PENDAHULUAN
Diare merupakan salah satu penyakit infeksi yang menjadi penyebab utama
rata-rata 3 kali per tahun dan lebih dari 80% mortalitas terjadi pada anak berusia
kurang dari 2 tahun (Ragil et al., 2017). Diare merupakan penyakit endemis di
Indonesia yang ditandai dengan konsistensi tinja lembek atau cair dan frekuensi
buang air besar tiga kali atau lebih dalam sehari (Dinas Kesehatan Jawa Timur,
2016). Salah satu jenis diare yang umumnya terjadi pada anak adalah disentri
pencernaan dengan kondisi kronis yang dapat berakibat fatal pada penderita jika
tidak ditangani dengan benar (Arthasari, 2015). Gejala pada disentri basiler
meliputi diare cair berdarah atau berlendir, nyeri perut, demam, dan merasakan
keinginan untuk buang air besar bahkan ketika usus kosong (Lampell and
(Hegar, 2013). Salah satu jenis bakteri Shigella sp yang paling patogen adalah
di lingkungan asam pada lambung dan menyerang sel-sel epitel usus besar yang
menyebabkan usus mengalami inflamasi dan sel-sel usus menjadi rusak sehingga
1
Indonesia mengalami kejadian luar biasa (KLB) diare pada tahun 2010
hingga 2017 sebanyak 21 kali yang tersebar di beberapa kabupaten atau kota
dengan jumlah penderita sekitar 1.725 orang dan jumlah kematian 34 orang (case
Indonesia, menunjukkan case fatality rate (CFR) diare >1%. Padahal, pemerintah
Indonesia mentaksirkan CFR <1% (Kemenkes, 2017). Pada tahun 2016, kasus
diare di kota Malang mencapai 13.770 kasus, sedangkan kasus diare di Surabaya
sebanyak 165 juta kasus tiap tahun di dunia. Sekitar 99% kasus disentri basiler
terjadi di negara berkembang terutama pada anak berusia dibawah lima tahun
dengan mortalitas antara 28.000 hingga 48.000 tiap tahun (WHO, 2016). Hal ini
angka mortalitas sebesar 29% yang terjadi pada kelompok umur satu sampai
Berdasarkan prevalensi tersebut, maka disentri basiler yang terjadi pada anak
dibawah lima tahun merupakan masalah yang cukup fatal karena komplikasi yang
harus segera diobati dengan antibiotik tepat agar tidak berakibat fatal (Williams,
2
2016). Penggunaan antibiotik mampu mengurangi risiko serius komplikasi dan
dysenteriae (Williams, 2016). Akan tetapi, masalah yang sering muncul saat ini
Untuk mencegah agar tidak terjadi resistensi bakteri terhadap antibiotik, para
peneliti berusaha untuk menemukan terapi alternatif yang lebih poten, murah, dan
memiliki efek samping yang kecil (Zuhri, 2013). Oleh sebab itu, atensi
penggunaan obat herbal terjadi peningkatan. Hal ini membuat banyak peneliti
efek antibakteri (Tanumihardja et al., 2013). Hal tersebut juga sejalan dengan
yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebagian
3
pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang
Dalam ayat di atas menyeru kita untuk berfikir bahwa semua yang ada di
manfaat bagi manusia. Salah satu manfaat dari tumbuhan tersebut adalah memiliki
khasiat sebagai obat. (Rahmawati, 2018). Salah satu tumbuhan tersebut adalah
Daun jeruk purut (Citrus hystrix) merupakan tanaman perdu yang mudah
2014). Menurut Yuliani (2011), daun jeruk purut (Citrus hystrix) memiliki
senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, polifenol, minyak atsiri, tannin, dan
7,2 mm.
pada daun jeruk purut (Citrus hystrix) terhadap bakteri Shigella dysenteriae.
4
1.2 Rumusan Masalah
rumusan masalah:
1.2.1 Apakah ekstrak daun jeruk purut (Citrus hystix) mempunyai aktivitas
vitro?
1.2.2 Bagaimanakan pengaruh ekstrak daun jeruk purut (Citrus hystrix) terhadap
1.2.3 Berapa konsentrasi minimum ekstrak daun jeruk purut (Citrus hystrix)
1.2.4 Berapa konsentrasi minimum ekstrak daun jeruk purut (Citrus hystrix)
in vitro.
1.3.2.1 Untuk mengetahui pengaruh pemberian ektrak daun jeruk purut (Citrus
5
1.3.2.2 Untuk mengetahui konsentrasi minimum ekstrak daun jeruk purut (Citrus
1.4.1 Manfaat bagi penulis, sebagai media dalam menambah ilmu pengetahuan
dan wawasan tentang efektivitas ekstrak daun jeruk purut (Citrus hystrix)
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jeruk purut (Citrus hystrix) adalah salah satu tanaman perdu yang
dan daunnya. Dalam istilah asing, jeruk purut dikenal sebagai kaffir lime. Jeruk
2014). Jeruk purut tergabung kedalam famili Rutaceae, yaitu bagian daun dan
buahnya bisa digunakan oleh penduduk sebagai obat tradisional (Setiawan, 2000).
(Miftahendrawati, 2014):
Kerajaan : Plantae
Sub Kerajaan : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Bangsa : Sapindales
Suku : Rutaceae
Marga : Citrus
Jenis : Citrus hystrix D. C.
Daun jeruk purut (Citrus hystrix) memilik bentuk daun majemuk, menyirip,
dan memiliki anak berdaun satu. Daun jeruk purut (Citrus hystrix) biasanya
tumbuh berpasangan yang membentuk angka delapan. Daun jeruk purut memiliki
Pada bagian permukaan daun jeruk purut (Citrus hystrix) licin, berbintik kecil
7
berwarna jernih dimana permukaan bagian bawah berwarna hijau muda atau hijau
kekuningan dan permukaan bagian atas berwarna hijau tua serta sedikit
menghasilkan bau harum. Untuk tangkai daun jeruk purut melebar seperti tunas
(anak) daun. Helaian tunas daun berbentuk bundar sampai lonjong dengan induk
bulat, dan berpucuk tumpul hingga runcing, tepi beringgit (Soepomo, 2012).
2.1.2 Manfaat
Jeruk purut (citrus hystrix) merupakan salah satu jenis rempah yang banyak
menghiasi cita rasa kuliner Nusantara seperti bumbu pecel, gado-gado, mendol,
mendoan dan lainnya. Perbanyakan jeruk purut dapat dilakukan dengan cara
Jeruk purut tergabung kedalam famili Rutaceae, yaitu bagian daun dan
buahnya bisa dimanfaatkan oleh penduduk sebagai obat tradisional. Bagian daun
8
mampu mengobati keletihan setelah sakit berat dan meningkatkan aroma harum
seperti tanin, steroid/ triterpenoid dan minyak atsiri mempunyai manfaat untuk
kesehatan. Beberapa manfaat daun jeruk purut (Citrus hystrix) terhadap kesehatan,
sebagai berikut :
1. Obat penyembuhan setelah sakit berat, yaitu dengan cara daun jeruk purut
mandi.
2. Obat terkilir, edema, atau fraktur, yaitu penghancuran daun jeruk purut
bersama daun jambu air kemudian campuran tersebut direkatkan pada lokasi
yang terkena.
