PENDAHULUAN
Diare merupakan salah satu penyakit infeksi yang menjadi penyebab utama
rata-rata 3 kali per tahun dan lebih dari 80% mortalitas terjadi pada anak berusia
kurang dari 2 tahun (Ragil et al., 2017). Diare merupakan penyakit endemis di
Indonesia yang ditandai dengan konsistensi tinja lembek atau cair dan frekuensi
buang air besar tiga kali atau lebih dalam sehari (Dinas Kesehatan Jawa Timur,
2016). Salah satu jenis diare yang umumnya terjadi pada anak adalah disentri
pencernaan dengan kondisi kronis yang dapat berakibat fatal pada penderita jika
tidak ditangani dengan benar (Arthasari, 2015). Gejala pada disentri basiler
meliputi diare cair berdarah atau berlendir, nyeri perut, demam, dan merasakan
keinginan untuk buang air besar bahkan ketika usus kosong (Lampell and
Maurelli, 2003). Penyebab tersering disentri basiller adalah bakteri Shigella sp.
(Hegar, 2013). Salah satu jenis bakteri Shigella sp. yang paling patogen adalah
di lingkungan asam pada lambung dan menyerang sel-sel epitel usus besar yang
menyebabkan usus mengalami inflamasi dan sel-sel usus menjadi rusak sehingga
1
Indonesia mengalami kejadian luar biasa (KLB) diare pada tahun 2010
hingga 2017 sebanyak 21 kali yang tersebar di beberapa kabupaten atau kota
dengan jumlah penderita sekitar 1.725 orang dan jumlah kematian 34 orang (case
Indonesia, menunjukkan case fatality rate (CFR) diare >1%. Padahal, pemerintah
Indonesia mentaksirkan CFR <1% (Kemenkes, 2017). Pada tahun 2016, kasus
diare di kota Malang mencapai 13.770 kasus, sedangkan kasus diare di Surabaya
sebanyak 165 juta kasus tiap tahun di dunia. Sekitar 99% kasus disentri basiler
terjadi di negara berkembang terutama pada anak berusia dibawah lima tahun
dengan mortalitas antara 28.000 hingga 48.000 tiap tahun (WHO, 2016). Hal ini
angka mortalitas sebesar 29% yang terjadi pada kelompok umur satu sampai
Berdasarkan prevalensi tersebut, maka disentri basiler yang terjadi pada anak
dibawah lima tahun merupakan masalah yang cukup fatal karena komplikasi yang
harus segera diobati dengan antibiotik tepat agar tidak berakibat fatal (Williams,
2
2016). Penggunaan antibiotik mampu mengurangi risiko serius komplikasi dan
dysenteriae (Williams, 2016). Akan tetapi, masalah yang sering muncul saat ini
Untuk mencegah agar tidak terjadi resistensi bakteri terhadap antibiotik, para
peneliti berusaha untuk menemukan terapi alternatif yang lebih poten, murah, dan
memiliki efek samping yang kecil (Zuhri, 2013). Oleh sebab itu, atensi
penggunaan obat herbal terjadi peningkatan. Hal ini membuat banyak peneliti
efek antibakteri (Tanumihardja et al., 2013). Hal tersebut juga sejalan dengan
Dalam ayat di atas menyeru kita untuk berfikir bahwa semua yang ada di
3
tumbuh-tumbuhan yang sesungguhnya tumbuhan tersebut memiliki banyak
manfaat bagi manusia. Salah satu manfaat dari tumbuhan tersebut adalah memiliki
khasiat sebagai obat. (Rahmawati, 2018). Salah satu tumbuhan tersebut adalah
Daun jeruk purut (Citrus hystrix) merupakan tanaman perdu yang mudah
2014). Menurut Yuliani (2011), daun jeruk purut (Citrus hystrix) memiliki
senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, saponin, minyak atsiri, tannin, dan
7,2 mm.
pada daun jeruk purut (Citrus hystrix) terhadap bakteri Shigella dysenteriae.
rumusan masalah:
4
1.2.1 Apakah ekstrak daun jeruk purut (Citrus hystix) mempunyai aktivitas
vitro?
