Anda di halaman 1dari 86

MATERI 'KEPASKIBRAAN' SEMUA ADA DI SINI

Begitu banyaknya permintaan dari sahabat netters tentang materi baris berbaris melalui email,
saya terpanggil untuk merapikan kumpulan materi yang terlihat berserakan di tumpukan rak
buku koleksi pribadi. Kumpulan materi ini saya ambil dari beragam sumber bacaan di
tambah dengan pengalaman pribadi yang saya alami sendiri semasa mengikuti pembinaan
KEPASKIBRAAN/ KEPASKIBRAKAAN (Capaska 99) hingga akhirnya sampai detik ini
saya masih berusaha konsen melakukan syiar syiar yang berbau 'HADAP KANAN

dan HADAP KIRI' heheheee... Berikut saya sajikan untuk para 'sahabat sekalian :

Baris berbaris memegang peranan penting dalam palaksanaan pengibaran Bendera Sang
Merah Putih. Derap langkah yang tegas dan kompak akan sangat mempengaruhi jiwa dan
semangat Paskibraka untuk melaksanakan tugas. Kekompakan anggota Paskibraka tercermin
dari sikap disiplin dalam melaksanakan baris berbaris dan membentuk formasi.

Þ Peraturan Baris Berbaris.


Þ Peraturan baris berbaris diseluruh Indonesia hanya mengacu pada Peraturan Baris
Berbaris Militer yang terdapat dalam Buku Peraturan tentang Baris Berbaris Angkatan
Bersenjata. Buku ini disahkan oleh Surat Keputusan Pangab dan peraturan yang terakhir
adalah Skep Pangab nomor : Skep/611/X/1985 tanggal 8 Oktober, tetapi tahun 1992 ada
perubahan pada Skep tersebut pada tempo langkah biasa dan langkah tegap dari 96 langkah
tiap menit menjadi 120 langkah tiap menit.

Þ Di dalam peraturan ini dibagi dalam 2 bagian yaitu baris berbaris dengan menggunakan
senjata dan baris berbaris tanpa senjata. Peraturan baris berbaris militer tersebut diterapkan
disemua kegiatan baris berbaris, sehingga dalam latihan Paskibraka harus mengacu pada
peraturan baris berbaris tanpa senjata yang berlaku dan tidak boleh menerapkan aturan-aturan
sendiri.

Þ Pelatih.
Þ Karena yang mengeluarkan peraturan baris berbaris adalah militer maka dengan dasar itu
pelatih Paskibraka diambil dari instansi militer karena dianggap lebih memahami peraturan
tersebut dan dapat memberikan ilmu baris berbaris sesuai peraturan yang berlaku. Didalam
perkembangannya pelatih disekolah banyak yang melibatkan para purna paskibraka untuk
melatih baris berbaris, namun harus dipahami bahwa siapapun yang memberikan latihan baris
berbaris baik dari unsur militer maupun sipil/purna paskibraka semuanya harus berpedoman
pada Peraturan Baris Berbaris yang berlaku.

Þ Kewajiban Pelatih.
Þ Keberhasilan latihan baris berbaris sangat tergantung pada kualitas dan kesanggupan
seorang pelatih. Pelatih yang melatih hanya karena tugas tidak akan bisa mencapai hasil yang
sempurna. Pelatih baris berbaris harus mempunyai kemampuan ilmu melatih sesuai peraturan
peraturan yang berlaku dan kemampuan psikologis untuk mengerti kemampuan anak
didiknya. Pelatih yang berkualitas harus mempunyai dasar-dasar melatih dan mempersiapkan
segala sesuatunya dengan sebaik-baiknya antara lain :
Þ Perasaan kasih sayang,
Þ Pelatih harus dapat merasakan apa yang dirasakan oleh anak didiknya.

Þ Persiapan
Þ Persiapan yang baik akan menentukan keberhasilan latihan. Pelatih harus mempersiapkan
program apa yang akan dilatihkan, pembagian waktu, alat –alat yang diperlukan, tempat dan
lain sebagainya.

Þ Mengenal tingkatan anak didik.


Þ Kemampuan setiap anak didik berbeda-beda dalam menyerap materi latihan yang
diberikan, oleh sebab itu pelatih harus dapat memahami kemampuan setiap anak didiknya
dan memberikan metode latihan sesuai yang dibutuhkan sehingga pada akhirnya dapat
dicapai suatu hasil yang optimal.

Þ Tidak sombong
Þ Keahlian dan kepandaian melatih bukanlah hal yang harus disombongkan atau hanya
dipamerkan, melainkan wajib diamalkan dan diberikan kepada anak didiknya dengan
kesabaran dan ketelatenan.

Þ Adil
Þ Pelatih harus dapat memberikan keseimbangan saat latihan dalam segala hal dengan cara
memberikan pujian atau teguran tanpa membeda-bedakan satu dengan lainnya.

Þ Teliti
Þ Pelatih harus cermat dalam melaksanakan ketentuan-ketentuan sesuai dengan aturan yang
berlaku. Gerakan setiap anak didiknya harus selalu diperhatikan sehingga dapat menerapkan
gerakan sesuai dengan aturan yang benar.

Þ Sederhana
Þ Dalam memberikan penjelasan setiap gerakan pelatih harus mempergunakan bahasa dan
kalimat yang sederhana sehingga mudah dipahami oelh setiap anak didik.

Þ Teladan
Þ Pelatih sebaiknya banyak memberikan dengan contoh-contoh gerakan, memberikan
teladan dan selalu mengoreksi setiap anak didiknya sehingga mereka dapat melakukan
gerakan dengan baik dan benar. Jika dilapangan pelatih sebaiknya tidak usah terlalu banyak
bercerita atau memberikan pengarahan-pengarahan yang tidak perlu sebab yang diperlukan
adalah pengulangan latihan-latihan setiap gerakan sehingga anak didik benar-benar
memahami setiap gerakan dan dapat melaksanan dengan benar.

Þ Perbandingan pelatih
Þ Untuk latihan baris berbaris maka kualitas dan kemampuan pelatih sangat menentukan
ratio pelatih dan anak didik. Untuk latihan baris berbaris maka ratio 1 : 15 atau 1 : 20 adalah
ratio yang ideal, kalau terlalu banyak pelatih akan membuat anak didik menjadi bingung.
Dalam melatih harus ditunjuk 1 orang pelatih yang akan mengatur pembagian-pembagian
kelompok kecil, pemberian aba-aba gerakan dan lain sebagainya.

Þ Program latihan
Þ Tahap latihan baris berbaris adalah sebagi berikut :
Þ Gerakan ditempat.
Þ Gerakan baris berbaris yang dilakukan ditempat misal : Sikap siap, istirahat, hormat,
lencang kanan, jalan ditempat dan lain sebagainya. Gerakan ditempat adalah kunci sukses
dalam latihan baris berabris. Dalam latihan awal ini ketegasan pelatih mutlak diperlukan,
karena jika anak didik sudah terbiasa dengan aba-aba dan gerakan yang tegas serta kompak
maka dalam latihan pindah tempat dan berjalan akan menjadi mudah, karena secara emosi
mereka sudah mulai terarah pada gerakan-gerakan selanjutnya.

Þ Gerakan pindah tempat


Þ Gerakan baris berbaris dengan pindah tempat tanpa melakukan gerakan berjalan, misal : 2
langkah kedepan/kebelakang, geser ke kekiri/kanan dan lain sebagainya

Þ Gerakan berjalan.
Þ Dalam latihan berjalan maka tahap latihan sebaiknya dibagi dalam kelompok-kelompok
kecil antar 10 – 15 orang per kelompok karena akan lebih mudah untuk memperhatikan dan
mengoreksi gerakan setiap anggota, setelah anggota pasukan dianggap mampu baru digabung
menjadi kelompok yang besar.

Þ Langkah Biasa
Þ Yaitu membiasakan peserta untuk melakukan gerakan-gerakan langkah biasa, hal ini
juga dimaksudkan agar dapat diberikan dasar-dasar penyeragaman langkah.

Þ Langkah Tegap
Þ Gerakan langkah tegap akan gerakan baris berbaris dengan sikap yang tegap baik ayunan
tangan dan kaki, termasuk hentakan kaki sehingga dapat menimbulkan irama yang tegap,
kompak dan mantap.
o Dalam langkah tegap kekompakan dan keseragaman ayunan tangan harus benar-benar
diperhatikan karena ayunan tangan akan menunjukkan keindahan dalam dalam berbaris.

Þ Latihan tempo melangkah.


Þ Saat latihan baris berbaris yang harus diperhatikan adalah tempo langkah baris berbaris
dan kekompakan untuk melaksanakan sesuai peraturan tempo yang berlaku.
Þ Untuk latihan tempo berjalan maka para pelatih dapat menggunakan tape recorder dan
memutar lagu-lagu mars sesuai dengan tempo yang berlaku. Saat ini tempo langkah baris
berbaris yang berlaku adalah 120 langkah per menit dengan panjang langkah 65 cm.
Þ Berbaris sambil diiringi lagu-lagu mars akan membuat semua anggota pasukan lebih
mudah menyeragamkan langkah sesuai dengan tempo lagu yang diputar.

Þ Dalam latihan tempo dapat dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan masing-masing
kelompok bergantian melakukan gerakan kombinasi jalan ditempat dan langkah biasa atau
langkah tegap. Dengan latihan kombinasi ini akan mempermudah saat melakukan formasi
pengibaran bendera, karena saat melakukan formasi biasanya gerakan jalan ditempat dan
langkah tegap akan saling mengisi sehingga tempo langkah setiap anggota harus sama dan
kompak

Þ Pujian dan Hukuman


Dalam latihan baris berbaris kadang-kadang ada anggota yang melakukan gerakan-gerakan
yang sangat kompak dan bagus dalam melakukan gerakan. Pelatih yang baik akan selalu jeli
terhadap semua gerakan anak didiknya,dan disaat istirahat maka pelatih sebaiknya tidak
segan-segan untuk memberikan pujian. Tetapi apabila ada anggota pasukan yang melakukan
kesalahan-kesalahan dalam melakukan baris berbaris maka pelatih dalam memberikan
hukuman harus jelas arahnya agar kejadian tersebut tidak terulang lagi. Hukuman sebaiknya
tidak berupa hukuman phisik yang dilakukan secara langsung misal push up, squat jam dan
lain-lainnya, karena :

Hukuman seperti ini tidak akan berdampak positip bagi anggota karena merugikan kondisi
phisik anggota yang terbuang tenaganya sebab harus menjalani hukuman
Membuang waktu karena ada anggota yang dihukum sehingga anggota yang lain tidak dapat
meneruskan latihan.
Hukuman yang dilakukan sebaiknya bersifat mendidik dan membuat anggota yang
melakukan kesalahan benar-benar merasakan bahwa akibat kesalahan yang dilakukan akan
merugikan anggota yang lain.

Jika ada anggota yang sering melakukan kesalahan maka anggota yang bersangkutan dipisah
dan secara individual diberikan arahan dan dikoreksi gerakan-gerakannya. Jika kesalahan
dilakukan saat melakukan gerakan ditempat maka dapat diberi hukuman dengan melakukan
gerakan-gerakan yang salah sebanyak 10 kali, dengan cara seperti ini selain akan
meningkatkan kemampuan anak didik juga sebagai bentuk latihan khusus sehingga anggota
tersebut dapat lebih memahami kekurangannya dan memperbaiki dengan cepat, sedang
manfaat pelatih dengan memberi hukuman seperti itu maka akan meningkatkan kemampuan
anggotanya secara cepat tanpa merugikan yang lain.

Jika kesalahan dilakukan saat latihan berjalan maka secara personal anggota tersebut dapat
diperintah untuk melakukan langkah tegap secara sendiri/ personal. Dengan cara ini palatih
dapat memperhatikan kemampuan secara individu, sedang bagi anggota yang melakukan
baris berbaris sendiri akan menimbulkan perasaan malu karena telah melakukan kesalahan
dan pasti dia akan berusaha untuk tidak mengulanginya lagi.

Hukuman-hukuman yang berupa push up, squat jam atau hukuman phisik lainnya sudah
saatnya ditinggalkan karena hanya akan merugikan peserta latihan secara keseluruhan dan
bersifat kurang mendidik. Jika ada yang beralasan kalau hukuman tersebut untuk
meningkatkan kondisi phisik, maka pelatih yang mengatakan hal tersebut harus
meningkatkan pemahaman tentang latihan baris berbaris yang benar,sebab saat sudah masuk
latihan baris berbaris Paskibraka kondisi phisik peserta harus baik dan peningkatan kondisi
phisik secara instant akan membuat peserta kurang sehat sehingga tidak dapat berprestasi
dengan optimal.

Dikutip dari SK PANGAB 611/X/1985


Tretanggal 08 Oktober
BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
PENGERTIAN

Baris-berbaris adalah suatu wujud latihan fisik, diperlukan guna menanamkan


kebiasaan dalam tata cara hidup Angkatan Bersenjata/masyarakat yang diarahkan
kepada terbentuknya suatu perwatakan tertentu.
Pasal 2
MAKSUD DAN TUJUAN

1. Guna menumbuhkan sikap jasmani yang tegap dan tangkas, rasa persatuan,
disiplin, sehingga dengan demikian senantiasa dapat mengutamakan
kepentingan tugas di atas kepentingan individu dan secara tidak langsung juga
menanamkan rasa tanggung jawab.

2. Yang dimaksud dengan menumbuhkan sikap jasmani yang tegap dan tangkas
adalah mengarahkan pertumbuhan tubuh yang diperlukan oleh tugas pokok
tersebut dengan sempurna.
3. Yang dimaksud dengan rasa persatuan adalah rasa senasib dan sepenanggungan serta
ikatan batin yang sangat diperlukan dalam menjalankan tugas.
4. Yang dimaksud dengan disiplin adalah mengutamakan kepentingan tugas diatas individu
yang hakikatnya tidak lain dari pada keikhlasan menyisihkan pilihan hati sendiri.
5. Yang dimaksud dengan rasa tanggung jawab adalah keberanian untuk bertindak yang
mengandung risiko terhadap dirinya tetapi menguntungkan tugas atau sebaliknya tidak
mudah melakukan tindakan yang akan dapat merugikan kesatuan.

Pasal 3
Ketentuan Khusus

1. Para pimpinan wajib mengetahui adanya, mengenal kegunaannya, serta


senantiasa menegakkan peraturan tersebut.
2. Para pembantu pimpinan (kader) wajib paham isinya, mau mengerjakannya, dan
mampu melatihnya.
3. Semua warga Angkatan Bersenjata baik Perwira, Bintara atau Tamtama wajib
melaksanakan secara tertib (tepat) serta dilarang mengubah, menambah atau
mengurangi apa yang tertera dalam peraturan baris-berbaris ini.

Pasal 4
KEWAJIBAN PELATIH
1. Terwujud atau tidaknya maksud dan tujuan peraturan ini sangat tergantung
kepada mutu serta kesanggupan seorang pelatih. Pelatih yang melaksanakannya hanya karena
tugas tidak akan mencapai hasil yang diharapkan.
2. Hasil yang baik akan dapat diperoleh dengan memperhatikan pokok-pokok
sebagai berikut:

a. Rasa kasih sayang


Seorang pelatih seharusnya dapat merasakan apa yang dirasakan oleh anak didik.
b. Persiapan
Persiapan yang baik adalah jaminan berhasilnya latihan yang dikehendaki,
oleh karena itu pelatih harus mengadakan persiapan terlebih dahulu
mengenai apa yang akan dilatih, pembagian waktu, alat-alat, tempat dan
sebagainya.
c. Mengenal tingkatan anak didik
Tiap tingkatan kemampuan seseorang/kelas membutuhkan metode melatih tersendiri, oleh
karena sebelum seorang pelatih memilih sesuau metode, ia terlebih dahulu menilainya.
d. Tidak sombong
Keahlian dan kepandaian bukanlah hal-hal yang patut dipamerkan,
melainkan wajib diamalkan yang berarti dibimbingkan, dituntunkan,
sehingga dapat dimiliki oleh anak didik.
e. Adil
Selalu dapat memelihara adanya keseimbangan dalam segala hal dengan
cara memberikan pujian atau teguran pada tempatnya tanpa membeda-
bedakan satu dengan lainnya.
f. Teliti
Teliti mengandung arti selalu mengusahakan pelaksanaan ketentuan-
ketentuan sesuai dengan semestinya, sebaliknya tidak puas dengan
pelaksanaan yang setengah-setengah.
g. Sederhana
Untuk tidak mempesulit anak didik perlu diusahakan kalimat maupun kata-
kata yang mudah dimengerti. Pelatih bertindak seperlunya sesuai dengan
apa yang dituntutnya.

3. Perhatian khusus bahwa dengan latihan (drill) dimaksud untuk mencapai


kebiasaan atau kepahaman bertindak bukan untuk mengetahui saja. Oleh
karenanya hendaklah selalu diperhatikan jangan terlalu bercerita, melainkan
teladan, mencoba, mengoreksi, mengulangi sehingga paham mengerjakannya.
catatan:
a. Guna mencegah terganggunya/rusaknya suasana pada saat-saat banyak
memberikan aba-aba dan untuk membiasakan suara yang diperlukan dalam
memberikan aba-aba, maka para komandan/pemimpin pasukan agar diberi
latihan teratur (tiap hari).

b. Khusus dalam melatih sikap sempurna, pelatih agar memberikan


perhatian/mengawasi ketentuan mengenai pandangan mata.
c. Banyak melatih barisan dalam bentuk saf maju jalan untuk membiasakan pada waktu defile
dan parade.

Pasal 5
ABA-ABA
1. Pengertian
Aba-aba adalah perintah yang diberikan oleh seorang komandan/pimpinan
pasukan kepada pasukan/barisan untuk dilaksanakan pada waktunya secara
serentak atau berturut-turut.
2. Macam aba-aba
Aba-aba terdiri atas 3 bagian dengan urutan:
a. Aba-aba petunjuk
Aba-aba petunjuk dipergunakan jika perlu untuk menegaskan maksud dari
aba-aba peringatan/pelaksanaan.

contoh:
1. Untuk perhatian – Istirahat di tempat = GERAK
2. Untuk istirahat – Bubar = JALAN
3. Jika aba-aba ditujukan khusus terhadap salah satu bagian dari keutuhan
pasukan: Pleton II – Siap = GERAK
4. Selanjutnya lihat baris-berbaris kompi
5. Kecuali di dalam upacara: aba-aba petunjuk pada penyampaian

penghormatan terhadap seseorang, cukup menyebutkan jabatan orang


yang diberi hormat tanpa menyebutkan eselon satuan yang lebih tinggi
contoh:
a. Kepada kepala sekolah – Hormat = GERAK
b. Kepada kepala kantor wilayah – Hormat = GERAK

b. Aba-aba peringatan
Aba-aba peringatan adalah inti dari perintah yang cukup jelas untuk dapat
dilaksanakan tanpa ragu-ragu.
Contoh:
1. Lencang kanan = GERAK dan bukan LENCANG = KANAN
2. Istirahat di tempat = GERAK dan bukan Di tempat = ISRIRAHAT

Aba-aba pelaksanaan
Aba-aba pelaksanaan adalah ketegasan mengenai saat untuk melaksanakan
aba-aba petunjuk/peringatan dengan cara serentak atau berturut-turut.
Aba-aba pelaksanaan yang dipakai adalah:
1. GERAK
2. JALAN
3. MULAI
GERAK : adalah untuk gerakan-gerakan tanpa meninggalkan tempat yang
menggunakan kaki dan gerakan-gerakan yang memakai anggota tubuhlain, baik dalam
keadaan berjalan maupun berhenti.

contoh: 1. Jalan di tempat = GERAK


2. Siap = GERAK
3. Hormat kanan = GERAK
4. Hormat = GERAK

JALAN : adalah untuk gerakan-gerakan kaki yang dilakukan dengan


meninggalkan tempat.

contoh: 1. Haluan kanan/kiri = JALAN


2. Dua langkah ke depan = JALAN
3. Tiga langkah ke kiri = JALAN
4. Satu langkah ke belakang = JALAN
catatan:
Apabila gerakan meninggalkan tempat itu tidak dibatasi jaraknya, maka aba-aba
pelaksanaan harus didahului dengan aba-aba peringatan: MAJU

contoh: 1. Maju = JALAN


2. Haluan kanan/kiri Maju = JALAN
3. Melintang kanan/kiri Maju = JALAN

MULAI: adalah untuk dipakai pada pelaksanaan perintah yang harus dikerjakan
berturut-turut.
contoh: 1. Hitung = MULAI
2. Berbanjar/Bersaf Kumpul = MULAI
3. Cara menulis aba-aba:
a. Aba-aba petunjuk dimulai dengan huruf besar dan ditulis seterusnya dengan
huruf kecil, atau semuanya huruf besar.
b. Aba-aba peringatan dimulai dengan huruf besar dan ditulis seterusnya
dengan huruf kecil yang satu dengan yang lainnya agak jarang, atau
semuanya huruf besar.
c. Aba-aba pelaksanaan ditulis seluruhnya dengan huruf besar.
d. Semua aba-aba ditulis lengkap, walaupun ucapannya dapat dipersingkat.
e. Diantara aba-aba petunjuk dan aba-aba peringatan terdapat garis
penyambung/koma, antara aba-aba peringatan dan aba-aba pelaksanaan
terdapat dua garis bersusun/koma.

4. Cara memberi aba-aba:

a. Waktu memberi aba-aba, pemberi aba-aba pada dasarnya harus berdiri


dalam keadaan sikap sempurna dan menghadap pasukan.
b. Apabila aba-aba yang diberikan itu berlaku juga untuk si pemberi aba-aba,
makapadasaat memberikan aba-aba tidak menhadap pasukan.

contoh :Waktu pemimpin upacara memberi aba-aba penghormatan kepada Pembina upacara :
Hormat = GERAK. Pelaksanaan : Pada waktu memberi aba-aba pemimpin upacara/Danup
menghadap ke arah pembina upacara/Irup sambil melakukan gerakan penghormatan
bersama-sama dengan pasukan. Setelah penghormatan selesai dijawab/dibalas oleh pembina
upacara/Irup maka dalam sikap “sedang memberi hormat” Pemimpin upacara/Danup
memberikan aba-aba : Tegak = GERAK dan setelah aba-aba itu pemimpin upacara/Danup
bersama-sama pasukan kembali ke sikap sempurna.

c. Dalam rangka menyiapkan pasukan pada saat Pembina upacara/Irup memasuki lapangan
upacara dan setelah amanat pembina upacara/Irup selesai,Pemimpin upacara/Danup tidak
menghadap pasukan.
d. Pada taraf permulaan latihan aba-aba yang ditujukan kepada pasukan yang sedang berjalan
atau berlari, aba-aba pelaksanaannya selalu harus diberikan bertepatan dengan jatuhnya salah
satu kaki tertentu yang pelaksanaan geraknya dilakukan dengan tambahan 1 langkah pada
waktu berjalan dan 3 langkah pada waktu berlari.
e. Sedang pada taraf lanjutan, aba-aba pelaksanaan dapat diberikan bertepatan dengan
jatuhnya kaki yang berlawanan yang pelaksanaan gerakannya dilakukan dengan tambahan 2
langkah pada waktu berjalan dan 4 langkah pada waktu berlari, kenudian berhenti atau maju
dengan merubah bentuk dan arah pada pasukan.
f. Semua aba-aba diucapkan dengan suara nyaring, tegas, dan bersemangat.
g. Pemberian aba-aba petunjuk yang dirangkaikan dengan aba-aba peringatan
dan pelaksanaan, pengucapannya tidak diberi nada.
h. Pemberian aba-aba peringatan wajib diberi nada pada suku kata pertama
dan terakhir. Nada suku kata terakhir diucapkan lebih panjang menurut
besar-kecilnya pasukan. Aba-aba pelaksanaan senantiasa diucapkan dengan
cara yang di”hentakkan”.
i. Waktu pemberi aba-aba peringatan dan pelaksanaan diperpanjang sesuai
besar-kecilnya pasukan dan/atau tingkatan perhatian pasukan (konsentrasi
pasukan). Dilarang memberi keterangan-keterangan lain di sela-sela aba-
aba pelaksanaan.
j. Bila ada suatu bagian aba-aba diperlukan, maka dikeluarkan perintah
“ulangi”

Contoh :
Kepada pemimpin upacara = ulangi Kepada pembina upacara – Hormat =GERAK. Gerakan
yang tidak termasuk aba-aba tetapi yang harus dijalankan pula, dapat diberikan petunjuk-
petunjuk sengan suara nyaring, tegas, dan
bersemangat. Biasanya dipakai pada waktu di lapangan, seperti: MAJU,
IKUT, BERHENTI, LURUSKAN, LURUS

Pasal 6
CARA MELATIH BERHIMPUN
1. Apabila seorang pelatih/komandan ingin mengumpulkan anggota bawahannya
secara bebas, maka pelatih/komandan/pemimpin memberi aba-aba:
Berhimpun = MULAI
2. Pelaksanaan:
a. Pada waktu aba-aba peringatan seluruh anggota mengambil sikap sempurna dan
menghadap kepada yang memberi aba-aba.
b. Pada aba-aba pelaksanaan seluruh anggota mengambil sikap lari,
selanjutnya lari menuju ke depan pelatih/komandan.pemimpin, di mana ia
berada dengan jarak 3 langkah.
c. Pada waktu datang di depan pelatih/komandan/ pemimpin, mengambil
sikap sempurna, kemudian mengambil sikap istirahat.
d. Setelah aba-aba selesai, seluruh anggota mengambil sikap sempurna, balik
kanan selanjutnya menuju tempat masing-masing.
e. Pada saat datang di depan pelatih/komandan/ pemimpin, serta kembali,
tidak menyampaikan penghormatan.

3. Yang dimaksud dengan berhimpun adalah semua anggota datang si depan


komandan/pemimin dengan berdiri bebas, dengan jarak tiga langkah (lihat
gambar).
O
OOO
OOOO
OOOO
O+O
O
3 Langkah

Catatan: Bentuknya mengikat, hanya jumlah saf tidak mengikat

Pasal 7
CARA MELATIH BERKUMPUL

1. Komandan/pelatih/pemimpin menunjuk seorang anggota untuk berdiri kurang lebih 4


langkah di depannya, orang ini dinamakan penjuru.
2. Komandan/pelatih/pemimpin memberikan perintah: Sdr. Hartono sebagai
penjuru (bila penjuru bernama Hartono).
3. Penjuru mengambil sikap sempurna dan menghadap penuh kepada yang
memberi perintah, selanjutnya mengulangi perintah sebagai berikut: “Siap
Hartono sebagai penjuru”.
4. Penjuru mengambil sikap untuk lari menuju tempat komandan /pelatih/ pemimpin yang
memberi perintah.
5. Apabila bersenjata, mengambil sikap depan senjata kemudian lari menuju
tempat komandan/pelatih/ pemimpin yang memberi perintah, langsung pundak
kiri senjata.
6. Pada waktu aba-aba peringatan “Bersaf/Berbanjar Kumpul” maka anggota lain mengambil
sikap sempurna dan menghadap penuh pada komandan/
pelatih/pemimpin.
7. Pada aba-aba pelaksanaan anggota lainnya dengan serentak mengambil sikap lari,
selanjutnya penjuru memberi isyarat “LURUSKAN”, anggota secara berturut-turut
meluruskan diri.
8. Bila bersenjata, mengambil sikap depan senjata kemudian lari menuju di
samping kiri/belakang penjuru dan berturut-turut meluruskan diri.
9. Cara meluruskan diri ke samping (bila bersaf) sebagai berikut: Meluruskan lengan ke
samping dengan tangan kanan digenggam, punggung tanganmenghadap ke atas, kepala
dipalingkan ke kanan dan meluruskan diri, hingga dapat melihat dada orang-orang yang di
sebelah kanannya. Penjuru yang ditunjuk pada waktu berkumpul melihat ke kiri, setelah
barisan terlihat lurus maka penjuru memberikan isyarat dengan perkataan “LURUS”. Pada
isyarat ini penjuru melihat ke depan serta yang lain serentak menurunkan lengan kanan,
melihat ke depan dan kembali ke sikap sempurna. Bila bersenjata, maka senjata di pundak
kiri dan ditegakkan serentak.
10. Cara meluruskan diri ke depan (bila berbanjar) sebagai berikut: Meluruskan
lengan kanannya ke depan, tangan digenggam, punggung tangan menghadap keatas dan
mengambil jarak satu lengan ditambah dua kepal dari orang yang ada di depannya dan
meluruskan diri ke depan. Setelah orang yang paling belakang banjar kanan melihat
barisannya sudah lurus, maka ia memberikan isyarat dengan mengucapkan “LURUS”, pada
isyarat ini serentak menurunka lengan kanan dan kembali ke sikap sempurna.
11. Apabila bersenjata, maka setelah menegakkan tangan kanannya kemudian
dengan serentak tegak senjata.
Catatan : Bila lebih dari 9 orang selalu berkumpul dalam bersaf tiga atau berbanjar tiga, kalau
kurang dari 9 orang menjadi bersaf/berbanjar satu. Meluruskan ke depan hanya digunakan
dalam bentukberbanjar.
12. Penunjukkan penjuru tidak berdasarkan kepangkatan.

Pasal 8
CARA MELATIH MENINGGALKAN BARISAN

1. Apabila pelatih memberikan perintah kepada seseorang dari barisannya,terlebih dahulu ia


memanggil orang itu ke luar barisan dan memberikan perintahnya apabila orang tersebut
telah berdiri dalam sikap sempurna. Orang yang menerima perintah ini harus mengulangi
perintah tersebut sebelum melaksanakannya dan mengerjakan perintah itu dengan
bersemangat.

Tata cara keluar barisan:


a. Bila keluar bersaf:
1) Untuk saf depan, tidak perlu balik, tetapi langsung menuju arah yang
memanggil.
2) Untuk saf tengah dan belakang, balik kanan kemudian melalui saf paling
belakang selanjutnya memilih jalan yang terdekat menuju arah yang
memanggil.
3) Bagi orang yang berada di ujung kanan maupun kiri, tanpa balik kanan
langsung menuju arah yang memanggil (termasuk saf 2 dan 3).

b. Bila pasukan berbanjar:


1) Untuk saf depan tidak perlu balik kanan, langsung menuju arah yang
memanggil.
2) Untuk saf tengah dan belakang, balik kanan kemudian melalui saf paling
belakang selanjutnya memilih jalan yang terdekat menuju arah yang
memanggil.

c. Cara menyampaikan laporan dan penghormatan apabila anggota dipanggil


sedang dalam barisan sebagai berikut:
1) Komandan/pelatih/pemimpin memanggil: “Ahmad tampil ke depan”
setelah selesai dipanggil orang yang dipanggil tersebut mengucapkan
kata-kata “Siap Ahmad Tampil ke depan”, kemudian keluar barisan
sesuai dengan tata cara keluar barisan.
2) KemudianmenghormatsesuaiPPM,setelahselesai
menghormatmengucapkan kata-kata: “Lapor, siap menghadap”.
Selanjutnya menunggu perintah.
3) Setelah mendapat perintah/petunjuk, mengulangi perintah tersebut.
Contoh:
“Berikan aba-aba di tempat”. Selanjutnya melaksanakan
perintahyangdiberikanolehkomandan/pelatih/pemimpin
(memberikan aba-aba di tempat).
4) Setelah selesai melaksanakan perintah/petunjuk,kemudian menghadap
±6 langkah di depan komandan/pelatih/pemimpin yang memanggil dan
mengucapkan kata-kata: “Memberikan aba-aba di tempat telah
dilaksanakan, Laporan selesai”.
5) Setelah mendapat perintah “Kembali ke tempat”, anggota tersebut
mengulangi perintah kemudian menghormat, selanjutnya kembali ke
tempat.