3. Obat untuk influenza, yaitu dengan cara merebus daun jeruk purut dengan air
4. Sebagai relaksasi, karena bau harum yang istimewa dari daun jeruk purut
(BBPP, 2017)
Di sisi lain senyawa minyak atsiri yang terkadung didalam daun jeruk purut
9
dari tanaman ini selain mudah dibudidayakan, juga perlu adanya penyuluhan
manfaat daun jeruk bagi kesehatan agar bisa digunakan sebagai apotik keluarga
Indonesia yang terjangkau, mudah didapat, dan siap setiap saat diperlukan. Selain
itu kuliner Nusantara yang memanfaatkan daun jeruk purut sebagai bumbu dapur
baik untuk membuat makanan atau jajanan tradisional perlu dihargai karena bisa
(BBPP, 2017).
2.1.3 Fitokimia
isolasi, dan perbandingan komposisi senyawa kimia dari berbagai jenis tanaman.
tanaman yang diduga memiliki efek toksin atau efek farmakologis (Agustina,
2017).
Fitokimia yang terkandung di dalam daun jeruk purut (Citrus hystrix) adalah
dan minyak atsiri (Arfania,2017). Jeruk purut (Citrus hystrix) merupakan salah
ditemukan bahwa daun jeruk purut mengandung senyawa aktif seperti alkaloid,
10
ekstrak etil asetat dan kloroform daun jeruk purut mempunyai efek sitotoksisitas
pada sel kanker serviks, neuroblastoma dan kanker payudara. Selain itu, penelitian
ekstrak daun dan buah jeruk purut memiliki aktivitas antioksidan, antimikroba,
tersebut menunjukkan bahwa jeruk purut memiliki potensi sebagai kandidat obat
keruh
2. Flavonoid + Terbentuk endapan kuning
3. Polifenolat + Terbentuk endapan hitam agak
pekat
4. Tannin + Terbentuk endapan putih
5. Kuinon + Terbentuk warna kuning
kemerahan
6. Saponin - Tidak terbentuk busa
7. Monoterpenoin dan + Terbentuk warna-warna hijau
ungu
(Sumber: Telaah Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Jeruk Purut di Kabupaten Karawang, 2017)
Flavonoid merupakan salah satu senyawa kimia yang dapat ditemukan pada
bestruktur dasar berbentuk dua cincin utama (dua cincin benzen A dan B) dan
disambungkan melalui cincin heterosiklik piron atau piran (dengan ikatan ganda)
11
atau bisa dikatakan dengan cincin “C”. Flavonoid mempunyai berat molekul
yaitu menghambat sintesis asam nukleat, menghambat fungsi membran sel dan
sintesis asam nukleat adalah cincin A dan B yang memegang peran penting dalam
proses interkelasi atau ikatan hidrogen dengan menumpuk basa asam nukleat yang
menghambat pembentukan DNA dan RNA. Letak gugus hidroksil di posisi 2’,4’
atau 2’,6’ dihidroksilasi pada cincin B dan 5,7 dihidroksilasi pada cincin A
sebagai hasil interaksi antara flavonoid dengan DNA bakteri (Rijayanti, 2014).
dapat merusak membran sel bakteri dan diikuti dengan keluarnya senyawa
dengan DNA bakteri. Struktur dasar DNA pada bakteri berperan penting dalam
12
proses transkripsi dan duplikasi, oleh sebab itu flavonoid berkemampuan
semua proses pertumbuhan dan metabolisme bakteri. Ketika flavonoid dan bakteri
Diketahui bahwa ion hidroksil yang terdapat pada flavonoid secara kimiawi dapat
mengurangi sitokin seperti IL1 dan TNFa yang dihasilkan oleh makrofag,
sehingga rasa sakit dan kerusakan jaringan dapat terminimalisir. Flavonoid dapat
meningkatkan proses mitogenesis, sel interaksi dan adhesi yang memiliki peran
dalam ephitelisasi proses. Selain itu, flavonoid juga dapat digunakan sebagai
fibroblast dan produksi kolagen. Flavonoid juga dapat mengurangi rasa sakit
13
Apabila prostaglandin tidak dihambat maka terjadi peningkatan suhu tubuh yang
metabolisme asam arakidonat dan sekresi enzim lisosom dari sel neutrofil dan sel
dapat menghambat pelepasan asam arakhidonat dan sekresi enzim lisosom dari
14
tidak dapat berfungsi baik. Perubahan yang terjadi pada protein dan dinding sel
dan mampu larut didalam lemak. Senyawa steroid yang sering dijumpai pada
Alkaloid adalah senyawa kimia yang memiliki satu atau lebih atom nitrogen.
Alkaloid memiliki ciri-ciri seperti mempunyai tidak bewarna, sifat okuler yang
tidak pasif, dan berbentuk kristal. Selain berbentuk kristal, terdapat bentuk cairan
bersuhu lingkungan 37 ̊C seperti nikotin. Alkaloid bisa berbentuk garam air laut.
Hal ini terjadi karena senyawa tersebut bisa digabungkan dengan pelarut asam
15
klorida atau asam sulfat yang ditambahkan basa dengan kalsium laktat atau
struktur penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga membuat dinding sel
tidak terbentuk utuh dan menyebabkan kematian sel. Mekanisme lain antibakteri
pada senyawa ini adalah mampu sebagai interkelator DNA dan menghambat
Tanin adalah senyawa rumit yang terdiri dari senyawa fenolik yang sulit sulit
al., 2012).
menggangu transport protein dalam sel, dan menginaktifkan enzim. Selain itu,
tanin menyerang polipeptida sel sehingga pembentukan dinding sel menjadi tidak
utuh (Sari, 2011). Bakteri yang hidup didalam keadaan aerobik biasanya
tanin, maka enzim reverse transkriptase dan DNA topoisomerase sel bakteri tidak
16
Gambar 2.6 Bentuk Kimiawi Tanin
(Sumber: Penuntun Fitokimia dalam Farmasi, 2007)
kebocoran protein dan enzim dari dalam sel. Saponin dapat menjadi anti bakteri
bakteri. Saponin berdifusi melalui membran luar dan dinding sel yang rentan
kestabilan membran sel. Hal ini menyebabkan sitoplasma bocor keluar dari sel
hidup dan mempunyai struktur analog yang dibuat secara sintetik dengan kadar
17
paling kecil. Selain dari mikrooorganisme tertentu, adapun beberapa antiboitik
bisa dari tumbuhan tingkat tinggi atau binatang (Soekardjo dan Siswandono,
2000).
