Anda di halaman 1dari 6

PENGENALAN POLA GELOMBANG KHAS DENGAN INTERPOLASI

Ari Kusumastuti
Dosen Jurusan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang
e-mail: arikusumastuti@gmail.com

ABSTRAK
Pengenalan bentuk khas gelombang merupakan masalah yang penting dalam pencitraan suatu
bentuk objek yang bervibrasi. Prosedur pengenalan bentuk khas gelombang teridentifikasi dengan suatu
Fourier Transform Infra Red. Turunan kedua FTIR merupakan pengenalan bentuk gelombang di daerah
sidik jari objek. Permasalahan yang muncul adalah belum teridentifikasi secara detail bentuk khas
gelombang tersebut secara visual pada turunan kedua FTIR. Penelitian ini berupaya memberikan jawaban
terhadap pencitraan secara detai bentuk gelombang hasil turunan kedua FTIR dengan pendekatan
interpolasi. Prosedur interpolasi akan membaca kembali data berpasangan pada turunan kedua FTIR
sehingga terbaca bentuk khas gelombang objek. Data berpasangan yang dimaksud adalah bilangan
gelombang dan penyerapan. Studi kasus penelitian ini menggunakan data spektra objek yang selanjutnya
akan terbaca bentuk khas gelombangnya secara unik dengan interpolasi.

Keywords: Interpolasi, bentuk khas gelombang.

PENDAHULUAN tidak dipengaruhi oleh waktu pengambilan


sampel.
Kajian pada bidang matematika terapan 2. Meramalkan data dengan interpolasi.
sangat bermanfaat dalam menjawab Penelitian ini ditujukan untuk mendapatkan
permasalahan yang muncul di luar bidang ramalan secara detail bentuk khas
matematika. Banyak permasalahan yang muncul gelombang pada suatu objek secara unik.
dari berbagai latar belakang disiplin ilmu lain
yang penting untuk dianalisis.
Permasalahan identifikasi bentuk vibrasi KAJIAN PUSTAKA
molekul, misalnya merupakan topik yang sangat
membutuhkan peran matematika pada analisis Interpolasi
lanjutan. Penelitian pada bidang bioteknologi
Interpolasi memainkan peranan yang
menggunakan Fourier Transform Infra Red untuk
sangat penting dalam metode numerik. Fungsi
mendeteksi vibrasi molekuler sampai di tingkat
yang tampak rumit menjadi lebih sederhana bila
sidik jari. Hasil pembacaan FTIR ini menghasilkan
dinyatakan dalam polinom interpolasi.
data bilangan gelombang (wave number) dan
Interpolasi berguna untuk menaksir harga-harga
penyerapan (absorbansi). Kelemahan FTIR
tengah antara titik data yang sudah tepat.
adalah tidak teridentifikasi visual secara detail
Interpolasi mempunyai orde atau derajat.
bentuk gelombang khas suatu objek sampai di
Interpolasi ada beberapa macam yaitu,
tingkat sidik jari.
interpolasi beda terbagi Newton, interpolasi
Interpolasi merupakan teknik peramalan
lagrange, interpolasi spline (Munir, 2006).
fungsi dari suatu data berpasangan. Pada
Triatmodjo (2002) menambahkan, dalam
penelitian ini masalah interpolasi digunakan
interpolasi dicari suatu nilai yang berada
sebagai alat untuk mempertajam pengenalan pola
diantara beberapa titik data yang telah diketahui
gelombang di level sidik jari dari data FTIR.
nilainya. Untuk dapat memperkirakan nilai
Prosedur interpolasi ini dapat mengenali bentuk
tersebut, pertama kali dibuat suatu fungsi atau
khas gelombang secara detail sehingga setiap
persamaan yang melalui titik-titik data. Setelah
objek teridentifikasi secara unik bentuk
persamaan kurva terbentuk, kemudian dihitung
gelombang khasnya.
nilai fungsi yang berada diantara titik-titik data.
Prosedur yang digunakan pada penelitian
Interpolasi Lagrange digunakan untuk
ini adalah;
mencari titik-titik antara dari n buah titik
1. Pengujian secara statistik data turunan
P1(x1,y1), P2(x2,y2), P3(x3,y3), …, PN(xN,yN) dengan
kedua FTIR. Uji data dilakukan untuk
menggunakan pendekatan fungsi polynomial
mendapatkan data berdistribusi normal dan
yang disusun dalam kombinasi deret dan
uji pengaruh untuk mendapatkan data yang
didefinisikan dengan:
Ari Kusumastuti

