Anda di halaman 1dari 6

a) Pada Pemeriksaan Tanda Vital Pemeriksaan tanda vital sangat dianjurkan untuk betulbetul

memperhatikan derajat penurunan atau perubahan kesadaran (bila ada). Pemeriksaan


tekanan darah dan frekuensi denyut jantung harus dilakukan pada posisi berbaring dan
duduk serta berdiri (bila memungkinkan); hipotensi ortostatik lebih sering muncul pada
pasien Lanjut Usia dan geriatri.
b) Pemeriksaan Jasmani Pemeriksaan jasmani dilakukan menurut sistematika sistem organ
mulai dari sistem kardiovaskular, sistem pernapasan, sistem gastrointestinal, sistem
genitourinarius, sistem muskuloskeletal, sistem hematologi, sistem metabolikendokrinologi
dan pemeriksaan neurologik.
c) Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi diawali dengan deteksi dini menggunakan MNA,
dilanjutkan dengan catatan asupan gizi, pengukuran IMT (jika masih dapat berdiri tegak),
atau mengukur panjang depa, tinggi lutut, atau tinggi duduk (jika pasien tidak dapat berdiri
tegak).
d) Pemeriksaan Status Fungsional Pemeriksaan status fungsional diartikan sebagai kemampuan
seseorang melakukan aktivitas hidup sehari-hari secara mandiri. Contoh, bangun dari posisi
berbaring, duduk, berjalan, mandi, berkemih, berpakaian, bersolek, makan, naikturun
tangga dan buang air besar. Karena penyakit akut yang menyerang, biasanya pasien geriatri
akan mengalami penurunan status fungsional, misalnya dari mandiri menjadi
ketergantungan ringan atau sedang, dari ketergantungan ringan menjadi ketergantungan
sedang sampai berat bahkan ketergantungan total.
e) Penilaian Status Psikososial Penilaian status psikososial lanjut usia mengalami berbagai
permasalahan psikologis yang perlu diperhatikan oleh dokter, perawat, keluarga maupun
tenaga kesehatan. Penanganan masalah secara dini akan membantu lanjut usia dalam
melakukan strategi pemecahan masalah. Perubahan status psikososial yang sering terjadi
pada lanjut usia adalah mature, dependent, self hater, angry, angkuh, dan lain-lain.
f) Penilaian Status Sosial Penilaian status sosial yaitu untuk menilai perlakuan orang-orang
yang ada di sekitar lanjut usia yang sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisik dan
mental lanjut usia seperti perlakuan yang salah terhadap lanjut usia (mistreatment/abuse),
dan menelantarkan lanjut usia (neglected).
g) Pemeriksaan Status Kognitif Pemeriksaan status kognitif merupakan penapisan untuk
demensia (pikun); modalitas yang paling sederhana adalah Abbreviated Mental Test (AMT),
mengkategorikan menjadi gangguan kognitif ringan, sedang dan berat.
h) Pemeriksaan Status Mental Pemeriksaan Status Mental dilakukan dengan penapisan ada
tidaknya depresi. Untuk standardisasi juga dipergunakan modalitas sederhana Untuk
menjaring masalah gangguan mental emosional secara umum dilakukan pemeriksaan
metode 2 menit. Selanjutnya bila ada indikasi depresi dilakukan pemeriksaan GDS(geriatric
depression scale) dan bila ada indikasi demensia dilakukan pemeriksaan MMSE.
