencanaan Strategis


Misi dan Visi
Apa tujuan kita?
Apa visi, misi dan nilai-nilai kita?

Kebutuhan Pelanggan/Pelajar
Siapakah pelanggan kita?
Apa yang diharapkan pelanggan kita?
Apa yang harus dilakukan untuk memenuhi harapan pelanggan ?
Apa yang dibutuhkan para peljar dari institusi?
Metode apa yang digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan pelajar/pelanggan?

Jalan Menuju Sukses


Apa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman kita?
Factor-faktor apa yang penting bagi kesuksesan kita?
Bagaimana cara kita mencapai kesuksesan?

Mutu
Apa standar yang kita gunakan?
Bagaimana kita menyampaikan mutu?
Biaya apa yang harus kita keluarkan untuk mutu?

Investasi Sumberdaya Manusia


Apa yang seharusnya dilakukan terhadap para staf kita?
Apakah kita sudah cukup berinvestasi pada sumberdaya staf dan pengembangan staf?

Mengevaluasi Proses
Apakah kita memiliki proses tertentu dalam menghadapi sesuatu yang salah?
Bagaimana kita tahu bahwa kita telah sukses?

Dalam memulai MMT, Edward Sallis menawarkan langkah-langkah

penting untuk melaksanakan MMT, yaitu : (a) Kepemimpinan dan komitmen

54
Edward Sallis, Ibid., hh. 43-45
55
Edward Sallis, Ibid., hh. 211-212

30
terhadap mutu harus datang dari atas, (b) Menggembirakan adalah tujuan MMT, (c)

Menunjuk fasilitator mutu, (d) Membentuk kelompok pengendali mutu, (e)

Menunjuk kordinator mutu, (f) Mengadakan seminar manajemen senior untuk

mengevaluasi program, (g) Menganalisa dan mendiagnosa situasi yang ada,

(h) Menggunakan contoh-contoh yang sudah berkembang ditempat lain,

(i) Memperkerjakan konsultasi ekternal, (j) Memprakarsai pelatihan mutu bagi para

staf, (k) Mengkomunikasikan pesan mutu, (l) Mengukur biaya mutu,

(m) Mengaplikasikan alat dan teknik mutu, melalui pengembangan kelompok kerja

yang efektif, (n) Mengevaluasi program dalam interval yang teratur.56

Untuk mengukur dan mengevaluasi terhadap perkembangan mutu

institusi, Edward Sallis menawarkan instrument audit mutu dengan serangakaian

“daftar uji”. Instrument ini digunakan oleh tim audit yang melibatkan manajemen

senior, guru dan tenaga kependidikan, dan pelajar (murid). Tim audit ini, bertugas

mengumpulkan fakta-fakta yang mendukung kesimpulan dari setiap item. Audit

dengan daftar uji ini,bertujuan tujuan menyoroti praktek yang baik, dan

memperlihatkan wilayah-wilayah pengembangan dan perubahan, yang akan

membawa kepada keuntungan, sebagai pedoman bagi peningkatan dan

perencanaan.57

56
Edward Sallis, Ibid., hh. 243-253
57
Edward Sallis, Ibid., hh. 255-256

31
4. Aktualisasi Pondok Pesantren Muhammadiyah Sebagai Pesantren Modern

Dilihat dari profil pesantren modern di Indonesia, PontrenMu merupakan

perintis pesantren modern tertua di Indonesia, dibandingkan dengan pesantren

modern Gontor. PontrenMu berdiri pada tahun 1919. Sedangkan pesantren modern

Gontor berdiri pada tahun 1926. PontrenMu pada waktu itu bernama Sekolah

Qismul Arqa. Pendiri dan pengajarnya adalah KH. Ahmad Dahlan, pendiri

organisasi Muhamamdiyah. Di Sekolah Qismul Arqa, materi yang diajarkan adalah

pelajaran agama, sebagaimana yang diajarkan di pesantren pada umumnya. Hanya

saja, metode pembelajaran bukanlah metode sorogan dan bandongan. Tetapi

metode yang dikembangkan sendiri oleh KH. Ahmad Dahlan,58 berupa metode

induktif, ilmiah, naqliyah dan tanya jawab,59 serta bercorak kontekstual melalui

proses penyadaran.60 Pada tahun 1921, Sekolah Qismul Arqa berubah menjadi

Pondok Muhammadiyah. Kemudian pada tahun 1923, berubah menjadi

Kweekschool. Selanjutnya pada tahun 1932 sampai dengan sekarang, berubah

menjadi Madrasah Mua’allimin untuk santri laki-laki, dan Mu’allimat untuk santri

perempuan.

