Anda di halaman 1dari 61

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

TUGAS AKHIR
“PENGENDALIAN MUTU PROSES PEMBUATAN
MINYAK ATSIRI DAUN CENGKEH
(CLOVE LEAF OIL)”

Untuk memenuhi sebagian persyaratan


Guna mencapai gelar Ahli Madya
Teknologi Hasil Pertanian di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :
HERMAWATI DIAN JAYANTI
H3108011

PROGRAM STUDI DIII TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

TUGAS AKHIR
“PENGENDALIAN MUTU PROSES PEMBUATAN
MINYAK ATSIRI DAUN CENGKEH
(CLOVE LEAF OIL)””
Yang Disiapkan dan Disusun Oleh
HERMAWATI DIAN JAYANTI
H3108011

Telah dipertahankan di hadapan dosen penguji


Pada tanggal : ………………………..
Dan dinyatakan memenuhi syarat

Menyetujui,

Dosen Pembimbing/Penguji I Dosen Pembimbing/Penguji II

Ir. Kawiji, M.P. Ir. Choiroel Anam M.P, M.T.


NIP. 19611214 198601 1 001 NIP. 19680212 20050 1 001

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S.


NIP. 19560225 198601 1 001

commit to user

ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

MOTTO

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya

yang demikian itu sungguh berat, kecuali orang-orang yang khusyu’.”

(Al Baqarah: 45)

“Sukses itu lahir dari kejujuran, keuletan dan ketekunan yang

diiringi doa”

(Unknown)

“Jadikan hari ini lebih baik dari kemarin

dan jadikan esok lebih baik

dari hari ini”

(Unknown)

“Life is an adventure”

(Unknown)

“I’ll do the best, lets God does the rest”

(Unknown)

“Hidup akan lebih berguna bila kita bisa berguna

untuk orang lain”

(Unknown)
commit to user

iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERSEMBAHAN

Buah karya ini kupersembahkan untuk:

My Self
Bapak & Ibu ku tercinta
Kakak & Adik ku
tersayang
Keluarga besar ku
Seseorang yang spesial
&
Sahabat-sahabat ku
terkasih

commit to user

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah


memberikan rahmat, hidayah, serta inayah–Nya yang berupa kesehatan,
lindungan, serta bimbingan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Tugas Akhir ini dengan judul: “PENGENDALIAN MUTU PROSES
PEMBUATAN MINYAK ATSIRI DAUN CENGKEH”. Tugas Akhir ini
disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Ahli Madya
Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Dengan diselesaikannya Tugas Akhir ini, penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, bantuan, dan
dorongan kepada penulis. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Allah SWT, Sang Pencipta yang telah memberiku ridho-Nya menyelesaikan
Tugas Akhir ini dan mengantarkanku menjadi seorang Ahli Madya.
2. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS, selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ir. Bambang Sigit Amanto, Msi, selaku Ketua Program Diploma Tiga
Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
4. Ir.Basito, Msi, pembimbing akademik yang selalu memberikan pengarahan
dalam perkuliahan selama berada di jurusan Diploma Tiga Teknologi Hasil
Pertanian angkatan 2008 UNS.
5. Ir. Kawiji, MS selaku dosen pembimbing 1/penguji 1 yang telah meluangkan
waktu, perhatian, dan kesabarannya dalam membimbing dan mengarahkan
penulis dalam menyusun hingga menyelesaikan Tugas Akhir ini.
6. Ir. Choirul Anam MP selaku dosen pembimbing 2/penguji 2 yang telah
meluangkan waktu, perhatian, dan kesabarannya dalam membimbing dan
commit to user

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

mengarahkan penulis dalam menyusun hingga menyelesaikan Tugas Akhir


ini.
7. Semua Dosen Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak memberi ilmunya kepada kami.
8. Bapak Sunarno dan karyawan penyulingan minyak daun cengkeh yang telah
memberikan banyak ilmu tentang proses pembuatan minyak daun cengkeh.
9. My Lovely Parent, Bapak dan Ibu tercinta, Sunarman dan Sri Mulyani, yang
selalu memberikan kasih sayang yang tulus, semangat, perhatian, dan doa
yang tak pernah ada putusnya. Terima kasih untuk segalanya.
10. My Lovely Sister & Brother, Panuntun Sarwi Utami & Nugroho Noto Susanto
yang selalu menyemangati dan mendukungku.
11. My Lovely Family, Keluarga besar Mulyawiyoto dan Keluarga besar
Martowiryono yang selalu mendukung dan mendoakan untuk kesuksesanku.
12. Saudara-saudara sepupuku Tifa, Dian, Nilla, Tyas, Kiki, dan juga keponakan-
keponakanku, terima kasih untuk persaudaraan yang indah ini.
13. Sekartaji girl (Mbak Jo, Mbak Vina, Mbak Lia, Mbak Muli, Mbak Yuli, Mbak
Retno, Mbak Tia, Retha, Tika, Cempluk, Joy, Cita), thanks for being my
family in Solo. Kebersamaan yang tak akan pernah terlupakan J.
14. Seseorang yang selalu menemaniku, memberiku semangat & doa, Pringgo
Winoto, thanks for your love, care, and spirit J.
15. Sahabat-sahabat SMA ku, Rahma, Andri, Kunti, dan Eva yang selalu menjadi
sahabatku meski kita tidak selalu bersama.
16. Sahabat-sahabat selama berada di bangku kuliah, Pam2, Soraya, Zakiyah,
Wahyu Putri, dan teman-teman sekelas ku yang selalu bersama-sama dalam
melewati suka duka perkuliahan. Love you all....
17. Teman seperjuanganku Putri Novita Soraya & Putri Pamungkas S tibalah kita
di langkah terakhir kita. Tetap SEMANGAT kawand J.
18. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
19. The last but not least, kepada pembaca dari karya kecil ini, penulis berterima
kasih apabila karya ini dapat diterima dengan baik.
commit to user

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih banyak
kekurangannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharap saran dan kritik yang
bersifat membangun dari semua pihak untuk penyempurnaan yang lebih lanjut.
Semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya,
dan dapat menambah wawasan pembaca pada umumnya.

Surakarta, Juni 2011

Penulis

commit to user

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii
MOTTO ....................................................................................................... iii
PERSEMBAHAN ....................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................. v
DAFTAR ISI................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL........................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. . xi
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 2
C. Tujuan .................................................................................. 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 4
A. Minyak Atsiri ...................................................................... 4
B. Bunga Cengkeh .................................................................. 4
C. Daun Cengkeh ..................................................................... 6
D. Proses Produksi ................................................................... 7
E. Pengendalian Mutu ............................................................. 12
F. Manajemen Resiko............................................................... 15
BAB III. TATA LAKSANA PELAKSANAAN ..................................... 18
A. Pelaksanaan ......................................................................... 18
B. Tempat dan Waktu Pelaksanaan ......................................... 18
C. Metode Pengambilan Data .................................................. 18
D. Analisa Uji Mutu Produk .................................................... 19
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 25
A. Gambaran Umum Industri Minyak Atsiri Daun Cengkeh .. 25
B. Penyediaan Bahan Baku ..................................................... 25
1. Daun Cengkeh ............................................................... 25
commit to user
2. Air .................................................................................. 29
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

C. Proses Pengolahan ............................................................... 30


D. Randemen ............................................................................ 38
E. Pengawasan Mutu Produk Akhir ........................................ 39
F. Mesin dan peralatan ............................................................. 43
G. Limbah Produksi ................................................................. 44
H. Manajemen Resiko............................................................... 44
BAB V. Kesimpulan dan Saran ............................................................. 47
A. Kesimpulan ......................................................................... 47
B. Saran .................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

commit to user

ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Syarat mutu minyak atsiri daun cengkeh ......................................... 10


Tabel IV.1 Kualitas produk akhir minyak daun cengkeh ................................ 40

commit to user

x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Bunga cengkeh .......................................................................... 5


Gambar II.2 Daun cengkeh ............................................................................ 6
Gambar II.3 Penyulingan dengan Air ............................................................ 7
Gambar II.4 Penyulingan dengan Air dan Uap ............................................... 8
Gambar II.5 Penyulingan dengan Uap ........................................................... 9
Gambar II.6 Fishbone warna tak sempurna pada minyak daun cengkeh ...... 15
Gambar IV.1 Proses penjemuran daun cengkeh ............................................. 28
Gambar IV.2 Tempat penyimpanan daun cengkeh ........................................ 28
Gambar IV.3 Kolam Pendingin ..................................................................... 30
Gambar IV.4 Proses penyulingan minyak daun cengkeh ........................ ...... 31
Gambar IV.5 Pembersihan ketel .................................................................... 31
Gambar IV.6 Pemasukan daun ...................................................................... 32
Gambar IV.7 Proses penyulingan .................................................................. 33
Gambar IV.8 Skema proses penyulingan ....................................................... 34
Gambar IV.9 Air dan minyak hasil penyulingan ........................................... 36
Gambar IV.10 Penampungan minyak dan air hasil penyulingan .................. 36
Gambar IV.11 Tangki minyak daun cengkeh ................................................ 37

commit to user

xi
QUALITY CONTROL PRODUCTION PROCESS OF
CLOVE LEAF OIL’S

Hermawati Dian Jayanti1


Ir. Kawiji, M.P.2 Ir. Choirul Anam, M.P.3

ABSTRACT

Clove (Syzygium aromaticum (L.) Merr. & Perry) is one of species belonged to
Myrtaceae family. In this research, clove oil was taken from ground leaf of clove. Metode
extraction in research is use indirect distillation. The general clove leaf oil’s product from the
farmer, so oli result distillation not belong quality condition. Leaf’s from farmer is wet, in
usaha distillation have a treatment, there are to dry leaf’s help the light the sun. Oil’s will be
lost when save in dry season depand from any factor there are material condition, long a save,
and compotition chemical oil in material. Material available clove leaf’s depand of season. In
dry season a lot of material leaf available. Average clove leaf oli’s result have ± 8 kg every
distillation. The yield clove leaf oli’s result is 1,6 %. Quality control should be implemented at
all stages of that process to obtain a good clove leaf oil’s. Quality test of final product made by
clove leaf oil’s by test coulor, flavour, density,the indeks of refrection, eugenol, and β
caryophillen are respectively about yellow, specific clove leaf oil’s, 1.031, 1.526, 75.64 %,
21.03 %. Quality of clove leaf oil’s depand of characteristic nature from each oil’s and strange
materials mix in them. Strange materials will be decrease quality clove leaf oil’s. Component
standart quality clove leaf oil’s depand from quality clove leaf oil’s and pure it. The other factor
there are kind of trees, age of harvest, behavior materials before destilation, kind of used tools
and condition process, behavior oil after destilation, packaging, and place saving.

Keywords: Quality Control, Clove Leaf Oil’s, Yield

Description:
1. Student Programs / D-III Study Program Technology of Agriculture Product, Faculty of
Agriculture, Sebelas Maret University named Hermawati Dian Jayanti,
NIM H3108011
2. Lecturer1 / Examiners1
3. Lecturer 2 / Examiners2
PENGENDALIAN MUTU PROSES PEMBUATAN
MINYAK ATSIRI DAUN CENGKEH
(CLOVE LEAF OIL)
Hermawati Dian Jayanti1
Ir. Kawiji, M.P2. Ir. Choiroel Anam, M.P, M.T3.