Dari hasil pengkajian paripurna, selanjutnya Lanjut Usia tersebut akan terbagi menjadi
beberapa kelompok, yakni
a) Lanjut usia sehat dan mandiri;
b) Lanjut usia sehat dengan ketergantungan ringan;
c) Lanjut usia sehat dengan ketergantungan sedang;
d) Lanjut usia dengan ketergantungan berat/ total; e) Lanjut usia pasca-rawat (dua minggu
pertama);
f) Lanjut usia yang memerlukan asuhan nutrisi; atau
i) g) Lanjut usia yang memerPada Pemeriksaan Tanda Vital Pemeriksaan tanda vital sangat
dianjurkan untuk betulbetul memperhatikan derajat penurunan atau perubahan kesadaran
(bila ada). Pemeriksaan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung harus dilakukan pada
posisi berbaring dan duduk serta berdiri (bila memungkinkan); hipotensi ortostatik lebih
sering muncul pada pasien Lanjut Usia dan geriatri.
j) Pemeriksaan Jasmani Pemeriksaan jasmani dilakukan menurut sistematika sistem organ
mulai dari sistem kardiovaskular, sistem pernapasan, sistem gastrointestinal, sistem
genitourinarius, sistem muskuloskeletal, sistem hematologi, sistem metabolikendokrinologi
dan pemeriksaan neurologik.
k) Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi diawali dengan deteksi dini menggunakan MNA,
dilanjutkan dengan catatan asupan gizi, pengukuran IMT (jika masih dapat berdiri tegak),
atau mengukur panjang depa, tinggi lutut, atau tinggi duduk (jika pasien tidak dapat berdiri
tegak).
l) Pemeriksaan Status Fungsional Pemeriksaan status fungsional diartikan sebagai kemampuan
seseorang melakukan aktivitas hidup sehari-hari secara mandiri. Contoh, bangun dari posisi
berbaring, duduk, berjalan, mandi, berkemih, berpakaian, bersolek, makan, naikturun
tangga dan buang air besar. Karena penyakit akut yang menyerang, biasanya pasien geriatri
akan mengalami penurunan status fungsional, misalnya dari mandiri menjadi
ketergantungan ringan atau sedang, dari ketergantungan ringan menjadi ketergantungan
sedang sampai berat bahkan ketergantungan total.
m) Penilaian Status Psikososial Penilaian status psikososial lanjut usia mengalami berbagai
permasalahan psikologis yang perlu diperhatikan oleh dokter, perawat, keluarga maupun
tenaga kesehatan. Penanganan masalah secara dini akan membantu lanjut usia dalam
melakukan strategi pemecahan masalah. Perubahan status psikososial yang sering terjadi
pada lanjut usia adalah mature, dependent, self hater, angry, angkuh, dan lain-lain.
n) Penilaian Status Sosial Penilaian status sosial yaitu untuk menilai perlakuan orang-orang
yang ada di sekitar lanjut usia yang sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisik dan
mental lanjut usia seperti perlakuan yang salah terhadap lanjut usia (mistreatment/abuse),
dan menelantarkan lanjut usia (neglected).
o) Pemeriksaan Status Kognitif Pemeriksaan status kognitif merupakan penapisan untuk
demensia (pikun); modalitas yang paling sederhana adalah Abbreviated Mental Test (AMT),
mengkategorikan menjadi gangguan kognitif ringan, sedang dan berat.
p) Pemeriksaan Status Mental Pemeriksaan Status Mental dilakukan dengan penapisan ada
tidaknya depresi. Untuk standardisasi juga dipergunakan modalitas sederhana Untuk
menjaring masalah gangguan mental emosional secara umum dilakukan pemeriksaan
metode 2 menit. Selanjutnya bila ada indikasi depresi dilakukan pemeriksaan GDS(geriatric
depression scale) dan bila ada indikasi demensia dilakukan pemeriksaan MMSE.