Cita rasa PontrenMu sebagai pesantren modern, dapat dilihat pula dari

manajemen dan tipenya. Manajemen PontrenMu, pada awalnya sangat tergantung

58
Agus Miswanto, “Eksistensi Pesantren Muhammadiyah Dalam Mencetak Kader Persyarikatan
(Studi di Kabupaten Magelang),” (Jurnal : Jurnal Tarbiyatuna Vol. 10 No. 1 (2019) pp. 81-102
pISSN: 2085-0889 | eISSN: 2579-4981. DOI: https://doi.org/10.31603/tarbiyatuna. v10i1.2717),
hh. 87-88
59
Nadlifah, “Muhammadiyah Dalam Bingkai Pendidikan Humanis ( Tinjauan Psikologi
Humanistik),” (AL-BIDAYAH: Jurnal Pendidikan Dasar Islam Volume 8, Nomor 2, Desember
2016; ISSN : 2085-0034), h. 146
60
Zetty Azizatun Ni’mah, “Pemikiran Pendidikan Islam Perspektif KH. Ahmad Dahlan (1869-1923
M) Dan KH. Hasyim Asy’ari 1871-1947( M) : Study Komparatif dalam Konsep Pembaruan
Pendidikan Islam di Indonesia,” (Jurnal : Didaktika Religia Volume 2 , No. 1 Tahun 2014), h.148

32
dari kreasi dan inovasi para pendirinya, baik secara perseorangan atau secara

kolektif. Sebab, Muhammadiyah tidak banyak mengatur tentang

pengelolaan/manajemen PontrenMu. Sekarang, setelah jumlah PontrenMu

menunjukkan pertumbuhan pesat, manajemen PontrenMu secara terstruktur berada

dibawah binaan Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah, dan Lembaga

Pengembangan Pesantren Muhammadiyah, dan berpedoman pada ketentuan dan

panduan yang diterbitkan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Dengan demikian

pedoman ini menjadi standarisasi manajerial PontrenMu.

Saat ini, standarisasi manajerial PontrenMu berpedoman pada : 1)

Peraturan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor : 20/PRN/I.0/B/2017 tentang

Lembaga Pengembangan Pesantren. Isinya mengatur tentang tertib administrasi

Lembaga Pengembangan Pesantren sebagai unsur pembantu Pimpinan

Persyarikatan Muhammadiyah. 2) Pedoman Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Nomor : 01/Ped/I.0/2018 tentang Pendidikan Dasar dan Menengah

Muhammadiyah. Isinya mengatur tentang sekolah, madrasah dan pesantren. 3)

Panduan Lembaga Pengembangan Pesantren Pimpinan Pusat Muhammadiyah No

1-22/PAN/B/2018. Isinya mengatur tentang : (a) Nama, lambang, dan logo

Pesantren Muhammadiyah. (b) Tata cara pendirian, perubahan dan pembubaran

pesantren. (c) Tata cara pengangkatan dan pemberhentian Mudir dan Wakil Mudir.

(d) Tata cara pengangkatan, pemberhentian, pengangkatan, dan pemberian sanksi

kepada Ustadz dan Karyawan. (e) Tata cara pengangkatan dan pemberhentian

Pamong dan Musyrif. (f) Badan Pembina Pesantren Muhammadiyah. (g) Penilaian

hasil belajar santri. (h) Sarana dan prasarana. (i) Pengelolaan keuangan dan

33
kekayaan pesantren. (j) Pengelolaan Mesjid Pesantren Muhammadiyah. (k)

Pesantren sehat. (l) Kerjasama pesantren. (m) Pembinaan dan pembimbingan santri.

(n) Organsasi santri. (o) Pelayanan santri berkebutuhan khusus. (p) Alumni

pesantren. (r) Penghargaan dan sanksi pesantren. (s) Pengawasan. (t) Tata cara

pelaporan pimpinan pesantren. (u) Tata cara penataan kelembagaan pesantren. dan

(v) Tata cara peralihan kepemilikan pesantren dari atas nama perseorangan dan

yayasan menjadi atas nama persyarikatan.

Tipe PontrenMu dilihat dari tiga aspek, terdiri dari PontrenMu

berdasarkan proses berdirinya, berdasarkan tingkat pendidikannya, dan

berdasarkan sistem pendidikannya.