1.2.2 Berapakah diameter zona hambat ekstrak daun jeruk purut (Citrus hystrix)
1.2.3 Berapa konsentrasi minimum ekstrak daun jeruk purut (Citrus hystrix)
1.2.4 Berapa konsentrasi minimum ekstrak daun jeruk purut (Citrus hystrix)
1.3.2.1 Untuk mengetahui diameter zona hambat ekstrak daun jeruk purut (Citrus
1.3.2.2 Untuk mengetahui konsentrasi minimum ekstrak daun jeruk purut (Citrus
5
1.3.2.3 Untuk mengetahui konsentrasi minimum ekstrak daun jeruk purut (Citrus
1.4.1 Manfaat bagi penulis, sebagai media dalam menambah ilmu pengetahuan
dan wawasan tentang efektivitas ekstrak daun jeruk purut (Citrus hystrix)
6
BAB II
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
Shigella dysenteriae
Keterangan :
: Variabel yang diteliti : Memiliki
7
Sehingga daun jeruk purut (Citrus hystrix) diharapkan bisa menjadi obat alternatif
peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara
dan tidak dapat berfungsi baik. Saponin bekerja dengan cara menganggu
permeabilitas membran sel bakteri sehingga menyebabkan sel bakteri lisis. Tanin
kerja flavonoid sebagai antimikroba dapat dibagi menjadi tiga yaitu menghambat
metabolisme energi.
2.3 Hipotesis
H0 : Ekstrak daun jeruk purut (Citrus hystrix) tidak memiliki aktivitas
antibakteri terhadap pertumbuhan Shigella dysenteriae
H1 : Ekstrak daun jeruk purut (Citrus hystrix) memiliki aktivitas
antibakteri terhadap pertumbuhan Shigella dysenteriae
8
BAB III
METODE PENELITIAN
desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain eksperimen
mengetahui potensi antibakteri ekstrak daun jeruk purut (Citrus hystrix) terhadap
Sampel pada penelitian ini adalah bakteri Shigella dysenteriae yang diperoleh
Malang.
9
3.3.1.1 Kriteria Inklusi
Shigella Agar (SSA) dengan perlakuan dan diinkubasi pada suhu 37 oC selama 18-
24 jam.
Sampel pada penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah daun
Daun jeruk purut (Citrus hystrix) yang digunakan harus segar, warna daun
tidak terlalu tua atau muda, mengkilap, dan bebas dari noda kecokalatan maupun
hama.
10
4. SSA Secukupnya
5. MHA dan MHB Secukupnya
6. Kultur murni Shigella dysenteriae 1 tabung
7. Etanol 96 % 500 ml
8. Ciprofloxacin 500 gr 1 tablet
9. NaCl fisiologis 0,9% 100 ml
a. Variabel dependen :
11
Adalah variabel yang menjadi akibat dari variabel independen atau
b. Variabel independen :
penelitian ini adalah ekstrak daun jeruk purut (Citrus hytrix) dengan
c. Variabel kontrol :
menjadi dua, yaitu variabel kontrol negatif dan variabel kontrol positif.
A
C
B
Gambar 3.1 Alur hubungan antara variabel independen dan variabel kontrol terhadap
variabel dependen.
Keterangan : A : variabel independen (konsentrasi Citrus hystrix), B : variabel kontrol
(ciprofloxacin dan aquades), C : variabel dependen (pertumbuhan bakteri Shigella dysenteriae)
12
(UEA) dengan pelarut etanol
96%.
Konsentrasi Hambat Merupakan konsentrasi minimal Tingkat kekeruhan
menghambat pertumbuhan
tabung.
Konsentrasi Bunuh Konsentrasi minimal bahan coba Jumlah koloni
Prosedur yang dilakukan terdiri dari sterilisasi alat, pembuatan ekstrak daun
13
Semua alat yang digunakan dalam penelitian ini harus disterilkan terlebih
dahulu. Alat yang digunakan untuk sterilisasi alat adalah autoklaf. Autoklaf
menggunakan uap air panas yang bertekanan. Pada umunya tekanan yang
digunakan yaitu 15 Psi atau sekitar 2 atm dan dengan pada suhu 1210C selama 15
dahulu agar alat tidak rusak. Pembungkus dari kertas untuk membungkus sarung
tangan, tip mikropipet, dan gelas ukur. Pembungkus dari alumunium foil untuk
membungkus pinset, batang pengaduk, cawan petri, dan tabung reaksi. Dan untuk
Daun jeruk purut (Citrus hytrix) yang digunakan untuk membuat simplisia
harus segar, warna daun tidak terlalu tua atau muda, mengkilap, dan bebas dari
noda kecokalatan. Kemudian diolah di UPT. Materia Medica Batu. Sekitar 500
gram daun jeruk purut (Citrus hytrix) yang terpilih dan terkumpul dicuci terlebih
jam hingga daun jeruk purut (Citrus hytrix) tersebut benar-benar kering. Daun
dimasukkan ke dalam toples dan diberi silica gel untuk mengurangi kelembapan,
14
3.6.2.2 Pembuatan Ekstrak Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix)
Simplisia daun jeruk purut (Citrus hytrix) ditimbang sebanyak 30 gram dan
gelombang ultrasonik (>20 kHz) selama 6 menit dengan 3 kali jeda tiap 2 menit,
pada tiap jeda pengulangan diaduk menggunakan batang pengaduk. Ekstrak etanol
etanol 96% dengan cara yang sama hingga total pelarut yang telah digunakan
evaporator dengan suhu 50oC dan putaran 70 rpm hingga ekstrak menjadi kental.
