Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH FISIKA LINGKUNGAN

PEMANFAATAN LIMBAH KELAPA SAWIT SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK


TENAGA BIOGAS

DISUSUN OLEH :

REFKA ALIAN F1051181017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2021
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah fisika lingkungan tentang
pemanfataan limbah kelapa sawit sebagai pembangkt listrik tenaga biogas ini tepat waktu.Penulis
juga mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah fisika lingkungan yang
telah memberikan tugas penulisan makalah ini sehingga penulis dapat menambah pengetahuan
tentang pemanfaataan limbah kelapa sawit sebagai bahan bakar pembangkit listrik tenaga biogas.
Tidak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan yang telah turut
berpartisipasi dalam penulisan makalah ini.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisika Lingkungan yang diampu
oleh dosen Hamdani M.Pd. Makalah ini berisi materi tentang pemanfaatan limbah kelapa sawit
sebagai bahan bakar pembangkit listrik tenaga biogas yang merupakan salah satu alternatif
energi terbarukan.

Dalam kehidupan di dunia ini kita tahu bahwa tidak ada satu hal pun yang sempurna,
demikian juga dengan makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat
banyak sekali kekurangan yang mungkin penulis tidak sadari. Penulis sangat mengharapkan
kritik yang membangun dari para pembaca untuk kesempurnaan makalah ini agar menjadi lebih
baik lagi. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi orang-orang yang
membacanya.

