KELAS B
INFANCY SOCIOEMOTIONAL DEVELOPMENT
Disusun Oleh:
Kelompok 5
No Nama NIM Nilai Nilai
Presentasi Makalah
1. Annisa Larasati 20130108
0
2. Arga Paulina 20130108
Simanjuntak 1
3. Ayu Valerie Ivana 20130108
3
4. Bella Kristine Sitanggang 20130108
4
5. Bintang Belen 20130108
Simatupang 5
DEPARTEMEN PERKEMBANGAN
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat, nikmat, serta karunia-Nya sehingga kami bisa menyusun dan menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Makalah yang berjudul “Perkembangan Sosioemosional
pada Bayi” ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Psikologi
Perkembangan 1.
Makalah ini berisikan mengenai Perkembangan Emosi dan Kepribadian,
Pemahaman/Orientasi Sosial dan Kelekatan, serta Konteks Sosial. Penyusunan materi
makalah ini berdasarkan buku utama dalam mata kuliah Psikologi Perkembangan 1 yaitu
Life-Span Development karya John Santrock.
Kami menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini terdapat kekurangan dan
kesalahan sehingga kami berharap saran dan kritik dari pembaca khususnya dari ibu dosen
pengampu mata kuliah Psikologi Perkembangan 1 agar kami dapat meningkatkan kualitas
dalam pembuatan makalah berikutnya.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang terkait dengan
pembuatan makalah ini.
Medan, 24 Februari 2021
Tim Penyusun
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 5
A. Latar Belakang 5
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Penelitian 5
BAB II PEMBAHASAN 7
I. Emotional Development 7
C. Emosi-Emosi Awal 8
II. Temperament 12
A. Trust 14
C. Independence 15
3
A. Social Orientation 16
B. Locomotion 17
D. Social Referencing 17
A. Attachment 18
B. Reciprocal Socialization 22
A. Parental Leave 24
ANALISIS VIDEO 27
I. Kesimpulan 29
II. Saran 29
III. Lampiran 30
DAFTAR PUSTAKA 50
4
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan adalah perubahan ke arah kemajuan menuju terwujudnya hakikat
manusia yang bermartabat atau berkualitas. Perkembangan individu memiliki beberapa
prinsip, yaitu akan selalu berproses selama individu tersebut masih hidup, seluruh aspek
saling memengaruhi mengikuti pola/arah tertentu karena di dalam perkembangan terjadi
perubahan dan perubahan tersebut dapat berupa hal yang dipertahankan atau bahkan
ditinggalkan. Perkembangan merupakan proses yang tidak akan berhenti. Secara fisik
perkembangan manusia sudah dimulai ketika sel sperma bertemu dengan ovum dan
terbentuk zigot. Selain perkembangan fisik, manusia juga mengalami berbagai
perkembangan salah satunya perkembangan sosio-emosional.
Perkembangan sosio-emosional merupakan salah satu hal yang pasti akan terjadi
pada manusia yang dimulai dari usia 0 tahun hingga dewasa. Adapun perkembangan sosio-
emosional sama pentingnya dengan perkembangan fisik dan kognitif. Mengapa demikian?
Alasannya ialah perkembangan sosio-emosional memainkan peran yang besar dalam
interaksi sosial anak dengan lingkungannya yang dapat membentuk kepribadian seseorang.
Perkembangan sosio-emosional sangat penting pada masa bayi. Hal tersebut
menjadi awal dari perkembangan emosi-emosi selanjutnya. Dengan adanya emosi,
seseorang dapat menunjukkan kepada yang lain.
B. Rumusan Masalah
● Apa itu Emosi ?
● Bagaimana cara bayi yang baru lahir berkomunikasi ?
● Apa saja tipe dasar dari temperamen ?
● Bagaimana cara interaksi sosial yang terjadi antara bayi dan orangtua?
● Apa aspek yang penting dalam perkembangan kepribadian di masa bayi ?
● Apa hal yang sangat penting dalam perkembangan sosio-emosional bayi ?