Antibakteri bisa dikatakan bagus apabila memiliki toksisitas selektif dan minimal,
melenyapkan sel tetapi tidak terjadi lisis (pecah). Dan bakteriolitik adalah
sempit). Broad spectrum bekerja sebagai antibakteri pada bakteri gram negatif
dan bakteri gram positif. Sedangkan narrow spectrum bekerja sebagai antibakteri
pada bakteri gram negatif saja atau bakteri gram positif saja (Talaro, 2008).
cara. Cara pertama adalah menghambat sintesis dinding sel. Dinding sel terdapat
acetylmuramic (Jawetz et al., 2005). Dinding sel berperan sebagai pertahanan dan
18
melindungi bakteri dari dismilaritas tekanan osmotik yang tinggi baik di dalam
dan mengontrol internal sel. Jika peran membran sitoplasma rusak maka akan
pemisahan protein dan basa nitrogen sehingga membran bakteri pecah dan terjadi
transkripsi material genetik). RNA, DNA dan protein memiliki fungsi yang
berguna untuk kehidupan sel. Hal ini menandakan jika terjadi gangguan pada
dan RNA bakteri merupakan proses lama dan memerlukan enzim untuk
19
Bakteri Shigella sp. merupakan bakteri patogen usus yang menginfeksi
Shigella sp. merupakan bakteri gram negatif dan bersifat fakultatif anaerob
(tumbuh baik secara aerob). Shigella sp. memiliki bentuk batang yang ramping
dan pada biakan muda, bakteri Shigella berbentuk kokobasil. Bakteri ini masuk ke
Shigella sp. adalah bakteri berwujud batang yang memiliki ukuran 0,5 – 0,7
bergerak. Koloni bakteri ini berbentuk bulat, konveks, dan transparan dengan tepi
Pertumbuhan cepat bakteri ini dalam suhu 37ºC pada media Mac Conkey, SA,
EMBA dan Endo. Sifat biokimia pada Shigella sp. adalah mampu
laktosa. Shigella sp. mampu membentuk asam dari karbohidrat tetapi jarang
menghasilkan gas. Shigella sp. juga dapat dibagi menjadi dua yaitu
Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gammaproteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Famili : Enterobactericaeae
Genus : Shigella
Spesies : Shigella dysenteriae
20
Tabel 2.2 Spesies Shigella sp. yang Patogen
Identifikasi saat ini Grup dan Manitol Ornithin
tipe Dekarboksilase
Shigella dyseneteriae A - -
Shigella flexneri B + -
Shigella boydii C + -
Shigella sonnei D + +
(Sumber: Mikrobiologi Kedokteran Jawetz, 2005)
menghasilkan sifat sel anakan yang mirip dengannya. Pembelahan biner dapat
diklasifiasikan menjadi tiga proses, yaitu (1) proses pertama, sitoplasma terbelah
oleh sekat yang tumbuh tegak lurus (2) proses kedua, tumbuhnya sekat akan
diikuti oleh dinding melintang (3) proses ketiga, terpisahnya kedua sel anak yang
menit sekali. Apabila pembelahan berlangsung selama satu jam, maka akan
dihasilkan delapan anakan sel. Tetapi terdapat faktor pembatas pada pembelahan
bakteri seperti kekurangan nutrisi makanan, suhu tidak sesuai, dan adanya
21
Isolat yang diduga bakteri Shigella sp. tumbuh pada cawan petri yang berisi
SSA dengan ciri koloni tidak berwarna (bening). Isolat bakteri yang diduga
Menurut Madigan et al. (2009) Shigella sp. menghasilkan reaksi positif uji
MR dan uji fermentasi glukosa (tanpa menghasilkan gas); reaksi negatif pada uji
VP, urea, dan sitrat; memfermentasikan glukosa dan tidak dapat menghasilkan
H2S pada media TSIA; dan hasil bervariasi pada uji indol (Normande 2014).
22
Gambar 2.7 Hasil Uji Biokimiawi Shigella sp.
(Sumber: Bakteri Enteropatogen pada Penderita Diare dan Kondisi Higiene Sanitasi
Lingkungan Inang di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor, 2014)
23
Shigella sp. memiliki pola antigen yang kompleks yaitu antigen O. Antigen
spesifik O mengandung gula yang unik. Antigen O bersifat tahan panas dan
Shigella sp. merupakan penyebab utama disentri basiler yang berada seluruh
dunia. Gejala disentri basiler meliputi diare berdarah, kram perut, dan demam.
faktor virulensi yaitu plasmid virulensi, T3SS, dan toksin (Yang, 2015).
24
dikodekan pada plasmid virulensi Shigella sp. memungkinkan patogen menyerang
sel inang dan bergerak melalui sitoplasma eukariotik. Banyak dari protein yang
sama ini membantu patogen menempel pada dinding sel inang. Invasi antigen B
plasmid (IpaB) memulai pengikatan pada sel inang sementara juga memulai jalur
mencegah protein efektor dari yang dikeluarkan. Saat bakteri mendekati sel inang,
Shigella sp. mentranslokasi IpaB dan IpaC ke ujung jarum, IpaB mengikat ke
permukaan sel inang, mengakhiri perubahan dalam membran sel sel inang, dan
bekerja dengan IpaC untuk memasukkan jarum ke dalam sel inang (Yang, 2015)
Ekspresi protein IpaB diatur oleh protein faktor transkripsi VirB. VirB
diatur oleh faktor transkripsi VirF. VirF dan VirB adalah regulator transkripsi
yang terkait virulensi. VirF secara langsung mengaktifkan ekspresi gen virulensi
icsA dan virB. Gen icsA mengkodekan protein IcsA (VirG), yang berinteraksi
gilirannya merekrut nuklear aktin (Arp2/3) dalam sel inang. Proses ini mengarah
25
pada polimerisasi tidak langsung dari aktin sel inang untuk memajukan
Shigella sp. memproduksi toksin dimana akan berikatan dengan reseptor dan
menyebabkan aktivasi proses sekresi sehingga terjadi diare cair yang merupakan
gejala awal penyakit. Selanjutnya, perjalanan penyakit melibatkan usus besar dan
2 (ShET-2), dan toksin Shiga (Stx). ShET-1 dan ShET-2 memiliki kemampuan
diare berair yang parah. ShET-1 merupakan racun AB yang mengandung satu
subunit A dan beberapa subunit B, yang dikodekan oleh gen set1A dan set1B pada
kromosom. Subunit B dapat berikatan dengan reseptor spesifik pada sel target.
dikodekan oleh gen sen pada plasmid virulensi dan disekresikan oleh T3SS.
dysenteriae serotipe 1 dan serotipe E. coli tertentu (Pacheco dan Sperandio, 2012).
Stx merupakan sitotoksik untuk berbagai jenis sel dan bertanggung jawab untuk
pengembangan lesi vaskular di usus besar, ginjal, dan sistem saraf pusat. Stxs
secara kovalen terkait dengan lima subunit B, yang dikodekan oleh stxA dan gen
yang bekerja pada komponen 28S rRNA ribosom eukariotik dan menghambat
26
sintesis protein serta merusak sel oleh apoptosis . Pentamer subunit B
sensitif pada permukaan sel eukariotik. Setelah mengikat Gb3, Stx diinternalisasi
oleh endositosis dan diangkut dari endosom awal ke jaringan trans-Golgi dan
menjadi fragmen A1 k1A A1 yang aktif secara enzimatik dan fragmen 4 kDa A2
oleh Furin. Hanya fragmen A1-toksin yang ditranslokasi ulang ke sitoplasma dan
manusia. Shigella sp. akan masuk ke dalam tubuh dengan menelan makanan atau
air yang terkontaminasi. Ketika Shigella sp. tiba di usus, bakteri diangkut
melintasi lapisan epitel kolon melalui sel-M. Setelah melewati sel-M, Shigella sp.