Pontianak, 19 April 2021

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Energi listrik merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia untuk menjalankan
aktivitasnya. Energi listrik sangat diperlukan dalam berbagai sektor kehidupan manusia.
Ketergantungan manusia terhadap ketersediaan energi listrik sangatlah tinggi. Seperti
yang kita tahu bahwa pembangkit listrik di Indonesia termasuk di Kalimantan Barat
banyak menggunakan bahan bakar yang tidak terbarukan salah satunya adalah
pembangkit listrik tenaga bahan bakar fosil. Jika listrik di Indonesia atau di Kalimantan
Barat terus-menerus hanya menggunakan bahan bakar yang tidak terbarukan maka pada
suatu waktu saat ketersediaan bahan bakar tersebut habis ketersediaan listrik juga
menurun. Oleh karena itu perlu adanya penggunaan pembangkit listrik dengan bahan
bakar terbarukan, salah satunya adalah pembangkit listrik tenaga biogas dengan
menggunakan bahan bakar dari limbah kelapa sawit.
Kita tahu bahwa Indonesia merupakan penghasil kelapa sawit nomor dua terbesar
didunia setelah Malaysia. Salah satu provinsi penghasil kelapa sawit di Indonesia adalah
Kalimantan Barat. Kalimantan Barat merupakan provinsi dengan lahan perkebunan
kelapa sawit terluas ketiga ditanah air dengan luas perkebunan sekitar 1,4 juta hektar atau
setara dengan tiga kali luas pulau Lombok. Berdasarkan hal ini maka Kalimantan Barat
merupakan salah satu provinsi yang berpotensi untuk dijadikan sebagai daerah
pembangkit listrik dengan memanfaatkan kelapa sawit. Setiap tahunnya prosuksi kelapa
sawit terus meningkat, hal ini juga berarti limbah yang dihasilkan juga semakin
meningkat. Limbah kelapa sawit jika dibiarkan begitu saja maka akan merusak atau
mencemari lingkungan. Oleh karena itu dengan adanya pembenagkit listrik tenaga biogas
yang memanfaatkan limbah kelapa sawit sebagai bahan bakarnya akan mengurangi
pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah tersebut jika dibiarkan begitu saja.
Buah kelapa sawit yang selama ini kita kira hanya menghasilkan minyak ternyata
telah menyumbangkan limbah produksinya berupa cangkang kelapa sawit (palm oil
shell). Cangkang kelapa sawit ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber penghasil energi
listrik. Bahkan tidak hanya cangkang kelapa sawit saja yang diambil namun serat sawit
(palm oil fiber), tandan kosong (empty fruit bunch) dan juga limbah cair (palm oil mills
effluent) juga ikut serta dimanfaatkan dalam pembangkit listrik tenaga biogas ini. Pada 1
ton kelapa sawit menghasilkan limbah berupa tandan kosong kelapa sawit sebanyak 23%
atau 230 kg, limbah cangkang sebanyak 6,5% atau 65 kg, sabut 13% atau 130 kg. Biogas
dengan bahan bakar kelapa sawit merupakan bahan bakar gas yang sangat menarik untuk
dikembangkan karena dapat diperbaharui dan dapat dibuat sendiri dengan teknologi yang
tidak terlalu rumit.
B. Rumusan Masalah
a. Apa saja manfaat limbah kelapa sawit bagi lingkungan atau bagi manusia ?
b. Berapa besar potensi penggunaan PLTBG berbahan bakar kelapa sawit di Kalimantan
Barat ?
c. Bagaimana proses terbentuknya biogas ?
d. Bagaimana prinsip kerja dari PLTBG ?
e. Apa dampak PLTBG bagi lingkungan ?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui manfaat limbah kelapa sawit bagi lingkungan maupun bagi
manusia.
b. Untuk mengetahui seberapa besar potensi PLTBG berbahan bakar kelapa sawit di
Kalimantan Barat.
c. Untuk mengetahui proses terbentuknya biogas
d. Untuk mengetahui bagaimana prinsip kerja PLTBG
e. Untuk mengetahui apa saja dampak PLTBG bagi lingkungan.
BAB 2
ISI
A. Manfaat Limbah Kelapa Sawit
a. Tandan kosong
Tandan kosong kelapa sawit (tangkos) adalah salah satu produk
sampingan dari industri pengolahan kelapa sawit yang memiliki potensi yang
cukup besar untuk dapat dikembangkan.  Selama ini tangkos telah
dimanfaatkan sebagai pupuk, bahan alternatif untuk mengisi rongga jok mobil
dan membuat matras atau kasur, briket, dan bahan baku pembuatan kertas.