ABSTRAK

Cengkeh (Syzygium aromaticum (L.) Merr. & Perry) merupakan spesies dari famili
Myrtaceae. Pada penelitian ini, minyak atsiri diekstrak dari daun-daun cengkeh yang telah
kering dan gugur. Metode ekstraksi yang dipakai pada penelitian ini adalah penyulingan uap
dan air. Minyak cengkeh umumnya diproduksi oleh para petani, sehingga minyak yang
dihasilkan tidak memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan. daun yang diperoleh dari
petani tidak kering, di usaha penyulingan ini memiliki treatment khusus dengan cara
mengeringkan daun cengkeh tersebut dengan bantuan sinar matahari. Penyusutan minyak
selama penyimpanan dalam udara kering tergantung dari beberapa faktor yaitu kondisi bahan,
metode penyimpanan, lama penyimpanan, dan komposisi kimia minyak dalam bahan.
Ketersediaan bahan baku daun cengkeh sangat tergantung pada musim. Pada musim kemarau
bahan baku ketersedian daun sangat banyak. Rata-rata minyak daun cengkeh yang dihasilkan ±
8 kg setiap penyulingan. Randemen minyak atsiri yang dihasilkan masih sangat rendah yaitu
1,6 %. Pengendalian mutu harus dilakukan pada semua langkah agar didapatkan minyak daun
cengkeh yang berkualitas. Hasil uji mutu minyak daun cengkeh dengan test uji warna, bau,
berat jenis, indeks bias, kadar eugenol, dan β caryophillen. Kualitas atau mutu minyak atsiri
ditentukan oleh karakteristik alamiah dari masing-masing minyak tersebut dan bahan-bahan
asing yang tercampur di dalamnya, adanya bahan-bahan asing akan merusak mutu minyak
atsiri. Komponen standar mutu minyak atsiri ditentukan oleh kualitas dari minyak itu sendiri
dan kemurniannya. Faktor lain yang berperan dalam mutu minyak atsiri adalah jenis tanaman,
umur panen, perlakuan bahan sebelum penyulingan, jenis peralatan yang digunakan dan kondisi
prosesnya, perlakuan minyak setelah penyulingan, kemasan dan penyimpanan.

Kata Kunci : Mutu, Minyak Daun Cengkeh, Randemen


Keterangan :
1. Mahasiswa Jurusan/Program Studi D-III Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan nama Hermawati Dian Jayanti,
NIM H3108011
2. Dosen Pembimbing/Penguji 1
3. Dosen Pembimbing/Penguji 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara Indonesia termasuk negara penghasil minyak atsiri dan minyak
ini juga merupakan komoditi yang menghasilkan devisa negara. Oleh karena
itu, pada tahun-tahun terakhir ini minyak atsiri mendapat perhatian yang cukup
besar dari pemerintah Indonesia. Sampai saat ini Indonesia baru menghasilkan
sembilan jenis minyak atsiri yaitu: minyak cengkeh, minyak kenanga, minyak
nilam, minyak akar wangi, minyak pala, minyak kayu putih dan minyak sereh
wangi. Dari sembilan jenis minyak atsiri ini terdapat enam jenis minyak yang
paling menonjol di Indonesia yaitu: minyak pala, minyak nilam, minyak
cengkeh dan minyak sereh wangi.
Peluang pasar komoditi minyak atsiri ini masih terbuka luas baik di
dalam maupun luar negeri. Permintaan minyak atsiri diperkirakan terus
meningkat dengan bertambahnya populasi penduduk dunia. Kegunaan minyak
atsiri sangat banyak, tergantung dari jenis tumbuhan yang diambil hasil
sulingnya. Minyak atsiri ini digunakan sebagai bahan baku minyak wangi,
komestik dan obat-obatan. Minyak atsiri juga digunakan sebagai kandungan
dalam bumbu maupun pewangi (flavour and fragrance ingredients). Industri
komestik dan minyak wangi menggunakan minyak atsiri sebagai bahan
pembuatan sabun, pasta gigi, sampo, lotion dan parfum. Industri makanan
menggunakan minyak atsiri sebagai penyedap atau penambah cita rasa. Industri
farmasi menggunakannya sebagai obat anti nyeri, anti infeksi, pembunuh
bakteri. Fungsi minyak atsiri sebagai wewangian juga digunakan untuk
menutupi bau tak sedap bahan-bahan lain seperti obat pembasmi serangga yang
diperlukan oleh industri bahan pengawet dan bahan insektisida. Komoditi
minyak atsiri banyak dikembangkan oleh negara-negara, seperti Amerika
Serikat, Perancis, Inggris, Jepang, Jerman, Swiss, Belanda, Hongkong,
Irlandia, dan Kanada.
commit to user

1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Di Indonesia dikenal beberapa tanaman penghasil minyak atsiri yang


salah satunya adalah berasal dari tanaman cengkeh (Syzygium aromaticum L.)
famili dari Myrtaceae. Tanaman cengkeh yang berasal dari Maluku ini sudah
banyak dibudidayakan untuk diambil bunga dan minyaknya. Pohon cengkeh
merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh dengan tinggi 10–20 m,
mempunyai daun berbentuk lonjong yang berbunga pada pucuk-pucuknya.
Tangkai buah pada awalnya berwarna hijau, dan berwarna merah jika bunga
sudah mekar. Cengkeh akan dipanen jika sudah mencapai panjang 1,5-2 cm
(Tia, 2009).
Kualitas atau mutu minyak atsiri ditentukan oleh karakteristik alamiah
dari masing-masing minyak tersebut dan bahan-bahan asing yang tercampur di
dalamnya, adanya bahan-bahan asing akan merusak mutu minyak atsiri.
Komponen standar mutu minyak atsiri ditentukan oleh kualitas dari minyak itu
sendiri dan kemurniannya. Faktor lain yang berperan dalam mutu minyak atsiri
adalah jenis tanaman, umur panen, perlakuan bahan sebelum penyulingan, jenis
peralatan yang digunakan dan kondisi prosesnya, perlakuan minyak setelah
penyulingan, kemasan dan penyimpanan (Hernani,dkk 2006).
Untuk mencapai kualitas minyak atsiri daun cengkeh yang baik dan
sesuai kriteria yang dipersyaratkan maka dalam setiap tahapan prosesnya perlu
dilakukan pengawasan dan pengendalian, mulai dari penerimaan bahan baku
hingga produk siap untuk dipasarkan. Agar mutu serta kualitas minyak daun
cengkeh tetap terjaga dan dipertahankan hingga ketangan konsumen.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari pelaksanaan Praktek Quality Control
“Pengendalian Mutu Proses Pembuatan Minyak Atsiri Daun Cengkeh” ini
adalah :
1. Bagaimana proses pembuatan minyak atsiri daun cengkeh?
2. Bagaimana konsep pengendalian mutu minyak atsiri daun cengkeh?

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Bagaimana pengendalian mutu proses pembuatan minyak atsiri daun


cengkeh dari bahan baku, proses produksi dan hasil produk akhirnya?

C. Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan Praktek Quality Control “Pengendalian Mutu
Proses Pembuatan Minyak Atsiri Cengkeh” ini adalah :
1. Mengetahui proses pembuatan minyak atsiri daun cengkeh
2. Membuat konsep pengendalian mutu minyak atsiri daun cengkeh.
3. Mengetahui variabel mutu di setiap bahan baku, proses produksi, dan
produk akhir minyak atsiri daun cengkeh.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Minyak Atsiri
Minyak yang terdapat di alam dibagi menjadi tiga golongan besar,
yaitu: minyak mineral (mineral oil), minyak yang dapat dimakan (edible fat)
dan minyak atsiri (essential oil). Di Indonesia banyak dibuat jenis-jenis
minyak atsiri, seperti minyak nilam, minyak cengkeh, minyak pala, minyak
lada, minyak sereh, dan lain-lain. Minyak atsiri dikenal juga dengan nama
minyak teris atau minyak terbang (volatile oil) yang dihasilkan oleh tanaman.
Minyak tersebut mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami
dekomposisi, mempunyai rasa getir (pungent teste), berbau wangi sesuai
dengan bau tanaman penghasilnya (Guenther, 1987).
Umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut air. Minyak atsiri
ini merupakan salah satu dalam hasil sisa dari proses metabolisme dalam
tanaman yang terbentuk karena reaksi antara berbagai persenyawaan kimia
dengan adanya air. Minyak tersebut disintesa dalam sel glandular pada
jaringan tanaman dan ada juga yang terbentuk dalam pembuluh resin,
misalnya minyak terpentin dari pohon pinus. (Ketaren, 1981).
Tanaman penghasil minyak atsiri diperkirakan berjumlah 150-200
spesies tanaman yang termasuk dalam famili Pinaceae, Labiatae, Compositae,
Lauraceae, Myrtaceae dan Umbelliferaceae. Minyak atsiri dapat bersumber
pada setiap bagian tanaman, yaitu, dari daun, bunga, buah, biji, batang atau
kulit dan akar atau rizhome. Minyak atsiri selain dihasilkan oleh tanaman,
dapat juga bentuk dari hasil degradasi oleh enzim atau terdapat dibuat secara
sintetis (Richards, 1944).

B. Bunga Cengkeh
CengkEh (Syzygium aromaticum, syn. Eugenia aromaticum), dalam
bahasa Inggris disebut cloves, adalah tangkai bunga kering beraroma dari
commit toadalah
keluarga pohon Myrtaceae. Cengkeh user tanaman asli Indonesia, banyak

4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

digunakan sebagai bumbu masakan pedas di negara-negara Eropa dan sebagai


bahan utama rokok kretek khas Indonesia. Cengkeh ditanam terutama di
Indonesia (Kepulauan Banda) dan Madagaskar; selain itu juga dibudidayakan
di Zanzibar, India, dan Sri Lanka. Tumbuhan ini adalah tanaman identitas
Provinsi Maluku Utara. Pohon cengkeh merupakan tanaman tahunan yang
dapat tumbuh dengan tinggi 10-20 m, mempunyai daun berbentuk lonjong
yang berbunga pada pucuk-pucuknya. Tangkai buah pada awalnya berwarna
hijau, dan berwarna merah jika bunga sudah mekar. Cengkeh akan dipanen
jika sudah mencapai panjang 1,5-2 cm (Anonima, 2011).

Gambar II.1 Daun Cengkeh


Menurut, Mangunwiyoto (1973) sistematika tanaman cengkeh :
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Sub kelas : Monochlamydae
Bangsa : Caryophylalles
Suku : Caryophillaceae
Famili : Myrtaceae
Spesies : Syzygium aromaticum (L.) Meer. & Perry

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

C. Daun Cengkeh
Daun cengkeh tidak termasuk daun lengkap karena memiliki tangkai
daun, helaian daun, namun tidak memiliki upih/pelepah daun. Daunnya
berbentuk lonjong dan berbunga pada bagian ujungnya. Termasuk daun
majemuk karena dalam satu ibu tangkai ada lebih dari satu daun. Bangun
daunnya adalah lanset, ujungnya adalah runcing pangkalnya adalah
meruncing, susunan tulang daunnya adalah menyirip penninervis, tepi
daunnya adalah rata dan daging daunnya adalah seperti kertas, tipis tetapi
cukup tegar.