diperoleh. Hipotesis awal akan ditolak apabila


nilai p-value kurang dari α (Irawan dan Astuti,
2006).
Kesulitan utama yang muncul dari proses
interpolasi adalah teknis komputasi. Oleh karena
itu perlu suatu mekanisme pendukung. Software
Matlab dapat digunakan untuk mempermudah
pelaksanaan perhitungan interpolasi, bahkan
sampai dengan penyusunan fungsi dan
penggambaran grafiknya (Djojodihardjo, 2000).

Deret Taylor
Deret Taylor merupakan dasar untuk
menyelesaikan masalah dalam metode numerik,
terutama penyelesaian persamaan diferensial. Daerah Daerah
Deret taylor akan memberikan suatu fungsi penerimaan H0 penolakan H0
dengan benar jika semua suku dari deret tersebut
diperhitungkan. Persamaan deret Taylor
(Triatmojo, 2002): Fα ;k −1;k ( n −1)
Gambar 1. Grafik daerah penolakan untuk Fα, k-1,
k(n-1) (Irawan dan Astuti, 2006)

Analysis of Variance
Analisis of Variance atau sering dikenal Analisis Korelasi
dengan ANOVA digunakan untuk menyelidiki Korelasi adalah hubungan, begitu pula
hubungan antara variabel respons (dependen) dengan analisis korelasi yaitu suatu analisis yang
dengan 1 atau beberapa variabel prediktor digunakan untuk melihat hubungan antara dua
(independen) (Irawan dan Astuti, 2006). ANOVA variabel atau lebih (Odi, 2008). Analisis korelasi
pada dasarnya terdiri dari dua kelompok. ada beberapa jenis, salah satunya adalah Korelasi
Pengelompokan ditentukan dari jumlah variabel Pearson Product Moment (Riduwan dan Sunarto,
bebasnya. Bila variabel yang akan dianalisis 2009). Irawan dan Astuti (2006) menambahkan
terdiri dari satu variabel terikat dan satu variabel bahwa, koefisien korelasi Pearson berguna untuk
bebas disebut ANOVA satu arah (one way mengukur tingkat keeratan hubungan linear
ANOVA). Bila variabel yang akan dianalisis terdiri antara 2 variabel.
dari satu variabel terikat dan lebih dari variabel Korelasi Pearson Product Moment (PPM)
bebas disebut dengan ANOVA dua arah (two way dilambangkan “r” dengan ketentuan nilai r tidak
ANOVA) (Hartono, 2004). lebih dari harga (-1 ≤ r ≤ +1). Tabel interpretasi
One way ANOVA digunakan untuk Nilai r sebagai berikut:
mengetahui apakah data dari sampel yang ada Tabel 1. Interpretasi Koefisien Nilai r
sudah cukup kuat untuk menggambarkan Interval Koefisien Tingkat Hubungan
populasinya, atau apakah bisa suatu dilakukan
generalisasi tentang populasi berdasarkan hasil 0,80 - 1,000 Sangat Kuat
sampel (Harini, 2010). Irawan dan Astuti (2006) 0,60 - 0,799 Kuat
menambahkan bahwa, jika hasil analisa diperoleh
p-value < α, maka variabel prediktor tersebut 0,40 - 0,599 Cukup Kuat
mempunyai hubungan yang kuat, tetapi jika nilai 0,20 - 0,399 Rendah
p-value yang diperoleh > α, maka variabel
0,00 - 0,199 Sangat Rendah
prediktor tersebut tidak ada hubungan dengan
variabel respons. Sumber: Riduwan dan Sunarto, 2009
Output analisis ANOVA ditampilkan dalam
window session dengan hipotesis: Nilai korelasi berkisar antara -1 sampai +1.
H0 : sampel tiap perlakuan sama (µ1 = µ2) Nilai korelasi negative berarti hubungan antara 2
H1 : ada perlakuan yang tidak sama variabel adalah negatif. Artinya, apabila salah
Hipotesis awal akan ditolak apabila nilai F satu variabel menurun, maka variabel lainnya
hitung melebihi Fα, k-1, k(n-1), dimana α adalah akan meningkat. Sebaliknya, nilai korelasi positif
tingkat kesalahan, k adalah banyak replikasi dan berarti hubungan antara kedua variabel adalah
n adalah banyaknya perlakuan. Nilai nya dapat positif. Artinya, apabila salah satu variabel
dilihat pada table. Selain menggunakan nilai F, meningkat, maka variabel lainnya akan
dapat juga dilihat dari nilai p-value yang meningkat pula dan apabila nilai korelasi bernilai