2. Jika pada waktu dalam barisan salah seorang meninggalkan barisannya,


maka terlebih dahulu harus mengambil sikap sempurna dan minta ijin
kepada komandan/pelatih/pemimpin yang memanggil dengan cara
mengangkat tangan kanannya ke atas (tangan dibuka, jari-jari dirapatkan).

Contoh: Anggota yang akan meninggalkan barisan mengangkat tangan.


komandan/pelatih/pemimpin bertanya: “Ada apa?”
Anggota menjawab: “ke belakang” komandan/pelatih/ pemimpin memutuskan: “Baik, lima
menit kembali” Anggota yang meninggalkan barisan mengulangi: “Lima menit kembali”

3. Setelah mendapat ijin, ia keluar dari barisannya selanjutnya menuju tempat


sesuai keperluannya.
4. Bila keperluannya telah selesai, maka orang tersebut menghadap ±6
langkah di depan komandan/pelatih/pemimpin, menghormat dan laporan
sebagai berikut: “Lapor, Ke belakang selesai Laporan selesai”. Setelah ada
perintah dari komandan/pelatih/pemimpin “Masuk barisan” maka orang
tersebut mengulangi perintah kemudian menghormat, balik kanan dan
kembali ke barisannya pada kedudukan semula.

Pasal 9
CARA MELATIH GERAKAN BERJALAN

1. Untuk melatih seseorang tentang gerakan berjalan, ia disuruh berjalan sesua dengan
petunjuk dari pelatih. Pelatih memperhatikan gayanya, diperbaiki dan disesuaikan dengan
gaya “Langkah Biasa”.
2. Mula-mula hanya diperhatikan gerakan kaki saja, dimulai dengan meletakkan kaki, lalu
tempo irama dan panjangnya langkah. Selanjutnya gerakan lengan dan badan.

Pasal 10
TATA CARA PENGHORMATAN

1. Sebagai dasar pegangan mengenai tata cara memberi hormat apa yang telahtercantum
dalam pasal 5 PPM/AB.
2. Untuk membiasakan pelaksanaannya dengan cara yang sama, wajib diadakan latihan-
latihan sebagai berikut:
a. Penghormatan perorangan, bertutup kepala tanpa senjata dalam keadaan
berhenti/berdiri.
1) Pasukan disuruh berdiri dalam bentuk huruf U.
2) Pelatih menggambarkan tentang adanya garis lurus yang terdapat
antara samping paha kanan dan bagian tertentu dari tutup kepala.
3) Dalam sikap sempurna dengan tangan terkepal, pelatih memerintahkan menunjuk dengan
jari telunjuk kebagian daripada tutup kepala yang
merupakan tempat ujung jari pada gerakan langsung melalui garis lurus
ini yaitu dari samping paha kanan ke bagian tertentu tutup kepala.

4) Gerakan ini dilakukan berulang-ulang menunjuk dan kembali bersikap


sempurna yang akhirnya menggantikan gerakan menunjuk itu dengan
seluruh telapak tangan terbuka.

b. Penghormatan sambil memalingkan kepala ke kanan/kiri


1) Sebelum melakukan gerakan gabungan, terlebih dahulu diperintahkan
untuk memalingkan kepala secara baik ke kiri dan ke kanan.
2) Kemudian memalingkan kepala disertai gerakan penghormatan.

c. Penghormatan perseorangan, bertutup kepala, tanpa senjata dalam


keadaan berjalan. Anggota-anggota pasukan diperhatikan berjalan dari arah
kanan ke kiri, atau sebaliknya melalui depan pelatih sambil memberi
hormat.

d. Penghormatan perseorangan, bertutup kepala, tanpa senjata, satu dan


lainnya dalam keadaan berjalan.
1) Pasukan dibagi atas 2 pasukan yaitu pasukan A dan B. Misalnya pasukan
A di sebelah barat sebagai atasan dan pesukan B sebagai bawahan.
2) Masing-masing pasukan dimulai dengan nomor urut satu dan seterusnya berjalan
berpapasan dengan jarak sepuluh langkah tiap anggota.
3) Tiap-tiap anggota pasukan B yang berpapasan dengan anggota pasukan
A memberikan penghormatan dan pasukan A membalas penghormatan.
4) Demikian seterusnya sampai seluruh anggota pasukan berpapasan dan
pelatih memerintahkan bergantian pasukan B sebagai atasan.

e. Penghormatan pasukan, bertutup kepala, tanpa senjata dalam keadaan


berjalan.
1) Pasukan disuruh membentuk formasi pleton berbanjar. Pelatih menjadi
atasan untuk diberi penghormatan oleh pasukan.
2) Seorang ditunjuk menjadi Danton/pemimpin pasukan.
3) Pasukan bergerak dengan langkah biasa dan pada jarak tertentu sebelum
memberikan penghormatan melakukan gerakan “Langkah
tegap”.
4) Pada aba-aba “Hormat kanan/kiri = GERAK” maka dilakukan gerakan-
gerakan sebagai berikut:
a) Danton/pemimpinpasukanbersamapasukanmemberi
penghormatan seperti hormat bertutup kepala tanpa senjata (pasal
5 ayat 2a PPM) pasukan memalingkan kepala dengan batas 45°
kepada pelatih.
b) Pelatih membalas penghormatan.
c. Kemudian Danton/pimpinan pasukan memberi aba-aba “Tegak =
GERAK”. Danton/pemimpin pasukan dan pasukannya memalingkan
kepala kembali serentak dan kedua tangan dilenggangkan dengan
tetap langkah tegap.
d) Dilanjutkan dengan aba-aba Langkah biasa = JALAN.

BAB II
GERAKAN PERORANGAN TANPA SENJATA
GERAKAN DASAR

Pasal 11
SIKAP SEMPURNA

Aba-aba: Siap = GERAK


Pelaksanaan:
Pada aba-aba pelaksanaan badan/tubuh berdiri tegap, kedua tumit rapat, kedua kaki
merupakan sudut 45°, lutut lurus dan paha dirapatkan, berat badan dibagi atas kedua kaki.
Perut ditarik sedikit dan dada dibusungkan, pundak ditarik ke belakang sedikit dan tidak
dinaikkan. Lengan rapat pada badan, pergelangan tangan lurus, jari-jari tangan menggenggam
tidak terpaksa dirapatkan pada paha, punggung ibu jari menghadap ke depan, mulut ditutup,
mata memandang lurus ke depan,bernapas sewajarnya.

Pasal 12
ISTIRAHAT
Aba-aba: Istirahat – di – tempat = GERAK
Pelaksanaan:
1. Pada aba-aba pelaksanaan, kaki kiri dipindahkan ke samping kiri dengan jarak
sepanjang telapak kaki (±30 cm).
2. Kedua belah lengan dibawa ke belakang di pinggang, punggung tangan kanan di
atas telapak tangan kiri, tangan kanan dikepalkan dengan dilemaskan, tangan
kiri memegang pergelangan tangan kanan di antara ibu jari dan telunjuk serta
kedua lengan dilemaskan, badan dapat bergerak.
Catatan:
a) Dalam keadaan parade di mana diperlukan pemusatan pikiran dan kerapian
istirahat dilakukan atas aba-aba “Parade – Istirahat di tempat = GERAK.
Pelaksanaan sama dengan tersebut di atas, hanya tangan ditarik ke atas sedikit,
tidak boleh bergerak, tidak berbicara, dan pandangan tetap ke depan.
b) Dalam keadaan parade maupun bukan parade apabila akan diberikan suatu amanat atau
sambutan oleh atasan/pembina, maka istirahat dilakukan atas aba-aba: “Untuk perhatian –
Istirahat di tempat = GERAK”. Pelaksanaan sama dengan tersebut dalam titik a, dan
pandangan ditujukan kepada pemberi perhatian/ amanat/sambutan.

Pasal 13
PERIKSA KERAPIHAN

Aba-aba: Periksa kerapihan = MULAI


1. Tanpa senjata:
a) Periksa kerapihan dimaksudkan untuk merapihkan perlengkapan yang dipakai anggota
pada saat itu dan pasukan dalam keadaan istirahat
(pasal 12).
b) Pelaksanaan:
1) Pada aba-aba peringatan, pasukan secara serentak mengambil sikap sempurna.
2) Pada saat aba-aba pelaksanaan dengan serentak membungkukkan badan masing-masing,
mulai memeriksa atau membetulkan perlengkapannya dari bawah (ujung kaki ke atas sampai
ke tutup kepala).
3) Setelah yakin sudah rapih, masing-masing anggota pasukan mengambil sikap sempurna
(pasal 11).
4) Setelah Pelatih/danpas/pemimpin pasukan melihat semua pasukannya sudah selesai (sudah
dalam keadaan sikap sempurna) maka Pelatih/danpas/pemimpin pasukan memberi aba-aba =
SELESAI.
5) Pasukan dengan serentak mengambil sikap istirahat (pasal 12).

2. Bersenjata (khusus ABRI).

Pasal 14
BERKUMPUL

Pada dasarnya berkumpul selalu dilakukan dengan bersaf, kecuali keadaan ruang
tidak memungkinkan.
1. Berkumpul bersaf. Aba-aba: Bersaf - Kumpul = MULAI.
Pelaksanaan:
a. Sebelum aba-aba peringatan, pelatih/komandan/ pemimpin pasukan
menunjuk salah seorang sebagai penjuru.
b. Yang ditunjuk sebagai penjuru mengambil sikap sempurna dan menghadap
penuh komandan/pelatih/ pemimpin yang memberi perintah, selanjutnya mengucapkan: Siap
Ahmad sebagai penjuru (bila nama penjuru Ahmad)

c. Penjuru mengambil sikap untuk lari, kemudian lari menuju ke depan


komandan/pelatih/pemimpin yang memberi perintah pada jarak ±4 langkah di depan
komandan/pelatih/pemimpin yang memberi perintah.
d. Pada waktu aba-aba peringatan, maka anggota lainnya mengambil sikap
sempurna dan menghadap penuh kepada komandan/pelatih/pemimpin
yang memberi perintah.
e. Pada aba-aba pelaksanaan, seluruh anggota (kecuali penjuru) secara
serentak mengambil sikap untuk lari, kemudian lari menuju samping kiri
penjuru, selanjutnya penjuru mengucapkan “Luruskan”.
f. Anggota lainnya secara berturut-turut meluruskan diri dengan mengangkat
lengan kanan ke samping kanan, tangan kanan digenggam, punggung
tangan menghadap ke atas, kepala dipalingkan ke kanan dan meluruskan
diri, hingga dapat melihat dada orang-orang yang di sebelah kanannya
sampai ke penjuru kanan, mata penjuru melihat ke kiri, setelah barisan
terlihat lurus maka penjuru mengucapkan “Lurus”. Pada isyarat ini penjuru
melihat ke depan yang lain serentak menurunkan lengan kanan, melihat kedepan dan kembali
sikap sempurna.

2. Berkumpul berbanjar. Aba-aba: Banjar – Kumpul = MULAI.


Pelaksanaan:
a. Sama dengan pasal 14 sub a s.d. d
b. Pada aba-aba pelaksanaan, seluruh anggota (kecuali penjuru) secara serentak
mengambil sikap untuk lari, kemudian lari menuju ke belakang
penjuru, selanjutnya penjuru mengucapkan “Luruskan”.
c. Anggota lainnya secara berturut-turut meluruskan diri dengan mengangkat
lengan kanan ke depan, tangan kanan digenggam, punggung tangan
menghadap ke atas, mengambil jarak satu lengan ditambah dua kepal dari orang yang ada di
depannya dan meluruskan diri ke depan. setelah orang paling belakang/banjar kanan paling
belakang melihat barisannya lurus maka ia memberi isyarat dengan mengucapkan “Lurus”.
Pada isyarat ini seluruh anggota yang di banjar kanan serentak menurunkan lengan kanan dan
kembali sikap sempurna.

Pasal 15
LENCANG KANAN/KIRI

1. Lencang kanan/kiri (hanya dalam bentuk bersaf)


Aba-aba: Lencang kanan/kiri = GERAK.
Pelaksanaan:
Gerakan ini dijalankan dalam sikap sempurna. Pada aba-aba pelaksanaan semua mengangkat
lengan kanan/kiri ke samping kanan/kiri, jari-jari tangan kanan/kiri menggenggam, punggung
tangan menghadap ke atas. Bersamaan dengan ini kepala dipalingkan ke kanan/kiri dengan
tidak terpaksa kecuali penjuru kanan/kiri tetap menghadap ke depan. Masing-masing
meluruskan diri hingga dapat melihat dada orang yang ada di sebelah kanan/kiri sampai
kepada penjuru kanan/kirinya. Jarak ke samping harus sedemikian rupa, hingga masing-
masing jari menyentuh bahu kiri orang yang ada di sebelah kanannya. Kalau lencang kiri
maka masing-masing tangan kirinya menyentuh bahu kanan orang yang berada di sebelah
kirinya. Penjuru kanan/kiri tidak berubah tempat.
Catatan:

a. Kalau bersaf tiga mereka yang berada di saf tengah dan belakang kecuali
penjuru, setelah meluruskan ke depan dengan pandangan mata, ikut pula memalingkan muka
ke samping kanan/kiri dengan tidak mengangkattangan. Penjuru pada saf tengah dan
belakang mengambil jarak ke depan sepanjang satu lengan ditambah dua kepal dan setelah
lurusmenurunkan tangan. Setelah masing-masing anggota berdiri lurus dalam barisan, maka
semuanya berdiri di tempatnya dan kepala tetap dipalingkan ke kanan/kiri. Semua gerakan
dikerjakan dengan badan tegak seperti dalam sikapsempurna. Pada aba-aba “Tegak =
GERAK” semua anggota dengan serentak menurunkan lengan dan memalingkan muka
kembali ke depan dberdiri dalam sikap sempurna.
b. Pada waktu komandan/pelatih/pemimpin pasukan memberikan aba-aba
lencang kanan/kiri dan barisan sedang meluruskan safnya, komandan/
pelatih/pemimpin yang berada dalam barisan itu memeriksa kelurusan saf dari sebelah
kanan/kiri pasukan, dengan menitik beratkan kepada kelurusan tumit (bukan ujung depan
sepatu).

2. Setengah lencang kanan/kiri


Aba-aba: Setengah lengan lencang kanan = GERAK
Pelaksanaan:
Seperti lencang kanan/kiri, tetapi tangan kanan/kiri di pinggang (bertolak pinggang) dengan
siku menyentuh lengan orang yang berdiri di sebelah kanan/kirinya, pergelangan tangan
lurus, ibu jari di sebelah belakang dan empat jari lainnya rapat satu sama lainnya di sebelah
depan. Pada aba-aba Tegak = GERAK semua serentak menurunkan lengan memalingkan
muka kembali ke depan dan berdiri dalam sikap sempurna

3. Lencang depan (hanya dalam bentuk berbanjar)


Aba-aba: Lencang depan = GERAK
Pelaksanaan:

Penjuru tetap sikap sempurna, banjar kanan nomor dua dan seterusnya
meluruskan ke depan dengan mengangkat tangan. Bila berbanjar tiga maka saf depan
mengambil jarak satu/setengah lengan di samping kanan, setelah lurus menurunkan tangan,
serta menegakkan kepala kembali dengan serentak.Anggota-anggota yang ada di banjar
tengah dan kiri melaksanakannya tanpa mengangkat tangan.

Pasal 16
BERHITUNG
Aba-aba: Hitung = MULAI
Pelaksanaan:
Jika bersaf, maka pada aba-aba peringatan penjuru tetap melihat ke depan, sedangkan
anggota lainnya pada saf depan memalingkan muka ke kanan. Pada aba- aba pelaksanaan,
berturut-turut tiap pasukan mulai dari penjuru kanan menyebut nomornya sambil
memalingkan muka kembali ke depan. Jika berbanjar, maka pada aba-aba peringatan semua
pasukan tetap dalam sikap sempurna. Pada aba-aba pelaksanaan tiap pasukan mulai dari
penjuru kanan depan berturut-turut ke belakang menyebutkan nomornya masing-masing,
penyebutan nomor diucapkan penuh.

Pasal 17
PERUBAHAN ARAH
1. Hadap Kanan/Kiri
Aba-aba: Hadap kanan/kiri = GERAK
Pelaksanaan:
a. Kaki kanan/kiri diajukan melintang di depan kaki kanan/kiri, lekuk kaki kiri/kanan berada
di ujung kaki kanan/kiri, berat badan berpindah ke kaki kiri/kanan.
b. Tumit kaki kanan/kiri dengan badan diputar ke kanan/kiri 90°.
c. Kaki kiri/kanan dirapatkan kembali ke kaki kanan/kiri seperti dalam keadaan sikap
sempurna.

2. Hadap serong kanan/kiri


Aba-aba: Hadap serong kanan/kiri = GERAK
Pelaksanaan:
a. Kaki kanan/kiri diajukan ke muka berjajar dengan kaki kiri/kanan
b. Berputar arah 45° ke kanan/kiri
c. Kaki kiri/kanan dirapatkan kembali ke kaki kanan/kiri.

3. Balik kanan
Aba-aba: Balik kanan = GERAK
Pelaksanaan:
Pada aba-aba pelaksanaan kaki kiri diajukan melintang (lebih dalam dari hadap kanan) di
depan kaki kanan. Tumit kaki kanan beserta dengan badan diputar kek kanan 180°. Kaki kiri
dirapatkan pada kaki kanan.

Pasal 18
MEMBUKA ATAU MENUTUP BARISAN

1. Buka barisan
Aba-aba: Buka barisan = JALAN
Pelaksanaan:
Pada aba-aba pelaksanaan regu kanan dan kiri masing-masing membuat satu
langkah ke kanan dan kiri, sedangkan regu tengah tetap di tempat.

2. Tutup barisan
Aba-aba: Tutup barisan = JALAN
Pelaksanaan:
Pada aba-aba pelaksanaan regu kanan dan kiri masing-masing membuat satu
langkah kembali ke kiri dan kanan, sedangkan regu tengah tetap di tempat.
Pasal 19
BUBAR

Aba-aba: Bubar = JALAN


Pelaksanaan:
Aba-aba tiap pasukan menyampaikan penghormatan kepada komandan, sesudah dibalas
kembali dalam sikap sempurna kemudian melakukan balik kanan dan setelah menghitung dua
hitungan dalam hati, melaksanakan gerakan seperti langkah pertama dalam gerakan maju
jalan, selanjutnya bubar menuju tempat masing-masing.

BAB III
GERAKAN PERORANGAN TANPA SENJATA
GERAKAN BERJALAN

Pasal 20
PANJANG, TEMPO, DAN MACAM LANGKAH
Langkah dapat dibeda-bedakan sebagai berikut:
No Macam langkah Panjang Tempo
1 Langkah biasa 65 cm 102 tiap menit
2 Langkah tegap 65 cm 102 tiap menit
3 Langkah perlahan 40 cm 30 tiap menit
4 Langkah ke kanan/kiri 40 cm 70 tiap menit
5 Langkah ke belakang 40 cm 70 tiap menit
6 Langkah ke depan 60 cm 70 tiap menit
7 Langkah di waktu lari 80 cm 165 tiap menit

Panjangnya suatu langkah diukur dari tumit ke tumit. Bila dalam peraturan disebut
satu langkah, maka panjangnya 70 cm.

Pasal 21
MAJU JALAN
Dari sikap sempurna
Aba-aba: Maju = JALAN
Pelaksanaan:
a. Pada aba-aba pelaksanaan kaki kiri diajukan ke depan, lutut lurus, telapak kaki
diangkat rata sejajar dengan tanah setinggi ±20 cm, kemudian dihentakkan ke
tanah dengan jarak satu langkah dan selanjutnya berjalan dengan langkah biasa.
b. Langkah pertama dilakukan dengan melangkah, lengan kanan ke depan 90°,
lengan kiri ke belakang 30° ke belakang dengan tangan menggenggam. Pada
langkah-langkah selanjutnya lengan kanan dan kiri lurus dilenggangkan ke
depan 45° dan ke belakang 30°, banjar kanan depan mengambil dua titik yang
terletak dalam satu garis sebagai arah barisan. Seluruh anggota meluruskan
barisan ke depan dengan melihat pada belakang leher.
Dilarang keras:
- Berbicara
- Melihat ke kiri atau kanan
Pada waktu melenggangkan lengan supaya jangan kaku.
Pasal 22
LANGKAH BIASA

1. Pada waktu berjalan, kepala dan badan seperti pada waktu sikap sempurna.
Waktu mengayunkan kaki ke depan lutut kaki dibengkokan sedikit (kaki tidak boleh diseret).
Kemudian diletakkan ke tanah menurut jarak yang telah ditentukan.
2. Cara melangkahkan kaki seperti pada waktu berjalan biasa. Pertama tumit
diletakkan di tanah selanjutnya seluruh kaki. Lengan dilenggangkan dengan
sewajarnya lurus ke depan dan ke belakang di samping badan, ke depan 45° dan ke belakang
30°. Jari-jari tangan digenggam dengan tidak terpaksa, punggung ibu jari menghadap ke atas.
3. Bila berjalan dengan hubungan pasukan agar menggunakan hitungan irama
langkah (untuk kendali kesamaan langkah).

Pasal 23
LANGKAH TEGAP

1. Dari sikap sempurna


Aba-aba: Langkah tegap – maju = JALAN
Pelaksanaan:
Mulai berjalan dengan kaki kiri, langkah pertama selebar satu langkah,
selanjutnya seperti jalan biasa (panjang dan tempo) dengan cara kaki
dihentakkan terus-menerus tetapi tidak berlebihan, telapak kaki rapat dan sejajar dengan
tanah, lutut lurus, kaki tidak boleh diangkat tinggi. Bersamaan dengan langkah pertama
tangan menggenggam, punggung tangan menghadap ke samping luar, ibu jari tangan
menghadap ke atas, lenggang lengan 90° ke depan dan 30° ke belakang.

2. Dari langkah biasa


Aba-aba: Langkah tegap = JALAN
Pelaksanaan:
Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kiri jatuh di tanah, ditambah satu langkah
selanjutnya berjalan langkah tegap.

3. Kembali ke langkah biasa (sedang berjalan)


Aba-aba: Langkah biasa = JALAN
Pelaksanaan:
Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan atau kiri jatuh di tanahditambah satu
langkah dan mulai berjalan dengan langkah biasa, hanya dengan langkah biasa, hanya
langkah pertama dihentakkan selanjutnya berjalan langkah biasa.
Catatan:
Dalam keadaan sedang berjalan cukup menggunakan aba-aba peringatan: Langkah
tegap atau Langkah biasa = JALAN pada tiap-tiap perubahan langkah (tanpa kata maju).

Pasal 24
LANGKAH PERLAHAN

1. Untuk berkabung (mengantar jenazah).


Aba-aba: Langkah perlahan Maju = JALAN
Pelaksanaan:
a. Gerakan dilakukan dengan sikap sempurna
b. Pada aba-aba JALAN kaki kiri dilangkahkan ke depan, kaki kiri ditarik ke
depan dan ditahan sebentar di sebelah mata kaki kiri, kemudian dilanjutkan
ditapakkan di depan kaki kiri dilangkahkan ke depan, setelah kaki kiri
menapak segera disusul dengan kaki kanan ditari ke depan dan ditahan
sebentar di mata kaki kiri, kemudian dilanjutkan di depan kaki kiri.
c. Gerakan selanjutnya melakukan gerakan-gerakan seperti semula.

Catatan:
a. Dalam sedang berjalan, aba-aba adalah langkah perlahan = JALAN yang diberikan pada
waktu kaki kanan atau kiri jatuh di tanah ditambah satu langkah dan kemudian mulai berjalan
dengan langkah perlahan.
b. Tapak kaki pada saat melangkah (menginjak tanah) tidak dihentakkanrata-rata untuk lebih
khidmat.
2. Berhenti dari langkah perlahan
Aba-aba: Henti GERAK
Pelaksanaan:
Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan atau kiri dirapatkan pada kaki kanan
atau kiri menurut irama langkah biasa dan mengambil sikap sempurna.

Pasal 25
LANGKAH KE SAMPING

Aba-aba: Langkah ke kanan/kiri = JALAN


Pelaksanaan:
Pada aba-aba pelaksanaan kaki kanan/kiri dilangkahkan ke kanan/kiri sepanjang ±40 cm.
Selanjutnya kaki kanan/kiri dirapatkan pada kaki kiri/kanan, sikap akan tetap seperti pada
sikap sempurna. Sebanyak-banyaknya hanya boleh dilakukan empat langkah.

Pasal 26
LANGKAH KE BELAKANG

Aba-aba: Langkah ke belakang = JALAN


Pelaksanaan:
Pada aba-aba pelaksanaan melangkah ke belakang mulai dengan kaki kiri menurut
panjangnya langkah dan sesuai tempo yang telah ditentukan (pasal 20),menurut jumlah
langkah yang diperintahkan. Lengan tidak boleh dilenggangkan dan sikap badan seperti
dalam sikap sempurna. Sebanyak-banyaknya, hanya boleh dilakukan empat langk

Pasal 27
LANGKAH KE DEPAN

Aba-aba: Langkah ke depan = JALAN


Pelaksanaan:
Pada aba-aba pelaksanaan melangkah ke depan mulai dengan kaki kiri menurut panjangn
langkah 60 cm dan tempo langkah 70 tiap menit, menurut jumlah langkah yang
diperintahkan. Gerakan kaki seperti kaki langkah tegap (pasal 23) dan dihentakkan terus-
menerus. Lengan tidak boleh dilenggangkan dan sikap seperti sikap sempurna. Sebanyak-
banyaknya, boleh dilakukan empat langkah.
Pasal 28
LANGKAH DI WAKTU LARI

1. Dari sikap sempurna


Aba-aba: Lari Maju = JALAN
Pelaksanaan:
Pada aba-aba peringatan dua tangan dikepalkan dengan lemas dan diletakkan dipinggang
sebelah depan, dengan punggung tangan menghadap ke luar, kedua siku sedikit ke belakang,
badan agak condongkan ke depan. Pada aba-aba pelaksanaan dimulai lari dengan panjang
langkah 80 cm dan tempo langkah 165tiap menit dengan cara kaki diangkat secukupnya,
telapak kaki diletakkan dengan ujung telapak kaki terlebih dahulu, lengan dilenggangkan
secara tidak kaku.

2. Dari langkah biasa


Aba-aba: Lari = JALAN
Pelaksanaan:
Pada aba-aba peringatan pelaksanaannya sama dengan aba-aba peringatan (pasal 28 ayat 1).
Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan/kiri jatuh ke tanah. Kemudian
ditambah satu langkah. selanjutnya berlari menurut ketentuan yang ada.

3. Kembali ke langkah biasa


Aba-aba: Langkah biasa = JALAN
Pelaksanaan:
Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kiri jatuh ke tanah ditambah 3 langkah,
kemudian berjalan dengan langkah biasa, dimulai dengan kaki kiri dihentakkan, bersamaan
dengan itu kedua lengan dilenggangkan.

Catatan:
Untuk berhenti dengan keadaan berlari, diberikan aba-aba: Henti = GERAK.
Aba=aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan atau kiri jatuh di tanah
ditambah 3 langkah, selanjutnya kaki dirapatkan kemudian kedua kepalan
tangan diturunkan untuk mengambil sikap sempurna.

Pasal 29
LANGKAH MERDEKA

1. Dari langkah biasa


Aba-aba: Langkah merdeka = JALAN
Pelaksanaan:
Anggota berjalan bebas tanpa terikat ketentuan panjang, macam, dan tempo
langkah. Ataas pertimbangn komandan, anggota dapat diizinkan untuk berbuat sesuatu yang
dalam keadaan lain terlarang (antara lain: berbicara, buka topi, dan menghapus keringat).

Catatan:
Langkah merdeka biasanya dilakukan untuk menempuh jalan jauh atau di luar
kota atau lapangan yang tidak rata. Anggota tetap dilarang meninggalkan
barisan.

2. Kembali ke langkah biasa


Untuk melakukan gerakan ini lebih dahulu harus diberikan petunjuk samakan
langkah. Setelah langkah sama, komandan dapat memberikan aba-aba
peringatan dan pelaksanaan.
Aba-aba: Langkah biasa = JALAN

Pelaksanaan:
Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kiri/kanan jatuh di tanah
kemudian di tambah satu langkah dan mulai berjalan dengan langkah biasa,
hanya langkah pertama dihentakkan.

Pasal 30
GANTI LANGKAH

Aba-aba: Ganti langkah = JALAN


Pelaksanaan:
Gerakan dapat dilakukan pada waktu langkah biasa/tegap. Aba-aba pelaksanaan diberikan
pada waktu kaki kanan/kiri jatuh di tanah ditambah satu langkah. Sesudah itu ujung kaki
kanan atau kiri yang sedang di belakang dirapatkan kepada tumit kaki sebelahnya. Bersamaan
dengan itu lenggang tangan dihentikan tanpa dirapatkan pada badan. Untuk selanjutnya
disesuaikan dengan langkah baru yang disamakan. Langkah pertama tetap sepanjang satu
langkah. Kedua gerakan ini dilakukan dalam satu hitungan.

Pasal 31
JALAN DI TEMPAT

1. Dari sikap sempurna


Aba-aba: Jalan di tempat = GERAK
Pelaksanaan:
Gerakan dimulai dengan kaki kiri, lutut bergantian diangkat setinggi paha rata-
rata (horisontal), ujung kaki menuju bawah dan tempo langkah sesuai dengan
tempo langkah biasa. Badan tegak pandangan mata tetap ke depan, lengan
tetap lurus dirapatkan pada badan (tidak dilenggangkan).

2. Dari langkah biasa


Aba-aba: Jalan di tempat = GERAK
Pelaksanaan:
Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan atau kiri jatuh di tanah.kemudian
ditambah satu langkah, selanjutnya di mulai dengan kaki kanan/kiriberjalan di tempat,
selanjutnya gerakan di tempat.

3. Dari jalan di tempat ke langkah biasa


Aba-aba: Maju = JALAN
Pelaksanaan:
Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kiri jatuh ke tanah, kemudian ditambah satu
langkah di tempat dan mulai berjalan dengan menghentakkan kaki kiri satu langkah ke depan
dan selanjutnya berjalan langkah biasa.