Gambar II.2 Daun Cengkeh


Daun ini berwarna hijau. Daun, bunga, dan tangkainya mengandung
minyak cengkeh yang banyak disenangi orang karena baunya yang khas.
Selain itu minyak tersebut mempunyai sifat stimulan, anestetik, karminatif,
antiemetik, antiseptik dan antispasmodik. Bunga dan buahnya muncul pada
ujung rantingnya. Warna dari bunganya keungu-unguan lalu menjadi kuning
kehijau-hijauan pada saat muda dan menjadi merah muda ketika telah tua
(Citrosupomo, 1985).
Minyak yang diperoleh dari daun cengkeh disebut minyak cengkeh
(Clove Leaf Oil) dengan cara destilasi uap dari daun cengkeh yang sudah tua
atau yang telah gugur. Kadar minyak cengkeh tergantung kepada jenis, umur
dan tempat tumbuh tanaman cengkeh yaitu sekitar 5-6 %. Komponen utama
minyak cengkeh adalah eugenol yaitu sekitar 70-90 % dan merupakan cairan
tak berwarna atau kuning pucat, bila kena cahaya matahari berubah menjadi
commit
coklat hitam yang berbau spesifik to user
(Bulan, 2004).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

D. Proses Produksi
Minyak daun cengkeh biasa diperoleh dari daun cengkeh yang sudah
gugur. Komposisi minyak yang dihasilkan bervariasi tergantung dari keadaan
daun serta cara destilasinya, minyak yang dihasilkan biasanya mengandung
eugenol antara 80 - 88 % dengan kadar eugenol asetat yang rendah tetapi
kadar caryophyllene yang tinggi. Penyulingan daun dengan kadar air sekitar 7
- 12% yang dilakukan dalam tangki stainless steel volume 100 selama delapan
jam, menghasilkan minyak dengan rendemen 3,5% dan total eugenol 76,8%
(Nurdjannah et al., 1993).
Di Indonesia dikenal 3 macam sistem penyulingan, yaitu:
1) Penyulingan dengan air

Gambar II.3 Penyulingan dengan air


Bahan yang akan disuling langsung kontak dengan air mendidih.
Simplisia yang telah dipotong–potong, digiling kasar atau digerus halus
dididihkan dengan air, uap air dialiri melalui pendingin, sulingan berupa
minyak yang belum murni ditampung. Penyulingan dengan cara ini sesuai
untuk simplisia kering yang tidak rusak dengan pendidihan. Keuntungan
dari penyulingan air adalah alatnya cukup sederhana, kuat, harganya lebih
murah, serta dapat dipindah–pindahkan. Kelemahan dari penyulingan air
adalah pengekstraksian minyak atsiri tidak dapat berlangsung dengan
sempurna walaupun bahan dirajang dan komponen minyak yang bertitik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

didih tinggi dan bersifat larut air tidak dapat menguap secara sempurna
sehingga komponen minyak yang dihasilkan tidak lengkap.

2) Penyulingan dengan air dan uap

Gambar II.4 Penyulingan dengan air dan uap


Bahan diletakkan di atas piring yang berupa ayakan yang terletak
beberapa sentimeter di atas permukaan air dalam ketel penyuling. Cara ini
baik untuk simplisia basah atau kering yang rusak pada pendidihan. Untuk
simplisia kering perlu dimaserasi lebih dulu, sedangkan untuk simplisia
segar yang baru tidak perlu maserasi. Keuntungan menggunakan
penyulingan uap dan air adalah bahan dan suhu dapat dipertahankan sampai
100°C karena uap berpenetrasi secara merata ke dalam jaringan, lama
penyulingan relatif singkat, rendemen minyak lebih besar dan mutunya
lebih baik jika dibandingkan dengan minyak hasil sistem penyulingan
dengan air, dan bahan yang disuling tidak dapat menjadi gosong.
Penyulingan dengan cara ini adalah cara yang paling banyak digunakan
oleh petani Indonesia untuk mendapatkan minyak atsiri yang terdapat pada
cengkeh.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3) Penyulingan dengan uap

Gambar 2.4 Penyulingan dengan uap


Air sebagai sumber uap panas terdapat dalam boiler yang letaknya
terpisah dari ketel penyuling. Uap yang dihasilkan mempunyai tekanan
lebih tinggi dari tekanan udara luar. Penyulingan dengan uap sebaiknya
dimulai dengan tekanan uap rendah (kurang lebih 1 atm), kemudian secara
berangsur–angsur tekanan uap dinaikkan menjadi kurang lebih 3 atm. Jika
permulaan penyulingan dilakukan pada tekanan tinggi, maka komponen
kimia dalam minyak akan mengalami dekomposisi. Jika minyak dalam
bahan dianggap sudah habis tersuling, maka tekanan uap perlu diperbesar
lagi yang bertujuan untuk menyuling komponen kimia yang bertitik didih
tinggi. Cara ini baik digunakan untuk membuat minyak atsiri dari biji, akar,
kayu yang umumnya mengandung komponen minyak yang bertitik didih
tinggi, misalnya minyak cengkeh, kayu manis, akar wangi, ketumbar, sereh,
minyak “boise de dose”, “ssassafras”, “cumin”, “cendar wood”, kamfer,
kayu putih, “pimento”, “eucalyptus” dan jenis minyak lainnya yang bertitik
didih tinggi (Ketaren, 1985).
Penyulingan dengan menggunakan air dan uap adalah cara yang paling
banyak digunakan. Cara ini hanya cocok untuk jenis minyak atsiri yang tidak
rusak oleh panas uap air. Salah satunya adalah minyak daun cengkeh. Bahan
baku diletakkan terpisah dengan air. Untuk memudahkan proses penguapan,
bagian ketel untuk bahan baku harus diberi ruang yang cukup. Bahan tidak
boleh dipadatkan. Setelah siap, ketel ditutup dan kemudian dipanaskan selama
commit
5-7 jam. Uap air dan uap minyak dauntocengkeh
user dicairkan dengan mengalirkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

10

pipa melingkar ke dalam kolam pendingin (kondensor). Suhu udara sangat


berpengaruh pada suhu air. Pipa yang berada di dalam kolam pendingin
kurang lebih memiliki panjang 10 meter. Semakin panjang pipa yang
digunakan, semakin baik proses kondensasi yang terjadi. Pipa tidak boleh
bocor dan suhu air harus dijaga untuk selalu tetap dingin agar proses
kondensasi dapat berlangsung dengan baik.
Hasil sulingan minyak daun cengkeh dan air dialirkan ke dalam tempat
berupa drum yang sudah disediakan. Setelah proses penyulingan selama
kurang lebih 7 jam, hasil proses penyulingan didiamkan beberapa saat
sehingga air dan minyak daun cengkeh terpisah. Minyak daun cengkeh berada
di bawah air karena memiliki berat jenis yang lebih besar. Air dan minyak
daun cengkeh dapat dipisahkan dengan sejenis kain khusus atau dipisahkan
secara manual. Sisa air yang telah dipisahkan masih mengandung minyak
daun cengkeh dan masih dapat dipisahkan lagi setelah beberapa lama (Tia,
2009).
Tabel II.1 Syarat mutu minyak atsiri daun cengkeh :
No Jenis uji Satuan Persyaaratan
1 Keadaan
1.1 Warna - Kuning – coklat tua
1.2 Bau - Khas minyak cengkeh
2 Bobot jenis 20°C/20°C - 1,025 – 1,049
3 Indeks bias (nD20) - 1,528-1,535
4 Kelarutan dalam etanol 70% - 1 : 2 jernih
5 Eugenol total %, v/v Minimum 78
6 Beta caryophillene % Maksimum 17
Sumber : SNI 06-2387-2008

Menurut Hidayati (2003), komponen minyak daun cengkeh dapat dibagi


menjadi dua kelompok yaitu :
1. Senyawa fenolat
Senyawa fenolat yang terdapat dalam minyak daun cengkeh adalah
eugenol.
2. Senyawa non-fenolat

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

11

Senyawa non-fenol merupakan bagian kecil komponen minyak daun


cengkeh. Senyawa non fenolat yang terdapat dalam minyak daun cengkeh
adalah β-kariofilen, α-kububen, α-kopaen, humulen, δ-kadien, dan kadina
1,3,5-trien.
Eugenol dapat diperoleh dari minyak daun cengkeh dengan cara
ekstraksi reaktif. Reaktan yang akan bereaksi dengan eugenol adalah NaOH
atau basa kuat lain untuk membentuk natrium eugenolat. Natrium eugenolat
yang dihasilkan bisa berada dalam fasa air maupun fasa kariofilin yang
membentuk kesetimbangan. Untuk mengambil sebanyak-banyaknya natrium
eugenolat yang masih terdapat fasa kariofilin, maka ditambahkan pelarut yang
masih dapat memisahkan natrium eugenolat dengan konstituen lain yang
terdapat dalam fase kariofilin. Setelah terjadi kesetimbangan baru maka dua
fase tersebut dipisahkan dengan cara decanter. Untuk memperoleh kembali
eugenol maka larutan natrium eugenolat diasamkan sampai pH 3. Reaksi ini
bertujuan untuk mengganti atom Na dengan atom H. Pemurnian perlu
dilakukan untuk memperoleh eugenol dengan kemurnian tinggi yaitu dengan
cara distilasi.
Eugenol reaktif terhadap basa kuat khususnya NaOH dan KOH. Sifat ini
dimanfaatkan untuk mengambil eugenol dari minyak daun cengkeh. Eugenol
berupa zat cair berbentuk minyak tidak berwarna atau sedikit kekuning-
kuningan. Larut dalam alkohol, klorofom, eter dan sedikit larut dalam air,
berbau tajam minyak cengkeh, berasa membakar dan panas di kulit. Eugenol
memiliki titik didih 255 °C dan tekanan uap 10 mmHg pada 123 °C (Iwasa,
1999), densitas 1,064-1,068 g/mL dan indeks bias 1,541 pada 20 °C (NTP,
2001).
Menurut Gennaro (1985), pengambilan eugenol dari minyak daun
cengkeh dapat dilakukan dengan empat tahap. Tahap pertama, minyak daun
cengkeh direaksikan dengan NaOH ekses sehingga membentuk natrium
eugenolat yang larut dalam air. Pada reaksi ini hanya eugenol yang beraksi
dengan NaOH. Reaksi antara eugenol dengan NaOH merupakan reaksi yang
cepat mencapai kesetimbangancommit to user
(Sulistyo, 2000).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

12

Tahap kedua, campuran reaksi diekstraksi dengan eter untuk


menghilangkan komponen lain dalam minyak. Tahap ketiga, campuran
diasamkan dengan HCl sampai pH 3. Pengasaman ini bertujuan untuk
memperoleh eugenol kembali dari larutan natrium eugenolat. Dan tahap
keempat adalah pemurnian eugenol, yang dapat dilakukan dengan distilasi
vakum. Cara lain yang dapat dilakukan yaitu dengan proses saponifikasi dan
pemisahan komponen-komponen lain dalam minyak sehingga kadar eugenol
bisa mencapai 96% kemudian dimurnikan lagi dengan distilasi (Nurdin, 2001).