Dari hasil pengkajian paripurna, selanjutnya Lanjut Usia tersebut akan terbagi menjadi
beberapa kelompok, yakni
a) Lanjut usia sehat dan mandiri;
b) Lanjut usia sehat dengan ketergantungan ringan;
c) Lanjut usia sehat dengan ketergantungan sedang;
d) Lanjut usia dengan ketergantungan berat/ total; e) Lanjut usia pasca-rawat (dua minggu
pertama);
f) Lanjut usia yang memerlukan asuhan nutrisi; atau
q) g) Lanjut usia yang memerPada Pemeriksaan Tanda Vital Pemeriksaan tanda vital sangat
dianjurkan untuk betulbetul memperhatikan derajat penurunan atau perubahan kesadaran
(bila ada). Pemeriksaan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung harus dilakukan pada
posisi berbaring dan duduk serta berdiri (bila memungkinkan); hipotensi ortostatik lebih
sering muncul pada pasien Lanjut Usia dan geriatri.
r) Pemeriksaan Jasmani Pemeriksaan jasmani dilakukan menurut sistematika sistem organ
mulai dari sistem kardiovaskular, sistem pernapasan, sistem gastrointestinal, sistem
genitourinarius, sistem muskuloskeletal, sistem hematologi, sistem metabolikendokrinologi
dan pemeriksaan neurologik.
s) Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi diawali dengan deteksi dini menggunakan MNA,
dilanjutkan dengan catatan asupan gizi, pengukuran IMT (jika masih dapat berdiri tegak),
atau mengukur panjang depa, tinggi lutut, atau tinggi duduk (jika pasien tidak dapat berdiri
tegak).
t) Pemeriksaan Status Fungsional Pemeriksaan status fungsional diartikan sebagai kemampuan
seseorang melakukan aktivitas hidup sehari-hari secara mandiri. Contoh, bangun dari posisi
berbaring, duduk, berjalan, mandi, berkemih, berpakaian, bersolek, makan, naikturun
tangga dan buang air besar. Karena penyakit akut yang menyerang, biasanya pasien geriatri
akan mengalami penurunan status fungsional, misalnya dari mandiri menjadi
ketergantungan ringan atau sedang, dari ketergantungan ringan menjadi ketergantungan
sedang sampai berat bahkan ketergantungan total.
u) Penilaian Status Psikososial Penilaian status psikososial lanjut usia mengalami berbagai
permasalahan psikologis yang perlu diperhatikan oleh dokter, perawat, keluarga maupun
tenaga kesehatan. Penanganan masalah secara dini akan membantu lanjut usia dalam
melakukan strategi pemecahan masalah. Perubahan status psikososial yang sering terjadi
pada lanjut usia adalah mature, dependent, self hater, angry, angkuh, dan lain-lain.
v) Penilaian Status Sosial Penilaian status sosial yaitu untuk menilai perlakuan orang-orang
yang ada di sekitar lanjut usia yang sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisik dan
mental lanjut usia seperti perlakuan yang salah terhadap lanjut usia (mistreatment/abuse),
dan menelantarkan lanjut usia (neglected).
w) Pemeriksaan Status Kognitif Pemeriksaan status kognitif merupakan penapisan untuk
demensia (pikun); modalitas yang paling sederhana adalah Abbreviated Mental Test (AMT),
mengkategorikan menjadi gangguan kognitif ringan, sedang dan berat.
x) Pemeriksaan Status Mental Pemeriksaan Status Mental dilakukan dengan penapisan ada
tidaknya depresi. Untuk standardisasi juga dipergunakan modalitas sederhana Untuk
menjaring masalah gangguan mental emosional secara umum dilakukan pemeriksaan
metode 2 menit. Selanjutnya bila ada indikasi depresi dilakukan pemeriksaan GDS(geriatric
depression scale) dan bila ada indikasi demensia dilakukan pemeriksaan MMSE.
Dari hasil pengkajian paripurna, selanjutnya Lanjut Usia tersebut akan terbagi menjadi
beberapa kelompok, yakni
a) Lanjut usia sehat dan mandiri;
b) Lanjut usia sehat dengan ketergantungan ringan;
c) Lanjut usia sehat dengan ketergantungan sedang;
d) Lanjut usia dengan ketergantungan berat/ total; e) Lanjut usia pasca-rawat (dua minggu
pertama);
f) Lanjut usia yang memerlukan asuhan nutrisi; atau
y) g) Lanjut usia yang memerPada Pemeriksaan Tanda Vital Pemeriksaan tanda vital sangat
dianjurkan untuk betulbetul memperhatikan derajat penurunan atau perubahan kesadaran
(bila ada). Pemeriksaan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung harus dilakukan pada
posisi berbaring dan duduk serta berdiri (bila memungkinkan); hipotensi ortostatik lebih
sering muncul pada pasien Lanjut Usia dan geriatri.