4. Dari jalan di tempat ke berhenti


Aba-aba: Henti = GERAK
Pelaksanaan:
Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan.kiri jatuh di tanah lalu ditambah satu
langkah. Selanjutnya kaki kanan/kiri dirapatkan pada kaki kanan menurut irama langkah
biasa mengambil sikap sempurna.

Pasal 32
BERHENTI

Aba-aba: Henti = GERAK


Pelaksanaan:
Aba-aba pelaksanaan dibrikan pada waktu kaki kanan/kiri jatuh di tanah. Setelah ditambah
satu langkah selanjutnya kaki kanan/kiri dirapatkan kemudian mengambil sikap sempurna.

Pasal 33
HORMAT KANAN/KIRI

1. Gerakan hormat kanan/kiri


Aba-aba: Hormat kanan/kiri = GERAK
Pelaksanaan:
Gerakan ini dilakukan pada waktu berjalan dengan langkah tegap. Aba-aba
pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan jatuh di tanah, kemudian
ditambah satu langkah, langkah berikutnya kepala dipalingkan dan pandangan mata
diarahkan kepada yang diberi hormat sampai hingga ada aba-aba “Tegak = GERAK”.
Penjuru kanan/kiri tetap melihat ke depan untuk memelihara arah. Setelah arah pandangan
yang diberi hormat mencapai sudut 45° dari pada pandangan lurus ke depan, maka kepala dan
pandangan mata tetap pada arah tersebut hingga dapat aba-aba “Tegak = GERAK”.
Catatan:
Pada saat penghormatan apabila bersenjata/pundak bersenjata, tangan kanan tetap
melenggang. Apabila tidak bersenjata, lengan kiri tidak melenggang tangan kanan
menyampaikan penghormatan.
2. Gerakan selesai menghormat
Aba-aba: Tegak = GERAK
Pelaksanaan:
Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan jatuh di tanah. Setelah ditambah satu
langkah, lengan dilenggangkan (kembali langkah tegap)

Pasal 34
PERUBAHAN ARAH DARI BERHENTI KE BERJALAN

1. Ke hadap kanan/kiri maju jalan


Aba-aba: Hadap kanan/kiri – Maju = JALAN
Pelaksanaan:
Membuat gerakan hadap kanan/kiri. Pada hitungan ketiga kaki kiri/kanan tidakdirapatkan
tetapi dilangkahkan seperti gerakan maju jalan.

2. Ke hadap serong kanan/kiri maju jalan


Aba-aba: Hadap serong kanan/kiri – Maju = JALAN
Pelaksanaan:
Membuat gerakan hadap serong kanan/kiri. Pada hitungan ketiga kaki
kiri/kanan tidak dirapatkan tetapi dilangkahkan seperti gerakan maju jalan.

3. Ke balik kanan maju jalan


Aba-aba: Balik kanan – Maju = JALAN
Pelaksanaan:
Membuat gerakan Balik kanan. Gerakan selanjutnya pada hitungan ketiga mulai melangkah
dengan kaki kiri dan dilanjutkan dengan langkah biasa.

4. Ke belok kanan/kiri maju jalan


Aba-aba: Belok kanan/kiri – Maju = JALAN
Pelaksanaan:
Penjuru depan merubah arah 90° ke kanan/kiri dan mulai berjalan ke arah
Tertentu. Pasukan lainnya mengikuti gerakan-gerakan ini setibanya pada tempat belokan
tersebut (tempat penjuru berbelok).
Catatan:
Aba-aba dua kali belok kanan/kiri maju = JALAN dan tiap-tiap banjar dua kali
belok kanan/kiri maju = JALAN.

Pasal 35
PERUBAHAN ARAH DARI BERJALAN KE BERJALAN

1. Ke hadap kanan/kiri maju jalan


Aba-aba: Hadap kanan/kiri – Maju = JALAN
Pelaksanaan:
Aba-aba pelaksanaan dijatuhkan pada waktu kaki kiri/kanan jatuh di tanah,
kemudian ditambah satu langkah, gerakan selanjutnya seperti tersebut pada
pasal 34 ayat 1.

2. Ke hadap serong kanan/kiri maju jalan


Aba-aba: Hadap serong kanan/kiri – Maju = JALAN
Pelaksanaan:
Aba-aba pelaksanaan dijatuhkan pada waktu kaki kiri/kanan jatuh di tanah,
kemudian ditambah satu langkah, gerakan selanjutnya seperti tersebut pada
pasal 34 ayat 2.

3. Ke balik kanan maju jalan


Aba-aba: Balik kanan – Maju = JALAN
Pelaksanaan:
Aba-aba pelaksanaan dijatuhkan pada waktu kaki kiri/kanan jatuh di tanah,
kemudian ditambah satu/dua langkah, gerakan selanjutnya kaki kiri melintang ke depan kaki
kanan secara bersamaan tumit kaki, tangan, dan badan diputar kekanan sebesar 180°, kaki kiri
dihentakkan seperti langkah pertama, selanjutnyaberjalan seperti langkah biasa.
4. Ke belok kanan/kiri maju jalan
Aba-aba: Belok kanan/kiri – Maju = JALAN
Pelaksanaan:
Aba-aba pelaksanaan dijatuhkan pada waktu kaki kiri/kanan jatuh di tanah,
kemudian ditambah satu langkah, kemudian penjuru depan merubah arah 90° ke kanan/kiri
dan mulai berjalan ke arah yang baru. Pasukan lainnya mengikuti gerakan-gerakan ini
setibanya pada tempat belokan tersebut (tempat penjuruberbelok).

Catatan:
a. Aba-aba: dua kali belok kanan/kiri maju = JALAN
Pelaksanaan:
Seperti tersebut di atas yang selanjutnya setelah dua langkah berjalan
kemudian melakukan gerakan belok kanan/kiri jalan lagi.
b. Aba-aba: tiap-tiap banjar dua kali belok kanan/kiri maju = JALAN.

Pelaksanaan:
Seperti tersebut di atas tetapi tiap-tiap banjar membuat langsung dua kali
belok kanan/kiri pada tempat di mana aba-aba pelaksanaan diberikan.
Perubahan arah kiri 180°. Tujuan gerakan dari catatan a dan b guna
membelokkan pasukan di ruang/lapangan yang sempit.

Pasal 36
PERUBAHAN ARAH DARI BERJALAN KE BERHENTI

1. Ke hadap kanan/kiri berhenti


Aba-aba: Hadap kanan/kiri Henti = GERAK
Pelaksanaan:
Aba-aba pelaksanaan dijatuhkan pada waktu kaki kiri/kanan jatuh di tanah, kemudian
ditambahkan satu langkah, gerakan selanjutnya seperti gerakan hadap kanan/kiri

2. Ke hadap serong kanan/kiri berhenti


Aba-aba: Hadap serong kanan/kiri Henti = GERAK
Pelaksanaan:
Aba-aba pelaksanaan dijatuhkan pada waktu kaki kiri/kanan jatuh di tanah, kemudian
ditambahkan satu langkah, gerakan selanjutnya seperti gerakan
hadap serong kanan/kiri.

3. Ke balik kanan berhenti


Aba-aba: Balik kanan Henti = GERAK
Pelaksanaan:
Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kiri/kanan jatuh di tanah,
kemudian ditambahkan satu/dua langkah, gerakan selanjutnya kaki kiri
melintang ke depan kaki kanan secara bersamaan tumit kaki, tangan, dan badan diputar ke
kanan sebesar 180°, selanjutnya kaki kiri dirapatkan dengan kaki kanan (sikap sempurna).

Pasal 37
PERUBAHAN ARAH PADA WAKTU BERLARI

Perubahan arah pada waktu berjalan yang ditentukan pada pasal 35 dan 36 dapat
dilakukan juga oleh pasukan dalam keadaan berlari dengan perbedaan bukan
ditambah satu langkah tetapi tiga langkah.

Pasal 38
HALUAN KANAN/KIRI

Gerakan ini hanya dilakukan dalam bentuk bersaf, guna merubah arah tanpa
merubah bentuk.

1. Berhenti ke berhenti
Aba-aba: Haluan kanan/kiri = JALAN
Pelaksanaan:
Setelah aba-aba pelaksanaan, penjuru kanan/kiri berjalan di tempat dengan memutar arah
secara perlahan hingga merubah sampai sebesar 90°. Bersamaan dengan itu masing-masing
saf mulai maju jalan dengan rapih (dengan tidak melenggang) sambil meluruskan safnya
hingga merubah arah sebesar 90°, kemudian berjalan di tempat. Setelah penjuru kanan/kiri
depan melihat safnya lurus memberi isyarat: “Lurus”, kemudian komandan memberi aba-aba:
“Henti = GERAK”, yang diucapkan pada waktu kaki kiri/kanan jatuh di tanah. Setelah
ditambahkan satu langkah kemudian seluruh pasukan berhenti.

2. Berhenti ke berjalan
Aba-aba: Haluan kanan/kiri Maju = JALAN
Pelaksanaan:
Seperti haluan kanan/kiri dari berhenti ke berhenti kemudian setelah aba-aba “Maju =
JALAN”, pasukan maju jalan yang gerakannya sama dengan gerakan langkah biasa.
Catatan:
Setelah ada isyarat lurus dari penjuru, komandan langsung memberikan “Maju =JALAN”
(pasukan tidak berhenti dulu).

3. Berjalan ke berhenti
Aba-aba: Haluan kanan/kiri = JALAN
Pelaksanaan:
Aba-aba diberikan pada waktu kaki kanan/kiri jatuh di tanah kemudian ditambah satu
langkah. Selanjutnya barisan melakukan gerakan seperti haluan kanan/kiri dari berhenti ke
berhenti.

4. Berjalan ke berjalan
Aba-aba: Haluan kanan/kiri = JALAN
Pelaksanaan:
Aba-aba diberikan pada waktu kaki kanan/kiri jatuh di tanah kemudian
ditambah satu langkah. Selanjutnya barisan melakukan gerakan seperti haluan kanan/kiri dari
berhenti ke berjalan.
Catatan:
Pada pelaksanaan haluan lengan tidak melenggang.
Pasal 39
MELINTANG KANAN/KIRI

Gerakan ini hanya dilakukan dalam bentuk berbanjar, guna merubah bentuk
pasukan menjadi bersaf dalam arah tetap.

1. Berhenti ke berhenti
Aba-aba: Melintang kanan/kiri = JALAN
Pelaksanaan:
Setelah aba-aba pelaksanaan melakukan gerakan “Hadap kanan/kiri”, kemudian barisan
membuat gerakan “Haluan kiri/kanan” dari berhenti ke berhenti.

2. Berjalan ke berjalan
Aba-aba: Melintang kanan/kiri = JALAN
Pelaksanaan:
Setelah aba-aba pelaksanaan, ditambah satu langkah, barisan melakukan
gerakan seperti gerakan melintang kanan/kiri berhenti ke berhenti. Kemudian setelah diberi
aba-aba “Maju = JALAN”, barisan melakukan gerakan “Maju = JALAN”.

Catatan:
Setelah ada isyarat lurus dari penjuru, komandan langsung memberikan aba-aba maju =
JALAN (Pasukan tidak berhenti dulu).

3. Berhenti ke berjalan
Aba-aba: Melintang kanan/kiri Maju = JALAN
Pelaksanaan:
Setelah aba-aba pelaksanaan, melakukan gerakan seperti gerakan melintang
kanan/kiri berhenti ke berhenti. kemudian setelah diberi aba-aba “Maju =
JALAN”, barisan melakukan gerakan “Maju = JALAN”.

Catatan:
Setelah ada isyarat lurus dari penjuru, komandan langsung memberikan aba-aba maju =
JALAN (Pasukan tidak berhenti dulu)..

By’Miftahudin R”
Kabiro PSDM PPI JAWABARAT

SEJARAH PASKIBRAKA

Beberapa hari menjelang peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI pertama. Presiden
Soekamo memberi tugas kepada ajudannya,Mayor M. Husein Mutahar untuk mempersiapkan
upacara peringatanDetik-Detik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1946,
dihalaman Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta

Pada saat itu, sebuah gagasan berkelebat di benak Mutahar. Alangkah baiknya bila persatuan
dan kesatuan bangsa dapat dilestarikan kepada generasi muda yang kelak akan menggantikan
para pemimpin saat itu. Pengibaran bendera pusaka bisa menjadi simbol kesinambungan
nilai-nilai perjuangan. Karena itu, para pemudalah yang harus mengibarkan bendera pusaka.
Dari sanalah kemudian dibentuk kelompokkelompok pengibar bendera pusaka, mulai dari
lima orang pemuda - pemudi pada tahun 1946 —yang menggambarkan Pancasila.

Husein MutaharNamun, Mutahar mengimpikan bila kelak para pengibar bendera pusaka itu
adalah pemuda-pemuda utusan dari seluruh daerah di Indonesia. Sekembalinya ibukota
Republik Indonesia ke Jakarta, mulai tahun 1950 pengibaran bendera pusaka dilaksanakan di
Istana Merdeka Jakarta. Regu-regu pengibar dibentuk dan diatur oleh Rumah Tangga
Kepresidenan Rl sampai tahun 1966. Para pengibar bendera itu memang para pemuda, tapi
belum mewakili apa yang ada dalam pikiran Mutahar. Tahun 1967, Husain Mutahar kembali
dipanggil Presiden Soeharto untuk dimintai pendapat dan menangani masalah pengibaran
bendera pusaka. Ajakan itu, bagi Mutahar seperti "mendapat durian runtuh" karena berarti ia
bisa melanjutkan gagasannya membentuk pasukan yang terdiri dari para pemuda dari seluruh
Indonesia. tersirat dalam benak Husain Mutahar akhirnya menjadi kenyataan. Setelah tahun
sebelumnya diadakan ujicoba, maka pada tahun 1968 didatangkanlah pada pemuda utusan
daerah dari seluruh Indonesia untuk mengibarkan bendera pusaka. Sayang, belum seluruhnya
provinsi bisa mengirimkan utusannya, sehingga pasukan pengibar bendera pusaka tahun itu
masih harus ditambah dengan eks anggota pasukan tahun 1967.

Selama enam tahun, 1967-1972, bendera pusaka dikibarkan oleh para pemuda utusan daerah
dengan sebutan “Pasukan Penggerek Bendera Pusaka”. Nama, pada kurun waktu itu memang
belum menjadi perhatian utama, karena yang terpenting tujuan mengibarkan bendera pusaka
oleh para pemuda utusan daerah sudah menjadi kenyataan. Dalam mempersiapkan Pasukan
Penggerek Bendera Pusaka, Husein Mutahar sebagai Dirjen Udaka (Urusan Pemuda dan
Pramuka) tentu tak dapat bekerja sendiri. Sejak akhir 1967, ia mendapatkan dukungan dari
Drs Idik Sulaeman yang dipindahtugaskan ke Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (dari
Departemen Perindustrian dan Kerajinan) sebagai Kepala Dinas Pengembangan dan Latihan.
Idik yang terkenal memiliki karakter kerja sangat rapi dan teliti, lalu mempersiapkan konsep
pelatihan dengan sempurna, baik dalam bidang fisik, mental, maupun spiritual. Latihan yang
merupakan derivasi dari konsep Kepanduan itu diberi nama ”Latihan Pandu Ibu Indonesia
Ber-Pancasila”. Setelah melengkapi silabus latihan dengan berbagai atribut dan pakaian
seragam, pada tahun 1973 Idik Sulaeman melontarkan suatu gagasan baru kepada Mutahar.
”Bagaimana kalau pasukan pengibar bendera pusaka kita beri nama baru,” katanya. Mutahar
yang tak lain mantan pembina penegak Idik di Gerakan Pramuka menganggukkan kepala.

Maka, kemudian meluncurlah sebuah nama antik berbentuk akronim yang agak sukar
diucapkan bagi orang yang pertama kali menyebutnya. Akronim itu adalah PASKIBRAKA,
yang merupakan singkatan dari Pasukan Pengibar Bendera Pusaka. ”Pas” berasal dari kata
pasukan, ”kib” dari kata kibar, ”ra” dari kata bendera dan ”ka” dari kata pusaka. Idik yang
sarjana senirupa lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) itupun juga segera memainkan
kelentikan tangannya dalam membuat sketsa. Hasilnya, adalah berbagai atribut yang
digunakan Paskibraka, mulai dari Lambang Anggota, Lambang Korps, Kendit Kecakapan
sampai Tanda Pengukuhan (Lencana Merah-Putih Garuda/MPG). Nama Paskibraka dan
atribut baru itulah yang dipakai sejak tahun 1973 sampai sekarang. Sulitnya penyebutan
akronim Paskibraka memang sempat mengakibatkan kesalahan ucap pada sejumlah reporter
televisi saat melaporkan siaran langsung pengibaran bendera pusaka setiap tanggal 17
Agustus di Istana Merdeka. Bahkan, tak jarang wartawan media cetak masih ada yang salah
menuliskannya dalam berita, misalnya dengan ”Paskibrata”. Tapi, bagi para anggota
Paskibraka, Purna (mantan) Paskibraka maupun orang-orang yang terlibat di dalamnya, kata
Paskibraka telah menjadi sesuatu yang sakral dan penuh kebanggaan.
Memang pernah, suatu kali nama Paskibraka akan diganti, bahkan pasukannya pun akan
dilikuidasi. Itu terjadi pada tahun 2000 ketika Presiden Republik Indonesia dijabat oleh KH
Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Kata ”pusaka” yang ada dalam akronim Paskibraka
dianggap Gus Dur mengandung makna ”klenik”. Untunglah, dengan perjuangan keras orang
orang yang berperan besar dalam sejarah Paskibraka, akhirnya niat Gus Dur untuk
melikuidasi Paskibraka dapat dicegah. Apalagi, Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1958
tentang Bendera Kebangsaan Republik Indonesia, pada pasal 4 jelas-jelas menyebutkan: (1)
BENDERA PUSAKA adalah Bendera Kebangsaan yang digunakan pada upacara Proklamasi
Kemerdekaan di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945. (2) BENDERA PUSAKA hanya
dikibarkan pada tanggal 17 Agustus. (3) Ketentuan-ketentuan pada Pasal 22 tidak berlaku
bagi BENDERA PUSAKA. (Pasal 22: Apabila Bendera Kebangsaan dalam keadaan
sedemikian rupa, hingga tak layak untuk dikibarkan lagi, maka bendera itu harus dihancurkan
dengan mengingat kedudukannya, atau dibakar). Itu berati, bila Presiden ngotot mengubah
nama Paskibraka, berarti dia melanggar PP No. 40 Tahun 1958. Presiden akhirnya tidak jadi
membubarkan Paskibraka, tapi meminta namanya diganti menjadi ”Pasukan Pengibar
Bendera Merah-Putih” saja. Hal ini di-iyakan saja, tapi dalam siaran televisi dan pemberitaan
media massa, nama pasukan tak pernah diganti. Paskibraka yang telah menjalani kurun
sejarah 32 tahun tetap seperti apa adanya, sampai akhirnya Gus Dur sendiri yang
dilengserkan.

LAMBANG PASKIBRA/KA (SETANGKAI BUNGA TERATAI)

Pada awal berdirinya lambang yang dipergunakan adalah bintang


Segi lima besar,untuk ciri pemuda.Pada tahun 1973 Bapak H.Idik Sulaeman menetapkan
lambang setangkai bunga teratai yang bermakna sebagai berikut :
*Setangkai bunga teratai yaitu :
Anggota Paskibra adalah pemuda yang
tumbuh dari bawah ( orang biasa ) dari tanah air yang sedang
berkembang dan membangun.
*Tiga helai bunga yang tumbuh ke atas yaitu :
Belajar – Bekerja – Bekerji
*Tiga helai daun yang tumbuh mendatar yaitu :
Aktif dan disiplin
*Jumlah mata Rantai mengelilingi ada 32 yang terdiri
1.Putri lambangnya lingkaran yang berjumlah 16 buah
2.Putra lambangnya belah ketupat yang berjumlah 16 buah
( keduanya melambangkan persatuan dari kesatuan )
*Warna hijau melambangkan Pemuda yang kreatif
*Bunga teratai dilingkari 16 lingkaran dan 16 buah belah ketupat yang
artinya anggota Paskibra dari 16 Penjuru arah mata angin tanpa
membeda – bedakan SARA ( Suku,Adat,Rasa,dan Agama ).
Makna Sang Merah Putih
Kata Sang pada Sang Merah Putih ,termasuk jenis kata sandang,digunakan untuk
menghormati sesuatu ( Sang Merah Putih,Sang Maha Kuasa).
Bendera Merah Putih mempunyai kedudukan yang tinggi menurut Pandangan masyarakat
indonesia,sehingga bergelar Sang Merah Putih yang
Berarti warisan yang di muliakan,yang merupakan lambang kemerdekaan dan
Kedaulatan negara.
Bendera Pusaka ialah Bendera Bebangsaan yang digunakan pada
Upacara Proklamasi Kemerdekaan di Jakarta 17 Agustus 1945. Bendera Pusaka hanya
dikibarkan pada tanggal 17 Agustus, pada waktu Upacara Penaikan dan
Penurunan Bendera Kebangsaan, maka semua yang hadir tegap diam diri, sambil menghadap
kebendera, tangan mengangkat sampai upacara selesai.
Pada waktu di kibarkan atau di bawah, bendera kebangsaan tidak boleh menyentuh tanah, air
atau benda lainnya,pada bendera kebangsaan tidak boleh di taruh
lencana,huruf,kalimat,Angka,gambar,atau tanda-tanda lainnya.

SEJARAH SINGKAT BENDERA MERAH PUTIH

Dalam sejarah Indonesia terbukti, bahwa Bendera Merah Putih dikibarkan pada tahun 1292
oleh tentara Jayakatwang ketika berperang melawan kekuasaan Kertanegara dari Singosari
(1222-1292). Sejarah itu disebut dalam tulisan bahwa Jawa kuno yang memakai tahun 1216
Caka (1254 Masehi), menceritakan tentang perang antara Jayakatwang melawan R. Wijaya.

Mpu Prapanca di dalam buku karangannya Negara Kertagama mencerirakan tentang


digunakannya warna Merah Putih dalam upacara hari kebesaran raja pada waktu
pemerintahan Hayam Wuruk yang bertahta di kerajaan Majapahit tahun 1350-1389 M.
Menurut Prapanca, gambar-gambar yang dilukiskan pada kereta-kereta raja-raja yang
menghadiri hari kebesaran itu bermacam-macam antara lain kereta raja puteri Lasem dihiasi
dengan gambar buah meja yang berwarna merah. Atas dasar uraian itu, bahwa dalam
kerajaan Majapahit warna merah dan putih merupakan warna yang dimuliakan.

Dalam suatu kitab tembo alam Minangkabau yang disalin pada tahun 1840 dari kitab yang
lebih tua terdapat ambar bendera alam Minangkabau, berwarna Merah Putih Hitam. Bendera
ini merupakan pusaka peninggalan jaman kerajaan Melayu Minangkabau dalam abad ke 14,
ketika Maharaja Adityawarman memerintah (1340-1347). Warna Merah = warna hulubalang
(yang menjalankan perintah) Warna Putih = warna agama (alim ulama) Warna Hitam =
warna adat Minangkabau (penghulu adat) – Warna merah putih dikenal pula dengan sebutan
warna Gula Kelapa. Di Kraton Solo terdapat pusaka berbentuk bendera Merah Putih
peninggalan Kyai Ageng Tarub, putra Raden Wijaya, yang menurunkan raja-raja Jawa.

Dalam babat tanah Jawa yang bernama babad Mentawis (Jilid II hal 123) disebutkan bahwa
Ketika Sultan Agung berperang melawan negeri Pati. Tentaranya bernaung di bawah bendera
Merah. Sultan Agung memerintah tahun 1613-1645.

Di bagian kepulauan lain di Indonesia juga menggunakan bendera merah putih. Antara lain,
bendera perang Sisingamangaraja IX dari tanah Batak pun memakai warna merah putih
sebagai warna benderanya , bergambar pedang kembar warna putih dengan dasar merah
menyala dan putih. Warna merah dan putih ini adalah bendera perang Sisingamangaraja XII.
Dua pedang kembar melambangkan piso gaja dompak, pusaka raja-raja Sisingamangaraja I-
XII.

Ketika terjadi perang di Aceh, pejuang – pejuang Aceh telah menggunakan bendera perang
berupa umbul-umbul dengan warna merah dan putih, di bagian belakang diaplikasikan
gambar pedang, bulan sabit, matahari, dan bintang serta beberapa ayat suci Al Quran.
Di jaman kerajaan Bugis Bone,Sulawesi Selatan sebelum Arung Palakka, bendera Merah
Putih, adalah simbol kekuasaan dan kebesaran kerajaan Bone.Bendera Bone itu dikenal
dengan nama Woromporang.
Pada umumnya warna Merah Putih merupakan lambing keberanian, kewiraan sedangkan
warna Putih merupakan lambang kesucian.

MERAH PUTIH DALAM ABAD XX

Bendera Merah Putih berkibar untuk pertama kali dalam abad XX sebagai lambang
kemerdekaan ialah di benua Eropa. Pada tahun 1922 Perhimpunan Indonesia mengibarkan
bendera Merah Putih di negeri Belanda dengan kepala banteng ditengah-tengahnya. Tujuan
perhimpunan Indonesia Merdeka semboyan itu juga digunakan untuk nama majalah yang
diterbitkan.

Pada tahun 1924 Perhimpunan Indonesia mengeluarkan buku peringatan 1908-1923 untuk
memperingati hidup perkumpulan itu selama 15 tahun di Eropa. Kulit buku peringatan itu
bergambar bendera Merah Putih kepala banteng.

Dalam tahun 1927 lahirlah di kota Bandung Partai Nasional Indonesia (PNI) yang
mempunyai tujuan Indonesia Merdeka. PNI mengibarkan bendera Merah Putih kepala
banteng.

Pada tanggal 28 Oktober 1928 berkibarlah untuk pertama kalinya bendera merah putih
sebagai bandera kebangsaan yaitu dalam Konggres Indonesia Muda di Jakarta. Sejak itu
berkibarlah bendera kebangsaan Merah Putih di seluruh kepulauan Indonesia.

Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang
dibentuk pada tanggal 9 Agustus 1945 mengadakan sidang yang pertama dan menetapkan
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia yang kemudian dikenal sebagai Undang-Undang
Dasar 1945 (UUD 1945).
Dalam UUD 1945, Bab I, pasal I, ditetapkan bahwa Negara Indonesia ialah Negara kesatuan
yang berbentuk Republik. Dalam UUD 1945 pasal 35 ditetapkan pula bahwa bendera Negara
Indonesia ialah Sang Merah Putih. Dengan demikian , sejak ditetapkannya UUD 1945 , Sang
Merah Putih merupakan bendera kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sang Saka Merah Putih merupakan julukan kehormatan terhadap bendera Merah Putih negara
Indonesia. Pada mulanya sebutan ini ditujukan untuk bendera Merah Putih yang dikibarkan
pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta, saat Proklamasi
dilaksanakan. Tetapi selanjutnya dalam penggunaan umum, Sang Saka Merah Putih ditujukan
kepada setiap bendera Merah Putih yang dikibarkan dalam setiap upacara bendera.

Bendera pusaka dibuat oleh Ibu Fatmawati, istri Presiden Soekarno, pada tahun 1944.
Bendera berbahan katun Jepang (ada juga yang menyebutkan bahan bendera tersebut adalah
kain wool dari London yang diperoleh dari seorang Jepang. Bahan ini memang pada saat itu
digunakan khusus untuk membuat bendera-bendera negara di dunia karena terkenal dengan
keawetannya) berukuran 276 x 200 cm. Sejak tahun 1946 sampai dengan 1968, bendera
tersebut hanya dikibarkan pada setiap hari ulang tahun kemerdekaan RI. Sejak tahun 1969,
bendera itu tidak pernah dikibarkan lagi dan sampai saat ini disimpan di Istana Merdeka.
Bendera itu sempat sobek di dua ujungnya, ujung berwarna putih sobek sebesar 12 X 42 cm.
Ujung berwarna merah sobek sebesar 15x 47 cm. Lalu ada bolong-bolong kecil karena jamur
dan gigitan serangga, noda berwarna kecoklatan, hitam, dan putih. Karena terlalu lama
dilipat, lipatan-lipatan itu pun sobek dan warna di sekitar lipatannya memudar.

Setelah tahun 1969, yang dikerek dan dikibarkan pada hari ulang tahun kemerdekaan RI
adalah bendera duplikatnya yang terbuat dari sutra. Bendera pusaka turut pula dihadirkan
namun ia hanya ‘menyaksikan’ dari dalam kotak penyimpanannya.

Bendera Indonesia memiliki makna filosofis. Merah berarti berani, putih berarti suci. Merah
melambangkan tubuh manusia, sedangkan putih melambangkan jiwa manusia. Keduanya
saling melengkapi dan menyempurnakan untuk Indonesia.

Ditinjau dari segi sejarah, sejak dahulu kala kedua warna merah dan putih mengandung
makna yang suci. Warna merah mirip dengan warna gula jawa/gula aren dan warna putih
mirip dengan warna nasi. Kedua bahan ini adalah bahan utama dalam masakan Indonesia,
terutama di pulau Jawa. Ketika Kerajaan Majapahit berjaya di Nusantara, warna panji-panji
yang digunakan adalah merah dan putih (umbul-umbul abang putih). Sejak dulu warna merah
dan putih ini oleh orang Jawa digunakan untuk upacara selamatan kandungan bayi sesudah
berusia empat bulan di dalam rahim berupa bubur yang diberi pewarna merah sebagian.

Orang Jawa percaya bahwa kehamilan dimulai sejak bersatunya unsur merah sebagai
lambang ibu, yaitu darah yang tumpah ketika sang jabang bayi lahir, dan unsur putih sebagai
lambang ayah, yang ditanam di gua garba. Dalam sejarah perjuangan kemrdekaan Indonesia,
Bendera Pusaka tidak pernah jatuh ke tangan musuh, meskipun tentara kolonial Belanda
menduduki Ibukota Negara Republik Indonesia.

TATA ATURAN PENGGUNAAN BENDERA


Ketentuannya terdapat dalam UUD 1945 yang kemudian diatur dalam PP: 40 Tanggal 28
Juni 1945 (Lambang Negara “Indonesia”) 1958 – 1968 dan penjelasannya terdapat dalam
lembar 1033.

BENTUK, UKURAN & WARNA

Bentuk persegi panjang, yang lebarnya 2:3 panjangnya. Bendera juga dapat digunakan pada
mobil Presiden dan Wakil presiden dengan ukuran 36 – 54 cm, serta mantan Presiden atau
Wakil Presiden, Ketua MPR, DPR, MA, Menteri, Jaksa Agung yang berukuran 34 – 45 cm
dan digunakan siapa saja dengan ukuran 20 – 30 cm.
Warna bendera kebangsaan republik indonesia adalah Merah Putih (MP).