Ekstrak kental ditampung kedalam cawan petri, lalu dimasukkan kedalam oven
pada suhu 40˚C hingga ekstrak menjadi kering. Kemudian digiling menjadi
serbuk.
3.6.3 Pengenceran
Pengenceran terbuat dari ekstrak daun jeruk purut (Citrus hytrix) untuk
20%, 25%. Metode yang digunakan untuk membuat ekstrak daun jeruk purut
15
(Citrus hytrix) 0,5 gram dengan 10 ml akuades
steril
2. Konsentrasi 10% : Pencampuran sediaan ekstrak daun jeruk purut
steril
3. Konsentrasi 15% : Pencampuran sediaan ekstrak daun jeruk purut
steril
4. Konsentrasi 20% : Pencampuran sediaan ekstrak daun jeruk purut
steril
5. Konsentrasi 25% : Pencampuran sediaan ekstrak daun jeruk purut
steril
dalam labu erlenmeyer. Panaskan labu Erlenmeyer pada pemanas air sampai SSA
Untuk pembuatan agar miring, dibiarkan pada suhu ruangan selama ± 30 menit
16
Media MHA (Muller Hinton Agar) sebanyak 38 gram ditambahkan akuades
100 ml kedalam labu erlenmayer, kemudian dipanaskan sampai semua bahan larut
dengan sempurna, setelah itu media disterilkan dalam autoclave pada suhu 121°C
100 ml, kemudian Dididihkan diatas hot plate pada suhu 200oC kemudian
larutan media menjadi berwarna kuning jernih., setelah itu media disterilkan
dalam autoclave pada suhu 121°C selama 15 menit dengan mengatur tekanan
yang akan diuji setiap kali harus dibiakmudakan terlebih dahulu, dengan cara
dengan standart 0,5 Mc Farland dengan kepadatan bakteri sebanyak 108 sel/ml.
17
Kemudian diencerkan 100x pada media NaCl fisiologis 0,9% dan media MHB.
didapatkan suspensi bakteri sebanyak 106 bakteri sel/ml, bakteri siap diujikan.
Larutan kontrol positif dibuat dari sediaan obat tablet Ciprofloxacin 500 mg,
dengan cara satu tablet Ciprofloxacin digerus. Setelah itu ditimbang 65 mg dan
pengujian.
api (bunsen) untuk mensterilkan kaca objek, kemudian kaca objek ditandai dengan
spidol untuk menandai tempat meletakkan koloni. Ambil larutan NaCl dengan ose
dan letakkan pada kaca objek. Selajutnya, ambil koloni yang akan diperiksa dari
media SSA dengan ose kemudian ratakan pada kaca objek. Kemudian, dilakukan
didinginkan preparat pada suhu ruangan. Untuk pewarnaan gram yang pertama
menit kemudian dibilas dengan air yang mengalir, setelah itu teteskan lugol dan
didiamkan selama 1 menit kemudian dibilas dengan air yang mengalir. Langkah
selanjutnya teteskan alkohol 96% lalu dibilas dengan air yang mengalir. Teteskan
safranin diamkan selama 45-60 detik kemudian bilas dengan air yang mengalir.
18
Setelah itu keringkan dengan tisu. Lalu teteskan minyak immersi sebanyak 1 tetes
p ( n-1 ) ≥ 16
Keterangan :
n = jumlah pengulangan
penelitian ini menggunakan 5 konsentrasi (5%, 10%, 15%, 20%, dan 25%)
dari ekstrak etanol daun jeruk purut (p=5), maka di dapatkan jumlah
pengulangan :
p ( n-1 ) ≥ 1
5 (n-1) ≥ 16
5n – 5 ≥ 16
5n ≥ 21 ; n ≥ 4,2 ≈ 4
pengulangan.
daun jeruk purut (Citrus hystrix), ciprofloxacin sebagai kontrol positif, dan
19
aquades sebagai kontrol negatif terhadap bakteri Shigella dysentriae. Berikut cara-
kemudian dicelupkan dalam biakan bakteri kemudian kapas ditekan pada sisi
tabung agar tiris. Cotton swab diulaskan pada seluruh permukaan cawan petri
untuk ekstrak daun jeruk purut dengan konsentrasi 5%, 10%, 15%, 20%,
paper disk di atas medium yang terdapat biakan bakteri Shigella dysenteriae
kemudian ditekan dengan pinset agar paper disc benar-benar melengket pada
media, setelah itu ditetesi dengan ekstrak daun jeruk purut, ciprofloxacin dan
1x24 jam.
