Anda di halaman 1dari 2

PERUBAHAN DIRI PADA ASPEK INTELEKTUAL,

MENTAL, DAN SPIRITUAL


M Chairul Basrun Umanailo

Manusia terdiri dari dimensi fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual dimana setiap
dimensi harus dipenuhi kebutuhannya. Berdasarkan hakikat tersebut, maka
perkembangan memandang manusia sebagai mahluk yang holistik yang terdiri atas
aspek fisiologis, psikologis, sosiologis, kultural dan spiritual
Perubahan diri bersifat menyeluruh yang di dalamnya mengadung aspek intelektual,
mental dan spiritual. Perwujudan dari masing-masing aspek tersebut sebagai berikut :
Intelektual;
Setelah melakukan zikir, doa, dan tafakur saya merasa bahwa kemampuan yang saya
miliki bukanlah sesuatu yang harus di banggakan, saya merasa bagaikan sebutir pasir
dari sebuah gunung besar untuk menguasai ilmu pengetahuan. Intelektual saya yang
selama ini diikuti dengan lepasnya emosi saya malah menghilangkan saya dari ruang
pengetahuan itu sendiri karena emosi itulah yang membuat apa yang telah saya pelajari
hilang dan menjadi tak berguna. Kuasa dan kepemilikan Allah SWT teramatlah besar,
hingga kecerdasan ataupun pengetahuan bukanlah sesuatu yang harus diikuti dengan
kesombongan diri saya yang selama ini telah membentuk pribadi intelektual saya.
Dalam Zikir, doa dan tafakur, saya merasa kecil bahkan tak terlihat diantara
pengetahuan yang ada maka yang saya dapatkan bahwa inteletual saya bukanlah sesuatu
yang harus diiringi dengan emosi.
Mental;
Emosional adalah penghancur dari kemampuan dalam hidup, setelah saya berzikir
bahwa sekalipun kita memiliki perasaan marah, takut, sedih, senang, benci cinta,
antusias, bosan sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi pada kita namun itu adalah
ruang yang akan membesarkan kita. Saya sadar bahwa Emosional hadir sebagai perusak
dari perjalanan saya untuk memahami kehidupan yang lebih luas lagi. Saya melihat
bahwa hidup sebagai lembaran putih bersih, sehingga berbagai pengalaman atau
kejadian adalah rujukan garis yang nantinya membentuk gambar indah dalam kehidupan
nanti di akhirat, namun emosio yang ada selama ini menjadi garis perusak dari gambar
yang sedianya akan indah diatas sebuah kertas putih tersebut.
Maka setelah melakukan zikir dan tafakur, saya sadar bahwasanya emosi dalam
kehidupan sekalipun menjadi sebuah garis namun akan merusak gambaran akhir yang
sedianya telah saya dapatkan dalam kehidupan.
Spiritual;
Saya merasa seperti manusia yang kurang mensyukuri, akibat terlalu membandingkan
keadaan dengan orang disekitar sehingga merasa bahwa keadaan saya lah yang terburuk
dan kekurangan. Padahal dalam tafakur saya menemjukan begitu banyak rahmat dan
hiday yang telah diberikan oleh Allah SWT kepada saya seumur hidup. Mensyukuri
harusnya menjadi cerminan saya bukan sekedar mengeluh dan berbicara tentang
kekurangan dan saya sadar bahwa kekurangan pun adalah bagian dari garis kehidupan
yang akan memperindah gambaran saya nantinya di akhirat.
Menjadi orang yang bersyukur dan mensyukuri adalah kewajiaban, karena saya sadar
apapun yang saya miliki adalah kepemilikian dan pemberian dari Ilahi dan harusnya
saya manfaatkan sebaik mungkin sekalipun itu satu desahan nafas untuk melanjutkan
hidup .
.

Anda mungkin juga menyukai