Kandungan unsur hara makro (N, P, K, Mg, Ca) pada limbah tandan kosong
sawit cukup tinggi sehingga bagus untuk digunakan sebagai pupuk organic
(kompos). Sebagai bahan pembuatan kompos, tangkos dapat diproses menjadi
kompos dengan menggunakan bioaktivator dalam waktu yang lebih cepat. 
Pupuk organik ini dapat dimanfaatkan untuk optimalisasi lahan perkebunan
kelapa sawit dengan pola intercropping antara tanaman kelapa sawit yang
masih muda dengan tanaman jagung. Hasil kajian menunjukkan pemberian
kompos tangkos  dengan dosis 150 kg/tanaman untuk kelapa sawit dan 6 t/ha
untuk tanaman jagung dengan pola intercropping dapat meningkatkan tinggi
tanaman kelapa sawit 20 cm selama 10 bulan dan memberikan hasil jagung
sebanyak 6,8 t/ ha.
Selain untuk pupuk, serat tangkos juga dapat  dimanfaatkan sebagai
material tekstil yang memiliki karakter khusus dan mempunyai nilai ekonomi
yang cukup tinggi. Tandan kosong kelapa sawit memiliki ciri khas visual
seperti kekuatan dan  panjang yang cukup stabil, kemudahan menyerap warna,
dan serat yang dapat diurai menjadi ukuran yang kecil. Untuk itu maka tandan
kosong kelapa sawit berpeluang untuk dikembangkan sebagai struktur produk
untuk aksesoris fashion yang tidak kontak langsung dengan kulit, kalaupun
ada kontak langsung tidak terlalu sering, karena serat tandan kosong kelapa
sawit memiliki karakteristik serat yang keras dan berserabut.  Teknik yang
paling optimal untuk pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit yaitu teknik
tenun.  Menggunakan teknik tenun dapat menyokong karakteristik serat yang
getas agar dapat lebih kuat karena bantuan benang lusinya. Selain itu,
pemanfaatan tandan kosong juga dapat digunakan sebagai bahan bakar
PLTBM (pembangkit listrik tenaga biomassa).
Mengingat jumlah tangkos yang dihasilkan setiap ton Tandan Buah Segar
(TBS) Kelapa Sawit yang diolah mencapai sekitar 23%, maka limbah berupa
tandan buah kosong ini besar potensinya dan perlu mendapatkan perhatian
kita semua. Pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit ini dapat mengangkat
nilai kearifan lokal dan sumber daya alam yang belum terolah secara optimal,
yang tidak hanya mempertimbangkan nilai fungsional, namun juga nilai
estetika.
b. Cangkang kelapa sawit
Cangkang sawit baik untuk bahan arang karena cangkang sawit memiliki
kandungan zat lignoselulosa, sehingga arang yang dihasilkan memiliki
kualitas tinggi. Kelebihan lain yang ditonjolkan oleh arang sawit ini ialah
masalah beratnya yang dapat mencapai 1,4 gram/ml, serta pembakaran arang
dapat menghasilkan energi panas yang lebih besar yakni sejumlah 20.093
kJ/Kg.  Cangkang Sawit berguna sebagai bahan bakar Boiler, yakni mengubah
limbah menjadi uap yang dapat menggerakan mesin turbin. Selain itu,
berfungsi pula untuk mengoperasikan segala mesin yang berbasis uap.
Tekanan api yang dihasilkan juga lebih memiliki tingkat daya panas yang
maksimal dan lebih besar. Cangkang sawit memiliki kelebihan sebagai bahan
bakar yang ramah terhadap lingkungan karena tidak mengandung sulfur
sehingga tidak menghasilkan gas pencemar.Untuk itulah maka cangkang sawit
merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang dapat menghemat
persediaan minyak bumi.
Cangkang Sawit dapat pula dijadikan sebagai campuran pakan ternak,
dimana yang dimanfaatkan ialah bagian lapisan luar (kulit daging) kelapa
sawit. Perpaduan antara kulit luar dengan tempurung  dapat mempercepat
tingkat metabolisme tubuh sekaligus pertumbuhan binatang-binatang,
khususmya sapi, kambing, bebek, ikan sampai dengan ternak ayam.
Penggunaan cangkang sawit sebagai campuran pakan ternak ini harus melalui
prosedur yang baik dan benar, menggunakan proses pengolahan yang aman
dan memudahkan binatang untuk memakannya.
c. Bungkil kelapa sawit
Bungkil inti sawit (BIS) merupakan salah satu hasil samping pengolahan
inti sawit dengan kadar 45-46% dari inti sawit. Bungkil Inti Sawit dapat
digunakan untuk pakan ternak, namun memiliki palatabilitas yang rendah
