Anda di halaman 1dari 11

KLIPING

KAIN TENUN IKAT

Disusun Oleh :

Nama : Bayu Hardiansyah


Kelas : X-Mipa 3
Mata pelajaran : PKU

SMA 1 Sintang
Tahun Pelajaran 2020/2021
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ..........................................................................................................................................
..........................

DAFTAR
ISI ..............................................................................................................................................................
......

BAB I : PENDAHULUAN
Latar Belakang ........................................................................................................................................ .
Perumusan Masalah ..................................................................................................................................
Tujuan Masalah .........................................................................................................................................
Manfaat .....................................................................................................................................................
BAB II : PEMBAHASAN
Pengertian Tenun dan sejarahnya. ...........................................................................................................
BAB III : JENIS – JENIS TENUNAN
Tenun Ikat .................................................................................................................................................
Bahan dasar kain tenun ikat ......................................................................................................................
Alat dan perlengkapan yang di gunakan dalam teknik tenun ikat ............................................................
Tenun Songket ..........................................................................................................................................
Rincian Anggaran Pembuatan Tenun .......................................................................................................
BAB IV : KESIMPULAN DAN DAFTAR PUSAKA
Kesimpulan ...............................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN  

A.    Latar Belakang
Sejak dahulu kala kebutuhan akan pangan atau pakaian telah menjadi sebuah kebutuhan yang
diprioritaskan. Hal ini dikarenakan pakaian mempunyai manfaat bagi manusia dalam
mepertahankan kelangsungan hidupnya. Dimana saat cuaca dingin pakaian dapat
menghangatkan tubuh, pakaian itu juga menunjukan kepribadian seseorang untuk dikatakan
baik atau tidak, kesopansantunan.
Zaman dahulu dengan keterbatasan alat maupun bahan serta tingkat sumber daya manusia
yang rendah, manusia membentuk sebuah pakaian dari kulit kayu. Karena merasa kurang
nyaman mengenakan pakaian dari kulit kayu, pasalnya pakaian dari kulit kayu ini dapat
menimbulkan gatal dan merusak kulit maka nenek moyang kala itu mulai mencari alternatif
lain yaitu membuat pakain dari bahan dasar kapas. Sehingga sejak saat itu muncullah pakaian
dari tenun ikat dari berbagai wilayah.
Seiring berjalannya waktu, muculnya berbagai tenun dengan beragam motif dan hias yang
bervariasi dengan arti – arti yang berbeda. Arti – arti inilah yang menunjukan latar belakang
kebudayaan suatu daerak atau ciri khas dari suatu daerah. Berbagai peneltian telah
membuktikan hal ini, salah satunya adalah Marie Jeanne Adams yang dalam tulisannya
khusus membahas seni tenun ikat di Kabupaten Sikka di Wilayah Kewapante sebuah
kecamatan di Sikka Nusa Tenggara timur (NTT).
Sekitar sistem dan motif tenun ikat, beliau tandaskan adanya kemungkinan bahwa struktur
kebudayaan masyarakat Kewapante pada umumnya didasarkan pada prinsip berpasangan laki
– laki dan perempuan.
Berpedoman pada ide ini, dipelajari motif – motif dan ragam hias geometris dari tenun ikat,
di daerah Kewapante justru motif dan ragam hias geometris mendasari aspek kebudayaan ini
yaitu seni tenun ikat. Sebagai dua unsur terpadu menjadi satu organis. Dari adanya sistem
partner ini tersimpul kebenarannya bahwa suku bangsa Sikka sebagai bagian dari integral
Bangsa Indonesia terarah kepada rekan, sebagai teman hidup dan lawan kerja. Jelas pula
bahwa motif – motif tenun ikat justru menampilkan kepribadian atau identitas diri.