27
1β dan IL 18. IL 1β memicu peradangan usus kuat dan IL-18 terlibat dalam
peran sitokin ini dalam disentri basiler belum sepenuhnya dijelaskan (Hilbi et al.,
2008).
Setelah dilepaskan dari makrofag yang mati, Shigella sp. akan bergerak
mampu menginvasi sel epitel (EC) sekitar dan bermultipliakasi. Invasi EC akan
yang dimediasi Nod1 merasakan fragmen peptidoglikan bakteri yang dirilis oleh
Shigella sp. dan mengaktifkan faktor nuklir κB (NF-κB), yang memicu regulasi
dan sekresi kemokin chemokine IL-8. IL-8 memediasi rekrutmen besar leukosit
lebih banyak bakteri luminal untuk mencapai submukosa tanpa membutuhkan sel
masuknya PMN secara masif memperburuk infeksi bakteri dan lesi jaringan.
Proses-proses ini sangat penting untuk pengembangan diare dan patologi khas dari
disentri basiler. Namun, pada akhirnya, PMN direkrut ke lokasi infeksi untuk
28
2.3 Disentri Basiler
2.3.1 Definisi
oleh bakteri genus Shigella (Bangkele, 2015). Bakteri Shigella menginvasi epitel
yang melapisi ileum, usus besar, dan rektum (Kotloff, 2018). Disentri basiler
higienitas yang rendah. Disentri basiler menyebar melalui transmisi fecal oral
(Kroser, 2018).
2.3.2 Epidemiologi
Kejadian disentri basiler di dunia diperkirakan 165 juta episode setiap tahun.
Sekitar 99% kasus terjadi di negara dengan ekonomi rendah dan menengah,
terutama pada anak berusia dibawah 5 tahun sekitar 65% (Taylor, 2008). Bakteri
Shigella telah diidentifikasi sebagai patogen utama penyebab diare pada masa
kanak-kanak di seluruh dunia, dan diperkirakan sekitar 1,1 juta kematian per
2010).
karena kepadatan dan sanitasi yang buruk. Bayi, anak-anak yang tidak diberi ASI
atau kurang gizi dan orang dewasa berusia > 50 tahun memiliki risiko kematian
yang tinggi (WHO, 2005). Bakteri S. boydii dan S. sonnei biasanya menyebabkan
gejala yang cukup ringan (berair atau diare berdarah saja), S. flexneri dan S.
negara berkembang, dengan tingkat penularan tinggi dan signifikasi fatalitas kasus
29
disentri basiler. S. dysenteriae (Tipe 1, juga dikenal sebagai Shiga bacillus)
a. Jenis Kelamin
kelamin. Pada KLB disentri tahun 2010, presentasi perempuan sebesar 49%
dan laki-laki sebesar 51% (Kemenkes RI, 2011). Tetapi, menurut El Azar et
karena perempuan sering terlibat dalam kegiatan rumah tangga yang menjadi
sumber patogen.
b. Pendidikan
terjadi pada anak yang memiliki ibu berusia <25 tahun dan memiliki tingkat
pendidikan rendah (Trung et al, 2006). Namun, berbeda hasil penelitian yang
dilakukan oleh Mannan dan Rahman (2010), bahwa pendidikan ibu tidak ada
30
c. Pekerjaan
hari, sebab makanan yang telah diolah dengan higienis bisa menjadi makanan
terkontaminasi akibat penjamahan oleh tangan kotor. Perilaku cuci tangan adalah
patogen yang menyebabkan penyakit. Perilaku cuci tangan bisa dilakukan dengan
cara membersihkan tangan dengan air bersih dan sabun sebelum memegang
makanan, alat makan, dan setelah membuah tinja (Kemenkes R1, 2011).
penyebab diare ketubuh manusia dikenal dengan 4 F, yaitu fields (tanah), flies
(lalat), fluids (cairan), dan fingers (tangan). Tahapan pencemaran dimulai dari
31
bahwa higiene dan sanitasi adalah upaya kesehatan untuk mengendalikan faktor
a. Air Bersih
Air bersih yang digunakan untuk keperluan sehari-hari, dan sumber air
diare. Menurut Kyoto (2003), kualitas air bersih yang tinggi dapat
mengurangi risiko terkena diare sebesar 20%. Air yang tidak tercemar
2011). Sumber air bersih bisa berasal dari air hujan, air sungai, air sumur dan
mata air.
dengan selang air, timba, atau pompa listrik. Timba yang dipakai harus dijaga
kembali. Selang air harus terbebas dari sisa air untuk mencegah pertumbuhan
lumut. Tempat penampung air harus dilengkapi dengan penutup yang tidak
rutin yaitu minimal satu kali dalam seminggu dan diletakkan di tempat yang
Kotoran atau tinja merupakan hasil sisa dari sistem pencernaan yang
berpotensial menjangkitkan diare (Kemenkes RI, 2010). Tinja dari orang sehat
32
mengandung satu juta bakteri per gram. Oleh sebab itu, perlu disediakan jamban
cemplung merupakan jamban untuk menampung tinja yang terdapat lubang dan
mempunyai fungsi untuk megendapkan lumpur pada dasar lubang atau menyerap
cairan ke tanah. Pembuatan jamban perlu diperhatikan jarak dan sumber air
yang baik harus mampu meghindarkan munculnya lalat, tidak bebau, kontruksi
bangunan yang kokoh dan kuat (BPPT, 2005). Dan menurut Kemenkes RI (2010),
jamban yang baik tidak boleh terjamah oleh manusia atau binatang perantara
penularan penyakit dengan cara mengisolasi tinja yang terinfeksi agar tidak
22%. Rumah yang tidak mempunyai jamban bisa meningkatkan kejadian diaere,
Sampah adalah benda atau produk sisa dalam bentuk padat akibat aktivitas
manusia yang tidak bermanfaat dan tidak dikehendaki oleh pemiliknya dan
dibuang sebagai barang yang tidak berguna. Sampah dalam rumah harus
diletakkan di wadah tertutup dan kedap air. Pengelolaan sampah yang tidak baik
33
sembarangan atau dibakar agar tidak menjadi tempat bekrembangnya vektor dan
2.3.4 Etiologi
merupakan penyebab disentri yang terpenting dan tersering (±60% kasus disentri
yang dirujuk serta hampir semua kasus disentri yang berat dan mengancam jiwa
disebabkan oleh Bakteri Shigella sp.). Dan amoeba adalah penyebab disentri
amoeba (Entamoeba hystolitica) dimana lebih sering terjadi pada anak usia > 5
2.3.5 Patofisiologi
kontak dengan barang yang terinfeksi, atau melalui seksual. Hewan perantara
Masa inkubasi bakteri ini dari 12 jam sampai 7 hari, tapi biasanya 2-4 hari
(Sureshbabu, 2016).