C. Tujuan Penelitian
● Untuk mengetahui apa itu emosi
● Untuk mengetahui cara bayi yang baru lahir berkomunikasi
5
● Untuk mengetahui tipe-tipe dasar dari temperamen
● Untuk mengetahui cara orangtua dan bayi berinteraksi sosial
● Untuk mengetahui aspek penting dalam perkembangan kepribadian di masa
bayi
● Untuk mengetahui hal yang penting dalam perkembangan sosio-emosional
bayi.
6
BAB II PEMBAHASAN
I. Emotional Development
A. Apakah Emosi Itu?
Emosi adalah perasaan atau pengaruh yang terjadi ketika seseorang berada dalam
sebuah keadaan atau interaksi yang penting baginya, terutama untuk kesejahteraan dirinya.
Dalam banyak hal, emosi mencakup komunikasi seseorang dengan dunia. Meskipun emosi
mencakup lebih dari sekadar komunikasi, pada bayi, hal tersebut merupakan aspek
komunikasi yang berada di garis terdepan emosi (Campos, 2009). Para psikolog
menggolongkan berbagai emosi dalam banyak cara, tetapi hampir semua penggolongan
menunjukkan bahwa emosi bersifat positif dan negatif (Izard, 2009). Emosi-emosi positif
mencakup antusiasme, sukacita, dan cinta. Adapun emosi-emosi negatif mencakup
kecemasan, kemarahan, rasa bersalah, dan kesedihan.
Emosi berperan penting dalam relasi kita (Stern, 2010; Thompson, 2010). Emosi
adalah bahasa pertama yang digunakan oleh orang tua dan bayi untuk berkomunikasi.
Interaksi yang berhubungan dengan emosi adalah seperti, ketika seorang bayi menangis lalu
orang tuanya merespon tangisan tersebut dengan cara menggendongnya, hal tersebut
menjadi dasar bagi perkembangan kasih sayang bayi kepada orang tuanya.
C. Emosi-Emosi Awal
Ahli terkemuka dalam bidang perkembangan emosional bayi, Michael Lewis (2007,
2008) membedakan antara emosi utama (primary emotions) dan emosi kesadaran diri (self-
conscious emotions). Primary emotions adalah emosi-emosi yang ada pada manusia
ataupun binatang lainnya dan muncul pada awal kehidupan, contohnya kegembiraan,
kemarahan, kesedihan, ketakutan, dan terkejut. Emosi-emosi ini muncul pada usia enam
bulan pertama dari perkembangan bayi. Adapun self-conscious emotions adalah emosi yang
7
menuntut kesadaran diri, terutama kesadaran dan perasaan “saya”, contohnya cemburu,
rasa bersalah, rasa bangga, rasa empati, dan rasa malu. Kebanyakan emosi-emosi tersebut
terjadi untuk pertama kali pada beberapa titik di pertengahan tahun pertama hingga tahun
kedua.
Menangis (crying) adalah mekanisme terpenting bagi seorang bayi yang baru lahir
untuk berkomunikasi dengan dunianya. Tangisan pertama membuktikan bahwa paru-paru
bayi dipenuhi dengan udara. Menangis juga memberikan informasi mengenai kesehatan
sistem saraf pusat bayi yang baru lahir. Bahkan bayi yang baru lahir cenderung untuk
merespon dengan tangisan dan ekspresi wajah yang negatif ketika mereka mendengar bayi
yang baru lahir lainnya menangis (Dondi, Simion & Caltran, 1999). Bayi memiliki tiga tipe
menangis, yaitu:
● Tangisan dasar (basic cry): pola ritmik yang biasanya terdiri dari menangis, yang
diikuti dengan keheningan singkat, kemudian teriakan singkat yang lebih tinggi dari
tangisan utama, kemudian istirahat singkat sebelum tangisan selanjutnya. Beberapa
pakar bayi percaya bahwa rasa lapar adalah salah satu kondisi yang memicu tangisan
dasar.
● Tangisan marah (anger cry): variasi dari tangisan dasar di mana lebih banyak udara
yang berlebih dipaksa masuk ke pita suara
● Tangisan kesakitan (pain cry): sebuah teriakan panjang dan keras yang diikuti dengan
menahan napas; tidak ada rintihan awal. Tangisan kesakitan dirangsang oleh stimulus
intensitas tinggi.