Minimum (KBM). Uji KHM adalah konsentrasi terkecil obat yang dapat
20
menghambat pertumbuhan bakteri secara makroskopik. Berikut langkah-langkah
b. Kontrol negatif diisi dengan 0,5 ml aquades, 9 ml media MHB, dan 0,5 ml
A5)
e. Tabung 1 (A1) diisi dengan 0,5 ml ekstrak daun jeruk purut (Citrus hystrix)
f. Tabung 2 (A2) diisi dengan 1 ml ekstrak daun jeruk purut (Citrus hystrix) 9
g. Tabung 3 (A3) diisi dengan 1,5 ml ekstrak daun jeruk purut (Citrus hystrix)
h. Tabung 4 (A4) diisi dengan 2 ml ekstrak daun jeruk purut (Citrus hystrix) 9
21
i. Tabung 5 (A5) diisi dengan 2,5 ml ekstrak daun jeruk purut (Citrus hystrix)
k. Seluruh tabung reaksi tersebut dinkubasi dalam inkubator pada suhu 37°C
22
3.7 Analisis Data
Pada penelitian ini, data analisis yang digunakan adalah Uji One-Way
Analysis of Variance (ANOVA) karena variabel yang diuji hanya satu yaitu
daun jeruk purut (Citrus hytrix) terhadap S. dysenteriae yang diinokulasikan pada
medium agar. Syarat Uji One-Way Analysis of Variance (ANOVA) adalah data
mengetahui apakah data yang diuji berdistribusi normal atau tidak. Jika hasil uji
homogenitas terpenuhi. Apabila nilai signifikansi (p) lebih besar dari α = 0,05
maka data terdistribusi normal sedangkan jika nilai signifikansi (p) lebih kecil dari
Levene Test dengan tujuan mengetahui apakah dua atau lebih kelompok data
berasal dari populasi yang memiliki varians sama atau tidak. Uji Normalitas, Uji
menggunakan program analisis statistik yaitu Statistical Package for the Social
23
3.8 Alur Penelitian
K- A1 A2 A3 A4 A5 K+
Analisis data
24
Keterangan :
K- : Kontrol negatif (Aquades + bakteri uji + NB)
A1 : Konsentrasi 5%
A2 : Konsentrasi 10%
A3 : Konsentrasi 15%
A4 : Konsentrasi 20%
A5 : Konsentrasi 25%
K+ : Kontrol positif (Ciprofloxacin + bakteri uji + NB)
25
DAFTAR PUSTAKA
Bengkele, Elli. 2015. Efek Antibakteri dari Ekstrak Lengkuas Putih (Alpinia
galangal swartz) terhadap Shigell dysenteriae. Volume 01, Nomor
02. Universitas Tadulako: Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan.
Hegar, Badriul. 2013. Disentri. Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-
RSCM. Available from http://www.idai.or.id/artikel/seputar-
kesehatan-anak/disentri.
Jawetz, Melnick. 2007. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 23. Jakerta: EGC.
Kementrian Kesehatan RI. 2011. Situasi Diare di Indonesia. Jakarta: Pusat Data
dan Informasi Kementrian Kesehatan RI.
Kementrian Kesehatan RI. 2017. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia.
Jakarta.
Mustaqof, Ahmad. 2015. Sistem Pakar untuk Mendiagnosis Penyakit Infeksi
Menggunakan Forward Chaining. Volume 04, Nomor 01.
Universitas Sebelas Maret: Jurusan Informatika.
Ragil, Dyah. 2017. Hubungan antara Pengetahuan dan Kebiasaan Mencuci
Tangan Pengasuh dengan Kejadian Diare pada Anak. Jurnal of
Health Education 2(1). Universitas Negeri Semarang.
Tanumihardja, Maria. 2013. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Terstandar Akar
Sidaguri terhadap E. Faecalis and Actinomyces spp. Volume 12,
Nomor 02. Makasar: Universitas Hasanudin.
Williams, Phoebe. 2016. Dysentery (Shigellosis): Current WHO Guidelines and
the WHO Essential Medicine List for Children. World Health
Organization.
World Health Organization. 2017. Diarrhoeal disease. Available from:
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/diarrhoeal-
disease.
Yuliani, Ratna. 2011. Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun Jeruk Purut
terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Volume 12,
Nomor 02. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
26