PENGGUNAAN BENDERA KEBANGSAAN


Syarat:
1.Bendera dikibarkan dari terbit fajar sampai matahari terbenam (pkl. 06.00 – 18.00)
2. Bendera di kibarkan pada saat peringatan hari Kemerdekan RI dan Upacara – upacara
resmi lainnya.
3. Bendera dikibarkan juga :
a. Digedung sekolah
b. Tiap hari di gedung kerja
c. Tiap hari di makam pahlawan
d. Tiap hari dirumah pejabat
4. Tempat pemasangan :
1. Bila Bendara dipasang sebagai lencana
Dipasang diatas sebelah kiri saku
2. Bila bersamaan bendera organisasi
Bendera Merah Putih ditaruh ditengah harus lebih tinggi
3. Dipasang disekolah tepat berada di tengah (simetris) gedung menghadap.
4. Bila diruangan pertemuan berada di belakang Ketua.

TATA TERTIB PENGGUNAAN BENDERA MERAH PUTIH


1. Bendera : Tiang : Seimbang
2. Pada saat bendera naik harus HORMAT
3. Menaikan dan menurunkan harus perlahan – lahan
4. Pemasangan bendera setengah tiang :
dilakukan penuh lalu diturunkan setengah tiang.

PENGGUNAAN BENDERA KEBANGSAAN DENGAN BENDERA BANGSA ASING


a. Jika terdapat berjumlah 2 bendera
Bendera negara harus disebelah kanan bendera lain.
b. Bendera silang
Bendera lain disebelah kanan, bendera negara sebelah kiri

PENGGUNAAN BENDERA KEBANGSAAN DENGAN BENDERA ORGANISASI.


a. Bendera Indonesia ditengah
b. Bendera Indonesia lebih tinggi
c. Bendera Indonesia tiangnya lebih tinggi dari bendera Lain
d. Bendera Indonesia tidak boleh dipasang silang dengan bendera lain

LARANGAN
1. Bendera tidak boleh menyentuh tanah
2. Bendera tidak boleh dikibarkan terbalik / melilit
3. Bendera harus disimpan dengan baik
4. Bendera harus bersih
5. Bendera harus utuh / tidak sobek
6. Bendera tidak boleh untuk alas
7. Bendera tidak boleh digambar ( dicoret – coret )
8. Bendera tidak boleh ada tambalan
9. Bendera tidak boleh untuk bermain
10. Bendera tidak boleh untuk pembungkus
11. Bendera tidak boleh untuk pakaian
12. Bendera tidak boleh untuk selimut
13. Bendera tidak boleh untuk sapu tangan
14. Tidak boleh digunakan sebagai atap
Ukuan bendera adalah 3:2,yang terbesar 3m x 2m dan paling kecil
3cm x 2cm.Ukuran standar adalah 17m (tiang).
Peraturan pemerintah no. 401.Tgl 26 juni 1958 tentang bendera kebangsaan Republik
Indonesia yang isinya : bahwa bendera Merah Putih boleh digunakan / di pakai di mobil:

1.Mobil Presiden ( 36 cm x 54 cm )
2.Mobil Wakil Presiden ( 30 cm x 45 cm )
3.Mobil Ketua MPR ( 30 cm x 45 cm )
4.Mobil Ketua DPR ( 30 cm x 45 cm )
5.Mobil Ketua MA ( 30 cm x 45 cm )
6.Mobil Ketua BPK ( 30 cm x 45 cm )
7.Mobil Mentri ( 30 cm x 45 cm )

URUTAN LENCANA (LK) SESUAI WARNA DAN TINGKATANNYA

Warna putih untuk pemula (pelajar/paskibra SMP/SMA)


Warna Hijau untuk latihan perintis Pemuda (Anggota paskibraka tingkat Kota/Kabupaten &
Propinsi)
Warna Merah untuk latihan pemuka Pemuda (Paskibraka tingkat Nasional
Warna Kuning untuk latihan pendamping Pemuda (Para Pelatih Paskibraka)
Warna Ungu untuk latihan peñatas Pemuda (Dewan Penasehat Pemuda)
Warna Abu- abu untuk latihan penaya Pemuda (Pelindung)

PENJELASAN TAMBAHAN
a. LK putih dipakai oleh anggota paskibra kecamatan tingkat SMP maupun SMA yang sudah
mengikuti kegiatan pengibaran di masing-masing wilayah
b. LK hijau dipakai oleh anggota paskibra yang mengikuti Latihan Perintis Pemuda
(DIKLAT) yang diadakan oleh paskibra sekolah dengan dinas pendidikan serta anggota
paskibraka tingkat kabupaten/kotamadya dari provinsi yang telah bertugas
c. LK merah dipakai oleh anggota paskibra yang mengikuti Latihan Pemuka Pemuda dan
anggota paskibraka tingkat nasional yang telah bertugas
d. LK ungu dipakaii oleh anggota paskibra yang mengikuti Latihan Pemuda Madya khusus
para Pembina, eks danlat dan eks danki

TATA UPACARA BENDERA

TATA UPACARA BENDERA (TUB)

ARTI

Tata : mengatur, menata, menyusun


Upa : rangkaian
Cara : tindakan, gerakan
Jadi Tata Upacara Bendera adalah tindakan dan gerkan yang dirangkaikan dan ditata dengan
tertib dan disiplin. Pada hakekatnya upacara bendera adalah pencerminan dari nilai-nilai
budaya bangsa yang merupakan salah satu pancaran peradaban bangsa, hal ini merupakan ciri
khas yang membedakan dengan bangsa lain.

SEJARAH

Sejak zaman nenek moyang bangsa Indonesia telah melaksanakan upacara, upacara
selamatan kelahiran, upacara selamatan panen.

DASAR HUKUM

1. Pancasila
2. UUD 1945 (tentang Sistem Pendidikan Nasional)
3. Inpres No. 14 tahun 1981 (tentang Urutan Upacara Bendera)

MAKSUD DAN TUJUAN


a. untuk memperolah suasana yang khidmat, tertib, dan menuntut pemusatan perhatian dari
seluruh peserta, maka disusunlah petunjuk pelaksanaan kegiatan ini.
b. menjadikan sekolah memiliki situasi yang dinamis dalam segala aspek kehidupan bagi para
siswa, guru, pembina dan kepala sekolah. Sehingga sekolah memiliki daya kemampuan dan
ketangguhan terhadap gangguan-gangguan negatif baik dari dalam maupun luar sekolah,
yang akan dapat mengganggu kelancaran proses belajar mengajar di sekolah.

PEJABAT UPACARA

1. Pembina Upacara
2. Pemimpin Upacara
3. Pengatur Upacara
4. Pembawa Upacara

PETUGAS UPACARA

a. Pembawa naskah Pancasila


b. Pembaca Teks Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
c. Pembaca Do’a
d. Pemimpin Lagu
e. Kelompok Pengibar / Penurun Bendera
f. Kelompok Pembawa Lagu
g. Cadangan tiap perangkat

PERLENGKAPAN UPACARA

1) Bendera Merah Putih


Ukuran perbandingan 2 : 3
Ukuran terbesar 2 X 3 meter
Ukuran terkecil 1 X 1,5 Meter
2) Tiang Bendera
Minimal 5 meter maksimal 17 meter
Perbandingan bendera dengan tiang 1 : 5
3) Tali Bendera
Diusahakan tali yang digunakan adalah tali layar dan bukan tali plastik
4) Naskah-naskah
a. Pancasila
b. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
c. Naskah Do’a
d. Naskah Acara

PENGERTIAN UPACARA
Terbagi menjadi dua bagian (yaitu upacara Umum dan Upacara Khusus)

1. Upacara umum adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh banyak orang di instansi
kantor pemerintah untuk memperingati sesuatu atau karena diadakan acara tertentu. Contoh :
Upacara peringatan HUT kemerdekaan Republik Indonesia, Upacara hari ibu, Upacara serah
terima jabatan, dan lain sebagainya.

2. Upacara khusus adalah upacara yang dilaksanakan secara khusus tanpa membutuhkan
kehadiran pejabat dan memiliki tata urutan upacara yang tidak harus lengkap. Contoh :
kegiatan apel, laporan serah terima jabatan, dll.

B. Urut-Urutan / Langkah / Tahapan Upacara Umum (Ringkas)

1. Persiapan Upacara
- Atur peserta dalam kelompok barisan oleh pimpinan barisan
- Petuga upacara seperti petugas bendera, pembaca UUD '45, dll berada di posisi masing-
masing
- Pemimpin upacara masuk ke lapangan dan mengambil alih komando dan merapikan barisan
peserta.
- Pembawa acara membaca urutan upacara

2. Pelaksanaan Upacara
- Ketua pelaksana atau penanggung jawab lapor ke pembina upacara bahwa upacara siap
mulai.
- Pembawa upacara mengatakan upacara segera dimulai, pembina upacara memasuki tempat
upacara.
- Pemimpin menyiapkan barisan sebelum pembina tiba.
- Pembina memasuki lokasi upacara diantar penanggung jawab.
- Penghormatan umum kepada pembina upacara dipimpinoleh pemimpin upacara.
- Pemimpin upacara lapor kepada pembina upacara bahwa upacara siap dimulai.
- Penaikan bendera merah-putih oleh petugas.
- Setelah bendera siap lakukan penghormatan kepada bendera.
- Mengheningkan cipta dipimpin oleh pembina upacara.
- Pembacaan teks pancasila
- Pembacaan UUD 1945
- Pembacaan teks lain sesuai acara
- Amanat pembina upacara, barisan diistirahatkan. Siapkan jika telah selesai
- Pembacaan Doa
- Laporan pemimpin upacara kepada pembina upacara bahwa upacara telah selesai
- Penghormatan umum kepada pembina upacara oleh pemimpin upacara
- Pembina upacara meninggalkan tempat upacara dan diluar lokasi disambut
penanggungjawab / ketua panitia
- Pemimpin upacara mengembalikan komando ke pemimpin barisan lalu menginggalkan
tempat upacara
- Pemimpin barisan membubarkan barisan

KEWAJIBAN DAN HAL-HAL YANG MUNGKIN TERJADI SEWAKTU UPACARA


BENDERA DILAKSANAKAN

1. Kewajiban pada waktu dilaksanakan upacara bendera di sekolah semua guru, siswa, staff
yang berada dihalaman sekolah yang kebetulan tidak mengikuti upacara
pengibaran/penurunan bendera mereka diwajibkan mengambil sikap sempurna mengarah
kearah bendera dan memberikan penghormatan.
2. Gangguan pada saat upacara bendera

· Kerekan macet Upacara berjalan terus dan setelah selesai kerekan dibetulkan.
· Tali kerekan putus Kelompok pengibar bendera berusaha menangkap bendera tegak lurus
sampai upacara selesai kemudian bendera dilipat sesuai ketentuan untuk disimpan.
· Tiang bendera roboh Kelompok pengibar bendera berusaha menegakkan/menangkap tiang
bendera yang roboh bila tidak mungkin dipertahankan laksanakan seperti pada sebelumnya.
· Cuaca buruk/hujan Apabila sebelum dilaksanakan upacara, cuaca buruk/hujan maka
upacara penaikan bendera dibatalkan. Tetapi apabila sudah dilaksanakan upacara, cuaca
buruk/hujan maka upacara tetap dilaksanakan sampai bendera berada dipuncak dan lagu
selesai dinyanyikan.

SEJARAH BURUNG GARUDA

Mengapa di kebun binatang tak pernah ada yang namanya burung garuda?

Burung garuda sejenis dengan rajawali. Tapi, garuda merupakan tokoh rekaan yang hanya
ada dalam dunia wayang atau dongeng. Tokoh garuda muncul dalam epos Ramayana dan
cerita Garudeya. Bagaimana sejarahnya hingga ia jadi lambang negara kita?
Baik elang maupun rajawali merupakan burung perkasa yang sering dijadikan lambang
negara. Sejak tahun 1989 misalnya, pemerintah DKI Jakarta menetapkan elang bondol
sebagai lambang Kota Jakarta.

Selain elang bondol, ada pula burung rajawali Haliaetus leucocephalus atau elang besar yang
menjadi lambang Amerika Serikat karena penampilannya yang perkasa, dan ukurannya yang
besar. Di Eropa ada juga rajawali laut berekor putih. Tubuhnya lebih kekar, dengan
bentangan sayap 2,5 m. Kebasan sayap burung ini memiliki kekuatan yang luar biasa. Kalau
sedang berburu mangsa, ia terbang tanpa kebasan sayap. Dari tempat yang tinggi, ia berputar-
putar melingkar, lalu menukik pesat ke arah mangsa seraya mendorongkan kuku kakinya ke
depan. Kehebatan inilah yang mendorong warga Jerman memilih rajawali laut berekor putih
sebagai lambang negara, hingga saat ini.

Kisah kegagahan rajawali laut berekor putih itu pun tersebar sampai ke pantai barat India.
Keperkasaannya menerkam ulang juga terdengar oleh para pujangga India di masa lalu.
Maka, dalam cerita-cerita yang mereka buat, burung rajawali pun tampil sebagai Resi
Garuda, yakni makhluk berkepala burung dan bertubuh manusia. Menurut cerita, burung
garuda itu merupakan kendaraan yang biasa dipergunakan Batara Wisnu.

Dari mitos India inilah, para pujangga Jawa zamannya Dharmawansa Anantawikrama
Uttunggadewa mengenal dan menyebarkan nama garuda di Jawa Timur tahun 991-1016.
Meskipun tidak melihat sendiri wujud burung itu, mereka berhasil membayangkan dan
mengabadikannya dalam pahatan relief Candi Kedaton dan Kidal.

Kemudian, garuda yang setengah orang setengah burung diabadikan lebih nyata sebagai arca
Airlangga (titisan Wisnu) di Candi Belahan. Dan, sejak proklamasi kemerdekaan RI tahun
1945, burung garuda dilukiskan sebagai burung rajawali seutuhnya. Kepalanya pun
menengok ke kanan seperti semua lambang elang negara lain. Tapi, ia membawa perisai
berisi lambang-lambag Pancasila. Sobat-sobat sudah tahu, kan, jumlah bulu sayapnya 17,
bulu ekornya 8, bulu ekor di bawah perisai 19, dan bulu kecil di lehernya 45. Ini sangat tepat
dengan hari lahir Republik Indonesia. Kakinya merentang spanduk Jawa Kuno, "Bhineka
Tunggal Ika", yang berarti beraneka ragam tapi tetap satu…

Kemudian dari rujutan sejarah dalam catatan yang pernah saya pelajari bahwa hampir semua
orang tahu itu. Namun hanya sebagian orang saja yang mengetahui siapa penemunya dan
bagaimana kisah hingga menjadi lambang kebanggaan negara ini.
Sewaktu Republik Indonesia Serikat dibentuk, dia diangkat menjadi Menteri Negara Zonder
Porto Folio dan selama jabatan menteri negara itu ditugaskan Presiden Soekarno
merencanakan, merancang dan merumuskan gambar lambang negara.Dia lah Sultan Hamid II
yang berasal dari Pontianak.

Dia teringat ucapan Presiden Soekarno, bahwa hendaknya lambang negara mencerminkan
pandangan hidup bangsa, dasar negara Indonesia, di mana sila-sila dari dasar negara, yaitu
Pancasila divisualisasikan dalam lambang negara. Tanggal 10 Januari 1950 dibentuk Panitia
Teknis dengan nama Panitia Lencana Negara di bawah koordinator Menteri Negara Zonder
Porto Folio Sultan Hamid II dengan susunan panitia teknis M Yamin sebagai ketua, Ki Hajar
Dewantoro, M A Pellaupessy, Moh Natsir, dan RM Ng Purbatjaraka sebagai anggota. Panitia
ini bertugas menyeleksi usulan rancangan lambang negara untuk dipilih dan diajukan kepada
pemerintah.
Merujuk keterangan Bung Hatta dalam buku “Bung Hatta Menjawab” untuk melaksanakan
Keputusan Sidang Kabinet tersebut Menteri Priyono melaksanakan sayembara. Terpilih dua
rancangan lambang negara terbaik, yaitu karya Sultan Hamid II dan karya M Yamin.

Pada proses selanjutnya yang diterima pemerintah dan DPR RIS adalah rancangan Sultan
Hamid II. Karya M Yamin ditolak karena menyertakan sinar-sinar matahari dan
menampakkan pengaruh Jepang.

Setelah rancangan terpilih, dialog intensif antara perancang (Sultan Hamid II), Presiden RIS
Soekarno dan Perdana Menteri Mohammad Hatta, terus dilakukan untuk keperluan
penyempurnaan rancangan itu. Terjadi kesepakatan mereka bertiga, mengganti pita yang
dicengkeram Garuda, yang semula adalah pita merah putih menjadi pita putih dengan
menambahkan semboyan “Bhineka Tunggal Ika”.

Tanggal 8 Februari 1950, rancangan final lambang negara yang dibuat Menteri Negara RIS,
Sultan Hamid II diajukan kepada Presiden Soekarno. Rancangan final lambang negara
tersebut mendapat masukan dari Partai Masyumi untuk dipertimbangkan, karena adanya
keberatan terhadap gambar burung garuda dengan tangan dan bahu manusia yang memegang
perisai dan dianggap bersifat mitologis.

Sultan Hamid II kembali mengajukan rancangan gambar lambang negara yang telah
disempurnakan berdasarkan aspirasi yang berkembang, sehingga tercipta bentuk Rajawali-
Garuda Pancasila. Disingkat Garuda Pancasila. Presiden Soekarno kemudian menyerahkan
rancangan tersebut kepada Kabinet RIS melalui Moh Hatta sebagai perdana menteri. AG
Pringgodigdo dalam bukunya “Sekitar Pancasila” terbitan Dep Hankam, Pusat Sejarah ABRI
menyebutkan, rancangan lambang negara karya Sultan Hamid II akhirnya diresmikan
pemakaiannya dalam Sidang Kabinet RIS. Ketika itu gambar bentuk kepala Rajawali Garuda
Pancasila masih “gundul” dan “tidak berjambul” seperti bentuk sekarang ini. Inilah karya
kebangsaan anak-anak negeri yang diramu dari berbagai aspirasi dan kemudian dirancang
oleh seorang anak bangsa, Sultan Hamid II Menteri Negara RIS.
Presiden Soekarno kemudian memperkenalkan untuk pertama kalinya lambang negara itu
kepada khalayak umum di Hotel Des Indes Jakarta pada 15 Februari 1950. Penyempurnaan
kembali lambang negara itu terus diupayakan. Kepala burung Rajawali Garuda Pancasila
yang “gundul” menjadi “berjambul” dilakukan. Bentuk cakar kaki yang mencengkram pita
dari semula menghadap ke belakang menjadi menghadap ke depan juga diperbaiki, atas
masukan Presiden Soekarno. Tanggal 20 Maret 1950, bentuk final gambar lambang negara
yang telah diperbaiki mendapat disposisi Presiden Soekarno, yang kemudian memerintahkan
pelukis istana, Dullah, untuk melukis kembali rancangan tersebut sesuai bentuk final
rancangan Menteri Negara RIS Sultan Hamid II yang dipergunakan secara resmi sampai saat
ini…

SEJARAH BURUNG GARUDA

Mengapa di kebun binatang tak pernah ada yang namanya burung garuda?

Burung garuda sejenis dengan rajawali. Tapi, garuda merupakan tokoh rekaan yang hanya
ada dalam dunia wayang atau dongeng. Tokoh garuda muncul dalam epos Ramayana dan
cerita Garudeya. Bagaimana sejarahnya hingga ia jadi lambang negara kita?
Baik elang maupun rajawali merupakan burung perkasa yang sering dijadikan lambang
negara. Sejak tahun 1989 misalnya, pemerintah DKI Jakarta menetapkan elang bondol
sebagai lambang Kota Jakarta.

Selain elang bondol, ada pula burung rajawali Haliaetus leucocephalus atau elang besar yang
menjadi lambang Amerika Serikat karena penampilannya yang perkasa, dan ukurannya yang
besar. Di Eropa ada juga rajawali laut berekor putih. Tubuhnya lebih kekar, dengan
bentangan sayap 2,5 m. Kebasan sayap burung ini memiliki kekuatan yang luar biasa. Kalau
sedang berburu mangsa, ia terbang tanpa kebasan sayap. Dari tempat yang tinggi, ia berputar-
putar melingkar, lalu menukik pesat ke arah mangsa seraya mendorongkan kuku kakinya ke
depan. Kehebatan inilah yang mendorong warga Jerman memilih rajawali laut berekor putih
sebagai lambang negara, hingga saat ini.

Kisah kegagahan rajawali laut berekor putih itu pun tersebar sampai ke pantai barat India.
Keperkasaannya menerkam ulang juga terdengar oleh para pujangga India di masa lalu.
Maka, dalam cerita-cerita yang mereka buat, burung rajawali pun tampil sebagai Resi
Garuda, yakni makhluk berkepala burung dan bertubuh manusia. Menurut cerita, burung
garuda itu merupakan kendaraan yang biasa dipergunakan Batara Wisnu.

Dari mitos India inilah, para pujangga Jawa zamannya Dharmawansa Anantawikrama
Uttunggadewa mengenal dan menyebarkan nama garuda di Jawa Timur tahun 991-1016.
Meskipun tidak melihat sendiri wujud burung itu, mereka berhasil membayangkan dan
mengabadikannya dalam pahatan relief Candi Kedaton dan Kidal.

Kemudian, garuda yang setengah orang setengah burung diabadikan lebih nyata sebagai arca
Airlangga (titisan Wisnu) di Candi Belahan. Dan, sejak proklamasi kemerdekaan RI tahun
1945, burung garuda dilukiskan sebagai burung rajawali seutuhnya. Kepalanya pun
menengok ke kanan seperti semua lambang elang negara lain. Tapi, ia membawa perisai
berisi lambang-lambag Pancasila. Sobat-sobat sudah tahu, kan, jumlah bulu sayapnya 17,
bulu ekornya 8, bulu ekor di bawah perisai 19, dan bulu kecil di lehernya 45. Ini sangat tepat
dengan hari lahir Republik Indonesia. Kakinya merentang spanduk Jawa Kuno, "Bhineka
Tunggal Ika", yang berarti beraneka ragam tapi tetap satu…
Kemudian dari rujutan sejarah dalam catatan yang pernah saya pelajari bahwa hampir semua
orang tahu itu. Namun hanya sebagian orang saja yang mengetahui siapa penemunya dan
bagaimana kisah hingga menjadi lambang kebanggaan negara ini.
Sewaktu Republik Indonesia Serikat dibentuk, dia diangkat menjadi Menteri Negara Zonder
Porto Folio dan selama jabatan menteri negara itu ditugaskan Presiden Soekarno
merencanakan, merancang dan merumuskan gambar lambang negara.Dia lah Sultan Hamid II
yang berasal dari Pontianak.

Dia teringat ucapan Presiden Soekarno, bahwa hendaknya lambang negara mencerminkan
pandangan hidup bangsa, dasar negara Indonesia, di mana sila-sila dari dasar negara, yaitu
Pancasila divisualisasikan dalam lambang negara. Tanggal 10 Januari 1950 dibentuk Panitia
Teknis dengan nama Panitia Lencana Negara di bawah koordinator Menteri Negara Zonder
Porto Folio Sultan Hamid II dengan susunan panitia teknis M Yamin sebagai ketua, Ki Hajar
Dewantoro, M A Pellaupessy, Moh Natsir, dan RM Ng Purbatjaraka sebagai anggota. Panitia
ini bertugas menyeleksi usulan rancangan lambang negara untuk dipilih dan diajukan kepada
pemerintah.

Merujuk keterangan Bung Hatta dalam buku “Bung Hatta Menjawab” untuk melaksanakan
Keputusan Sidang Kabinet tersebut Menteri Priyono melaksanakan sayembara. Terpilih dua
rancangan lambang negara terbaik, yaitu karya Sultan Hamid II dan karya M Yamin.

Pada proses selanjutnya yang diterima pemerintah dan DPR RIS adalah rancangan Sultan
Hamid II. Karya M Yamin ditolak karena menyertakan sinar-sinar matahari dan
menampakkan pengaruh Jepang.

Setelah rancangan terpilih, dialog intensif antara perancang (Sultan Hamid II), Presiden RIS
Soekarno dan Perdana Menteri Mohammad Hatta, terus dilakukan untuk keperluan
penyempurnaan rancangan itu. Terjadi kesepakatan mereka bertiga, mengganti pita yang
dicengkeram Garuda, yang semula adalah pita merah putih menjadi pita putih dengan
menambahkan semboyan “Bhineka Tunggal Ika”.

Tanggal 8 Februari 1950, rancangan final lambang negara yang dibuat Menteri Negara RIS,
Sultan Hamid II diajukan kepada Presiden Soekarno. Rancangan final lambang negara
tersebut mendapat masukan dari Partai Masyumi untuk dipertimbangkan, karena adanya
keberatan terhadap gambar burung garuda dengan tangan dan bahu manusia yang memegang
perisai dan dianggap bersifat mitologis.

Sultan Hamid II kembali mengajukan rancangan gambar lambang negara yang telah
disempurnakan berdasarkan aspirasi yang berkembang, sehingga tercipta bentuk Rajawali-
Garuda Pancasila. Disingkat Garuda Pancasila. Presiden Soekarno kemudian menyerahkan
rancangan tersebut kepada Kabinet RIS melalui Moh Hatta sebagai perdana menteri. AG
Pringgodigdo dalam bukunya “Sekitar Pancasila” terbitan Dep Hankam, Pusat Sejarah ABRI
menyebutkan, rancangan lambang negara karya Sultan Hamid II akhirnya diresmikan
pemakaiannya dalam Sidang Kabinet RIS. Ketika itu gambar bentuk kepala Rajawali Garuda
Pancasila masih “gundul” dan “tidak berjambul” seperti bentuk sekarang ini. Inilah karya
kebangsaan anak-anak negeri yang diramu dari berbagai aspirasi dan kemudian dirancang
oleh seorang anak bangsa, Sultan Hamid II Menteri Negara RIS.
Presiden Soekarno kemudian memperkenalkan untuk pertama kalinya lambang negara itu
kepada khalayak umum di Hotel Des Indes Jakarta pada 15 Februari 1950. Penyempurnaan
kembali lambang negara itu terus diupayakan. Kepala burung Rajawali Garuda Pancasila
yang “gundul” menjadi “berjambul” dilakukan. Bentuk cakar kaki yang mencengkram pita
dari semula menghadap ke belakang menjadi menghadap ke depan juga diperbaiki, atas
masukan Presiden Soekarno. Tanggal 20 Maret 1950, bentuk final gambar lambang negara
yang telah diperbaiki mendapat disposisi Presiden Soekarno, yang kemudian memerintahkan
pelukis istana, Dullah, untuk melukis kembali rancangan tersebut sesuai bentuk final
rancangan Menteri Negara RIS Sultan Hamid II yang dipergunakan secara resmi sampai saat
ini…

KUMPULAN LAGU-LAGU PASKIBRA/PASKIBRAKA

1. MARS PASKIBRAKA/PASKIBRAKA
Bila berbaris janganlah tengok kanan dan kiri
Ayunkan tangan biarlah tinggi
Badan ditegakkan pandangan lurus ke depan
Dengarlah aba-aba
Kami inilah putra dan putri PASKIBRA (lirik ini bisa di rubah sesuai nama PASKIBRA
masing-masing)
Berhati baja tak kenal lelah
Walaupun hidup kami sekarang sengsara
Tetaplah hati gembira
Majulah putra bangsa
Tegakkan kepalamu busungkanlah dadamu
Majulah putra bangsa
Tetaplah hati gembira

2. LANGKAH PASKIBRAKA
Tiada gunung terlalu tinggi
Buat kami daki di siang hari
Tiada jurang terlalu dalam
Buat kami turuni di malam kelam
Hutan rimba – hutan rimba
Sawah ladang – sawah ladang
Menyusuri jalan yang jauh
Panas terik hujan berangin
Ayolah ayo maju
Pantang mundur, hati kami , hati kami
Paskibra jalan menyerah
Tersapu lawan semua

3. BOB MARLEY MASUK PASKIBRA


Bob Bob Bob
Panggil Bob Marley
Di Atas Harley
Makannya Gule
Dicampur Sate
Siape Suke Silakan Aje
Janganlah Lupe Same Paskibre

4. LANGKAH LARI
Ayo lari tiap pagi
Agar kuat urat kaki
Badan payah tak mengapa
Karena kita sudah biasa
Satu ribu, dua ribu
Tiga ribu, empat ribu
Jangan bimbang jangan ragu
Pantang mundur terus maju

5. DI TIMUR MATAHARI
Di timur matahari mulai bercahaya
Bangun dan berdiri kawan semua
Marilah mengatur barisan kita
Pemuda pemudi Indonesia

6. APEL MALAM
Bila apel malam telah tiba
Segera siapkan penerjunan
Hatiku dag….dig…dug tak karuan
Memikirkan nasib seseorang.
Biar payung tidak mengembang
Segera buka payung cadangan
Bila itu juga tidak mengembang
Serahkan nyawamu pada Tuhan
Bila payung sudah mengembang
Segera tengok kiri dan kanan
Pandangan tetap lurus ke depan
Sikap exit jangan dilupakan

7. DORE MI
Sol do sate kebo
Re mi fa sol iwak tongkol
Mire mire gule kare enak dewe
Merah putih benderaku
Putih-putih pakaianku
Lari-lari tiap pagi
Jangan jongkok setengah mati
PASKIBRA tetap jaya

8. HE…… PASKIBRA
HE…… PASKIBRA hari ini hari luar biasa
HE…… PASKIBRA suara kami melayang di udara
Mari semua kita berbaris dengan langkah yang tetap
Hidup PASKIBRA putra putri pilihan

13. MINGGIR DONG


Minggir dong ( 3x )
Minggirlah PASKIBRA………….. (isi nama paskibra masing-masing) … mau lewat
Jangan dilihat – lihat nanti kamu terpikat.
Karena anggota kami hebat – hebat
Minggir dong ( 3x )
Minggirlah PASKIBRA……… (isi nama paskibra masing-masing)… mau lewat
Jangan dilirik – lirik nanti kamu tertarik
Karena anggota kami cantik – cantik.