8
Kebanyakan orang dewasa dapat menentukan apakah tangisan bayi mengartikan
kemarahan atau rasa sakit (Zeskind, Klein, & Marshall, 1992). Orang tua dapat lebih baik
mengenal tangisan bayi mereka daripada tangisan bayi lain.
Ketakutan (fear), salah satu emosi dari bayi adalah rasa takut yang biasanya muncul
pertama kali pada usia 6 bulan dan memuncak pada usia sekitar 18 bulan. Akan tetapi, bayi
yang mengalami kekerasan dan pengabaian sudah menunjukkan rasa takut sejak usia 3
bulan (Campos, 2005). Para peneliti menemukan bahwa ketakutan bayi berhubungan
dengan rasa bersalah, empati, dan rendahnya agresi pada usia 6 sampai 7 tahun (Rothbart,
2007). Ekspresi ketakutan bayi yang paling sering adalah stranger anxiety. Stranger anxiety
muncul secara bertahap. Pertama kali muncul sekitar usia 6 bulan dalam bentuk
kewaspadaan. Pada usia 9 bulan, ketakutan terhadap orang asing semakin intens, mencapai
9
puncak menjelang akhir tahun pertama kehidupan kemudian menurun setelah itu (Scher &
Harel, 2008)
Tidak semua bayi menunjukkan kesulitan saat bertemu dengan orang asing. Selain
variasi indvidual, apakah bayi menunjukkan strangers anxiety juga tergantung pada konteks
sosial dan kepribadian orang asing tersebut. Siapa orang asing tersebut dan bagaimana
tingkah lakunya juga memengaruhi kecemasan terhadap orang asing pada bayi. Bayi
cenderung lebih tidak takut kepada anak asing daripada orang dewasa asing. Mereka juga
cenderung lebih tidak takut kepada orang asing yang ramah, murah senyum daripada orang
asing yang pasif dan serius (Bretherton Stolberg, Kreye, 1981). Rasa takut pada bayi juga
terjadi saat ia dipisahkan dari pengasuhnya, yang disebut seperation protest, di mana bayi
akan menangis ketika pengasuhnya pergi meninggalkannya.
10
kanak-kanak Mary Ainsworth (1979) dan John Bowlby (1989) menekankan bahwa orang tua
tidak bisa merespon tangisan bayi terlalu sering dalam masa awal kehidupannya. Mereka
percaya bahwa respon yang cepat terhadap tangisan bayi adalah hal yang penting untuk
memperkuat ikatan antara bayi dan pengasuhnya. Salah satu penelitian Ainsworth, bayi
yang di mana ibunya merespon dengan cepat ketika mereka menangis di usia 3 bulan
pertama, di masa selanjutnya, bayi tersebut akan lebih jarang menangis.
Kontroversi masih mencirikan pertanyaan tentang apakah atau bagaimanakah orang
tua harus merespon tangisan bayi (Lewis & Ramsay, 1999). Akan tetapi, para pendukung
perkembangan semakin berpendapat bahwa seorang bayi tidak boleh dimanja pada tahun
pertama kehidupan yang menyiratkan bahwa orang tua harus menenangkan bayi yang
menangis. Reaksi ini hendaknya membantu bayi mengembangkan rasa percaya dan
keterikatan yang aman dengan pengasuh.
II. Temperament
A. Describing and Classifying Temperament
● Chess and Thomas’ Classification
Psikiater Alexander Chess dan Stella Thomas mengidentifikasikan tiga tipe dasar dari
temperamen:
1. Easy Child yang biasanya berada pada mood yang baik, dengan cepat menetapkan
rutinitas teratur di masa bayi, dan mudah beradapsi ke pengalaman baru.
2. Difficult Child yang bereaksi negative dan sering menangis, mempunyai rutinitas
yang tidak teratur, dan lambat untuk menerima perubahan.
3. Slow-to-warm-up Child memiliki level kegiatan yang rendah, agak negative, dan
menunjukkan intensitas mood yang rendah.