Pertama, PontrenMu berdasarkan poses pendiriannya, terdiri dari 2 (dua)

jenis, yaitu pesantren struktural dan pesantren kultural. Pesantren struktural, adalah

PontrenMu yang nama pesantrennya dicantumkan nama Muhammadiyah, dan

dikelola oleh Pimpinan Muhammadiyah, baik Pimpinan Muhammadiyah Cabang

(tingkat Kecamatan), Pimpinan Muhammadiyah Daerah (tingkat Kota/Kabupaten),

dan Pimpinan Muhammadiyah Wilayah (tingkat Provinsi). Contoh : Pondok

Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut, Pondok Pesantren Amanah

Muhammadiyah Kota Tasikmalaya. Pesantren kultural adalah PontrenMu yang

tidak mencantumkan nama Muhammadiyah pada nama pesantrennya, tetapi

didirikan oleh warga Muhammadiyah. Contoh : Pondok Pesantren Al-Furqan

Singaparna.

Kedua, PontrenMu berdasarkan tingkat pendidikannya, terdiri dari 2

(dua) tingkatan, yaitu PontrenMu tingkat menengah, yaitu pendidikan SMP/MTs

34
dan SMA/SMK/MA, dan PontrenMu tingkat tinggi, yaitu pendidikan tingkat

perguruan tinggi.

Ketiga, PontrenMu berdasarkan sistem pendidikannya, terdiri dari 3

(tiga) sistem pendidikan, yaitu sistem pendidikan madrasah, Boarding School, dan

takhasus. Sistem pendidikan madrasah adalah PontrenMu yang menyelenggarakan

pendidikan tingkat menengah pertama (SMP/MTs) dan tingkat menengah atas

(SMA/SMK/MA), dengan memadukan kurikulum PontrenMu dengan kurikulum

Kementrian Agama/Kemendikbud. Di pesantren model ini, muatan pelajaran ilmu

agama lebih banyak daripada ilmu umum. Sebab, para santri/siswa dipersiapkan

sebagai calon da’i Muhammadiyah. Penulisan nama pesantren model ini, seperti

halnya penulisan nama pesantren pada umumnya, misalnya Pondok Pesantren

Darul Arqam Muhammadiyah Garut, Pondok Pesantren Amanah Muhammadiyah

Kota Tasikmalaya. Sistem pendidikan Boarding School, yaitu sekolah-sekolah

Muhammadiyah tingkat menengah pertama (SMP/MTs) dan menengah atas

(SMA/SMK/MA), yang mengharuskan sebagian besar atau seluruh peserta didiknya

bermukim di asrama sekolah dalam jangka waktu tertentu, untuk mempelajari ilmu-ilmu

agama. Hanya saja, dipesantren model ini, muatan pelajaran ilmu umum dibandingkan

dengan ilmu agama. Penulisan nama pesantren ini, disisipkan “Muhammadiyah Boarding

School”, misalnya Pondok Pesantren Muhammadiyah Boarding School Kota Bekasi.

Sistem pendidikan takhasus adalah PontrenMu pendidikan tingkat menengah atau

pendidikan tingkat tinggi, hanya menyelenggarakan pendidikan bidang ilmu

tertentu, untuk menghasilkan calon lulusan yang memahami bidang tertentu pula,

sesuai bidang ilmu yang ditetapkan oleh pesantren tersebut. Contoh Perguruan

Ulama Tarjih Muhammadiyah (PTUM), adalah pesantren pendidikan tingkat tinggi

35
yang secara khusus mempelajari ilmu keagamaan bidang tarjih, dan

mempersiapkan para santri sebagai calon ulama Tarjih Muhammadiyah.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Jurnal ditulis oleh Abdul Basith, Masyitoh, dan Koesmawan, berjudul

“Collective Leadership Of Jakarta Selatan Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami In

Total Quality Management Perspective”, diterbitkan oleh International Journal of

Publication and Social Studies, DOI: 10.18488/journal.135.2019.41.11.19 Vol. 4, No.

1, 11-19. Penelitian ini mengambil latar belakang masalah tentang kepemimpinan

dalam pesantren. Kepemimpinan pesantren, tidak lagi didasarkan pada faktor-faktor

yang diwarisi atau bakat-keturunan, tetapi diubah menjadi kepemimpinan Total

Quality Management, yang kolektif kolegial. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh positif dan efektif kepemimpinan kolektif terhadap Total

Quality Management di Pondok Pesantren Darunnjah, pada unsur Pendidikan : siswa,

guru, karyawan, dan pemimpin. Lokasi penelitian adalah Pondok Pesantren

Darunnajah Jl. Ulujami raya No.86 Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Pendekatan

penelitian yang digunakan adalah kualitatif, dengan pengumpulan data melalui

wawancara, selanjutnya di analisis secara kritis dan mendalam ke dalam temuan

lapangan. Hasil dan diskusi penelitian menyimpulkan, bahwa kepemimpinan kolektif

di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan, berhasil meluluskan ribuan

alumni dengan berbagai profesi, memiliki lima belas cabang yang tersebar di seluruh

nusantara, mendirikan puluhan pusat ekonomi serta prestasi santri di tingkat nasional

maupun internasional.