Infeksi shigella hampir selalu terbatas di saluran cerna. Penyakit ini sangan
patogenesis yang terlibat yaitu berawal dari invasi ke sel epitel mukosa, kemudian
menginduksi proses fagositosis, berhasil meloloskan diri dan keluar dari vakuola
34
fagositik, bermultiplikasi dan menjalar ke sel sekitarnya. Mikroabses pada dinding
usus besar dan ileum terminal menyebabkan nekrosis membran mukosa, ulserasi
Pseudomembran ini terdiri dari fibrin, leukosit, debris sel, membran mukosa yang
nekrotik, dan bakteri. Saat proses mereda, jaringan granulasi mengisi ulkus dan
Bakteri masuk ke dalam tubuh dan berada di usus halus menuju ileum
terminal dan kolon melekat pada permukaan dan kolon, melekat pada permukaan
mukosa, berkembang biak, reaksi peradangan hebat, sel-sel terlepas, timbul ulkus,
Penyembuhan spontan dapat terjadi dalam waktu kurang lebih dua hingga
tujuh hari, terutama pada penderita dewasa yang sehat sebelumnya, sedangkan
pada pasien muda, pasien tua serta penderita gizi buruk, maka penyembuhan
ditandai adanya peradangan usus yaitu peradangan pada kolon, nyeri perut, dan
BAB berdarah atau bermucus. Tempat alamiah bakteri penyebab disentri berada
pencernaan saja, dan penyebaran melalui aliran darah sangat jarang ditemui
(Ahmed, 2008).
35
a. Disentri sederhana dengan tinja lembek disertai adanya darah, mukus, atau
pus.
b. Watery diarrhea
(Fitia, 2008).
Gejala disentri basiller adalah adanya nyeri perut, demam, BAB berdarah
dan berlendi serta merasakan keinginan untuk buang air besar (kotoran) bahkan
ketika usus kosong. Gejala awal terkena penyakit ini ditandai dengan munculnya
nyeri abdomen, demam, dan diare cair tetapi belum berdarah, kemudian
dilanjutkan muncul feses berdarah setelah 3-5 hari kemudian. Lama gejala rata-
rata pada orang dewasa sekitar tujuh hari. Pada kasus yang berat bisa menetap
mendiagnosis secara pasti bisa dilakukan pulasan feses yang menunjukkan adanya
PMN dan sel darah merah. Kultur feses dapat bermanfaat untuk mengindentifikasi
36
Sepsis Anak-anak yang tidak menyusui
Encephalopathy anak-anak dan orang dewasa yang
Toxic megacolon kekurangan gizi
Intestinal perforation Anak-anak dengan campak terakhir
Haemolytic-Uremic syndrome Pasien mengalami dehidrasi, tidak sadar,
Rectal prolaps pada anak Hipo atau hipertermia atau dengan riwayat
kejang
(Sumber: Guidlines for the Control of Shigellosis, including ependemics due to Shigella
dysenteriae type 1, 2005)
2.3.7.1 Hematologi
Isolasi Shigella dari tinja atau spesimen usap dubur bersifat diagnostik
leukosit pada noda berwarna metilen biru, yang merupakan tes sensitif
untuk kolitis tetapi tidak spesifik untuk spesies Shigella. Pada sekitar 70%
(Sureshbabu, 2018).
37
Sampel untuk kultur tinja harus diperoleh dalam semua kasus yang
diduga terkena disentri basiler. Hasil dari kultur tinja paling besar pada
(Sureshbabu, 2018).
Alat diagnostik tambahan, seperti probe gen dan analisis tinja PCR
untuk gen spesifik seperti ipaH, virF, atau virA dapat mendeteksi kasus
38
2.3.8 Tatalaksana
seperti demam berkurang, darah dalam feses sedikit, dan perbaikan nafsu makan.
Jika penyakit mereka tidak terjadi perbaikan dalam dua hari, maka bisa ditransfer
dan melakukan perawatan khusus di rumah sakit. Pasien yang dirawat di rumah
harus diberikan instruksi yang jelas mengenai desinfeksi pakaian, barang pribadi
- Anak-anak yang sakit parah, yang terlihat lesu, memiliki perut kembung dan
a. Terapi antibiotik
data kerentanan dari strain Shigella yang diisolasi di daerah tersebut. Jika
informasi tentang strain lokal tidak tersedia, bisa diambil dari data negara-
basiller, sekarang adalah obat pilihan untuk semua pasien dengan darah diare,
39
terlepas dari usia mereka. Selain dari ciprofloxacin dan beberapa lainnya
yang efektif diberikan, perbaikan harus jelas di dalam 48 jam (WHO, 2005).
(Sumber: Guidlines for the Control of Shigellosis, including ependemics due to Shigella
dysenteriae type 1, 2005)
digunakan untuk semua pasien, termasuk anak-anak. Jika paket ORS tidak
tersedia, larutan rehidrasi oral dapat dibuat sendiri dengan cara menyiapkan air
40
beras yang diberi sedikit garam, air kelapa hijau atau bahkan air biasa dapat
diberikan. Solusi Ringer Laktat adalah cairan yang disukai untuk rehidrasi
hipoglikemia dan kekurangan gizi. Untuk pemilihan makanan harus kaya akan
energi dan protein, harus disediakan. Anak-anak harus diberi makan setidaknya
setiap empat jam. Bayi dan anak-anak yang menyusui harus dilanjutkan disusui
sesering mungkin. Anak kecil sembuh dari diare berdarah harus diberi makan
ekstra setiap hari selama setidaknya dua minggu untuk membantu mereka
c. Terapi Suportif
lima tahun. Dosis harian adalah 20 mg unsur zinc (seperti seng sulfat, atau seng
asetat atau seng glukonat) sekali sehari selama 10 hingga 14 hari (10 mg per
hari untuk bayi di bawah enam bulan). Hal tersebut telah terbukti mengurangi
keparahan dan lamanya penyakit dan juga untuk mengurangi kejadian dan
keparahan diare dalam dua hingga tiga bulan berikutnya (WHO, 2005).
41
Tabel 2.7 Perawatan Dehidrasi, Asupan makanan dan Suportif
(Sumber: Guidlines for the Control of Shigellosis, including ependemics due to Shigella
dysenteriae type 1, 2005)
untuk mengurangi risiko penyebaran Shigella sp. ke pasien lain dan staf : (WHO,
2005).
- Sabun dan sejumlah besar air bersih harus disediakan untuk mencuci tangan.
Untuk pemilihan lokasi, alangkah baiknya lokasi mudah diakses dan sangat
terlihat.
- Tangan harus dicuci dengan sabun atau larutan klorin encer sebelum dan
- Air dan persediaan lain untuk pasien dengan disentri harus disimpan terpisah
42
2.3.9 Komplikasi
yang sesuai.
parah.
menggunakan tangan yang dilindungi sarung tangan atau kain basah. Bisa
berikan kompres dengan larutan ini untuk mengurangi prolaps dan edema.
curigai sindrom hemolitik uraemik pada pasien yang mudah memar, pucat,
kesadaran berubah, dan output urin rendah atau tidak ada sama sekali.
abdomen, nyeri, dan nyeri tekan disertai hilangnya bunyi usus, takikardia,
43
dan dehidrasi. Berikan cairan IV untuk dehidrasi, berikan tabung
2.4.1 Definisi
Ekstraksi adalah jenis pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu cairan
atau padatan. Proses ekstraksi diawali dari gumpalan ekstrak dengan pelarut
kemudian terjadi gabungan antara pelarut dan bahan sehingga terjadi pengendapan
metabolit sekunder yang dibantu oleh pelarut. Ekstraksi akan lebih cepat
dilakukan pada suhu tinggi, tetapi hal ini dapat mengakibatkan beberapa
a. Perlakuan pendahuluan
bahan. Semakin ukuran partikel kecil, maka semakin besar luas kontak antara
padatan dengan pelarut, lintasan kapiler dalam padatan menjadi semakin pendek,
dan tahanan menjadi semakin berkurang. Sehingga proses ekstraksi lebih optimal
dan cepat. Teknik pengecilan ukuran bisa dilakukan dengan cara penggilingan,
b. Temperatur
44
Semakin tinggi temperatur yang digunakan maka kelarutan bahan yang
diekstraksi dan difusivitas akan meningkat. Akan tetapi suhu terlalu tinggi mampu
merusak bahan.
c. Faktor pengadukan
Pengadukan dapat dilakukan dengan cara mekanis, pengaliran udara atau dengan
kombinasi keduanya.