Dalam penyelidikan mereka, Chess dan Thomas menemukan bahwa 40% dari anak
anak yang mereka pelajari dapat diklasifikasikan sebagai easy, 10% sebagai difficult, dan
15% slow-to-warm-up. Dan 35% lainnya tidak cocok dengan salah satu dari tiga tipe itu. Para
peneliti menemukan bahwa tiga tipe ini merupakan tipe yang cukup stabil di masa kanak-
kanak. Sebuah penelitian baru-baru ini mengungkapkan bahwa anak-anak dengan tipe
difficult menunjukkan lebih banyak masalah Ketika mereka mencoba tempat penitipan anak
dengan kualitas yang rendah dan lebih sedikit masalah dengan tempat penitipan anak yang
berkualitas tinggi disbanding dengan anak anak dengan tipe temperamen easy.
11
Mary Rothbart dan John Bates berpendapat bahwa luas tiga dimensi dengan jelas
menampilkan apa yang peneliti temukan untuk menggambarkan struktur dari
tempramen : ekstraversi, dampak negatif dan usaha kontrol. Hal yang penting tentang
pengklasifikasian temperamen adalah anak anak tidak boleh dikategorikan ke hanya
satu temperamen.
12
merespons mengabaikan kesusahan anak atau mencoba memaksa anak untuk
"berperilaku".
Dalam satu penelitian pelatihan ekstra untuk ibu dari bayi yang rawan stress
meningkatkan kualitas interaksi ibu-bayi (van den Boom, 1989). Pelatihan tersebut
membuat para ibu mengubah tuntutan mereka terhadap anak, meningkatkan kesesuaian
antara anak dan lingkungan. Untuk membaca lebih lanjut tentang beberapa strategi positif
untuk parenting yang memperhitungkan temperamen anak.
14
C. Independence
Erik Erikson (1968) menekankan kemandirian adalah yang terpenting di tahun kedua
kehidupannya. Erikson menjelaskan bahwa tahap kedua dari perkembangan adalah tahap
kemandirian versus malu dan keraguan. Kemandirian ini membangun mental seorang balita
dan perkembangan kemampuan motoriknya. Pada perkembangan tahap ini para balita tidak
hanya bisa berjalan tetapi mereka juga bisa memanjat membuka dan menutup pintu
menjatuhkan mendorong dan menarik menahan dan melepaskan. Pada tahap ini para balita
bangga dengan prestasi-prestasi baru mereka.
Mereka ingin melakukan semuanya sendiri baik itu menyiram toilet, membuka
bungkusan paket, atau sekadar memutuskan ingin makan apa. Untuk para orang tua dihimbau
agar menyadari apa motivasi dari para balita melakukan apa yang mereka bisa pada waktunya
masing-masing. Mereka mulai mampu belajar untuk mengontrol otot dan impuls atau saraf
mereka. Namun pada saat pengasuh bertindak tidak sabaran dan melakukan sesuatu yang
sebenarnya balita tersebut mampu lakukan, rasa malu dan keraguan cenderung berkembang.
Orang tua cenderung terburu-buru.
Saat orang tua overprotektif terhadap anaknya dan sering mengkritisi kejadian-
kejadian/ kecelakaan (menumpahkan/merusak/membasahi), anak-anak akan cenderung
mengembangkan rasa malu dan ragu atas kemampuan kontrol diri dan dunia mereka. Pada
bab selanjutnya, Erikson menekankan tahap kemandirian versus ragu dan malu ini memiliki
implikasi yang penting dalam pembentukan /perkembangan seorang individu di masa depan.
B. Locomotion
Saat bayi mengembangkan kemampuan untuk merangkak, berjalan, dan berlari,
mereka dapat menjelajahi dan memperluas dunia sosial mereka. Baru saja dikembangkan,
Produksi sendiri ketrampilan locomotor (daya penggerak)memungkinkan bayi untuk secara
mandiri memulai pertukaran sosial lebih sering
D. Social Referencing
Adalah istilah untuk tindakan “membaca” gelagat emosional orang lain untuk
membantu menentukan tindakan yang tepat dalam situasi tertentu. Perkembangan Social
Referencing membantu bayi untuk menafsirkan situasi ambigu lebih akurat, seperti ketika
bertemu orang asing. Di akhir tahun pertama, raut wajah ibu mempengaruhi apakah bayi
akan mengeksplor lingkungan asing. Bayi akan lebih baik dalam Social Referencing di usia 2
tahun, biasanya mereka terlebih dahulu memeriksa ekspresi ibu mereka sebelum bertindak.
