Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN

SISTEM INTEGUMEN

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III

DOSEN PEMBIMBING :
Onieqie Ayu Dhea Manto, Ns., M.Kep

DISUSUN OLEH :
Kelompok 4

Afni anggraini 11194561920116


Desi 11194561920123
Elsiyani 11194561920128
Febby Nathalia Dano 11194561920132
Leny Priyanti 11194561920138
Muhammad Malik Pajar 11194561920146
Noor Mahmudianti 11194561920149
Rainy Maulida Putri 11194561920152
Tya Ayu Widyasari 11194561920162

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
2020
Klasifikasi :
Dermatitis atopic
Dermatitis atau lebih dikenal sebagai Dermatitis kontak
eksim merupakan penyakit kulit yang Dermatitis kontak iritan
mengalami peradangan kerena Dermatitis kontak alergi
bermacam sebab dan timbul dalam Dermatitis dishidrotik
berbagai jenis, terutama kulit yang Dermatitis numularis
kering, umumnya berupa Neuro dermatitis
A. Kerangka Teori memerah, dan gatal
pembengkakan, Dermatitis statis
Dermatitis seboroik
pada kulit (Widhya, 2015).

Patofisiologi : DERMATITIS Manifestasi Klinik :


Terlampir... Terlampirr...

Epidemiologi :
Penatalaksanaan

Epidemiologi dermatitis atopik (DA) Pemeriksaan Penunjan


di seluruh dunia berkisar antara 5‒ Skin Prick Test
20% pada anak, dan 1‒3% pada Medis
Keperawatan Patch test
dewasa. Morbiditasnya sangat RAST
bervariasi di tiap negara karena Skin Test
pengaruh lingkungan sebagai faktor Tes Provokasi
risiko

Penatalaksa
Komplikasi menurut Mayo naan diet :
Clinic, 2020 : Terlampir….
Asma dan demam
Kulit bersisik dan gatal kronis Farmakologi :
Infeksi kulit Hidrokortison topical
Iritasi tangan dermatitis Antihistamin topical
Masalah tidur Beberapa agen antiprupiti
Astrigent

Etiologi Menurut (Djuanda Adhi, 2015)


Nonfarmakologi :
Penyebab dermatitis dapat berasal dari Selalu menjaga kelembapa
luar (eksogen), misalnya bahan kimia Konsumsi air putih secara
(contoh: detergen, asam, basa, oli, Lakukan olahraga secara r
semen), fisik (contoh: sinar, suhu), konsumsi buah atau sayur
mikro-organisme (bakteri, jamur); dapat
pula dari dalam (endogen), misalnya
dermatitis atopik.
Diagnosa Keperawatan :

Kerusakan integritas ku
berhubungan denga
PENKES :
gangguan turgor kulit
Setelah melakukan perawatan kaki, lakukan edukasi dan
Gangguan citra tubu
umpan balik positif
berhubungan degan penyakit
Berikan informasi kepada pasien bagaimana pentingnya
Risiko infeksi dengan fakt
pemeriksaan kaki terutama ketika sensasi mulai terasa
risiko supresi respon inflamas
berkurang
Berikan infrmasi kepada pasien atau keluarga mengenai
pentingnya perawatan kaki
Gunakan bimbingan antisipasif menyiapkan pasien
terkait dengan perubahan-perubahan citra tubuh yang
(telah) diprediksikan
ajarkan pasien dan keluarga pasien untuk melakukan
prosedur pembalutan luka yang sesuai teknik dan sudah
dimodifikasi dengan cara yan sederhana
B. Pathway

Dari luar (eksogen): Fisik (sinar, suhu) Mikroorganisme Dari dalam (endogen):
bahan kimia (bakterai, jamur) dermatitis atopik