sehingga menyebabkan kurang cocok untuk ternak monogastrik dan lebih
sering diberikan kepada ruminansia terutama sapi perah. Kualitas BIS
bervariasi tergantung pada kandungan minyak BIS, kontaminasi tempurung
kelapa sawit, serta kandungan asam aminonya. Selain itu, nilai kecernaan BIS
juga cukup rendah, baik kecernaan bahan kering maupun protein dan asam
amino, oleh karena itu ketika menggunakan BIS dalam jumlah tinggi maka
penyusunan pakan harus diatur sedemikian rupa sehingga berbasis nutrisi
tercerna.
Untuk mengatasi masalah kecernaan BIS yang rendah, perlu dilakukan
penambahan enzim (selulase, xylanase, amilase, protease, dan phytase)
sehingga nutrisi dalam BIS dapat dimaksimalkan. Selain itu, dapat juga
dilakukan fermentasi substrat padat menggunakan mikrob penghasil protease
dan karbohidratase, seperti Rhizopus oligosporus, Aspergillus niger atau
Eupenicilium javanicum. Kapang ini dapat menurunkan kadar serat kasar dan
neutral detergent fiber.
Bungkil inti sawit biasanya dapat diberikan sebesar 30% dalam pakan
ternak, namun dapat digunakan sampai sebesar 40% dalam konsentrat untuk
penggemukan ternak yang ditambah dengan 20% molases. Berdasarkan
penelitian yang menggunakan bungkil inti sawit sebanyak 30% ditambah
molases 3,25% dan bahan lainnya pada ternak, hasilnya dapat menyamai bila
ternak tersebut diberikan pakan konvensional. Dengan semakin berkurangnya
lahan rumput dan padang gembala karena semakin banyak alih fungsi lahan
untuk pembangunan, industri, perumahan dan lain-lain, sementara populasi
ternak ternak semakin meningkat maka diperlukan alternatif pakan ternak dari
limbah sawit.
d. Limbah cair kelapa sawit (Palm Oil Mills Effluent/POME)
Limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) atau Palm Oil Mill Effluent
(POME) merupakan salah satu jenis limbah organik agroindustri berupa air,
minyak dan padatan organik yang berasal dari hasil samping proses
pengolahan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit menjadi Crude Palm Oil
(CPO). Jumlah limbah cair yang dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit ini
cukup besar, berkisar antara 600 - 700 liter/ton tandan buah segar (TBS).
Limbah cair kelapa sawit (POME) ini kemudian dimanfaatkan menjadi tenaga
listrik melalui proses anaerob digestion dengan teknologi covered lagoon atau
Continuos Stirred Tank Reactor (CSTR). POME dari produksi CPO dapat
dimanfaatkan menjadi biogas dan listrik. Palm Oil Mill Effluent (POME)
dapat diolah menjadi energi dan dimanfaatkan untuk memasok listrik. Limbah
cair sawit memiliki kandungan organik kemudian difermentasi dengan bakteri
untuk menghasilkan biogas yang mengandung gas methane.
e. Limbah gas
Limbah gas berasal dari gas buangan pabrik kelapa sawit pada proses
produksi CPO. Selain menghasilkan gas Metana sebagai energi, saat ini
POME juga dilaporkan dapat menghasilkan gas Hidrogen sebagai energi.
POME menghasilkan gas hidrogen dengan menggunakan teknologi elektro
koagulasi. Dengan pemanfaatan POME menjadi energi listrik, Indonesia
dapat berkontribusi pada keseimbangan lingkungan hidup serta Sustainable
Development Goals (SDG) sekaligus meningkatkan rasio elektrifikasi
nasional. Tandan kosong kelapa sawit juga berpotensi dikembangkan sebagai
biomassa untuk menghasilkan sekitar 50.000 megawatt (MW). Biogas
merupakan sumber energi yang dihasilkan setelah proses pembusukan tandan
kosong selama dua bulan dan dimanfaatkan untuk keperluan memasak.
B. Potensi Penggunaan PLTBG Kelapa Sawit di kalimantan Barat
Indonesia merupakan negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia,
pada tahun 2016 produksi crude palm oil (CPO) mencapai 33,229 juta ton, dengan
luas lahan sekitar 12 juta hektar [2]. Sedangkan produksi CPO Malaysia pada
tahun 2016 mencapai 17,320 juta ton dan Thailand 2,3 juta ton. Industri
perkebunan kelapa sawit menghasilkan limbah padat dan cair yang dapat
digunakan sebagai sumber energi. Limbah padat tandan kosong sawit (TKS) dan
limbah cair palm oil mill effluent (POME) yang tidak ditangani secara baik
merupakan sumber pencemaran lingkungan. Gas methana yang dihasilkan oleh
tandan kosong (TKS) dan POME akan berpengaruh terhadap pemanasan global
dan berpotensi menjadi isu global yang merugikan industri perkebunan kelapa
sawit di Indonesia.
Luas areal perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Barat pada akhir tahun
2015 telah mencapai lebih dari 1,4 juta hektar, dengan produksi tandan buah segar
(TBS) mencapai lebih dari 10 juta ton. Budi daya perkebunan kelapa sawit
dikembangkan diseluruh Kabupaten yang ada Propinsi Kalimantan Barat yang
memiliki luas daratan sekitar 14,68 juta hektar dengan jumlah penduduk kurang
lebih 5 juta jiwa. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Dinas ESDM Provinsi
Kalimantan Barat, tingkat elektrifikasi mencapai sekitar 78% dan masih tersisa
22% pemukiman masyarakat yang belum memperoleh pasokan energi listrik.
Daerah yang belum dialiri listrik umumnya adalah pemukiman terpencil yang
sulit dijangkau dengan jumlah penduduk yang tidak banyak. Pemerataan pasokan
energi listrik hingga keseluruh pelosok daerah terpencil memerlukan biaya
operasional yang sangat mahal, sehingga permasalahan ini menjadi pertimbangan
utama dalam analisis kelayakan ekonomis.
Dengan melihat kondisi perkebunan kelapa sawit yang ada di Kalimantan
Barat dan kondisi masyarakat yang masih banyak belum memperoleh pasokan
listrik maka sangat besar kemungkinan atau potensi pembangkit listrik tenaga
biogas dengan bahan bakar kelapa sawit di gunakan di daerah Kalimantan Barat.
Potensi yang dimiliki daerah Kalbar sangatlah besar karena peningkatan produksi
kelapa sawit yang selalu meningkat setiap tahunnya. Dengan semakin banyaknya
produksi kelapa sawit di Kalimantan Barat pada setiap tahunnya maka secara
tidak langsung juga akan meningkatkan limbah yang dihasilkan sehingga
kebutuhan bahan bakar untuk PLTBG dapat terpenuhi dan PLTBG dapat
digunakan di Kalimantan Barat untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat
daerah yang belum mendapatkan listrik akan terpenuhi dan penyebaran listrik di
Kalimantan Barat dapat merata.
C. Proses Terbentuknya Biogas
a. Tahap hidrolis
Pada tahap hidrolisis, bahan-bahan organik yang mengandung selulosa,
hemiselulosa dan bahan ekstraktif seperti protein, karbohidrat dan lipida akan
diurai menjadi senyawa dengan rantai yang lebih pendek. Pada tahap
hidrolisis, mikroorganisme yang berperan adalah enzim ekstraselular seperti
selulose, amilase, protease dan lipase.
b. Tahap pengasaman
Pada tahap pengasaman, bakteri akan menghasilkan asam yang akan
berfungsi untuk mengubah senyawa pendek hasil hidrolisis menjadi asam
asetat (CH3 COOH), H2 dan CO2 . Bakteri ini merupakan bakteri anaerob
yang dapat tumbuh pada keadaan asam, yaitu dengan pH 5,5-6,5. Bakteri ini
bekerja secara optimum pada temperatur sekitar 30o C Untuk menghasilkan
asam asetat, bakteri tersebut memerlukan oksigen dan karbon yang diperoleh
dari oksigen yang terlarut dalam larutan. Untuk terjadinya metabolisme yang
merata diperlukan pencampuran yang baik dengan konsentrasi air > 60%.
Selain itu, bakteri tersebut juga mengubah senyawa yang bermolekul rendah
menjadi alkohol, asam organik, asam amino, CO2 , H2 S dan sedikit gas CH4.
c. Tahap pembentukan gas CH4
Pada tahap pembentukan gas CH4 , bakteri yang berperan adalah bakteri
methanogenesis (bakteri metana). Kelompok bakteri metana, yaitu dari jenis
methanobacterium, methanobacillus, methanosacaria, dan methanococcus.
Bakteri ini membutuhkan kondisi digester yang benar-benar kedap udara dan
gelap. Temperatur dimana bakteri ini bekerja secara optimum adalah pada 35o
C dan sangat sensitif terhadap26 Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional
dan Pemanfaatan perubahan temperatur sekitar 2-3o C. Kisaran pH adalah
6,5-7,5. Pada akhir metabolisme dihasilkan CH4 dan CO2 dari gas H2 , CO2
dan asam asetat yang dihasilkan pada tahap pengasaman.

D. Prinsip Kerja PLTBG


1. Pencucian biogas
Biogas terbentuk melalui proses digesterisasi di dalam drum (fermentasi).
Biogas diperoleh dari pemrosesan fermentasi dari limbah organik yang sudah
tidak memiliki kandungan gas yang tidak mudah bisa terbakar. Produk biogas
terdiri dari, karbondioksida (CO2) 25-45 %, metana (CH4) 55-75 %nitrogen (N2)
0-0,3 %, hidrogen sulfida (H2S) 0-3 %, hidrogen (H2) 1-5 %, uap air dan oksigen
(O2) 0,1- 0,5 %. Biogas di produksi oleh dekomposisi bahan organik tanpa (O 2).
Ada beberapa cara yang dapat di peroleh, baik dalam tabung terkontol
(biodigester) atau tempat pembuang akhir saniter. Terbentuknya biogas adalah
(CH4) gas metana dan (CO2). (CH4) konsentrasi biasanya berkisar dari 2% hingga
40%. Bahan kimia lainnya unsur hadir dalam gas landfill (LFG), nitrogen (N),
hidrogen (H), oksigen (O), argon (Ar), hidrogen sulfat (H2S) dan sulfat (S).
kandungan metana yang cukup tinggi dalam biogas dapat menggantikan
peran LPG dan bahan bakar bensin. Tetapi dalam biogas terdapat kandungan lain
selain methane yang perlu adanya proses pemurnian. Gas tersebut adalah gas H 2S
yang dianggap sebagai pengotor dan bila ikut terbakar dan terbebas dengan udara
dapat teroksidasi menjadi SO2 dan SO3 yang bersifat korosif dan bila teroksidasi
lebih lanjut oleh H2 O dapat memicu hujan asam. Selain H2S terdapat juga uap air
dan CO2 yang tidak bermanfaat pada saat pembakaran. Biogas yang mengandung
sejumlah H2O dapat berkurang nilai kalornya. Gas H 2O sebagaimana gas H2 S
juga perlu dibersihkan dari biogas.
Dalam pembangkit listrik tenaga biogas sangat penting untuk dilakukan
proses pencucian biogas. Salah satunya adalah pencucian H2O dan H2S. pencucian
ini dapat memperpanjang umur mesin. Bahkan pemurnian CO 2 juga perlu
dipertimbangkan karena dapat meningkatkan nilai kalor biogas. Untuk pemurnian
biogas maka kebutuhannya dapat dilihat dari gambar dibawah ini :

Aplikasi H2O H2S CO2


Boiler Tidak perlu ¿ 1000 ppm Tidak perlu
Kompor Tidak perlu Tidak perlu Perlu
Mesin stasioner Hindari ¿ 1000 ppm Tidak perlu
kondensasi
Transportasi Perlu Perlu Direkomendasikan
Grid gas alam Perlu Perlu Perlu

a. Pencucian biogas dari unsur H2O


Tujuan dari pengurangan H2O adalah karena kondensat yang terbentuk dapat
terakumulasi dalam saluran gas dan dapat juga membentuk larutan asam yang
korosif ketika H2S terlarut dalam air. Pengurangan kadar H2O yang sederhana
dilakukan dengan cara melewatkan biogas pada suatu kolom yang terdiri dari
silika gel atau karbon aktif. H2O selanjutnya dapat diserap oleh silika gel atau
karbon aktif. Efektivitas dari penyerapan H2O oleh silika gel atau karbon aktif
dapat dinyatakan dengan perumusan sederhana sebagai berikut:
( ma 2−m a 1 ) ∆ t
Efektivitas penyerapan H2O =
Q biogas
Dimana :
Ma1 = massa absorbsen awal (gr)
Ma2 = massa absorbsen akhir (gr)
∆ t = selang waktu pengambilan (s)
Qbiogas = debit biogas (m3/s)

Gambar teknik pencucian biogas


b. Pencucian biogas dari unsur H2S
Tujuan dari pencucian biogas terhadap H2S adalah:
 Mencegah korosi.
 Menghindari keracunan H2S (maksimum yang diperbolehkan ditempat
kerja adalah 5 ppm).
 Mencegah kandungan sulfur dalam biogas yang jika terbakar menjadi
SO2 atau SO3 yang lebih beracun dari H2S. SO2 yang terbawa oleh gas
buang biogas menyebabkan turunnya titik embun gas dalam cerobong.
H2SO3 yang terbentuk bersifat sangat korosif.

Secara umum, pencucian (pengurangan) H2S dari biogas dapat dilakukan


secara fisika, kimia, atau biologi. Pemurnian secara fisika misalnya
penyerapan dengan air, pemisahan dengan menggunakan membran atau
absorbsi dengan absorben misalnya dengan menggunakan absorben karbon
aktif. Metode fisika ini relatif mahal karena absorben sulit diregenerasi dan
efektivitas pengurangan H2S yang rendah. H2S yang dipisahkan dari biogas
masih berupa larutan.
Gambar pencucian biogas dengan scrubber air

Pemurnian H2S dengan scrubber air dapat juga digunakan untuk


mengurangi konsentrasi CO2 dalam biogas. Metode pemurnian H2S dengan
scrubber air dapat terjadi karena H2S mempunyai kelarutan yang tinggi dalam
air dibandingkan kelarutan CO2 . Air yang mengandung H2S dan CO2
kemudian dapat diregenarasi dan dialirkan kembali ke dalam kolom scrubber.
Regenerasi dapat dilakukan dengan de-pressurizing atau dengan melepaskan
udara dalam kolom yang sama. Namun demikian, pelepasan udara tidak
direkomendasikan ketika kandungan H2S cukup tinggi karena air akan dengan
cepat terkontaminasi H2S. Pelepasan udara yang berlebihan juga berbahaya.
Biogas yang bercampur dengan udaraTeknik Pencucian Biogas 37 dapat
meledak jika konsentrasinya mencapai 6-12% (tergantung dari kandungan
CH4 dalam biogas). Pemurnian dengan cara biologi yaitu dengan
menggunakan bakteri yang mampu menguraikan H2S menjadi sulfat.
Kebanyakan mikroorganisme yang digunakan untuk menguraikan H2S adalah
dari keluarga thiobacillus. Metode biologi ini efektif untuk mereduksi
kandungan H2S dalam biogas, tetapi metode iniselain sulit dalam
pengoperasiannya juga sangat mahal. Metode biologi ini juga dapat
menambah jumlah oksigen dalam biogas. Pemurnian biogas dari kandungan
H2S yang sering dilakukan adalah diserap secara kimiawi. Pada metode ini
H2S diserap secara kimiawi (bereaksi secara kimia) oleh larutan absorben.
Selanjutnya absorben yang kaya H2S diregenerasi untuk melepas kembali H2S
-nya dalam bentuk gas atau sulfur padat. Absorben yang umum digunakan
adalah larutan nitrit, larutan garam alkali, slurry besi oksida atau seng oksida
dan iron chelated solution.

2. Dasar-dasar motor bakar pada biogas


Motor bakar merupakan salah satu mesin penggerak mula yang mempunyai
peranan penting sebagai tenaga penggerak berbagai macam peralatan dari
kapasitas kecil sampai besar. Beberapa paramater penting yang berpengaruh pada
kerja motor bakar adalah torsi dan daya poros.
Torsi adalah ukuran kemampuan mesin untuk menghasilkan kerja. Besarnya
torsi dapat dihitung dengan rumus :
Ne
T = 2 πn
60
Dimana :
T = torsi (N.m)
Ne = daya poros (watt)
n = putaran poros (rpm)

E. Dampak PLTBG Bagi Lingkungan


BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/96273/Pemanfaatan-Limbah-Kelapa-
Sawit/

Anda mungkin juga menyukai