9. OTO BEMO
Oto emo, oto bemo
Beroda tiga, tiga beroda
Tempat berhenti, berhenti tempat
Di tengah-tengah kota, kota di tengah-tengah
Panggil nona, nona panggil
Naik segera, segera naik
Nona bilang, bilang nona
Tidak punya uang, uang tidak punya
Jalan kaki saja, jalan-jalan saja

10. PENYAMARAN
Kuambil rumput di ladang
Kujadikan penyamaran
Wajah cantik berubah menjadi setan
Agar tak mudah dikenal
Bermain berperang
Bermain penyamaran
Wajah cantik kini tidak kelihatan
Agar tak mudah dikenal

11. DON’T FORGET TO LOVE ME


Ingat-ingat itu remember
Jangan lupa itu don,t forget
Aku sayang kamu I love you
Hanya kamu PASKIBRA

12. WAKTU DULU


Waktu dulu aku masih kecil
Ku tak tahu apa yang mungil
Ku sentil – sentil (2x)
Tak tahunya eh eh itu pentil
Waktu dulu aku masih tolol
Ku tak tahu apa yang nongol
Ku senggol – senggol (2x)
Tak tahunya eh eh itu botol

13. TERIMA KASIH (1)


Terima kasih abang ( 2X )
Terima kasih kami ucapkan
Terima kasih mba ( 2X)
Terima kasih kami ucapkan
Terimakasih salam dari kami
Yang ingin maju bersama-sama
Terimalah salam dari kami
Yang ingin maju bersama-sama

14. TERIMA KASIH (2)


(lagu potong bebek angsa)
Terima kasih atas ceramahnya
Terima kasih ku tak akan lupa
Sungguh bermanfaat dan berguna pula
Lain waktu semoga jumpa lagi.

15. KAK GENDUT


Kak gendut masuk PASKIBRA ( 2X)
Lari lari tiap pagi
Jangan jongkok setengah mati
Kak gendut jadi kurus lagi

16. SATU DUA TIGA


Satu –satu aku kenal kamu
Dua-dua aku suka kamu
Tiga-tiga aku cinta kamu
Satu dua tiga ikut PASKIBRAKA

17. CINTA KILAT


(lagu anak ayam)
Malam senin mulai bertemu
Malam selasa mulai bertamu
Malam rabu mulai merayu
Malam kamis darling I Love You
Malam jumat terima surat
Yang isinya cinta ditolak
Malam sabtu sendiri lagi
Malam minggu mencari lagi
Cinta kilat cinta PASKIBRA
Patah satu tumbuh seribu
Patah hati hilang berganti
Patah hati mencari lagi

18. LANGKAH PASKIBRAKA


Tiada gunung terlalu tinggi
Buat kami daki di siang hari
Tiada jurang terlalu dalam
Buat kami turuni di malam kelam
Hutan rimba – hutan rimba
Sawah ladang – sawah ladang
Menyusuri jalan yang jauh
Panas terik hujan berangin
Ayolah ayo maju
Pantang mundur, hati kami , hati kami
Paskibra jalan menyerah
Tersapu lawan semua

19. LANGKAH TAPI NYATA


Di pagi hari botak sisir rambut
Melihat pincang lari pagi
Buta baca koran
Ompong gosok gigi
Bisu dan tuli main telepon.

20. KALAU SUKA


Kalau kau suka hati tepuk tangan
Kalau kau suka hati tepuk tangan
Kalau kau suka hati dan sungguh rasa ini
Kalau kau suka hati tepuk tangan
Kalau kau suka hati petik jari
Kalau kau suka hati petik jari
Kalau kau suka hati dan sungguh rasa ini
Kalau kau suka hati petik jari
Kalau kau suka hati tepuk paha
Kalau kau suka hati tepuk paha
Kalau kau suka hati dan sungguh rasa ini
Kalau kau suka hati tepuk paha
Kalau kau suka hati injak bumi
Kalau kau suka hati injak bumi
Kalau kau suka hati dan sungguh rasa ini
Kalau kau suka hati injak bumi
Kalau kau suka hati semuanya
Kalau kau suka hati semuanya
Kalau kau suka hati dan sungguh rasa ini
Kalau kau suka hati semuanya

21. DI TIMUR MATAHARI


Di timur matahari mulai bercahaya
Bangun dan berdiri kawan semua
Marilah mengatur barisan kita
Pemuda pemudi Indonesia

22. HE…… PASKIBRA


HE…… PASKIBRA hari ini hari luar biasa
HE…… PASKIBRA suara kami melayang di udara
Mari semua kita berbaris dengan langkah yang tetap
Hidup PASKIBRA putra putri pilihan
23. MINGGIR DONG
Minggir dong ( 3x )
Minggirlah PASKIBRAKA mau lewat
Jangan dilihat – lihat nanti kamu terpikat.
Karena anggota kami hebat – hebat
Minggir dong ( 3x )
Minggirlah PASKIBRAKA mau lewat
Jangan dilirik – lirik nanti kamu tertarik
Karena anggota kami cantik – cantik.

24. WAKTU DULU


Waktu dulu aku masih kecil
Ku tak tahu apa yang mungil
Ku sentil – sentil (2x)
Tak tahunya eh eh pentil
Waktu dulu aku masih tolol
Ku tak tahu apa yang nongol
Ku senggol – senggol (2x)
Tak tahunya eh eh itu botol

25. TERIMA KASIH (2)


Terima kasih kakak ( 2X )
Terima kasih kami ucapkan
Terima kasih kakak ( 2X)
Terima kasih kami ucapkan
Ya ya terimakasih salam dari kami
Yang ingin maju bersama-sama
Terimalah salam dari kami
Yang ingin maju bersama-sama

26. Forget to Me
Kini aku sedang ditempa
dalam candra kawah dimuka
lupa sanak lupa saudara
lupakan saja semuanya
aku tahan sakit sakit
sampai masuk rumah sakit
aku tahan menderita siang malam ku ditempa
walau diriku di tempa hati ku slalu gembira
gembira gembira selamanya
aku tunggu engkau
aku tunggu engkau
rupanya engkau forget to me
rambate rambat kayu tarik tambang .hu hah
disini aku jd tambah senang .hu hah
andaikan aku burung aku akan terbang
cita cita ku ingin jd paskibra
bangun pagi pagi menuju ke lapangan
untuk mengikuti latihan dasar paskibra
tak tahan rasanya ingin segera pulang
pelatihan belum usai
mau makan jalan jongkok habis makan lompat kodok
dicaci dimaki dan di bentak bentak
duhai pelatihku dikau kejam sekali
duhai pelatihku betapa jeli mata mu
tidak kah kau tau apa yang kurasakan
ku cinta padamu…aku cinta padamu

27. KAPAL SELAM

Kapal selam tangkinya bocor


Timbul tenggelam di perbatasan
Kapal selam tangkinya bocor
Timbul tenggelam di perbatasan

Buat apa susah hati,susah hati


Buat apa sedih hati,sedih hati
Paskibra/Paskibraka tak pernah sedih
Hanya dongkol dalam hati

28. GEMBIRA

Gembira-gembira paskibra gembira, ha…. Ha…


Gembira-gembira paskibra perkasa, ha … ha …
Siapa,siapa, siapa mau bersusah
Susah itu adalah bagi jiwa yang lemah
Gembira-gembiralah

29. MAKAN SIANG

Bila makan siang telah tiba


Segera menuju ruang makan
Tingkatkan semangat mu hai Paskibra
Siapkan perut untuk diisi
Jangan lupa habiskan nasi
Sayur mayur juga dimakan
Lauk-pauk juga disikat
Hindarkan bicara dengan teman

30. ANCOL

Pada hari minggu kuturut Ayah ke Ancol


Naik delman istimewa ku duduk di Ancol
Ku duduk samping pak kusir yang sedang berancol
Mengendarai kuda supaya ancol jalannya hey ….

31. AYAH-IBU

Tinggalkan ayah tinggalkan ibu ( Ayah.Ibu)


Relakan kami pergi berjuang ( Berjuang )
Dibawah kibaran Sang Merah Putih ( Merah,Putih )
Majulah ayo maju menyerbu ( Serbu )

Tidak kembali pulang ( Pasti pulang )


Sebelum kita yang menang ( pasti menang )
Wakau mayat terdampar di medan perang
Demi bangsa kurela berkorban

32. PALUBULU

Minggirlah,minggirlah,minggirlah
Minggirlah Paskibra mau lewat
Jalannya tegap-tegap langkahnya mantap-mantap
Karena tiap hari minum susu Buk Lurah makan telur Pak Lurah

33. SAI HORAS BAH

Potong bebek angsa masak di kuali ( Wek,wek,wek )


Nona minta dansa dansa empat kali ( Wek,wek,wek )
Sorong kanan sorong kiri
Sorong kanan sorong kiri
Sai horasbah sineger negeri

Balonku ada ada ada lima ( Dor,dor,dor,dor )


Rupa rupa rupa rupa warnanya ( Dor,dor,dor,dor )
Hijau kuning kelabu merah muda dan biru
Sai horas bah sineger negeri
Sai horas bah sineger negeri

Sai horas bah sibual buali


Torsipirok torsiantar padang panjang pardekok
Sai horas bah sineger negeri
Cubit sayang cubit cubit sayang duh sakit
Cubit sayang cubit cubit sayang duh sakit
Cubit sayang cubit cubit sayang duh enak
Sai horas bah sineger negeri

34. FORGET TO ME
Saya tunggu engkau saya tunggu engkau
Rupanya engkau forget to me
Saya tunggu engkau saya tunggu engkau
Rupanya engkau forget to me

Saya tahan sakit sakit jungkir balik dilapangan


Rupanya engkau forget to me
Rambate ratahaya tarik tambang
Disini aku makin tambah senang

Andaikan aku burung aku akan terbang


Suatu hari nanti jadi Paskibraka
Bangun pagi-pagi menuju kelapangan
Untuk mengikuti latihan orientasi

Tak tahan rasanya ingin segera pulang


Latihan belum usai
Mau makan jalan jongkok
Habis makan lompat kodok

Dicaci , dimaki dan dibentak-bentak


Wahai seniorku betapa kejam dirimu
Wahai seniorku betapa tajam matamu
Wahai seniorku tak tahukah engkau
( Kusayang padamu_kusayang padamu )

35. DERAP LANGKAH

Derap langkah nan gagah perkasa


Seirama dan satu suara
Sambil bernyanyi lagu hura-hura
Itulah langkah Paskibra

Ayunkan kakimu kiri dan kanan ( Kiri,kanan )


Atur jarak jaga kerapihan ( Kerapihan )
Jangan sampai merusak barisan
Banjar dan sapnya harus diluruskan

36. WAR WAR WARONG

War war warong mekanomine


War war warong mekanomine
Ngantesong samalite – ngantesong samalite
Mangan telo gosong sama-sama kulite
Mangan telo gosong sama-sama kulite
37. JADI PASKIBRA

Bukan karena bajunya jadi paskibra


Bukan karena gantengnya jadi paskibra
Bukan karena cantiknya jadi paskibra
Tapi karena jiwanya jadi paskibra

Hai pemuda Hai pemudi calon paskibra


Hai pemuda Hai pemudi ayo ikut serta
Hai pemuda Hai pemudi mari bergembira
Kebanggaan bersama jadi paskibra
Kebanggaan Negara jadi paskibra

38. THE SENIOR

We following The senior, senior, senior


We following The senior
Where ever we will go
Senior, senior, senior can do no wrong, wrong, wrong
Senior can do no wrong

39. LANGKAH PANJANG

Hooo… langkah panjang [langkah panjang]


Hari ini hari luar biasa
Hooo… paskibra [o paskibra]
Suara kami melayang di udara
Hooo… marilah [o marilah]
Mari bernyanyi dengan riang gembira
Hidup paskibra jaya dengan semangat baru
Hidup paskibra jaya dengan semangat baru

40. MANG ATA


Mang Ata-mang ata
Mang Ata numpak kuda
Numpakna dina bujurna
Mangkaning kuda istrina
Heuy pikabitaeun
Heuy pikarsepeun

41. BUSARIJEM
Busarijem butuh hiburan
Duduk dibalkon…Tolak-tolakan
Kepengen-ngeeeeen… Totokin kepala
Bu sarijem… Butuh hiburan
42. 1 2 3 4
1 2 3 4 Olah raga sing sehat
Dua leungeun acungkeun
Sangsangkeun dina taktak
Sukuna di egangkeun
Saeutik di bengkokeun
Mun terus maju jalan
Siga entog kabeuheulan

43. HARI BAHAGIA


Hari ini terasa bahagia
Berkumpul bersama kawan semua
Kita satu dalam… (paskibra/paskibraka) silakan di isi sesuai nama paskibranya
Pasukan pengibar bendera pusaka.. (atau diisi dengan singkatan nama panjang paskibranya)
Bersama bersatu
Dalam tugas
Dalam derap langkah
Saling berbagi dan bahu membahu
Kau.. Saudaraku
Kau.. Sahabatku
Tiada yang dapat memisahkan kita

44. LAGU MAKAN


Bila waktu makan telah tiba
Segera menuju ruang makan
Hatiku dag dig dug tak karuan
Memikirkan apa yang di makan
Jangan lupa habiskan nasi
Juga dengan lauk pauknya
Sayur mayur juga di sikat
Hindarkan bicara dengan teman
Aku mau makan I want to eat…eat eat…
I want to eat I want to eat I want to Eat…
Aku mau minum I want to Drink.. Drink drink drink
I Wan to drink I want to drink I want to Drink…..

TEKNIK PERSIDANGAN

1. JENIS PERSIDANGAN
1) Sidang Pleno :
a. Sidang Pleno diikuti oleh seluruh peserta dan peninjau Permusyawaratan
b. Sidang Pleno dipimpin oleh Presidium Sidang
c. Sidang Pleno dipandu oleh Steering Committee
d. Sidang Pleno membahas dan memutuskan segala sesuatu yang berhubungan dengan
Permusyawaratan
2). Sidang Paripurna :
a. Sidang Paripurna diikuti oleh seluruh peserta dan peninjau Permusyawaratan
b. Sidang Paripurna dipimpin oleh Presidium Sidang
c Sidang Paripurna mengesahkan segala ketetapan dan keputusan yang berhubungan dengan
Permusyawaratan
3). Sidang Komisi
a. Sidang Komisi diikuti oleh anggota masing-masing Komisi
b. Anggota masing-masing Komisi adalah peserta dan peninjau yang ditentukan oleh Sidang
Pleno
c. Sidang Komisi dipimpin oleh seorang pimpinan dibantu seorang Sekretaris Sidang Komisi
d. Pimpinan Sidang Komisi dipilih dari dan oleh anggota Komisi dalam Komisi tersebut
e. Sidang Komisi membahas materi-materi yang menjadi tugas dari Komisi yang
bersangkutan

3. ATURAN PERSONALIA SIDANG


1. Peserta
Hak peserta:
a. Hak Bicara, adalah untuk bertanya, mengeluarkan pendapat dan mengajukan usulan kepada
pimpinan baik secara lisan maupun tertulis
b. Hak Suara, adalah hak untuk ikut ambil bagian dalam pengambilan keputusan
c. Hak Memilih, adalah hak untuk menentukan pilihan dalam proses pemilihan
d. Hak Dipilih, adalah hak untuk dipilih dalam proses pemilihan
Kewajiban peserta:
a. Mentaati tata tertib persidangan/permusyawaratan
b. Menjaga ketenangan/harmonisasi persidangan
2. Peninjau
Hak Peninjau:
-. Hak Bicara, adalah untuk bertanya, mengeluarkan pendapat dan mengajukan usulan kepada
pimpinan baik secara lisan maupun tertulis
Kewajiban Peninjau:
a. Mentaati tata tertib persidangan/permusyawaratan
b. Menjaga ketenangan/harmonisasi persidangan
3. Presidium Sidang
a. Presidium Sidang dipilih dari dan oleh peserta Permusyawaratan melalui Sidang Pleno
yang dipandu oleh Panitia Pengarah
b. Presidium Sidang bertugas untuk memimpin dan mengatur jalannya persidangan seperti
aturan yang disepakati peserta
c. Presidium Sidang berkuasa untuk memimpin dan menjalankan tata tertib persidangan

4. ATURAN KETUKAN PALU dan kondisi-kondisi lain :


1 kali ketukan
a. Menerima dan menyerahkan pimpinan sidang.
b. Mengesahkan keputusan/kesepakatan peserta sidang poin perpoin (keputusan sementara).
c. Memberi peringatan kepada peserta sidang agar tidak gaduh.
d. Menskors dan mencabut kembali skorsing sidang yang waktunya tidak terlalu lama
sehingga peserta sidang tidak perlu meninggalkan tempat sidang.
e. Mencabut kembali / membatalkan ketukan terdahulu yang dianggap keliru.
2 kali ketukan :
Untuk menskorsing atau mencabut skorsing dalam waktu yang cukup lama, misalnya
istirahat, lobying, sembahyang,makan.
Skorsing ialah penundaan persidangan untuk sementara waktu.
Lobying ialah suatu bentuk kompromi dalam menyelesaikan perbedaan pendapat dalam
pengambilan keputusan
3 kali ketukan :
a. Membuka/menutup sidang atau acara resmi.
b. Mengesahkan keputusan final /akhir hasil sidang.
Contoh kalimat yang dipakai oleh Presidium Sidang
1. Membuka sidang
“Dengan mengucap Bismilahirahmanirahim, sidang pleno I saya nyatakan dibuka. “
tok…….tok…….tok
2. Menutup sidang
“Dengan mengucap Alhamdulillahriabilalamin, sidang pleno I saya nyatakan ditutup.”
Tok……..tok……..tok
3. Mengalihkan pimpinan sidang
“Dengan ini pimpinan sidang saya alihkan kepada pimpinan sidang berikutnya” tok.
4. Mengambil alih pimpinan sidang
“Dengan ini pimpinan sidang saya ambil alih “ tok
5. Menskorsing sidang
“Dengan ini sidang saya skorsing selama 15 menit” tok……….tok.
6. Mencabut skorsing
“Dengan ini skorsing 15 menit saya cabut dan saya nyatakan sidang dilanjutkan“ tok…….tok
.
7. Memberi peringatan kepada peserta sidang
“Tok………. “Peserta sidang harap tenang !”
Syarat-syarat Presidium Sidang :
a. Mempunyai sifat leadership, bijaksana dan bertanggung jawab
b. Memiliki pengetahuan yang cukup tentang persidangan
c. Peka terhadap situasi dan cepat mengambil inisiatif dalam situasi kritis
d. Mampu mengontrol emosi sehingga tidak terpengaruh kondisi persidangan
Sikap Presidium Sidang :
a. Simpatik, menarik, tegas dan disiplin
b. Sopan dan hormat dalam kata dan perbuatan
c. Adil, bijaksana dan menghargai pendapat peserta
4. QUORUM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1. Persidangan dinyatakan syah/quorum apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya ½ n + 1
dari peserta yang terdaftar pada Panitia (OC).
2. Setiap keputusan didasarkan atas musyawarah untuk mufakat, dan jika tidak berhasil
diambil melalui suara terbanyak (½ + 1) dari peserta yang hadir di persidangan.
3. Bila dalam pengambilan keputusan melalui suara terbanyak terjadi suara seimbang, maka
dilakukan lobbying sebelum dilakukan pemungutan suara ulang

5. INTERUPSI
Ialah suatu bentuk selaan atau memotong pembicaraan dalam sidang karena adanya masukan
yang perlu diperhatikan untuk pelaksanaan sidang tersebut.
Macam macam interupsi antara lain.
1. Interuption of order, Bentuk interupsi yang dilakukan untuk meminta penjelasan atau
memberikan masukan yang berkaitan dengan jalannya persidangan. Mis. saat pembicaraan
sudah melebar dari pokok masalah maka seseorang berhak mengajukan interuption of order
agar persidangan dikembalikan lagi pada pokok masalahnya sehingga tidak melebar dan
semakin bias.
2. Interruption of information, Bentuk interupsi berupa informasi yang perlu diperhatikan
oleh seluruh peserta siding termasuk pimpinan sidang. Informasi bisa internal (mis. informasi
atau data tentang topik yang dibahas) ataupun eksternal (mis. situasi kondisi di luar ruang
sidang yang mungkin dapat berpengaruh terhadap jalannya persidangan).
3. Interruption of clarification, Bentuk interupsi dalam rangka meminta klarifikasi tentang
pernyataan peserta siding lainnya agar tidak terjadi penangkapan bias ketika seseorang
memberikan tanggapan atau sebuah penegasan terhadap suatu pernyataan.
4. Interruption of explanation, Bentuk interupsi untuk menjelaskan suatu pernyataan yang
kita sampaikan agar tidak ditangkap keliru oleh peserta lain atau suatu pelurusan terhadap
pernyataan kita.
5. Interruption of personal, Bentuk interupsi yang disampaikan bila pernyataan yang
disampaikan oleh peserta lain sudah diluar pokok masalah dan cenderung menyerang secara
pribadi.
Pelaksanaan Interupsi :
1. Interupsi dilakukan dengan mengangkat tangan terlebih dahulu, dan berbicara setelah
mendapat ijin dari Presidium Sidang
2. Interupsi diatas interupsi hanya berlaku selama tidak menggangu persidangan
3. Apabila dalam persidangan, Presidium Sidang tidak mampu menguasai dan mengendalikan
jalannya persidangan, maka Panitia Pengarah (SC) diberikan wewenang untuk mengambil
alih jalannya persidangan, atas permintaan Presidium Sidang dan atau Peserta Sidang.

6. Tata Tertib
Tata tertib persidangan merupakan hasil kesepakatan seluruh peserta pada saat persidangan
dengan memperhatikan aturan umum organisasi dan nilai-nilai universal dimasyarakat.
7. Sanksi-sanksi
Peserta yang tidak memenuhi persyaratan dan kewajiban yang ditentukan dalam tata tertib
persidangan akan dikenakan sanksi dengan mempertimbangkan saran, dan usulan peserta.

6. TEKNIK RAPAT
Pengertian :
Rapat mempunyai beberapa pengertian. Dalam pengertian yang luas rapat dapat menjadi
sebuah permusyawaratan, yang melibatkan banyak peserta dan membahas banyak
permasalahan penting. Sedangkan dalam pengertian yang lebih kecil, rapat dapat berupa
diskusi yang hanya melibatkan beberapa peserta dengan pembahasan yang lebih sederhana.
Dalam Sub bab ini hal-hal yang berkaitan dengan permusyawaratan tidak lagi diuraikan, dan
lebih kepada rapat dalam pengertian umum/sederhana secara teknis.
Jenis Rapat :
1. Rapat Anggota
2. Rapat Pengurus (Rapat Kerja,Rapat Koordinasi, Rapat Pimpinan,dsb).
3. Diskusi.
Fungsi Rapat
1. Penyampaian informasi
2. Pemecahan masalah
3. Mengidentifikasi masalah.
4. Menentukan alternatif.
5. Menguji alternatif.
6. Rapat implementasi.
Prosedur Penyelenggaraan Rapat
1. Persiapan
a. Menyiapkan rencana.
b. Menyiapkan agenda rapat.
c. Menyiapkan kertas kerja.
d. Menyiapkan pembicara/peserta.
e. waktu.
e. Pengambilan keputusan.
f. Penutupan rapat.
2. Pelaporan dan Evaluasi
a. Pelaporan
- Jelas, lengkap dan singkat.
- Pembuat laporan harus mengikuti rapat secara penuh.
- Isi : tanggal/jam, jumlah peserta, pembicara, pokok pembicaraan, keputusan.
b. Evaluasi
- Dilakukan bersama panitia/pengurus.
- Yang dievaluasi adalah semua kegiatan rapat dari persiapan, pelaksanaan, dan hasil.
Yang berperan dalam Rapat
1. Pemimpin Rapat.
2. Peserta Rapat.
3. Undangan dan nara sumber.
4. Materi/bahan rapat.
5. Tata ruang dan tempat duduk.
Persyaratan Pemimpin Rapat
1. Memiliki sikap, tingkah laku, karakter, dan penampilan yang baik.
2. Menguasai permasalahan, dapat mencari jalan keluar.
3. Memberi kepercayaan dan netral terhadap peserta.
4. Pandai menerapkan gaya kepemimpinan
Upaya mensukseskan Rapat
1. Penyelenggaraan yang efektif dan efisien.
2. Pemimpin Rapat harus :
a. Aktif, tegas, mampu membimbing, mengarahkan, dan mencegah pembicaraan yang
menyimpang.
b. Diterima sebagai pemimpin, punya integritas dan konsekuen
c. Bicara jelas, tidak mendominasi, terbuka dan dapat menumbuhkan keberanian berbicara /
mengemukakan pendapat.
3. Hal-hal lain yang perlu :
a. Peserta rapat jangan berdebat tentang hal-hal yang tidak relevan dengan agenda rapat.
b. Hindarkan adanya gangguan dari luar.
c. Jika ada pertanyaan seyogyanya tidak dijawab sendiri oleh pimpinan rapat.
d. Rapat jangan buru-buru selesai dan juga terlalu lama.
Indikator Rapat yang berhasil
1. Semua undangan/peserta hadir.
2. Prasarana dan sarana memenuhi kebutuhan rapat.
3. Peserta aktif dan banyak masukan.
4. Masalah yang dirapatkan dapat dipecahkan.
5. Sasaran yang direncanakan tercapai.
6. Keputusan rapat dapat dilaksanakan.

9. TEKNIK DISKUSI
Pengertian Diskusi
Diskusi adalah sebuah proses tukar menukar informasi, pendapat, dan unsur unsur
pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapatkan pengertian bersama yang lebih
jelas, lebih teliti tentang sesuatu atau untuk mempersiapkan dan merampungkan
kesimpulan/pernyataan/keputusan. Di dalam diskusi selalu muncul perdebatan. Debat ialah
adu argumentasi, adu paham dan kemampuan persuasi untuk memenangkan
pemikiran/paham seseorang.
Manfaat Diskusi
1. Ditinjau dari aspek kepemimpinan, salah satu cara yang baik untuk mengadakan
komunikasi dan konsultasi
2. Ditinjau dari segi bahan yang dihadapi, dapat memperdalan wacana/ pengetahuan
seseorang mengenai sesuatu.
Pola-Pola Diskusi
1. Prasaran
a. Penyajian bahan pokok oleh satu atau beberapa orang pembicara dengan prasaran tertulis
(makalah, kertas kerja).
b. Tanggapan terhadap bahan pokok oleh pembicara lain (penyanggah / pembahas).
c. Tanggapan peserta diskusi (forum) terhadap bahan pokok.
2. Ceramah
a. Seorang / lebih penceramah menguraikan bahan pokok.
b. Tanggapan, sanggahan atau pertanyaan dari forum untuk meminta penjelasan yang lebih
teliti.
3. Diskusi Panel
a. Bahan pokok disajikan oleh beberapa panelis. Panelis meninjau masalah dari segi tertentu.
b. Tanggapan, sanggahan atau pertanyaan forum untuk meminta penjelasan dari panelis.
4. Brainstorming
a. .Bahan pokok yang dipersiapkan ditawarkan kepada peserta diskusi oleh pimpinan.
b. Tiap peserta diminta pendapat dan gagasannya. Sebanyak mungkin orang diajak bicara dan
setiap ide dicatat.
e. Berbagai ide disimpulkan dan ditarik benang merahnya. Kesimpulan ini kemudian
dijadikan kerangkan pembicaraan dan pembahasan lebih lanjut.
Persyaratan Diskusi
1. Berkomunikasi dalam kelompok dengan catatan :
a.Tata tertib tidak ketat.
b.Setiap orang diberi kesempatan berbicara.
c.Kesediaan untuk berkompromi.
2. Bagi peserta diskusi :
a.Pengertian yang menyeluruh tentang pokok pembicaraan.
b.Sanggup berpikir bebas dan lugas.
c.Pandai mendengar, menjabarkan dan menganalisa.
d.Mau menerima pendapat orang lain yang benar.
e.Pandai bertanya dan menolak secara halus pendapat lain.
3. Bagi pemimpin diskusi :
a.Sikap hati-hati,cerdas,tanggap.
b.Pandai menyimpulkan.
c.Sikap tidak memihak.

MAKALAH TENTANG KEPEMIMPINAN (saya ambil dari sahabat blogger)

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Manusia adalah makhluk social yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia selalau
berinteraksi dengan sesame serta dengan lingkungan. Manusia hidup berkelompok baik
dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil.
Hidup dalam kelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang
harmonis anggota kelompok haruslah saling menghormati & menghargai. Keteraturan hidup
perlu selalu dijaga. Hidup yang teratur adalah impian setiap insan. Menciptakan & menjaga
kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi disbanding makhluk Tuhan lainnya.
Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah & memilih
mana yang baik & mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu
mengelola lingkungan dengan baik.
Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan social manusiapun perlu
dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin dirinya sendiri.
Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok & lingkungan
dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik & sulit. Disinilah
dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat
terselesaikan dengan baik.

I.2 RUMUSAN MASALAH


Dari latar belakang masalah yang penulis uraikan, banyak permasalahan yang penulis
dapatkan. Permasalahan tsb antara lain :
v Bagaimana hakikat menjadi seorang pemimpin?
v Adakah teori – teori untuk menjadi pemimpin yang baik?
v Apa & bagaimana menjadi pemimpin yang melayani?
v Apa & bagaimana menjadi pemimpin sejati?
v Bagaimana hubungan kearifan lokal dengan kepemimpinan?

I.3 TUJUAN PENULISAN


Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah
· Melatih mahasiswa menyusun paper dalam upaya lebih meningkatkan pengetahuan dan
kreatifitas mahasiswa.
· Agar mahasiswa lebih memahami dan mendalami pokok bahasan khususnya tentang
kepemimpinan dan kearifan lokal.

I.4 METODE PENULISAN


Dari banyak metode yang penulis ketahui, penulis menggunakan metode kepustakaan. Pada
zaman modern ini metode kepustakaan tidak hanya berarti pergi ke perpustakaan tapi dapat
pula dilakukan dengan pergi ke warung internet (warnet). Penulis menggunakan metode ini
karena jauh lebih praktis, efektif, efisien, serta sangat mudah untuk mencari bahan dan data –
data tentang topik ataupun materi yang penulis gunakan untuk karya tulis ini.

