Begitu banyaknya permintaan dari sahabat netters tentang materi baris berbaris melalui email,
saya terpanggil untuk merapikan kumpulan materi yang terlihat berserakan di tumpukan rak
buku koleksi pribadi. Kumpulan materi ini saya ambil dari beragam sumber bacaan di
tambah dengan pengalaman pribadi yang saya alami sendiri semasa mengikuti pembinaan
KEPASKIBRAAN/ KEPASKIBRAKAAN (Capaska 99) hingga akhirnya sampai detik ini
saya masih berusaha konsen melakukan syiar syiar yang berbau 'HADAP KANAN
dan HADAP KIRI' heheheee... Berikut saya sajikan untuk para 'sahabat sekalian :
Baris berbaris memegang peranan penting dalam palaksanaan pengibaran Bendera Sang
Merah Putih. Derap langkah yang tegas dan kompak akan sangat mempengaruhi jiwa dan
semangat Paskibraka untuk melaksanakan tugas. Kekompakan anggota Paskibraka tercermin
dari sikap disiplin dalam melaksanakan baris berbaris dan membentuk formasi.
Þ Di dalam peraturan ini dibagi dalam 2 bagian yaitu baris berbaris dengan menggunakan
senjata dan baris berbaris tanpa senjata. Peraturan baris berbaris militer tersebut diterapkan
disemua kegiatan baris berbaris, sehingga dalam latihan Paskibraka harus mengacu pada
peraturan baris berbaris tanpa senjata yang berlaku dan tidak boleh menerapkan aturan-aturan
sendiri.
Þ Pelatih.
Þ Karena yang mengeluarkan peraturan baris berbaris adalah militer maka dengan dasar itu
pelatih Paskibraka diambil dari instansi militer karena dianggap lebih memahami peraturan
tersebut dan dapat memberikan ilmu baris berbaris sesuai peraturan yang berlaku. Didalam
perkembangannya pelatih disekolah banyak yang melibatkan para purna paskibraka untuk
melatih baris berbaris, namun harus dipahami bahwa siapapun yang memberikan latihan baris
berbaris baik dari unsur militer maupun sipil/purna paskibraka semuanya harus berpedoman
pada Peraturan Baris Berbaris yang berlaku.
Þ Kewajiban Pelatih.
Þ Keberhasilan latihan baris berbaris sangat tergantung pada kualitas dan kesanggupan
seorang pelatih. Pelatih yang melatih hanya karena tugas tidak akan bisa mencapai hasil yang
sempurna. Pelatih baris berbaris harus mempunyai kemampuan ilmu melatih sesuai peraturan
peraturan yang berlaku dan kemampuan psikologis untuk mengerti kemampuan anak
didiknya. Pelatih yang berkualitas harus mempunyai dasar-dasar melatih dan mempersiapkan
segala sesuatunya dengan sebaik-baiknya antara lain :
Þ Perasaan kasih sayang,
Þ Pelatih harus dapat merasakan apa yang dirasakan oleh anak didiknya.
Þ Persiapan
Þ Persiapan yang baik akan menentukan keberhasilan latihan. Pelatih harus mempersiapkan
program apa yang akan dilatihkan, pembagian waktu, alat –alat yang diperlukan, tempat dan
lain sebagainya.
Þ Tidak sombong
Þ Keahlian dan kepandaian melatih bukanlah hal yang harus disombongkan atau hanya
dipamerkan, melainkan wajib diamalkan dan diberikan kepada anak didiknya dengan
kesabaran dan ketelatenan.
Þ Adil
Þ Pelatih harus dapat memberikan keseimbangan saat latihan dalam segala hal dengan cara
memberikan pujian atau teguran tanpa membeda-bedakan satu dengan lainnya.
Þ Teliti
Þ Pelatih harus cermat dalam melaksanakan ketentuan-ketentuan sesuai dengan aturan yang
berlaku. Gerakan setiap anak didiknya harus selalu diperhatikan sehingga dapat menerapkan
gerakan sesuai dengan aturan yang benar.
Þ Sederhana
Þ Dalam memberikan penjelasan setiap gerakan pelatih harus mempergunakan bahasa dan
kalimat yang sederhana sehingga mudah dipahami oelh setiap anak didik.
Þ Teladan
Þ Pelatih sebaiknya banyak memberikan dengan contoh-contoh gerakan, memberikan
teladan dan selalu mengoreksi setiap anak didiknya sehingga mereka dapat melakukan
gerakan dengan baik dan benar. Jika dilapangan pelatih sebaiknya tidak usah terlalu banyak
bercerita atau memberikan pengarahan-pengarahan yang tidak perlu sebab yang diperlukan
adalah pengulangan latihan-latihan setiap gerakan sehingga anak didik benar-benar
memahami setiap gerakan dan dapat melaksanan dengan benar.
Þ Perbandingan pelatih
Þ Untuk latihan baris berbaris maka kualitas dan kemampuan pelatih sangat menentukan
ratio pelatih dan anak didik. Untuk latihan baris berbaris maka ratio 1 : 15 atau 1 : 20 adalah
ratio yang ideal, kalau terlalu banyak pelatih akan membuat anak didik menjadi bingung.
Dalam melatih harus ditunjuk 1 orang pelatih yang akan mengatur pembagian-pembagian
kelompok kecil, pemberian aba-aba gerakan dan lain sebagainya.
Þ Program latihan
Þ Tahap latihan baris berbaris adalah sebagi berikut :
Þ Gerakan ditempat.
Þ Gerakan baris berbaris yang dilakukan ditempat misal : Sikap siap, istirahat, hormat,
lencang kanan, jalan ditempat dan lain sebagainya. Gerakan ditempat adalah kunci sukses
dalam latihan baris berabris. Dalam latihan awal ini ketegasan pelatih mutlak diperlukan,
karena jika anak didik sudah terbiasa dengan aba-aba dan gerakan yang tegas serta kompak
maka dalam latihan pindah tempat dan berjalan akan menjadi mudah, karena secara emosi
mereka sudah mulai terarah pada gerakan-gerakan selanjutnya.
Þ Gerakan berjalan.
Þ Dalam latihan berjalan maka tahap latihan sebaiknya dibagi dalam kelompok-kelompok
kecil antar 10 – 15 orang per kelompok karena akan lebih mudah untuk memperhatikan dan
mengoreksi gerakan setiap anggota, setelah anggota pasukan dianggap mampu baru digabung
menjadi kelompok yang besar.
Þ Langkah Biasa
Þ Yaitu membiasakan peserta untuk melakukan gerakan-gerakan langkah biasa, hal ini
juga dimaksudkan agar dapat diberikan dasar-dasar penyeragaman langkah.
Þ Langkah Tegap
Þ Gerakan langkah tegap akan gerakan baris berbaris dengan sikap yang tegap baik ayunan
tangan dan kaki, termasuk hentakan kaki sehingga dapat menimbulkan irama yang tegap,
kompak dan mantap.
o Dalam langkah tegap kekompakan dan keseragaman ayunan tangan harus benar-benar
diperhatikan karena ayunan tangan akan menunjukkan keindahan dalam dalam berbaris.
Þ Dalam latihan tempo dapat dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan masing-masing
kelompok bergantian melakukan gerakan kombinasi jalan ditempat dan langkah biasa atau
langkah tegap. Dengan latihan kombinasi ini akan mempermudah saat melakukan formasi
pengibaran bendera, karena saat melakukan formasi biasanya gerakan jalan ditempat dan
langkah tegap akan saling mengisi sehingga tempo langkah setiap anggota harus sama dan
kompak
Hukuman seperti ini tidak akan berdampak positip bagi anggota karena merugikan kondisi
phisik anggota yang terbuang tenaganya sebab harus menjalani hukuman
Membuang waktu karena ada anggota yang dihukum sehingga anggota yang lain tidak dapat
meneruskan latihan.
Hukuman yang dilakukan sebaiknya bersifat mendidik dan membuat anggota yang
melakukan kesalahan benar-benar merasakan bahwa akibat kesalahan yang dilakukan akan
merugikan anggota yang lain.
Jika ada anggota yang sering melakukan kesalahan maka anggota yang bersangkutan dipisah
dan secara individual diberikan arahan dan dikoreksi gerakan-gerakannya. Jika kesalahan
dilakukan saat melakukan gerakan ditempat maka dapat diberi hukuman dengan melakukan
gerakan-gerakan yang salah sebanyak 10 kali, dengan cara seperti ini selain akan
meningkatkan kemampuan anak didik juga sebagai bentuk latihan khusus sehingga anggota
tersebut dapat lebih memahami kekurangannya dan memperbaiki dengan cepat, sedang
manfaat pelatih dengan memberi hukuman seperti itu maka akan meningkatkan kemampuan
anggotanya secara cepat tanpa merugikan yang lain.
Jika kesalahan dilakukan saat latihan berjalan maka secara personal anggota tersebut dapat
diperintah untuk melakukan langkah tegap secara sendiri/ personal. Dengan cara ini palatih
dapat memperhatikan kemampuan secara individu, sedang bagi anggota yang melakukan
baris berbaris sendiri akan menimbulkan perasaan malu karena telah melakukan kesalahan
dan pasti dia akan berusaha untuk tidak mengulanginya lagi.
Hukuman-hukuman yang berupa push up, squat jam atau hukuman phisik lainnya sudah
saatnya ditinggalkan karena hanya akan merugikan peserta latihan secara keseluruhan dan
bersifat kurang mendidik. Jika ada yang beralasan kalau hukuman tersebut untuk
meningkatkan kondisi phisik, maka pelatih yang mengatakan hal tersebut harus
meningkatkan pemahaman tentang latihan baris berbaris yang benar,sebab saat sudah masuk
latihan baris berbaris Paskibraka kondisi phisik peserta harus baik dan peningkatan kondisi
phisik secara instant akan membuat peserta kurang sehat sehingga tidak dapat berprestasi
dengan optimal.
Pasal 1
PENGERTIAN
1. Guna menumbuhkan sikap jasmani yang tegap dan tangkas, rasa persatuan,
disiplin, sehingga dengan demikian senantiasa dapat mengutamakan
kepentingan tugas di atas kepentingan individu dan secara tidak langsung juga
menanamkan rasa tanggung jawab.
2. Yang dimaksud dengan menumbuhkan sikap jasmani yang tegap dan tangkas
adalah mengarahkan pertumbuhan tubuh yang diperlukan oleh tugas pokok
tersebut dengan sempurna.
3. Yang dimaksud dengan rasa persatuan adalah rasa senasib dan sepenanggungan serta
ikatan batin yang sangat diperlukan dalam menjalankan tugas.
4. Yang dimaksud dengan disiplin adalah mengutamakan kepentingan tugas diatas individu
yang hakikatnya tidak lain dari pada keikhlasan menyisihkan pilihan hati sendiri.
5. Yang dimaksud dengan rasa tanggung jawab adalah keberanian untuk bertindak yang
mengandung risiko terhadap dirinya tetapi menguntungkan tugas atau sebaliknya tidak
mudah melakukan tindakan yang akan dapat merugikan kesatuan.
Pasal 3
Ketentuan Khusus
Pasal 4
KEWAJIBAN PELATIH
1. Terwujud atau tidaknya maksud dan tujuan peraturan ini sangat tergantung
kepada mutu serta kesanggupan seorang pelatih. Pelatih yang melaksanakannya hanya karena
tugas tidak akan mencapai hasil yang diharapkan.
2. Hasil yang baik akan dapat diperoleh dengan memperhatikan pokok-pokok
sebagai berikut:
Pasal 5
ABA-ABA
1. Pengertian
Aba-aba adalah perintah yang diberikan oleh seorang komandan/pimpinan
pasukan kepada pasukan/barisan untuk dilaksanakan pada waktunya secara
serentak atau berturut-turut.
2. Macam aba-aba
Aba-aba terdiri atas 3 bagian dengan urutan:
a. Aba-aba petunjuk
Aba-aba petunjuk dipergunakan jika perlu untuk menegaskan maksud dari
aba-aba peringatan/pelaksanaan.
contoh:
1. Untuk perhatian – Istirahat di tempat = GERAK
2. Untuk istirahat – Bubar = JALAN
3. Jika aba-aba ditujukan khusus terhadap salah satu bagian dari keutuhan
pasukan: Pleton II – Siap = GERAK
4. Selanjutnya lihat baris-berbaris kompi
5. Kecuali di dalam upacara: aba-aba petunjuk pada penyampaian
b. Aba-aba peringatan
Aba-aba peringatan adalah inti dari perintah yang cukup jelas untuk dapat
dilaksanakan tanpa ragu-ragu.
Contoh:
1. Lencang kanan = GERAK dan bukan LENCANG = KANAN
2. Istirahat di tempat = GERAK dan bukan Di tempat = ISRIRAHAT
Aba-aba pelaksanaan
Aba-aba pelaksanaan adalah ketegasan mengenai saat untuk melaksanakan
aba-aba petunjuk/peringatan dengan cara serentak atau berturut-turut.
Aba-aba pelaksanaan yang dipakai adalah:
1. GERAK
2. JALAN
3. MULAI
GERAK : adalah untuk gerakan-gerakan tanpa meninggalkan tempat yang
menggunakan kaki dan gerakan-gerakan yang memakai anggota tubuhlain, baik dalam
keadaan berjalan maupun berhenti.