(Mukhriani, 2014).
4.2.3 Pelarut
Pelarut merupakan benda cair atau gas yang mampu melarutkan benda
padat, cair atau gas, dan menghasilkan sebuah larutan. Pelarut yang paling sering
digunakan adalah air dan bahan kimia organik (mengandung karbon). Pelarut
mempunyai sifat seperti mudah menguap, mempunyai titik didih rendah dan
meninggalkan substansi terlarut yang didapatkan. Agar bisa memilah antara zat
terlarut dengan pelarut yaitu dimana pelarut umunya terdapat dalam jumlah lebih
reaktan dan reagen yang seharusnya terjadi agar dapat merubah reaktan menjadi
produk. Selain itu, pelarut bisa menjadi pengontrol suhu yang bertujuan untuk
bereaksi cepat, atau menyerap panas yang dihasilkan selama reaksi eksotermik.
Adapun jenis-jenis pelarut, seperti: (1) Pelarut polar : air, etanol, metanol (2)
45
pelarut semipolar : etil asetat, diklorometan (3) pelarut nonpolar : n-heksan,
Untuk mencapai proses ekstraksi yang optimal, maka pelarut yang dipakai
(Mukhriani, 2014).
Salah satu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ultrosound –
dengan frekuensi tinggi, 20 kHz). Wadah yang berisi sampel simplisia diletakkan
dalam wadah ultasonic dan ultrasound. Hal ini tersebut bertujuan untuk
memberikan tekanan mekanis pada sel sampai menghasilkan rongga pada sampel
(Mukhriani, 2014).
lebih tinggi dengan waktu yang cepat. Ultrasonik mempunyai sifat non-
berbagai aplikasi. Dengan adanya ultrasonik, maka waktu yang dibutuhkan proses
ektraksi senyawa organik pada tanaman dengan pelarut organik lebih cepat dan
46
pemecahan dinding sel dari bahan keandungan yang ada di dalamnya dapat keluar
kativasi sehingga menghasilkan gaya gesek yang tinggi. Hal tersebut bertujuan
untuk merusak dinding sel sehingga pelarut dapat masuk ke dalam bahan uji dan
Keuntungan UAE yaitu dapat meningkatkan hasil ekstraksi, waktu ekstraksi cepat
kekurangannya adalah memerlukan energi dan biaya yang besar. Rendemen yang
rasio pelarut dengan bahan, suhu, lama waktu ekstraksi, intensitas akustik,
ketinggian sampel (dalam bentuk cair), dan siklus dari paparan gelombang
rutin. Prosedur pertama yang dilakukan dalam metode difusi cakram yaitu
kedua yaitu cakram kertas filter (berdiameter sekitar 6 mm) yang sudah
mengandung senyawa uji dengan konsetrasi yang sesuai dan ditempatkan pada
47
permuakaan agar. Cawan Petri diinkubasi dalam kondisi yang sesuai. Agen
bakteri tidak berarti kematian bakteri, sehingga tidak dapat membedakan efek
untuk mengukur jumlah agen antimikroba yang digunakan dalam media agar.
metode yang lain yaitu kesederhanaan, biaya yang murah, dapat menguji jumlah
mikroorganisme dan agen antimikroba yang sangat banyak (Balouiri et al., 2016).
Metode dilusi merupakan metode yang paling tepat dalam menentukan nilai
antimikroba yang diuji dalam agar (dilusi agar) atau media kaldu (macrodilution
atau mikrodilusi). Baik metode kaldu atau dilusi yang dapat digunakan untuk
jamur. Nilai KHM yang diperoleh didefinisikan sebagai konsentrasi terendah dari
mikroorganisme yang diuji, dan biasanya dinyatakan dalam mg/ml atau mg/l
48
Broth mikro atau makro dilusi adalah salah satu metode pengujian aktivitas
media pertumbuhan cair yang dituangkan dalam tabung yang berisi volume
diinokulasi dengan inokulum mikroba yang disiapkan dalam media yang sama
setelah pengenceran suspensi mikroba standar yang disesuaikan dengan skala 0,5
McFarland. Setelah pencampuran dengan baik, tabung yang diinokulasi atau pelat
tabung atau sumur mikrodilusi seperti yang terdeteksi oleh mata tanpa bantuan.
solusi antimikroba untuk setiap tes, dan jumlah reagen dan ruang yang relatif
49
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
Shigella dysenteriae
Sel M
Multiplikasi
Melepas
sitokin
Respon
inflamasi
IL 18 IL 1β dan TNFα
Merekrut
PMN
Manifestasi disentri :
Demam, Diare cair dan
berdarah, nyeri perut
50
Keterangan :
: Yang diteliti : Memiliki
tubuh manusia melalui sel-sel mikro (Sel M). Ketika bakteri tersebut sudah
masuk, maka akan terjadi proses fagositosis oleh makrofag. Akan tetapi bakteri
(Ipas) yang merupakan bagian dari T3SS. Ipas terdiri dari Ipa A, Ipa B, Ipa C, dan
Ipa D. Ipa B berfugsi untuk mengontrol sistem sekresi, membantu bakteri untuk
melarikan diri dari fagosom dan menginduksi apoptosis pada makrofag. kematian
basiler.
Family untuk memicu polimerasi aktin sebagai alat geraknya agar bisa
akan memicu respon inflamasi agar bisa merekrut PMN yaitu neutrofil. Neutrofil
51
Sebagai hasil dari proses inflamasi tersebut, maka sel-sel kolon rusak dan
menunjukkan manifestasi dari disentri basiler seperti diare cair dan berdarah.
purut (Citrus hystrix) diharapkan bisa menjadi obat alternatif untuk disentri
basiler.
peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara
dan tidak dapat berfungsi baik. Saponin bekerja dengan cara menganggu
permeabilitas membran sel bakteri sehingga menyebabkan sel bakteri lisis. Tanin
kerja flavonoid sebagai antimikroba dapat dibagi menjadi tiga yaitu menghambat
metabolisme energi.
3.3 Hipotesis
H0 : Ekstrak daun jeruk purut (Citrus hystrix) tidak memiliki aktivitas
antibakteri terhadap pertumbuhan Shigella dysenteriae
H1 : Ekstrak daun jeruk purut (Citrus hystrix) memiliki aktivitas
antibakteri terhadap pertumbuhan Shigella dysenteriae
52
BAB IV
METODE PENELITIAN
desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain eksperimen
mengetahui potensi antibakteri ekstrak daun jeruk purut (Citrus hystrix) terhadap
Sampel pada penelitian ini adalah bakteri Shigella dysentriae yang diperoleh
Malang.