z) Pemeriksaan Jasmani Pemeriksaan jasmani dilakukan menurut sistematika sistem organ
mulai dari sistem kardiovaskular, sistem pernapasan, sistem gastrointestinal, sistem
genitourinarius, sistem muskuloskeletal, sistem hematologi, sistem metabolikendokrinologi
dan pemeriksaan neurologik.
aa) Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi diawali dengan deteksi dini menggunakan MNA,
dilanjutkan dengan catatan asupan gizi, pengukuran IMT (jika masih dapat berdiri tegak),
atau mengukur panjang depa, tinggi lutut, atau tinggi duduk (jika pasien tidak dapat berdiri
tegak).
bb) Pemeriksaan Status Fungsional Pemeriksaan status fungsional diartikan sebagai kemampuan
seseorang melakukan aktivitas hidup sehari-hari secara mandiri. Contoh, bangun dari posisi
berbaring, duduk, berjalan, mandi, berkemih, berpakaian, bersolek, makan, naikturun
tangga dan buang air besar. Karena penyakit akut yang menyerang, biasanya pasien geriatri
akan mengalami penurunan status fungsional, misalnya dari mandiri menjadi
ketergantungan ringan atau sedang, dari ketergantungan ringan menjadi ketergantungan
sedang sampai berat bahkan ketergantungan total.
cc) Penilaian Status Psikososial Penilaian status psikososial lanjut usia mengalami berbagai
permasalahan psikologis yang perlu diperhatikan oleh dokter, perawat, keluarga maupun
tenaga kesehatan. Penanganan masalah secara dini akan membantu lanjut usia dalam
melakukan strategi pemecahan masalah. Perubahan status psikososial yang sering terjadi
pada lanjut usia adalah mature, dependent, self hater, angry, angkuh, dan lain-lain.
dd) Penilaian Status Sosial Penilaian status sosial yaitu untuk menilai perlakuan orang-orang
yang ada di sekitar lanjut usia yang sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisik dan
mental lanjut usia seperti perlakuan yang salah terhadap lanjut usia (mistreatment/abuse),
dan menelantarkan lanjut usia (neglected).
ee) Pemeriksaan Status Kognitif Pemeriksaan status kognitif merupakan penapisan untuk
demensia (pikun); modalitas yang paling sederhana adalah Abbreviated Mental Test (AMT),
mengkategorikan menjadi gangguan kognitif ringan, sedang dan berat.
ff) Pemeriksaan Status Mental Pemeriksaan Status Mental dilakukan dengan penapisan ada
tidaknya depresi. Untuk standardisasi juga dipergunakan modalitas sederhana Untuk
menjaring masalah gangguan mental emosional secara umum dilakukan pemeriksaan
metode 2 menit. Selanjutnya bila ada indikasi depresi dilakukan pemeriksaan GDS(geriatric
depression scale) dan bila ada indikasi demensia dilakukan pemeriksaan MMSE.
Dari hasil pengkajian paripurna, selanjutnya Lanjut Usia tersebut akan terbagi menjadi
beberapa kelompok, yakni
a) Lanjut usia sehat dan mandiri;
b) Lanjut usia sehat dengan ketergantungan ringan;
c) Lanjut usia sehat dengan ketergantungan sedang;
d) Lanjut usia dengan ketergantungan berat/ total; e) Lanjut usia pasca-rawat (dua minggu
pertama);
f) Lanjut usia yang memerlukan asuhan nutrisi; atau
gg) g) Lanjut usia yang memerPada Pemeriksaan Tanda Vital Pemeriksaan tanda vital sangat
dianjurkan untuk betulbetul memperhatikan derajat penurunan atau perubahan kesadaran
(bila ada). Pemeriksaan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung harus dilakukan pada
posisi berbaring dan duduk serta berdiri (bila memungkinkan); hipotensi ortostatik lebih
sering muncul pada pasien Lanjut Usia dan geriatri.