I.5 RUANG LINGKUP


Mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan yang penulis miliki maka ruang lingkup
karya tulis ini terbatas pada pembahasan mengenai kepemimpinan dan kearifan lokal
.BAB II
PEMBAHASAN

II.1 HAKIKAT KEPEMIMPINAN


Dalam kehidupan sehari – hari, baik di lingkungan keluarga, organisasi, perusahaan sampai
dengan pemerintahan sering kita dengar sebutan pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan.
Ketiga kata tersebut memang memiliki hubungan yang berkaitan satu dengan lainnya.
Beberapa ahli berpandapat tentang Pemimpin, beberapa diantaranya :
· Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Pemimpin adalah seseorang dengan wewenang
kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaannya
dalam mencapai tujuan.
· Menurut Robert Tanembaum, Pemimpin adalah mereka yang menggunakan wewenang
formal untuk mengorganisasikan, mengarahkan, mengontrol para bawahan yang bertanggung
jawab, supaya semua bagian pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan perusahaan.
· Menurut Prof. Maccoby, Pemimpin pertama-tama harus seorang yang mampu
menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya.
Pemimpin yang baik untuk masa kini adalah orang yang religius, dalam artian menerima
kepercayaan etnis dan moral dari berbagai agama secara kumulatif, kendatipun ia sendiri
mungkin menolak ketentuan gaib dan ide ketuhanan yang berlainan.
· Menurut Lao Tzu, Pemimpin yang baik adalah seorang yang membantu mengembangkan
orang lain, sehingga akhirnya mereka tidak lagi memerlukan pemimpinnya itu.
· Menurut Davis and Filley, Pemimpin adalah seseorang yang menduduki suatu posisi
manajemen atau seseorang yang melakukan suatu pekerjaan memimpin.
· Sedangakn menurut Pancasila, Pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang
mendorong, menuntun, dan membimbing asuhannya. Dengan kata lain, beberapa asas utama
dari kepemimpinan Pancasila adalah :
v Ing Ngarsa Sung Tuladha : Pemimpin harus mampu dengan sifat dan perbuatannya
menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan bagi orang – orang yang dipimpinnya.
v Ing Madya Mangun Karsa : Pemimpin harus mampu membangkitkan semangat
berswakarsa dan berkreasi pada orang – orang yang dibimbingnya.
v Tut Wuri Handayani : Pemimpin harus mampu mendorong orang – orang yang diasuhnya
berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.
Seorang pemimpin boleh berprestasi tinggi untuk dirinya sendiri, tetapi itu tidak memadai
apabila ia tidak berhasil menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri
para bawahannya. Dari begitu banyak definisi mengenai pemimpin, dapat penulis simpulkan
bahwa : Pemimpin adalah orang yang mendapat amanah serta memiliki sifat, sikap, dan gaya
yang baik untuk mengurus atau mengatur orang lain.
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain
untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses
mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk
mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Sedangkan
kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan pap
yang diinginkan pihak lainnya.”The art of influencing and directing meaninsuch away to
abatain their willing obedience, confidence, respect, and loyal cooperation in order to
accomplish the mission”. Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhidan menggerakkan
orang – orang sedemikian rupa untuk memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek, dan
kerjasama secara royal untuk menyelesaikan tugas – Field Manual 22-100.
Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan apa
yang diinginkan pihak lainnya. Ketiga kata yaitu pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan
yang dijelaskan sebelumnya tersebut memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena
untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak
faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada
sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan,
bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat
berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.
Fungsi pemimpin dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah merupakan sesuatu fungsi yang
sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan. Pada dasarnya
fungsi kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu :
- Fungsi administrasi, yakni mengadakan formulasi kebijaksanakan administrasi dan
menyediakan fasilitasnya.
- Fungsi sebagai Top Mnajemen, yakni mengadakan planning, organizing, staffing, directing,
commanding, controling, dsb.

II.2 TEORI KEPEMIMPINAN


Memahami teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh mana
kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif serta
menunjang kepada produktifitas organisasi secara keseluruhan. Dalam karya tulis ini akan
dibahas tentang teori dan gaya kepemimpinan.
Seorang pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya mempunyai
referensi dalam menjalankan sebuah organisasi. Beberapa teori tentang kepemimpinan antara
lain :
Ø Teori Kepemimpinan Sifat ( Trait Theory )
Analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian pemimpin itu
sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi yang beranggapan
bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yang kemudian teori ini dikenal dengan
”The Greatma Theory”. Dalam perkembanganya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran
perilaku pemikir psikologi yang berpandangan bahwa sifat – sifat kepemimpinan tidak
seluruhnya dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman.
Sifat – sifat itu antara lain : sifat fisik, mental, dan kepribadian.
Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan
kepemimpinan organisasi, antara lain :
o Kecerdasan
Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang tinggi di atas
kecerdasan rata – rata dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan berhasil yang lebih
tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pengikutnya.
o Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial
Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal maupun eksternal,
seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang matang dan stabil. Hal ini membuat
pemimpin tidak mudah panik dan goyah dalam mempertahankan pendirian yang diyakini
kebenarannya.
o Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi
Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi serta dorongan
untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian tercermin pada kinerja yang optimal,
efektif dan efisien.
o Sikap Hubungan Kemanusiaan
Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para pengikutnya mampu
berpihak kepadanya
Ø Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi
Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini memiliki
kecendrungan kearah 2 hal.
o Pertama yang disebut dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang pemimpin yang
menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal ini
seperti : membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi
dengan bawahan.
o Kedua disebut Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang memberikan
batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat , bawahan mendapat instruksi dalam
pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil yang akan dicapai.
Jadi, berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang pemimpin
yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil yang tinggi pula.
Ø Teori Kewibawaan Pemimpin
Kewibawaan merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, sebab dengan
faktor itu seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang lain baik secara
perorangan maupun kelompok sehingga orang tersebut bersedia untuk melakukan apa yang
dikehendaki oleh pemimpin.
Ø Teori Kepemimpinan Situasi
Seorang pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus bersifat
fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.
Ø Teori Kelompok
Agar tujuan kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang positif antara
pemimpin dengan pengikutnya.
Dari adanya berbagai teori kepemimpinan di atas, dapat diketahui bahwa teori kepemimpinan
tertentu akan sangat mempengaruhi gaya kepemimpinan (Leadership Style), yakni pemimpin
yang menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan segenap filsafat, keterampilan dan
sikapnya. Gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpan bersikap, berkomunikasi, dan
berinteraksi dengan orang lain dalam mempengaruhi orang untuk melakukan sesuatu.Gaya
tersebut bisa berbeda – beda atas dasar motivasi , kuasa ataupun orientasi terhadap tugas atau
orang tertentu. Diantara beberapa gaya kepemimpinan, terdapat pemimpin yang positif dan
negatif, dimana perbedaan itu didasarkan pada cara dan upaya mereka memotivasi karyawan.
Apabila pendekatan dalam pemberian motivasi ditekankan pada imbalan atau reward (baik
ekonomis maupun nonekonomis) berartitelah digunakan gaya kepemimpinan yang positif.
Sebaliknya jika pendekatannya menekankan pada hukuman atau punishment, berarti dia
menerapkan gaya kepemimpinan negatif. Pendekatan kedua ini dapat menghasilakan prestasi
yang diterima dalam banyak situasi, tetapi menimbulkan kerugian manusiawi.
Selain gaya kepemimpinan di atas masih terdapat gaya lainnya.
ü Otokratis
Kepemimpinan seperti ini menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai
keputusan dan pengembangan strukturnya. Kekuasaan sangat dominan digunakan.
Memusatkan kekuasaan dan pengambilan keputusan bagi dirinya sendiri, dan menata situasi
kerja yang rumit bagi pegawai sehingga mau melakukan apa saja yang diperintahkan.
Kepemimpinan ini pada umumnya negatif, yang berdasarkan atas ancaman dan hukuman.
Meskipun demikian, ada juga beberapa manfaatnya antaranya memungkinkan pengambilan
keputusan dengan cepat serta memungkinkan pendayagunaan pegawai yang kurang
kompeten.
ü Partisipasif
Lebih banyak mendesentrelisasikan wewenang yang dimilikinya sehingga keputusan yang
diambil tidak bersifat sepihak.
ü Demokrasi
Ditandai adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan
pengambilan keputusan yang kooperatif. Di bawah kepemimpinan pemimpin yang
demokrasis cenderung bermoral tinggi dapat bekerjasama, mengutamakan mutu kerja dan
dapat mengarahkan diri sendiri.
ü Kendali Bebas
Pemimpin memberikan kekuasaan penuh terhadap bawahan, struktur organisasi bersifat
longgar dan pemimpin bersifat pasif. Yaitu Pemimpin menghindari kuasa dan tanggung –
jawab, kemudian menggantungkannya kepada kelompok baik dalam menetapkan tujuan dan
menanggulangi masalahnya sendiri.
Dilihat dari orientasi si pemimpin, terdapat dua gaya kepemimpinan yang diterapkan, yaitu
gaya konsideral dan struktur, atau dikenal juga sebagai orientasi pegawai dan orientasi tugas.
Beberapa hasil penelitian para ahli menunjukkan bahwa prestasi dan kepuasan kerja pegawai
dapat ditingkatkan apabila konsiderasi merupakan gaya kepemimpinan yang dominan.
Sebaliknya, para pemimpin yang berorientasi tugas yang terstruktur, percaya bahwa mereka
memperoleh hasil dengan tetap membuat orang – orang sibuk dan mendesak mereka untuk
berproduksi.
Pemimpin yang positif, partisipatif dan berorientasi konsiderasi,tidak selamanya merupakan
pemimpinyan terbaik.fiedler telah mengembakan suatumodel pengecualian dari ketiga gaya
kepemimpinan diatas,yakni model kepemimpinankontigennis.model ini nyatakan bahwa gaya
kepemimpinan yang paling sesuai bergantung pada situasi dimana pemimpin bekerja.dengan
teorinya ini fiedler ingin menunjukkan bahwa keefektifan ditunjukkan oleh interaksi antara
orientasi pegawai dengan 3 variabel yang berkaitan dengan pengikut, tugas dan organisasi.
Ketiga variabel itu adalah hubungan antara pemimpin dengan anngota ( Leader – member
rolations), struktur tugas (task strukture), dan kuasa posisi pemimpin (Leader position
power). Variabel pertama ditentukan oleh pengakuan atau penerimaan (akseptabilitas)
pemimpin oleh pengikut, variabel kedua mencerminkan kadar diperlukannya cara spesifik
untuk melakukan pekerjaan, variabel ketiga menggambarkan kuasa organisasi yang melekat
pada posisi pemimpin.
Model kontingensi Fieldler ini serupa dengan gaya kepemimpinan situasional dari Hersey
dan Blanchard. Konsepsi kepemimpinan situasional ini melengkapi pemimpin dengan
pemahaman dari hubungan antara gaya kepemimpinan yang efektif dengan tingkat
kematangan (muturity) pengikutnya.perilaku pengikut atau bawahan ini amat penting untuk
mengetahui kepemimpinan situasional, karena bukan saja pengikut sebagai individu bisa
menerima atau menolak pemimpinnya, akan tetapi sebagai kelompok , pengikut dapat
menemukan kekuatan pribadi apapun yang dimiliki pemimpin.
Menurut Hersey dan Blanchard (dalam Ludlow dan Panton,1996 : 18 dst), masing – masing
gaya kepemimpinan ini hanya memadai dalm situasi yang tepat meskipun disadari bahwa
setiap orang memiliki gaya yang disukainya sendiri dan sering merasa sulit untuk
mengubahnya meskipun perlu.
Banyak studi yang sudah dilakukan untuk melihat gaya kepemimpinan seseorang. Salah
satunya yang terkenal adalah yang dikemukakan oleh Blanchard, yang mengemukakan 4
gaya dari sebuah kepemimpinan. Gaya kepemimpinan ini dipengaruhi oleh bagaimana cara
seorang pemimpin memberikan perintah, dan sisi lain adalah cara mereka membantu
bawahannya. Keempat gaya tersebut adalah
~ Directing
Gaya tepat apabila kita dihadapkan dengan tugas yang rumit dan staf kita belum memiliki
pengalaman dan motivasi untuk mengerjakan tugas tersebut. Atau apabila anda berada di
bawah tekanan waktu penyelesaian. Kita menjelaskan apa yang perlu dan apa yang harus
dikerjakan. Dalam situasi demikian, biasanya terjadi over-communicating (penjelasan
berlebihan yang dapat menimbulkan kebingungan dan pembuangan waktu). Dalam proses
pengambilan keputusan, pemimpin memberikan aturan –aturan dan proses yang detil kepada
bawahan. Pelaksanaan di lapangan harus menyesuaikan dengan detil yang sudah dikerjakan.
~ Coaching
Pemimpin tidak hanya memberikan detil proses dan aturan kepada bawahan tapi juga
menjelaskan mengapa sebuah keputusan itu diambil, mendukung proses perkembangannya,
dan juga menerima barbagai masukan dari bawahan. Gaya yang tepat apabila staf kita telah
lebih termotivasi dan berpengalaman dalam menghadapi suatu tugas. Disini kita perlu
memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengerti tentang tugasnya, dengan
meluangkan waktu membangun hubungan dan komunikasi yang baik dengan mereka.
~ Supporting
Sebuah gaya dimana pemimpin memfasiliasi dan membantu upaya bawahannya dalam
melakukan tugas. Dalam hal ini, pemimpin tidak memberikan arahan secara detail, tetapi
tanggung jawab dan proses pengambilan keputusan dibagi bersama dengan bawahan. Gaya
ini akan berhasil apabila karyawan telah mengenal teknik – teknik yang dituntut dan telah
mengembangkan hubungan yang lebih dekat dengan anda. Dalam hal ini kita
perlumeluangkan waktu untuk berbincang – bincang, untuk lebih melibatkan mereka dalam
penganbilan keputusan kerja, serta mendengarkan saran – saran mereka mengenai
peningkatan kinerja.
~ Delegating
Sebuah gaya dimana seorang pemimpin mendelegasikan seluruh wewenang dan tanggung
jawabnya kepada bawahan. Gaya Delegating akan berjalan baik apabila staf kita sepenuhnya
telah paham dan efisien dalm pekerjaan, sehingga kita dapat melepas mereka menjalankan
tugas atau pekerjaan itu atas kemampuan dan inisiatifnya sendiri.
Keempat gaya ini tentu saja mempunyai kelemahan dan kelebihan, serta sangat tergantung
dari lingkungan di mana seorang pemimpin berada, dan juga kesiapan dari bawahannya.
Maka kemudian timbul apa yang disebut sebagai ”situational leadership”. Situational
leadership mengindikasikan bagaimana seorang pemimpin harus menyesuaikan keadaan dari
orang – orang yang dipimpinnya.
Ditengah – tengah dinamika organisasi (yang antara lain diindikasikan oleh adanya perilaku
staf / individu yang berbeda – beda), maka untuk mencapai efektivitas organisasi, penerapan
keempat gaya kepemimpinan diatas perlu disesuaikan dengan tuntutan keadaan. Inilah yang
dimaksud dengan situasional lesdership,sebagaimana telah disinggung di atas. Yang perlu
diperhatikan adalah bahwa untuk dapat mengembangkan gaya kepemimpinan situasional ini,
seseorang perlu memiliki tiga kemampuan khusus yakni :
Q Kemampuan analitis (analytical skills) yakni kemampuan untuk menilai tingkat
pengalaman dan motivasi bawahan dalam melaksanakan tugas.
Q Kemampuan untuk fleksibel (flexibility atau adaptability skills) yaitu kemampuan untuk
menerapkan gaya kepemimpinan yang paling tepat berdasarkan analisa terhadap situasi.
Q Kemampuan berkomunikasi (communication skills) yakni kemampuan untuk menjelaskan
kepada bawahan tentang perubahan gaya kepemimpinan yang kita terapkan.
Ketiga kemampuan di atas sangat dibutuhkan bagi seorang pemimpin, sebab seorang
pemimpin harus dapat melaksanakan tiga peran utamanya yakni peran interpersonal, peran
pengolah informasi (information processing), serta peran pengambilan keputusan (decision
making) (Gordon, 1996 : 314-315).
Peran pertama meliputi :
ü Peran Figurehead ® Sebagai simbol dari organisasi
ü Leader® Berinteraksi dengan bawahan, memotivasi dan mengembangkannya
ü Liaison ® Menjalin suatu hubungan kerja dan menangkap informasi untuk kepentingan
organisasi.
Sedangkan peran kedua terdiri dari 3 peran juga yakni :
ü Monitior ® Memimpin rapat dengan bawahan, mengawasi publikasi perusahaan, atau
berpartisipasi dalam suatu kepanitiaan.
ü Disseminator ® Menyampaikan informasi, nilai – nilai baru dan fakta kepada bawahan.
ü Spokeman ® Juru bicara atau memberikan informasi kepada orang – orang di luar
organisasinya.
Peran ketiga terdiri dari 4 peran yaitu :
ü Enterpreneur ® Mendesain perubahan dan pengembangan dalam organisasi.
ü Disturbance Handler ® Mampu mengatasi masalah terutama ketika organisasi sedang
dalam keadaan menurun.
ü Resources Allocator ® Mengawasi alokasi sumber daya manusia, materi, uang dan waktu
dengan melakukan penjadwalan, memprogram tugas – tugas bawahan, dan mengesahkan
setiap keputusan.
ü Negotiator ® Melakukan perundingan dan tawar – menawar.
Dalam perspektif yang lebih sederhana, Morgan ( 1996 : 156 ) mengemukakan 3 macam
peran pemimpin yang disebut dengan 3A, yakni :
ü Alighting ® Menyalakan semangat pekerja dengan tujuan individunya.
ü Aligning ® Menggabungkan tujuan individu dengan tujuan organisasi sehingga setiap
orang menuju ke arah yang sama.
ü Allowing ® Memberikan keleluasaan kepada pekerja untuk menantang dan mengubah cara
kerja mereka.
Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar biasa.
Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut
mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut
tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita.
Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.
Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari
kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Maka jika ingin menjadi
pemimpin yang baik jangan pikirkan orang lain, pikirkanlah diri sendiri dulu. Tidak akan bisa
mengubah orang lain dengan efektif sebelum merubah diri sendiri. Bangunan akan bagus,
kokoh, megah, karena ada pondasinya. Maka sibuk memikirkan membangun umat,
membangun masyarakat, merubah dunia akan menjadi omong kosong jika tidak diawali
dengan diri sendiri. Merubah orang lain tanpa merubah diri sendiri adalah mimpi
mengendalikan orang lain tanpa mengendalikan diri.

II.3 KEPEMIMPINAN YANG MELAYANI


Merenungkan kembali arti makna kepemimpinan, sering diartikan kepemimpinan adalah
jabatan formal, yang menuntut untuk mendapat fasilitas dan pelayanan dari konstituen yang
seharusnya dilayani. Meskipun banyak di antara pemimpin yang ketika dilantik mengatakan
bahwa jabatan adalah sebuah amanah, namun dalam kenyataannya sedikit sekali atau bisa
dikatakan hampir tidak ada pemimpin yang sungguh – sungguh menerapkan kepemimpinan
dari hati, yaitu kepemimpinan yang melayani.
A. Karakter Kepemimpinan
Hati Yang Melayani
Kepemimpianan yang melayani dimulai dari dalam diri kita. Kepemimpinan menuntut suatu
transformasi dari dalam hati dan perubahan karakter. Kepemimpinan yang melayani dimulai
dari dalam dan kemudian bergerak keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya.
Disinilah pentingnya karakter dan integritas seorang pemimpin untuk menjadi pemimpin
yang diterima oleh rakyat yang dipimpinnya. Kembali kita saksikan betapa banyak pemimpin
yang mengaku wakil rakyat ataupun pejabat publik, justru tidak memiliki integritas sama
sekali, karena apa yang diucapkan dan dijanjikan ketika kampanye dalam pemilu tidak sama
dengan yang dilakukan ketika sudah duduk nyaman di kursinya.
Paling tidak menurut Ken Blanchard dan kawan – kawan, ada sejumlah ciri –ciri dan nilai
yang muncul dari seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani,yaitu tujuan utama
seorang pemimpin adalah melayani kepentingan mereka yang dipimpinnya. Orientasinya
adalah bukan untuk kepentingan diri pribadi maupun golongan tapi justru kepentingan publik
yang dipimpinnya.
Seorang pemimpin memiliki kerinduan untuk membangun dan mengembangkan mereka yang
dipimpinnya sehingga tumbuh banyak pemimpin dalam kelomponya. Hal ini sejalan dengan
buku yang ditulis oleh John Maxwell berjudul Developing the Leaders Around You.
Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung dari kemampuannya untuk membangun
orang – orang di sekitarnya, karena keberhasilan sebuah organisasi sangat tergantung pada
potensi sumber daya manusia dalam organisasi tersebut. Jika sebuah organisasi atau
masyarakat mempunyai banyak anggota dengan kualitas pemimpin, organisasi atau bangsa
tersebut akan berkembang dan menjadi kuat.
Pemimpin yang melayani memiliki kasih dan perhatian kepada mereka yang dipimpinnya.
Kasih itu mewujud dalam bentuk kepedulian akan kebutuhan, kepentingan, impian da
harapan dari mereka yang dipimpinnya.
Seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani adalah akuntabilitas ( accountable ).
Istilah akuntabilitas adalah berarti penuh tanggung jawab dan dapat diandalkan. Artinya
seluruh perkataan,pikiran dan tindakannya dapat dipertanggungjawabkan kepada public atau
kepada setiap anggota organisasinya.
Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang mau mendengar. Mau mendengar setiap
kebutuhan, impian, dan harapan dari mereka yang dipimpin. Pemimpin yang melayani adalah
pemimpin yang dapat mengendalikam ego dan kepentingan pribadinya melebihi kepentingan
public atau mereka yang dipimpinnya. Mengendalikan ego berarti dapat mengendalikan diri
ketika tekanan maupun tantangan yang dihadapi menjadi begitu berat,selalu dalam keadaan
tenang, penuh pengendalian diri, dan tidak mudah emosi.
B. Metode Kepemimpinan
Kepala Yang Melayani
Seorang pemimpin tidak cukup hanya memiliki hati atau karakter semata, tapi juga harus
memiliki serangkaian metode kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin yang efektif.
Banyak sekali pemimpin memiliki kualitas sari aspek yang pertama yaitu karakter dan
integritas seorang pemimpin, tetapi ketika menjadi pimpinan formal, justru tidak efektif sama
sekali karena tidak memiliki metode kepemimpinan yang baik. Contoh adalah para pemimpin
yang diperlukan untuk mengelola mereka yang dipimpinnya.
Tidak banyak pemimpin yang memiliki metode kepemimpinan ini. Karena hal ini tidak
pernah diajarkan di sekolah – sekolah formal. Keterampilan seperti ini disebut dengan
Softskill atau Personalskill. Dalam salah satu artikel di economist.com ada sebuah ulasan
berjudul Can Leadership Be Taught, dibahas bahwa kepemimpinan (dalam hal ini metode
kepemimpinan) dapat diajarkan sehingga melengkapi mereka yang memiliki karakter
kepemimpinan. Ada 3 hal penting dalam metode kepemimpinan, yaitu :
v Kepemimpinan yang efektif dimulai dengan visi yang jelas. Visi ini merupakan sebuah
daya atau kekuatan untuk melakukan perubahan, yang mendorong terjadinya proses ledakan
kreatifitas yang dahsyat melalui integrasi maupun sinergi berbagai keahlian dari orang –
orang yang ada dalam organisasi tersebut. Bahkan dikatakan bahwa nothing motivates change
more powerfully than a clear vision. Visi yang jelas dapat secara dahsyat mendorong
terjadinya perubahan dalam organisasi. Seorang pemimpin adalah inspirator perubahan dan
visioner yaitu memiliki visi yang jelas kemana organisasinya akan menuju. Kepemimpinan
secara sederhana adalah proses untuk membawa orang – orang atau organisasi yang dipimpin
menuju suatu tujuan yang jelas. Tanpa visi, kepemimpinan tidak ada artinya sama sekali. Visi
inilah yang mendorong sebuah organisasi untuk senantiasa tumbuh dan belajar serta
berkembang dalam mempertahankan survivalnya sehingga bias bertahan sampai beberapa
generasi. Ada 2 aspek mengenai visi, yaitu visionary role dan implementation role. Artinya
seorang pemimpin tidak hanya dapat membangun atau menciptakan visi bagi organisasinya
tapi memiliki kemampuan untuk mengimplementasikan visi tsb ke dalam suatu rangkaian
tindakan atau kegiatan yang diperlukan untuk mencapai visi itu.
v Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang yang responsive. Artinya dia selalu tanggap
terhadap setiap persoalan, kebutuhan, harapan, dan impian dari mereka yang dipimpin. Selain
itu selalu aktif dan proaktif dalam mencari solusi dari setiap permasalahan ataupun tantangan
yang dihadapi.
v Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pelatih atau pendamping bagi orang – orang
yang dipimpinnya (performance coach). Artinya dia memiliki kemempuan untuk
menginspirasi, mendorong dan memampukan anak buahnya dalam menyusun perencanaan
(termasuk rencana kegiatan, target atau sasaran, rencana kebutuhan sumber daya, dsb),
melakukan kegiatan sehari – hari seperti monitoring dan pengendalian, serta mengevaluasi
kinerja dari anak buahnya.
C. Perilaku Kepemimpinan
Tangan Yang Melayani
Pemimpin yang melayani bukan sekedar memperlihatkan karakter dan integritas, serta
memiliki kemampuan metode kepemimpinan, tapi dia harus menunjukkan perilaku maupun
kebiasaan seorang pemimpin. Dalam buku Ken Blanchard disebutka perilaku seorang
pemimpin, yaitu :
Ø Pemimpin tidak hanya sekedar memuaskan mereka yang dipimpin, tapi sungguh – sungguh
memiliki kerinduan senantiasa untuk memuaskan Tuhan. Artinya dia hidup dalam perilaku
yang sejalan dengan firman Tuhan. Dia memiliki misi untuk senantiasa memuliakan Tuhan
dalam setiap apa yang dipikirkan, dikatakan, dan diperbuatnya.
Ø Pemimpin focus pada hal – hal spiritual dibandingkan dengan sekedar kesuksesan duniawi.
Baginya kekayaan dan kemakmuran adalah untuk dapat memberi dan beramal lebih banyak.
Apapun yang dilakukan bukan untuk mendapat penghargaan, tapi melayani sesamanya. Dan
dia lebih mengutamakan hubungan atau relasi yang penuh kasih dan penghargaan,
dibandingkan dengan status dan kekuasaan semata.
Ø Pemimpin sejati senantiasa mau belajar dan bertumbuh dalam berbagai aspek , baik
pengetahuan, kesehatan, keuangan, relasi, dsb. Setiap harinya senantiasa menyelaraskan
(recalibrating ) dirinya terhadap komitmen untuk melayani Tuhan dan sesame. Melalui
solitude (keheningan), prayer (doa), dan scripture (membaca Firman Tuhan ).
Demikian kepemimpinan yang melayani menurut Ken Blanchard yang sangat relevan dengan
situasi krisis kepemimpinan yang dialami oleh bangsa Indonesia. Bahkan menurut Danah
Zohar, penulis buku Spiritual Intelligence: SQ the Ultimate Intelligence, salah satu tolak ukur
kecerdasan spiritual adalah kepemimpinan yang melayani (servant leadership). Bahkan dalam
suatu penelitian yang dilakukan oleh Gay Hendrick dan Kate Luderman, menunjukkan
pemimpin – pemimpin yang berhasil membawa perusahaannya ke puncak kesuksesan
biasanya adalah pemimpin yang memiliki SQ yang tinggi. Mereka biasanya adalah orang –
orang yang memiliki integritas, terbuka, mampu menerima kritik, rendah hati, mampu
memahami spiritualitas yang tinggi, dan selalu mengupayakan yang terbaik bagi diri mereka
sendiri maupun bagi orang lain.

II.4 KEPEMIMPINAN SEJATI


Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil dari proses perubahan
karakter atau tranformasi internal dalam diri seseorang. Kepemimpinan bukanlah jabatan atau
gelar, melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang perubahan dalam diri seseorang.
Ketika seseorang menemukan visi dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian dalam diri
(inner peace) dan membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan dan
tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada lingkungannya, dan ketika keberadaannya
mendorong perubahan dalam organisasinya, pada saat itulah seseorang lahir menjadi
pemimpin sejati. Jadi pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar
melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan
lahir dari proses internal (leadership from the inside out ).
Kepemimpinan sesungguhnya tidak ditentukan oleh pangkat atau jabatan seseorang.
Kepemimpinan adalah sesuatu yang muncul dari dalam dan merupakan buah dari keputusan
seseorang untuk mau menjadi pemimpin, baik bagi dirinya sendiri, bagi keluarga, bagi
lingkungan pekerjaan, maupun bagi lingkungan sosial dan bahkan bagi negerinya. ” I don’t
think you have to be waering stars on your shoulders or a title to be leadar. Anybody who
want to raise his hand can be a leader any time”,dikatakan dengan lugas oleh General Ronal
Fogleman,Jenderal Angkatan Udara Amerika Serikat yang artinya Saya tidak berpikir anda
menggunakan bintang di bahu anda atau sebuah gelar pemimpin. Orang lainnya yang ingin
mengangkat tangan dapat menjadi pemimpin di lain waktu.
Sering kali seorang pemimpin sejati tidak diketahui keberadaannya oleh mereka yang
dipimpinnya. Bahkan ketika misi atau tugas terselesaikan, maka seluruh anggota tim akan
mengatakan bahwa merekalah yang melakukannya sendiri. Pemimpin sejati adalah seorang
pemberi semangat (encourager), motivator, inspirator, dam maximizer.
Konsep pemikiran seperti ini adalah sesuatu yang baru dan mungkin tidak bisa diterima oleh
para pemimpin konvensional yang justru mengharapkan penghormatan dan pujian (honor &
praise) dari mereka yang dipimpinnya. Semakin dipuji bahkan dikultuskan, semakin tinggi
hati dan lupa dirilah seorang pemimpin. Justru kepemimpinan sejati adalah kepemimpinan
yang didasarkan pada kerendahan hati (humble).
Pelajaran mengenai kerendahan hati dan kepemimpinan sejati dapat kita peroleh dari kisah
hidup Nelson Mandela. Seorang pemimpin besar Afrika Selatan, yang membawa bangsanya
dari negara yang rasialis menjadi negara yang demokratis dan merdeka.Selama penderitaan
27 tahun penjara pemerintah Apartheid, justru melahirkan perubahan dalam diri Beliau.
Sehingga Beliau menjadi manusia yang rendah hati dan mau memaafkan mereka yang telah
membuatnya menderita selam bertahun – tahun.
Seperti yang dikatakan oleh penulis buku terkenal, Kenneth Blanchard, bahwa kepemimpinan
dimulai dari dalam hati dan keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Perubahan
karakter adalah segala – galanya bagi seorang pemimpin sejati. Tanpa perubahan dari dalam,
tanpa kedamaian diri, tanpa kerendahan hati, tanpa adanya integritas yang kokoh, daya tahan
menghadapi kesulitan dan tantangan, dan visi serta misi yang jelas, seseorang tidak akan
pernah menjadi pemimpin sejati.
Sebuah jenis kepemimpinan yaitu Q Leader memiliki 4 makna terkait dengan kepemimpinan
sejati, yaitu :
Ø Q berarti kecerdasan atau intelligence. Seperti dalam IQ berarti kecerdasan intelektual,EQ
berarti kecerdasan emosional, dan SQ berarti kecerdasan spiritual. Q leader berarti seorang
pemimpin yang memiliki kecerdasan IQ,EQ,SQ yang cukup tinggi.
Ø Q leader berarti kepemimpinan yang memiliki kualitas(quality), baik dari aspek visioner
maupun aspek manajerial.
Ø Q leader berarti seorang pemimpin yang memiliki qi ( dibaca ‘chi’ dalam bahasa Mandarin
yang berarti kehidupan).
Ø Q keempat adalah qolbu atau inner self. Seorang pemimpin sejati adalah seseorang yang
sungguh – sungguh mengenali dirinya (qolbunya) dan dapat mengelola dan
mengendalikannya (self management atau qolbu management).
Menjadi seorang pemimpin Q berarti menjadi seorang pemimpin yang selalu belajar dan
bertumbuh senantiasa untuk mencapai tingkat atau kadar Q (intelligence-quality-qi-qolbu)
yang lebih tinggi dalam upaya pencapaian misi dan tujuan organisasi maupun pencapaian
makna kehidupan setiap pribadi seorang pemimpin.
Rangkuman kepemimpinan Q dalam 3 aspek penting yang disingkat menajadi 3C, yaitu :
· Perubahan karakter dari dalam diri (character chage).
· Visi yang jelas (clear vision).
· Kemampuan atau kompetensi yang tinggi (competence).
Ketiga hal tersebut dilandasi oleh suatu sikap disiplin yang tinggi untuk senantiasa
bertumbuh, belajar dan berkembang baik secara internal (pengembangan kemampuan
intrapersonal, kemampuan teknis, pengatahuan,dll) maupun dalam hubungannya dengan
orang lain (pengembangan kemampuan interpersonal dan metode kepemimpinan). Seperti
yang dikatakan oleh John Maxwell, ” The only way that I can keep leading is to keep
growing. The the day I stop growing, somebody else takes the leadership baton. That is way
it always it.” Satu-satunya cara agar saya tetap menjadi pemimpin adalah saya harus
senantiasa bertumbuh. Ketika saya berhenti bertumbuh, orang lain akan mengambil alih
kepemimpinan tsb.

II.5 KEPEMIMPINAN DAN KEARIFAN LOKAL


Kearifan local yaitu spirit local genius yang disepadankan maknanya dengan pengetahuan,
kecerdikan,kepandaian, keberilmuan, dan kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan dan
berkenaan dengan penyelesaian masalah yang relative pelik dan rumit,
Dalam suatu local (daerah ) tentunya selalu diharapkan kehidupan yang selaras, serasi dan
seimbang (harmonis). Kehidupan yang penuh kedamaian dan suka cita. Kehidupan yang
dipimpin oleh pimpinan yang dihormati bawahannya. Kehidupan yang teratur dan terarah
yang dipimpin oleh pimpinan yang mampu menciptakan suasana kondusif.
Kehidupan manusia tidak lepas dari masalah. Serangkaian masalah tidaklah boleh didiamkan.
Setiap masalah yang muncul haruslah diselesaikan. Dengan memiliki jiwa kepemimpinan,
seseorang akan mampu menaggulangi setiap masalah yang muncul.
Manusia di besarkan masalah. Dalam kehidupan local masyarakat, setiap masalah yang
muncul dapat ditanggulangi dengan kearifan local masyarakat setempat. Contohnya adalah
masalah banjir yang di alami masyarakat di berbagai tempat. Khususnya di Bali, seringkali
terjadi banjir di wilayah Kuta. Sebagai tempat tujuan wisata dunia tentu hal ini sangat tidak
menguntungkan. Masalah ini haruslah segera ditangani. Dalam hal pembuatan drainase dan
infrastruktur lainnya, diperlukan kematangan rencana agar pembangunan yang dilaksanakan
tidak berdampak buruk. Terbukti, penanggulangan yang cepat dengan membuat gorong –
gorong bisa menurunkan debit air yang meluber ke jalan.
Sebagai pemimpin lokal, pihak Camat Kuta, I Gede Wijaya sebelumnya telah melakukan
sosialisasi terkait pembangunan gorong – gorong. Camat Kuta secara langsung dan tertulis
telah menyampaikan hal tersebut kepada pengusaha serta pemilik bangunan dalam surat No.
620/676/ke/07 , tertanggal 27 desember 2007

BAB III
PENUTUP

III.1 KESIMPULAN
Kata pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan memiliki keterikatan yang tak dapat
dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama
lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria
yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu
kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang
mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan
diterapkan.
Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari
kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Seorang pemimpin sejati
selalu bekerja keras memperbaiki dirinya sebelum sibuk memperbaiki orang lain.
Pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang
tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal
(leadership from the inside out).

III.2 SARAN
Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia. Jiwa
kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak untuk memimpin diri
sendiri.
Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar biasa.
Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut
mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut
tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita.
Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.

MATERI KEPEMIMPINAN II

Kepemimpinan atau leadership adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang-


orang lain agar bekerjasama sesuai dengan rencana demi tercapainya tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian kepemimpinan memegang peranan yang sangat
penting dalam manajemen, bahkan dapat dinyatakan, kepemimpinan adalah inti
darimanagemen.
Di dalam kenyataan, tidak semua orang yang menduduki jabatan pemimpin memiliki
kemampuan untuk memimpin atau memiliki ‘kepemimpinan’, sebaliknya banyak orang yang
memiliki bakat kepemimpinan tetapi tidak pernah mendapat kesempatan untuk menjadi
pemimpin dalam arti yang sebenarnya. Sedang pengertian ‘kepala’ menunjukan segi formal
dari jabatan pemimpin saja, maksudnya secara yuridis-formal setiap orang dapat saja
diangkat mengepalai sesuatu usaha atau bagian (berdasarkan surat keputusan atau surat
pengangkatan), walaupun belum tentu orang yang bersangkutan mampu menggerakan
mempengaruhi dan membimbing bawahannya serta (memimpin) memiliki kemampuan
melaksanakan tugas-tugas untuk mencapai tujuan.

1. Jenis-jenis kepemimpinan
Sepanjang perjalanan sejarah manusia, selalu ditemui adanya pemimpin-pemimpin dalam
berbagai bidang kegiatan yang pada dasarnya dapat digolongkan menjadi 4 jenis
kepemimpinan:
1. Kepemimpinan di bidang rohaniah
2. Kepemimpinan di bidang politik
3. Kepemimpinan di bidang militer, dan
4. Kepemimpinan di bidang managerial
Adapun yang menjadi pokok dalam pembahasan masalah ini adalah jenis kepemimpinan
yang terakhir atau kepemimpinan di bidang manajerial khususnya dalam kepemimpinan yang
berada dalam ruang lingkup bidang seni pertunjukan.

Kepemimpinan Managerial adalah kepemimpinan yang kegiatannya dilakukan berdasarkan


efisiensi atau berdasarkan perhitungan real antara usaha yang dijalankan dengan hasil yang
diharapkan. Cara-cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut adalah dengan
menjalankan fungsi-fungsi manajemen seperti yang diuraikan sebelumnya.
2. Teori-teori Kepemimpinan
Ada 2 macam pendapat atau konsepsi tentang timbulnya kemampuan seseorang untuk
menggerakan orang-orang lain dalam bekerja sama untuk mencapai tujuan.
- Teori Genetik (pembawaan sejak lahir)
Di masa lalu banyak orang percaya bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin karena darah
atau keturunan. Teori ini biasanya hidup di kalangan bangsawan. Lihat misalnya dalam
ceritera pewayangan: Mahabarata, Ramayana, Panji, dan sejarah kerajaan – kerajaan hindu
dan islam di Indonesia.
Dalam hal ini hanyalah keturunan raja saja yang dapat menggantikan kedudukan ayah atau
orang tuanya untuk memerintah sebagai seorang pimpinan. Sebaliknya jika orang tuanya
bukan atau tidak pernah menjadi pemimpin, anak-anaknya dipandang tidak akan mampu
menjadi pemimpin.
Dalam alam demokrasi sekarang ini, teori ini banyak ditentang.
- Teori Sosial
Teori sosial mengatakan bahwa kepemimpinan bukannya diperoleh berdasarkan keturunan,
tetapi karena pengaruh situasi dan kondisi masyarakat. Dengan perkataan lain teori ini
menyatakan bahwa semua orang dapat saja menjadi pemimpin asal memiliki bakat-bakat
yang cukup dapat dikembangkan melalui pendidikan, pengalaman, dan latihan tergantung
pula akan ada tidaknya kesempatan serta iklim yang memungkinkannya menjadi pemimpin.
Teori sosial ini sekarang lebih banyak dipakai karena lebih sesuai dengan alam demokrasi
dan tuntutan hak-hak asasi manusia.

3. Jalan Menjadi Pemimpin


Ada beberapa jalan bagi seseorang untuk menjadi pemimpin, diantaranya adalah:
- Dengan jalan membentuk diri sendiri
Orang-orang yang memiliki kemampuan mencipta atau orang-orang yang kreatif dan
memiliki prakarsa (inisiatif) yang tinggi dapat memupuk dan mengembangkan
kemampuannya sehingga akhirnya akan dapat menciptakan suatu usaha yang dipimpinnya
sendiri secara baik.
- Melalui pemilihan orang banyak
Biasanya hal ini terjadi di dalam organisasi-organisasi politik, serikat sekerja, organisasi
kesenian, olahraga, dan sebagainya. Lazimnya pemimpin yang dipilih orang banyak ini
bertugas dalam jangka waktu yang terbatas: dua tahun, tiga tahun, dan seterusnya.
- Melalui penunjukan
Pada kantor-kantor pemerintah dan banyak kantor swasta, seseorang dapat menjadi pemimpin
karena ditunjuk oleh orang lain yang lebih tinggi kedudukannya dalam instansi yang
bersangkutan.
- Melalui kombinasi pemilihan dan penunjukan
Dalam hal ini ada dua macam cara yang dapat ditempuh:
1. Dari atasan ditunjuk beberapa calon pemimpin, dan kemudian para anggota memilih salah
seorang dari calon-calon tersebut.
2. Para anggota memilih beberapa calon pemimpin, dan kemudian atasan memilih salah satu
diantaranya.

4. Tipe dan Aspek Kepemimpinan


Tipe-tipe kepemimpinan :
Berdasarkan sikap-sikap pemimpin dan dari cara mereka menjalankan kepemimpinan,
dikenal adanya beberapa tipe kepemimpinan:
-Kepemimpinan Pribadi
Tipe kepemimpinan di mana pemimpin secara langsung mengadakan kontak dengan
bawahan. Sehingga hasil kerja langsung diketahui oleh pimpinan tingkat atas yang juga
menginginkan mengetahui segala hal sampai detail. Dalam hal ini mudah timbul
kepemimpinan yang sentralistis yang kurang memperhatikan hirarki atau pendelegasian
wewenang dan tanggung jawab. Akibatnya jika ada pekerjaan yang gagal, banyak pihak tidak
mau ikut bertanggung jawab.
-Kepemimpinan Non-Pribadi
Tipe kepemimpinan di mana pimpinan tidak mengadakan kontak langsung dengan bawahan,
melainkan melalui saluran jenjang hirarki yang sudah ada. Dengan demikian masing-masing
bagian lebih merasa bertanggung jawab. Kelemahannya ada kemungkinan pekerjaan dan
keputusan berjalan lambat, karena segala sesuatu harus diputuskan melalui tingkatan-
tingkatan hirarki yang panjang.
Kepemimpinan Otoriter
Tipe kepemimpinan di mana pemimpin menganggap bahwa kepemimpinan adalah hak
pribadinya sehingga ia tidak perlu berkonsultasi dengan orang lain dan tidak boleh ada orang
lain yang turut campur. Kepemimpinan semacam ini sering dianggap berbahaya dan banyak
mengandung resiko.
-Kepemimpinan Demokratis
Tipe kepemimpinan di mana pemimpin selalu bersedia menerima dan menghargai saran-
saran, pendapat, dan nasehat dari staf dan bawahan, melalui forum musyawarah untuk
mencapai kata sepakat
-Kepemimpinan Kebapakan
Tipe kepemimpinan di mana pemimpin bertindak sebagai ayah kepada anak-anaknya:
mendidik, mengasuh, mengajar, membimbing, dan menasehati. Pada dasarnya kepemimpinan
semacam ini baik, tetapi kelemahannya tidak memberikan kesempatan kepada bawahan
untuk tumbuh menjadi dewasa dan lebih bertanggung jawab.
-Kepemimpinan Karismatis
Tipe kepemimpinan di mana pemimpin memiliki daya tarik yang amat kuat. Seolah-olah
dalam diri pemimpin tersebut terdapat kekuatan yang luar biasa, sehingga dalam waktu
singkat dapat menggerakkan banyak pengikut. Termasuk pemimpin semacam ini misalnya:
Gandhi, dan J.F.Kennedy. Kepemimpinan tipe ini adalah baik selama pemimpin berpegang
teguh kepada moral yang tinggi dan hukum-hukum yang berlaku.
Aspek-aspek kepemimpinan
Pada umumnya dikenal 2 aspek kepemimpinan, yaitu aspek internal dan aspek eksternal yang
sekaligus harus dimiliki oleh seorang pemimpin.
- Aspek internal, adalah pandangan seorang pemimpin ke arah masalah masalah ketata-
lembagaan yang meliputi: keadaan, gerak tuntutan, dan tujuan organisasi yang dipimpinnya.
Dalam aspek ini harus diperhatikan bahwa :
1. Pandangan pemimpin terhadap organisasi harus menyeluruh.
2. Pengambilan keputusan harus dilakukan dengan cepat, tepat, dan tegas.
3. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab kepada bawahan dilaksanakan dengan baik.
4. Hubungan dengan bawahan harus terbina baik sehingga mudah mendapatkan dukungan
dan menggerakan mereka.
- Aspek eksternal atau aspek politik, adalah pandangan seorang pemimpin yang diarahkan ke
luar organisasi untuk melihat perkembangan situasi masyarakat

5. Sifat-sifat atau syarat-syarat kepemimpinan


Karena seorang pemimpin bertugas menggerakan orang-orang yang dipimpinnya, maka
sudah barang tentu ia harus memiliki sifat-sifat yang lebih dari orang-orang yang
dipimpinnya. Banyaknya sifat-sifat ideal yang dituntut bagi seorang pemimpin berbeda-beda
menurut bidang kegiatan, jenis atau tipe kepemimpinan, tingkatan dan bahkan juga latar
belakang budaya dan kebangsaan. Untuk memperoleh perbandingan yang luas berikut ini
akan diuraikan sifat-sifat atau syarat-syarat kepemimpinan yang diajukan oleh beberapa ahli,
pemuka masyarakat, dan bahkan berdasarkan tradisi masyarakat tertentu. Menurut Dr.
Roeslan Abdulgani seorang pemimpin harus memiliki kelebihan dalam 3 hal dari orang-
orang yang dipimpinnya :
-Kelebihan dalam bidang ratio.
Artinya seseorang pemimpin harus memiliki pengetahuan tentang tujuan dan asas organisasi
yang dipimpinnya. Memiliki pengetahuan tentang cara-cara untuk menjalankan organisasi
secara efisien. Dan dapat memberikan keyakinan kepada orang-orang yang dipimpin ke arah
berhasilnya tujuan.
-Kelebihan dalam bidang rohaniah.
Artinya seorang pemimpin harus memiliki sifat-sifat yang memancarkan keluhuran budi,
ketinggian moral, dan kesederhanaan watak.
-Kelebihan dalam bidang lahiriah/jasmaniah.
Artinya dengan kelebihan ketahanan jasmaniah ini seorang pemimpin akan mampu
memberikan contoh semangat dan prestasi kerja sehari – hari yang baik terutama ditujukan
kepada orang – orang yang dipimpinnya.
Terry menyebutkan adanya 3 buah syarat yang harus dipenuhi oleh seorang pemimpin yang
baik, yaitu memiliki:
-Kekuatan atau energi
Seorang pemimpin harus memiliki kekuatan lahiriah dan rokhaniah sehingga mampu bekerja
keras dan banyak berfikir untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
-Penguasaan emosional
Seorang pemimpin harus dapat menguasai perasaannya dan tidak mudah marah dan putus
asa.
-Pengetahuan mengenai hubungan kemanusiaan
Seorang pemimpin harus dapat mengadakan hubungan yang manusiawi dengan bawahannya
dan orang-orang lain, sehingga mudah mendapatkan bantuan dalam setiap kesulitan yang
dihadapinya. Adapun beberapa kecakapan/kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin antara lain :
1. Motivasi dan dorongan pribadi, yang akan mampu menimbulkan semangat, gairah, dan
ketekunan dalam bekerja.
2. Kecakapan berkomunikasi: kemampuan menyampaikan ide, pendapat serta keinginan
dengan baik kepada orang lain, serta dapat dengan mudah mengambil intisari pembicaraan.
3. Kecakapan mengajar pemimpin yang baik adalah guru yang mampu mengajar dan
memberikan teladan dan petunjuk-petunjuk, menerangkan yang belum dengan gambaran
jelas serta memperbaiki yang salah.
4. Kecakapan bergaul: dapat mengetahui sifat dan watak orang lain melalui pergaulan agar
dengan mudah dapat memperoleh kesetiaan dan kepercayaan. Sebaiknya bawahan juga
bersedia bekerja dengan senang hati dan sukarela untuk mencapai tujuan.
5. Kemampuan teknis kepemimpinan: mengetahui dengan jelas azas dan tujuan dari
organisasi tersebut. Mampu merencanakan, mengorganisasi, mendelegasikan wewenang,
mengambil keputusan, mengawasi, dan lain-lain untuk tercapainya tujuan. Seorang pemimpin
harus menguasai baik kemampuan managerial maupun kemampuan teknis dalam bidang
usaha yang dipimpinnya.
Dalam amanatnya mengenai masalah kepemimpinan berdasarkan falsafah Panca Sila,
Jenderal Soeharto menyimpulkan beberapa sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin,
1. Ketuhanan Yang Maha Esa, yaitu kesadaran beragama dan beriman teguh
2. Hing ngarsa sung tulada, yaitu memberi suri-tauladan yang baik di hadapan anak buah.
3. Hing madya mangun karsa, yaitu bergiat dan menggugah semangat di tengah-tengah
masyarakat (anak buah).
4. Tut Wuri handayani, yaitu memberi pengaruh baik dan mendorong dari belakang kepada
anak buah.
5. Waspada purba wisesa, yaitu mengawasi dan berani mengoreksi anak buah.
6. Ambeg parama arta, yaitu memilih dengan tepat mana yang harus didahulukan.
7. Prasaja, yaitu bertingkah laku yang sederhana dan tidak berlebih-lebihan
8. Satya, yaitu sikap loyal timbal balik dari atasan terhadap bawahan, dari bawahan terhadap
atasan dan juga ke samping.
9. Hemat, yaitu kesadaran dan kemampuan membatasi penggunaan dan pengeluaran segala
sesuatu untuk keperluan yang benar-benar penting.
10. Sifat terbuka, yaitu kemauan, kerelaan, keikhlasan, dan keberanian untuk
mempertanggung jawabkan tindakan-tindakannya.
11. Penerusan, yaitu kemauan, kerelaan, dan keikhlasan untuk pada saatnya menyerahkan
tugas dan tanggung jawab serta kedudukan kepada generasi muda guna diteruskannya.

TEKNIK PERSIDANGAN

1. JENIS PERSIDANGAN
1) Sidang Pleno :
a. Sidang Pleno diikuti oleh seluruh peserta dan peninjau Permusyawaratan
b. Sidang Pleno dipimpin oleh Presidium Sidang
c. Sidang Pleno dipandu oleh Steering Committee
d. Sidang Pleno membahas dan memutuskan segala sesuatu yang berhubungan dengan
Permusyawaratan
2). Sidang Paripurna :
a. Sidang Paripurna diikuti oleh seluruh peserta dan peninjau Permusyawaratan
b. Sidang Paripurna dipimpin oleh Presidium Sidang
c Sidang Paripurna mengesahkan segala ketetapan dan keputusan yang berhubungan dengan
Permusyawaratan
3). Sidang Komisi
a. Sidang Komisi diikuti oleh anggota masing-masing Komisi
b. Anggota masing-masing Komisi adalah peserta dan peninjau yang ditentukan oleh Sidang
Pleno
c. Sidang Komisi dipimpin oleh seorang pimpinan dibantu seorang Sekretaris Sidang Komisi
d. Pimpinan Sidang Komisi dipilih dari dan oleh anggota Komisi dalam Komisi tersebut
e. Sidang Komisi membahas materi-materi yang menjadi tugas dari Komisi yang
bersangkutan

3. ATURAN PERSONALIA SIDANG


1. Peserta
Hak peserta:
a. Hak Bicara, adalah untuk bertanya, mengeluarkan pendapat dan mengajukan usulan kepada
pimpinan baik secara lisan maupun tertulis
b. Hak Suara, adalah hak untuk ikut ambil bagian dalam pengambilan keputusan
c. Hak Memilih, adalah hak untuk menentukan pilihan dalam proses pemilihan
d. Hak Dipilih, adalah hak untuk dipilih dalam proses pemilihan
Kewajiban peserta:
a. Mentaati tata tertib persidangan/permusyawaratan
b. Menjaga ketenangan/harmonisasi persidangan
2. Peninjau
Hak Peninjau:
-. Hak Bicara, adalah untuk bertanya, mengeluarkan pendapat dan mengajukan usulan kepada
pimpinan baik secara lisan maupun tertulis
Kewajiban Peninjau:
a. Mentaati tata tertib persidangan/permusyawaratan
b. Menjaga ketenangan/harmonisasi persidangan
3. Presidium Sidang
a. Presidium Sidang dipilih dari dan oleh peserta Permusyawaratan melalui Sidang Pleno
yang dipandu oleh Panitia Pengarah
b. Presidium Sidang bertugas untuk memimpin dan mengatur jalannya persidangan seperti
aturan yang disepakati peserta
c. Presidium Sidang berkuasa untuk memimpin dan menjalankan tata tertib persidangan

4. ATURAN KETUKAN PALU dan kondisi-kondisi lain :


1 kali ketukan
a. Menerima dan menyerahkan pimpinan sidang.
b. Mengesahkan keputusan/kesepakatan peserta sidang poin perpoin (keputusan sementara).
c. Memberi peringatan kepada peserta sidang agar tidak gaduh.
d. Menskors dan mencabut kembali skorsing sidang yang waktunya tidak terlalu lama
sehingga peserta sidang tidak perlu meninggalkan tempat sidang.
e. Mencabut kembali / membatalkan ketukan terdahulu yang dianggap keliru.
2 kali ketukan :
Untuk menskorsing atau mencabut skorsing dalam waktu yang cukup lama, misalnya
istirahat, lobying, sembahyang,makan.
Skorsing ialah penundaan persidangan untuk sementara waktu.
Lobying ialah suatu bentuk kompromi dalam menyelesaikan perbedaan pendapat dalam
pengambilan keputusan
3 kali ketukan :
a. Membuka/menutup sidang atau acara resmi.
b. Mengesahkan keputusan final /akhir hasil sidang.
Contoh kalimat yang dipakai oleh Presidium Sidang
1. Membuka sidang
“Dengan mengucap Bismilahirahmanirahim, sidang pleno I saya nyatakan dibuka. “
tok…….tok…….tok
2. Menutup sidang
“Dengan mengucap Alhamdulillahriabilalamin, sidang pleno I saya nyatakan ditutup.”
Tok……..tok……..tok
3. Mengalihkan pimpinan sidang
“Dengan ini pimpinan sidang saya alihkan kepada pimpinan sidang berikutnya” tok.
4. Mengambil alih pimpinan sidang
“Dengan ini pimpinan sidang saya ambil alih “ tok
5. Menskorsing sidang
“Dengan ini sidang saya skorsing selama 15 menit” tok……….tok.
6. Mencabut skorsing
“Dengan ini skorsing 15 menit saya cabut dan saya nyatakan sidang dilanjutkan“ tok…….tok
.
7. Memberi peringatan kepada peserta sidang
“Tok………. “Peserta sidang harap tenang !”
Syarat-syarat Presidium Sidang :
a. Mempunyai sifat leadership, bijaksana dan bertanggung jawab
b. Memiliki pengetahuan yang cukup tentang persidangan
c. Peka terhadap situasi dan cepat mengambil inisiatif dalam situasi kritis
d. Mampu mengontrol emosi sehingga tidak terpengaruh kondisi persidangan
Sikap Presidium Sidang :
a. Simpatik, menarik, tegas dan disiplin
b. Sopan dan hormat dalam kata dan perbuatan
c. Adil, bijaksana dan menghargai pendapat peserta

4. QUORUM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN


1. Persidangan dinyatakan syah/quorum apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya ½ n + 1
dari peserta yang terdaftar pada Panitia (OC).
2. Setiap keputusan didasarkan atas musyawarah untuk mufakat, dan jika tidak berhasil
diambil melalui suara terbanyak (½ + 1) dari peserta yang hadir di persidangan.
3. Bila dalam pengambilan keputusan melalui suara terbanyak terjadi suara seimbang, maka
dilakukan lobbying sebelum dilakukan pemungutan suara ulang

5. INTERUPSI
Ialah suatu bentuk selaan atau memotong pembicaraan dalam sidang karena adanya masukan
yang perlu diperhatikan untuk pelaksanaan sidang tersebut.
Macam macam interupsi antara lain.
1. Interuption of order, Bentuk interupsi yang dilakukan untuk meminta penjelasan atau
memberikan masukan yang berkaitan dengan jalannya persidangan. Mis. saat pembicaraan
sudah melebar dari pokok masalah maka seseorang berhak mengajukan interuption of order
agar persidangan dikembalikan lagi pada pokok masalahnya sehingga tidak melebar dan
semakin bias.
2. Interruption of information, Bentuk interupsi berupa informasi yang perlu diperhatikan
oleh seluruh peserta siding termasuk pimpinan sidang. Informasi bisa internal (mis. informasi
atau data tentang topik yang dibahas) ataupun eksternal (mis. situasi kondisi di luar ruang
sidang yang mungkin dapat berpengaruh terhadap jalannya persidangan).
3. Interruption of clarification, Bentuk interupsi dalam rangka meminta klarifikasi tentang
pernyataan peserta siding lainnya agar tidak terjadi penangkapan bias ketika seseorang
memberikan tanggapan atau sebuah penegasan terhadap suatu pernyataan.
4. Interruption of explanation, Bentuk interupsi untuk menjelaskan suatu pernyataan yang
kita sampaikan agar tidak ditangkap keliru oleh peserta lain atau suatu pelurusan terhadap
pernyataan kita.
5. Interruption of personal, Bentuk interupsi yang disampaikan bila pernyataan yang
disampaikan oleh peserta lain sudah diluar pokok masalah dan cenderung menyerang secara
pribadi.
Pelaksanaan Interupsi :
1. Interupsi dilakukan dengan mengangkat tangan terlebih dahulu, dan berbicara setelah
mendapat ijin dari Presidium Sidang
2. Interupsi diatas interupsi hanya berlaku selama tidak menggangu persidangan
3. Apabila dalam persidangan, Presidium Sidang tidak mampu menguasai dan mengendalikan
jalannya persidangan, maka Panitia Pengarah (SC) diberikan wewenang untuk mengambil
alih jalannya persidangan, atas permintaan Presidium Sidang dan atau Peserta Sidang.

6. Tata Tertib
Tata tertib persidangan merupakan hasil kesepakatan seluruh peserta pada saat persidangan
dengan memperhatikan aturan umum organisasi dan nilai-nilai universal dimasyarakat.
7. Sanksi-sanksi
Peserta yang tidak memenuhi persyaratan dan kewajiban yang ditentukan dalam tata tertib
persidangan akan dikenakan sanksi dengan mempertimbangkan saran, dan usulan peserta.

6. TEKNIK RAPAT
Pengertian :
Rapat mempunyai beberapa pengertian. Dalam pengertian yang luas rapat dapat menjadi
sebuah permusyawaratan, yang melibatkan banyak peserta dan membahas banyak
permasalahan penting. Sedangkan dalam pengertian yang lebih kecil, rapat dapat berupa
diskusi yang hanya melibatkan beberapa peserta dengan pembahasan yang lebih sederhana.
Dalam Sub bab ini hal-hal yang berkaitan dengan permusyawaratan tidak lagi diuraikan, dan
lebih kepada rapat dalam pengertian umum/sederhana secara teknis.
Jenis Rapat :
1. Rapat Anggota
2. Rapat Pengurus (Rapat Kerja,Rapat Koordinasi, Rapat Pimpinan,dsb).
3. Diskusi.
Fungsi Rapat
1. Penyampaian informasi
2. Pemecahan masalah
3. Mengidentifikasi masalah.
4. Menentukan alternatif.
5. Menguji alternatif.
6. Rapat implementasi.
Prosedur Penyelenggaraan Rapat
1. Persiapan
a. Menyiapkan rencana.
b. Menyiapkan agenda rapat.
c. Menyiapkan kertas kerja.
d. Menyiapkan pembicara/peserta.
e. waktu.
e. Pengambilan keputusan.
f. Penutupan rapat.
2. Pelaporan dan Evaluasi
a. Pelaporan
- Jelas, lengkap dan singkat.
- Pembuat laporan harus mengikuti rapat secara penuh.
- Isi : tanggal/jam, jumlah peserta, pembicara, pokok pembicaraan, keputusan.
b. Evaluasi
- Dilakukan bersama panitia/pengurus.
- Yang dievaluasi adalah semua kegiatan rapat dari persiapan, pelaksanaan, dan hasil.
Yang berperan dalam Rapat
1. Pemimpin Rapat.
2. Peserta Rapat.
3. Undangan dan nara sumber.
4. Materi/bahan rapat.
5. Tata ruang dan tempat duduk.
Persyaratan Pemimpin Rapat
1. Memiliki sikap, tingkah laku, karakter, dan penampilan yang baik.
2. Menguasai permasalahan, dapat mencari jalan keluar.
3. Memberi kepercayaan dan netral terhadap peserta.
4. Pandai menerapkan gaya kepemimpinan
Upaya mensukseskan Rapat
1. Penyelenggaraan yang efektif dan efisien.
2. Pemimpin Rapat harus :
a. Aktif, tegas, mampu membimbing, mengarahkan, dan mencegah pembicaraan yang
menyimpang.
b. Diterima sebagai pemimpin, punya integritas dan konsekuen
c. Bicara jelas, tidak mendominasi, terbuka dan dapat menumbuhkan keberanian berbicara /
mengemukakan pendapat.
3. Hal-hal lain yang perlu :
a. Peserta rapat jangan berdebat tentang hal-hal yang tidak relevan dengan agenda rapat.
b. Hindarkan adanya gangguan dari luar.
c. Jika ada pertanyaan seyogyanya tidak dijawab sendiri oleh pimpinan rapat.
d. Rapat jangan buru-buru selesai dan juga terlalu lama.
Indikator Rapat yang berhasil
1. Semua undangan/peserta hadir.
2. Prasarana dan sarana memenuhi kebutuhan rapat.
3. Peserta aktif dan banyak masukan.
4. Masalah yang dirapatkan dapat dipecahkan.
5. Sasaran yang direncanakan tercapai.
6. Keputusan rapat dapat dilaksanakan.