E. Pengendalian Mutu
Mutu diputuskan konsumen berdasarkan pengalaman mengenai
kesesuaikan harapan konsumen terhadap produk dengan aktualisasi produk
yang diterima konsumen. Mutu berdasarkan sifat produk dapat ditinjau dari
dua sisi konsumen dan sisi produsen. Konsumen mendefinisikan mutu dengan
sangat subyektif dan abstrak, akibatnya penilaian mutu antara satu konsumen
dengan konsumen lain berbeda. Penilain mutu dari segi produsen diamati
berdasarkan klasifikasi produk secara fisik maupun kimia berdasarkan standar
mutu produk tertentu (Ibrahim 2000).
Pentingnya mutu dapat dijelaskan dari dua sudut, yaitu dari sudut
manajemen operasional dan manajemen pemasaran. Dilihat dari sudut
manajemen operasional, mutu produk merupakan salah satu kebijaksanaan
penting dalam meningkatkan daya saing produk yang harus memberi kepuasan
kepada konsumen melebihi atau paling tidak sama dengan mutu produk dari
pesaing. Dilihat dari sudut manajemen pemasaran, mutu produk merupakan
salah satu unsur utama dalam bauran pemasaran (marketing-mix), yaitu
produk, harga, promosi, dan saluran distribusi yang dapat meningkatkan
volume penjualan dan memperluas pangsa pasar perusahaan (Nasution, 2005).
Ada empat langkah dalam melakukan Quality Control, yaitu sebagai
berikut :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

13

1. Menetapkan standar kualitas produk yang akan dibuat. Sebelum produk


berkualitas dibuat oleh perusahaan, ada baiknya ditetapkan standar yang
jelas batasannya untuk mempermudah pengendalian.
2. Menilai kesesuaian kualitas yang dibuat dengan standar yang ditetapkan.
Sebelum produk berkualitas dibuat oleh perusahaan, ada baiknya ditetapkan
standar yang jelas batasannya untuk mempermudah pengendalian.
3. Mengambil tindakan korektif terhadap masalah dan penyebab yang terjadi
dimana hal itu mempengaruhi kualitas produksi. Bila suatu kejadian terjadi
pada proses produksi dan ini sangat mengganggu kualitas produk sebaiknya
mengambil tindkan yang tepat dalam penanggulangan.
4. Merencanakan perbaikan untuk meningkatkan kualitas. Bila perusahaan
ingin produknya berada dalam posisi pasar yang sangat menguntungkan
maka perlu mengadakan perencanaan perbaikan.
(Anonim, 2009).
Pengendalian kualitas merupakan manajemen untuk mengukur
karakteristik dari produk dan membandingkannya dengan spesifikasi serta
mengambil sebuah tindakan perbaikan yang sesuai jika terdapat perbedaan
antara produk dengan spesifikasi yang ditentukan. Pengendalian kualitas
merupakan salah satu cara untuk memelihara serta meningkatkan mutu
sehingga produk yang dihasilkan dapat memuaskan konsumen. Beberapa
macam alat yang digunakan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah
dalam sebuah pengendalian kwalitas antara lain :
1. Check Sheet
Check Sheet merupakan alat bantu yang berbentuk formulir
pemeriksaan yang berisikan indikator-indikator untuk mengumpulkan dan
menganalisis data. Check Sheet disajikan dalam bentuk yang komunikatif
sehingga mudah untuk dipahami. Bentuk check sheet dapat berbeda untuk
setiap situasi dan dapat dibuat sesuai dengan kebutuhannya, seperti check
sheet untuk jenis kecacatan, check sheet jumlah produk cacat, check sheet
untuk penyebab kecacatan dan lain-lain. Apabila memungkinkan akan
lebih baik jika modelnyacommit to usersedemikian rupa sehingga dapat
dirancang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

14

menunjukkan lokasi kecacatan. Kreativitas memegang peranan penting


dalam merancang check sheet. Tujuan pembuatan check sheet ini adalah
untuk mempermudah proses pengumpulan data sesuai dengan kebutuhan
kita.
2. Diagram Pareto
Diagram pareto merupakan alat bantu berupa diagram batang
terurut berdasarkan data yang paling besar ke nilai data yang paling kecil.
Data yang di plot kebanyakan data prosentase kecacatan atau penyebab
kecacatan. Dengan diagram pareto dapat dilihat adanya faktor-faktor yang
mempunyai dampak paling besar terhadap proses, yang kemudian dapat
mempermudah kita untuk menganalisa dan menemukan solusi yang paling
tepat untuk sebuah perusahaan.
3. Diagram Tulang Ikan
Diagram tulang ikan merupakan suatu alat bantu yang berbentuk
garis yang tersusun dari garis-garis dan simbol untuk menggambarkan
hubungan sebab dan akibat dari permasalahan. Dengan adanya diagram
tulang ikan ini maka dapat memudahkan kita untuk mengetahui berbagai
penyebab suatu masalah secara terorganisir sehingga memudahkan kita
untuk mencari atau memberikan solusi dari permasalahan tersebut dan
memudahkan kita untuk menganalisa permasalahan tersebut. Sebab-
sebab yang ada dikelompokkan menjadi beberapa sebab utama, yaitu :
material, pekerja (man), metode kerja (method), mesin (machine), dan
lingkungan (environtment) (Anonim, 2008).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

15

method man
Waktu Kurang
penyulingan terampil
Suhu penyulingan
Kurang cermat Kualitas
minyak
atsiri daun
Kesalahan cengkeh
Kerusakan penggunaan alat
alat
Kesalahan
pengujian alat

machine

Gambar II.6 Fishbone warna tak sempurna pada minyak daun cengkeh

F. Manajemen Resiko
Manajemen resiko adalah proses pengukuran atau penilaian resiko serta
pengembangan strategi pengelolaannya. Strategi yang dapat diambil antara
lain adalah memindahkan resiko kepada pihak lain, menghindari resiko,
mengurangi efek negatif resiko, dan menampung sebagian atau semua
konsekuensi resiko tertentu. Manajemen resiko tradisional terfokus pada
resiko-resiko yang timbul oleh penyebab fisik atau legal seperti bencana alam
atau kebakaran, kematian serta tuntutan hukum (Anonimb, 2011).
Beberapa resiko lebih penting dibandingkan resiko lainnya. Baik
penting maupun tidak sebuah resiko tertentu bergantung pada sifat resiko
tersebut, pengaruhnya pada aktifitas tertentu dan kekritisan aktifitas tersebut.
Aktifitas beresiko tinggi pada jalur kritis pengembangan biasanya merupakan
penyebabnya. Untuk mengurangi bahaya tersebut maka harus ada jaminan
untuk meminimalkan resiko atau paling tidak mendistribusikannya selama
pengembangan tersebut dan idealnya resiko tersebut dihapus dari aktifitas
yang mempunyai jalur yang kritis (Anonimc, 2011).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

16

Strategi yang dapat digunakan dalam manajemen resiko antara lain


mentransfer resiko pada pihak lain, mengindari resiko, mengurangi efek buruk
dari resiko dan menerima sebagian maupun seluruh konsekuensi dari resiko
tertentu. Proses identifikasi resiko yang mungkin terjadi dalam suatu aktivitas
usaha. Identifikasi resiko secara akurat dan komplit sangatlah vital dalam
manajemen resiko. Salah satu aspek penting dalam identifikasi resiko adalah
mendaftar resiko yang mungkin terjadi sebanyak mungkin. Setelah melakukan
identifikasi resiko, maka tahap berikutnya adalah pengukuran resiko dengan
cara melihat potensial terjadinya seberapa besar severity (kerusakan) dan
probabilitas terjadinya resiko tersebut. Penentuan probabilitas terjadinya suatu
event sangatlah subyektif dan lebih berdasarkan nalar dan pengalaman.
Beberapa resiko memang mudah untuk diukur, namun sangatlah sulit untuk
memastikan probabilitas suatu kejadian yang sangat jarang terjadi. Sehingga,
pada tahap ini sangtalah penting untuk menentukan dugaan yang terbaik
supaya nantinya kita dapat memprioritaskan dengan baik dalam implementasi
perencanaan manajemen resiko. Kesulitan dalam pengukuran resiko adalah
menentukan kemungkinan terjadi suatu resiko karena informasi statistik tidak
selalu tersedia untuk beberapa resiko tertentu. Selain itu, mengevaluasi
dampak severity (kerusakan) sering kali cukup sulit untuk asset immaterial
(Anonimd, 2011).
ISO 31000 memuat prinsip-prinsip, sebuah kerangka kerja, dan proses
untuk orang mengelola dari segala bentuk resiko, termasuk keselamatan dan
lingkungan, disemua organisasi-organisasi kemasayarakatan, terlepas dari
ukuran. Tidak ada perintah yang cocok untuk semua pendekatan namun
menekankan prinsip-prinsip dan pedoman untuk kebutuhan khusus dan
struktur organisasi. Proses manajemen resiko terkandung dalam ISO 31000
berikut dengan baik dikenakan memimpin ditetapkan oleh Australia dan New
Selandia Standar AS / NZS 4360, yang terdiri dari: komunikasi dan konsultasi,
menetapkan konteks, penilaian resiko yang terdiri dari tiga langkah
identifikasi, analisis, evaluasi, penanganan resiko onitoring dan review
(Knight, 2009). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

17

ISO 31000 mendefinisikan resiko sebagai efek ketidakpastian terhadap


sasaran organisasi dan manajemen resiko sebagai aktivitas terkoordinasi untuk
mengarahkan dan mengendalikan suatu organisasi dalam kaitannya dengan
resiko yang dihadapi organisasi. Proses manajemen atau pengelolaan resiko
melibatkan metode logis dan sistematis untuk komunikasi dan konsultasi
sepanjang proses, penetapan konteks, identifikasi, analisis, evaluasi, dan
penanganan resiko yang terkait dengan semua aktivitas, proses, fungsi,
proyek, produk, layanan, atau asset, pemantauan dan pengkajian resiko, serta
pencatatan dan pelaporan hasil dengan tepat (Anonime, 2011).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III
TATA LAKSANA PELAKSANAAN

A. Pelaksana
Nama : Hermawati Dian Jayanti
NIM : H 3108011
Program studi : D3 Teknologi Hasil Pertanian

B. Tempat dan waktu pelaksanaan


Kegiatan pembuatan Tugas Akhir ini dilakukan penelitian pada awal
bulan Maret di home industri Minyak Atsiri Daun Cengkeh di desa Salam
Karangpandan Karanganyar, laboratorium Rekayasa Pangan Dan Hasil
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta, laboratorium FMIPA Kimia
Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta dan laboratorium Instrumental
FMIPA Kimia Universitas Gajahmada Yogyakarta.

C. Metode Pengambilan Data


1. Pengumpulan Data secara Langsung
a) Wawancara
Yaitu melaksanakan wawancara secara langsung dengan pekerja yang
berkaitan dengan masing-masing proses mulai dari bahan baku sampai
menjadi produk akhir.
b) Observasi
Yaitu melakukan pengamatan secara langsung mengenai kondisi dan
kegiatan yang ada di lokasi industri kecil menengah.
2. Pengumpulan Data secara Tidak Langsung
a) Studi Pustaka
Yaitu mencari dan mempelajari pustaka mengenai permasalahan-
permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan.
b) Dokumentasi dan Data - Data
commit to user

18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

19

Yaitu mendokumentasikan dan mencatat data atau hasil-hasil yang ada


pada pelaksanaan kegiatan.

D. Analisa Uji mutu produk


1. Penentuan warna
· Prinsip : metode ini didasarkan pada pengamatan visual
dengan menggunakan indra penglihatan langsung, terhadap contoh
minyak daun cengkeh.
· Peralatan : - Tabung reaksi kapasitas 15 ml atau 20 ml
- Pipet gondok atau pipet berskala kapasitas 10 ml
- Kertas atau karton berwarna putih ukuran 20cm x 30cm
· Cara kerja

10 ml minyak daun cengkeh dipipet dimasukkan ke dalam tabung

Minyak daun cengkeh disandarkan tabung reaksi berisi pada


kertas atau karton berwarna putih

Warnanya diamati dengan mata langsung

· Penyajian hasil uji : hasil uji yang disajikan dibandingkan


dengan warna minyak daun cengkeh SNI 06-2387-2006 yaitu
kuning-coklat tua.
2. Bau
Metode ini didasarkan pada pengamatan visual dengan
menggunakan indra penciuman langsung terhadap minyak daun cengkeh
yang dibandingkan dengan bau minyak daun cengkeh SNI 06-2387-2006
yaitu khas minyak cengkeh.
3. Penentuan bobot jenis
· Prinsip : perbandingan antara berat minyak dengan berat air pada
commit to user
volume yang sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

20

· Peralatan : - Neraca analitik dengan ketelitian 0,001 g.


- Penangas air yang dilengkapi dengan thermistat
- Piknometer berkapasitas 5 ml.
· Cara kerja :

Piknometer dicuci dan dibersihkan dengan etanol dan dietil eter

Piknometer dikeringkan dan ditimbang

Didinginkan pada lebih rendah dari suhu penetapan

Piknometer diisi dengan cairan dan pasang tutupnya

Diletakkan pada penangas air pada suhu tertentu

Piknometer diangkat dan didiamkan pada suhu kamar

Keringkan dan timbang

· Penyajian hasil uji : bobot jenis = w1


w
w1 = bobot contoh
w = bobot air
4. Penetuan indeks bias
· Prinsip : metode ini didasarkan pada pengukuran langsung
sudut bias minyak yang dipertahankan pada kondisi suhu yang tetap.
· Peralatan : - Refraktometer
- Penangas air
- Lampu natrium
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

21

· Cara kerja :

Air dialirkan melalui refraktometer

Suhu dipertahankan dengan toleransi ± 0,2 °C

Suhu minyak disamakan dengan suhu alat

Minyak diletakkan didalam alat

Pembacaan dilakukan bila suhu sudah stabil

· Penyajian hasil uji :

= pembacaaan yang dilakukan pada suhu pengerjaan

nD = indeks bias pada suhu 20 °C


t1 = suhu yang dihasilkan pada suhu pengrjaan
t = suhu referensi (20 °C)
0,0004 = faktor koreksi untuk indeks bias setiap derajat
5. Penentuan kelarutan dalam etanol
· Prinsip : kelarutan minyak daun cengkeh dalam etanol
absolut atau etanol yang diencerkan yang menimbulkan kekeruhan dan
dinyatakan sebagai larut sebagian atau larut seluruhnya. Berarti bahwa
minyak tersebut membentuk larutan yang bening dan cerah dalam
perbandingan-perbandingan seperti yang dinyatakan.
· Bahan kimia : Alkohol 70 %
· Peralatan : - labu ukur 50 ml
- Gelas ukur bertutup 10 ml atau 25 ml.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

22

· Cara kerja :

1 ml minyak diambil dan diukur di dalam gelas ukur


yang berukuran 10 ml atau 25 ml

Alkohol 70 % ditambahkan setetes demi setetes

Setiap penambahan dikocok sampai diperoleh suatu


larutan yang sebening minyak

Kelaruatan dalam alkohol dinyatakan dalam jumlah


alkohol yang dibutuhkan untuk melarutkan 1 ml
minyak daun cengkeh

· Penyajian hasil uji : kelarutan dalam etanol 70 %


= 1 volume dalam Y volume, menjadi keruh dalam 2 volume.
Bila larutan tersebut “lebih besar dari pada”, “sama” atau “lebih kecil
dari pada” kekeruhan larutan pembanding.
6. Penentuan eugenol total
· Prinsip : senyawa fenol beraksi dengan alkali membentuk
fenolat. Beta caryophillene merupakan senyawa non fenol yang tidak
beraksi dengan alkali dan dihitung dari selisih minyak sebelum dan
sesudah reaksi.
· Bahan kimia : larutan NaOH 10 N
· Peralatan : labu takar 100 ml dan pipet volume 10 ml.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

23

· Cara kerja :

Minyak daun cengkeh dipipet 10 ml ke dalam labu takar 100 ml

Larutan NaOH ditambahkan 35 ml

Selama 5 menit dikocok

Dipanaskan di atas penangas air selama 10 menit

Larutan NaOH1N ditambahkan lagi sampai permukaan cairan


berada pada skala labu takar

Didiamkan selama1 hari

Dibaca volume terpen

· Penyajian hasil uji :


Eugenol total = Volume Eugenol x 100 %
Volume Contoh

7. Penentuan beta caryophillene menggunakan kromatografi cairan gas


· Prinsip : beta caryophillene dan komponen lainnya
dipisahkan dengan teknik kromatografi gas.
· Bahan baku : beta caryophillene
· Peralatan :
a. Instrumen kromatografi gas yang dilengkapi dengan :
- Tabung gas berisi gas nitrogen “HP” dengan regulatornya
- Tabung gas berisi gas hidrogen “HP” dengan regulatornya
- Tabung gas berisi gas tekan dengan regulatornya
- Kolom terbuat dari gelas atau logam yang “inert” untuk kolom
kemasan panjang 2m-4m diameter ¼ inchi
commit to user
- Kolom silikon kapiler
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

24

b. Detektor ionisasi nyala (flame ionization FID).


c. Rekorder-integrator
d. Alat suntik dengan volume 1 mikroliter
· Kondisi analisa :
- Panjang kolom : 2 meter, diameter ¼ inchi
- Isi kolom-fasa diam : carbowax 20 M 15 %
- Padatan penyangga : chromosorb WHP 80 mesh-100
mesh
- Fasa gerak : nitrogen
- Kecepatan alir hidrogen : 30 ml/menit
- Kecepatan alir gas tekan : 300 ml/menit
- Atenuasi : 128
- Suhu : 200 °C
- Sistem kolom : - suhu awal : 80 °C,
- suhu akhir : 200°C
- kenaikan suhu : 5°C/menit
- volume contoh : 0,1 mikroliter
- kecepatan kertas : 0,5 cm/menit
· Penyajian hasil uji :
% beta Caryophillene = A x 100
B
Ket : A : konsentrasi Beta caryophillene dalam contoh
B : konsentrasi Beta caryophillene standar

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Industri Minyak Atsiri Daun Cengkeh


Desa Salam merupakan salah satu dari 11 (sebelas) desa atau
kelurahan di Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar. Desa Salam
sampai sekarang masih dikenal dan terkenal sebagai desa sentra industri
minyak atsiri antara lain minyak atsiri daun cengkeh dan minyak atsiri nilam.
Dikenal sebagai desa sentra industri pembuatan minyak atsiri karena sebagian
besar penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai penghasil minyak
atsiri. Salah satu penduduk yang memproduksi minyak atsiri sejak tahun 2005
adalah Bapak Sunarno. Pengembangan industri pembuatan minyak atsiri ini
dibantu dengan 4 tenaga kerja.
Dimulai dari ikut berkerja disalah satu pengrajin minyak daun
cengkeh bapak Sunarno berkeinginan untuk mencoba usaha penyulingan
minyak daun cengkeh tersebut. Merasa telah cukup mendapat ilmu dari
bekerja ditempat sebelumnya bapak Sunarno mencoba usaha peyulingan yang
relatif mudah dan menggunakan modal yang sedikit. Usaha penyulingan ini
dimulai pada pertengahan tahun 2005, usaha penyulingan ini bertempat di
desa Salam Rt 1/ Rw VI, Karang, Karangpandan. Pada awal mulanya
penyulingan minyak daun cengkeh ini hanya menggunakan satu ketel saja.
Karena peningkatan permintaan dari pedangang bapak Sunarno menambah
ketel penyulingan menjadi dua buah. Sampai saat ini penyulingan tersebut
masih tetap berlangsung.

B. Penyediaan Bahan Baku


1. Daun cengkeh
Cengkeh (Syzygium aromaticum) termasuk jenis tumbuhan perdu
yang dapat memiliki batang pohon besar dan berkayu keras, cengkeh
commit bahkan
mampu bertahan hidup puluhan to user sampai ratusan tahun, tingginya

25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

26

dapat mencapai 20 - 30 meter dan cabang-cabangnya cukup lebat. Cabang-


cabang dari tumbuhan cengkeh tersebut pada umumnya panjang dan
dipenuhi oleh ranting-ranting kecil yang mudah patah. Tajuk pohon
cengkeh berbentuk kerucut . Daun cengkeh berwarna hijau berbentuk bulat
telur memanjang dengan bagian ujung dan pangkalnya menyudut, rata-rata
mempunyai ukuran lebar berkisar 2-3 cm dan panjang daun tanpa tangkai
berkisar 7,5 -12,5 cm. Bunga dan buah cengkeh akan muncul pada ujung
ranting daun dengan tangkai pendek serta bertandan.
Selain dari bunga dan tangkai bunga, minyak cengkeh bisa dan
sudah lama diperoleh dari daun cengkeh. Di Indonesia upaya penyulingan
minyak umumnya dari daun cengkeh dan telah lama dilakukan oleh usaha
kecil dan menengah (UKM). Minyak daun cengkeh (clove leaf oil) adalah
minyak atsiri hasil sulingan daun cengkeh kering (umumnya yang sudah
gugur). Daun cengkeh dikumpulkan dari petani dan satu kg daun cengkeh
dijual dengan harga Rp 1.000,00. Untuk setiap kali pemasak satu ketel
membutuhkan 500 kg daun cengkeh kering. Daun cengkeh yang biasa
digunakan sudah kering benar berwarna dan tak ada daun cengkeh yang
berwarna merah maupun hijau.
Pengawasan mutu bahan baku dilakukan untuk memperolah bahan
yang baik. Bahan baku merupakan bagian terpenting pada proses produksi,
tanpa bahan baku suatu proses produksi tidak akan berjalan. Bahan baku
juga mempengaruhi mutu produk yang dihasilkan, sehingga perlu
pengawasan mutu yang baik pada bahan baku yang akan diolah.
Jumlah ketersedian daun sangat tergantung oleh musim. Pada
musim penghujan jumlah daun lebih sedikit dibading pada musim
kemarau. Pada musim penghujan tidak terdapat daun yang distock untuk
penyulingan, selain daun yang dibeli langsung dilakukan proses
penyulingan. Daerah-daerah yang menyuplai daun cengkeh diperoleh dari
daerah Tawangmangu, Karangpandan, Ngargoyoso, Mateseh, Magetan,
dan Boyolali.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

27

Usaha penyulingan minyak atsiri ini memiliki standar penerimaan


bahan baku, dalam hal ini mengenai penerimaan terhadap daun cengkeh
dari petani tanaman cengkeh. Standar daun cengkeh yang ditetapkan
antara lain :
a. Daun telah gugur dari pohonnya
b. Daun berwarna coklat sampai kuning
c. Daun tidak busuk
d. Daun utuh
Pengecekan kondisi daun cengkeh dilakukan saat pembelian daun
dari petani. Saat penimbangan daun cengkeh dilihat secara acak kondisi
daun cengkeh sesuai kriteria atau tidak. Untuk menghindari daun busuk
saat penyimpanan diusahakan daun cengkeh segera dilakukan
penyulingan. Biasanya pembelian daun dilakukan pada saat pagi hari agar
cepat dilakukan penyulingan. Akan tetapi, para petani sering mencampur
daun-daun lain agar lebih banyak berat daun yang dijual.
Pengawasan mutu terhadap bahan baku merupakan hal yang harus
diperhatikan guna mencapai hasil minyak yang berkualitas dengan mutu
yang tinggi.
Cara penyimpanan bahan baku juga dapat mempengaruhi mutu
minyak daun cengkeh yang akan dihasilkan. Cara penyimpanan bahan
baku yang berupa daun cengkeh adalah ruang penyimpanan mempunyai
sirkulasi pertukaran udara yang cukup dan tempat penyimpanan harus
kering guna menghindari terjadinya hidrolisis pada daun.
Apabila daun yang diperoleh dari petani tidak kering, di usaha
penyulingan ini memiliki treatment khusus dengan cara mengeringkan
daun cengkeh tersebut dengan bantuan sinar matahari dapat dilihat pada
gambar IV.1. Hal ini dilakukan agar proses penyulingan minyak daun
cengkeh dapat berlangsung dengan maksimal.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

28

Gambar IV.1 Proses penjemuran daun cengkeh


Tempat penyimpanan bahan olah sebelum pengolahan juga
mempengaruhi penyusutan minyak atsiri. Tempat penyimpanan daun
cengkeh sebelum diolah dapat dilihat pada gambar IV.2. Penimbunan
daun cengkeh sering dilakukan akibat hambatan proses penyulingan atau
kapasitas penyulingan yang kurang besar. Penguapan secara bertahap
selama penyimpanan mengakibatkan kehilangan minyak atsiri, yang
sebagian besar disebabkan oleh proses oksidasi dan resinifikasi, jika bahan
harus disimpan sebelum diproses, maka penyimpanan dilakukan pada
udara kering yang bersuhu rendah dan udara disirkulasikan. Kehilangan
minyak dalam bahan tersebut dapat dihindari, jika bahan diproses dengan
segera.

Gambar IV.2 Tempat penyimpanan daun cengkeh


Kehilangan minyak atsiri dari bahan tanaman sebelum
penyulingan. Biasanya dipengaruhi oleh proses penyimpanan setelah
panen. Proses penimbunan ini, tanaman masih mengandung sejumlah
besar air dalam sel dan dengan proses difusi akan turut membawa minyak
ke permukaan dan akhirnya terjadi penguapan. Jika suatu saat jumlah air
commit
dalam bahan berkurang atau to user
habis, maka bahan olah menjadi kering dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

29

proses hidrodifusi tidak dapat berlangsung. Penyusutan minyak selama


penyimpanan dalam udara kering tergantung dari beberapa faktor yaitu
kondisi bahan, metode penyimpanan, lama penyimpanan dan komposisi
kimia minyak dalam bahan.
Kendala produksi utama yang dihadapi oleh pengusaha minyak
daun cengkeh ini terutama terkait dengan pengadaan bahan baku yang
bersifat musiman. Ketersediaan bahan baku daun cengkeh sangat
tergantung pada musim. Pada musim penghujan, pasokan bahan baku
sangat sedikit sehingga para pengusaha hanya melakukan proses
penyulingan satu kali pemasakan. Hambatan yang kedua adalah kapasitas
produksi yang masih sangat terbatas. Seringkali pengusaha kecil
penyulingan minyak daun cengkeh tidak dapat memenuhi permintaan
konsumen dalam jumlah besar pada waktu tertentu.

2. Air
Air pada pembuatan minyak daun cengkeh befungsi dalam pelarut
dan pendingin pada kondensor. Persediaan air bersih di lokasi UKM
minyak atsiri daun cengkeh sangat melimpah sehingga memudahkan
dalam proses produksi. Air yang dipergunakan dalam UKM minyak atsiri
daun cengkeh berasal dari air sungai dan PAM (Perusahaan Air Minum).
Air menjadi berbahaya jika tidak bersih atau sudah tercemar kotoran,
apalagi bila air sudah tercemar oleh mikroba patogen maupun oleh logam
berat. Pengendalian mutu yang dilakukan terhadap bahan pembantu air ini
sangat dibutuhkan untuk menjaga kualitas produk minyak daun cengkeh
yang dihasilkan.
Pada proses pendinginan air yang digunakan dalam bak
penampung yang diatur sirkulasi airnya. Sirkulasi air dijaga agar air dalam
kondensor selalu dingin. Air ini dipergunakan untuk mengubah uap
menjadi cair yang berupa minyak. Air kolam pendingin ini berasal dari
sungai yang terletak didekat lokasi penyulingan. Kolam pendingin yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

30

dipergunakan dalam UKM tersebut dapat dilihat pada Gambar IV.3


sebagai berikut

Gambar IV.3 Kolam Pendingin


C. Proses Pengolahan
Proses penyulingan minyak daun cengkeh dilakukan menggunakan
penyulingan dengan air dan uap. Penyulingan dengan air dan uap saat ini
menjadi populer dikalangan usaha kecil. Penyulingan yang dihubungkan
hanya dengan api langsung. Cara ini hanya cocok untuk jenis minyak atsiri
yang tidak rusak oleh panas uap air. Salah satunya adalah minyak daun
cengkeh.
Pengendalian mutu adalah suatu cara atau teknik yang dilakukan
untuk mengendalikan kontaminasi yang mungkin terjadi pada pangan
sehingga dihasilkan produk yang aman untuk dikonsumsi karena hanya
produk hasil industri yang bermutu yang dapat memenuhi kebutuhan pasar.
Pengendalian mutu ini dilakukan dengan cara pengawasan mutu. Pengawasan
mutu tersebut berlandaskan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Makin
modern tingkat industri makin kompleks dan makin canggih pula ilmu
pengetahuan dan teknologi yang diperlukan untuk menangani mutunya. Flow
proses penyulingan minyak daun cengkeh dapat dilihat pada gambar IV.4
sebagai berikut ini:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

31

Daun cengkeh

Didistilasi

Kondensasi

Pemisahan minyak dan air

Minyak daun cengkeh

Gambar IV. 4 Proses penyulingan minyak daun cengkeh

Langkah-langkah dalam pembuatan minyak daun cengkeh sebagai


berikut :
1. Persiapan ketel daun
Tujuan persiapan ketel daun untuk membersihkan ketel daun dari
sisa-sisa daun dari proses penyulingan sebelumnya. Cara pembersihan
yang dilakukan adalah menyapu ketel dengan menggunakan tenaga
manusia. Pada penyulingan minyak daun cengkeh ini terdapat dua ketel
untuk pengukusan daun cengkeh.

Gambar IV.5 Pembersihan ketel


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

32

2. Pemasukan daun ke ketel daun


Pada proses persiapan ketel daun ini, bahan baku diletakkan terpisah
dengan air. Pemisahan air ini dilakukan untuk memudahkan proses
penguapan, bagian ketel untuk bahan baku harus diberi ruang yang cukup.
Proses pengisian daun cengkeh, daun cengkeh ditekan sampai terisi penuh.
Tiap ketel daun memiliki kapasitas tiap 500 kg daun cengkeh. Setelah
proses pemasukan daun cengkeh ke dalam ketel daun, kemudian ketel
daun ditutup rapat-rapat agar uap minyak tidak bocor. Proses penyulingan
minyak daun cengkeh dilakukan dengan memanaskan bahan baku berupa
daun cengkeh dan air yang dimasukkan dalam ketel yang kemudian
dipanaskan.

Gambar IV.6 Pemasukan daun


Ketel suling biasa disebut tangki berfungsi sebagai wadah tempat
air dan/atau uap untuk mengadakan kontak dengan bahan, serta untuk
menguapkan minyak atsiri. Pada bentuk sederhana, ketel suling berbentuk
silinder atau tangki yang mempunyai diameter sama atau lebih kecil dari
tinggi tangki. Pada penyulingan air dan uap dipasang suatu saringan (grid)
atau dasar semu diatas dasar ketel suling, sehingga air yang mendidih tidak
kontak dengan bahan yang pada disuling.
Pada umumnya ketel termasuk bagian tutup dilapisi dengan udara
dingin dan angin. Jika dinding luar ketel tidak diberi isolasi, maka
sebagian uap akan berkondensasi di dalam ketel akibat adanya panas yang
hilang. Hal ini mengakibatkan bahan yang disuling menjadi lembab,
partikel bahan akan menggumpal dan melekat, sehingga jumlah air yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

33

dibutuhkan lebih banyak, penyulingan lebih lama dan biasanya


menghasilkan randemen minyak yang lebih rendah.

3. Proses penyulingan
Setelah ketel terisi penuh pemanasan akan segera dilakukan. Proses
penyulingan minyak daun cengkeh berlangsung selama 5-7 jam. Proses
pemanasan dapat menggunakan bahan bakar berupa limbah daun yang
disuling sebelumnya dan ban bekas. Satu kali proses pemasakan
membutuhkan ban bekas sebanyak 50 buah. Pengapian ini dijaga terus
agar panas tetap stabil.

Gambar IV.7 Proses penyulingan


Cara penyulingan minyak menggunakan cara penguapan. Cara ini
sangat menguntungkan baik dari segi waktu, kualitas, dan jumlah
randemen minyak yang dihasilkan dibandingkan dengan cara penyulingan
yang lain. Uap panas dihasilkan dari proses pemanasan air dibawah
sangsang. Apabila ketel daun sudah siap (sudah terisi penuh daun cengkeh
dan sudah ditutup rapat) maka, api akan dinyalakan untuk menghasilkan
uap panas. Pengaturan panas pada tungku pemanasan perlu diperhatikan
agar proses penyulingan dapat berlangsung dengan baik. Rata-rata minyak
daun cengkeh yang dihasilkan ± 8 kg setiap penyulingan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

34

air

Bahan
baku air

air

api

Gambar IV.8 Skema proses penyulingan


Uap air dan uap minyak daun cengkeh akan mengalir melalui pipa
masuk ke dalam kondensor. Sebuah pipa yang terdapat dibagian atas ketel
daun yang menghubungkan antara ketel daun dengan kondesor.
Kondensor merupakan salah satu perlengkapan penyulingan. Kondensor
berfungsi untuk mengubah seluruh uap air dan uap minyak menjadi fase
cair. Jumlah panas yang dikeluarkan pada peristiwa kondensasi sebanding
dengan panas yang diperlukan untuk penguapan uap minyak dan uap air
serta sejumlah kecil panas tambahan dikeluarkan untuk mendiginkan hasil
kondensasi, yang berguna untuk menjaga supaya suhunya di bawah titik
didih.
Pipa kondesor ini memiliki panjang 50 meter. Semakin panjang
pipa yang digunakan, semakin baik proses kondensasi yang terjadi. Uap
air dan uap minyak daun cengkeh dicairkan dengan mengalirkan pipa
melingkar ke dalam kolam pendingin (kondensor).
Pipa kondensor ini tidak boleh bocor dan suhu air harus dijaga
untuk selalu tetap dingin agar proses kondensasi dapat berlangsung dengan
baik. Suhu udara sangat berpengaruh pada suhu air. Kondensor tersebut
dapat berupa kolam. Kolam pendingin ini berukuran 3mx5m dengan
kedalaman 2 meter. Semakin lama uap minyak daun cengkeh dan uap air
berada dalam kolam pendingin, semakin baik proses kondensasi yang
terjadi. Air kolam harus terus dijaga agar tetap berada pada suhu yang
dingin. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

35

Metode penyulingan dengan menggunakan air dan uap memiliki


kelebihan tersendiri. Salah satu keuntungan penyulingan air dan uap
adalah bahan yang disuling tidak dapat menjadi gosong. Pada penyulingan
tipe ini, perhatian ditujukan terhadap uap yang kontak dengan bahan dan
uap-uap lain yang terbentuk, dan air dalam ketel penyulingan. Timbulnya
gosong atau bahan yang mengering dapat dicegah karena suhu tidak akan
melebihi suhu uap jenuh pada tekanan 1 atm. Pengisian bahan ke dalam
ketel harus diatur, agar uap dapat berpenetrasi serta merata di dalam
bahan, sehingga randemen minyak yang dihasilkan lebih tinggi.
Penyulingan dengan air dan uap ini relatif murah atau ekonomis. Biaya
yang diperlukan relatif rendah dengan rendemen minyak daun cengkeh
yang memadai dan masih memenuhi standar mutu yang diinginkan
konsumen.
Kelemahan adalah karena jumlah uap yang dibutuhkan cukup besar
dan waktu penyulingan lebih lama. Dalam proses ini sejumlah besar uap
akan mengembun dalam tumpukan bahan, sehingga bahan bertambah
basah, mengalami algutinasi, dan menghasilkan minyak dalam waktu yang
lama.