16
E. Infant’s Social Sophistication and Insight
Singkatnya para peneliti menemukan bahwa bayi lebih socially sophisticated dan
insightful di usia lebih muda daripada yang sebelumnya dibayangkan. sophisticated dan
insightful terlukis di persepsi bayi terhadap tindakan orang lain yang termotivasi dengan
sengaja dan diarahkan dan motivasi mereka untuk berbagi dan berpartisipasi di kesengajaan
di ulang tahun pertama mereka. Kemajuan lebih dari social cognitive skills bayi kemungkinan
mempengaruhi pengertian dan kesadaran kasih sayang terhadap pengasuh.
17
Stranger situation yaitu sebuah ukuran pengamatan kelekatan bayi dimana bayi
mengalami serangkaian perkenalan, perpisahan, serta reuni dengan pengasuh dan orang
dewasa asing yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Berdasarkan bagaimana respon
bayi pada saat Strange Situation, mereka dibedakan menjadi keterikatan yang berasa aman
dan keterikatan yang berasa tidak aman dengan pengasuh:
● Securely attached babies
Menganggap pengasuh sebagai basis yang aman untuk mengeksplor/menjelajahi
lingkungan. Ketika pengasuh berada di sekitar mereka, bayi yang merasa aman akan
mengeksplor ruangan dan bermain bersama mainan yang berada di tempatnya. Ketika
pengasuh pergi dari ruangan tersebut, bayi mungkin akan sedikit protes, namun pada saat
pengasuh kembali bayi akan membangun kembali interaksi positif dengannya, boleh jadi
dengan tersenyum atau berusaha berada di pangkuannya. Kemudian bayi akan lanjut bermain
dengan mainan-mainan di dalam ruangan.
● Insecure avoidant babies
Menunjukkan rasa tidak amannya dengan menghindari pengasuh. Dalam strange
situation, bayi memilih untuk sedikit berinteraksi dengan pengasuh, tidak merasa tertekan
jika pengasuh meninggalkannya, biasanya tidak memilih membangun kembali kontak jika
pengasuh kembali dan bahkan mungkin berpaling darinya. Apabila kontak/interaksi terjalin,
bayi biasanya bersandar atau berpaling.
● Insecure resistant babies
o Kerap kali manja kepada pengasuh lalu kemudian melawan dari dekat, bisa
saja dengan menendang atau mendorongnya. Dalam strange situation, bayi-
bayi sering menempel pada pengasuh dengan perasaan cemas dan tidak
menjelajahi ruangan. Ketika pengasuh meninggalkannya, mereka akan
menangis dengan kuat dan berusaha mendorong pengasuh apabila pengasuh
berusaha menghibur ketika ia kembali.
● Insecure disorganized babies
o Merupakan bayi yang tidak teratur dan bingung. Dalam strange situation bayi-
bayi ini terlihat linglung, kebingungan, dan merasa takut. Agar dapat
diklasifikasikan sebagai yang tidak teratur, bayi-bayi harus menunjukan pola-
pola penghindaran dan perlawanan yang kuat atau menampilkan perilaku
tertentu, seperti ketakutan yang berlebihan ketika berada di dekat pengasuh.
18
A. Evaluating the Strange Situation
Sebagai pengukur dari kelekatan, strange situation bisa saja terkena bias dari
budaya. Misalnya, bayi-bayi yang berada di Jerman dan Jepang sering menunjukkan pola
kelekatan yang berbeda dengan bayi-bayi di Amerika. Menurut data yang telah tersedia,
bayi-bayi di Jerman lebih cenderung menunjukkan pola kelekatan yang menghindar dan
bayi-bayi di Jepang lebih kecil kemungkinannya untuk menampilkan pola seperti itu
daripada bayi-bayi di Amerika Serikat. Pola menghindar yang terjadi pada bayi-bayi di
Jerman kemungkinan terjadi karena pengasuh mereka mendorong mereka untuk menjadi
mandiri. Walaupun terdapat budaya yang bervariasi pada pengklasifikasian kelekatan bayi,
sejauh ini kategori yang paling sering ditemui dalam setiap budaya adalah kelekatan yang
aman.