A.    Rumusan Masalah
berdasarkan isi dari makalah ini maka ada beberapa permasalahan yang perlu di bahas. Agar
kita dapat mengetahui dan memahami tentang kerajinan tenun. Diantaranya adalah :
1.      Apa yang dimaksud dengan tenun ?
2.      Apa yang dimaksud dengan tenun Ikat dan Tenun Songket ?
3.      Bagaiamana cara pembuatan tenun Ikat dan Tenun Songket ?
B.     Tujuan Masalah
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini karena :
1.      Ingin mengetahui jenis tenun baik tenun Ikat ataupun tenun Songket.
2.      Memberikan pengetahuan mengenai kerajinan Tenun
3.      Sebagai suatu media untuk menambah wawasan dan pengetahuan
4.      Menambah Kepustakaan
C.    Manfaat
Manfaat yang dapat kami petik dalam pembuatan makalah ini adalah :
1.      Menambah ilmu dan pengetahuan khususnya dibidang kerajinan Tenun
2.      Dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran masalah kerajinan Tenun bagi kita semua
khususnya siswa –siswi.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Tenun dan sejarahnya
Tenun merupakan salah satu seni budaya kain tradisional lndonesia yang diproduksi di
berbagai wilayah di seluruh Nusantara (Sumatera, Kalimantan, Bali, Sulawesi, lombok,
Sumbawa, dan lainya. Tenun memiliki makna, nilai sejarah, dan teknik yang tinggi dari segi
warna, motif, dan jenis bahan serta benang yang digunakan dan tiap daerah memiliki ciri khas
masing-masing. Tenun sebagai salah satu warisan budaya tinggi (heritage) merupakan
kebanggaan bangsa Indonesia, dan mencerminkan jati diri bangsa. Oleh sebab itu, tenun baik
dari segi teknik produksi, desain dan produk yang dihasilkan harus dijaga dan dilestarikan
keberadaannya, serta dimasyarakatkan kembali penggunaannya.
Mungkin selama ini kita lebih mengenal batik sebagai wakil bangsa atas keelokan Indonesia
dalam menciptakan kain. Padahal masih ada satu lagi kain hasil karya perajin Indonesia yang
tidak kalah cantik dan menawan, yaitu tenun.
Terkait dengan banyaknya daerah yang menjadi produsen tenun, keberagaman motif tidak
perlu dipertanyakan. Adanya perbedaan latar belakang budaya dan lingkungan, akan
menciptakan keunikan hasil tenun pada setiap daerah.
Teknik pembuatan yang menggunakan ATBM [Alat Tenun Bukan Mesin] membuat kualitas
dari kain tenun Indonesia tidak perlu dipertanyakan. Dari sana dapat dipastikan pada tahun-
tahun ke depan, respon pasar untuk tenun Indonesia akan bersaing dengan batik.

BAB III
JENIS – JENIS TENUNAN
A.    Tenun Ikat
Tenun ikat atau kain ikat adalah kriya tenun Indonesia berupa kain yang ditenun dari
helaian benang pakan atau benang lungsin yang sebelumnya diikat dan dicelupkan ke dalam
zat pewarna alami. Alat tenun yang dipakai adalah alat tenun bukan mesin. Kain ikat dapat
dijahit untuk dijadikan pakaian dan perlengkapan busana, kain pelapis mebel, atau penghias
interior rumah.
Sebelum ditenun, helai-helai benang dibungkus (diikat) dengan tali plastik sesuai dengan
corak atau pola hias yang diingini. Ketika dicelup, bagian benang yang diikat dengan tali
plastik tidak akan terwarnai. Tenun ikat ganda dibuat dari menenun benang pakan dan
benang lungsin yang keduanya sudah diberi motif melalui teknik pengikatan sebelum dicelup
ke dalam pewarna.
Teknik tenun ikat terdapat di berbagai daerah di Indonesia. Daerah-daerah di Indonesia yang
terkenal dengan kain ikat di
antaranya: Toraja, Sintang, Jepara, Bali, Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores, dan Timor. Kain
gringsing dari Tenganan, Karangasem, Bali adalah satu-satunya kain di Indonesia yang
dibuat dari teknik tenun ikat ganda (dobel ikat).
Bahan dasar kain tenun ikat
Pembuatan kain tidak terlepas dari bahan baku yang digunakan. Bahan utama kain adalah
serat. Pada zaman purba,masyarakat menggunakan serat kayu, untuk memperoleh serat
menggunakan akar beringin. Karena perkembangannya menggunakan serat kapas,kapas
ditanam di perkebunan atau di pekarangan. Setelah ditanam dan dirawat sambil menunggu
sampai berbuah. Sesetelah itu dipetik lalu dijemur sampai kering. Setelah itu kupas,dipijat
dan terakhir dibersihkan kapas harus dijemur agar mudah berkembang sehingga mudah
dipisahkan bijinya . setelah kapas dijemur kapas dipisahkan dari bijinya dengan
menggunakan alat yang disebut KEHO. Alat ini dipergunakan sampai batas 1970 an.Massa
sekarang sudah punah lantaran orang menggunakan busur penghapus atau WETING. Kini
kapas yang sudah halus siap dipintal.
*Masyarakat menggunakan dua cara pemintalan yaitu
-  menggunakan puter atau peto kapa
-  menggunakan kincir pemintal benang atau jata kapa .
Alat ini terbuat dari kayu . setelah dipintal benang digulung dalam bentuk gumpalan atau bola
dengan alat yang disebut REONG . benang yangberbentuk gumpalan-gumpalan direntangkan
lagi pada alat yang disebut PLAPAN. Benang yangsudah direntangkan diikat menggunakan
tebuk untuk dibuatkan motif-motif.setelah diikat,benang dicelup sesuai selera. Lalu dijemur
sampai kering dan dibuka ikkatan tebuknya setelah itu DI GAIN. Sesudah di gain benang
tersebut dicelup kedalam air yang sudah tercampur biji asam atau kanji. Benang kemudian
dijemur hingga kering dan dimasukan antara dua plapan lalu digoang sesuai warna sarung
yang kemudian dirakit untuk memisahkan lirang atas dan bawah dengan benang khusus yang
disebut benang perakit atau HAWEN setelah itu benang siap ditenun. 

