Anda di halaman 1dari 5

II.

Digestif
1. Fisik
1.1. Cavum Oris
1.2. Fisik Abdomen
A. Teori
1. Topografi abdomen
Ada 2 macam cara untuk menentukannya:

1. 4 Kuadran - 1 Garis dibuat vertikal dan horizontal memotong umbilikus.


- Pembagian:
RUQ LUQ
- Hepar lobus Dx. - Hepar lobus Sx.
- Vesica Fellea. - Spleen.
- Ginjal dan glandula adrenal Dx - Ginjal dan glandula adrenal Sx.
- Caput Pancreas - Corpus & Cauda Pancreas
- Pilorus gaster. - Corpus Gaster.
- Duodenum. - Jejenum.
- Colon transversum ½ Dx. - Colon transversum ½ Sx.
- Colon ascening ½ distal. - Colon descending ½ proksimal.
RLQ LLQ
- Ureter dx. - Ureter Sx.
- Vesica urinaria Dx. - Vesica urinaria Sx.
- Ovarium, tuba ovarium,Uterus - Ovarium, tuba ovarium,Uterus
Dx atau vasa spermatica Dx. Sx atau vasa spermatica Sx.
- Ilemum - Jejenum.
- Colon ascending ½ proksimal. - Colon descending ½ distal.
- Caecum. - Colon sigmoid.
- Apendiks.

2. 9 Regio - Masing-masing 2 garis vertikal dan horizontal.


 2 garis horizontal
⁍ Tepi bawah costa ke 10.
⁍ Titik SIAS.
 2 garis vertikal
⁍ Masing-masing di tengah antara SIAS dan midline abdomen.
- Pemagian
Hipokondriac Dx Epigastrium Hipokondriac Sx
- Hepar lobus ½ Dx. - Hepar lobus ½ Dx. - Ginjal dan glandula
- Vesica Fellea. - Hepar lobus Sx. adrenal Dx.
- Ginjal dan glandula - Vesica Fellea. - Spleen.
adrenal Dx. - Caput dan Corpus Pankreas. - Cauda pankreas.
- Duodenum. - Pilorus gaster. - Corpus gaster.
- Flexura hepatica colon. - Duodenum. - Duodenum.
- Colon transversum. - Flexura lienalis colon.
Lumbal Dx Umbilical Lumbal Sx
- Ginjal Dx. - Omentum. - Ginjal Sx.
- Duodenum dan jejenum. - Mesenterium. - Jejenum dan ileum
- Colon ascending. - Duodenum, jejenum, ileum. - Colon descending.

Iliaca Dx Hipogastrium/Suprapubic Iliaca Sx


- Ileum. - Ileum. - Jejenum.
- Caecum. - Vesica Urinaria. - Colon Sigmoid.
- Apendiks. - Uterus atau Prostat - Ureter Sx.
- Ureter Dx. - Ovarium, tuba ovarium
- Ovarium, tuba ovarium Sx atau vasa spermatica
Dx atau vasa spermatica Sx.
Dx.

B. Pengertian
C. Indikasi
- Sebagai bagian dari pemeriksaan status generalis.
- Sebagai pemeriksaan status lokalis untuk kondisi tertentu. Dibahas dalam pemeriksaaan fisik abdomen patologis.

D. Kontraindikasi
- Absolut (-).
- Relatif  bisa tidak dilakukan secara lengkap.
 Gawat darurat
 Patologis tertentu yang pasien tidak mampu menahan rasa sakit.

E. Alat dan Bahan


- Stetoskop

F. Mekanisme
- Urutan pemeriksaan abdomen adalah IAPePa
 Auskultasi dilakukan dahulu supaya tidak termanipulasi hasilnya oleh perkusi dan palpasi.
- Posisi
 Tidur terlentang
 Lipat lutut keatas  untuk merilekskan M. Rectus Abdominis
- Pemeriksaan dibagi menjadi 2 segmen:
a. Anterior-Lateral