MULAI: adalah untuk dipakai pada pelaksanaan perintah yang harus dikerjakan
berturut-turut.
contoh: 1. Hitung = MULAI
2. Berbanjar/Bersaf Kumpul = MULAI
3. Cara menulis aba-aba:
a. Aba-aba petunjuk dimulai dengan huruf besar dan ditulis seterusnya dengan
huruf kecil, atau semuanya huruf besar.
b. Aba-aba peringatan dimulai dengan huruf besar dan ditulis seterusnya
dengan huruf kecil yang satu dengan yang lainnya agak jarang, atau
semuanya huruf besar.
c. Aba-aba pelaksanaan ditulis seluruhnya dengan huruf besar.
d. Semua aba-aba ditulis lengkap, walaupun ucapannya dapat dipersingkat.
e. Diantara aba-aba petunjuk dan aba-aba peringatan terdapat garis
penyambung/koma, antara aba-aba peringatan dan aba-aba pelaksanaan
terdapat dua garis bersusun/koma.
contoh :Waktu pemimpin upacara memberi aba-aba penghormatan kepada Pembina upacara :
Hormat = GERAK. Pelaksanaan : Pada waktu memberi aba-aba pemimpin upacara/Danup
menghadap ke arah pembina upacara/Irup sambil melakukan gerakan penghormatan
bersama-sama dengan pasukan. Setelah penghormatan selesai dijawab/dibalas oleh pembina
upacara/Irup maka dalam sikap “sedang memberi hormat” Pemimpin upacara/Danup
memberikan aba-aba : Tegak = GERAK dan setelah aba-aba itu pemimpin upacara/Danup
bersama-sama pasukan kembali ke sikap sempurna.
c. Dalam rangka menyiapkan pasukan pada saat Pembina upacara/Irup memasuki lapangan
upacara dan setelah amanat pembina upacara/Irup selesai,Pemimpin upacara/Danup tidak
menghadap pasukan.
d. Pada taraf permulaan latihan aba-aba yang ditujukan kepada pasukan yang sedang berjalan
atau berlari, aba-aba pelaksanaannya selalu harus diberikan bertepatan dengan jatuhnya salah
satu kaki tertentu yang pelaksanaan geraknya dilakukan dengan tambahan 1 langkah pada
waktu berjalan dan 3 langkah pada waktu berlari.
e. Sedang pada taraf lanjutan, aba-aba pelaksanaan dapat diberikan bertepatan dengan
jatuhnya kaki yang berlawanan yang pelaksanaan gerakannya dilakukan dengan tambahan 2
langkah pada waktu berjalan dan 4 langkah pada waktu berlari, kenudian berhenti atau maju
dengan merubah bentuk dan arah pada pasukan.
f. Semua aba-aba diucapkan dengan suara nyaring, tegas, dan bersemangat.
g. Pemberian aba-aba petunjuk yang dirangkaikan dengan aba-aba peringatan
dan pelaksanaan, pengucapannya tidak diberi nada.
h. Pemberian aba-aba peringatan wajib diberi nada pada suku kata pertama
dan terakhir. Nada suku kata terakhir diucapkan lebih panjang menurut
besar-kecilnya pasukan. Aba-aba pelaksanaan senantiasa diucapkan dengan
cara yang di”hentakkan”.
i. Waktu pemberi aba-aba peringatan dan pelaksanaan diperpanjang sesuai
besar-kecilnya pasukan dan/atau tingkatan perhatian pasukan (konsentrasi
pasukan). Dilarang memberi keterangan-keterangan lain di sela-sela aba-
aba pelaksanaan.
j. Bila ada suatu bagian aba-aba diperlukan, maka dikeluarkan perintah
“ulangi”
Contoh :
Kepada pemimpin upacara = ulangi Kepada pembina upacara – Hormat =GERAK. Gerakan
yang tidak termasuk aba-aba tetapi yang harus dijalankan pula, dapat diberikan petunjuk-
petunjuk sengan suara nyaring, tegas, dan
bersemangat. Biasanya dipakai pada waktu di lapangan, seperti: MAJU,
IKUT, BERHENTI, LURUSKAN, LURUS
Pasal 6
CARA MELATIH BERHIMPUN
1. Apabila seorang pelatih/komandan ingin mengumpulkan anggota bawahannya
secara bebas, maka pelatih/komandan/pemimpin memberi aba-aba:
Berhimpun = MULAI
2. Pelaksanaan:
a. Pada waktu aba-aba peringatan seluruh anggota mengambil sikap sempurna dan
menghadap kepada yang memberi aba-aba.
b. Pada aba-aba pelaksanaan seluruh anggota mengambil sikap lari,
selanjutnya lari menuju ke depan pelatih/komandan.pemimpin, di mana ia
berada dengan jarak 3 langkah.
c. Pada waktu datang di depan pelatih/komandan/ pemimpin, mengambil
sikap sempurna, kemudian mengambil sikap istirahat.
d. Setelah aba-aba selesai, seluruh anggota mengambil sikap sempurna, balik
kanan selanjutnya menuju tempat masing-masing.
e. Pada saat datang di depan pelatih/komandan/ pemimpin, serta kembali,
tidak menyampaikan penghormatan.
Pasal 7
CARA MELATIH BERKUMPUL
Pasal 8
CARA MELATIH MENINGGALKAN BARISAN
Pasal 9
CARA MELATIH GERAKAN BERJALAN
1. Untuk melatih seseorang tentang gerakan berjalan, ia disuruh berjalan sesua dengan
petunjuk dari pelatih. Pelatih memperhatikan gayanya, diperbaiki dan disesuaikan dengan
gaya “Langkah Biasa”.
2. Mula-mula hanya diperhatikan gerakan kaki saja, dimulai dengan meletakkan kaki, lalu
tempo irama dan panjangnya langkah. Selanjutnya gerakan lengan dan badan.
Pasal 10
TATA CARA PENGHORMATAN
1. Sebagai dasar pegangan mengenai tata cara memberi hormat apa yang telahtercantum
dalam pasal 5 PPM/AB.
2. Untuk membiasakan pelaksanaannya dengan cara yang sama, wajib diadakan latihan-
latihan sebagai berikut:
a. Penghormatan perorangan, bertutup kepala tanpa senjata dalam keadaan
berhenti/berdiri.
1) Pasukan disuruh berdiri dalam bentuk huruf U.
2) Pelatih menggambarkan tentang adanya garis lurus yang terdapat
antara samping paha kanan dan bagian tertentu dari tutup kepala.
3) Dalam sikap sempurna dengan tangan terkepal, pelatih memerintahkan menunjuk dengan
jari telunjuk kebagian daripada tutup kepala yang
merupakan tempat ujung jari pada gerakan langsung melalui garis lurus
ini yaitu dari samping paha kanan ke bagian tertentu tutup kepala.
BAB II
GERAKAN PERORANGAN TANPA SENJATA
GERAKAN DASAR
Pasal 11
SIKAP SEMPURNA
Pasal 12
ISTIRAHAT
Aba-aba: Istirahat – di – tempat = GERAK
Pelaksanaan:
1. Pada aba-aba pelaksanaan, kaki kiri dipindahkan ke samping kiri dengan jarak
sepanjang telapak kaki (±30 cm).
2. Kedua belah lengan dibawa ke belakang di pinggang, punggung tangan kanan di
atas telapak tangan kiri, tangan kanan dikepalkan dengan dilemaskan, tangan
kiri memegang pergelangan tangan kanan di antara ibu jari dan telunjuk serta
kedua lengan dilemaskan, badan dapat bergerak.
Catatan:
a) Dalam keadaan parade di mana diperlukan pemusatan pikiran dan kerapian
istirahat dilakukan atas aba-aba “Parade – Istirahat di tempat = GERAK.
Pelaksanaan sama dengan tersebut di atas, hanya tangan ditarik ke atas sedikit,
tidak boleh bergerak, tidak berbicara, dan pandangan tetap ke depan.
b) Dalam keadaan parade maupun bukan parade apabila akan diberikan suatu amanat atau
sambutan oleh atasan/pembina, maka istirahat dilakukan atas aba-aba: “Untuk perhatian –
Istirahat di tempat = GERAK”. Pelaksanaan sama dengan tersebut dalam titik a, dan
pandangan ditujukan kepada pemberi perhatian/ amanat/sambutan.
Pasal 13
PERIKSA KERAPIHAN
Pasal 14
BERKUMPUL
Pada dasarnya berkumpul selalu dilakukan dengan bersaf, kecuali keadaan ruang
tidak memungkinkan.
1. Berkumpul bersaf. Aba-aba: Bersaf - Kumpul = MULAI.
Pelaksanaan:
a. Sebelum aba-aba peringatan, pelatih/komandan/ pemimpin pasukan
menunjuk salah seorang sebagai penjuru.
b. Yang ditunjuk sebagai penjuru mengambil sikap sempurna dan menghadap
penuh komandan/pelatih/ pemimpin yang memberi perintah, selanjutnya mengucapkan: Siap
Ahmad sebagai penjuru (bila nama penjuru Ahmad)
Pasal 15
LENCANG KANAN/KIRI
a. Kalau bersaf tiga mereka yang berada di saf tengah dan belakang kecuali
penjuru, setelah meluruskan ke depan dengan pandangan mata, ikut pula memalingkan muka
ke samping kanan/kiri dengan tidak mengangkattangan. Penjuru pada saf tengah dan
belakang mengambil jarak ke depan sepanjang satu lengan ditambah dua kepal dan setelah
lurusmenurunkan tangan. Setelah masing-masing anggota berdiri lurus dalam barisan, maka
semuanya berdiri di tempatnya dan kepala tetap dipalingkan ke kanan/kiri. Semua gerakan
dikerjakan dengan badan tegak seperti dalam sikapsempurna. Pada aba-aba “Tegak =
GERAK” semua anggota dengan serentak menurunkan lengan dan memalingkan muka
kembali ke depan dberdiri dalam sikap sempurna.
b. Pada waktu komandan/pelatih/pemimpin pasukan memberikan aba-aba
lencang kanan/kiri dan barisan sedang meluruskan safnya, komandan/
pelatih/pemimpin yang berada dalam barisan itu memeriksa kelurusan saf dari sebelah
kanan/kiri pasukan, dengan menitik beratkan kepada kelurusan tumit (bukan ujung depan
sepatu).
Penjuru tetap sikap sempurna, banjar kanan nomor dua dan seterusnya
meluruskan ke depan dengan mengangkat tangan. Bila berbanjar tiga maka saf depan
mengambil jarak satu/setengah lengan di samping kanan, setelah lurus menurunkan tangan,
serta menegakkan kepala kembali dengan serentak.Anggota-anggota yang ada di banjar
tengah dan kiri melaksanakannya tanpa mengangkat tangan.
Pasal 16
BERHITUNG
Aba-aba: Hitung = MULAI
Pelaksanaan:
Jika bersaf, maka pada aba-aba peringatan penjuru tetap melihat ke depan, sedangkan
anggota lainnya pada saf depan memalingkan muka ke kanan. Pada aba- aba pelaksanaan,
berturut-turut tiap pasukan mulai dari penjuru kanan menyebut nomornya sambil
memalingkan muka kembali ke depan. Jika berbanjar, maka pada aba-aba peringatan semua
pasukan tetap dalam sikap sempurna. Pada aba-aba pelaksanaan tiap pasukan mulai dari
penjuru kanan depan berturut-turut ke belakang menyebutkan nomornya masing-masing,
penyebutan nomor diucapkan penuh.
Pasal 17
PERUBAHAN ARAH
1. Hadap Kanan/Kiri
Aba-aba: Hadap kanan/kiri = GERAK
Pelaksanaan:
a. Kaki kanan/kiri diajukan melintang di depan kaki kanan/kiri, lekuk kaki kiri/kanan berada
di ujung kaki kanan/kiri, berat badan berpindah ke kaki kiri/kanan.
b. Tumit kaki kanan/kiri dengan badan diputar ke kanan/kiri 90°.
c. Kaki kiri/kanan dirapatkan kembali ke kaki kanan/kiri seperti dalam keadaan sikap
sempurna.
3. Balik kanan
Aba-aba: Balik kanan = GERAK
Pelaksanaan:
Pada aba-aba pelaksanaan kaki kiri diajukan melintang (lebih dalam dari hadap kanan) di
depan kaki kanan. Tumit kaki kanan beserta dengan badan diputar kek kanan 180°. Kaki kiri
dirapatkan pada kaki kanan.
Pasal 18
MEMBUKA ATAU MENUTUP BARISAN
1. Buka barisan
Aba-aba: Buka barisan = JALAN
Pelaksanaan:
Pada aba-aba pelaksanaan regu kanan dan kiri masing-masing membuat satu
langkah ke kanan dan kiri, sedangkan regu tengah tetap di tempat.
2. Tutup barisan
Aba-aba: Tutup barisan = JALAN
Pelaksanaan:
Pada aba-aba pelaksanaan regu kanan dan kiri masing-masing membuat satu
langkah kembali ke kiri dan kanan, sedangkan regu tengah tetap di tempat.
Pasal 19
BUBAR
BAB III
GERAKAN PERORANGAN TANPA SENJATA
GERAKAN BERJALAN
Pasal 20
PANJANG, TEMPO, DAN MACAM LANGKAH
Langkah dapat dibeda-bedakan sebagai berikut:
No Macam langkah Panjang Tempo
1 Langkah biasa 65 cm 102 tiap menit
2 Langkah tegap 65 cm 102 tiap menit
3 Langkah perlahan 40 cm 30 tiap menit
4 Langkah ke kanan/kiri 40 cm 70 tiap menit
5 Langkah ke belakang 40 cm 70 tiap menit
6 Langkah ke depan 60 cm 70 tiap menit
7 Langkah di waktu lari 80 cm 165 tiap menit
Panjangnya suatu langkah diukur dari tumit ke tumit. Bila dalam peraturan disebut
satu langkah, maka panjangnya 70 cm.
Pasal 21
MAJU JALAN
Dari sikap sempurna
Aba-aba: Maju = JALAN
Pelaksanaan:
a. Pada aba-aba pelaksanaan kaki kiri diajukan ke depan, lutut lurus, telapak kaki
diangkat rata sejajar dengan tanah setinggi ±20 cm, kemudian dihentakkan ke
tanah dengan jarak satu langkah dan selanjutnya berjalan dengan langkah biasa.
b. Langkah pertama dilakukan dengan melangkah, lengan kanan ke depan 90°,
lengan kiri ke belakang 30° ke belakang dengan tangan menggenggam. Pada
langkah-langkah selanjutnya lengan kanan dan kiri lurus dilenggangkan ke
depan 45° dan ke belakang 30°, banjar kanan depan mengambil dua titik yang
terletak dalam satu garis sebagai arah barisan. Seluruh anggota meluruskan
barisan ke depan dengan melihat pada belakang leher.
Dilarang keras:
- Berbicara
- Melihat ke kiri atau kanan
Pada waktu melenggangkan lengan supaya jangan kaku.
Pasal 22
LANGKAH BIASA
1. Pada waktu berjalan, kepala dan badan seperti pada waktu sikap sempurna.
Waktu mengayunkan kaki ke depan lutut kaki dibengkokan sedikit (kaki tidak boleh diseret).
Kemudian diletakkan ke tanah menurut jarak yang telah ditentukan.