9. TEKNIK DISKUSI
Pengertian Diskusi
Diskusi adalah sebuah proses tukar menukar informasi, pendapat, dan unsur unsur
pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapatkan pengertian bersama yang lebih
jelas, lebih teliti tentang sesuatu atau untuk mempersiapkan dan merampungkan
kesimpulan/pernyataan/keputusan. Di dalam diskusi selalu muncul perdebatan. Debat ialah
adu argumentasi, adu paham dan kemampuan persuasi untuk memenangkan
pemikiran/paham seseorang.
Manfaat Diskusi
1. Ditinjau dari aspek kepemimpinan, salah satu cara yang baik untuk mengadakan
komunikasi dan konsultasi
2. Ditinjau dari segi bahan yang dihadapi, dapat memperdalan wacana/ pengetahuan
seseorang mengenai sesuatu.
Pola-Pola Diskusi
1. Prasaran
a. Penyajian bahan pokok oleh satu atau beberapa orang pembicara dengan prasaran tertulis
(makalah, kertas kerja).
b. Tanggapan terhadap bahan pokok oleh pembicara lain (penyanggah / pembahas).
c. Tanggapan peserta diskusi (forum) terhadap bahan pokok.
2. Ceramah
a. Seorang / lebih penceramah menguraikan bahan pokok.
b. Tanggapan, sanggahan atau pertanyaan dari forum untuk meminta penjelasan yang lebih
teliti.
3. Diskusi Panel
a. Bahan pokok disajikan oleh beberapa panelis. Panelis meninjau masalah dari segi tertentu.
b. Tanggapan, sanggahan atau pertanyaan forum untuk meminta penjelasan dari panelis.
4. Brainstorming
a. .Bahan pokok yang dipersiapkan ditawarkan kepada peserta diskusi oleh pimpinan.
b. Tiap peserta diminta pendapat dan gagasannya. Sebanyak mungkin orang diajak bicara dan
setiap ide dicatat.
e. Berbagai ide disimpulkan dan ditarik benang merahnya. Kesimpulan ini kemudian
dijadikan kerangkan pembicaraan dan pembahasan lebih lanjut.
Persyaratan Diskusi
1. Berkomunikasi dalam kelompok dengan catatan :
a.Tata tertib tidak ketat.
b.Setiap orang diberi kesempatan berbicara.
c.Kesediaan untuk berkompromi.
2. Bagi peserta diskusi :
a.Pengertian yang menyeluruh tentang pokok pembicaraan.
b.Sanggup berpikir bebas dan lugas.
c.Pandai mendengar, menjabarkan dan menganalisa.
d.Mau menerima pendapat orang lain yang benar.
e.Pandai bertanya dan menolak secara halus pendapat lain.
3. Bagi pemimpin diskusi :
a.Sikap hati-hati,cerdas,tanggap.
b.Pandai menyimpulkan.
c.Sikap tidak memihak.

MATERI ETIKA DI MEJA MAKAN


Table Manner (Etika Makan)
Etika makan diperkenalkan oleh bangsa Eropa yang merupakan aturan standar terutama saat
bersantap bersama-sama di sebuah acara resmi atau acara makan bersama di keluarga besar.
Meskipun sebebarnya Etika tersebut telah ada jauh sebelum peradaban Eropa menyebar ke
seluruh dunia.

Jika mampu menunjukkan sopan santun di meja makan, sebenarnya secara tidak langsung
menunjukkan kualitas pergaulan, intelektualitas dan etika pergaulan seseorang. Etika makan
tidak dibentuk secara tiba-tiba. Kualitas etika makan harus dilakukan sejak usia anak dan
remaja. Dengan kebiasaan sehari-hari dengan melakukan etika makan yang baik maka
merupakan proses pembelajaran yang sangat baik. Bila etika makan dibentuk secara instan
maka akan menghasilkan kualitas etika makan yang canggung dan tidak luwes. Bila
seseorang diundang di sebuah restoran terkenal atau jamuan makan malam resmi dengan
meja makan yang sudah di setting sedemikian rupa harus mengikuti aturan etika makan yang
baik.

Setiap negara memiliki aturan meja makan yang berbeda-beda. Namun, ada beberapa aturan
dasar yang terdapat di setiap etika makan, yaitu :
Makan dengan mulut yang tertutup saat mengunyah makanan.
Berbicara dengan volume suara yang rendah.
Tutupi mulut saat batuk atau bersin.
Jangan menyandarkan punggung di sandaran kursi.
Jangan menimbulkan suara saat mengunyah makanan.
Jangan memainkan makanan dengan peralatan makan.
Jangan mengejek atau memberitahu seseorang bahwa dia memiliki etika makan yang buruk.
Jangan bersedekap di meja makan.
Selalu meminta ijin ke empunya acara saat akan meninggalkan meja makan.
Jangan menatap mata orang lain saat dia sedang makan.
Jangan berbicara di telepon di meja makan. Meminta ijinlah saat anda benar benar harus
menjawab telepon, dan meminta maaflah saat kembali.
Jangan menimbulkan suara saat memakan sup.
Letakkan garpu di sebelah kiri dan garpu disebelah kanan bersama-sama di arah jam 5 di atas
piring dengan bagian pisau yang tajam menghadap ke dalam. Ini menandakan bahwa anda
telah selesai makan.
Lap yang disediakan di atas meja tidak boleh digunakan.
Jangan menghilangkan ingus dengan lap tangan. Lap yang disiapkan untuk anda hanya untuk
membersihkan mulut bila kotor.
Jangan mengambil makanan dari piring orang lain dan jangan memintanya juga.
Telan semua makanan yang ada di mulut sebelum minum.
Jangan menggunakan tangan saat mengambil makanan yang tersisa di dalam mulut, gunakan
tusuk gigi.
Usahakan untuk mencicipi semua makanan yang disediakan.
Tawarkan ke orang di sebelah anda saat anda akan menuangkan minuman ke gelas anda.
Sisakan makanan sedikit bila anda tidak ingin atau tidak sanggup menghabiskan makanan.
Tunggu ada aba-aba untuk mulai memakan makanan yang dihidangkan.
Menambahkan bumbu setelah mencicipi makanan dianggap kasar dan menghina koki.
Kecuali di restoran, jangan minta untuk menyingkirkan sisa makanan anda kecuali acara
makan sudah selesai dan jangan pernah melakukan bila diundang ke acara formal.
Jangan lupakan satu hal yang umum. Jangan lupa untuk selalu mengatakan ‘tolong’ dan
‘terima kasih’ setiap kali anda meminta bantuan.
Beberapa etika umum yang harus dilakukan adalah:
1. Bila pelayan tidak memberikan anda duduk, Duduk dan tariklah bangku dengan dua
tangan.
2. Bukalah serbet atau napkin dengan wajar taruh di pangkuan anda.
3. Jika sudah siap memesan menu, lihat daftar menu dengan wajar, jangan terlalu lama.
Segera menunjuk menu yang anda pilih. Setelah itu biasanya pelayan mempersilakan anda
mencicipi menu pembuka atau Appetizer.
Jamuan formal terdiri dari beberapa menu
1. Hidangan Pembuka (Appetizer).
2. Sebelum hidangan pembuka disajikan biasanya diatas meja disediakan roti sebagai
panganan, anda bisa makan roti ini dengan tangan. Hidangan pembuka biasanya juga terdiri
dari dua macam, Hot Appetizer dan Cold Appetizer.
3. Hot Appetizer biasanya Sup. Aduklah sup itu perlahan, jangan dipangku ditangan anda,
biarkan tetap diatas meja. Jangan sekali-kali meniup sup. Gunakan sendok sup yang sudah
disediakan, biasanya lebih kecil.
4. Cold Appetizer bisa berupa salad, ambil garpu di tangan kiri dan pisau di tangan kanan,
sekali lagi pilihlah alat makan yang disediakan, biasanya lebih kecil dari alat makan hidangan
utama. Janagn ragu-ragu mengelap mulut anda bila ada sisa makanan disana. Jangan
mengelap dengan satu tangan.
Hidangan Utama (Main Course)

Bila hidangan utama sudah tiba, jangan salah kalau anda sedang diundang jamuan makan ala
internasional, umumnya ada dua cara menyantap hidangan utama. Hidangan utama sering
berupa daging, steik atau sea food. Bila menggunakan ala Amerika biasanya daging dipotong
lebih dahulu baru disantap menggunakan sendok dengan tangan kanan. Cara Eropa lain lagi,
biasanya langsung dipotong dengan pisau di tangan kanan lalau memakan dengan garpu di
tangan kiri.
Hidangan Penutup (Dessert)

Puas menyantap hidangan utama, saatnya anda menikmati hidangan penutup. Hidangan
penutup umumnya berupa makanan atau minuman dingin, seperti cocktail, ice cream atau jus.
Jangan makan hidangan penutup langsung setelah anda menghabiskan makanan utama.
Berilah waktu untuk perut anda. Setelah dirasa cukup dan hidangan penutup sudah siap,
amkaan anda bisa menyantapnya. Bila hidangan pentup anda berupa minuman yang ada
hiasan diatasnya. Makanlah hiasannya atau sisihakan terlebih dahulu. Baru minum isinya.

A. Serbet
B. Piring utama
C. Mangkok sop dan tatakannya
D. Piring roti dan mentega dengan pisau roti
E. Gelas air
F. Anggur putih
G. Anggur merah
H. Garpu ikan
I. Garpu utama
J. Garpu salad
K. Pisau utama
L. Pisau ikan
M. Sendok sop
N. Sendok makanan pencuci mulut dan garpu kue

Perhatikan bahwa posisi garpu salad (J) disarankan untuk diletakkan disebelah kiri garpu
utama (I). Bagaimanapun juga untuk jamuan resmi garpu utama digunakan sebelum garpu
salad, karena itu sebaiknya para tamu menunggu hidangan utamanya sebelum mengambil
salad.

Apa yang harus dilakukan? Kapan memulai makan?

Tidak seperti dengan nasehat orang tua, para pakar etiket malah menganjurkan untuk
memulai makan tanpa harus selalu menunggu orang lain – mulailah makan saat makanan
hangat disajikan. Untuk makanan dingin atau buffets, tunggulah hingga tuan rumah
mempersilakan makan, dan tunggu pula hingga tamu utamanya mulai mengambil makanan.

Makanan yang dapat dipegang dengan tangan:


1. Roti: break slices of bread, rolls and muffins in half or into small pieces by hand before
buttering.
2. Daging : jika potongan dagingnya tebal, makanlah dengan menggunakan pisau dan
garpu. Jika garing, pecahkan dengan garpu dan makanlah dengan tangan.
3. Makan dengan tangan: Ikuti pedoman tuan rumah. Jika makanan tersebut disajikan
dalam piring, ambil dan letakkan pada piring anda sebelum memakannya.
4. Makanan yang biasanya langsung dimakan dengan tangan: jagung pada ikan tongkol,
tulang iga, lobster, kepiting dan tiram dengan cangkang terbuka, sayap ayam dan tulang
(untuk situasi tidak resmi), sandwiches, beberapa jenis buah tertentu, buah zaitun, seledri, roti
dan kue kering.
Membuang makanan yang terselip dari mulut:
1. Serpihan buah zaitun: keluarkan dengan hati-hati ke telapak tangan sebelum membuangnya
ke piring.
2. Tulang ayam: gunakan garpu untuk membuang ke piring.
3. Duri ikan: buanglah dengan jari.
4. Bagian yang lebih besar: tulang atau makanan yang tidak ingin anda makan keluarkan
dengan hati-hati dan tersembunyi ke dalam serbet makan hingga tidak diketahui orang lain.

Tata cara untuk minum :


1. MUG (gelas agak besar tanpa kaki) yang digunakan untuk minum kopi, teh atau
minuman panas lainnya, biasanya digunakan pada acara tak resmi. Tatakan biasanya
disertakan untuk meletakkan sendok kecil, bahkan kadang tidak disediakan sama sekali. Bila
disertai tatakan/lepek, biasanya sendok diletakkan dengan posisi menghadap ke bawah atau di
sisi piring mentega atau piring makan. Jangan lupa mengeluarkan sendok dari mug pada
waktu akan minum.
2. Letakkan teh celup yang sudah dicelupkan ke dalam cangkir yang berisi air panas pada
piring alas/tatakan cangkir.
3. Sebelum mereguk es teh manis, es kopi susu, atau jus, jangan lupa singkirkan sendok
pengaduk yang berbentuk panjang. Letakkan di tatakan setelah selesai mengaduk minuman.
Bila tak tersedia, jangan lupa memintanya.
4. Bila kopi atau teh tumpah, tanyakan apakah bisa mengganti tatakan. Bila tidak
memungkinkan, gunakan serbet atau tisu untuk membersihkannya. Hal ini untuk menghidari
tumpahan yang lebih banyak atau mengenai baju Anda.
5. Jika disuguhi minuman dengan gelas yang biasa digunakan untuk anggur merah,
pegang kaki gelas. Untuk anggur putih, pegang badan gelas untuk menjaga kedinginan
minuman tersebut. Bila di gelas minuman terdapat hiasan buah seperti stroberi, ceri, dan
lainnya tapi Anda tidak ingin memakannya, boleh disingkirkan.
6. Sebaiknya jangan meniup minuman yang panas untuk mendinginkannya. Agar cepat
dingin, Anda bisa mengaduk minuman secara perlahan atau tunggu sampai panasnya
berkurang.
7.
8. MATERI ASAL MUASAL NAMA INDONESIA
Pada zaman purba, kepulauan tanah air disebut dengan aneka nama. Dalam catatan bangsa
Tionghoa kawasan kepulauan tanah air dinamai Nan-hai (Kepulauan Laut Selatan). Berbagai
catatan kuno bangsa Indoa menamai kepulauan ini Dwipantara (Kepulauan Tanah Seberang),
nama yang diturunkan dari kata Sansekerta dwipa (pulau) dan antara (luar, seberang). Kisah
Ramayana karya pujangga Walmiki menceritakan pencarian terhadap Sinta, istri Rama yang
diculik Rahwana, sampai ke Suwarnadwipa (Pulau Emas, yaitu Sumatra sekarang) yang
terletak di Kepulauan Dwipantara.
Bangsa Arab menyebut tanah air kita Jaza'ir al-Jawi (Kepulauan Jawa). Nama Latin untuk
kemenyan adalah benzoe, berasal dari bahasa Arab luban jawi (kemenyan Jawa), sebab para
pedagang Arab memperoleh kemenyan dari batang pohon Styrax sumatrana yang dahulu
hanya tumbuh di Sumatera. Sampai hari ini jemaah haji kita masih sering dipanggil "Jawa"
oleh orang Arab. Bahkan orang Indonesia luar Jawa sekalipun. Dalam bahasa Arab juga
dikenal Samathrah (Sumatra), Sholibis (Sulawesi), Sundah (Sunda), semua pulau itu dikenal
sebagai kulluh Jawi (semuanya Jawa).
Bangsa-bangsa Eropa yang pertama kali datang beranggapan bahwa Asia hanya terdiri dari
Arab, Persia, India dan Tiongkok. Bagi mereka, daerah yang terbentang luas antara Persia
dan Tiongkok semuanya adalah "Hindia". Semenanjung Asia Selatan mereka sebut "Hindia
Muka" dan daratan Asia Tenggara dinamai "Hindia Belakang". Sedangkan tanah air
memperoleh nama "Kepulauan Hindia" (Indische Archipel, Indian Archipelago, l'Archipel
Indien) atau "Hindia Timur" (Oost Indie, East Indies, Indes Orientales). Nama lain yang juga
dipakai adalah "Kepulauan Melayu" (Maleische Archipel, Malay Archipelago, l'Archipel
Malais).
Pada jaman penjajahan Belanda, nama resmi yang digunakan adalah Nederlandsch-Indie
(Hindia Belanda), sedangkan pemerintah pendudukan Jepang 1942-1945 memakai istilah To-
Indo (Hindia Timur).
Eduard Douwes Dekker ( 1820 – 1887 ), yang dikenal dengan nama samaran Multatuli,
pernah mengusulkan nama yang spesifik untuk menyebutkan kepulauan tanah air kita, yaitu
Insulinde, yang artinya juga "Kepulauan Hindia" ( Bahasa Latin insula berarti pulau). Nama
Insulinde ini kurang populer.
Nusantara
Pada tahun 1920, Ernest Francois Eugene Douwes Dekker ( 1879 – 1950), yang dikenal
sebagai Dr. Setiabudi (cucu dari adik Multatuli), memperkenalkan suatu nama untuk tanah air
kita yang tidak mengandung unsur kata "India". Nama itu tiada lain adalah Nusantara, suatu
istilah yang telah tenggelam berabad-abad lamanya. Setiabudi mengambil nama itu dari
Pararaton, naskah kuno zaman Majapahit yang ditemukan di Bali pada akhir abad ke-19 lalu
diterjemahkan oleh JLA. Brandes dan diterbitkan oleh Nicholaas Johannes Krom pada tahun
1920.
Pengertian Nusantara yang diusulkan Setiabudi jauh berbeda dengan pengertian nusantara
zaman Majapahit. Pada masa Majapahit, Nusantara digunakan untuk menyebutkan pulau-
pulau di luar Jawa (antara dalam Bahasa Sansekerta artinya luar, seberang) sebagai lawan
dari Jawadwipa (Pulau Jawa). Sumpah Palapa dari Gajah Mada tertulis "Lamun huwus kalah
nusantara, isun amukti palapa" (Jika telah kalah pulau-pulau seberang, barulah saya
menikmati istirahat).
Oleh Dr. Setiabudi kata nusantara zaman Majapahit yang berkonotasi jahiliyah itu diberi
pengertian yang nasionalistis. Dengan mengambil kata Melayu asli antara, maka Nusantara
kini memiliki arti yang baru yaitu "nusa di antara dua benua dan dua samudra", sehingga
Jawa pun termasuk dalam definisi nusantara yang modern. Istilah nusantara dari Setiabudi ini
dengan cepat menjadi populer penggunaannya sebagai alternatif dari nama Hindia Belanda.
Sampai hari ini istilah nusantara tetap dipakai untuk menyebutkan wilayah tanah air dari
Sabang sampai Merauke.
Indonesia
Pada tahun 1847 di Singapura terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indian
Archipelago and Eastern Asia (JIAEA), yang dikelola oleh James Richardson Logan ( 1819 –
1869 ), seorang Skotlandia yang meraih sarjana hukum dari Universitas Edinburgh.
Kemudian pada tahun 1849 seorang ahli etnologi bangsa Ingris, George Samuel Windsor Earl
( 1813 – 1865 ), menggabungkan diri sebagai redaksi majalah JIAEA.
Dalam JIAEA Volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel On the Leading
Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations. Dalam artikelnya
itu Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau
Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas (a distinctive name), sebab nama Hindia
tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang lain. Earl mengajukan dua
pilihan nama: Indunesia atau Malayunesia (nesos dalam bahasa Yunani berarti pulau). Pada
halaman 71 artikelnya itu tertulis:
"... the inhabitants of the Indian Archipelago or Malayan Archipelago would become
respectively Indunesians or Malayunesians".
Earl sendiri menyatakan memilih nama Malayunesia (Kepulauan Melayu) daripada Indunesia
(Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu, sedangkan Indunesia
bisa juga digunakan untuk Ceylon ( Srilanka ) dan Maladewa. Earl berpendapat juga bahwa
nahasa Melayu dipakai di seluruh kepulauan ini. Dalam tulisannya itu Earl memang
menggunakan istilah Malayunesia dan tidak memakai istilah Indunesia.
Dalam JIAEA Volume IV itu juga, halaman 252-347, James Richardson Logan menulis
artikel The Ethnology of the Indian Archipelago. Pada awal tulisannya, Logan pun
menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan tanah air kita, sebab istilah "Indian
Archipelago" terlalu panjang dan membingungkan. Logan memungut nama Indunesia yang
dibuang Earl, dan huruf u digantinya dengan huruf o agar ucapannya lebih baik. Maka
lahirlah istilah Indonesia.
Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan tercetak pada halaman 254
dalam tulisan Logan:
"Mr. Earl suggests the ethnographical term Indunesian, but rejects it in favour of
Malayunesian. I prefer the purely geographical term Indonesia, which is merely a shorter
synonym for the Indian Islands or the Indian Archipelago".
Ketika mengusulkan nama "Indonesia" agaknya Logan tidak menyadari bahwa di kemudian
hari nama itu akan menjadi nama resmi. Sejak saat itu Logan secara konsisten menggunakan
nama "Indonesia" dalam tulisan-tulisan ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini
menyebar di kalangan para ilmuwan bidang etnologi dan geografi.
Pada tahun 1884 guru besar etnologi di Universitas Berlin yang bernama Adolf Bastian (1826
– 1905 ) menerbitkan buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel sebanyak
lima volume, yang memuat hasil penelitiannya ketika mengembara ke tanah air pada tahun
1864 sampai 1880. Buku Bastian inilah yang memopulerkan istilah "Indonesia" di kalangan
sarjana Belanda, sehingga sempat timbul anggapan bahwa istilah "Indonesia" itu ciptaan
Bastian. Pendapat yang tidak benar itu, antara lain tercantum dalam Encyclopedie van
Nederlandsch-Indie tahun 1918. Padahal Bastian mengambil istilah "Indonesia" itu dari
tulisan-tulisan Logan.
Pribumi yang mula-mula menggunakan istilah "Indonesia" adalah Suwardi Suryaningrat ( Ki
Hajar Dewantara ). Ketika dibuang ke negeri Belanda tahun 1913 beliau mendirikan sebuah
biro pers dengan nama Indonesische Pers-bureau.
Nama indonesisch (Indonesia) juga diperkenalkan sebagai pengganti indisch (Hindia) oleh
Prof. Cornelis van Vollenhoven (1917). Sejalan dengan itu, inlander (pribumi) diganti dengan
indonesiër (orang Indonesia).
Identitas Politik
Pada dasawarsa 1920-an, nama "Indonesia" yang merupakan istilah ilmiah dalam etnologi
dan geografi itu diambil alih oleh tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan tanah air kita,
sehingga nama "Indonesia" akhirnya memiliki makna politis, yaitu identitas suatu bangsa
yang memperjuangkan kemerdekaan. Akibatnya pemerintah Belanda mulai curiga dan
waspada terhadap pemakaian kata ciptaan Logan itu.
Pada tahun 1922 atas inisiatif Mohammad Hatta, seorang mahasiswa Handels Hoogeschool
(Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam, organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Negeri
Belanda (yang terbentuk tahun 1908 dengan nama Indische Vereeniging berubah nama
menjadi Indonesische Vereeniging atau Perhimpoenan Indonesia. Majalah mereka, Hindia
Poetra, berganti nama menjadi Indonesia Merdeka.
Bung Hatta menegaskan dalam tulisannya,:
"Negara Indonesia Merdeka yang akan datang (de toekomstige vrije Indonesische staat)
mustahil disebut "Hindia Belanda". Juga tidak "Hindia" saja, sebab dapat menimbulkan
kekeliruan dengan India yang asli. Bagi kami nama Indonesia menyatakan suatu tujuan
politik (een politiek doel), karena melambangkan dan mencita-citakan suatu tanah air di masa
depan, dan untuk mewujudkannya tiap orang Indonesia (Indonesier) akan berusaha dengan
segala tenaga dan kemampuannya."
Di tanah air Dr. Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club pada tahun 1924). Pada tahun
1925, Jong Islamieten Bond membentuk kepanduan Nationaal Indonesische Padvinderij
(Natipij). Itulah tiga organisasi di tanah air yang mula-mula menggunakan nama "Indonesia".
Akhirnya nama "Indonesia" dinobatkan sebagai nama tanah air, bangsa dan bahasa pada
Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia tanggal 28 Oktober 1928, yang kini dikenal dengan
sebutan Sumpah Pemuda.
Pada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat; parlemen Hindia
Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo dan Sutardjo
Kartohadikusumo, mengajukan mosi kepada Pemerintah Hindia Belanda agar nama
"Indonesia" diresmikan sebagai pengganti nama "Nederlandsch-Indie". Tetapi Belanda
menolak mosi ini.
Dengan jatuhnya tanah air ke tangan Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, lenyaplah nama
"Hindia Belanda". Lalu pada tanggal 17 Agustus 1945, lahirlah Republik Indonesia.

Diposting 20th March 2012 oleh Unknown

2 Lihat komentar

maulana hasanudin25 April 2013 17.45


Keren Kang
Izin Sedot yahh
Makasih Banyak yahh

Balas

Miftahudin R25 April 2013 18.10


Terimakasih banyak maul..
Salam sukses yaa

Balas

Kang Miftah
telusuri
Klasik Kartu Lipat Majalah Mozaik Bilah Sisi Cuplikan Kronologis

JAN
1
CUACA DINGIN DIBAWAH KEHANGATAN PSK
Judul diatas sengaja saya buat biar lebih mengundang gairah bagi yang baca. Tepatnya
Selasa, 19 Desember 2017 pukul 20.00 dibawah guyuran hujan yang dingin menusuk tulang,
kendaraan saya bannya mengalami kebocoran di daerah Jalan raya Parung.

Sejenak kendaraan saya parkir di depan tukang tambal ban yang lokasinya tidak jauh dari
warteg yang di dalamnya ada tiga wanita berpakaian mini lagi bersolek. "Bang, tolong bantu
cek ban kendaraan saya ya" tegas saya memanggil si Abang tukang tambal ban.
Ternyata suara saya yang merdu ini langsung mengundang perhatian bagi ketiga perempuan
yang lagi di dalam warteg. Mata mereka mereret tajam. Ketiganya mulai mencuri perhatian,
matanya nakal dan berani melambaikan tangan sebagai isyarat bahwa dirinya siap nemenin.
AUG
25
QUOVADIS MESJID AHMAD BIN HANBAL ?
Sudah sembilan bulan lamanya, terhitung mulai Desember 2016 pasca dilakukannya mediasi
oleh walikota Bogor Bima Arya antara Jamaah Mesjid Ahmad Bin Hanbal dengan Warga
setempat, sampai sekarang status mesjid tersebut masih menunggu ketegasan pemerintah
yang dalam hal ini adalah walikota.
JUN
24
KEAJAIBAN REJEKI DAN BERKAH HARI LEBARAN
Tanggal 21 Juni 2017, saya sempat memposting status Facebook seperti ini " Tiada hal yg
lebih menggembirakan. Ketika detik detik menjelang lebaran, tiba tiba ada pesan masuk yang
isinya 'seseorang meminta nomor rekning dan berniat kasih hadiah THR'.

Tepat malam tadi, Jum'at pukul 20.30 saya disapa keajaiban. Seorang Hamba Allah, tiba tiba
mengirim pesan lewat FB Messenger yang isinya meminta nomor rekning lalu beliau
mentransfer uang dengan nominal besar. Saya terharu dan luar biasa kaget.
AUG
18
KISAH SUKSES IBU TIGA ANAK, LULUS S2 UT GAK PAKE LAMA
Kali ini ijinkan penulis bercerita tentang sahabat seperjuangan semasa kecil yang sama sama
berstatus double alias sudah menikah dan punya buntut. Menurut hemat penulis, sahabat yang
satu ini adalah satu dari sekian wanita Indonesia yang terbilang sukses mengenyam
pendidikan S2 di Universitas Terbuka. Ibu tiga anak ini, layak mendapat gelar ibu rumah
tangga teladan karena kegigihannya dalam menuntut ilmu serta mampu menginspirasi banyak
orang.
JUL
27
PESAN UNTUK SAHABAT
Saat sekolah dan kuliah gak usah sombong. Kita gak tau masa depan seperti apa. Teman yang
kita remehkan bisa saja jadi hebat setelah bertarung di dunia kerja. Banyak yang saat kuliah
keren..tapi setelah kerja gak jadi apa-apa.

Saat sukses meniti karier gak usah sombong. Kita gak tau keberuntungan hari esok seperti
apa. Bisnis berkibar di usia 30an..bisa saja setelah 40an meredup.

Saat telah benar-benar mapan gak usah sombong. Kita gak tau hari tua seperti apa.

JUL
8
MEMBUANG DENDAM, UNTUK HATI YANG LAPANG
Di Afrika, ada sebuah teknik yang unik untuk berburu monyet di hutan. Si pemburu
menangkap monyet dalam keadaan hidup-hidup tanpa harus menggunakan senapan dan obat
bius. Cara menangkapnya sederhana saja, pemburu hanya menggunakan toples berleher
panjang dan sempit.
Toples itu diisi kacang yang telah diberi aroma untuk mengundang monyet-monyet datang.
Setelah diisi kacang, toples-toples itu ditanam dalam tanah dengan menyisakan mulut toples
dibiarkan tanpa tutup.

NOV
24
JUAL SOP PERUSAHAAN
Anda kesulitan membuat dan menyusun SOP perusahaan?

Berikut ini cara dan langkah-langkahnya :

1. Buat perintah tertulis dari direksi sebagai dasar hukum pelaksanaan SOP perusahaan.

2. Bentuk tim sesuai kapasitas terdiri dari direksi, manager, staff, konsultan SOP bila perlu,
penulis SOP, dan tunjuk siapa ketua timnya.

3. Sampaikan manfaat menerapkan SOP dan kerugian mengabaikan SOP.

4. Buat dan tulis komitmen bersama untuk membuat dan melaksanakan SOP.

5.

NOV
23
PENTINGNYA PRIA, MEMAHAMI WANITA
Serang teman merasa istrinya semakin lama semakin egois dan kasar. Karena itu, mereka
bertengkar setiap hari.

Saking seringnya bertengkar, lelaki ini memiliki selingkuhan.

Akhirnya, mereka bercerai dan sang suami menikah lagi dengan selingkuhannya.

Sang mantan istripun tak lama kemudian menikah lagi.

Mereka masih belum dikaruniai anak. pernikahan baru keduanya masing masing berjalan
dengan sangat lancar.

JUN
30
SELAMAT TINGGAL PT.ASP DAN SALAM SUKSES
“Pekerjaan terbaik adalah pekerjaan yang selesai pada waktunya. bukan yang kelar setelah
nunggu waktu lama”.

Ini adalah prinsip sederhana yang saya jalankan selama kurang lebih enam tahun mengarungi
hidup dan berlayar di kapal besar bernama PT. Anugerah Surya Pratama. Enam tahun bagi
saya adalah bukan waktu yang pendek. Ada ribuan kisah yang sudah terukir manis disana.
Baik itu kisah sedih maupun suka cita dan semuanya berbaur jadi satu.

JUN
23
INILAH CARA KITA MENGENAL ANAK
1.Jika anak kita BERBOHONG, itu karena kita MENGHUKUMNYA terlalu berat

2.Jika anak kita TIDAK PERCAYA DIRI, karena kita TIDAK MEMBERI dia SEMANGAT

3.Jika Anak kita KURANG BERBICARA, itu karena kita TIDAK MENGAJAKNYA
BERBICARA

4.Jika anak kita MENCURI, itu karena kita TIDAK MENGAJARINYA MEMBERI

5.Jika anak kita PENGECUT, itu karena kita MEMBELANYA

6.Jika anak kita TIDAK MENGHARGAI ORANG LAIN, itu karena kita BERBICARA
TERLALU KERAS KEPADANYA

7.Jika anak kita MARAH, itu karena kita KURANG ME

Memuat
Tema Tampilan Dinamis. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai