Anda di halaman 1dari 2

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meluncurkan Geoportal Kebijakan Satu Peta

(KSP) di Hotel Bidakara, Jakarta, Selasa (11/12/2018). Platform itu bertujuan


menyediakan satu peta akurat dan akuntabel sebagai acuan dalam
merumuskan pembangunan ke depan.

Geoportal KSP merupakan website berbasis spasial untuk berbagi data dan
informasi geospasial melalui Jaringan Informasi Geospasial Nasional (JIGN).
Melalui https://portalksp.ina-sdi.or.id, peta tematik hasil integrasi dan
sinkronisasi kebijakan satu peta dapat diakses.

Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 20/Tahun 2018, kewenangan akses


berbagi data diperuntukkan bagi Presiden, Menteri, Pimpinan Lembaga,
Gubernur dan Bupati/Walikota.

Adapun Program Kebijakan Satu Peta sendiri merupakan prioritas Jokowi


yang termasuk dalam Nawa Cita dan telah direalisasikan sejak 2016, melalui
Perpres Nomor 9/2016 serta penerbitan Paket Kebijakan Ekonomi VIII.

Dengan adanya Kebijakan Satu Peta ini, perencanaan pembangunan,


penyediaan infrastruktur, penerbitan izin dan hak atas tanah, serta berbagai
kebijakan nasional dapat mengacu pada data spasial yang akurat.

"Kebijakan Satu Peta inilah yang akan dijadikan dasar perencanaan untuk
mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di masa depan, kata
Jokowi.

Sejak dicanangkan pada 2016, pemerintah langsung bekerja melalui tiga


tahap yakni kompilasi, integrasi, dan sinkronisasi.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution melaporkan, 83


dari total 85 peta tematik (98%) dari 19 kementerian/lembaga (K/L) dan
pemerintah daerah (pemda) di 34 provinsi telah selesai dilakukan kompilasi
dan integrasi.

Dengan begitu, tinggal dua peta tematik yang belum tersedia, yakni Peta
Rencana Tata Ruang Laut Nasional (RTRLN) yang sedang dalam proses
penetapan, serta Peta Batas Administrasi Desa dan Kelurahan yang sedang
difasilitasi oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) dan perlu ditindaklanjuti
oleh kepala daerah untuk penetapannya.

"Peta-peta tematik hasil integrasi tersebut telah diunggah ke dalam Geoportal


Kebijakan Satu Peta, dan sudah dapat diakses oleh K/L maupun pemda sejak
peluncuran ini," lanjut Darmin.

Foto: Muhammad Luthfi Rahman

Pada tahap sinkronisasi, ditemukan tantangan yang perlu segera diselesaikan


terkait persoalan tumpang tindih pemanfaatan lahan.

Hasil identifikasi dari Sekretariat Tim Percepatan Kebijakan Satu Peta, ada
temuan tumpang tindih di kawasan Kalimantan dan Sumatera yang kemudian
dituangkan melalui Peta Indikatif Tumpang Tindih IGT (PITTI).

Darmin menyebut, terdapat tumpang tindih pemanfaatan lahan pada 10,4 juta
hektare di Kalimantan. Sebanyak 70% dari jumlah itu terjadi di kawasan
hutan. Selanjutnya, di Sumatra ada tumpang tindih pemanfaatan lahan seluas
6,4 juta hektare.

Ke depannya kegiatan sinkronisasi tersebut akan dilanjutkan untuk pulau-


pulau lainnya hingga dapat diselesaikan untuk seluruh Indonesia di tahun
2019.

"Sebagai salah satu upaya penyelesaian isu tersebut, pemerintah juga


menyusun Buku Pedoman Sinkronisasi. Buku ini memuat langkah-langkah
penyelesaian tumpang tindih yang inklusif," kata Darmin.

Anda mungkin juga menyukai