  Alat dan perlengkapan yang di gunakan dalam teknik tenun ikat


Beberapa alat yang digunakan dalam membuat benang antara lain:
Keho         : alat untuk memisahkan biji kapas dan serat-serat.
Weting      : alat untuk menyamak serat kapas hasil proses dari alat keho agar menjadi halus.
Alat ini dibuat dari bilahan-bilahan bambu yang diiris kemudian di beri tali menyerupai
busur.alat kedua adalah ranting bambu yang bercabang yang digunakan sebagai penyentil
atau pemetik tali busur.
Dasa          : alat untuk memintal kapas  menjadi benang. Alat ini digunakan terbuat dari
balok kayu.
Reong        : alat untuk menggulung benang
Laen          : alat untuk menguraikan benang. Alat ini terbuat terbuat dari sepotong kayu yang
agak panjang dari pada ujung –ujungnya diberi berpalang yang agak pendek dan bentuknya
menyerupai I besar
Seler          : alat yang digunakan untukn menguraikan benang –benang agar digulung
kembali dalam gumpalan –gumpalan. Alat ini terdiri atas potongan- potongan kayu yang
dibuat dalam bentuk segu empat`atau segi enam
Papan        : alat untuk merentangkan kembali benang – benang yang berbentuk gumpalan –
gumpalan untuk dibuatkan motif – motif alat ini berbentuk segi empat bahannya terbuat dari
kayu dan juga bambu
Ai ler         :  alat yang diletakan pada pinggang penenun dan diikat pada kayu
Pine           :  alat yang digunakan sebagai pemegang benang –benang pada waktu ditenun.
Ai gemer   :  alat yang terbuat dari kayu yang digunakan untuk menjepiit sarrung
Ai tuan      :  alat untuk merentangkan benang tenunan,alat ini terbuat dari kayu.
Tuun          :  alat tempat penenunmenyandarkan kaki pada saat menenun
Pati            :  alat tenun untuk merapatkan benang pakan (lodon) . alat ini terbuat dari kayu
yang keras .
Ekur          : alat untuk mengatur barang “lungsi” (GERAN).EKUR terbuat dari belahan
pinang,bentuknya sebesar jari kelingking.
Bolen         : alat untuk mengatur bentuk LUNGSI yang biasanya terbuat dari satu ruas bambu
bulu dan menjadi tempat membulatkan benang –benang
Sipe           : alat untuk mengatur posisi benang sehingga benang – benang tersebut terbagi
atas dua jalur yaitu jalur atas dan bawah. Alat ini terbuat dari irisan atau bilah pelepah enau
dan jumlahnya dua buah.
Legun        : alat yang terdiri atas setengah ruas bambu buluh tempat dimasukan gulungan
benang tenunan “ lodon “ atau “pakan”
Tunger       : belahan batang pinang / bambu yang berguna untuk menahan tuun.

Ragam hias /motif kain tenun ikat


-          Sejarah Ragam Hias Tenun Ikat
Motif adalah ungkapan ide setiap orang yang mengerjakanyamotiof pada masing –masing
daerah pada dasarnya diambil berdasarkan suatu kisah atau kejadian menggambarkan
kejadian para leluhur jaman dahulu. Misalnya motif  burung dan ular, kalajengking kemudian
berkembang menjadi motif ragam hias, misalnya bela ketupat dan bunga.
Corak Ragam Hias Tenun Ikat antara lain :
§  Hura Inang atau motif induk
§  Buen atau motif kecil yang mengapiti Hura Inang
§  Lorang atau tengah yang terdapat diantara Buen.
  Warna Ragam Hias Tenun Ikat
Biasanya menggunakan dua warna, warna dasar tetap menjadi ikatan yang pertama, warna
dasar tiga ragam hias biasanya berwarna merah bur yakni campuran warna merah dan coklat,
selain warna merah dan coklat ditambah lagi warna hitam.

Fungsi Kain Tenun Ikat


-          Fungsi Sosial dan Budaya
Menggambarkan kekhasan budaya setempat, Menjadi bahan seremoni (dalam upacara
kebudayaan) misalnya adat kawin dan penyerahan hak.
-          Fungsi Ekonomi
Misalkan Sarung dapat dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup
 

B.     Tenun Songket
Songket adalah jenis kain tenunan tradisional Melayu di Indonesia, Malaysia, dan Brunei.
Songket digolongkan dalam keluarga tenunan brokat. Songket ditenun dengan tangan dengan
benang emas dan perak dan pada umumnya dikenakan pada acara-acara resmi. Benang logam
metalik yang tertenun berlatar kain menimbulkan efek kemilau cemerlang. Kata songket
berasal dari istilah sungkit dalam bahasa Melayu dan bahasa Indonesia, yang berarti
"mengait" atau "mencungkil". Hal ini berkaitan dengan metode pembuatannya; mengaitkan
dan mengambil sejumput kain tenun, dan kemudian menyelipkan benang emas.
Selain itu, menurut sementara orang, kata songket juga mungkin berasal dari kata songka,
peci khas Palembang yang dipercaya pertama kalinya kebiasaan menenun dengan benang
emas dimulai. Isitilah menyongket berarti ‘menenun dengan benang emas dan perak’.
Songket adalah kain tenun mewah yang biasanya dikenakan saat kenduri, perayaan atau
pesta. Songket dapat dikenakan melilit tubuh seperti sarung, disampirkan di bahu, atau
sebagai destar atau tanjak, hiasan ikat kepala. Tanjak adalah semacam topi hiasan kepala
yang terbuat dari kain songket yang lazim dipakai oleh sultan dan pangeran serta
bangsawan Kesultanan Melayu.  Menurut tradisi, kain songket hanya boleh ditenun oleh anak
dara atau gadis remaja; akan tetapi kini kaum lelaki pun turut menenun songket. berapa kain
songket tradisional sumatra memiliki pola yang mengandung makna tertentu.

Menurut tradisi Indonesia sendiri, kain songket nan keemasan dikaitkan dengan
kegemilangan Sriwijaya, kemaharajaan niaga maritim nan makmur lagi kaya yang bersemi
pada abad ke-7 hingga ke-13 di Sumatera. Hal ini karena kenyataan bahwa pusat kerajinan
songket paling mahsyur di Indonesia adalah kota Palembang. Songket adalah kain mewah
yang aslinya memerlukan sejumlah emas asli untuk dijadikan benang emas, kemudian
ditenun tangan menjadi kain yang cantik. Secara sejarah tambang emas di Sumatera terletak
di pedalaman Jambi dan dataran tinggi Minangkabau. Meskipun benang emas ditemukan di
reruntuhan situs Sriwijaya di Sumatera, bersama dengan batu mirah delima yang belum
diasah, serta potongan lempeng emas, hingga kini belum ada bukti pasti bahwa penenun lokal
telah menggunakan benang emas seawal tahun 600-an hingga 700-an masehi. Songket
mungkin dikembangkan pada kurun waktu yang kemudian di Sumatera. Songket Palembang
merupakan songket terbaik di Indonesia baik diukur dari segi kualitasnya, yang berjuluk
"Ratu Segala Kain". Songket eksklusif memerlukan di antara satu dan tiga bulan untuk
menyelesaikannya, sedangkan songket biasa hanya memerlukan waktu sekitar 3 hari.
Mulanya kaum laki-laki menggunakan songket sebagai destar, tanjak atau ikat kepala.
Kemudian barulah kaum perempuan Melayu mulai memakai songket sarung dengan baju
kurung.
  Pusat kerajinan songket
Di Indonesia, pusat kerajinan tangan tenun songket dapat ditemukan
di Sumatera, Kalimantan, Bali, Sulawesi, Lombok dan Sumbawa. Di pulau Sumatera pusat
kerajinan songket yang termahsyur dan unggul adalah di daerah Pandai
Sikek, Minangkabau, Sumatera Barat, serta di Palembang, Sumatera Selatan. Di Bali, desa
pengrajin tenun songket dapat ditemukan di kabupaten Klungkung, khususnya di desa
Sidemen dan Gelgel. Sementara di Lombok, desa Sukarara di kecamatan Jonggat, kabupaten
Lombok Tengah, juga terkenal akan kerajinan songketnya. Di luar Indonesia, kawasan
pengrajin songket didapati di Malaysia; antara lain di pesisir timur Semenanjung
Malaya[10] khususnya Terengganu dan Kelantan; serta di Brunei.
  Peralatan dan Bahan
Peralatan tenun songket,  Peralatan itu pada dasarnya dapat dikategorikan menjadi dua, yakni
peralatan pokok dan tambahan. Keduanya terbuat dari kayu dan bambu. Peralatan pokok
adalah seperangkat alat tenun itu sendiri yang oleh mereka disebut sebagai “panta”.
Seperangkat alat yang berukuran 2 x 1,5 meter ini terdiri atas gulungan (suatu alat yang
digunakan untuk menggulung benang dasar tenunan), sisia (suatu alat yang digunakan untuk
merentang dan memperoleh benang tenunan), pancukia (suatu alat yang digunakan untuk
membuat motif songket, dan turak (suatu alat yang digunakan untuk memasukkan benang
lain ke benang dasar). Panta tersebut ditempatkan pada suatu tempat yang disebut
pamedangan (tempat khusus untuk menenun songket), di depannya diberi dua buah tiang
yang berfungsi sebagai penyangga kayu paso. Gunanya adalah untuk menggulung kain yang
sudah ditenun.
Sedangkan, yang dimaksud dengan peralatan tambahan adalah alat bantu yang digunakan
sebelum dan sesudah proses pembuatan songket. Alat tersebut adalah penggulung benang
yang disebut ani dan alat penggulung kain hasil tenunan yang berbentuk kayu bulat dengan
panjang sekitar 1 meter dan berdiameter 5 cm.
Bahan dasar kain tenun songket adalah benang tenun yang disebut benang lusi atau lungsin.
Benang tersebut satuan ukurannya disebut palu. Sedangkan, hiasannya (songketnya)
menggunakan benang makao atau benang pakan. Benang tersebut satuan ukurannya disebut
pak. Benang lusi dan makaoitu pada dasarnya berbeda, baik warna, ukuran maupun bahan
seratnya. Perbedaan inilah yang menyebabkan ragam hias kain songket terlihat menonjol dan
dapat segera terlihat karena berbeda dengan tenun latarnya. Di Silungkang dan Pandai Sikek
tenunan dasar atau latar biasanya berwarna merah tua (merah vermillion), hijau tua, atau biru
tua.
  Proses Pembuatan Tenun Songkat
Proses pembuatan melalui beberapa tahapan, pertama yaitu pencelupan, Benang Sutera yang
masih putih dicelup sesuai warna yang dikehendaki, setelah itu dijemur dengan bambu
panjang di terik matahari untuk membuat kain dan selendang (ukuran lebar kain 90 cm untuk
selendang 60 cm, sedangkan panjangnya 165 hingga 170). Setelah benang kering maka akan
dilakukan proses desain (pencukitan) dengan menggunakan lidi sesuai dengan motif yang
dikehendaki.
Setelah proses pencukitan selesai maka akan dilakukan proses penenunan yang memerlukan
waktu mulai 2 hingga 3 bulan. Didalam proses penenunan ini benang lungsi sutera
dimasukkan kealat tenun melalui sisir tenun dan henddle utama pada rangkaian kain yang
membentuk pola simetris dan diisi oleh benang sutra dan benang emas tambahan. Alat yang
digunakan untuk proses penenunan ini selain 1 (satu) set alat tenun, digunakan juga baliro
yang digunakan untuk menyentak benang di lungsi dengan benang pakan. Benang pakan
dimasukkan dengan menggunakan alat yang bernama peleting. Sedangkan untuk
mempermudah benang pakan yang ada di peleting masuk ke lungsi teropong didorong
melewati benang lungsi. Setelah benang di peleting lewat, baik benang sutera maupun benang
emas ataupun benang limar, maka dilakukan penenunan dengan menyentak benang dengan
beliro yang dibantu dengan sisir tenun. Proses penenunan dimulai dari ujung kain, dilanjutkan
sesuai dengan motif kain. Setiap songket mempunyai tumpal kain. Tumpal kain biasanya
diletakkan di bagian depan ketika kain dipakai.

Tips Untuk Memelihara Songket


1. Kain songket sebaiknya digulung mengelilingi batang pralon atau karton seperti
menyimpan tekstil modern tetapi kain songket hendaknya dilapisi dahulu dengan kertas
minyak, kertas roti atau kertas kopi. Jangan sekali-kali menggunakan kertas koran.
2. Kemudian kain dibungkus plastik disimpan dalam lemari dan diletakkan berdiri atau
miring.
3. Lemari penyimpanan di beri butir-butir lada atau cengkeh yang ditakuti rayap atau
ngengat.
4. Kain tidak boleh di dry clean atau di laundry jadi hanya diangin-anginkan.

C.    Rincian Anggaran Pembuatan Tenun


v  Rincian Pembuatan Tenun Ikat
Pembuatan Tenun Ikat tidak memakan biaya yang mahal bahkan para pengrajin Tenun Ikat
membuat Bahan dan Alat Tenunan itu sendiri. Contohnya Tenun ikat Doyo yang merupakan
salah satu kerajinan khas Dayak Benuaq, suku Dayak yang tinggal di Tanjung
Isuy, Kalimantan Timur. Tenun ikat Doyo terbuat dari serat Doyo yang ditenun
menggunakan alat tenun tradisional dari kayu. Doyo merupakan tanaman yang menyerupai
palem dan tumbuh subur di daerah Tanjung Isuy. Karena serat daunnya cukup kuat, warga
Dayak Benuaq mengolah serat Doyo ini menjadi benang. Dengan menggunakan alat tenun
tradisional, benang itu kemudian ditenun menjadi tenun ikat Doyo. Jamnah, salah seorang
pengrajin tenun ikat Doyo dari Kalimantan Timur mengatakan untuk membuat selembar kain
tenun ikat Doyo tidaklah mudah dan membutuhkan proses yang cukup panjang. Pertama,
daun Doyo yang panjangnya mencapai satu hingga satu setengah meter terlebih dahulu
dipotong dan direndam di dalam air bersih selama beberapa waktu.
Setelah daging daun Doyo itu hancur, barulah serat daunnya diambil dan dikeringkan. Setelah
kering, barulah serat Doyo itu dipelintir menjadi benang kemudian ditenun dengan
menggunakan alat tenun tradisional. Warga Dayak Benuaq di Tanjung Isuy menyebut alat
tenun itu dengan nama Pemanyu. Satu persatu benang dari serta itu ditenun mengikuti motif
tenun yang diinginkan. Biasanya, motif ikat Doyo berbentuk bunga, daun, serta hewan yang
hidup di alam sekitar Tanjung Isuy, “Jadi proses pembuatan tenun ikat Doyo ini khan dari
serat daun Doyo, mirip seperti daun palem. Proses pembuatan tenunan ini lama banget sekitar
20 hari untuk satu tenunan.
Untuk pewarnaan, tenun ikat Doyo menggunakan pewarna alami dari kulit pohon, tumbuhan,
serta buah. Suku Dayak Benuaq mengolah kulit durian hingga menjadi warna kuning. 
Sementara untuk membuat warna hijau, mereka memanfaatkan zat hijau daun dari dedaunan
yang tumbuh di sekitar Tanjung Isuy. Biasanya, tenunan kain Doyo memiliki tiga warna,
antara lain merah, hitam, serta warna cokelat muda. Harga Tenun Ikat bekisar Rp. 500.000 –
Rp. 1.500.000,-.

v  Rincian pembuatan Songket

No Nama Barang Harga Jumlah Total


1. Benang Emas (Sutera) Rp. 800.000/kg 1 kilo Gram Rp.    800.000
2. Pewarna Tekstil (Zat Rp. 100.000/liter 1 liter Rp.    100.000
Pewarna)
3. Upah Karyawan Rp. 2 karyawan Rp. 1.200.000
600.000/Songket
Rp. 2.100.00

Keterangan :
Sebenarnya lama dan tidaknya pembuatan suatu tenun songket, selain bergantung pada jenis
tenunan yang dibuat dan ukurannya, juga kehalusan dan kerumitan motif songketnya.
Semakin halus dan rumit motif songketnya, akan semakin lama pengerjaannya. Pembuatan
sarung dan atau kain misalnya, bisa memerlukan waktu kurang lebih satu bulan. Bahkan,
seringkali lebih dari satu bulan karena setiap harinya seorang pengrajin rata-rata hanya dapat
menyelesaikan kain sepanjang 5 -10 sentimeter. Satu jenis songket biasa dikerjakan dua
orang. Satu orang menenun kain dan yang satu lagi menenun selendang. Untuk satu setel
songket, rata-rata mengeluarkan kompensasi sebesar Rp500.000-600.000 per orang.
Untuk benang terdiri atas berbagai jenis,antara lain benang sutra alam halus, benang emas
kristal, benang emas sartini dengan bermacam warna. Saat itu, per kilo benang sutra alam
dibeli seharga Rp. 800.000. Adapun satu ikatan benang emas yang berisi 5 ikat dibeli seharga
Rp. 400.000.
Karena bahan dan alat pembuatan tenun songket atau tenun ikat masih banyak yang memakai
alat tradisional sehingga para pengrajin dapat membuat alat sendiri seperti mesin pembuat
tenun yang terbuat dari bambu. Begitu juga dengan pewarna atau warna corak masih
menggunakan daun-daunan dan pelepah kayu. Sehingga biaya yang dikeluarkan tidak terlalu
banyak. Harga satu setel songket bekisar antara Rp. 1.000.000 – Rp. 4.000.000.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
                Proses pembuatan karya tenun ikat dan songket ini membutuhkan waktu yang lama
dan proses yang sangat rumit. Namun bagi kita sebagai seorang pelajar harus tahu cara dan
proses pembuatasn bila perlu harus belajar agar kita sebagai generasi penerus yang dapat
melanjutkan karya tenun ikat dan tenun songket.
Berbagai macam motif yang dihasilkan dari kerajinan tenun tersebut dan juga berbagai
daerah yang memproduksinya. Dari berbagai daerah memiliki keunikan dan keragaman
tersendiri sesuai dengan kebudayaan atau tradisi suatu daerah tersebut.
B. DAFTAR PUSTAKA
tenunindonesia.com https://id.wikipedia.org/wiki/Tenun_ikat#:~:text=Tenun%20ikat%20atau
%20kain%20ikat,ke%20dalam%20zat%20pewarna%20alami.
https://www.griyatenun.com/blog/inilah-4-proses-pembuatan-kain-tenun

Anda mungkin juga menyukai