2. Cara melangkahkan kaki seperti pada waktu berjalan biasa. Pertama tumit
diletakkan di tanah selanjutnya seluruh kaki. Lengan dilenggangkan dengan
sewajarnya lurus ke depan dan ke belakang di samping badan, ke depan 45° dan ke belakang
30°. Jari-jari tangan digenggam dengan tidak terpaksa, punggung ibu jari menghadap ke atas.
3. Bila berjalan dengan hubungan pasukan agar menggunakan hitungan irama
langkah (untuk kendali kesamaan langkah).
Pasal 23
LANGKAH TEGAP
Pasal 24
LANGKAH PERLAHAN
Catatan:
a. Dalam sedang berjalan, aba-aba adalah langkah perlahan = JALAN yang diberikan pada
waktu kaki kanan atau kiri jatuh di tanah ditambah satu langkah dan kemudian mulai berjalan
dengan langkah perlahan.
b. Tapak kaki pada saat melangkah (menginjak tanah) tidak dihentakkanrata-rata untuk lebih
khidmat.
2. Berhenti dari langkah perlahan
Aba-aba: Henti GERAK
Pelaksanaan:
Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan atau kiri dirapatkan pada kaki kanan
atau kiri menurut irama langkah biasa dan mengambil sikap sempurna.
Pasal 25
LANGKAH KE SAMPING
Pasal 26
LANGKAH KE BELAKANG
Pasal 27
LANGKAH KE DEPAN
Catatan:
Untuk berhenti dengan keadaan berlari, diberikan aba-aba: Henti = GERAK.
Aba=aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan atau kiri jatuh di tanah
ditambah 3 langkah, selanjutnya kaki dirapatkan kemudian kedua kepalan
tangan diturunkan untuk mengambil sikap sempurna.
Pasal 29
LANGKAH MERDEKA
Catatan:
Langkah merdeka biasanya dilakukan untuk menempuh jalan jauh atau di luar
kota atau lapangan yang tidak rata. Anggota tetap dilarang meninggalkan
barisan.
Pelaksanaan:
Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kiri/kanan jatuh di tanah
kemudian di tambah satu langkah dan mulai berjalan dengan langkah biasa,
hanya langkah pertama dihentakkan.
Pasal 30
GANTI LANGKAH
Pasal 31
JALAN DI TEMPAT
Pasal 32
BERHENTI
Pasal 33
HORMAT KANAN/KIRI
Pasal 34
PERUBAHAN ARAH DARI BERHENTI KE BERJALAN
Pasal 35
PERUBAHAN ARAH DARI BERJALAN KE BERJALAN
Catatan:
a. Aba-aba: dua kali belok kanan/kiri maju = JALAN
Pelaksanaan:
Seperti tersebut di atas yang selanjutnya setelah dua langkah berjalan
kemudian melakukan gerakan belok kanan/kiri jalan lagi.
b. Aba-aba: tiap-tiap banjar dua kali belok kanan/kiri maju = JALAN.
Pelaksanaan:
Seperti tersebut di atas tetapi tiap-tiap banjar membuat langsung dua kali
belok kanan/kiri pada tempat di mana aba-aba pelaksanaan diberikan.
Perubahan arah kiri 180°. Tujuan gerakan dari catatan a dan b guna
membelokkan pasukan di ruang/lapangan yang sempit.
Pasal 36
PERUBAHAN ARAH DARI BERJALAN KE BERHENTI
Pasal 37
PERUBAHAN ARAH PADA WAKTU BERLARI
Perubahan arah pada waktu berjalan yang ditentukan pada pasal 35 dan 36 dapat
dilakukan juga oleh pasukan dalam keadaan berlari dengan perbedaan bukan
ditambah satu langkah tetapi tiga langkah.
Pasal 38
HALUAN KANAN/KIRI
Gerakan ini hanya dilakukan dalam bentuk bersaf, guna merubah arah tanpa
merubah bentuk.
1. Berhenti ke berhenti
Aba-aba: Haluan kanan/kiri = JALAN
Pelaksanaan:
Setelah aba-aba pelaksanaan, penjuru kanan/kiri berjalan di tempat dengan memutar arah
secara perlahan hingga merubah sampai sebesar 90°. Bersamaan dengan itu masing-masing
saf mulai maju jalan dengan rapih (dengan tidak melenggang) sambil meluruskan safnya
hingga merubah arah sebesar 90°, kemudian berjalan di tempat. Setelah penjuru kanan/kiri
depan melihat safnya lurus memberi isyarat: “Lurus”, kemudian komandan memberi aba-aba:
“Henti = GERAK”, yang diucapkan pada waktu kaki kiri/kanan jatuh di tanah. Setelah
ditambahkan satu langkah kemudian seluruh pasukan berhenti.
2. Berhenti ke berjalan
Aba-aba: Haluan kanan/kiri Maju = JALAN
Pelaksanaan:
Seperti haluan kanan/kiri dari berhenti ke berhenti kemudian setelah aba-aba “Maju =
JALAN”, pasukan maju jalan yang gerakannya sama dengan gerakan langkah biasa.
Catatan:
Setelah ada isyarat lurus dari penjuru, komandan langsung memberikan “Maju =JALAN”
(pasukan tidak berhenti dulu).
3. Berjalan ke berhenti
Aba-aba: Haluan kanan/kiri = JALAN
Pelaksanaan:
Aba-aba diberikan pada waktu kaki kanan/kiri jatuh di tanah kemudian ditambah satu
langkah. Selanjutnya barisan melakukan gerakan seperti haluan kanan/kiri dari berhenti ke
berhenti.
4. Berjalan ke berjalan
Aba-aba: Haluan kanan/kiri = JALAN
Pelaksanaan:
Aba-aba diberikan pada waktu kaki kanan/kiri jatuh di tanah kemudian
ditambah satu langkah. Selanjutnya barisan melakukan gerakan seperti haluan kanan/kiri dari
berhenti ke berjalan.
Catatan:
Pada pelaksanaan haluan lengan tidak melenggang.
Pasal 39
MELINTANG KANAN/KIRI
Gerakan ini hanya dilakukan dalam bentuk berbanjar, guna merubah bentuk
pasukan menjadi bersaf dalam arah tetap.
1. Berhenti ke berhenti
Aba-aba: Melintang kanan/kiri = JALAN
Pelaksanaan:
Setelah aba-aba pelaksanaan melakukan gerakan “Hadap kanan/kiri”, kemudian barisan
membuat gerakan “Haluan kiri/kanan” dari berhenti ke berhenti.
2. Berjalan ke berjalan
Aba-aba: Melintang kanan/kiri = JALAN
Pelaksanaan:
Setelah aba-aba pelaksanaan, ditambah satu langkah, barisan melakukan
gerakan seperti gerakan melintang kanan/kiri berhenti ke berhenti. Kemudian setelah diberi
aba-aba “Maju = JALAN”, barisan melakukan gerakan “Maju = JALAN”.
Catatan:
Setelah ada isyarat lurus dari penjuru, komandan langsung memberikan aba-aba maju =
JALAN (Pasukan tidak berhenti dulu).
3. Berhenti ke berjalan
Aba-aba: Melintang kanan/kiri Maju = JALAN
Pelaksanaan:
Setelah aba-aba pelaksanaan, melakukan gerakan seperti gerakan melintang
kanan/kiri berhenti ke berhenti. kemudian setelah diberi aba-aba “Maju =
JALAN”, barisan melakukan gerakan “Maju = JALAN”.
Catatan:
Setelah ada isyarat lurus dari penjuru, komandan langsung memberikan aba-aba maju =
JALAN (Pasukan tidak berhenti dulu)..
By’Miftahudin R”
Kabiro PSDM PPI JAWABARAT
SEJARAH PASKIBRAKA
Beberapa hari menjelang peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI pertama. Presiden
Soekamo memberi tugas kepada ajudannya,Mayor M. Husein Mutahar untuk mempersiapkan
upacara peringatanDetik-Detik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1946,
dihalaman Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta
Pada saat itu, sebuah gagasan berkelebat di benak Mutahar. Alangkah baiknya bila persatuan
dan kesatuan bangsa dapat dilestarikan kepada generasi muda yang kelak akan menggantikan
para pemimpin saat itu. Pengibaran bendera pusaka bisa menjadi simbol kesinambungan
nilai-nilai perjuangan. Karena itu, para pemudalah yang harus mengibarkan bendera pusaka.
Dari sanalah kemudian dibentuk kelompokkelompok pengibar bendera pusaka, mulai dari
lima orang pemuda - pemudi pada tahun 1946 —yang menggambarkan Pancasila.
Husein MutaharNamun, Mutahar mengimpikan bila kelak para pengibar bendera pusaka itu
adalah pemuda-pemuda utusan dari seluruh daerah di Indonesia. Sekembalinya ibukota
Republik Indonesia ke Jakarta, mulai tahun 1950 pengibaran bendera pusaka dilaksanakan di
Istana Merdeka Jakarta. Regu-regu pengibar dibentuk dan diatur oleh Rumah Tangga
Kepresidenan Rl sampai tahun 1966. Para pengibar bendera itu memang para pemuda, tapi
belum mewakili apa yang ada dalam pikiran Mutahar. Tahun 1967, Husain Mutahar kembali
dipanggil Presiden Soeharto untuk dimintai pendapat dan menangani masalah pengibaran
bendera pusaka. Ajakan itu, bagi Mutahar seperti "mendapat durian runtuh" karena berarti ia
bisa melanjutkan gagasannya membentuk pasukan yang terdiri dari para pemuda dari seluruh
Indonesia. tersirat dalam benak Husain Mutahar akhirnya menjadi kenyataan. Setelah tahun
sebelumnya diadakan ujicoba, maka pada tahun 1968 didatangkanlah pada pemuda utusan
daerah dari seluruh Indonesia untuk mengibarkan bendera pusaka. Sayang, belum seluruhnya
provinsi bisa mengirimkan utusannya, sehingga pasukan pengibar bendera pusaka tahun itu
masih harus ditambah dengan eks anggota pasukan tahun 1967.
Selama enam tahun, 1967-1972, bendera pusaka dikibarkan oleh para pemuda utusan daerah
dengan sebutan “Pasukan Penggerek Bendera Pusaka”. Nama, pada kurun waktu itu memang
belum menjadi perhatian utama, karena yang terpenting tujuan mengibarkan bendera pusaka
oleh para pemuda utusan daerah sudah menjadi kenyataan. Dalam mempersiapkan Pasukan
Penggerek Bendera Pusaka, Husein Mutahar sebagai Dirjen Udaka (Urusan Pemuda dan
Pramuka) tentu tak dapat bekerja sendiri. Sejak akhir 1967, ia mendapatkan dukungan dari
Drs Idik Sulaeman yang dipindahtugaskan ke Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (dari
Departemen Perindustrian dan Kerajinan) sebagai Kepala Dinas Pengembangan dan Latihan.
Idik yang terkenal memiliki karakter kerja sangat rapi dan teliti, lalu mempersiapkan konsep
pelatihan dengan sempurna, baik dalam bidang fisik, mental, maupun spiritual. Latihan yang
merupakan derivasi dari konsep Kepanduan itu diberi nama ”Latihan Pandu Ibu Indonesia
Ber-Pancasila”. Setelah melengkapi silabus latihan dengan berbagai atribut dan pakaian
seragam, pada tahun 1973 Idik Sulaeman melontarkan suatu gagasan baru kepada Mutahar.
”Bagaimana kalau pasukan pengibar bendera pusaka kita beri nama baru,” katanya. Mutahar
yang tak lain mantan pembina penegak Idik di Gerakan Pramuka menganggukkan kepala.
Maka, kemudian meluncurlah sebuah nama antik berbentuk akronim yang agak sukar
diucapkan bagi orang yang pertama kali menyebutnya. Akronim itu adalah PASKIBRAKA,
yang merupakan singkatan dari Pasukan Pengibar Bendera Pusaka. ”Pas” berasal dari kata
pasukan, ”kib” dari kata kibar, ”ra” dari kata bendera dan ”ka” dari kata pusaka. Idik yang
sarjana senirupa lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) itupun juga segera memainkan
kelentikan tangannya dalam membuat sketsa. Hasilnya, adalah berbagai atribut yang
digunakan Paskibraka, mulai dari Lambang Anggota, Lambang Korps, Kendit Kecakapan
sampai Tanda Pengukuhan (Lencana Merah-Putih Garuda/MPG). Nama Paskibraka dan
atribut baru itulah yang dipakai sejak tahun 1973 sampai sekarang. Sulitnya penyebutan
akronim Paskibraka memang sempat mengakibatkan kesalahan ucap pada sejumlah reporter
televisi saat melaporkan siaran langsung pengibaran bendera pusaka setiap tanggal 17
Agustus di Istana Merdeka. Bahkan, tak jarang wartawan media cetak masih ada yang salah
menuliskannya dalam berita, misalnya dengan ”Paskibrata”. Tapi, bagi para anggota
Paskibraka, Purna (mantan) Paskibraka maupun orang-orang yang terlibat di dalamnya, kata
Paskibraka telah menjadi sesuatu yang sakral dan penuh kebanggaan.
Memang pernah, suatu kali nama Paskibraka akan diganti, bahkan pasukannya pun akan
dilikuidasi. Itu terjadi pada tahun 2000 ketika Presiden Republik Indonesia dijabat oleh KH
Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Kata ”pusaka” yang ada dalam akronim Paskibraka
dianggap Gus Dur mengandung makna ”klenik”. Untunglah, dengan perjuangan keras orang
orang yang berperan besar dalam sejarah Paskibraka, akhirnya niat Gus Dur untuk
melikuidasi Paskibraka dapat dicegah. Apalagi, Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1958
tentang Bendera Kebangsaan Republik Indonesia, pada pasal 4 jelas-jelas menyebutkan: (1)
BENDERA PUSAKA adalah Bendera Kebangsaan yang digunakan pada upacara Proklamasi
Kemerdekaan di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945. (2) BENDERA PUSAKA hanya
dikibarkan pada tanggal 17 Agustus. (3) Ketentuan-ketentuan pada Pasal 22 tidak berlaku
bagi BENDERA PUSAKA. (Pasal 22: Apabila Bendera Kebangsaan dalam keadaan
sedemikian rupa, hingga tak layak untuk dikibarkan lagi, maka bendera itu harus dihancurkan
dengan mengingat kedudukannya, atau dibakar). Itu berati, bila Presiden ngotot mengubah
nama Paskibraka, berarti dia melanggar PP No. 40 Tahun 1958. Presiden akhirnya tidak jadi
membubarkan Paskibraka, tapi meminta namanya diganti menjadi ”Pasukan Pengibar
Bendera Merah-Putih” saja. Hal ini di-iyakan saja, tapi dalam siaran televisi dan pemberitaan
media massa, nama pasukan tak pernah diganti. Paskibraka yang telah menjalani kurun
sejarah 32 tahun tetap seperti apa adanya, sampai akhirnya Gus Dur sendiri yang
dilengserkan.