53
4.3.1 Kriteria Inklusi
Agar (SSA) dengan perlakuan dan diinkubasi pada suhu 37oC selama 18-24 jam.
54
7. Inkubator 1
8 Penggaris 30 cm 1
9. Rotatory evaporator 1
10. Kulkas 1
11. Tabung reaksi pendek dan panjang 8
12. Rak tabung reaksi 1
13. Beaker glass (50 ml, 100 ml, 200 ml, 500 4
ml)
14. Mikro pipet 1
15. Gelas ukur (10 ml, 25 ml, 50 ml, 100 ml) 4
16. Cawan petri (diameter 10 cm) 40
17. Colony counter 1
18. Mikropipet 1
19. Kertas saring Secukupnya
20. Gunting 1
22. Batang pengaduk Secukupnya
23. Pinset 1
24. Bunsen Secukupnya
25. Eksikator 1
26. Oven 1
27. Kapas Secukupnya
28. Toples 1
a. Variabel dependen :
b. Variabel independen :
penelitian ini adalah ekstrak daun jeruk purut (Citrus hytrix) dengan
c. Variabel kontrol :
55
Adalah variabel yang berpengaruh pada penelitian tetapi dapat
menjadi dua, yaitu variabel kontrol negatif dan variabel kontrol positif.
A
C
Keterangan :
96%.
Konsentrasi Hambat Merupakan konsentrasi minimal Tingkat kekeruhan
menghambat pertumbuhan
56
yang diketahui dengan cara
tabung.
Konsentrasi Bunuh Konsentrasi minimal bahan coba Jumlah koloni
Prosedur yang dilakukan terdiri dari sterilisasi alat, pembuatan ekstrak daun
antimikroba.
Semua alat yang digunakan dalam penelitian ini harus disterilkan terlebih
dahulu. Alat yang digunakan untuk sterilisasi alat adalah autoklaf. Autoklaf
menggunakan uap air panas yang bertekanan. Pada umunya tekanan yang
digunakan yaitu 15 Psi atau sekitar 2 atm dan dengan pada suhu 1210C selama 15
57
dahulu agar alat tidak rusak. Pembungkus dari kertas untuk membungkus sarung
tangan, tip mikropipet, dan gelas ukur. Pembungkus dari alumunium foil untuk
membungkus pinset, batang pengaduk, cawan petri, dan tabung reaksi. Dan untuk
Daun jeruk purut (Citrus hystrix) diperoleh dari tanaman sendiri. Daun jeruk
purut (Citrus hytrix) yang digunakan untuk membuat simplisia harus segar, warna
daun tidak terlalu tua atau muda, mengkilap, dan bebas dari noda kecokalatan.
Kemudian dikirim ke UPT. Materia Medica Batu. Sekitar 1000 gram daun jeruk
purut (Citrus hytrix) yang terpilih dan terkumpul dicuci terlebih dahulu kemudian
dikeringkan di dalam ruang pengeringan selama kurang lebih 48 jam hingga daun
jeruk purut (Citrus hytrix) tersebut benar-benar kering. Daun yang sudah kering
penggiling. Serbuk daun jeruk purut (Citrus hytrix) dimasukkan ke dalam toples
dan diberi silica gel untuk mengurangi kelembapan, kemudian disimpan di dalam
Simplisia daun jeruk purut (Citrus hytrix) ditimbang sebanyak 30 gram dan
gelombang ultrasonik (>20 kHz) selama 6 menit dengan 3 kali jeda tiap 2 menit,
58
pada tiap jeda pengulangan diaduk menggunakan batang pengaduk. Ekstrak etanol
etanol 96% dengan cara yang sama hingga total pelarut yang telah digunakan
simplisia serbuk daun jeruk purut (Citrus hytrix) menggunakan pelarut etil asetat
dengan jumlah dan cara yang sama seperti pada saat ekstraksi menggunakan
rotary evaporator dengan suhu 50oC dan putaran 70 rpm hingga ekstrak menjadi
kental. Ekstrak kental ditampung kedalam cawan petri, lalu dimasukkan kedalam
oven pada suhu 40˚C hingga ekstrak menjadi kering. Kemudian digiling menjadi
serbuk.
4.6.3 Pengenceran
Pengenceran terbuat dari ekstrak daun jeruk purut (Citrus hytrix) untuk
20%, 25%. Metode yang digunakan untuk membuat ekstrak daun jeruk purut
steril
2. Konsentrasi 10% : Pencampuran sediaan ekstrak daun jeruk purut
59
steril
3. Konsentrasi 15% : Pencampuran sediaan ekstrak daun jeruk purut
steril
4. Konsentrasi 20% : Pencampuran sediaan ekstrak daun jeruk purut
steril
5. Konsentrasi 25% : Pencampuran sediaan ekstrak daun jeruk purut
steril
labu Erlenmeyer. Panaskan labu Erlenmeyer pada pemanas air sampai SSA larut
121oC selama 15 menit. Untuk pembuatan agar miring, dibiarkan pada suhu
ditambah akuades sampai 100 ml, kemudian dipanaskan sampai semua bahan
larut dengan sempurna, setelah itu media disterilkan dalam autoclave pada suhu
60
4.6.5 Peremajaan Biakan Bakteri dan suspensi bakteri Shigella dysentriae
yang akan diuji setiap kali harus dibiakmudakan terlebih dahulu, dengan cara
menggoreskan biakan dari stok bakteri ke agar miring SSA yang masih baru.
dengan standart 0,5 Mc Farland dengan kepadatan bakteri sebanyak 108 sel/ml.
Kemudian diencerkan 100x pada media NaCl fisiologis 0,9% dan media NB.
didapatkan suspensi bakteri sebanyak 106 bakteri sel/ml, bakteri siap diujikan.
Larutan kontrol positif dibuat dari sediaan obat tablet Ciprofloxacin 500 mg,
dengan cara satu tablet Ciprofloxacin digerus. Setelah itu ditimbang 65 mg dan
pengujian.
p ( n-1 ) ≥ 16
61
Keterangan :
n = jumlah pengulangan
penelitian ini menggunakan 5 konsentrasi (5%, 10%, 15%, 20%, dan 25%)
dari ekstrak etanol daun jeruk purut (p=5), maka di dapatkan jumlah
pengulangan :
p ( n-1 ) ≥ 1
5 (n-1) ≥ 16
5n – 5 ≥ 16
5n ≥ 21 ; n ≥ 4,2 ≈ 4
pengulangan.