36
Jurnal ditulis oleh Mukhtar, Hidayat, Siti Mariah Ulfah, dengan judul

penelitian “Implementation Of Total Quality Management In Developing Santri

Characters”, diterbitkan oleh International Journal of Southeast Asia Vol. 1. Number.

2 July – December 2020. Penelitian ni mengambil latar belakang masalah tentang

banyaknya pesantren yang memasang label terintegrasi dan modern dalam

pengelolaannya, namun tidak semuanya dapat mengaplikasikannya secara konsisten

dan optimal, diantaranya adalah tiga pondok pesantren yang ada di provinsi jambi,

yaitu kampus Darussalam Gontor 10, Pondok Pesantren Talwah Al-Munawwaroh, dan

Pondok Pesantren PKP Al-Hidayah, ditemukan telah menerapkan Total Quality

Management dalam pengembangan karakter santri, tetapi mengalami kendala dalam

hal keterpaduan. Begitu pula, beberapa standar mutu yang diterapkan oleh pemerintah,

belum dapat dipenuhi secara maksimal yaitu, standar pendidik dan tenaga

kependidikan. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitataif, dengan teknik

pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini

bertujuan, untuk memahami dan mendeskripsikan secara mendalam tentang

manajemen pondok pesantren terintegrasi berbasis Total Quality Management (TQM)

dalam pengembangan karakter peserta didik di Provinsi Jambi. Hasil dan diskusi

menyimpulkan, bahwa manajemen pesantren terpadu berbasis TQM dalam pembinaan

karakter santri Pondok Pesantren Darussalam Gontor 12 Tanjab Timur, Pesantren

Tahfizul Quran Al-Munawwaroh, Pondok Pesantren Karya Pembangunan Al-

Hidayah, Kota Jambi, sebagai komitmen atas instruksi pusat bukan inisiatif sendiri.

Perbaikan terus menerus sudah dilakukan, walaupun belum menunjukkan standar

karakter yang sama dengan pondok pusat, zero defect belum tercapai dan

37
peningkatannya belum diukur. Model manajemenn pondok pesantren terpadu berbasis

TQM dalam pembinaan karakter santri di Provinsi Jambi, merupakan komitmen dan

perencanaan yang bermutu, tetapi pelaksanaannya masih terkendala anggaran, sarana

dan prasarana.

Jurnal ditulis oleh Imam Syafi’i dan Lailatul Fitriyah, dengan judul

penelitian “Implementasi Total Quality Management Sebagai Solusi Pengembangan

Lembaga Pendidikan Islam Di Era Revolusi Industri 4.0”, diterbitkan oleh Jurnal

Pedagogik, Vol. 07 No. 02, Juli-Desember 2020. Penelitian mengambil latar belakang

masalah tentang pendidikan madrasah dan pesantren sebagai tujuan menyekolahkan

anak-anak oleh masyarakat di masa sekarang ini, tetapi masih memiliki berbagai

kelemahan. Salah satu bentuk usaha memperbaiki mutu, dapat dilakukan dengan

memperbaiki manajemen. Sebagai salah satu alternatif yang dapat diupayakan untuk

mengembangan, adalah dengan diterapkannya Total Quality Management. Metode

penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis studi literatur. Pengumpulan data

bersumber dari buku-buku maupun jurnal, kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil

penelitian dan pembahasan menyimpulkan, bahwa dampak disruptive innovation di

era revolusi industri 4.0, memaksa lembaga pendidikan Islam melakukan inovasi

dengan memanfaatkan teknologi. Salah satu alternatif dalam pengembangan

manajemen adalah menerapkan Total Quality Management (TQM). Implementasi

Total Quality Management dengan mengoptimalkan penggunaan teknologi terbaru

dan canggih, akan memberikan kemudahan bagi lembaga pendidikan Islam, dalam

mewujudkan tujuan tersebut. Kerjasama dari masing-masing pihak, memberikan

kontribusi bagi kesuksesan TQM di lembaga pendidikan Islam.

38

Anda mungkin juga menyukai