hh) Pemeriksaan Jasmani Pemeriksaan jasmani dilakukan menurut sistematika sistem organ
mulai dari sistem kardiovaskular, sistem pernapasan, sistem gastrointestinal, sistem
genitourinarius, sistem muskuloskeletal, sistem hematologi, sistem metabolikendokrinologi
dan pemeriksaan neurologik.
ii) Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi diawali dengan deteksi dini menggunakan MNA,
dilanjutkan dengan catatan asupan gizi, pengukuran IMT (jika masih dapat berdiri tegak),
atau mengukur panjang depa, tinggi lutut, atau tinggi duduk (jika pasien tidak dapat berdiri
tegak).
jj) Pemeriksaan Status Fungsional Pemeriksaan status fungsional diartikan sebagai kemampuan
seseorang melakukan aktivitas hidup sehari-hari secara mandiri. Contoh, bangun dari posisi
berbaring, duduk, berjalan, mandi, berkemih, berpakaian, bersolek, makan, naikturun
tangga dan buang air besar. Karena penyakit akut yang menyerang, biasanya pasien geriatri
akan mengalami penurunan status fungsional, misalnya dari mandiri menjadi
ketergantungan ringan atau sedang, dari ketergantungan ringan menjadi ketergantungan
sedang sampai berat bahkan ketergantungan total.
kk) Penilaian Status Psikososial Penilaian status psikososial lanjut usia mengalami berbagai
permasalahan psikologis yang perlu diperhatikan oleh dokter, perawat, keluarga maupun
tenaga kesehatan. Penanganan masalah secara dini akan membantu lanjut usia dalam
melakukan strategi pemecahan masalah. Perubahan status psikososial yang sering terjadi
pada lanjut usia adalah mature, dependent, self hater, angry, angkuh, dan lain-lain.
ll) Penilaian Status Sosial Penilaian status sosial yaitu untuk menilai perlakuan orang-orang
yang ada di sekitar lanjut usia yang sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisik dan
mental lanjut usia seperti perlakuan yang salah terhadap lanjut usia (mistreatment/abuse),
dan menelantarkan lanjut usia (neglected).
mm) Pemeriksaan Status Kognitif Pemeriksaan status kognitif merupakan penapisan untuk
demensia (pikun); modalitas yang paling sederhana adalah Abbreviated Mental Test (AMT),
mengkategorikan menjadi gangguan kognitif ringan, sedang dan berat.
nn) Pemeriksaan Status Mental Pemeriksaan Status Mental dilakukan dengan penapisan ada
tidaknya depresi. Untuk standardisasi juga dipergunakan modalitas sederhana Untuk
menjaring masalah gangguan mental emosional secara umum dilakukan pemeriksaan
metode 2 menit. Selanjutnya bila ada indikasi depresi dilakukan pemeriksaan GDS(geriatric
depression scale) dan bila ada indikasi demensia dilakukan pemeriksaan MMSE.
Dari hasil pengkajian paripurna, selanjutnya Lanjut Usia tersebut akan terbagi menjadi
beberapa kelompok, yakni
a) Lanjut usia sehat dan mandiri;
b) Lanjut usia sehat dengan ketergantungan ringan;
c) Lanjut usia sehat dengan ketergantungan sedang;
d) Lanjut usia dengan ketergantungan berat/ total; e) Lanjut usia pasca-rawat (dua minggu
pertama);
f) Lanjut usia yang memerlukan asuhan nutrisi; atau
g) Lanjut usia yang memer

SISANYA CARI SENDIRI PLEASE!

Anda mungkin juga menyukai