Dalam sejarah Indonesia terbukti, bahwa Bendera Merah Putih dikibarkan pada tahun 1292
oleh tentara Jayakatwang ketika berperang melawan kekuasaan Kertanegara dari Singosari
(1222-1292). Sejarah itu disebut dalam tulisan bahwa Jawa kuno yang memakai tahun 1216
Caka (1254 Masehi), menceritakan tentang perang antara Jayakatwang melawan R. Wijaya.
Dalam suatu kitab tembo alam Minangkabau yang disalin pada tahun 1840 dari kitab yang
lebih tua terdapat ambar bendera alam Minangkabau, berwarna Merah Putih Hitam. Bendera
ini merupakan pusaka peninggalan jaman kerajaan Melayu Minangkabau dalam abad ke 14,
ketika Maharaja Adityawarman memerintah (1340-1347). Warna Merah = warna hulubalang
(yang menjalankan perintah) Warna Putih = warna agama (alim ulama) Warna Hitam =
warna adat Minangkabau (penghulu adat) – Warna merah putih dikenal pula dengan sebutan
warna Gula Kelapa. Di Kraton Solo terdapat pusaka berbentuk bendera Merah Putih
peninggalan Kyai Ageng Tarub, putra Raden Wijaya, yang menurunkan raja-raja Jawa.
Dalam babat tanah Jawa yang bernama babad Mentawis (Jilid II hal 123) disebutkan bahwa
Ketika Sultan Agung berperang melawan negeri Pati. Tentaranya bernaung di bawah bendera
Merah. Sultan Agung memerintah tahun 1613-1645.
Di bagian kepulauan lain di Indonesia juga menggunakan bendera merah putih. Antara lain,
bendera perang Sisingamangaraja IX dari tanah Batak pun memakai warna merah putih
sebagai warna benderanya , bergambar pedang kembar warna putih dengan dasar merah
menyala dan putih. Warna merah dan putih ini adalah bendera perang Sisingamangaraja XII.
Dua pedang kembar melambangkan piso gaja dompak, pusaka raja-raja Sisingamangaraja I-
XII.
Ketika terjadi perang di Aceh, pejuang – pejuang Aceh telah menggunakan bendera perang
berupa umbul-umbul dengan warna merah dan putih, di bagian belakang diaplikasikan
gambar pedang, bulan sabit, matahari, dan bintang serta beberapa ayat suci Al Quran.
Di jaman kerajaan Bugis Bone,Sulawesi Selatan sebelum Arung Palakka, bendera Merah
Putih, adalah simbol kekuasaan dan kebesaran kerajaan Bone.Bendera Bone itu dikenal
dengan nama Woromporang.
Pada umumnya warna Merah Putih merupakan lambing keberanian, kewiraan sedangkan
warna Putih merupakan lambang kesucian.
Bendera Merah Putih berkibar untuk pertama kali dalam abad XX sebagai lambang
kemerdekaan ialah di benua Eropa. Pada tahun 1922 Perhimpunan Indonesia mengibarkan
bendera Merah Putih di negeri Belanda dengan kepala banteng ditengah-tengahnya. Tujuan
perhimpunan Indonesia Merdeka semboyan itu juga digunakan untuk nama majalah yang
diterbitkan.
Pada tahun 1924 Perhimpunan Indonesia mengeluarkan buku peringatan 1908-1923 untuk
memperingati hidup perkumpulan itu selama 15 tahun di Eropa. Kulit buku peringatan itu
bergambar bendera Merah Putih kepala banteng.
Dalam tahun 1927 lahirlah di kota Bandung Partai Nasional Indonesia (PNI) yang
mempunyai tujuan Indonesia Merdeka. PNI mengibarkan bendera Merah Putih kepala
banteng.
Pada tanggal 28 Oktober 1928 berkibarlah untuk pertama kalinya bendera merah putih
sebagai bandera kebangsaan yaitu dalam Konggres Indonesia Muda di Jakarta. Sejak itu
berkibarlah bendera kebangsaan Merah Putih di seluruh kepulauan Indonesia.
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang
dibentuk pada tanggal 9 Agustus 1945 mengadakan sidang yang pertama dan menetapkan
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia yang kemudian dikenal sebagai Undang-Undang
Dasar 1945 (UUD 1945).
Dalam UUD 1945, Bab I, pasal I, ditetapkan bahwa Negara Indonesia ialah Negara kesatuan
yang berbentuk Republik. Dalam UUD 1945 pasal 35 ditetapkan pula bahwa bendera Negara
Indonesia ialah Sang Merah Putih. Dengan demikian , sejak ditetapkannya UUD 1945 , Sang
Merah Putih merupakan bendera kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sang Saka Merah Putih merupakan julukan kehormatan terhadap bendera Merah Putih negara
Indonesia. Pada mulanya sebutan ini ditujukan untuk bendera Merah Putih yang dikibarkan
pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta, saat Proklamasi
dilaksanakan. Tetapi selanjutnya dalam penggunaan umum, Sang Saka Merah Putih ditujukan
kepada setiap bendera Merah Putih yang dikibarkan dalam setiap upacara bendera.
Bendera pusaka dibuat oleh Ibu Fatmawati, istri Presiden Soekarno, pada tahun 1944.
Bendera berbahan katun Jepang (ada juga yang menyebutkan bahan bendera tersebut adalah
kain wool dari London yang diperoleh dari seorang Jepang. Bahan ini memang pada saat itu
digunakan khusus untuk membuat bendera-bendera negara di dunia karena terkenal dengan
keawetannya) berukuran 276 x 200 cm. Sejak tahun 1946 sampai dengan 1968, bendera
tersebut hanya dikibarkan pada setiap hari ulang tahun kemerdekaan RI. Sejak tahun 1969,
bendera itu tidak pernah dikibarkan lagi dan sampai saat ini disimpan di Istana Merdeka.
Bendera itu sempat sobek di dua ujungnya, ujung berwarna putih sobek sebesar 12 X 42 cm.
Ujung berwarna merah sobek sebesar 15x 47 cm. Lalu ada bolong-bolong kecil karena jamur
dan gigitan serangga, noda berwarna kecoklatan, hitam, dan putih. Karena terlalu lama
dilipat, lipatan-lipatan itu pun sobek dan warna di sekitar lipatannya memudar.
Setelah tahun 1969, yang dikerek dan dikibarkan pada hari ulang tahun kemerdekaan RI
adalah bendera duplikatnya yang terbuat dari sutra. Bendera pusaka turut pula dihadirkan
namun ia hanya ‘menyaksikan’ dari dalam kotak penyimpanannya.
Bendera Indonesia memiliki makna filosofis. Merah berarti berani, putih berarti suci. Merah
melambangkan tubuh manusia, sedangkan putih melambangkan jiwa manusia. Keduanya
saling melengkapi dan menyempurnakan untuk Indonesia.
Ditinjau dari segi sejarah, sejak dahulu kala kedua warna merah dan putih mengandung
makna yang suci. Warna merah mirip dengan warna gula jawa/gula aren dan warna putih
mirip dengan warna nasi. Kedua bahan ini adalah bahan utama dalam masakan Indonesia,
terutama di pulau Jawa. Ketika Kerajaan Majapahit berjaya di Nusantara, warna panji-panji
yang digunakan adalah merah dan putih (umbul-umbul abang putih). Sejak dulu warna merah
dan putih ini oleh orang Jawa digunakan untuk upacara selamatan kandungan bayi sesudah
berusia empat bulan di dalam rahim berupa bubur yang diberi pewarna merah sebagian.
Orang Jawa percaya bahwa kehamilan dimulai sejak bersatunya unsur merah sebagai
lambang ibu, yaitu darah yang tumpah ketika sang jabang bayi lahir, dan unsur putih sebagai
lambang ayah, yang ditanam di gua garba. Dalam sejarah perjuangan kemrdekaan Indonesia,
Bendera Pusaka tidak pernah jatuh ke tangan musuh, meskipun tentara kolonial Belanda
menduduki Ibukota Negara Republik Indonesia.
Bentuk persegi panjang, yang lebarnya 2:3 panjangnya. Bendera juga dapat digunakan pada
mobil Presiden dan Wakil presiden dengan ukuran 36 – 54 cm, serta mantan Presiden atau
Wakil Presiden, Ketua MPR, DPR, MA, Menteri, Jaksa Agung yang berukuran 34 – 45 cm
dan digunakan siapa saja dengan ukuran 20 – 30 cm.
Warna bendera kebangsaan republik indonesia adalah Merah Putih (MP).
LARANGAN
1. Bendera tidak boleh menyentuh tanah
2. Bendera tidak boleh dikibarkan terbalik / melilit
3. Bendera harus disimpan dengan baik
4. Bendera harus bersih
5. Bendera harus utuh / tidak sobek
6. Bendera tidak boleh untuk alas
7. Bendera tidak boleh digambar ( dicoret – coret )
8. Bendera tidak boleh ada tambalan
9. Bendera tidak boleh untuk bermain
10. Bendera tidak boleh untuk pembungkus
11. Bendera tidak boleh untuk pakaian
12. Bendera tidak boleh untuk selimut
13. Bendera tidak boleh untuk sapu tangan
14. Tidak boleh digunakan sebagai atap
Ukuan bendera adalah 3:2,yang terbesar 3m x 2m dan paling kecil
3cm x 2cm.Ukuran standar adalah 17m (tiang).
Peraturan pemerintah no. 401.Tgl 26 juni 1958 tentang bendera kebangsaan Republik
Indonesia yang isinya : bahwa bendera Merah Putih boleh digunakan / di pakai di mobil:
1.Mobil Presiden ( 36 cm x 54 cm )
2.Mobil Wakil Presiden ( 30 cm x 45 cm )
3.Mobil Ketua MPR ( 30 cm x 45 cm )
4.Mobil Ketua DPR ( 30 cm x 45 cm )
5.Mobil Ketua MA ( 30 cm x 45 cm )
6.Mobil Ketua BPK ( 30 cm x 45 cm )
7.Mobil Mentri ( 30 cm x 45 cm )
PENJELASAN TAMBAHAN
a. LK putih dipakai oleh anggota paskibra kecamatan tingkat SMP maupun SMA yang sudah
mengikuti kegiatan pengibaran di masing-masing wilayah
b. LK hijau dipakai oleh anggota paskibra yang mengikuti Latihan Perintis Pemuda
(DIKLAT) yang diadakan oleh paskibra sekolah dengan dinas pendidikan serta anggota
paskibraka tingkat kabupaten/kotamadya dari provinsi yang telah bertugas
c. LK merah dipakai oleh anggota paskibra yang mengikuti Latihan Pemuka Pemuda dan
anggota paskibraka tingkat nasional yang telah bertugas
d. LK ungu dipakaii oleh anggota paskibra yang mengikuti Latihan Pemuda Madya khusus
para Pembina, eks danlat dan eks danki
ARTI
SEJARAH
Sejak zaman nenek moyang bangsa Indonesia telah melaksanakan upacara, upacara
selamatan kelahiran, upacara selamatan panen.
DASAR HUKUM
1. Pancasila
2. UUD 1945 (tentang Sistem Pendidikan Nasional)
3. Inpres No. 14 tahun 1981 (tentang Urutan Upacara Bendera)
PEJABAT UPACARA
1. Pembina Upacara
2. Pemimpin Upacara
3. Pengatur Upacara
4. Pembawa Upacara
PETUGAS UPACARA
PERLENGKAPAN UPACARA
PENGERTIAN UPACARA
Terbagi menjadi dua bagian (yaitu upacara Umum dan Upacara Khusus)
1. Upacara umum adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh banyak orang di instansi
kantor pemerintah untuk memperingati sesuatu atau karena diadakan acara tertentu. Contoh :
Upacara peringatan HUT kemerdekaan Republik Indonesia, Upacara hari ibu, Upacara serah
terima jabatan, dan lain sebagainya.
2. Upacara khusus adalah upacara yang dilaksanakan secara khusus tanpa membutuhkan
kehadiran pejabat dan memiliki tata urutan upacara yang tidak harus lengkap. Contoh :
kegiatan apel, laporan serah terima jabatan, dll.
1. Persiapan Upacara
- Atur peserta dalam kelompok barisan oleh pimpinan barisan
- Petuga upacara seperti petugas bendera, pembaca UUD '45, dll berada di posisi masing-
masing
- Pemimpin upacara masuk ke lapangan dan mengambil alih komando dan merapikan barisan
peserta.
- Pembawa acara membaca urutan upacara
2. Pelaksanaan Upacara
- Ketua pelaksana atau penanggung jawab lapor ke pembina upacara bahwa upacara siap
mulai.
- Pembawa upacara mengatakan upacara segera dimulai, pembina upacara memasuki tempat
upacara.
- Pemimpin menyiapkan barisan sebelum pembina tiba.
- Pembina memasuki lokasi upacara diantar penanggung jawab.
- Penghormatan umum kepada pembina upacara dipimpinoleh pemimpin upacara.
- Pemimpin upacara lapor kepada pembina upacara bahwa upacara siap dimulai.
- Penaikan bendera merah-putih oleh petugas.
- Setelah bendera siap lakukan penghormatan kepada bendera.
- Mengheningkan cipta dipimpin oleh pembina upacara.
- Pembacaan teks pancasila
- Pembacaan UUD 1945
- Pembacaan teks lain sesuai acara
- Amanat pembina upacara, barisan diistirahatkan. Siapkan jika telah selesai
- Pembacaan Doa
- Laporan pemimpin upacara kepada pembina upacara bahwa upacara telah selesai
- Penghormatan umum kepada pembina upacara oleh pemimpin upacara
- Pembina upacara meninggalkan tempat upacara dan diluar lokasi disambut
penanggungjawab / ketua panitia
- Pemimpin upacara mengembalikan komando ke pemimpin barisan lalu menginggalkan
tempat upacara
- Pemimpin barisan membubarkan barisan
1. Kewajiban pada waktu dilaksanakan upacara bendera di sekolah semua guru, siswa, staff
yang berada dihalaman sekolah yang kebetulan tidak mengikuti upacara
pengibaran/penurunan bendera mereka diwajibkan mengambil sikap sempurna mengarah
kearah bendera dan memberikan penghormatan.