B. Reciprocal Socialization
Sosialisasi timbal balik antara orang tua dan anak-anak dipandang sebagai proses satu
arah. Anak-anak dianggap sebagai hasil dari cara sosialisasi orang tua mereka. Akan tetapi,
interaksi orang tua dan anak bersifat timbal balik yaitu sosialisasi yang bersifat dua arah.
Artinya, anak bersosialisasi sama seperti orang tua orang tua mensosialisasikan anak.
Sewaktu sosialisasi timbal balik telah dipelajari sejak masa bayi, saling menatap, atau saling
menatap, memainkan peranan penting dalam interaksi sosial masa awal. Dalam satu
investigasi, sang ibu dan bayi melakukan berbagai perilaku sementara mereka saling
memandang. Sebaliknya, ketika mereka berpaling dari satu sama lain, tingkat perilaku seperti
itu turun drastis. Sebagai kesimpulan, perilaku para ibu dan bayi melibatkan keterkaitan yang
substansial, regulasi timbal blik, dan sinkronisasi.
Sebuah penelitian baru-baru ini mengungkapkan bahwa sinkronisasi orang tua dan
bayi, koordinasi sementara perilaku sosial memainkan peranan penting dalam perkembangan
anak-anak. Dalam penelitian ini, sinkron antara orangtua dan bayi pada usia 3 dan 9 bulan
secara positif dikaitkan dengan pengaturan diri anak-anak dari usia 2 sampai 6 tahun. Salah
satu bentuk penting sosialisasi timbal balik adalah scaffolding, di mana waktu orang tua
interaksi sedemikian rupa sehingga bayi mengalami perubahan arah dengan orang tua.
Scaffolding melibatkan perilaku orang tua yang mendukung upaya anak-anak,
memungkinkan mereka untuk menjadi lebih terampil daripada jika mereka hanya
mengandalkan kemampuan mereka sendiri. Dalam menggunakan scaffolding, pengasuh
menyediakan kerangka kerja yang positif dan timbal balik di mana mereka dan anak-anak
mereka berinteraksi.
1. Cuti melahirkan
Di beberapa negara, cuti sebelum kelahiran adalah kewajiban 6 hingga 10 minggu
setelah kelahiran.
23
2. Cuti sebagai ayah
Ini biasanya lebih singkat daripada cuti melahirkan. Mungkin sangat penting ketika
anak kedua lahir dan anak pertama memerlukan perawatan.
3. Cuti orang tua
Cuti netral gender ini biasanya mengikuti cuti melahirkan dan memungkinkan wanita
atau pria berbagi kebijakan cuti atau memilih yang mana dari mereka yang akan
menggunakannya. Pada tahun 1998, uni eropa menuntut cuti selama tiga bulan
sebagai orang tua.
4. Cuti mengasuh anak
Di beberapa negara, ini merupakan tambahan untuk cuti melahirkan atau variasi untuk
cuti orang tua. Cuti membesarkan anak biasanya lebih lama daripada cuti melahirkan
dan biasanya dibayar pada tingkat yang jauh lebih rendah.
5. Cuti keluarga
Ini mencakup alasan-alasan selain kelahiran bayi yang baru lahir dan dapat
memungkinkan cuti dari pekerjaan untuk mengurus anak yang sakit atau anggota
keluarga lainnya, waktu untuk menemani anak ke sekolah untuk pertama kalinya, atau
waktu untuk mengunjungi sekolah anak.
Eropa memimpin pembuatan standar baru tentang cuti orang tua, uni eropa (ue)
menuntut cuti melahirkan berbayar selama 14 minggu. Amerika serikat saat ini memberikan
cuti tidak dibayar selama 12 minggu untuk merawat bayi yang baru lahir. Kebanyakan negara
membatasi hak tunjangan bagi wanita yang dipekerjakan selama waktu minimum sebelum
persalinan.