8 Volume 2 No. 1 November 2011


Pengenalan Pola Gelombang Khas dengan Interpolasi

0, artinya tidak ada korelasi (Irawan dan Astuti, ini, fungsi itu konstan dan grafiknya horizontal
2006). (Barroroh, 2009).
Dengan membuat turunan spektra,
Second Derivative (2D) visualisasi dari pantulan spektra dapat
Program menghitung turunan numerik ditingkatkan, sehingga pengujian yang lebih baik
sangat sederhana. Rumus-rumus turunan dapat dimungkinkan. Analisis pada turunan
dinyatakan sebagai fungsi (Munir, 2006). pertama, sangat bermanfaat untuk menempatkan
Derivative dapat digunakan untuk posisi dari puncak, lembah, dan red-edge
mengumpulkan informasi tentang grafik fungsi. inflection point (r-eip). Turunan kedua
Karena derivative menunjukkan tingkat dimaksudkan untuk menentukan posisi dari r-eip.
perubahan dari suatu fungsi, untuk menentukan R-eip adalah spektral region pada batas antara
dimana suatu fungsi naik, maka hanya memeriksa panjang gelombang merah dan infra merah di
dimana derivativenya positif. Dengan cara yang mana nilai spektral vegetasi meningkat tajam
sama, untuk menemukan dimana suatu fungsi (Ustin et al., 2000 dalam Hartini, 2001).
turun, maka hanya memeriksa dimana Perbedaan dari posisi puncak, lembah dan r-eip
derivativenya negatif. Titik dimana derivative digunakan untuk menjelaskan sifat dari vegetasi.
sama dengan 0 disebut titik kritis. Pada titik-titik

Gambar 2. Posisi dari puncak (P), lembah (T) dan red-edge inflection point (r-eip) pada plot pantulan
spektral vegetasi (Hartini, 2001)

Pengujian derivative pertama dan kedua Pengujian derivative pertama mengatakan bahwa
secara esensial memberlakukan logika yang maksima dan minima itu berpasangan denfan f’
sama, yaitu menjelaskan apa yang terjadi pada melintasi nol dari satu arah ke arah yang lain,
derivative f’(x) didekat suatu titik kritis x0. yang ditunjukkan oleh tanda dari f’ dekat x0.

Jurnal CAUCHY – ISSN: 2086-0382 9


Ari Kusumastuti

Pengujian derivative kedua hanyalah digunakan untk analisis kuantitatif dan kualitatif
pengamatan dengan informasi yang sama (Hayati, 2007).
ditunjukkan pada kemiringan dari garis singgung Spektroskopi FTIR (fourier transform
f’(x) dititik x0 (Barroroh, 2009). infrared) merupakan salah satu teknik analitik
yang sangat baik dalam proses identifikasi
Spektroskopi Infra Merah struktur molekul suatu senyawa. Komponen
Spektroskopi infra merah merupakan utama spektroskopi FTIR adalah interferometer
salah satu alat yang banyak dipakai untuk Michelson yang mempunyai fungsi menguraikan
mengidentifikasi senyawa baik alami maupun (mendispersi) radiasi infra merah menjadi
buatan. Bila sinar infra merah dilewatkan melalui komponen-komponen frekuensi. Penggunaan
cuplikan senyawa organik, maka sejumlah interferometer Michelson tersebut memberikan
frekuensi akan diserap sedang frekuensi yang keunggulan metode FTIR dibandingkan metode
lain diteruskan atau ditransmisikan tanpa spektroskopi infra merah konvensional maupun
diserap. Gambaran antara persen absorbansi atau metode spektroskopi yang lain. Diantaranya
persen transmitansi lawan frekuensi akan adalah informasi struktur molekul dapat
menghasilkan suatu spektrum infra merah. diperoleh secara tepat dan akurat (memiliki
Transisi yang terjadi didalam serapan infra resolusi yang tinggi). Keuntungan yang lain dari
merah berkaitan dengan perubahan-perubahan metode ini adalah dapat digunakan untuk
vibrasi dalam molekul (Sastrohamidjojo, 2001). mengidentifikasi sampel dalam berbagai fase
Daerah radiasi spektroskopi infra merah berkisar (gas, padat atau cair). Kesulitan-kesulitan yang
pada bilangan gelombang 1280-10 cm-1 atau pada ditemukan dalam identifikasi dengan
panjang gelombang 0,78-1000 μm (Khopkar spektroskopi FTIR dapat ditunjang dengan data
1990). yang diperoleh dengan menggunakan metode
Hayati (2007) menambahkan bahwa, spektroskopi yang lain (Harmita, 2006).
dilihat dari segi aplikasi dan instrumentasi Delwiche, et al (2007) telah berhasil
spektroskopi infra merah dibagi ke dalam tiga mengukur jumlah protein glicinin dan β-
jenis radiasi yaitu infra merah dekat, infra merah conglicinin yang terdapat pada biji kedelai
pertengahan, dan infra merah jauh. Daerah menggunakan Near-Infrared Spectroscopy (NIR)
spektroskopi infra merah dapat dilihat pada sampai pada batas screening. Sebelumnya
Tabel 2. protein ini biasa dipisahkan melalui metode
ultrasentrifugasi dan elektroforesis. Mossoba, et
Tabel 2. Daerah spektroskopi infra merah
al (2007) juga telah melakukan penelitian
Panjang Bilangan
tentang pengukuran kuantitatif asam lemak trans
Daerah Gelombang Gelombang
menggunakan spektroskopi infra merah. Metode
μm cm-1
yang digunakan yaitu melalui pengukuran
Dekat 0.78-2.5 12800-4000 ketinggian pita absorbsi asam lemak trans pada
Pertengahan 2.5-50 4000-200 966 cm-1 menggunakan metode second derivative
(2D). Metode ini berhasil mengidentifikasi dan
Jauh 50-100 200-10 memisahkan adanya interferensi pita pada 962-
Sumber: Hayati (2007) 956 cm-1 yang dimilki lemak jenuh pada pita
asam lemak trans pada 966 cm-1. Keberhasilan
Energi dalam spektroskopi infra merah pemisahan pita interferensi ini dapat
dibutuhkan untuk transisi vibrasi, maka radiasi meningkatkan sensitivitas dan akurasi penentuan
infra merah hanya terbatas pada perubahan asam lemak trans pada konsentrasi rendah (≤
energi setingkat molekul. Untuk tingkat molekul, 0.5% dari lemak total) (Barroroh, 2009).
perbedaan dalam keadaan vibrasi dan rotasi
digunakan untuk mengadsorbsi sinar infra Pembagian Daerah Spektra Infra Merah
merah. Jadi untuk dapat mengadsorbsi, molekul Daerah spektra infra merah dapat dibagi
harus memiliki perubahan momen dipol sebagai menjadi 2, yaitu (Mudasir dan Candra, 2008):
akibat dari vibrasi. Radiasi medan listrik yang 1. Daerah frekuensi gugus fungsional
berubah-ubah akan berinteraksi dengan molekul Terletak pada daerah radiasi 4000–1400 cm-1.
dan akan menyebabkan amplitudo salah satu Pita-pita absorpsi pada daerah ini utamanya
gerakan molekul (Khopkar, 1990). disebabkan oleh vibrasi dua atom, sedangkan
Ada 2 jenis instrmentasi untuk absorbsi frekuensinya karakteristik terhadap massa
infra merah yaitu, instrumentasi dispersi atom yang berikatan dan konstanta gaya
(konvensional) yang hanya digunakan untuk ikatan.
analisis kualitatif dan instrumentasi yang 2. Daerah sidik jari (fingerprint)
menggunakan Fourier Transform (FTIR) dapat Yaitu daerah yang terletak pada 1400–400
cm-1. Pita-pita absorpsi pada daerah ini

10 Volume 2 No. 1 November 2011


Pengenalan Pola Gelombang Khas dengan Interpolasi

berhubungan dengan vibrasi molekul secara besar vibrasi yang tidak dapat dimengerti.
keseluruhan. Setiap atom dalam molekul akan Dengan membandingkan spektra infra merah
saling mempengaruhi sehingga dihasilkan dari dua senyawa yang diperkirakan identik
pita-pita absorpsi yang khas untuk setiap maka dapat dinyatakan kedua senyawa tersebut
molekul. identik atau tidak.
Menurut Hayati (2007), spektroskopi infra Akan jauh lebih sulit untuk membedakan
merah mengandung banyak serapan yang ikatan-ikatan tertentu dalam area sidik jari
berhubungan dengan sistem vibrasi yang daripada dalam area yang lebih ‘bersih’ yang
berinteraksi dalam suatu molekul akan berada dalam area dengan bilangan gelombang
memberikan puncak-puncak yang sangat yang lebih besar. Hal penting dalam area sidik jari
karakteristik dalam spektra. Corak puncak ini ini adalah setiap senyawa yang berbeda
dikenal sebagai “sidik jari” molekul yang menghasilkan pola lembah yang berbeda-beda
merupakan daerah yang mengandung sejumlah pada spektrum bagian ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data FTIR

0.0008

0.0006

0.0004

0.0002

-0.0002 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500

-0.0004

-0.0006

-0.0008

-0.001
Gambar 3. Data second derivation FTIR

Gambar 4. Hasil pengenalan pola dengan interpolasi

Jurnal CAUCHY – ISSN: 2086-0382 11


Ari Kusumastuti

(a). Interpolasi

0.00001
Second Derivative (2D)

0.000005

0
965 970 975 980 985 990
-0.00000

-0.00001

-0.00001
Bilangan Gelombang

(b). Perbesaran Second Derivative


Gambar 5. a) Hasil analisis interpolasi dan (b) Perbesaran Second Derivative.

Ekspansi deret Taylor dari data second derivation FTIR:


y = 4.7907e-12 x8 – 3.7484e-8 x7 + 1.2831e-4 x6 – 0.2510 x5 + 306.8267 x4 – 2.4006e+4 x3 + 1.1739e+8 x2 –
3.2802e+10 x + 4.0100e+12.

PENUTUP [2] Chopra, (2002) Numerical Methods for


Engineering, Mc Graw Hill
Pada akhir penelitian ini prosedur interpolasi
[3] Naseem (2010), Fundamental Numerical
mampu membaca secara lebih detail
Analysis and Error Estimation, Anamaya
dibandingkan dengan second derivation FTIR.
Publisher, New Delhi
Selanjutnya analisis syaraf tiruan dapat di
kerjakan sehingga bentuk spectra gelombang [4] Barroroh (2009). Identifikasi Pola Khas
objek mampu dikenali untuk mengganti FTIR Spektra Inframerah Dengan Second
yang relatif mahal. Prosedur pemberian bobot Derivative. Penelitian
yang efektif pada langkah JST mampu mengenali
[5] Hayati (2007). Dasar-dasar Analisis
pola gelombang suatu objek dengan baik.
Spektroskopi
[6] Harini(2010). Praktikum Statistik Elementer
DAFTAR PUSTAKA
[7] Riduan (2009). Pengantar Statistik Untuk
[1] Mathews, J.H., (1999). Numerical Methods Penelitian. Alfabeta, bandung
using Matlab [8] Sastrohadimidjojo(2001). Spektroskopi. Li-
berty, Yogyakarta

12 Volume 2 No. 1 November 2011

Anda mungkin juga menyukai