2. Gangguan pada saat upacara bendera
· Kerekan macet Upacara berjalan terus dan setelah selesai kerekan dibetulkan.
· Tali kerekan putus Kelompok pengibar bendera berusaha menangkap bendera tegak lurus
sampai upacara selesai kemudian bendera dilipat sesuai ketentuan untuk disimpan.
· Tiang bendera roboh Kelompok pengibar bendera berusaha menegakkan/menangkap tiang
bendera yang roboh bila tidak mungkin dipertahankan laksanakan seperti pada sebelumnya.
· Cuaca buruk/hujan Apabila sebelum dilaksanakan upacara, cuaca buruk/hujan maka
upacara penaikan bendera dibatalkan. Tetapi apabila sudah dilaksanakan upacara, cuaca
buruk/hujan maka upacara tetap dilaksanakan sampai bendera berada dipuncak dan lagu
selesai dinyanyikan.
Mengapa di kebun binatang tak pernah ada yang namanya burung garuda?
Burung garuda sejenis dengan rajawali. Tapi, garuda merupakan tokoh rekaan yang hanya
ada dalam dunia wayang atau dongeng. Tokoh garuda muncul dalam epos Ramayana dan
cerita Garudeya. Bagaimana sejarahnya hingga ia jadi lambang negara kita?
Baik elang maupun rajawali merupakan burung perkasa yang sering dijadikan lambang
negara. Sejak tahun 1989 misalnya, pemerintah DKI Jakarta menetapkan elang bondol
sebagai lambang Kota Jakarta.
Selain elang bondol, ada pula burung rajawali Haliaetus leucocephalus atau elang besar yang
menjadi lambang Amerika Serikat karena penampilannya yang perkasa, dan ukurannya yang
besar. Di Eropa ada juga rajawali laut berekor putih. Tubuhnya lebih kekar, dengan
bentangan sayap 2,5 m. Kebasan sayap burung ini memiliki kekuatan yang luar biasa. Kalau
sedang berburu mangsa, ia terbang tanpa kebasan sayap. Dari tempat yang tinggi, ia berputar-
putar melingkar, lalu menukik pesat ke arah mangsa seraya mendorongkan kuku kakinya ke
depan. Kehebatan inilah yang mendorong warga Jerman memilih rajawali laut berekor putih
sebagai lambang negara, hingga saat ini.
Kisah kegagahan rajawali laut berekor putih itu pun tersebar sampai ke pantai barat India.
Keperkasaannya menerkam ulang juga terdengar oleh para pujangga India di masa lalu.
Maka, dalam cerita-cerita yang mereka buat, burung rajawali pun tampil sebagai Resi
Garuda, yakni makhluk berkepala burung dan bertubuh manusia. Menurut cerita, burung
garuda itu merupakan kendaraan yang biasa dipergunakan Batara Wisnu.
Dari mitos India inilah, para pujangga Jawa zamannya Dharmawansa Anantawikrama
Uttunggadewa mengenal dan menyebarkan nama garuda di Jawa Timur tahun 991-1016.
Meskipun tidak melihat sendiri wujud burung itu, mereka berhasil membayangkan dan
mengabadikannya dalam pahatan relief Candi Kedaton dan Kidal.
Kemudian, garuda yang setengah orang setengah burung diabadikan lebih nyata sebagai arca
Airlangga (titisan Wisnu) di Candi Belahan. Dan, sejak proklamasi kemerdekaan RI tahun
1945, burung garuda dilukiskan sebagai burung rajawali seutuhnya. Kepalanya pun
menengok ke kanan seperti semua lambang elang negara lain. Tapi, ia membawa perisai
berisi lambang-lambag Pancasila. Sobat-sobat sudah tahu, kan, jumlah bulu sayapnya 17,
bulu ekornya 8, bulu ekor di bawah perisai 19, dan bulu kecil di lehernya 45. Ini sangat tepat
dengan hari lahir Republik Indonesia. Kakinya merentang spanduk Jawa Kuno, "Bhineka
Tunggal Ika", yang berarti beraneka ragam tapi tetap satu…
Kemudian dari rujutan sejarah dalam catatan yang pernah saya pelajari bahwa hampir semua
orang tahu itu. Namun hanya sebagian orang saja yang mengetahui siapa penemunya dan
bagaimana kisah hingga menjadi lambang kebanggaan negara ini.
Sewaktu Republik Indonesia Serikat dibentuk, dia diangkat menjadi Menteri Negara Zonder
Porto Folio dan selama jabatan menteri negara itu ditugaskan Presiden Soekarno
merencanakan, merancang dan merumuskan gambar lambang negara.Dia lah Sultan Hamid II
yang berasal dari Pontianak.
Dia teringat ucapan Presiden Soekarno, bahwa hendaknya lambang negara mencerminkan
pandangan hidup bangsa, dasar negara Indonesia, di mana sila-sila dari dasar negara, yaitu
Pancasila divisualisasikan dalam lambang negara. Tanggal 10 Januari 1950 dibentuk Panitia
Teknis dengan nama Panitia Lencana Negara di bawah koordinator Menteri Negara Zonder
Porto Folio Sultan Hamid II dengan susunan panitia teknis M Yamin sebagai ketua, Ki Hajar
Dewantoro, M A Pellaupessy, Moh Natsir, dan RM Ng Purbatjaraka sebagai anggota. Panitia
ini bertugas menyeleksi usulan rancangan lambang negara untuk dipilih dan diajukan kepada
pemerintah.
Merujuk keterangan Bung Hatta dalam buku “Bung Hatta Menjawab” untuk melaksanakan
Keputusan Sidang Kabinet tersebut Menteri Priyono melaksanakan sayembara. Terpilih dua
rancangan lambang negara terbaik, yaitu karya Sultan Hamid II dan karya M Yamin.
Pada proses selanjutnya yang diterima pemerintah dan DPR RIS adalah rancangan Sultan
Hamid II. Karya M Yamin ditolak karena menyertakan sinar-sinar matahari dan
menampakkan pengaruh Jepang.
Setelah rancangan terpilih, dialog intensif antara perancang (Sultan Hamid II), Presiden RIS
Soekarno dan Perdana Menteri Mohammad Hatta, terus dilakukan untuk keperluan
penyempurnaan rancangan itu. Terjadi kesepakatan mereka bertiga, mengganti pita yang
dicengkeram Garuda, yang semula adalah pita merah putih menjadi pita putih dengan
menambahkan semboyan “Bhineka Tunggal Ika”.
Tanggal 8 Februari 1950, rancangan final lambang negara yang dibuat Menteri Negara RIS,
Sultan Hamid II diajukan kepada Presiden Soekarno. Rancangan final lambang negara
tersebut mendapat masukan dari Partai Masyumi untuk dipertimbangkan, karena adanya
keberatan terhadap gambar burung garuda dengan tangan dan bahu manusia yang memegang
perisai dan dianggap bersifat mitologis.
Sultan Hamid II kembali mengajukan rancangan gambar lambang negara yang telah
disempurnakan berdasarkan aspirasi yang berkembang, sehingga tercipta bentuk Rajawali-
Garuda Pancasila. Disingkat Garuda Pancasila. Presiden Soekarno kemudian menyerahkan
rancangan tersebut kepada Kabinet RIS melalui Moh Hatta sebagai perdana menteri. AG
Pringgodigdo dalam bukunya “Sekitar Pancasila” terbitan Dep Hankam, Pusat Sejarah ABRI
menyebutkan, rancangan lambang negara karya Sultan Hamid II akhirnya diresmikan
pemakaiannya dalam Sidang Kabinet RIS. Ketika itu gambar bentuk kepala Rajawali Garuda
Pancasila masih “gundul” dan “tidak berjambul” seperti bentuk sekarang ini. Inilah karya
kebangsaan anak-anak negeri yang diramu dari berbagai aspirasi dan kemudian dirancang
oleh seorang anak bangsa, Sultan Hamid II Menteri Negara RIS.
Presiden Soekarno kemudian memperkenalkan untuk pertama kalinya lambang negara itu
kepada khalayak umum di Hotel Des Indes Jakarta pada 15 Februari 1950. Penyempurnaan
kembali lambang negara itu terus diupayakan. Kepala burung Rajawali Garuda Pancasila
yang “gundul” menjadi “berjambul” dilakukan. Bentuk cakar kaki yang mencengkram pita
dari semula menghadap ke belakang menjadi menghadap ke depan juga diperbaiki, atas
masukan Presiden Soekarno. Tanggal 20 Maret 1950, bentuk final gambar lambang negara
yang telah diperbaiki mendapat disposisi Presiden Soekarno, yang kemudian memerintahkan
pelukis istana, Dullah, untuk melukis kembali rancangan tersebut sesuai bentuk final
rancangan Menteri Negara RIS Sultan Hamid II yang dipergunakan secara resmi sampai saat
ini…
Mengapa di kebun binatang tak pernah ada yang namanya burung garuda?
Burung garuda sejenis dengan rajawali. Tapi, garuda merupakan tokoh rekaan yang hanya
ada dalam dunia wayang atau dongeng. Tokoh garuda muncul dalam epos Ramayana dan
cerita Garudeya. Bagaimana sejarahnya hingga ia jadi lambang negara kita?
Baik elang maupun rajawali merupakan burung perkasa yang sering dijadikan lambang
negara. Sejak tahun 1989 misalnya, pemerintah DKI Jakarta menetapkan elang bondol
sebagai lambang Kota Jakarta.
Selain elang bondol, ada pula burung rajawali Haliaetus leucocephalus atau elang besar yang
menjadi lambang Amerika Serikat karena penampilannya yang perkasa, dan ukurannya yang
besar. Di Eropa ada juga rajawali laut berekor putih. Tubuhnya lebih kekar, dengan
bentangan sayap 2,5 m. Kebasan sayap burung ini memiliki kekuatan yang luar biasa. Kalau
sedang berburu mangsa, ia terbang tanpa kebasan sayap. Dari tempat yang tinggi, ia berputar-
putar melingkar, lalu menukik pesat ke arah mangsa seraya mendorongkan kuku kakinya ke
depan. Kehebatan inilah yang mendorong warga Jerman memilih rajawali laut berekor putih
sebagai lambang negara, hingga saat ini.
Kisah kegagahan rajawali laut berekor putih itu pun tersebar sampai ke pantai barat India.
Keperkasaannya menerkam ulang juga terdengar oleh para pujangga India di masa lalu.
Maka, dalam cerita-cerita yang mereka buat, burung rajawali pun tampil sebagai Resi
Garuda, yakni makhluk berkepala burung dan bertubuh manusia. Menurut cerita, burung
garuda itu merupakan kendaraan yang biasa dipergunakan Batara Wisnu.
Dari mitos India inilah, para pujangga Jawa zamannya Dharmawansa Anantawikrama
Uttunggadewa mengenal dan menyebarkan nama garuda di Jawa Timur tahun 991-1016.
Meskipun tidak melihat sendiri wujud burung itu, mereka berhasil membayangkan dan
mengabadikannya dalam pahatan relief Candi Kedaton dan Kidal.
Kemudian, garuda yang setengah orang setengah burung diabadikan lebih nyata sebagai arca
Airlangga (titisan Wisnu) di Candi Belahan. Dan, sejak proklamasi kemerdekaan RI tahun
1945, burung garuda dilukiskan sebagai burung rajawali seutuhnya. Kepalanya pun
menengok ke kanan seperti semua lambang elang negara lain. Tapi, ia membawa perisai
berisi lambang-lambag Pancasila. Sobat-sobat sudah tahu, kan, jumlah bulu sayapnya 17,
bulu ekornya 8, bulu ekor di bawah perisai 19, dan bulu kecil di lehernya 45. Ini sangat tepat
dengan hari lahir Republik Indonesia. Kakinya merentang spanduk Jawa Kuno, "Bhineka
Tunggal Ika", yang berarti beraneka ragam tapi tetap satu…
Kemudian dari rujutan sejarah dalam catatan yang pernah saya pelajari bahwa hampir semua
orang tahu itu. Namun hanya sebagian orang saja yang mengetahui siapa penemunya dan
bagaimana kisah hingga menjadi lambang kebanggaan negara ini.
Sewaktu Republik Indonesia Serikat dibentuk, dia diangkat menjadi Menteri Negara Zonder
Porto Folio dan selama jabatan menteri negara itu ditugaskan Presiden Soekarno
merencanakan, merancang dan merumuskan gambar lambang negara.Dia lah Sultan Hamid II
yang berasal dari Pontianak.
Dia teringat ucapan Presiden Soekarno, bahwa hendaknya lambang negara mencerminkan
pandangan hidup bangsa, dasar negara Indonesia, di mana sila-sila dari dasar negara, yaitu
Pancasila divisualisasikan dalam lambang negara. Tanggal 10 Januari 1950 dibentuk Panitia
Teknis dengan nama Panitia Lencana Negara di bawah koordinator Menteri Negara Zonder
Porto Folio Sultan Hamid II dengan susunan panitia teknis M Yamin sebagai ketua, Ki Hajar
Dewantoro, M A Pellaupessy, Moh Natsir, dan RM Ng Purbatjaraka sebagai anggota. Panitia
ini bertugas menyeleksi usulan rancangan lambang negara untuk dipilih dan diajukan kepada
pemerintah.
Merujuk keterangan Bung Hatta dalam buku “Bung Hatta Menjawab” untuk melaksanakan
Keputusan Sidang Kabinet tersebut Menteri Priyono melaksanakan sayembara. Terpilih dua
rancangan lambang negara terbaik, yaitu karya Sultan Hamid II dan karya M Yamin.
Pada proses selanjutnya yang diterima pemerintah dan DPR RIS adalah rancangan Sultan
Hamid II. Karya M Yamin ditolak karena menyertakan sinar-sinar matahari dan
menampakkan pengaruh Jepang.
Setelah rancangan terpilih, dialog intensif antara perancang (Sultan Hamid II), Presiden RIS
Soekarno dan Perdana Menteri Mohammad Hatta, terus dilakukan untuk keperluan
penyempurnaan rancangan itu. Terjadi kesepakatan mereka bertiga, mengganti pita yang
dicengkeram Garuda, yang semula adalah pita merah putih menjadi pita putih dengan
menambahkan semboyan “Bhineka Tunggal Ika”.