Di Denmark, bahkan para ibu yang tidak punya pekerjaan pun berhak untuk
memperpanjang masa cuti orang tua terkait dengan persalinan. Negara-negara Nordic
(Denmark, norwegia, dan swedia) memiliki kebijakan kesetaraan gender dan cuti
keluarga untuk persalinan yang menekankan kontribusi baik wanita maupun pria. Di
jerman, cuti membesarkan anak tersedia bagi hampir semua orang tua.
Oleh karena Amerika Serikat tidak memiliki kebijakan tentang cuti yang berbayar
untuk merawat anak, child care di the United States telah menjadi perhatian nasional. Banyak
faktor mempengaruhi cara asuh anak, termasuk usia anak, jenis penitipan anak, dan kualitas
24
penitipan. Bentuk pengasuhan anak bervariasi secara ekstensif, pengasuhan anak disediakan
di pusat-pusat besar dengan fasilitas yang luas dan di rumah-rumah pribadi. Beberapa pusat
penitipan anak beroperasi secara komersial, yang lainnya adalah pusat nirlaba yang dikelola
oleh gereja, kelompok sipil dan pengusaha. Beberapa pengasuh professional dan yang lainnya
adalah ibu yang ingin mendapatkan uang tambahan.
Kualitas penitipan anak membuat perbedaan. Pengasuh mendorong anak untuk aktif
terlibat dalam berbagai kegiatan, memiliki interaksi positif, termasuk tersenyum, menyentuh,
memegang, dan berbicara pada tingkat anak, menanggapi dengan benar pertanyaan anak atau
meminta, dan mendorong anak-anak untuk berbicara tentang pengalaman, perasaan dan ide-
ide. Pengasuhan anak berkualitas tinggi juga melibatkan penyediaan lingkungan yang aman
bagi anak-anak, akses mainan yang sesuai dengan usia dan partisipasi dalam kegiatan yang
sesuai dengan usia, dan rasio pengasuh-anak yang rendah yang memungkinkan pengasuh
menghabiskan banyak waktu dengan anak-anak secara individu. Anak-anak lebih mungkin
mengalami penitipan yang berkualitas buruk jika mereka berasal dari keluarga dengan sedikit
sumber daya (psikologis, sosial, dan ekonomi).
Banyak peneliti telah meneliti peran kemiskinan dalam kualitas penitipan anak. Satu
studi menemukan bahwa penitipan anak yang ekstensif berbahaya bagi anak-anak dari
keluarga berpenghasilan rendah hanya jika perawatannya berkualitas rendah. Bahkan jika
anak berada di penitipan lebih dari 45 jam seminggu, berarti penitipan berkualitas tinggi
dikaitkan dengan lebih sedikit masalah internalisasi (misalnya kecemasan) dan masalah
eksternalisasi (misalnya perilaku agresif dan merusak). Penelitian baru-baru ini
mengungkapkan bahwa anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah diuntungkan dalam
hal kesiapan sekolah dan perkembangan bahasa ketika orang tua mereka memilih penitipan
yang berkualitas. Untuk mengetahui Apakah anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah
biasanya mendapatkan penitipan berkualitas di penitipan anak serta informasi lain tentang
efek pengasuhan anak, apa strategi yang dapat diikuti orang tua sehubungan dengan
pengasuhan anak child-care expert Kathleen McCartney memberikan nasihat ini:
1. Ketahuilah bahwa kualitas pengasuhan anda adalah faktor kunci perkembangan
dalam diri anak Anda.
2. Pantau perkembangan anak Anda. “Orang tua harus mengamati sendiri apakah
anak-anak mereka tampaknya mengalami masalah perilaku. " Mereka perlu berbicara dengan
pengasuh anaknya dan dokter anak tentang tingkah laku anak mereka.