Minimum (KBM). Uji KHM adalah konsentrasi terkecil obat yang dapat
62
b. Kontrol negatif diisi dengan 0,5 ml aquades, 9 ml media NB, dan 0,5 ml
A5)
e. Tabung 1 (A1) diisi dengan 0,5 ml ekstrak daun jeruk purut (Citrus hystrix)
f. Tabung 2 (A2) diisi dengan 1 ml ekstrak daun jeruk purut (Citrus hystrix) 9
tabung rekasi.
g. Tabung 3 (A3) diisi dengan 1,5 ml ekstrak daun jeruk purut (Citrus hystrix)
h. Tabung 4 (A4) diisi dengan 2 ml ekstrak daun jeruk purut (Citrus hystrix) 9
tabung rekasi.
i. Tabung 5 (A5) diisi dengan 2,5 ml ekstrak daun jeruk purut (Citrus hystrix)
63
k. Seluruh tabung reaksi tersebut dinkubasi dalam inkubator pada suhu 37°C
daun jeruk purut (Citrus hystrix), ciprofloxacin sebagai kontrol positif, dan
aquades sebagai kontrol negatif terhadap bakteri Shigella dysentriae. Berikut cara-
kemudian dicelupkan dalam biakan bakteri kemudian kapas ditekan pada sisi
tabung agar tiris. Cotton swab diulaskan pada seluruh permukan cawan petri
untuk ekstrak daun jeruk purut dengan konsentrasi 5%, 10%, 15%, 20%,
64
masing-masing cawan petri diletakkan tujuh buah paper disk. Tempatkan
paper disk di atas medium yang terdapat biakan bakteri Shigella dysentriae
kemudian ditekan dengan pinset agar paper disc benar-benar melengket pada
media, setelah itu ditetesi dengan ekstrak daun jeruk purut, ciprofloxacin dan
1x24 jam.
setiap perlakuan.
65
4.7 Alur Penelitian
Pembuatan medium
K- A1 A2 A3 A4 A5 K+
Analisis data
66
Keterangan :
: Metode Dilusi Tabung
: Tahap Persiapan
: Metode Difusi
K- : Kontrol negatif (Aquades + bakteri uji + NB)
A1 : Konsentrasi 5%
A2 : Konsentrasi 10%
A3 : Konsentrasi 15%
A4 : Konsentrasi 20%
A5 : Konsentrasi 25%
K+ : Kontrol positif (Ciprofloxacin + bakteri uji + NB)
4.7
67
4.8 Analisis Data
Pada penelitian ini, data analisis yang digunakan adalah Uji One-Way
Analysis of Variance (ANOVA) karena variabel yang diuji hanya satu yaitu
daun jeruk purut (Citrus hytrix) terhadap S. dysenteriae yang diinokulasikan pada
medium agar. Syarat Uji One-Way Analysis of Variance (ANOVA) adalah data
mengetahui apakah data yang diuji berdistribusi normal atau tidak. Jika hasil uji
homogenitas terpenuhi. Apabila nilai signifikansi (p) lebih besar dari α = 0,05
maka data terdistribusi normal sedangkan jika nilai signifikansi (p) lebih kecil dari
Levene Test dengan tujuan mengetahui apakah dua atau lebih kelompok data
berasal dari populasi yang memiliki varians sama atau tidak. Uji Normalitas, Uji
menggunakan program analisis statistik yaitu Statistical Package for the Social
68
DAFTAR PUSTAKA
Muhammadiyah Surakarta.
Amalia, S., Sri, W., & Eka, K.U. 2016. Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi n-heksan
Indonseia. 1 (2).
Arfania, Maya. 2017. Telaah Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Jeruk Purut (Citrix
Arta, Maria Jessica. 2016. Identifikasi Bakteri Patogen dan Kualitas Mikrobiologi
Nasi Kuning Berbahan Beras Organik dan Non Organik dengan Metode
Soegijapranata.
69
Balouiri, M., Sadiki, M., Ibnsouda, S.K., 2016. Methods for in vitro evaluating
https://doi.org/10.1016/j.jpha.2015.11.005.
Bangkele, Elli. 2015. Efek Antibakteri dari Ekstrak Lengkuas Putih (Alpinia
Bhatt S, Pandey A, Pandey RD, Tripathi P, Gupta PP, Haider J, , Singh AV. 2009.
Brooks, G.F., J.S Butel, dan S.A. Morse. 2005. Mikrobiologi Kedoketeran.
analysis.
Christopher PRH, David KV, John SM, et al. 2010. Antibiotic therapy for
Dalil, Fitri. 2016. Hadis-hadis tentang Farmasi: Sebuah Kajian Integratif dalam
El Azar Grace eet, al. 2009. Effect of Womens Perceptions and household
70
Fitria, Y., Astawan. 2008. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Biji Teratai Nymhaea
Hegar, Badriul. 2013. Disentri. Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-
anak/disentri.
Hilbi, Hubert and Gunnar N,. 2008. Molecular Pathogenesis of Shigella spp.:
activities of some plants used in Thai folk medicine. Pharm. Biol. 44,
221-228
Medika, Jakarta
Karou, Damintoti. 2005. Antibacterial activity of Alkaloids from Sida Acuta. Vol
Jakarta.
71
Kementrian Kesehatan RI. 2011. Buku Pedoman Pengendalian Penyakit Diare.
Jakarta.
Kementrian Kesehatan RI. 2011. Situasi Diare di Indonesia. Jakarta: Pusat Data
Kementrian Kesehatan RI. 2017. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia.
Jakarta.
Kotloff KL, Nataro JP, BlackwelderWCet al. Burden and aetiology of diarrhoeal
Kroser, Joyan. 2018. Shigellosis. Available in: https: //emedicine. medscape. com/
Lampel KA, Maurelli AT. 2003. Shigella Species Cgapter 11: International
72
Listiono. 2010. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare di
Nagarjuna.
Mannan and Rahman (2010). Esploring the link between food hygiene practices
Dhaka.
Middleton, E., Kandaswami, C., Theoharides, T.C., 2000. The effects of plant
73
Normande, Bob. 2014. Bakteri Enteropatogen pada Penderita Diare dan Kondisi
Nuria, Maulita. 2009. Uji AktivitasAntibakteri Ekstrak Etanol Daun Jarak Pagar
Nygren, B.L., K.A. Schilling, E.M. Blanton, B.J. Silk, D.J. Cole, dan E.D. Mintz.
241.
Fakultas Udayana.
74
Rijayanti, Rika. 2014. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Mangga
Sari, Fahriya. 2011. Ekstraksi Zat Aktif Antimikroba dari Tanaman Yodium
Alami. Semarang.
Setiawan, Dalimartha. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Jilid II. Jakarta: PT. Pustaka
ITB.
Siswandono dan Soekardjo, B., 2000, Kimia Medisinal, Edisi 2, 228-232, 234,
Soepomo. 2012. Jeruk Purut (Citrus Hystrix DC.). Indonesia: Pusat Data &
Sumono, A., SD, A.W., 2008. The use of bay leaf (Eugenia polyantha Wight) in
75
Tanumihardja, Maria. 2013. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Terstandar Akar
1431.
chemotherapy. 2016;71(3):807-815.
in Hanoi,. Vietnam.
Viessman. Jr Warren and Hammer, Mark J. 2005. Water Supply and Pollution
Organization.
Organization.
76
World Health Organization. 2005. Guidelines for the control of shigellosis,
http://www.who.int/cholera/publications/shigellosis/en/.
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/diarrhoeal-disease.
Yuliani, Ratna. 2011. Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun Jeruk Purut
Zuhri, Isnaini. 2013. Aktivitas Antibakteri Kombinasi Ekstrak Etanol daun Jambu
Farmasi.
77