Pemeriksaan Indikator Metode Nilai


b. Inspeksi 1. Bentuk dan Ukuran - Dibandingkan dengan ukuran tubuh Jenis Datar - Normal kurus.
BUSW/P Cembung (Distensi) - Asites.
Cekung (skapoid) - Normal lansia
2. Simeteris Normal Rata Simetris
Abnormal - Benjolan lokal
 Hernia.
 Hepatomegali.
 Splenomegali.
 AAA
 Kista ovarium
 Hidronefrosis.
3. Warna Normal Coklat sawo matang (indonesia), ataupun sama dengan daerah sekitar
Abnormal - Tidak ada hipo ataupun Hiperpigmentasi
 Cullen sign.
4. Gerakan Dinding Normal (+) terlihat.
Abdomen Abnormal - (-) terlihat
 Asites.
 Peritonitis.
5. Peristaltik Usus Normal - (-) terlihat.
- (+) terlihat kurus.
Abnormal - (+) terlihat
 Ileus obstruktif.
6. Patologis Lain Jenis 1. Posisi pasien - Berpindah Pindah Ileus
saat diperiksa - Menghindari gerakan Peritonitis
- Sering melipat lutut ke Peritonitis
atas
- Lipat lutut sampai dada, Pankreatitis
maju mundur (pas nyeri)
2. Pulsasi (+)  AAA (disertai benjolan), Disfungsi ventrikel kanan.
abdomen
h. Auskultasi 1. Orientasi - Menggunakan diafragma  neonatus bisa pake bell Normal 1. Frekuensi 3-15 x/menit.
(karena area perut lebih lebar dp/ diafgrama stetoskop) 2. Irama Click and gurgle
- Hangatkan diafragma stetoskop. Abnormal 3. Frekuensi - >
- Pada saat memeriksa selalu, lihat ekspresi dan tanyakan  Diare
nyeri.  Obstruksi Akut
- Pada 4 kuadran selama beberapa detik (3 detik). - <
2. Peristaltik Usus - Umbilikus selama 15 detik  hasilnya x 4 (1 menit).  Peritonitis
Kenapa hanya satu tempat? Untuk efektifitas
 Obstruksi kronis.
pemeriksaan  suara usus akan ditransmisikan ke
4. Irama - Borborygmi dan metalic sound  ileus
seluruh cavum abdomen.
obstrukttif.
- Friction rub +  Peritonitis
3. Bising vaskuler Aorta Abdominalis Epigastrium Medial Normal (-)
Arteri renal dextra et Parasernal line setinggi Abnormal - AAA  bruit sistolik.
sinistra epigastrium - Hipertensi portal  bising vena (venous hum).
Arteri iliaca dextra et Parasernal line setinggi umbilicus
sinistra
Arteri femoralis Parasernal line 1/3 inguinal distal
dextra et sinistra
k. Perkusi 1. Orientasi - 9 regio secara sistematis. Normal - Timpani (udara)
Abnormal - Pekak pada area abnormal
 Padat  Massa atau Pembesaran Organ
 Cairan  Asites
 Situs infervus
2. Hepar 1) Liver span  panjang antara 2 tanda batas atas dan Normal 1. Suara Pekak seluruh area hepar
bawah. 2. Liver Span Lobus Batas
(1) Lobus Dextra Dextra - Linea midclav Dx
- Batas atas  Perkusi toraks di linea midclav Dx - 6-12 cm
dari superior (ICS 1) ke inferior, sampai Sinistra - Midsternal line
peralihan sonor ke redup pertama. - 4-8 cm
- Batas bawah  Perkusi linea midclav Dx Abnormal 1. Suara - Timpani
setinggi umbilikus ke superior, sampai  Situs inversus
peralihan timpani ke redup pertama.
2. Liver Span Lebar - Hepatisis
(2) Lobus Sinistra
- CHF
- Batas atas  perkusi batas bawah sampai
Sempit - Sirosis hepatis
proc.xiphoideus.
- Pneumoperotonium sub-diafragma
- Batas bawah  Perkusi midline setinggi
umbilikus ke superior, sampai peralihan timpani
ke redup pertama.
2) Bila hepatomegali  perkusi orientasi untuk
menentukan batas pembesarannya.
2. Lien 1) Perkusi ICS 6 di linea aksilaris anterior Sx  menuruni Normal - Timpani  perkusi 1 dan 2
ke posterior mengikuti ICS tersebut (disebut traube Abnormal - Pekak  perkusi ke 2
space), akan terdengar suara timpani.  Splenomegali
2) Minta penderita tarik napas dalam dan tahan nafas.
Perkusi lagi di tempat yang sama. Jika pekak
menandakan adanya splenomegali.
3) Bila splenomegali  perkusi orientasi untuk
menentukan batas pembesarannya.
b. Palpasi 1. Orientasi 1) Palpasi superfisial  pake palmar jari dan telapak Normal - (-)
tangan pada 9 regio abdomen secara sistematis.  Nyeri.
- Untuk menilai batas tepi organ pake palmar jari.  Resistensi muskuler
- Perhatikan ekspresi wajah pasien saat dilakukan  Massa.
palpasi. Abnormal - (+)
 Nyeri  peritonitis, apendisitis.
 Resistensi muskuler  peritonitis.
 Massa.
1. Lokasi
2. Bentuk
3. Ukuran
4. Konsitensi
2) Palpasi dalam  untuk nilai massa, hepar, ginjal, dan 5. Mobilitas
lien. 6. Nyeri tekan
- Dengan menggunakan 2 tangan.

2. Hepar 1) Lobus Dextra Normal UPT-KN


(1) Berikan alas punggung  tarok palmar tangan kiri 1. Ukuran Lobus Batas
di belakang pasien, sejajar costa 11 dan 12. Dextra 2 jari dibawah arcus costae
(2) Palpasi menggunakan palmar jari tangan kanan. Sinistra 2 jari bawah prosesus xipoideus
(3) Minta inspirasi: 2. Permukaan Licin
- Tekankan alas ke depan biar hepar mudah 3. Tepi Tajam
dipalpasi. 4. Konsistensi Kenyal
- Jari tangan kanan bergerak ke kranial dalam 5. Nyeri tekan (-)
arah parabolik dan ke arah arcus costae dextra.
Abnormal - Hepatomegali  interpretasinya berapa cm dibawah arcus costa
3. Lobus Sinistra
- Cara sama dengan lobus dextra
- Palpasi garis tengah abdomen ke arah epigatrium
dari setinggi umbilikus.
4. Pada obesitas bisa menggunakan manufer hooking.
(1) Berdiri di kanan pasien.
(2) Tempatkan kedua tangan berdampingan seperti - Sirosis
memegang arcus costae dextra. - Hepatoma
(3) Minta inspirasi
- Angkat arcus costae ke atas.
- Evalusi hepar dengan jari tangan.

3. Ginjal Dx et Sx Manuver Balotmen Normal - Balotmen negatif  Normal +:


1) Letakkan tangan kiri di costa 12 posterior pasien,  Kurus.
dengan ujung jari tepat di sudut kostovertebra kanan,  Otot abdomen sangat relaks.
kemudian dorong ginjal ke arah ventral. - Tidak ada nyeri tekan
2) Letakkan tangan kanan pada RUQ, di lateral M. Rectus Abnormal - Normal  + ada pembesaran ginjal
Abdominis.  Hidroneferosis.
3) Minta penderita inspirasi dalam.  Kista.
4) Pada puncak inspirasi, lakukan palpasi dalam dengan  Tumor.
tangan kanan tepat dibawah iga untuk merasakan
mobilitas ginjal diantara kedua tangan.
5) Perlakuan = ginjal kiri.

4. Lien 1) Ingatkan penderita untuk rileks. Normal - Teraba sekitar 5%


2) Dengan melingkari penderita, palmar tangan kiri Abnormal - Teraba Splenomegali  Hitung skala scuffner/ hacket
diletakkan di posterior tepi bawah iga kiri dan  Schufnerr
didorongkan ke ventral.
3) Minta penderita bernapas dalam dan rasakan tepi limpa
yang akan turun ke caudal dan menyentuh jari tangan
kiri.

4) Ulangi pemeriksaan 1-6 dengan posisi miring ke


pemeriksa.
5) Tentukan jarak lien dengan kosta kiri terbawah.

 Hacket
d. Posterior

Pemeriksaan Indikator Metode Nilai


e. Inspeksi 1. Pindah posisi Normal Lancar
Abnormal Susah, gelisah
2. = Anterior
g. Palpasi 1. Orientasi = Anterior Normal (-) patologis
- Nyeri tekan.
- Tumor.
Abnormal - Evaluasi patologis.
h. Perkusi 2. Nyeri ketok CVA 1) Minta pasien duduk. Normal (-)
2) Pemeriksaan dilakukan dari arah belakang pasien, Abnormal - Pielonefritis.
meletakan palmar tangan kiri pada sudut kostovertebra - Hidronefrosis.
kanan.
3) Meletakan bagian ulnar kepalan tangan kanan diatas
tangan kiri pada sudut kostovertebra kanan.
4) Letakkan dulu posisinya 1-2 tanpa memukul 
perhatikan pasien apa ada nyeri?
5) Memukulkan bagian ulnar kepalan tangan diatas tangan
kiri pada sudus kostovertebra kanan dengan kekuatan
yang cukup.
6) Lakukan pemeriksaan yang sama pada kontralateral.

Anda mungkin juga menyukai