3. Luangkan waktu untuk menemukan penitipan anak terbaik. Amati perbedaan
fasilitas penitipan anak dan pastikan anda menyukainya. “Penitipan anak yang berkualitas
25
membutuhkan uang, dan tidak semua orang tua mampu mengasuh anak sesuai yang mereka
inginkan. Namun, subsidi negara dan program lain seperti Head Start, tersedia untuk keluarga
yang sedang membutuhkan"
ANALISIS VIDEO
26
Anak mulai mencari rasa nyaman pada orang sekitarnya dan anak juga sudah mampu
mengenali dirinya pada pantulan cermin
● 10 bulan :
Anak mulai menunjukan emosi secara lebih ekstrim, misalnya perubahan emosi
senang menjadi sedih. Pada masa ini anak juga mulai menunjukkan rasa ingin tahu
terhadap hal-hal yang menarik baginya.
● 11 bulan :
Pada tahap ini, perbedaan antar-emosi yang ditunjukkan anak sudah lebih jelas. Anak
juga sudah mulai dapat makan sendiri disini.
27
BAB III PENUTUP
I. Kesimpulan
● Emosi adalah perasaan atau pengaruh yang terjadi ketika seseorang berada dalam
sebuah keadaan atau interaksi yang penting baginya, terutama untuk kesejahteraan
dirinya.
● Bayi memiliki tiga bentuk emosi yang menjadi alat komunikasi mereka yaitu,
menangis, tersenyum, dan rasa takut. Menangis menjadi mekanisme terpenting
seorang bayi yang baru lahir untuk berkomunikasi dengan dunianya.
● Menurut Chess dan Thomas, temperamen dibagi menjadi tiga yaitu, yang pertama
adalah easy child, memiliki mood yang baik dan mudah beradaptasi dengan hal
baru. Yang kedua adalah difficult child, memiliki mood tidak baik, sering
menangis, dan lambat beradaptasi. Yang ketiga adalah slow-to-warm-up, memiliki
intensitas mood yang rendah.
● Pembentukan kepribadian sangat dipengaruhi oleh emosi dan perangai/watak.
Emosi dan watak yang pada akhirnya membentuk kepribadian ini berkembang
sejak seorang individu bayi.
● Face-to-face play sering dimulai untuk menggambarkan interaksi antara bayi dan
pengasuh di usia 2 sampai 3 bulan. Fokus dari Face-to-face play adalah
vocalizatin, touch, dan gesture.
● Attachment (kelekatan) antara pengasuh/ibu dengan bayi merupakan hal yang
sangat penting bagi perkembangan sosio-emosional anak di kemudian hari.
● Sosialisasi timbal balik antara orang tua dan anak-anak dipandang sebagai proses
satu arah. Akan tetapi, interaksi orang tua dan anak bersifat timbal balik yaitu
sosialisasi yang bersifat dua arah. Anak-anak dianggap sebagai hasil dari cara
sosialisasi orang tua mereka. Salah satu bentuk penting sosialisasi timbal balik
adalah Scaffolding, di mana waktu orang tua interaksi sedemikian rupa sehingga
bayi mengalami perubahan arah dengan orang tua.
II. Saran
Sebagai orang tua, sudah menjadi tugas mereka untuk menjaga dan merawat
anak mereka. Terlebih dari pada itu, orang tua juga mengenal sosio-emosional anak,
28
mengetahui kepribadian anak. Hendaknya untuk tidak terlalu memaksakan sesuatu hal
yang secara umur belum matang untuk melewati hal-hal tersebut. Sesuaikan perilaku
orang tua dengan umur anak agar anak dapat berkembang dengan baik. Selain itu,
sebagai orang tua jangan terlalu overprotektif anak ketika ia mau mengeksplor
dunianya, seperti memarahi saat bermain kotor, menjatuhkan benda, bermain hujan,
dan sebagainya. Jika hal tersebut terus dilakukan, anak-anak akan mengembangkan
sikap pemalu dan cenderung ragu untuk memulai suatu hal.
III. Lampiran
29
Annisa
Larasa
1 ti
20130
Arga
Paulina
1080
Simanju
2 ntak
Ayu
2013010
Valerie
81
3 Ivana
Bella
20130
Kristine
1083
4 Sitangg
ang
Bintang
201301
Belen
084
Simatup
5 Chintya
ang
Claudy
201301
a
085
6 Siringor
ingo
201301
086
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
DAFTAR PUSTAKA
Santrock, J. W. (2010). Life Span Development (13th ed.). McGraw-Hill Education.
49