Terjadi penebalan Masuk kedalam


kulit dan kulit
hiperpigmentasi

hipersensitifitas

Dermatitis

Iritan primer

Mengiritasi kulit
Dolor, kalor, rubor,
edema, fungsio lesa Inflamasi pada kulit

Risiko Infeksi
Kerusakan Integritas Gangguan Citra Tubuh Nyeri Akut
Kulit
C. Manifestasi Klinik
1. Dermatitis kontak
a. Lesi kemerahan yang muncul pada bagian kulit yang terjadi
kontak.
b. Untuk dermaititis kontak alergi, gejala tidak muncul sebulum 24-
48 jam bahkan sampai 72 jam.
c. Utuk dematitis kontak iritan, gejala terbagi menjadi 2 : Akut dan
Kronis. saat akut dapat terjadi perubahan warna kulit menjadi
kemerahan, terasa perih bahkan lecet. saat kronis gejala di
mulai dengan kulit yang mengering dan sedikit meradang yang
akhirnya menebal.
d. Pada kasuus berat, dapat terjadi bula (vesikel) pada lesi
kemerahan tersebut.
e. Kulit tersa gatal bahkan terasa terbakar
f. Dermatitits kontak iriatan, gatal dan rasa terbakarnya lebih
terasa di bandingan dengan tipe alergi
2. Dermatitis Autopik
Ada 3 fase klinis Autopik yaitu
a. DA infantil (2 bulan – 2 tahun)
DA paling sering muncul tahun pertama kehidupan yaitu pad
bulan kedua. Lesi mulamula tampak di daerah muka (Dahi
sampai pipi). Berupa eritema, Papul-Vesikel pecah karena
garukan sehingga lesi menjadi Eksudatif dan akhirnya terbentuk
krusta, Lesi bisa meluas ke kepala, leher, Pergelangan tangan
dan tungkai. bila anak mulai merangkak, Lesi bisa ditemukan di
daerah ekstensor ekstremitas. seahunbagian besar penderita
sembuh setelah 2 tahun dan sebagian lagi berlanjut ke fase
anak.
b. DA Anak (2- 10 tahun)
Dapat merupakan lanjuttan bentuk DA infantil ataupun timbul
sendiri (Denovo). Lokasi lesi dilipatan siku/lutut, bagian fleksor
pergelangan tangan, kelopak mata dan leher. ruam berupa papul
likenifikasi, sedikit skuama, erosi, hiperkeratosis dan mungkin
infeksi skunder. DA berat yang lebih 50% permukaan tubuh
dapat mengganggu pertumbuhan.
c. DA pada Remaja dan dewasa
Lokasi Lesi pada reamaja adalah lipatan siku/ lutut, samping
leher, dahi, sekitar mata.pada dewasa, distribusi lesi kurang
karakteristik, sering mengenai tangan dan pergelangan tangan,
dapat pula berlokasi ssetempat misalnya pada
bibir(kering,pecah,bersisik) Vulva,Puting susu/skalp. Kadang-
kadang lesi meluas dan paling parah didaerah lipatan,
mengalami likenifikasi. Lesi kering, agak menimbul, papul datar
cenderung berkonfluens menjadi plak. likenifikasi dan sedikit
skuama.bisa d dapati ekskoriasi dan eksudasi akibat garukan
dan akhirnya menjadi hiperpigmentasi.umum DA remaja dan
dewasa berlangsung lama kemudian cenderung membaik
setelah seusia 30 tahun, jarang smpai usia pertengahan dan
sebagia kecil sampai tua
3. Neurodermatitis Sirkumskripta
a. Kulit sangat gatal.
b. Muncul tunggal di daerah leher, pergelangan tangan, lengan
bawah, paha atau mata kaki kadang muncul pada alat kelamin.
c. Rasa gatal sering hilang timbul. sering timbul pada saat santai
atau sedang tidur akan berkurang saat beraktivitas. rasa gatal
yang di garuk akan menambah berat rasa gatal tersebut.
d. Terjadi perubahan warna kulit yang gatal, kulit yang bersisisk
akibat garukan atau penggosokan yang sudah terjadi bertahun.
4. Dermatitis Numularis
a. Gatal yang kadang sangat hebat, sehingga dapat mengganggu.
b. Lesi akut berupa vesikel dan papulo vesikel (0,3-1,0 Cm)
,kemudian memmbesar dengan cara berkonfluensi atau meluas
kesamping membentuk 1 lesi karakteristik seperti uang logam
(koin) Eritematosa. sedikit edimatosa, dan berbatas tegas.
c. Lambat laun vesikel pecah terjadi eksudasi, kemudian
mengering menjadi krusta kekuningan.
d. Ukuran lesi bisa mencapai garis tengah berukuran 5 cm atau
lebih, jumlah lesi dapat hanya satu, dapat pula banyak dan
tersebar, bilateral/simetris dengan ukuran berfariasi dar milliar
sampai numular, bahkan plakat.
e. Tempat predileksi biasnya terdapat di tungakai bawah, badan
lengantermasuk punggung tangan
5. Dermatitis Statis
a. Bercak-bercak berwarna merah dan bersisisik.
b. Bintik-bintitk berwarna merah dan bersisik.
c. Borok atau bisul pada kulit.
d. Kulit yang tipis pada tangan dan kaki.
e. Luka (lesi kulit).
f. Pembengkakakn pada tungkai kaki.
g. Rasa gatal di sekitar dareah yang terkena.
h. Rasa kesemutan pada daerah yang terkena

D. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan diet pada dermatitis masih merupakan masalah
yang kontriversional. Alergi makanan yang signifikan tidak diketahui
seganai penyebab dari dermatitis atau berapa persentase dari klien
dermatitis yang mempunyai alergi terhadap makanan. Diet pada
penyakit dermatitis adalah diet TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein).
1. Tujuan diet dermatitis:
a. Memberikan makanan secukupnya tanpa menimbulkan gejala
alergi, meringankan intensitas serangan, mengurangi frekuensi
serangan,
b. Mencapai status gizi yang optimal.
2. Syarat diet dermatitis:
a. Tinggi Energi, protein, mineral dan vitamin sesuai dengan
kebutuhan.
b. Tidak menggunakan bahan makanan yg disangka menimbulkan
alergi.
3. Bahan makanan yang dapat menimbulkan alergi:
a. Sumber zat tenaga: beras, gandum, cantel, havemut, jagung,
kentang, lombok, terong.
b. Sumber zat pembangun : daging sapi, susu sapi, ayam, kalkun,
itik, burung dara dan telur hewan tsb., ikan tawar, ikan laut, cumi,
kerang, keong, kepiting, rajungan, udang, belut, kura-
kura,penyu, telur penyu, ular , kacang tanah,kacang polong,
kedelai dan hasil olahan.
c. Sumber Zat Pengatur : daun selada, bit, bawang merah,bawang
putih, labu, ragi, semangka, kurma, peterseli,
brocoli,lobak,kol,anggur, apel, murbei, stroberi,kayu manis,
kakao, coklat
DAFTAR PUSTAKA

American Academy of Dermatology. Nummular Dermatitis.

Berke, R., Singh, A., Guralnik, M. Atopic Dermatitis: An Overview. Am Fam


Physician, 2015. 86 (1), 35-42.

Bonamonte, et al. (2019). Nummular Contact Eczema: Presentation of a


Pediatric Case. The Open Dermatology Journal. 13, pp. 23-26.
Gabbey, A. E. Healthline (2018). Nummular Eczema.

Johnson, et al. (2019). Treatment-resistant Atopic Dermatitis: Challenges and


Solutions. Clinical, Cosmetic, and Investigational Dermatology. 12, pp.
181-192.

Lifschitz C: The Impact of Atopic Dermatitis on Quality of Life. Ann Nutr Metab
2015;66(suppl 1):34-40. doi: 10.1159/000370226.

Mansjoer, Arif dkk. 2015. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media

Aesculapius.

Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Atopic Dermatitis.

Miller, J. L. Medscape (2019). Nummular Dermatitis (Nummular Eczema).

National Health Service UK (2016). Health A-Z. Discoid Eczema.

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. NANDA (North American

Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC Jilid 1. Yogyakarta : Media

Action.

Oakley, A. DermNet NZ (2015). Discoid Eczema.

Universitas Muhammadiyah Semarang . (2013). < BAB II Tinjauan Pustaka

Dermatitis [Internet]. Bersumber dari

http://digilib.unimus.ac.id/72982/babII.pdf > [Diakses tanggal 17

Februari 2015. Jam 11.09]


Starr, O. Patient (2018). Discoid Eczema.

Syaifuddin, H. 2015. Struktur dan Komponen Tubuh Manusia. Jakarta :


Widya Medika.
Palmer, A. Verywell Health (2019). An Overview of Discoid Eczema.

Anda mungkin juga menyukai