Tanggal 8 Februari 1950, rancangan final lambang negara yang dibuat Menteri Negara RIS,
Sultan Hamid II diajukan kepada Presiden Soekarno. Rancangan final lambang negara
tersebut mendapat masukan dari Partai Masyumi untuk dipertimbangkan, karena adanya
keberatan terhadap gambar burung garuda dengan tangan dan bahu manusia yang memegang
perisai dan dianggap bersifat mitologis.
Sultan Hamid II kembali mengajukan rancangan gambar lambang negara yang telah
disempurnakan berdasarkan aspirasi yang berkembang, sehingga tercipta bentuk Rajawali-
Garuda Pancasila. Disingkat Garuda Pancasila. Presiden Soekarno kemudian menyerahkan
rancangan tersebut kepada Kabinet RIS melalui Moh Hatta sebagai perdana menteri. AG
Pringgodigdo dalam bukunya “Sekitar Pancasila” terbitan Dep Hankam, Pusat Sejarah ABRI
menyebutkan, rancangan lambang negara karya Sultan Hamid II akhirnya diresmikan
pemakaiannya dalam Sidang Kabinet RIS. Ketika itu gambar bentuk kepala Rajawali Garuda
Pancasila masih “gundul” dan “tidak berjambul” seperti bentuk sekarang ini. Inilah karya
kebangsaan anak-anak negeri yang diramu dari berbagai aspirasi dan kemudian dirancang
oleh seorang anak bangsa, Sultan Hamid II Menteri Negara RIS.
Presiden Soekarno kemudian memperkenalkan untuk pertama kalinya lambang negara itu
kepada khalayak umum di Hotel Des Indes Jakarta pada 15 Februari 1950. Penyempurnaan
kembali lambang negara itu terus diupayakan. Kepala burung Rajawali Garuda Pancasila
yang “gundul” menjadi “berjambul” dilakukan. Bentuk cakar kaki yang mencengkram pita
dari semula menghadap ke belakang menjadi menghadap ke depan juga diperbaiki, atas
masukan Presiden Soekarno. Tanggal 20 Maret 1950, bentuk final gambar lambang negara
yang telah diperbaiki mendapat disposisi Presiden Soekarno, yang kemudian memerintahkan
pelukis istana, Dullah, untuk melukis kembali rancangan tersebut sesuai bentuk final
rancangan Menteri Negara RIS Sultan Hamid II yang dipergunakan secara resmi sampai saat
ini…
1. MARS PASKIBRAKA/PASKIBRAKA
Bila berbaris janganlah tengok kanan dan kiri
Ayunkan tangan biarlah tinggi
Badan ditegakkan pandangan lurus ke depan
Dengarlah aba-aba
Kami inilah putra dan putri PASKIBRA (lirik ini bisa di rubah sesuai nama PASKIBRA
masing-masing)
Berhati baja tak kenal lelah
Walaupun hidup kami sekarang sengsara
Tetaplah hati gembira
Majulah putra bangsa
Tegakkan kepalamu busungkanlah dadamu
Majulah putra bangsa
Tetaplah hati gembira
2. LANGKAH PASKIBRAKA
Tiada gunung terlalu tinggi
Buat kami daki di siang hari
Tiada jurang terlalu dalam
Buat kami turuni di malam kelam
Hutan rimba – hutan rimba
Sawah ladang – sawah ladang
Menyusuri jalan yang jauh
Panas terik hujan berangin
Ayolah ayo maju
Pantang mundur, hati kami , hati kami
Paskibra jalan menyerah
Tersapu lawan semua
4. LANGKAH LARI
Ayo lari tiap pagi
Agar kuat urat kaki
Badan payah tak mengapa
Karena kita sudah biasa
Satu ribu, dua ribu
Tiga ribu, empat ribu
Jangan bimbang jangan ragu
Pantang mundur terus maju
5. DI TIMUR MATAHARI
Di timur matahari mulai bercahaya
Bangun dan berdiri kawan semua
Marilah mengatur barisan kita
Pemuda pemudi Indonesia
6. APEL MALAM
Bila apel malam telah tiba
Segera siapkan penerjunan
Hatiku dag….dig…dug tak karuan
Memikirkan nasib seseorang.
Biar payung tidak mengembang
Segera buka payung cadangan
Bila itu juga tidak mengembang
Serahkan nyawamu pada Tuhan
Bila payung sudah mengembang
Segera tengok kiri dan kanan
Pandangan tetap lurus ke depan
Sikap exit jangan dilupakan
7. DORE MI
Sol do sate kebo
Re mi fa sol iwak tongkol
Mire mire gule kare enak dewe
Merah putih benderaku
Putih-putih pakaianku
Lari-lari tiap pagi
Jangan jongkok setengah mati
PASKIBRA tetap jaya
8. HE…… PASKIBRA
HE…… PASKIBRA hari ini hari luar biasa
HE…… PASKIBRA suara kami melayang di udara
Mari semua kita berbaris dengan langkah yang tetap
Hidup PASKIBRA putra putri pilihan
9. OTO BEMO
Oto emo, oto bemo
Beroda tiga, tiga beroda
Tempat berhenti, berhenti tempat
Di tengah-tengah kota, kota di tengah-tengah
Panggil nona, nona panggil
Naik segera, segera naik
Nona bilang, bilang nona
Tidak punya uang, uang tidak punya
Jalan kaki saja, jalan-jalan saja
10. PENYAMARAN
Kuambil rumput di ladang
Kujadikan penyamaran
Wajah cantik berubah menjadi setan
Agar tak mudah dikenal
Bermain berperang
Bermain penyamaran
Wajah cantik kini tidak kelihatan
Agar tak mudah dikenal
26. Forget to Me
Kini aku sedang ditempa
dalam candra kawah dimuka
lupa sanak lupa saudara
lupakan saja semuanya
aku tahan sakit sakit
sampai masuk rumah sakit
aku tahan menderita siang malam ku ditempa
walau diriku di tempa hati ku slalu gembira
gembira gembira selamanya
aku tunggu engkau
aku tunggu engkau
rupanya engkau forget to me
rambate rambat kayu tarik tambang .hu hah
disini aku jd tambah senang .hu hah
andaikan aku burung aku akan terbang
cita cita ku ingin jd paskibra
bangun pagi pagi menuju ke lapangan
untuk mengikuti latihan dasar paskibra
tak tahan rasanya ingin segera pulang
pelatihan belum usai
mau makan jalan jongkok habis makan lompat kodok
dicaci dimaki dan di bentak bentak
duhai pelatihku dikau kejam sekali
duhai pelatihku betapa jeli mata mu
tidak kah kau tau apa yang kurasakan
ku cinta padamu…aku cinta padamu
28. GEMBIRA
30. ANCOL
31. AYAH-IBU
32. PALUBULU
Minggirlah,minggirlah,minggirlah
Minggirlah Paskibra mau lewat
Jalannya tegap-tegap langkahnya mantap-mantap
Karena tiap hari minum susu Buk Lurah makan telur Pak Lurah
34. FORGET TO ME
Saya tunggu engkau saya tunggu engkau
Rupanya engkau forget to me
Saya tunggu engkau saya tunggu engkau
Rupanya engkau forget to me
41. BUSARIJEM
Busarijem butuh hiburan
Duduk dibalkon…Tolak-tolakan
Kepengen-ngeeeeen… Totokin kepala
Bu sarijem… Butuh hiburan
42. 1 2 3 4
1 2 3 4 Olah raga sing sehat
Dua leungeun acungkeun
Sangsangkeun dina taktak
Sukuna di egangkeun
Saeutik di bengkokeun
Mun terus maju jalan
Siga entog kabeuheulan
TEKNIK PERSIDANGAN
1. JENIS PERSIDANGAN
1) Sidang Pleno :
a. Sidang Pleno diikuti oleh seluruh peserta dan peninjau Permusyawaratan
b. Sidang Pleno dipimpin oleh Presidium Sidang
c. Sidang Pleno dipandu oleh Steering Committee
d. Sidang Pleno membahas dan memutuskan segala sesuatu yang berhubungan dengan
Permusyawaratan
2). Sidang Paripurna :
a. Sidang Paripurna diikuti oleh seluruh peserta dan peninjau Permusyawaratan
b. Sidang Paripurna dipimpin oleh Presidium Sidang
c Sidang Paripurna mengesahkan segala ketetapan dan keputusan yang berhubungan dengan
Permusyawaratan
3). Sidang Komisi
a. Sidang Komisi diikuti oleh anggota masing-masing Komisi
b. Anggota masing-masing Komisi adalah peserta dan peninjau yang ditentukan oleh Sidang
Pleno
c. Sidang Komisi dipimpin oleh seorang pimpinan dibantu seorang Sekretaris Sidang Komisi
d. Pimpinan Sidang Komisi dipilih dari dan oleh anggota Komisi dalam Komisi tersebut
e. Sidang Komisi membahas materi-materi yang menjadi tugas dari Komisi yang
bersangkutan
5. INTERUPSI
Ialah suatu bentuk selaan atau memotong pembicaraan dalam sidang karena adanya masukan
yang perlu diperhatikan untuk pelaksanaan sidang tersebut.
Macam macam interupsi antara lain.
1. Interuption of order, Bentuk interupsi yang dilakukan untuk meminta penjelasan atau
memberikan masukan yang berkaitan dengan jalannya persidangan. Mis. saat pembicaraan
sudah melebar dari pokok masalah maka seseorang berhak mengajukan interuption of order
agar persidangan dikembalikan lagi pada pokok masalahnya sehingga tidak melebar dan
semakin bias.
2. Interruption of information, Bentuk interupsi berupa informasi yang perlu diperhatikan
oleh seluruh peserta siding termasuk pimpinan sidang. Informasi bisa internal (mis. informasi
atau data tentang topik yang dibahas) ataupun eksternal (mis. situasi kondisi di luar ruang
sidang yang mungkin dapat berpengaruh terhadap jalannya persidangan).
3. Interruption of clarification, Bentuk interupsi dalam rangka meminta klarifikasi tentang
pernyataan peserta siding lainnya agar tidak terjadi penangkapan bias ketika seseorang
memberikan tanggapan atau sebuah penegasan terhadap suatu pernyataan.
4. Interruption of explanation, Bentuk interupsi untuk menjelaskan suatu pernyataan yang
kita sampaikan agar tidak ditangkap keliru oleh peserta lain atau suatu pelurusan terhadap
pernyataan kita.
5. Interruption of personal, Bentuk interupsi yang disampaikan bila pernyataan yang
disampaikan oleh peserta lain sudah diluar pokok masalah dan cenderung menyerang secara
pribadi.
Pelaksanaan Interupsi :
1. Interupsi dilakukan dengan mengangkat tangan terlebih dahulu, dan berbicara setelah
mendapat ijin dari Presidium Sidang
2. Interupsi diatas interupsi hanya berlaku selama tidak menggangu persidangan
3. Apabila dalam persidangan, Presidium Sidang tidak mampu menguasai dan mengendalikan
jalannya persidangan, maka Panitia Pengarah (SC) diberikan wewenang untuk mengambil
alih jalannya persidangan, atas permintaan Presidium Sidang dan atau Peserta Sidang.
6. Tata Tertib
Tata tertib persidangan merupakan hasil kesepakatan seluruh peserta pada saat persidangan
dengan memperhatikan aturan umum organisasi dan nilai-nilai universal dimasyarakat.
7. Sanksi-sanksi
Peserta yang tidak memenuhi persyaratan dan kewajiban yang ditentukan dalam tata tertib
persidangan akan dikenakan sanksi dengan mempertimbangkan saran, dan usulan peserta.
6. TEKNIK RAPAT
Pengertian :
Rapat mempunyai beberapa pengertian. Dalam pengertian yang luas rapat dapat menjadi
sebuah permusyawaratan, yang melibatkan banyak peserta dan membahas banyak
permasalahan penting. Sedangkan dalam pengertian yang lebih kecil, rapat dapat berupa
diskusi yang hanya melibatkan beberapa peserta dengan pembahasan yang lebih sederhana.
Dalam Sub bab ini hal-hal yang berkaitan dengan permusyawaratan tidak lagi diuraikan, dan
lebih kepada rapat dalam pengertian umum/sederhana secara teknis.
Jenis Rapat :
1. Rapat Anggota
2. Rapat Pengurus (Rapat Kerja,Rapat Koordinasi, Rapat Pimpinan,dsb).
3. Diskusi.
Fungsi Rapat
1. Penyampaian informasi
2. Pemecahan masalah
3. Mengidentifikasi masalah.
4. Menentukan alternatif.
5. Menguji alternatif.
6. Rapat implementasi.
Prosedur Penyelenggaraan Rapat
1. Persiapan
a. Menyiapkan rencana.
b. Menyiapkan agenda rapat.
c. Menyiapkan kertas kerja.
d. Menyiapkan pembicara/peserta.
e. waktu.
e. Pengambilan keputusan.
f. Penutupan rapat.
2. Pelaporan dan Evaluasi
a. Pelaporan
- Jelas, lengkap dan singkat.
- Pembuat laporan harus mengikuti rapat secara penuh.
- Isi : tanggal/jam, jumlah peserta, pembicara, pokok pembicaraan, keputusan.
b. Evaluasi
- Dilakukan bersama panitia/pengurus.
- Yang dievaluasi adalah semua kegiatan rapat dari persiapan, pelaksanaan, dan hasil.
Yang berperan dalam Rapat
1. Pemimpin Rapat.
2. Peserta Rapat.
3. Undangan dan nara sumber.
4. Materi/bahan rapat.
5. Tata ruang dan tempat duduk.
Persyaratan Pemimpin Rapat
1. Memiliki sikap, tingkah laku, karakter, dan penampilan yang baik.
2. Menguasai permasalahan, dapat mencari jalan keluar.
3. Memberi kepercayaan dan netral terhadap peserta.
4. Pandai menerapkan gaya kepemimpinan
Upaya mensukseskan Rapat
1. Penyelenggaraan yang efektif dan efisien.
2. Pemimpin Rapat harus :
a. Aktif, tegas, mampu membimbing, mengarahkan, dan mencegah pembicaraan yang
menyimpang.
b. Diterima sebagai pemimpin, punya integritas dan konsekuen
c. Bicara jelas, tidak mendominasi, terbuka dan dapat menumbuhkan keberanian berbicara /
mengemukakan pendapat.
3. Hal-hal lain yang perlu :
a. Peserta rapat jangan berdebat tentang hal-hal yang tidak relevan dengan agenda rapat.
b. Hindarkan adanya gangguan dari luar.
c. Jika ada pertanyaan seyogyanya tidak dijawab sendiri oleh pimpinan rapat.
d. Rapat jangan buru-buru selesai dan juga terlalu lama.
Indikator Rapat yang berhasil
1. Semua undangan/peserta hadir.
2. Prasarana dan sarana memenuhi kebutuhan rapat.
3. Peserta aktif dan banyak masukan.
4. Masalah yang dirapatkan dapat dipecahkan.
5. Sasaran yang direncanakan tercapai.
6. Keputusan rapat dapat dilaksanakan.
9. TEKNIK DISKUSI
Pengertian Diskusi
Diskusi adalah sebuah proses tukar menukar informasi, pendapat, dan unsur unsur
pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapatkan pengertian bersama yang lebih
jelas, lebih teliti tentang sesuatu atau untuk mempersiapkan dan merampungkan
kesimpulan/pernyataan/keputusan. Di dalam diskusi selalu muncul perdebatan. Debat ialah
adu argumentasi, adu paham dan kemampuan persuasi untuk memenangkan
pemikiran/paham seseorang.
Manfaat Diskusi
1. Ditinjau dari aspek kepemimpinan, salah satu cara yang baik untuk mengadakan
komunikasi dan konsultasi
2. Ditinjau dari segi bahan yang dihadapi, dapat memperdalan wacana/ pengetahuan
seseorang mengenai sesuatu.
Pola-Pola Diskusi
1. Prasaran
a. Penyajian bahan pokok oleh satu atau beberapa orang pembicara dengan prasaran tertulis
(makalah, kertas kerja).
b. Tanggapan terhadap bahan pokok oleh pembicara lain (penyanggah / pembahas).
c. Tanggapan peserta diskusi (forum) terhadap bahan pokok.
2. Ceramah
a. Seorang / lebih penceramah menguraikan bahan pokok.
b. Tanggapan, sanggahan atau pertanyaan dari forum untuk meminta penjelasan yang lebih
teliti.
3. Diskusi Panel
a. Bahan pokok disajikan oleh beberapa panelis. Panelis meninjau masalah dari segi tertentu.
b. Tanggapan, sanggahan atau pertanyaan forum untuk meminta penjelasan dari panelis.
4. Brainstorming
a. .Bahan pokok yang dipersiapkan ditawarkan kepada peserta diskusi oleh pimpinan.
b. Tiap peserta diminta pendapat dan gagasannya. Sebanyak mungkin orang diajak bicara dan
setiap ide dicatat.
e. Berbagai ide disimpulkan dan ditarik benang merahnya. Kesimpulan ini kemudian
dijadikan kerangkan pembicaraan dan pembahasan lebih lanjut.
Persyaratan Diskusi
1. Berkomunikasi dalam kelompok dengan catatan :
a.Tata tertib tidak ketat.
b.Setiap orang diberi kesempatan berbicara.
c.Kesediaan untuk berkompromi.
2. Bagi peserta diskusi :
a.Pengertian yang menyeluruh tentang pokok pembicaraan.
b.Sanggup berpikir bebas dan lugas.
c.Pandai mendengar, menjabarkan dan menganalisa.
d.Mau menerima pendapat orang lain yang benar.
e.Pandai bertanya dan menolak secara halus pendapat lain.
3. Bagi pemimpin diskusi :
a.Sikap hati-hati,cerdas,tanggap.
b.Pandai menyimpulkan.
c.Sikap tidak memihak.
BAB I
PENDAHULUAN
BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Kata pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan memiliki keterikatan yang tak dapat
dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama
lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria
yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu
kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang
mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan
diterapkan.
Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari
kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Seorang pemimpin sejati
selalu bekerja keras memperbaiki dirinya sebelum sibuk memperbaiki orang lain.
Pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang
tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal
(leadership from the inside out).
III.2 SARAN
Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia. Jiwa
kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak untuk memimpin diri
sendiri.
Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar biasa.
Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut
mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut
tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita.
Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.
MATERI KEPEMIMPINAN II
1. Jenis-jenis kepemimpinan
Sepanjang perjalanan sejarah manusia, selalu ditemui adanya pemimpin-pemimpin dalam
berbagai bidang kegiatan yang pada dasarnya dapat digolongkan menjadi 4 jenis
kepemimpinan:
1. Kepemimpinan di bidang rohaniah
2. Kepemimpinan di bidang politik
3. Kepemimpinan di bidang militer, dan
4. Kepemimpinan di bidang managerial
Adapun yang menjadi pokok dalam pembahasan masalah ini adalah jenis kepemimpinan
yang terakhir atau kepemimpinan di bidang manajerial khususnya dalam kepemimpinan yang
berada dalam ruang lingkup bidang seni pertunjukan.
TEKNIK PERSIDANGAN
1. JENIS PERSIDANGAN
1) Sidang Pleno :
a. Sidang Pleno diikuti oleh seluruh peserta dan peninjau Permusyawaratan
b. Sidang Pleno dipimpin oleh Presidium Sidang
c. Sidang Pleno dipandu oleh Steering Committee
d. Sidang Pleno membahas dan memutuskan segala sesuatu yang berhubungan dengan
Permusyawaratan
2). Sidang Paripurna :
a. Sidang Paripurna diikuti oleh seluruh peserta dan peninjau Permusyawaratan
b. Sidang Paripurna dipimpin oleh Presidium Sidang
c Sidang Paripurna mengesahkan segala ketetapan dan keputusan yang berhubungan dengan
Permusyawaratan
3). Sidang Komisi
a. Sidang Komisi diikuti oleh anggota masing-masing Komisi
b. Anggota masing-masing Komisi adalah peserta dan peninjau yang ditentukan oleh Sidang
Pleno
c. Sidang Komisi dipimpin oleh seorang pimpinan dibantu seorang Sekretaris Sidang Komisi
d. Pimpinan Sidang Komisi dipilih dari dan oleh anggota Komisi dalam Komisi tersebut
e. Sidang Komisi membahas materi-materi yang menjadi tugas dari Komisi yang
bersangkutan
5. INTERUPSI
Ialah suatu bentuk selaan atau memotong pembicaraan dalam sidang karena adanya masukan
yang perlu diperhatikan untuk pelaksanaan sidang tersebut.
Macam macam interupsi antara lain.
1. Interuption of order, Bentuk interupsi yang dilakukan untuk meminta penjelasan atau
memberikan masukan yang berkaitan dengan jalannya persidangan. Mis. saat pembicaraan
sudah melebar dari pokok masalah maka seseorang berhak mengajukan interuption of order
agar persidangan dikembalikan lagi pada pokok masalahnya sehingga tidak melebar dan
semakin bias.
2. Interruption of information, Bentuk interupsi berupa informasi yang perlu diperhatikan
oleh seluruh peserta siding termasuk pimpinan sidang. Informasi bisa internal (mis. informasi
atau data tentang topik yang dibahas) ataupun eksternal (mis. situasi kondisi di luar ruang
sidang yang mungkin dapat berpengaruh terhadap jalannya persidangan).
3. Interruption of clarification, Bentuk interupsi dalam rangka meminta klarifikasi tentang
pernyataan peserta siding lainnya agar tidak terjadi penangkapan bias ketika seseorang
memberikan tanggapan atau sebuah penegasan terhadap suatu pernyataan.
4. Interruption of explanation, Bentuk interupsi untuk menjelaskan suatu pernyataan yang
kita sampaikan agar tidak ditangkap keliru oleh peserta lain atau suatu pelurusan terhadap
pernyataan kita.
5. Interruption of personal, Bentuk interupsi yang disampaikan bila pernyataan yang
disampaikan oleh peserta lain sudah diluar pokok masalah dan cenderung menyerang secara
pribadi.
Pelaksanaan Interupsi :
1. Interupsi dilakukan dengan mengangkat tangan terlebih dahulu, dan berbicara setelah
mendapat ijin dari Presidium Sidang
2. Interupsi diatas interupsi hanya berlaku selama tidak menggangu persidangan
3. Apabila dalam persidangan, Presidium Sidang tidak mampu menguasai dan mengendalikan
jalannya persidangan, maka Panitia Pengarah (SC) diberikan wewenang untuk mengambil
alih jalannya persidangan, atas permintaan Presidium Sidang dan atau Peserta Sidang.
6. Tata Tertib
Tata tertib persidangan merupakan hasil kesepakatan seluruh peserta pada saat persidangan
dengan memperhatikan aturan umum organisasi dan nilai-nilai universal dimasyarakat.
7. Sanksi-sanksi
Peserta yang tidak memenuhi persyaratan dan kewajiban yang ditentukan dalam tata tertib
persidangan akan dikenakan sanksi dengan mempertimbangkan saran, dan usulan peserta.
6. TEKNIK RAPAT
Pengertian :
Rapat mempunyai beberapa pengertian. Dalam pengertian yang luas rapat dapat menjadi
sebuah permusyawaratan, yang melibatkan banyak peserta dan membahas banyak
permasalahan penting. Sedangkan dalam pengertian yang lebih kecil, rapat dapat berupa
diskusi yang hanya melibatkan beberapa peserta dengan pembahasan yang lebih sederhana.
Dalam Sub bab ini hal-hal yang berkaitan dengan permusyawaratan tidak lagi diuraikan, dan
lebih kepada rapat dalam pengertian umum/sederhana secara teknis.
Jenis Rapat :
1. Rapat Anggota
2. Rapat Pengurus (Rapat Kerja,Rapat Koordinasi, Rapat Pimpinan,dsb).
3. Diskusi.
Fungsi Rapat
1. Penyampaian informasi
2. Pemecahan masalah
3. Mengidentifikasi masalah.
4. Menentukan alternatif.
5. Menguji alternatif.
6. Rapat implementasi.
Prosedur Penyelenggaraan Rapat
1. Persiapan
a. Menyiapkan rencana.
b. Menyiapkan agenda rapat.
c. Menyiapkan kertas kerja.
d. Menyiapkan pembicara/peserta.
e. waktu.
e. Pengambilan keputusan.
f. Penutupan rapat.
2. Pelaporan dan Evaluasi
a. Pelaporan
- Jelas, lengkap dan singkat.
- Pembuat laporan harus mengikuti rapat secara penuh.
- Isi : tanggal/jam, jumlah peserta, pembicara, pokok pembicaraan, keputusan.
b. Evaluasi
- Dilakukan bersama panitia/pengurus.
- Yang dievaluasi adalah semua kegiatan rapat dari persiapan, pelaksanaan, dan hasil.
Yang berperan dalam Rapat
1. Pemimpin Rapat.
2. Peserta Rapat.
3. Undangan dan nara sumber.
4. Materi/bahan rapat.
5. Tata ruang dan tempat duduk.
Persyaratan Pemimpin Rapat
1. Memiliki sikap, tingkah laku, karakter, dan penampilan yang baik.
2. Menguasai permasalahan, dapat mencari jalan keluar.
3. Memberi kepercayaan dan netral terhadap peserta.
4. Pandai menerapkan gaya kepemimpinan
Upaya mensukseskan Rapat
1. Penyelenggaraan yang efektif dan efisien.
2. Pemimpin Rapat harus :
a. Aktif, tegas, mampu membimbing, mengarahkan, dan mencegah pembicaraan yang
menyimpang.
b. Diterima sebagai pemimpin, punya integritas dan konsekuen
c. Bicara jelas, tidak mendominasi, terbuka dan dapat menumbuhkan keberanian berbicara /
mengemukakan pendapat.
3. Hal-hal lain yang perlu :
a. Peserta rapat jangan berdebat tentang hal-hal yang tidak relevan dengan agenda rapat.
b. Hindarkan adanya gangguan dari luar.
c. Jika ada pertanyaan seyogyanya tidak dijawab sendiri oleh pimpinan rapat.
d. Rapat jangan buru-buru selesai dan juga terlalu lama.
Indikator Rapat yang berhasil
1. Semua undangan/peserta hadir.
2. Prasarana dan sarana memenuhi kebutuhan rapat.
3. Peserta aktif dan banyak masukan.
4. Masalah yang dirapatkan dapat dipecahkan.
5. Sasaran yang direncanakan tercapai.
6. Keputusan rapat dapat dilaksanakan.
9. TEKNIK DISKUSI
Pengertian Diskusi
Diskusi adalah sebuah proses tukar menukar informasi, pendapat, dan unsur unsur
pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapatkan pengertian bersama yang lebih
jelas, lebih teliti tentang sesuatu atau untuk mempersiapkan dan merampungkan
kesimpulan/pernyataan/keputusan. Di dalam diskusi selalu muncul perdebatan. Debat ialah
adu argumentasi, adu paham dan kemampuan persuasi untuk memenangkan
pemikiran/paham seseorang.
Manfaat Diskusi
1. Ditinjau dari aspek kepemimpinan, salah satu cara yang baik untuk mengadakan
komunikasi dan konsultasi
2. Ditinjau dari segi bahan yang dihadapi, dapat memperdalan wacana/ pengetahuan
seseorang mengenai sesuatu.
Pola-Pola Diskusi
1. Prasaran
a. Penyajian bahan pokok oleh satu atau beberapa orang pembicara dengan prasaran tertulis
(makalah, kertas kerja).
b. Tanggapan terhadap bahan pokok oleh pembicara lain (penyanggah / pembahas).
c. Tanggapan peserta diskusi (forum) terhadap bahan pokok.
2. Ceramah
a. Seorang / lebih penceramah menguraikan bahan pokok.
b. Tanggapan, sanggahan atau pertanyaan dari forum untuk meminta penjelasan yang lebih
teliti.
3. Diskusi Panel
a. Bahan pokok disajikan oleh beberapa panelis. Panelis meninjau masalah dari segi tertentu.
b. Tanggapan, sanggahan atau pertanyaan forum untuk meminta penjelasan dari panelis.
4. Brainstorming
a. .Bahan pokok yang dipersiapkan ditawarkan kepada peserta diskusi oleh pimpinan.
b. Tiap peserta diminta pendapat dan gagasannya. Sebanyak mungkin orang diajak bicara dan
setiap ide dicatat.
e. Berbagai ide disimpulkan dan ditarik benang merahnya. Kesimpulan ini kemudian
dijadikan kerangkan pembicaraan dan pembahasan lebih lanjut.
Persyaratan Diskusi
1. Berkomunikasi dalam kelompok dengan catatan :
a.Tata tertib tidak ketat.
b.Setiap orang diberi kesempatan berbicara.
c.Kesediaan untuk berkompromi.
2. Bagi peserta diskusi :
a.Pengertian yang menyeluruh tentang pokok pembicaraan.
b.Sanggup berpikir bebas dan lugas.
c.Pandai mendengar, menjabarkan dan menganalisa.
d.Mau menerima pendapat orang lain yang benar.
e.Pandai bertanya dan menolak secara halus pendapat lain.
3. Bagi pemimpin diskusi :
a.Sikap hati-hati,cerdas,tanggap.
b.Pandai menyimpulkan.
c.Sikap tidak memihak.
Jika mampu menunjukkan sopan santun di meja makan, sebenarnya secara tidak langsung
menunjukkan kualitas pergaulan, intelektualitas dan etika pergaulan seseorang. Etika makan
tidak dibentuk secara tiba-tiba. Kualitas etika makan harus dilakukan sejak usia anak dan
remaja. Dengan kebiasaan sehari-hari dengan melakukan etika makan yang baik maka
merupakan proses pembelajaran yang sangat baik. Bila etika makan dibentuk secara instan
maka akan menghasilkan kualitas etika makan yang canggung dan tidak luwes. Bila
seseorang diundang di sebuah restoran terkenal atau jamuan makan malam resmi dengan
meja makan yang sudah di setting sedemikian rupa harus mengikuti aturan etika makan yang
baik.
Setiap negara memiliki aturan meja makan yang berbeda-beda. Namun, ada beberapa aturan
dasar yang terdapat di setiap etika makan, yaitu :
Makan dengan mulut yang tertutup saat mengunyah makanan.
Berbicara dengan volume suara yang rendah.
Tutupi mulut saat batuk atau bersin.
Jangan menyandarkan punggung di sandaran kursi.
Jangan menimbulkan suara saat mengunyah makanan.
Jangan memainkan makanan dengan peralatan makan.
Jangan mengejek atau memberitahu seseorang bahwa dia memiliki etika makan yang buruk.
Jangan bersedekap di meja makan.
Selalu meminta ijin ke empunya acara saat akan meninggalkan meja makan.
Jangan menatap mata orang lain saat dia sedang makan.
Jangan berbicara di telepon di meja makan. Meminta ijinlah saat anda benar benar harus
menjawab telepon, dan meminta maaflah saat kembali.
Jangan menimbulkan suara saat memakan sup.
Letakkan garpu di sebelah kiri dan garpu disebelah kanan bersama-sama di arah jam 5 di atas
piring dengan bagian pisau yang tajam menghadap ke dalam. Ini menandakan bahwa anda
telah selesai makan.
Lap yang disediakan di atas meja tidak boleh digunakan.
Jangan menghilangkan ingus dengan lap tangan. Lap yang disiapkan untuk anda hanya untuk
membersihkan mulut bila kotor.
Jangan mengambil makanan dari piring orang lain dan jangan memintanya juga.
Telan semua makanan yang ada di mulut sebelum minum.
Jangan menggunakan tangan saat mengambil makanan yang tersisa di dalam mulut, gunakan
tusuk gigi.
Usahakan untuk mencicipi semua makanan yang disediakan.
Tawarkan ke orang di sebelah anda saat anda akan menuangkan minuman ke gelas anda.
Sisakan makanan sedikit bila anda tidak ingin atau tidak sanggup menghabiskan makanan.
Tunggu ada aba-aba untuk mulai memakan makanan yang dihidangkan.
Menambahkan bumbu setelah mencicipi makanan dianggap kasar dan menghina koki.
Kecuali di restoran, jangan minta untuk menyingkirkan sisa makanan anda kecuali acara
makan sudah selesai dan jangan pernah melakukan bila diundang ke acara formal.
Jangan lupakan satu hal yang umum. Jangan lupa untuk selalu mengatakan ‘tolong’ dan
‘terima kasih’ setiap kali anda meminta bantuan.
Beberapa etika umum yang harus dilakukan adalah:
1. Bila pelayan tidak memberikan anda duduk, Duduk dan tariklah bangku dengan dua
tangan.
2. Bukalah serbet atau napkin dengan wajar taruh di pangkuan anda.
3. Jika sudah siap memesan menu, lihat daftar menu dengan wajar, jangan terlalu lama.
Segera menunjuk menu yang anda pilih. Setelah itu biasanya pelayan mempersilakan anda
mencicipi menu pembuka atau Appetizer.
Jamuan formal terdiri dari beberapa menu
1. Hidangan Pembuka (Appetizer).
2. Sebelum hidangan pembuka disajikan biasanya diatas meja disediakan roti sebagai
panganan, anda bisa makan roti ini dengan tangan. Hidangan pembuka biasanya juga terdiri
dari dua macam, Hot Appetizer dan Cold Appetizer.
3. Hot Appetizer biasanya Sup. Aduklah sup itu perlahan, jangan dipangku ditangan anda,
biarkan tetap diatas meja. Jangan sekali-kali meniup sup. Gunakan sendok sup yang sudah
disediakan, biasanya lebih kecil.
4. Cold Appetizer bisa berupa salad, ambil garpu di tangan kiri dan pisau di tangan kanan,
sekali lagi pilihlah alat makan yang disediakan, biasanya lebih kecil dari alat makan hidangan
utama. Janagn ragu-ragu mengelap mulut anda bila ada sisa makanan disana. Jangan
mengelap dengan satu tangan.
Hidangan Utama (Main Course)
Bila hidangan utama sudah tiba, jangan salah kalau anda sedang diundang jamuan makan ala
internasional, umumnya ada dua cara menyantap hidangan utama. Hidangan utama sering
berupa daging, steik atau sea food. Bila menggunakan ala Amerika biasanya daging dipotong
lebih dahulu baru disantap menggunakan sendok dengan tangan kanan. Cara Eropa lain lagi,
biasanya langsung dipotong dengan pisau di tangan kanan lalau memakan dengan garpu di
tangan kiri.
Hidangan Penutup (Dessert)
Puas menyantap hidangan utama, saatnya anda menikmati hidangan penutup. Hidangan
penutup umumnya berupa makanan atau minuman dingin, seperti cocktail, ice cream atau jus.
Jangan makan hidangan penutup langsung setelah anda menghabiskan makanan utama.
Berilah waktu untuk perut anda. Setelah dirasa cukup dan hidangan penutup sudah siap,
amkaan anda bisa menyantapnya. Bila hidangan pentup anda berupa minuman yang ada
hiasan diatasnya. Makanlah hiasannya atau sisihakan terlebih dahulu. Baru minum isinya.
A. Serbet
B. Piring utama
C. Mangkok sop dan tatakannya
D. Piring roti dan mentega dengan pisau roti
E. Gelas air
F. Anggur putih
G. Anggur merah
H. Garpu ikan
I. Garpu utama
J. Garpu salad
K. Pisau utama
L. Pisau ikan
M. Sendok sop
N. Sendok makanan pencuci mulut dan garpu kue
Perhatikan bahwa posisi garpu salad (J) disarankan untuk diletakkan disebelah kiri garpu
utama (I). Bagaimanapun juga untuk jamuan resmi garpu utama digunakan sebelum garpu
salad, karena itu sebaiknya para tamu menunggu hidangan utamanya sebelum mengambil
salad.
Tidak seperti dengan nasehat orang tua, para pakar etiket malah menganjurkan untuk
memulai makan tanpa harus selalu menunggu orang lain – mulailah makan saat makanan
hangat disajikan. Untuk makanan dingin atau buffets, tunggulah hingga tuan rumah
mempersilakan makan, dan tunggu pula hingga tamu utamanya mulai mengambil makanan.
2 Lihat komentar
Balas
Balas
Kang Miftah
telusuri
Klasik Kartu Lipat Majalah Mozaik Bilah Sisi Cuplikan Kronologis
JAN
1
CUACA DINGIN DIBAWAH KEHANGATAN PSK
Judul diatas sengaja saya buat biar lebih mengundang gairah bagi yang baca. Tepatnya
Selasa, 19 Desember 2017 pukul 20.00 dibawah guyuran hujan yang dingin menusuk tulang,
kendaraan saya bannya mengalami kebocoran di daerah Jalan raya Parung.
Sejenak kendaraan saya parkir di depan tukang tambal ban yang lokasinya tidak jauh dari
warteg yang di dalamnya ada tiga wanita berpakaian mini lagi bersolek. "Bang, tolong bantu
cek ban kendaraan saya ya" tegas saya memanggil si Abang tukang tambal ban.
Ternyata suara saya yang merdu ini langsung mengundang perhatian bagi ketiga perempuan
yang lagi di dalam warteg. Mata mereka mereret tajam. Ketiganya mulai mencuri perhatian,
matanya nakal dan berani melambaikan tangan sebagai isyarat bahwa dirinya siap nemenin.
AUG
25
QUOVADIS MESJID AHMAD BIN HANBAL ?
Sudah sembilan bulan lamanya, terhitung mulai Desember 2016 pasca dilakukannya mediasi
oleh walikota Bogor Bima Arya antara Jamaah Mesjid Ahmad Bin Hanbal dengan Warga
setempat, sampai sekarang status mesjid tersebut masih menunggu ketegasan pemerintah
yang dalam hal ini adalah walikota.
JUN
24
KEAJAIBAN REJEKI DAN BERKAH HARI LEBARAN
Tanggal 21 Juni 2017, saya sempat memposting status Facebook seperti ini " Tiada hal yg
lebih menggembirakan. Ketika detik detik menjelang lebaran, tiba tiba ada pesan masuk yang
isinya 'seseorang meminta nomor rekning dan berniat kasih hadiah THR'.
Tepat malam tadi, Jum'at pukul 20.30 saya disapa keajaiban. Seorang Hamba Allah, tiba tiba
mengirim pesan lewat FB Messenger yang isinya meminta nomor rekning lalu beliau
mentransfer uang dengan nominal besar. Saya terharu dan luar biasa kaget.
AUG
18
KISAH SUKSES IBU TIGA ANAK, LULUS S2 UT GAK PAKE LAMA
Kali ini ijinkan penulis bercerita tentang sahabat seperjuangan semasa kecil yang sama sama
berstatus double alias sudah menikah dan punya buntut. Menurut hemat penulis, sahabat yang
satu ini adalah satu dari sekian wanita Indonesia yang terbilang sukses mengenyam
pendidikan S2 di Universitas Terbuka. Ibu tiga anak ini, layak mendapat gelar ibu rumah
tangga teladan karena kegigihannya dalam menuntut ilmu serta mampu menginspirasi banyak
orang.
JUL
27
PESAN UNTUK SAHABAT
Saat sekolah dan kuliah gak usah sombong. Kita gak tau masa depan seperti apa. Teman yang
kita remehkan bisa saja jadi hebat setelah bertarung di dunia kerja. Banyak yang saat kuliah
keren..tapi setelah kerja gak jadi apa-apa.
Saat sukses meniti karier gak usah sombong. Kita gak tau keberuntungan hari esok seperti
apa. Bisnis berkibar di usia 30an..bisa saja setelah 40an meredup.
Saat telah benar-benar mapan gak usah sombong. Kita gak tau hari tua seperti apa.
JUL
8
MEMBUANG DENDAM, UNTUK HATI YANG LAPANG
Di Afrika, ada sebuah teknik yang unik untuk berburu monyet di hutan. Si pemburu
menangkap monyet dalam keadaan hidup-hidup tanpa harus menggunakan senapan dan obat
bius. Cara menangkapnya sederhana saja, pemburu hanya menggunakan toples berleher
panjang dan sempit.
Toples itu diisi kacang yang telah diberi aroma untuk mengundang monyet-monyet datang.
Setelah diisi kacang, toples-toples itu ditanam dalam tanah dengan menyisakan mulut toples
dibiarkan tanpa tutup.
NOV
24
JUAL SOP PERUSAHAAN
Anda kesulitan membuat dan menyusun SOP perusahaan?
1. Buat perintah tertulis dari direksi sebagai dasar hukum pelaksanaan SOP perusahaan.
2. Bentuk tim sesuai kapasitas terdiri dari direksi, manager, staff, konsultan SOP bila perlu,
penulis SOP, dan tunjuk siapa ketua timnya.
4. Buat dan tulis komitmen bersama untuk membuat dan melaksanakan SOP.
5.
NOV
23
PENTINGNYA PRIA, MEMAHAMI WANITA
Serang teman merasa istrinya semakin lama semakin egois dan kasar. Karena itu, mereka
bertengkar setiap hari.
Akhirnya, mereka bercerai dan sang suami menikah lagi dengan selingkuhannya.
Mereka masih belum dikaruniai anak. pernikahan baru keduanya masing masing berjalan
dengan sangat lancar.
JUN
30
SELAMAT TINGGAL PT.ASP DAN SALAM SUKSES
“Pekerjaan terbaik adalah pekerjaan yang selesai pada waktunya. bukan yang kelar setelah
nunggu waktu lama”.
Ini adalah prinsip sederhana yang saya jalankan selama kurang lebih enam tahun mengarungi
hidup dan berlayar di kapal besar bernama PT. Anugerah Surya Pratama. Enam tahun bagi
saya adalah bukan waktu yang pendek. Ada ribuan kisah yang sudah terukir manis disana.
Baik itu kisah sedih maupun suka cita dan semuanya berbaur jadi satu.
JUN
23
INILAH CARA KITA MENGENAL ANAK
1.Jika anak kita BERBOHONG, itu karena kita MENGHUKUMNYA terlalu berat
2.Jika anak kita TIDAK PERCAYA DIRI, karena kita TIDAK MEMBERI dia SEMANGAT
3.Jika Anak kita KURANG BERBICARA, itu karena kita TIDAK MENGAJAKNYA
BERBICARA
4.Jika anak kita MENCURI, itu karena kita TIDAK MENGAJARINYA MEMBERI
6.Jika anak kita TIDAK MENGHARGAI ORANG LAIN, itu karena kita BERBICARA
TERLALU KERAS KEPADANYA
Memuat
Tema Tampilan Dinamis. Diberdayakan oleh Blogger.