4. Pemisahan minyak dan air


Minyak yang telah didinginkan di dalam kondensor dialirkan ke
dalam separator. Separator ini berfungsi untuk alat pemisahan minyak dari
air suling. Separator berupa drum yang menampung minyak dan air. Cara
kerja separator dalam pemisahan minyak dan air didasarkan perbedaan
berat jenis antara minyak dengan air. Jumlah volume air suling selalu lebih
besar dari jumlah minyak, dalam hal ini diperlukan agar air suling tersebut
terpisah secara otomatis dari minyak atsiri.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

36

Gambar IV.9 Air dan minyak hasil penyulingan


Minyak atsiri dan air suling tidak melarut, karena perbedaan bobot
jenis, maka larutan tersebut akan terpisah, di mana minyak berada di
bawah lapisan air. Jika bobot jenis minyak lebih besar dari 1, maka
minyak akan berada pada dasar tabung pemisah. Dengan perbedaan berat
jenis tersebut maka minyak dapat terpisahkan dari air.

Gambar IV.10 Penampungan minyak dan air hasil penyulingan


Drum penampung minyak terdapat empat buah. Drum pertama
terdapat kran dibawah yang berfungsi untuk mengambil minyak.
Pengambilan minyak ini di letakkan pada ember. Di letakkan pada ember
karena dikhawatirkan masih terdapat air yang tercampur dalam minyak.
Pemisahan minyak ini dilakukan secara manual. Pada drum kedua, ketiga,
dan keempat terdapat pipa penghubung yang terdapat diatas drum yang
berfungsi untuk mengalirkan minyak dan air. Minyak akan berada pada
bagian bawah pada masing-masing drum. Minyak yang terdapat di drum
kedua, ketiga, dan keempat diambil setiap satu bulan sekali.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

37

5. Penampungan dan penyimpanan


Hasil sulingan minyak daun cengkeh dan air dialirkan ke dalam
tempat berupa drum yang sudah disediakan. Drum penampungan harus
dari bahan yang tidak dapat merusak sifat-sifat minyak. Tempat
penyimpanan harus tertutup rapat dan tidak tembus cahaya. Bila terkena
cahaya dikhawatirkan akan terjadi proses oksidasi yang berpengaruh pada
kualitas minyak.

Gambar IV.11 Tangki minyak daun cengkeh


Setelah proses penyulingan selama kurang lebih 7 jam, hasil proses
penyulingan didiamkan beberapa saat sehingga air dan minyak daun
cengkeh terpisah. Produksi minyak daun cengkeh dengan ketel kapasitas
500 kg daun cengkeh dapat menghasilkan kurang lebih 7 kg minyak daun
cengkeh. Minyak daun cengkeh berada di bawah air karena memiliki
berat jenis yang lebih besar. Air dan minyak daun cengkeh dapat
dipisahkan dengan sejenis kain khusus atau dipisahkan secara manual. Sisa
air yang telah dipisahkan masih mengandung minyak daun cengkeh dan
masih dapat dipisahkan lagi setelah beberapa lama.

Setelah penyulingan selesai, air dalam ketel suling dibuang dan


kemudian diganti dengan air yang baru. Sebaiknya dipergunakan air yang baru
untuk setiap kali penyulingan sebab sebagian uap selalu mengembun di dalam
tumpukan bahan yang kemudian akan bercampur dengan air yang terdapat
dalam ketel. Penggunaan commit
air to user secara
suling berulang-ulang akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

38

mengakibatkan dekomposisi zat ekstraktif dalam bahan, sehingga


menghasilkan zat mudah menguap dan berbau tidak enak yang berpengaruh
pada mutu minyak atsiri yang dihasilkan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyulingan dengan air dan uap
antara lain ukuran bahan tanaman yang seragam dan ruang antar bahan yang
cukup agar uap dapat berpenetrasi, penyebaran bahan harus merata di dalam
ketel, sehingga uap dapat menembus bahan olah secara merata dan
menyeluruh.
Dari aspek ketenagakerjaan, usaha penyulingan minyak daun cengkeh
ini tidak menyerap jumlah tenaga kerja yang banyak. Tetapi memiliki
pengaruh ke belakang setidaknya pada usaha pembuatan peralatan dan petani
cengkeh yang menjadi pemasok bahan baku. Usaha ini pun memiliki nilai
tambah yang tinggi.
Penyerapan tenaga kerja dari usaha ini dapat dirasakan oleh
masyarakat sekitar di pedesaan yang umumnya petani dan memiliki dampak
langsung terhadap peningkatan pendapatan dan ekonomi mereka. Dengan
berkurangnya pengangguran secara langsung akan berdampak pada kondisi
sosial masyarakat seperti penurunan tingkat kriminalitas.

D. Randemen
Rendemen dan mutu dari minyak yang dihasilkan dipengaruhi oleh
asal tanaman, varietas, mutu bahan, penanganan bahan sebelum penyulingan,
metode penyulingan serta penanganan minyak yang dihasilkan. (Nurdjannah
et al., 1993). Kandungan utama dari minyak cengkeh adalah eugenol, eugenol
asetat dan caryophyllen.
Randemen yang dihasilkan di UKM ini masih sangat rendah yaitu
1,6 %. Faktor-faktor yang mempengaruhi randemen minyak daun cengkeh:
1. Daun cengkeh
Ketersediaan bahan baku untuk daun cengkeh bersifat musiman.
Bahan baku utama yang digunakan pada minyak daun cengkeh adalah daun
commit
cengkeh kering yang sudah gugur.to Ini
usermenyebabkan usaha minyak daun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

39

cengkeh bersifat musiman karena sangat tergantung pada ketersediaan


bahan baku. Bahan baku daun cengkeh didapatkan dari beberapa daerah
antara lain Tawangmangu, Karangpandan, Ngargoyoso, Mateseh, Magetan,
dan Boyolali. Bahan baku yang diperoleh dari berbagai daerah tersebut
memiliki keragaman varietas, jenis, dan umur tanaman yang dapat
mempengaruhi randemen minyak daun cengkeh.
2. Waktu destilasi
Waktu destilasi yang digunakan untuk mengambil minyak daun
cengkeh ini adalah 7-8 jam. Akan tetapi dalam kenyataannya pengrajin
hanya melakukan penyulingan selama 5-7 jam saja. Hal ini dapat
menyebabkan belum semua komponen dalam daun terdestilasi dan
mempengaruhi nilai dari eugenol. Waktu penyulingan yang lebih singkat
juga mempengaruhi kualitas minyak daun cengkeh yang dihasilkan.
3. Proses produksi
Mutu minyak daun cengkeh dipengaruhi oleh kondisi peralatan yang
digunakan. Ketel dengan bahan anti karat akan menghasilkan minyak daun
cengkeh yang lebih baik dibandingkan penyulingan dengan menggunakan
ketel yang terbuat dari besi plat biasa, apalagi dengan menggunakan drum-
drum kaleng bekas.
4. Penanganan hasil produksi
Minyak daun cengkeh yang seharusnya ditampung dan disimpan
dalam kemasan dari bahan gelas, plastik atau bahan anti karat lainnya akan
menurun mutunya jika hanya disimpan dalam kemasan dari logam berkarat.
Minyak daun cengkeh mudah beroksidasi dengan bahan logam.

E. Pengawasan Mutu Produk Akhir


Pengawasan mutu adalah suatu tindakan atau kegiatan sehubungan
dengan keinginan untuk menghasilkan suatu produk yang baik, dapat
memuaskan konsumen dan produsen, bermutu tinggi dengan tingkat mutu
yang dapat dipertahankan untuk setiap produksinya. Pengawasan mutu
commit tomengarah
dilaksanakan di industri seluruhnya user kepada pencapaian produk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

40

akhir yang sesuai dengan standar mutu produk yang berlaku dan produk yang
seragam.
Hal yang perlu diperhatikan dari proses penanganan produk akhir
adalah proses penyimpanan minyak daun cengkeh disimpan didalam tangki
penampung minyak yang tertutup rapat dan tidak terkena matahari secara
langsung. Hal ini bertujuan agar minyak yang dihasilkan tidak terhidrolisis
dan mutu minyak dapat tetap terjaga.
Tabel IV.1 Kualitas produk akhir minyak daun cengkeh
No Jenis uji satuan Persyaratan
1 Keadaan
1.1 Warna - Kuning
1.2 Bau - Khas minyak cengkeh
2 Bobot jenis 20°C/20°C - 1,031
3 Indeks bias (nD20) - 1,526
4 Kelarutan dalam etanol 70% - 1 : 2 jernih
5 Eugenol total %, v/v 75,64
6 Beta caryophillene % 21,03

1. Warna
Warna merupakan komponen penting dalam minyak atsiri daun
cengkeh, karena warna akan mempengaruhi bau, indeks bias, kelarutan
dalam etanol, eugenol total, dan beta caryophillene. Hasil warna minyak
atsiri daun cengkeh berwarna kuning.
2. Bau
Bau merupakan komponen penting dalam minyak atsiri daun
cengkeh. Hasil penyulingan minyak daun cengkeh ini mempunyai bau khas
minyak daun cengkeh yang telah sesuai dengan SNI.
3. Bobot jenis
Metode ini didasarkan pada perbandingan antara berat minyak pada
suhu yang ditentukan dengan berat air pada volum yang sama dengan volum
minyak pada suhu tertentu. Hasil menunjukkan bahwa berat jenis minyak
daun cengkeh telah sesuai. Bobot jenis minyak atsiri daun cengkeh sebesar
1,031. Berdasarkan standar mutu minyak daun cengkeh dari SNI 06-2387-
commit
2008, nilai tersebut telah sesuai to user
dengan standar yaitu 1,025 sampai 1,049.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

41

4. Indeks bias
Indeks bias merupakan perbandingan antara kecepatan cahaya
dalam ruang hampa udara. Bila seberkas sinar mengenai sebuah bidang
batas dari 2 zat yang transparan maka cahaya tersebut sebagian akan
dipantulkan, diabsorbsi dan diteruskan. Tergantung pada besarnya sudut
jatuh maka sinar yang diteruskan mungkin searah dengan sinar jatuh atau
ditentukan dengan arah yang dibelokkan/dibiaskan. Indeks bias minyak daun
cengkeh yang dihasilkan ini sebesar 1,526, hal ini menunjukkan tidak ada
perbedaan dengan pustaka. Indeks bias minyak daun cengkeh dapat
menyimpang (menurun) jika terdapat pemalsuan karena eugenol dapat
menghasilkan indeks bias cahaya yang tinggi dengan demikian semakin
tinggi eugenol maka makin tinggi indeks biasnya.
5. Kelarutan dalam alkohol
Kelarutan minyak dalam alkohol berdasarkan hasil analisis
menunjukkan larut dalam segala perbandingan, hal ini dikarena kandungan
eugenol yang tinggi dan eugenol merupakan suatu senyawa kelompok
alkohol.
6. Eugenol total
Kualitas minyak daun cengkeh ditentukan oleh kandungan eugenol
di dalamnya. Semakin tinggi kadar eugenolnya maka semakin baik
kualitasnya dan nilai jualnya juga semakin tinggi. Penambahan pelarut ke
dalam campuran reaksi dapat meningkatkan pengambilan eugenol dari
minyak cengkeh. Setelah didiamkan akan terbentuk 2 fase yaitu : fase air
yang mengandung Na eugenol dan fase kariofolin, kedua fase dipisahkan
kemudian fase air di asamkan dengan HCl untuk memperoleh kembali
eugenol.
Eugenol rektif terhadap basa kuat khusunya NaOH dan KOH sifat
ini dimanfaatkan untuk mengambil eugenol dari minyak daun cengkeh,
eugenol berupa zat cair berbentuk minyak tidak berwarna atau sedikit
kekuning-kuningan larut dalam alkohol, kloroform, eter dan sedikit larut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

42

dalam air berbau tajam minyak cengkeh, berasa membakar dan panas
dikulit.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak daun
cengkeh ternyata cukup baik karena mengandung eugenol sebesar 76,5%.
Akan tetapi hasil pengujian mengunakan kromatografi gas (GCMS)
menunjukkan hasil yang berbeda, yaitu sebesar 74,78%. Namun, nilai
tersebut tidak sesuai dengan standar SNI. Hal ini disebabkan oleh proses
penyulingan yang masih menggunakan alat yang sederhana dan waktu
penyulingan yang relatif singkat. Belcher (1965) menyatakan bahwa
kandungan eugenol dari minyak tergantung dari waktu destilasi. Waktu
destilasi yang singkat (cepat) menghasilkan minyak dengan kandungan
eugenol yang jauh lebih tinggi daripada yang biasa dilakukan dengan waktu
yang lebih lama.
7. Beta caryophillen
Spesifikasi minyak cengkeh sebagai sumber rasa dan aroma tidak
hanya ditentukan oleh kandungan eugenol saja, tapi oleh komponen lain
seperti eugenol asetat dan caryophyllen. Analisis penyusun-penyusun bukan
fenolat dengan cara kromatografi gas dan spektroskopi massa menghasilkan
8 komponen (Hardjono, 1981). Enam diantaranya diidentifikasi sebagai :
αkubena, α kopaen, β karyofillen, humulen, kadina 1,3,5-trien dan δ
kadinen. Penyusun utama dari fraksi bukan fenolat adalah β karyofillen.
Dari hasil uji, minyak daun cengkeh ini memiliki kadar β karyofillen
sebesar 21,03 %. Hasil ini tidak sesuai dengan standar SNI yaitu maksimal
17%. Minyak daun cengkeh biasa diperoleh dari daun cengkeh yang sudah
gugur. Komposisi minyak yang dihasilkan bervariasi tergantung dari keadaan
daun serta cara destilasinya, minyak yang dihasilkan biasanya mengandung
eugenol antara 80 - 88 % dengan kadar eugenol asetat yang rendah tetapi
kadar coryophyllene yang tinggi (Nurdjannah et al., 1993).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

43

F. Mesin dan peralatan


Proses penyulingan minyak daun cengkeh ini dengan teknologi
sederhana dapat memprosesnya dengan mudah. Tidak diperlukan mesin-mesin
dengan ketrampilan khusus untuk usaha ini. Fasilitas produksi yang utama
adalah ketel dari platbesi (plateser), tungku dan kondensor.
1. Ketel
Ketel yang digunakan dalam proses penyulingan minyak daun
cengkeh terbuat dari platbesi. Di usaha penyulingan minyak daun cengkeh
ini menggunakan dua ketel besi dan aluminium. Ketel ini berukuran 3
meter dengan diameter 1 meter.
2. Tungku
Dalam proses penyulingan minyak daun cengkeh tungku ini terdapat
dibawah ketel yang berfungsi untuk pengapian, sumber panas.
3. Kondensor
Kondensor berupa kolam yang di dalamnya terendam pipa dengan
bentuk spiral atau pipa baja biasa yang dibentuk melingkar. Pipa kondesor
ini memiliki panjang 50 meter. Kolam pendingin ini berukuran 3mx5m
dengan kedalaman 2 meter. Air pada kolam ini dipantau terus agar air
didalamnya tetap dalam kondisi dingin.
4. Perlalatan lain
Peralatan lain yang diperlukan berupa 4 drum plastik untuk
menampung minyak daun cengkeh, garu, sendok, 5 jerigen, corong minyak,
dan gayung. Alat ini merupakan alat pendukung yang digunakan dalam
proses penyulingan minyak daun cengkeh. Drum plastik tersebut digunakan
untuk menampung minyak daun cengkeh hasil penyulingan sebelum
dimasukkan ke dalam tangki.
Garu dan sendok digunakan untuk mengambil minyak daun cengkeh
yang masih tercampur. Corong minyak digunakan untuk mempermudah
proses pemasukan minyak daun cengkeh dari drum ke tangki.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

44

G. Limbah Produksi
Usaha pengolahan minyak daun cengkeh menghasilkan limbah cair
yang tidak berbahaya dan dapat ditoleransi lingkungan. Limbah cair tersebut
adalah air sisa penyulingan. Jika proses pemisahan air dan minyak daun
cengkeh berlangsung dengan sempurna, maka air yang tersisa tidak
berdampak buruk pada lingkungan. Limbah padat yang lain adalah abu daun
kering sisa pembakaran yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Limbah daun
dari proses penyulingan dimanfaatkan untuk bahan pembakaran dalam proses
penyulingan. Secara umum, usaha penyulingan minyak daun cengkeh ini
termasuk usaha yang ramah lingkungan.

H. Manajemen Resiko
Resiko merupakan sesuatu yang hanya dapat berakibat merugikan
atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan. Salah satu
contoh adalah mutu minyak daun cengkeh, apabila mutu minyak daun
cengkeh yang dinilai dari kadar eugenolnya, maka usaha penyulingan tersebut
akan menderita kerugian. Kemungkinan yang lain adalah tidak terjadi nilai
kadar eugenol dibawah standar.
Pelaksanaan manajemen resiko adalah untuk mengurangi resiko
yang berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada
tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai
jenis ancaman yang disebabkan oleh lingkungan, teknologi, manusia, dan
organisasi. Di sisi lain pelaksanaan manajemen resiko melibatkan segala cara
yang tersedia bagi manusia.
Sesuatu yang tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan
atau merugikan. Ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan
menguntungkan dikenal dengan istilah peluang (Opportunity, sedangkan
ketidak pastian yang menimbulkan akibat yang merugikan dikenal dengan
istilah risiko (Risk). Untuk mengurangi bahaya tersebut maka harus ada
jaminan untuk meminimalkan resiko atau paling tidak mendistribusikannya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

45

selama pengembangan tersebut dan idealnya resiko tersebut dihapus dari


aktifitas yang mempunyai jalur yang kritis.
Resiko dari sebuah aktifitas yang sedang berlangsung sebagian
bergantung pada siapa yang mengerjakan atau siapa yang mengelola aktifitas
tersebut. Evaluasi resiko dan alokasi staf dan sumber daya lainnya erat
kaitannya. Langkah-langkah dalam manajemen proses adalah :
1. Identifikasi resiko
Proses ini meliputi identifikasi resiko yang mungkin terjadi dalam suatu
aktivitas usaha. Identifikasi resiko secara akurat dan komplit sangatlah
vital dalam manajemen resiko. Salah satu aspek penting dalam identifikasi
resiko adalah mendaftar resiko yang mungkin terjadi sebanyak mungkin.
Indentifikasi resiko yang timbul dari proses penyulingan minyak daun
cengkeh adalah persediaan bahan baku yang tergantung oleh musim,
permintaan pasar yang banyak yang tidak diimbangi dengan adanya bahan
baku, dan standar penerimaan dari produsen.
2. Analisa resiko
Setelah melakukan identifikasi resiko, maka tahap berikutnya adalah
pengukuran resiko dengan cara melihat potensial terjadinya seberapa besar
severity (kerusakan) dan probabilitas terjadinya resiko tersebut. Penentuan
probabilitas terjadinya suatu event sangatlah subyektif dan lebih
berdasarkan nalar dan pengalaman. Beberapa resiko memang mudah untuk
diukur, namun sangatlah sulit untuk memastikan probabilitas suatu
kejadian yang sangat jarang terjadi. Sehingga, pada tahap ini sangatlah
penting untuk menentukan dugaan yang terbaik supaya nantinya kita dapat
memprioritaskan dengan baik dalam implementasi perencanaan
manajemen resiko.
Analisa resiko dari proses penyulingan minyak daun cengkeh antara lain :
· Bahan baku daun yang fluktuatif
Bahan baku daun cengkeh yang sulit didapatkan pada musim
penghujan mengakibatkan produksi penyulingan menurun.
commit to user
Penyulingan hanya dilakukan satu kali saja pada satu hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

46

· Permintaan pasar yang banyak


Permintaan pasar yang banyak yang tidak sesuai dengan kondisi
ketersediaan daun. Untuk memenuhi permintaan pasar yang banyak
ditanggulangi produsen dengan cara mencari bahan baku ke berbagai
daerah agar dapat memproduksi. Daerah-daerah yang menyuplai daun
cengkeh diperoleh dari daerah Tawangmangu, Karangpandan,
Ngargoyoso, Mateseh, Magetan, dan Boyolali. Penyulingan dilakukan
pada dua ketel bertujuan untuk memenuhi permintaan pasar.
· Standar dari konsumen
Konsumen perlu menstandarkan minyak daun cengkeh. Standar yang
diberikan masih dapat dipenuhi oleh produsen. Konsumen
mensyaratkan PA diatas 30. Untuk memenuhi hal tersebut produsen
menggunakan daun yang bagus, alat penyulinggan yang bersih, dan
waktu penyulingan yang tepat 5-7 jam.
Sebarang usaha untuk mengurangi sebuah risk exposure atau untuk
melakukan sebuah rencana kontigensi akan berhubungan dengan biaya yang
berkaitan dengan usaha tersebut. Merupakan hal yang penting untuk menjamin
bahwa usaha ini dilaksanakan dengan cara yang paling efektif dan diperlukan
cara untuk memprioritaskan resiko sehingga usaha yang lebih penting dapat
menerima perhatian yang lebih besar. Estimasi nilai likehood dan impact dari
masing-masing usaha tersebut akan menentukan nilai risk exposure.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan di atas adalah sebagai
berikut:
1. Penyulingan minyak daun cengkeh menggunakan penyulingan uap dan
air.
2. Tahap penyulingan minyak daun cengkeh terdiri dari persiapan ketel
daun, pemasukan daun ke ketel daun, proses penyulingan, pemisahan
minyak dan air, penampungan, dan penyimpanan
3. Pada hasil pengujian warna telah sesuai dengan SNI 06-2387-2008 yaitu
kuning.
4. Pada hasil pengujian aroma telah sesuai dengan SNI 06-2387-2008 yaitu
khas minyak daun cengkeh.
5. Pada hasil pengujian berat jenis telah sesuai dengan SNI 06-2387-2008
yaitu 1,031.
6. Pada hasil pengujian kelarutan alkohol telah sesuai dengan SNI 06-2387-
2008 yaitu 1 : 2 jernih.
7. Pada hasil pengujian indeks bias telah sesuai dengan SNI 06-2387-2008
yaitu1,526.
8. Pada hasil pengujian eugenol minyak daun cengkeh memiliki nilai
sebesar 75,64%, hal ini tidak sesuai dengan SNI 06-2387-2008 yaitu
minimum 78%.
9. Standar daun cengkeh yang ditetapkan antara lain daun telah gugur dari
pohonnya, daun berwarna coklat sampai kuning, daun tidak busuk, dan
daun utuh.
10. Proses penanganan produk akhir adalah proses penyimpanan minyak
daun cengkeh disimpan didalam tangki penampung minyak yang
commitmatahari
tertutup rapat dan tidak terkena to user secara langsung.

47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

48

11. Pengolahan minyak daun cengkeh menghasilkan limbah cair yang tidak
berbahaya dan dapat ditoleransi lingkungan, dan limbah padat yang
digunakan untuk bahan bakar penyulingan.

B. Saran
Cara yang lebih baik meningkakan mutu dan rendemen ialah
menggunakan ketel dan kolom pendingin dari besi tahan karat dan
kondensasinya berlangsung dengan pengaliran air. Waktu destilasi yang
digunakan untuk mengambil minyak daun cengkeh ini adalah 7-8 jam
digunakan secara optimal. Perlu proses pemurnian minyak daun cengkeh di
home industry tersebut. Penyimpanan minyak hasil penyulingan sebaiknya
ditempatkan pada tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai