Anda di halaman 1dari 103

Bab 3 Laju Perpindahan Panas

TIK:
1. Menghitung laju perpindahan panas konduksi pada permukaan
benda datar, silinder, dan bola.
2. Menghitung laju perpindahan panas konveksi pada permukaan
benda datar, silinder, dan bola.
3. Menghitung laju perpindahan panas radiasi pada permukaan benda
datar, silinder, dan bola
Tri Hartono 2007
3.1. Pendahuluan
 Dalam bab II telah ttg penjabaran pers distribusi suhu untuk
benda dg permukaan bidang datar, silinder, dan bola
berongga. Selanjutnya hasil penjabaran pers tsb digunakan
dlm menghitung laju pp scr konduksi, konveksi, dan radiasi.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa pp dapat
berlangsung pada keadaan mantap (steady state) dan tidak
mantap (unsteady state). Demikian juga dengan arah aliran
panasnya, dapat terjadi dari satu arah atau dapat juga terjadi
lebih dari satu arah.
 Dalam bab ini, pembahasan hanya ditujukan pada pp keadaan
mantap (steady state) dan aliran panas satu arah (satu
dimensi), serta tidak ada panas yang dibangkitkan maupun
disimpan oleh benda
Tri Hartono 2007
3.2 Laju Perpindahan Panas Konduksi

 Laju pp konduksi keadaan mantap dg aliran panas satu arah


tergantung pada permukaan benda yg dilaluinya. Oleh
karena itu dalam sub bab ini akan dibahas laju pp untuk
permukaan bidang datar (dinding), silinder, dan bola
berongga,termasuk bila permukaan tersebut diisolasi
(disekat) oleh bahan lain yang berbeda baik tersusun secara
seri maupun tersusun seri – paralel.

Tri Hartono 2007


3.2.1 Permukaan/Dinding Datar T − T1
2
T= L
x + T1 ....(2.8)
Seperti telah dijelaskan dalam bab II, khususnya sub bab 2.3, telah
dihasilkan suatu persamaan distribusi suhu (pers 2.8) shg jk
dideferensialkan diperoleh persamaan (2.10) yaitu
T
dT T2 − T1
= ………………(2.10)
dx L
T1
T2
Gambar 7. menunjukkan suatu
bidang datar yang terbuat dari satu x
bahan saja dengan daya hantar
panas bahan k L
T1 T2
L
kA
Tri Hartono 2007 Gambar 7. Dinding datar terdiri satu bahan
Dengan menggunakan hukum Fourier serta persamaan (2.10) diperoleh :
T1 − T2
dT T −T T −T
qx = -k. A. =-kA 2 1 = L = 1 2 …………….. (3.1)
dx L k.A R
L
dimana R = = tahanan dinding
k.A

Tri Hartono 2007


Contoh Soal
 Tentukan panas hilang tiap m2 permukaan yg lewat dinding bata
setebal 0,5 m, jika suhu permukaan dalam 400 0K dan permukaan
luarnya 300 0K. Konduktivitas panas bata 0,7 W/m 0K.
Jawab
T1 − T2 T1 − T2 400 − 300
qx = L ⇒ qx /A = L = 0,5 = 140 W/m2
k.A k 0,7

Jika dinding pada Gbr 7. dilapisi dengan bahan penyekat lain yg


berbeda & tersusun scr seri seperti terlihat pada gbr 8, maka laju pp-
nya dpt dihitung dg menggunakan pers (2.9) yaitu

Tri Hartono 2007


T

1 2 3

T0 T1 Gambar 8. Dinding
L1 datar terdiri dari tiga
T2 macam bahan berbeda
L2 tersusun secara seri

T3
x
L3

∆x1 ∆x2 ∆x3

R1 R2 R3

∆x1 ∆x2 ∆x3


k1 A k2 A k3 A
Tri Hartono 2007
Untuk 0 ≤ x < L1
T − T0 x T1 − T0 dT T1 − T0
.x + T0
T1 − T0 = L1 ⇒ T=
L1
⇒ dx =
L1

Untuk L1 ≤ x < L2

T − T1 x − L1 T2 − T1
= ⇒ T= .( x − L1 ) + T1 ⇒ dT = T2 − T1
T2 − T1 L2 − L1 L2 − L1 dx L2 − L1

Untuk L2 ≤ x < L3

T − T2 x − L2 T3 − T2 T − T2
.( x − L2 ) + T2 ⇒ dT = 3
T3 − T2 = L3 − L2 ⇒ T=
L3 − L2 dx L3 − L2

Tri Hartono 2007


Karena perpindahan panas berlangsung pada keadaan mantap, maka qx
(hukum Fourier) pada masing-masing bahan dinding adalah tetap
T0 − T1
T1 − T0 T0 − T1
= L1 = ∆x1
dT
qx = -k. A. = - k1 A
dx L1 k1 . A
k .A 1

T1 − T2
T −T
qx = -k2. A. 2 1 = ∆x 2
L2 − L1 k 2 .A
T2 − T3
T3 − T2
qx = -k3. A. = ∆x3
L3 − L2 k3 .A
Jika ketiga persamaan di atas digabungkan akan didapat

T0 − T3
∆T
qx = ∆x1 + ∆x 2 + ∆x3 = ………………….(3.2)
R1 + R2 + R3
k1 . A k 2 . A k 3 . A

Tri Hartono 2007


Contoh Soal

Suatu Furnace mempunyai konstruksi seperti pada gambar di bawah. Bila


suhu dinding dalam 1200 0K dan dinding terluar 330 0K. Tentukan :

a. Panas yang hilang tiap satuan luas permukaan dinding


b. Suhu dinding antara batu tahan api dan batu isolasi

1200 − 330
qx 1200 − 330 1200 − 330
a. = ∆x1 + ∆x 2 + ∆x3 = = 0,2 0,1 0,1 = 1141,9 W/m2
A k1 k2 k3 R1 + R2 + R3 + +
1,4 0,21 0,7

1200 − T
b. q x = ∆x1
A k1
1200 − T
1141,9 W/m2 = 0,2 ⇒ T = 1036,9 0K

1,4
Tri Hartono 2007
Gbr 9. Susunan dnding rumah tinggal

Batu tahan api


Batu Isolasi
k1 = 1,4 W/m. 0K
k2 = 0,2 1 Batu Bata
T = 1200 0K k3 = 0,7
T = 330 0K

x1 = 0,2 x2 = 0,1 x 3= 0,1

Tri Hartono 2007


Gambar 10. Dinding datar terdiri dari bermacam bahan tersusun seri - paralel

Jika suatu dinding datar berlapis


tersebut tersusun secara seri –
2a 4a
paralel seperti terlihat pada
gambar 10, maka untuk
menentukan laju perpindahan 3 4b
qx 1
panasnya yang dihitung pertama
2b
kali adalah tahanan (R) yang
4c
ekivalen dengan dua buah atau
lebih tahanan yang disusun
paralel. ∆x1 ∆x2 ∆x3 ∆x4

∆x2
x
Bahan 2a dan 2b tersusun k2 a . A2 a
∆x4
k4 a . A4 a
paralel sehingga qx = q2a + q2b
∆x1
dimana, k1 A
∆x3 ∆x4
k3 A
T0 T1 T2 k4b . A4b
T1 − T2 ∆x2 T4
q2a = ∆x 2 k2b . A2b
T3 ∆x4
k4 c . A4 c
k 2a .A
T1 − T2
q2b = ∆x 2 T0 T1 T2 T3
k 2b . A T4
Tri Hartono 2007
Rk1 Rk2 Rk3 Rk4
Sehingga perpindahan panas melalui dinding dengan ketebalan ∆x2 adalah

k 2 a . A2 a + k 2b . A2b T1 − T2
qx = ( T1 – T2 ). ( )= R
∆x 2 k2

∆x 2
dimana Rk2 =
k 2 a . A2 a + k 2b . A2b

Demikian pula untuk bahan 4a, 4b, dan 4c yang tersusun paralel dapat
dicari seperti langkah di atas dan dihasilkan

∆x 4
Rk4 =
k 4 a . A4 a + k 4b . A4b + k 4 c . A4 c
Perpindahan panas melalui dinding berdasarkan beda suhu antara kedua
permukaan dinding adalah
T0 − T4
qx = ∆x1 ∆x 2 ∆x3 ∆x 4 ……(3.3)
+ + +
k1 . A1 k 2 a . A2 a + k 2b . A2b k 3 . A3 k 4 a . A4 a + k 4b . A4b + k 4 c . A4 c
Tri Hartono 2007
Contoh Soal

Dinding rumah tinggal terdiri atas tiga lapisan yaitu paling luar batu bata
tebal 10 cm ( k = 0,45 W/m.0K ), bagian kedua berisi udara dengan
penyangga yang dibuat dari kayu berukuran penampang tebal 8,9 cm dan
tinggi 3,8 cm ( kkayu = 0,15 W/m 0K dan kudara = 0,0251 W/m 0K ). Sedang
bagian dalam dilapisi plaster tebal 1,3 cm ( k = 0,814 W/m 0K ).
Penampang lintang dinding rumah tinggal terlihat seperti gambar di bawah.
Suhu permukaan dalam 25 0C sedang permukaan batu bata 0 0C.
Hitung perpindahan panas melalui dinding rumah tinggal itu yang tingginya 3
m. Perpindahan panas konveksi udara yang ada pada lapisan kedua diabaikan
dan dinding yang dianalisis lebarnya 41 cm (sama dengan jarak antara kedua
penyangga).

Diketahui : Asumsi
Bata ∆x1= 10 cm = 0,1 m, k1 = 0,45 Perpindahan panas konveksi dalam
Kayu ∆x2a= 8,9 cm = 0,089 m, k2a = 0,15 ruang berisi udara diabaikan
Udara ∆x2b= 8,9cm = 0,089 m, k2b = 0,0251 Perpindahan panas konduksi yang
Plaster∆x3= 1,3 cm = 0,013 m, k3 = 0,814 terjadi hanya satu arah
Sifat – sifat bahan dianggap tetap
Tri Hartono 2007
10 cm 8,9 cm 1,3 cm

3,8 cm

L Gbr 11.
A T3 = 25 0C Susunan Seri-
S Paralel
T 0 = 0 0C BATU BATA UDARA T

E
3m
R
x

Rk2a
Rk1 Rk3
T0 T1
Rk2b T2 T3

T1 T2
T0
T3
Rk1 Rk2 Rk3
Tri Hartono 2007
Jawab

T −T ∆x 2
qx = 3 0 Rk2 =
R. + R + R k 2 a . A2 a + k 2b . A2b
k1 k2 k3

dimana
∆x1 ∆x3
Rk1 = Rk3 =
k1 .A1 k 3 .A3

Luas permukaan perpindahan panas :


A1 = tinggi x lebar = 3 x 0,41 = 1,23 m2 ( bata )
A2a = tinggi x lebar = 0,41 x 0,038 = 0,0156 m2 ( kayu )
A2b = tinggi x lebar = 0,41 x (3 – 0,038) = 1,214 m2 ( udara )
A3 = tinggi x lebar = 3 x 0,41 = 1,23 m2 ( plaster )
Maka tahanan masing-masing lapisan dapat dihitung sebagai berikut

0,1
Rk1 = = 0,181 ( 0K/W )
0,45.1,23

Tri Hartono 2007


0,089
Rk2 = = 1,71 ( 0K/W )
(0,15.0,114) + (0,0251.1,214)

Rk3 = 0,013 = 0,013 ( 0K/W )


0,814.1,23

Sehingga perpindahan panasnya sebesar

25 − 0
qx = = 8,66 W
0,181 + 1,71 + 0,013

Tri Hartono 2007


3.2.2 Silinder
 Berbeda dg laju pp berbtk bidang datar yg tergantung pd
permukaannya, laju pp untuk benda berbtk silinder semakin
tebal didinding silindernya, semakin besar luas
permukaannya. Oleh karena itu laju pp nya ditentukan oleh
radius silinder benda tsb atau gradien suu benda adalah
dT dT
(- dr ) bukannya (- dx )
qr = - k. A. dT
dr
A = 2π r L
dT
qr = - k. 2π r L dr ...............(3.4)
 Dg menggabungkan pers (2.12) dan (2.16) ke pers (3.4)
diperoleh:
Tri Hartono 2007
1 T1 − T2
qr = - k. 2π r L r ln 1
r
r2
k .2.π .L.(T1 − T2 )
qr = r
ln 2 ........................(3.5)
r1
(T1 − T2 ) r 
ln 2 
Atau qr = Rk
dimana Rk =  r1  ..........(3.6)
2.π .k .L

 Ingat jika pers (2.18) awal sbb dideferensialkan akan


diperoleh
T1 − T2 T1 − T2
T = ln r1 ln r + T1 - ln r1 ln r1
r2 r2
T1 − T2
dT/dr = ln r1 (1/r)
r2
Tri Hartono 2007
Contoh Soal
 Sebuah pipa tembaga dengan diameter dalam 0,088 ft dan
diameter luar 0,0938 ft dijaga suhu permukaan dalamnya
sebesar 40 0F sedang permukaan luarnya bersuhu 60 0F. Jika
daya hantar (konduktivitas panas) tembaga tetap sebesar 231
Btu/hr.ft2. 0F hitunglah panas yang diterima pipa tembaga
tiap ft panjang pipa ?

k r1

T1

Gbr 12. Pipa

Tri Hartono 2007


d1 0,088 d2 0,0938
r1 = 2
= 2 = 0,044 ft, r2 = 2 = 2
= 0,0469 ft
k .2.π .L.(T1 − T2 )
sehingga qr = r
ln 2
r1
qr k .2.π .(T1 − T2 ) 231.2.π .(40 − 60)
L = ln 2
r = ln
0,0469 = - 454.789 (Btu/hr.ft)
r1 0,044

Note :
 Tanda negatif menunjukkan bahwa arah perpindahan panas
adalah dari luar ke dalam (terbalik dengan pemisalan saat
penjabaran rumus).

Tri Hartono 2007


 Jika benda berbtk silinder diisolasi dg bahan berbeda spt gbr
dibawah, maka penjabaran rumus serupa dg bidang datar.

k3

r2 k2
Gbr 13. Pipa berlapis
r1

k1

r3

Tri Hartono 2007


 Tahanan masing-masing dapat dihitung dengan persamaan
distribusi suhu (2.18) atau langsung menggunakan persamaan
(3.6) untuk masing-masing lapisan.
qr = ∆T = R +T R− T+ R 1 4

Rk k1 k2 k3

dimana :
r  r  r 
ln 2  ln 3  ln 4 
Rk1=  r1  Rk2=  r2  Rk3=  r3 
2.π .k1 .L 2.π .k 2 .L 2.π .k 3 .L

Sehingga :
T1 − T4
qr = r2 r3 r4
ln ln ln
r1 r2 r3
+ +
2.π .L.k1 2.π .L.k 2 2.π .L.k 3
Tri Hartono 2007
2.π .L.(T1 − T4 )
 qr = ..................(3.7)
r2 r3 r4
ln ln ln
r1 r2 r3
+ +
k1 k2 k3

 Persamaan (3.7) di atas adalah laju perpindahan panas


konduksi pada benda berbentuk silinder terlapisi oleh
beberapa penyekat dengan bahan berbeda pada keadaan
mantap (steady state).

Tri Hartono 2007


0,088
2

 Contoh Soal
 Sebuah pipa tembaga berdiameter dalam 0,088 ft dan
berdiameter luar 0,0938 ft dijaga agar suhu permukaan
dalam tetap sebesar 70 0F, sedang permukaan luar pipa
diisolasi dengan bahan penyekat setebal 0,5 inch dan
permukaan luar isolasi bersuhu tetap 40 0F. Jika konduktivitas
panas pipa dan penyekat berturut-turut adalah 231 Btu/hr. ft.
0F dan 0,02 Btu/ hr. ft. 0F (tidak tergantung suhu).

Hitunglah panas yang diterima tiap panjang pipa.


 Jawab

Tri Hartono 2007


d1 0,088
r1 = 2
= 2 = 0,044 ft, T1 = 70 0F
Isolasi

Pipa
d2 0,0938
r 2= 2= 2 = 0,0469 ft, T2 = 40 0F r2

r1

r3 = r2 + tebal isolasi
k1
T1

0,5
= 0,0469 + 12 = 0,0866 ft k2

r  0,0469
ln 2  ln 4,398 × 10 −5
Rk1=  r1  = 0,044 = L
2.π .k1 .L 2.π .231.L
r  0,0886 5,062
Rk2= ln 3  = ln =
 r2  0,0469 L
2.π .k 2 .L 2.π .0,02.L

Tri Hartono 2007


Sehingga :

T1 − T2 70 − 40 L(30)
qr = Rk 1 + Rk 2 = 4,398 × 10 −5 5,062 = 4,398 × 10 −5 + 5,062
+
L L
qr
= 5,926 Btu/hr. ft
L

 Contoh Soal
 Jika dalam soal di atas ditanyakan berapa suhu yang terjadi
antara pipa dan penyekat, maka dapat dicari sebagai berikut :
 Pipa

Tri Hartono 2007


T1 − T 4,398 × 10 −5
qr = Rk 1
Rk1 =
L
70 − T qr 70 − T
qr = 4,398 × 10 −5 L = 4,398 × 10 −5
L
karena panas yang masuk tetap,

70 − T
5,926 =
4,398 × 10 −5

70 – T = 2,6 x 10-4
T = 70 – 2,6 x 10-4
T = ≈ 70 0F
Tri Hartono 2007
3.2.3. Bola Berongga

 Serupa dengan perpindahan panas pada silinder, laju


perpindahan panas konduksi pada benda berbentuk bola
berongga ditentukan oleh radiusnya (oleh luas permukaan
bolanya). Dengan demikian, penjabaran laju perpindahan
panas konduksi dapat dicari melalui penggabungan
persamaan distribusi suhu yaitu persamaan (2.20), persamaan
(2.24), dan hukum Fourier yaitu :
dT
 Persamaan (2.20) = C21
dr r
T1 − T2
 sedang persamaan (2.24) C1 = 1 1

r2 r1

Tri Hartono 2007


T1 − T2 1 T1 − T2 1
T=- 1 1 + T1 + 1 1
− r − r1
 Hukum Fourier, r2 r1 r2 r1
dT
qr = - k. A. dr
dengan Abola = 4. π. r2
T1 − T2
1
qr = - k. 4. π. r2. 1 − 1 .
r2
r2 r1
T1 − T2 r1 .r2
qr= - k. 4. π. r1 − r2 = - 4. π. k. r − r ( T1 – T2 )
1 2
r2 .r1
r1 .r2
qr= 4. π. k. . ( T1 – T2 ) ..............(3.8)
r2 − r1
T1 − T2
atau qr = Rk
......................(3.9)

r2 − r1
dimana, Rk = ................(3.10)
4.π .k .r1 .r2
Tri Hartono 2007
 Contoh Soal
 Suatu reaktor berbentuk bola berongga terbuat dari bahan
baja dengan diameter dalam 1 m dan diameter luarnya 1,01
m. Jika konduktivitas bahan baja 8000 W/m. 0K, sedang
permukaan dalam bola dijaga agar bersuhu tetap 90 0C dan
luarnya 25 0C. Hitunglah perpindahan panas yang terjadi.
r1 = ½ = 0,5 m T1 = 90 0C
r2 = 1,01/2 = 0,505 m T2 = 25 0C
Rk = r2 − r1 = 0,505 − 0,5 = 1,97x10-7
4.π (8000)(0,505)(0,5)
4.π .k .r1 .r2
qr = T1 − T2 = 90 − 25 = 3,3x108 W
Rk 1,97 x10 − 7

Tri Hartono 2007


 Jika benda berbentuk bola di atas diisolasi dengan bahan
penyekat berbeda (berlapis), maka laju perpindahan panas
konduksinya dapat dihitung melalui tahanan masing-masing
isolasi seperti terlihat pada gambar 14.
k3

r2 k2

Gbr 14. Bola berlapis r1

k1

r3

Tri Hartono 2007


T1 − T2
Dari persamaan (3.9), qr = Rk atau dapat ditulis
dengan ,
T1 − T4
qr = R + R + R
k1 k2 k3

dimana :
r2 − r1 r3 − r2 r4 − r1
Rk1 = 4.π .k .r .r Rk2= Rk3= 4.π .k 3 .r3 .r4
1 1 2 4.π .k 2 .r2 .r3

Sehingga
T1 − T4
qr = r2 − r1 r3 − r2 r4 − r3
+ +
4.π .k1 .r1 .r2 4.π .k 2 .r2 .r3 4.π .k 3 .r3 .r4

Tri Hartono 2007


 Contoh Soal
 Jika dalam contoh soal sebelumnya (bola berongga) diisolasi
dengan ketebalan 10 cm (kisolasi = 0,035 W/m. 0K), sedang
suhu permukaan dalam bola tetap 90 0C dan permukaan luar
isolasi 25 0C. Hitunglah perpindahan panas yang terjadi.
 Data

R1 = ½ = 0,5 m k1 = 8000 W/m. 0K


R2 = 1,01/2 = 0,505 m k2 = 0,035 W/m. 0K
r3= r2 + tebal = 0,505+(10/100) = 0,605 m
T1 = 90 0C & T2 = 25 0C

Tri Hartono 2007


 Jawab T1 − T2
T1 − T2 r2 − r1 r3 − r2
qr = Rk 1 + Rk 2 = +
4.π .k1 .r1 .r2 4.π .k 2 .r2 .r3
90 − 25
qr = 0,505 − 0,5
+
0,605 − 0,505
4.π .8000.0,505.0,5 4.π .0,035.0,605.0,505

qr = 2,56 x 10-4 W

Tri Hartono 2007


3.3. Laju Perpindahan Panas Konveksi

 Pp konveksi yang telah disinggung dalam bab I terdiri dari


konveksi bebas/alami (Free or natural convection) dan konveksi
paksa (forced convection). Pp konveksi bebas dapat berlangsung
tanpa adanya pengaruh gaya dari luar (misalnya : air yang
dipanaskan akan terjadi beda densitas antara air dekat permukaan
panas dengan di atasnya sehingga terjadi pencampuran panas secara
alami/bebas).
 Konveksi paksa terjadi akibat adanya pengadukan/gerak fluida scr
mekanis (misal : fluida bergerak karena adanya pemompaan,
pengadukan, dan lain-lain). Pp konveksi bebas dan paksa terjadi
pada kecepatan yang berbeda, konveksi paksa berlangsung pada
kecepatan fluida yang lebih tinggi sehingga menjadi lebih umum
dipakai.

Tri Hartono 2007


3.3.1. Koefisien Film (Film Coefficient, h)
 Dlm aliran panas melalui pipa ke udara nampak bahwa jalannya
panas ke udara tidak saja semata-mata tjd krn konduksi. Namun
sebag terjadi radiasi dan konveksi bebas. Perbedaan suhu terjadi
antara permukaan pipa dg suhu udara rata-rata. Karena jarak dari
permukaan pipa ke udara adalah tidak terbatas, tahanannya tidak
dapat dihitung dari R = L dengan menggunakan k udara.
k.A

 Melainkan tahanannya hrs dihit scr percobaan, melalui pengukuran


suhu perm pipa yg sesuai, suhu udara & panas yg dipindahkan.
 Tahanan untuk keseluruhan permukaan pipa kemudian dihitung
dari R = ∆T .
q
 Bila diinginkan L dapat juga dihitung dari R ini dan merupakan
tebal khayalan film konduksi udara yg mana ekivalen dg tahanan
gabungan konduksi, konveksi bebas, dan radiasi sungguhpun tebal
film tsb cukup tipis.
Tri Hartono 2007
 Pertimbangkan suatu dinding pipa seperti terlihat pada gbr 15.
Pada sisi bagian dalam, panas diberikan oleh cairan yang mengalir.
Sedang sisi luar dinding pipa, panas diterima oleh fluida/cairan
dingin yang mengalir.
 Dengan menotasikan tahanan pada sisi dalam adalah Ri dan sisi
luar R0, serta suhu dinding pipa dalam dan luar adalah t0 dan tw,
dan mengaplikasikan kondisi pada keadaan mantap (steady state);
Ai (t1 − t p ) A0 (t w − t0 )
Q= =
Ri R0
 Dengan mengganti tahanan-tahanan oleh kebalikannya yaitu
didapat :
Q = hi. Ai. ∆ti = h0. A0. ∆t0 ………………… (3.12)
 Kebalikan dari tahanan-tahanan perpindahan panas ini disebut
Koefisien Film Individu ( Individual Film Coefficient) yang
sederhana disebut koefisien film

Tri Hartono 2007


 Dinding pipa
 Fluida Panas Fluida Dingin

∆ti tp - tw ∆t0

Gb3 15. Konveksi pada dinding datar

Tri Hartono 2007


3.3.2. Aplikasi Analisa Dimensi Dalam Perpindahan Panas

 Suatu metode korelasi sejumlah variabel ke dalam persamaan


tunggal yg menunjukkan suatu akibat dikenal dg Analisa Dimensi.
Persamaan tertentu yg menjelaskan fenomena fisik dpt ditemukan
scr rasional dari hukum-hukum dasarnya, misalnya : waktu vibrasi
sebuah pendulum dari hukum Newton II. Namun untuk bbrp
fenomena lain tidak cukup tersedia informasi untuk menghasilkan
rumus baik persamaan differensial atau gambaran yg jelas melalui
dasar-dasar hukum manakah dapat diaplikasikan. Untuk kelompok
kasus terakhir ini harus dipelajari secara percobaan dan korelasi
pengamatannya adalah suatu pendekatan empiris thd persamaan.
 Metode analisa dimensi mengatur variabel-variabel tersebut dalam
bentuk tak berdimensi sehingga problem dapat diselesaikan.

Tri Hartono 2007


Perpindahan panas tiap satuan luas, q, tergantung dari :
 sifat-sifat fluida = µ, ρ
 sifat-sifat panas fluida = cp, k
 dimensi permukaan = d (l), u (kec), ∆T
 pengembangan fluida karena pemanasan = βg
sehingga persamaannya dapat ditulis sebagai berikut :
q = f (u, d, ∆T, µ, k, ρ, cp, βg) ……………… (3.13)
sedang variabel-variabel mempunyai dimensi panjang/diameter L,
massa M, waktu T, suhu θ, dan panas H sehingga :
q = Watt/m2 = J/s.m2 HL-2 T-1
u = m/s LT -1
d =m L

Tri Hartono 2007


ρ = Kg/m3 ML-3
k = W/m. 0K = J/s.m. 0K HL-1 T-1 θ-1
cp = J/Kg. 0K HM-1 θ-1
∆T = 0K θ
βg = koefisien pengembangan x percepatan gravitasi = 1 . m2
K s
LT-2 θ-1
µ = N.s/m2 = Kg/s.m ML-1 T-1
 Persamaan (3.13) dapat ditulis ulang :
q = konst. ( ua, db, ∆Tc, µd, ke, ρf, cpg, (βg)h ) …… (3.14)

H  L  a b c  M  d  H  E  M  f  H  g  L  h 
= konst   , L ,θ ,   ,  , 3  ,  , 2  
L2T  T   LT   LTθ   L   Mθ   T θ  

Tri Hartono 2007


dimensi kanan = kiri,
 L -2 = a + b – d – e – 3f + h ………………(I)
 T -1 = -a – d – e – 2h ………………………(II)
 θ 0 = c – e – g – h ………………………..(III)
 H 1 = e + g …………………………………(IV)
 M 0 = d + f – g ……………………………(V)
Jika kita tetapkan, a = a, g = g, h = h
Persamaan (IV) 1 = e + g e =1–g
Persamaan (III) 0 = c – e – g – h = c – 1 + g – g – h c=1+h
Persamaan (II) -1 = -a – d – e – 2h = -a – d – 1 + g – 2h
d = g – a – 2h
Persamaan (V) 0 = d + f – g = g – a – 2h + f – g f = 2h + a

Tri Hartono 2007


Persamaan (I) -2 = a + b – d – e – 3f + h
= a + b – g + a + 2h – 1 + g – 6h + 3a + h
-1 = b – 3h – a or b = 3h + a – 1
 Jika harga-harga di atas dimasukkan ke persamaan (3.14)
q = konst. ( ua, d3h+a-1, ∆T1+h, µg-a-2h, k1-g, ρ2h+a, cpg, (βg)h )

h. ∆T = konst.  u.d .ρ  a  cp.µ  g  d 3 .∆T .ρ 2 .βg  h  ∆T .k 1 


  .  .  .  
 µ   k   µ   d  
2

Dari persamaan (3.12) Q = h. A. ∆T


Q = q = h. ∆T
A
a h
h.d  u.d .ρ   cp.µ 
g
 d 3 .∆T .ρ 2 .βg 
= konst.   .  . 
k  µ   k   µ 2

Tri Hartono 2007



Nu = konst. (Re)a. (Pr)g. (Gr)h…………… (3.15)

dimana : Nu = h.d = Bilangan Nusselt


k
Re = u.d .ρ = Bilangan Reynold
µ
cp.µ
Pr = k = Bilangan Prandtl

d 3 .∆T .ρ 2 .βg
Gr = = Bilangan Grashof
µ2

Dari persamaan (3.15),


bila konveksi alami maka Nu = f ( Pr, Gr )
bila konveksi paksa maka Nu= f ( Re, Pr )

Tri Hartono 2007


3.3.3. Laju Perpindahan Panas Konveksi Bebas

 Pada aplikasi Analisa Dimensi dihasilkan suatu persamaan umum


dari beberapa bilangan yg digunakan dlm perhitungan pp, yaitu :
bilangan Nesselt, Reynold, Prandtl, dan Grashof. Terakhir
dinyatakan bahwa untuk perpindahan panas konveksi bebas maka
Nu = f ( Pr, Gr )
cp.µ  3 .βg .∆T  3 .∆T .βg .ρ 2
dimana Pr = k Gr = =
µ υ2 µ2
υ= d 3 .∆T .ρ 2 .βg
ρ
µ2
 υ = viskositas kinematik (m2/s) dan µ = viskositas dinamik/absolut (Ns/m2)
 Selanjutnya perpindahan panas konveksi bebas yang akan dibahas di bawah ini
dikenakan untuk aplikasinya pada bentuk benda berpermukaan datar (plat) dan
silinder (pipa).
Tri Hartono 2007
a) Perpindahan Panas Konveksi Bebas pada Plat Tegak Suhu
Seragam

 Menurut Mc. Adams (1954) hubungan bilangan Nu, Gr, dan Pr


diberikan oleh persamaan sebagai berikut :
Nu = konst. ( Gr, Pr )n = konst. ( Ra )n …… (3.16)
dimana : Gr. Pr = Ra = Bilangan Rayleigh
Gr = βg.(Tw − Tα ).
3

υ2
Tw = suhu permukaan plat
Tα = suhu zat yang mengalir terjauh dari permukaan plat
 = tinggi plat tegak
Tw + Tα
Sifat-sifat fisis zat yang mengalir dihitung dari Trata-rata = 2
Untuk aliran turbulent n = 1/3 (lihat juga tabel 1.)

Tri Hartono 2007


 Sedangkan Churchill dan Chu (1975) mengusulkan dua persamaan
konveksi bebas pada plat tegak dengan suhu seragam sbb :
1
4
0,67.Ra
Nu m = 0,68 + 8
untuk 10-1 < Ra < 109
  0,492  9
 27

1 +  
16
 Laminer
  Pr  

Nu m = 0,825 + 0,387.Ra
1
6 untuk 10-1 < Ra < 1012
  0,492  9
16 
8
27 Turbulent
1 +   
  Pr  
Tabel 1.
Jenis Gr. Pr konst. n Referensi
aliran
Laminer 104 – 109 0,59 1/4 Mc. Adams, 1954
Turbulent 109 - 1013 0,1 1/3 Bayley 1955 & Warner (1968)

Tri Hartono 2007


b) Perpindahan Panas Konveksi Bebas pada Plat Tegak Fluks
Panas Seragam

 Menurut penelitian Vliet (1969) untuk pp konveksi bebas dg


media udara dan air menghasilkan persamaan yg berhubungan dg
bilangan Nusselt dan Gr. Pr sbb :
Nu = 0,60 ( Gr*. Pr )0,2 untuk 105 < Gr*. Pr < 1011 Laminer
……...(3.17)
Nu = 0,568 ( Gr*. Pr )0,22 untuk 2 x 1013 < Gr*. Pr < 1016
Turbulent …(3.18)
dimana q w = α s .q s = h(Tw − Tα ) , αs = adsorptivitas bahan
qw sehingga h. q w .
h= Nu = =
Tw − Tα k (Tw − Tα ).k
βg.(Tw − Tα ). 3 q w .
Gr* = Gr. Nu = υ2 . (Tw − Tα ).k

Tri Hartono 2007


βg .q . 4
Gr* = w
………..(3.19)
k .υ 2

Sehingga bilangan Nusselt rata-rata dapat dicari dari :


Nu m = 1,25 ( Nu ) untuk 105 < Gr*. Pr < 1011 Laminer
…….…. (3.20)
Nu m = 1,136 ( Nu ) untuk 1013 < Gr*. Pr < 1016
Turbulent …...…. (3.21)

Tri Hartono 2007


 Contoh Soal
 Plat tipis tegak berukuran tinggi 3 m dan lebar 1,5 m disekat pd
satu sisi dan permukaan yg lain dihadapkan ke arah sinar matahari
dg fluks panas qs = 750 W/m2. Permukaan yg dihadapkan sinar
matahari mempunyai adsorptivitas thd sinar matahari αs = 0,8.
Panas matahari (radiasi) yg telah diserap oleh plat diteruskan ke
udara sekelilingnya dg cara konveksi bebas. Suhu udara sekeliling
plat (Tα) = 300 0K dg tekanan 1 atm. Hitunglah suhu permukaan
plat (Tw) ?
 Diketahui :

Tri Hartono 2007


 Karena sifat-sifat fisis
udara, yaitu dari suhu rata-
Sekat
rata Trata-rata = Tw + Tα ,
2
belum diketahui, maka
harus diumpamakan
koefisien perpindahan
matahar
Udara i

panas konveksi bebasnya. Tα


αs qs
 Misal h = 6 (W/m2. 0C)

 lebar

Tri Hartono 2007


 Jawab
Panas yang diterima plat qw = αs. qs = 0,8. (750) = 600 (W/m2)
Perpindahan panas konveksi qw = h.(Tw – Tα)
qw
Tw = Tα + = 300 + 600 = 400 0K
h 6

Tw + Tα 400 − 300
Jadi Trata-rata = = = 350 0K
2 2

 Sifat fisis udara pada Trata-rata = 350 0K


Tabel A-5, υ = 2,076 x 10-5 m2/s
Pr= 0,697
k = 0,03 (W/m. 0C)
1 1
β=T = 350 = 2,86 x 10-3. 0K-1
rata − rata

Tri Hartono 2007


βg.q w . 4 2,86 × 10 −3.9,81.600.3 4
Gr*= = = 1,05 x 1014 ( Turbulent)
k .υ 2
0,03.(2,076 × 10 )−5 2

Nu = 0,568 ( Gr*. Pr )0,22


= 0,568 ( 1,05 x 1014 . 0,697 )0,22 = 637,56
Nu m = 1,136 . Nu = 1,136. (637,56) = 724,27
Nu m = hm .
k
Nu m .k 724,27.0,03
hm = = = 7,25 (W/m2. 0C)
3
Sehingga harus dicek kembali harga Trata-rata-nya sbb :

qw 600
Tw = Tα + = 300 + = 382,8 0K
hm 7,25

Tw + Tα 382,8 + 300
 Trata-rata = 2 = = 341 0K ≈ 350 0K
2
Tri Hartono 2007
 Perhitungan diulangi untuk mencari sifat-sifat udara pada 341 0K.
 ( Catatan : karena Trata-rata yang dihitung dengan pemisalan h =
6 W/m2. 0C hanya berbeda 9 0K, maka sifat fisis udara pada 341
0K dan 350 0K dapat diabaikan ).

 Kesimpulan : harga Tw = 382,8 0K

Tri Hartono 2007


c) Perpindahan Panas Konveksi Bebas pada Plat Datar
(Horizontal) Suhu Permukaan Seragam

 Mc. Adams memberikan persamaan bilangan Nusselt rata-rata


terhadap bilangan Gr. Pr sebagai berikut :
Nu m = konst. ( Gr. Pr )n …………………………. (3.22)
 Tabel 2. Hubungan Konst. dan n

Posisi Plat Gr. Pr Konst. n Aliran

Plat panas 105 – 2 x 107 0,54 1/4 Laminer


menghadap ke atas 2 x 107 – 3 x 1010 0,14 1/3 Turbulent

Plat panas
5 10
menghadap ke bawah 3 x 10 – 3 x 10 0,27 1/4 Laminer

Tri Hartono 2007


d) Perpindahan Panas Konveksi Bebas pada Plat Datar dengan
Fluks Panas Seragam

 Penelitian yang dilakukan Fujii dan Imura (1972) untuk plat datar
dengan permukaan yang dipanaskan menghadap ke atas adalah :
Nu m = 0,13 ( Gr. Pr )1/3 untuk Gr. Pr < 2 x 108
…………….……..…. (3.23)
Nu m = 0,16 ( Gr. Pr )1/3 untuk 5 x 108 < Gr. Pr < 1011
………….....…. (3.24)
Sedangkan untuk plat datar dengan permukaan yang dipanaskan
menghadap ke bawah adalah :
Nu m = 0,58 ( Gr. Pr )0,2 untuk 106 < Gr. Pr < 1011 (Laminer)
………… (3.25)
Sifat-sifat fisis zat yang mengalir dihitung dari suhu rata-ratanya.

Tri Hartono 2007


 Contoh Soal
Sebuah plat bujur sangkar 0,5 x 0,5 m2, salah satu permukaannya
diisolasi, sedang permukaan yg lain dipertahankan seragam ( Tw =
385 0K ) diletakkan di dalam udara pada suhu ( Tα ) = 315 0K dan
tekanan 1 atm. Hitunglah koefisien pp rata-rata dengan posisi plat
sbb :
1. Plat diletakkan mendatar dan permukaan panas menghadap ke atas
2. Plat diletakkan mendatar dan permukaan panas menghadap ke
bawah
3. Plat diletakkan tegak
 Jawab

Tri Hartono 2007


 Sifat-sifat fisis udara pada Trata-rata = = 350 0K
υ = 2,076 x 10-5 m2/s , Pr = 0,697 (Tabel A-5)
k = 0,03 (W/m. 0C) ,
1 1
β =T = 350 = 2,86 x 10-3. 0K-1
rata − rata

βg.(Tw − Tα ). 3 2,86 × 10−3.9,81.(385 − 315).(0,5)3


Gr = υ2
= (2,076 × 10− 5 ) 2 = 5,7 x 108

Gr. Pr = 5,7 x 108. 0,697 = 3,973 x 108

1. Mendatar menghadap ke atas


Karena Gr. Pr = ~ 4 x 108 aliran turbulent, konst. = 0,14
dan n = 1/3 sehingga :

Tri Hartono 2007


Nu m = 0,14 ( Gr. Pr )1/3
hm . = 0,14 ( Gr. Pr )1/3
k 0,03 1
hm = 0,5 . 0,14 .(3 ,973 × 10 8
) 3
= 6,18 (W/m2. 0C)
2. Mendatar menghadap ke bawah
Aliran laminer, konst. = 0,27 dan n = 1/4
Nu m = 0,27 ( Gr. Pr )1/4
0,03 1
hm = . 0, 27.( 3, 973 × 10 8
) 4
= 5 (W/m2. 0C)
0,5
3. Plat tegak
Nu m = 0,59 ( Gr. Pr )1/4
hm = 0,03 .0,59.(3,973 × 10 8 ) 4 = 2,29 (W/m2. 0C)
1

0,5

Tri Hartono 2007


e) Perpindahan Panas Konveksi Bebas pada Plat yang
Dimiringkan

 Hasil percobaan Fujii dan Imura (1972) untuk plat yg dimiringkan


dg permukaan panas menghadap ke bawah adalah :
Nu m = 0,56 (Gr. Pr. cos θ) untuk 880 < θ < 900 ( Laminer )
.……..…. (3.26)
Sedangkan permukaan yang menghadap ke atas
Nu m = 0,145 [ Gr. Pr1/3 – (Gr. Pr)1/3 ] + 0,56 (Grc. Pr. cos θ)1/4
………… (3.27)
dimana : Gr. Pr < 1011 , -150 < θ < -750
Grc = bilangan Grashof kritis yaitu bilangan Grashof pada
saat terjadi transisi aliran laminer ke turbulent ( tabel 3.)

Tri Hartono 2007


 Tabel 3. Bilangan Grashof kritis ( Fujii & Imura , 1972 )

θ( 0 ) Grc
-15 5 x 109
-30 109
-60 108
-75 106

 Sifat-sifat fisis zat yang mengalir dihitung dari suhu :


Tm = Tα + 0,25. ( Tw – Tα ),
kecuali β dihitung pada suhu :
Tm = Tw – 0,25. ( Tw – Tα )

Tri Hartono 2007


θ = -900 θ = +900
permukaan panas

permukaan panas

permukaan panas
θ negatif θ positif

permukaan panas

 Gambar 12. Konsep sudut θ untuk konveksi bebas pada plat yang dimiringkan

Tri Hartono 2007


 Contoh Soal
Plat bujur sangkar 0,5 x 0,5 m salah satu permukaannya
diisolasi, sedangkan yg lain diarahkan ke sinar matahari dg fluks
panas seragam qw = 600 W/m2. Permukaan yg kena sinar
matahari dianggap sbg benda hitam (menyerap). Plat diletakkan
miring dg θ = -600 dg arah tegak sehingga permukaan menghadap
ke atas. Panas radiasi diteruskan dengan cara konveksi bebas ke
udara sekelilingnya bersuhu 300 0K. Hitunglah suhu permukaan
plat setelah tercapai keadaan setimbang ?
 Jawab
Sifat fisis udara dihitung pada Tm = Tα + 0,25. ( Tw – Tα )
Kecuali untuk β dihitung pada Tm = Tw – 0,25. ( Tw – Tα )
Karena Tw belum diketahui, maka harganya harus dimisalkan lebih
dahulu, misal Tw = 400 0K

Tri Hartono 2007


Tm = Tα + 0,25. ( Tw – Tα )
= 300 + 0,25. ( 400 – 300 ) = 325 0K
υ = 1,88 x 10-5 m2/s , k = 0,028 (W/m. 0C), Pr = 0,693

Tm = Tw – 0,25. ( Tw – Tα )
= 400 – 0,25. ( 400 – 300 ) = 375 0K
1
β = T = 1 = 2,67 x 10-3. 0K-1
m 375
βg.(Tw − Tα ). 3 2,67 × 10 −3.9,81.(400 − 300).(0,5) 3
Gr = = = 9,26 x 108
υ 2 (1,88 ×10 −5 ) 2

 Tabel 3. untuk θ = -600 maka Grc = 108


Persamaan (3.27), Nu m = 0,145 [ Gr. Pr1/3 – (Gr. Pr)1/3 ] +
0,56 ( Grc. Pr. cos θ )1/4

Tri Hartono 2007


0,028
 hm= . 0,145 [ 9,26 x 108.(0,693)1/3 – (9,26 x 108.0,693)1/3 ]
0,5
+ 0,56 (108. 0,693. cos 60 )1/4
hm = 6,21 (W/m2. 0C)

qw 600
Tw dihitung ulang, Tw = Tα + hm= 300 + 6,21 =
396,6 0K
 Ternyata Tw terhitung hampir sama dengan Tw pemisalan, sehingga
suhu permukaan plat Tw = 396,6 0K

Tri Hartono 2007


f). Perpindahan Panas Konveksi Bebas pada Sebuah
Silinder Panjang

 Silinder Tegak dengan Suhu Seragam


Churchill dan Chu memberikan persamaan empiris sebagai
berikut :
1
6
0,387.( Ra)
= 0,825 +
0,5
Nu m 8 untuk 10-1 < Ra < 1012 .... (3.28)
1 + (0,492 / Pr) 916  27

 

h.d βg.(Tw − Tα ).d 3


dimana Nu m = , Ra = Gr. Pr = . Pr
k υ 2

Tri Hartono 2007


 Silinder Horizontal dengan Suhu Seragam
Menurut Churchill dan Chu (1975)
1
6
0,387.( Ra)
= 0,6 +
0,5
Nu m 8 untuk 10-5 < Ra < 1012 …(3.29)
1 + (0,559 / Pr) 916  27

 
Morgan (1975), jika Ra antara 10-10 sampai 1012 berlaku pers.:
Nu m = h.d = konst. ( Ra )n
k
Tabel 4. Hubungan Konst. dan n
Ra konst. n
10-10 – 10-2 0,675 0,056
Sifat-sifat fisis zat
10-2 – 102 0, 0,148
dihitung dari suhu
rata-ratanya 102 – 104 0,85 0,188
104 – 107 0,48 0,25

Tri Hartono 2007 107 – 1012 0,125 0,333


 Contoh Soal
Sebuah pipa tegak berdiameter 3,6 cm & panjang 0,4 m dg suhu
permukaan 400 0K diletakkan di dalam ruangan dg suhu udara
300 0K dan tekanan 1 atm. Hitunglah koefisien pp konveksi bebas
dari pipa ke udara dan panas yg hilang dari pipa dg cara konveksi
bebas.
 Jawab
Tw + Tα 400 + 300
Sifat-sifat udara pada Trata-rata = = 2 = 350 0K
2 cp.µ
υ= 2,076 x 10 m /s , Pr = k = 0,697
-5 2
1
k = 0,03 (W/m. C) , β = T = 2,86 x 10-3. 0K-1
0
r

Ra = Gr. Pr = β g .(T w− Tα ).d3


. Pr
υ2

2,86 × 10 −3.9,81.(400 − 300).(3,6 × 10 −2 ) 3


Ra = .0,697 = 211700
(2,076 × 10 −5 ) 2
Tri Hartono 2007
1
a) Nu 0,5 = 0,825 + 0,387.( Ra) 6

m 8
1 + (0,492 / Pr) 9
16  27

 
1

Nu m
0,5
= 0,825 +
0,387.(211700) 6
= 3,326
8
1 + (0,492 / 0,697) 916  27

 
Nu m = 11,062

0,03.11,062
Nu m = hm .d , hm = = 9,2 (W/m2. 0C)
k 3,6 × 10 − 2

b) Q = hm. A. ∆T = hm. πd.l.( Tw – Tα )


= 9,2. π. 3,6 x 10-2. 0,4. ( 400 – 300 )
= 41,7 W

Tri Hartono 2007


g). Perpindahan Panas Konveksi Bebas pada Sebuah Bola

 Bilangan Nusselt untuk perpindahan panas konveksi bebas sebuah


bola didekati oleh persamaan sebagai berikut :
Nu m = h.d = 2 + 0,43. Ra 0,25 untuk 1 < Ra < 105 dan Pr ≈ 1
k

Sedangkan Amato & Tin (1972), memberikan :


h.d
Nu m = k = 2 + 0,5. Ra 0,25 untuk 3 x 105 < Ra < 8 x 108
Sifat-sifat fisis zat dihitung pada suhu rata-rata zat alir.

Tri Hartono 2007


3.3.4. Laju Perpindahan Panas Konveksi Paksa
a. Perpindahan Panas Konveksi Paksa Aliran Turbulent di
dalam Pipa
Dalam industri lebih banyak dijumpai aliran turbulent dibanding
laminer, oleh karena itu persamaan pp konveksi paksa aliran
turbulent sangat banyak dilakukan. Hasil percobaan untuk
pemanasan dan pendinginan dg suhu dinding tetap dan seragam
bermacam-macam gas seperti : CO2, udara, uap, dan beberapa
cairan seperti : air, aseton, kerosin, dan benzene yg dilakukan oleh
Dittus – Boelter menghasilkan persamaan sbb:
 Nu = 0,023. Re0,8. Pr n ……………………….. (3.30)
harga n = 0,4 untuk pemanasan
n = 0,3 untuk pendinginan
Sifat-sifat fluida diambil pada suhu rata-rata
Tri Hartono 2007
 Alternatif lain diusulkan oleh Colburn dengan menggunakan
bilangan stanton bukannya Nusselt yaitu :
St. Pr0,67 = 0,023. Re-0,2 ……………………. (3.31)
 Jika persamaan (3.31) sisi kiri dan kanan dikalikan Re. Pr0,33
St. Pr0,67. Re. Pr0,33 = 0,023. Re-0,2. Re. Pr0,33
St. Pr. Re = 0,023. Re0,8. Pr0,33 …………………. (3.32)

h  h.d   µ   k 
 
 Sedangkan St = =  .   . µ
cp.ρ .u  k   u.ρ .d   cp. 

St = Nu. Re-1. Pr-1


St. Pr. Re = Nu
 Jadi persamaan (3.32) dapat juga ditulis sebagai berikut :
Nu = 0,023. Re0,8. Pr0,33 ……................. (3.33)

Tri Hartono 2007


 Persamaan (3.33) identik dg (3.30), sedang ruas kiri pada
persamaan (3.31) dikenal dg istilah faktor heat transfer, JH, atau
dapat ditulis :
JH = 0,023. Re-0,2
Lihat Fig 24. (Kern) halaman 834.
 Sedangkan Sieder & Tate menggunakan perbedaan suhu cairan
dan dinding pipa yg besar dg permukaan pipa halus dan
menghasilkan persamaan sbb: 0,14
 µ 
Nu = 0,027. Re . Pr .  µ 
0,8 0,33 ……………… (3.34)
 w
Untuk 0,7 < Pr < 16700 dan Re > 10000 serta
µw = viskositas zat yg ada pada permukaan dinding pipa dan
dihitung berdasarkan suhu permukaan pipa.

Tri Hartono 2007


 Contoh Soal
Air mengalir melalui pipa berdiameter dalam 5 cm yang
permukaannya halus dengan kecepatan rata-rata 2 m/s. Pipa
dibuat dari baja dan suhu dindingnya seragam 100 0C dengan
jalan mengembunkan uap jenuh pada permukaan luar pipa.
Hitunglah koefisien perpindahan panas konveksi paksa dari air
bersuhu 60 0C yang mengalir dalam pipa dengan persamaan :
a. Dittus – Boelter
b. Sieder – Tate
c. Colburn dengan bilangan stantonnya
 Jawab

Tri Hartono 2007


9 
 Sifat-sifat air pada T = 60 0C =  .60  + 32 = 140 0F
5 
 Buku Kern
 Tabel 4 (hal. 800), k = 0,381 Btu/hr.ft. 0F
 Fig. 2 (hal. 804), cp= 1,05 Btu/lb. 0F
 Fig. 14 (hal. 822-823), µ 60 0C = 0,5. cP = 0,5 . 2,42 lb/ft.hr
µw 100 0C = 0,26. cP = 0,26 . 2,42 lb/ft.hr
 Tabel 6. (hal. 808), SG = 1 = 1 x 62,5 lb/ft3
2 × 3,281
u = 2 m/s = 1 = 23622 ft/hr
3600
d = 5 cm = 5 x 10-2. 3,281 = 0,164 ft
a). Persamaan Dittus – Boelter
Nu = 0,023. Re0,8. Pr0,4 (pemanasan)
0 ,8
k
h = . 0,023.  ρ 
 .  µ
0, 4
u . .d  cp. 

d  µ   k 

Tri Hartono 2007


0 ,8 0, 4
0,381  23622.62,5.0,164   1,05.0,5.2,42 
h= .0,023.  . 
0,164  0,5. 2, 42   0,381 
=1564,6 Btu/hr.ft2.0F

b). Persamaan Sieder – Tate  µ  0 ,14

 
Nu = 0,027. Re . Pr .  µ 
0,8 0,33
w
0 ,8 0 , 33 0 ,14
0,381  23622.62,5.0,164   1,05.0,5.2,42   0,5 
h = 0,164 .0,027. 0,5.2,42  . 0,381  .
 0, 26


= 1837,2 Btu/hr.ft2. 0F
c). Colburn
Nu = 0,023. Re0,8. Pr0,33
0 ,8 0 , 33
h = 0,381 .0,023. 23622.62,5.0,164  . 1,05.0,5.2,42 
0,164  0,5.2,42   0,381 
= 1676,5 Btu/hr.ft . F 2 0

 2B

Tri Hartono 2007


b. Perpindahan Panas Konveksi Paksa Aliran Laminer di dalam
Pipa

 Fluks Panas Seragam


Jika harga Re. Pr. > 12 atau Re < 2100, maka alirannya laminer
sehingga persamaan empiris yang digunakan adalah :
Nu = 1,62. ( Re. Pr. d/l )1/3.……………………. (3.35)
dimana Re. Pr = Pe ( bilangan Peclet )
 Suhu Dinding Seragam
h.d = 3,66 …………………………. (3.36)
Nu =
k

 Untuk Cairan Kental


Berlaku persamaan Sieder dan Tate sebagai berikut :
1

Nu = 1,86.  Re . Pr . d  .  µ  ……………… (3.37)


3 0 ,14

   µw 
Tri Hartono 2007
dengan 0,48 < Pr < 16700
µ
0,0044 < µ < 9,75
w
Sifat-sifat cairan diambil pada suhu rata-rata cairan kecuali µw
dihitung pada suhu dindingnya.
Re . Pr . = Gz = Bilangan Graetz
d

0 ,14
 µ 
Nu = 1,86. (Gz ) 3 .
1
 
 µw 

Tri Hartono 2007


 Contoh Soal
Untuk memanfaatkan tenaga panas matahari bagi pemanasan air,
maka dipasang pipa pada titik sumber panas dari sebuah reflektor
parabola sehingga pemanasan pada seluruh permukaan pipa
menerima heat fluks (qs) tetap sebesar 2000 W/m2. Diameter
pipa yang digunakan 6 cm.
a. Jika laju massa air melalui pipa 10 gr/s dengan suhu 20 0C,
berapakah panjang pipa yang diperlukan agar air keluar pipa
bersuhu 80 0C?
b. Berapakah suhu permukaan dalam pipa dimana air keluar?
 Jawab
20 + 80
Pada suhu rata-rata air Tr = 2 = 50 0C
9
atau Tr = 5 .50) + 32 = 122 0F
(

Kern, Fig. 2 (hal 804), cp = 1 Btu/lb. 0F = 4186 J/Kg. 0C

Tri Hartono 2007


a) Q = w. cp. ∆T = w. cp.( 80 –20) …………… (i)
Q = qs. A = qs. πd. l ………………….…… (ii)
Persamaan (i) = persamaan (ii),
w. cp.( 80 –20) = qs. πd. l

10
w.cp.(80 − 20) = .4186.(80 − 20) = 6,65 m
= 1000
q s .π .d 2000.π .6 × 10 − 2
9
b) Pada suhu air keluar T = 80 atau T 0C = 5 .(80 + 32) =
176 0F
Kern (Tabel 4) k = 0,398 Btu/hr.ft. 0F= 0,398 x 1,73 W/m.0C
Fig. 14, µ = 0,36 cp = 0,36 . 1 x 10-3 Ns/m2
Jika data diambil dari Buku karangan JP Holman
Daftar A – 9 (hal 554), k = 0,678 W/m. 0C
µ = 3,06 x 10-4 Kg/m.s Pr = 1,9
Tri Hartono 2007
Q = h. A. ∆T
Q
= qs = h. ∆T = h. (T – T2)
A
T = suhu permukaan dalam pipa
T2 = suhu air keluar
Mencari h lebih dahulu ( laminer atau turbulent !! )
u.ρ .d
Cek Re = µ w = ρ. A. u = ρ. π 4 . d2. u
4.w
= ρ .d .u
π .d
4.w 4.10
1000
Re = π .µ.d = π .0,36 × 10 −3.6 × 10 −2 = 589,5 (laminer krn < 2100)
1 1

1,62.  Re . Pr . d  =1,62.  589,5. cp.µ . d 


3 3
Nu=
   k 

Tri Hartono 2007


1
 −3
4186.0,36 ×10 6 ×10−2
 3

Nu = 1,62.  589,5. .  = 3,65


 0,41.1,73 6,65 
h.d k .Nu 0,41.1,73.3,65
Nu = h= = = 43,15 ( W/m. 0C )
k d 6 × 10 − 2

jadi qs = h. ( T – T2 )
qs
T= h + T2=
2000
+ 80= 126,4 0C
43,15

Tri Hartono 2007


c. Perpindahan Panas Konveksi Paksa Gas & Cairan pada
Berbagai Aliran Peralihan/Transisi

 Untuk keperluan perancangan alat penukar panas, koefisien


perpindahan panas (h) pada berbagai daerah transisi ( yaitu Re
antara 2100 sampai 10000 ) didekati dengan menggunakan
persamaan : 1
k  cp.µ  3  µ  0 ,14
h = JH. .   .   …… (3.38)
d  k   µw 

yaitu dengan menggunakan grafik Fig. 24 ( buku Kern, halaman


834 ) berdasarkan nilai bilangan Reynoldnya.

Tri Hartono 2007


 Contoh Soal
Minyak mesin akan didinginkan dari suhu 120 0C (T1) menjadi 80
0C (T ) yang mengalir dalam pipa dengan kecepatan rata-rata 0,04
2
m/s. Diameter pipa bagian dalam 2,5 cm dan suhu permukaan
pipa bagian dalam dipertahankan tetap 40 0C. Hitunglah panjang
pipa yang diperlukan untuk pendinginan minyak mesin tersebut.
Data-data minyak mesin pada suhu rata-ratanya diberikan sebagai
berikut :
cp = 2200 J/kg. 0C , k = 0,137 W/m. 0C
ρ = 840 Kg/m3 , µ = 0,0172 Ns/m2
pada T = 40 0C µw= 0,021 Ns/m2
 Jawab
u.ρ .d 0,04.2,5 × 10 −2.840
Re = µ = = 48,84 ( laminer )
0,0172
Tri Hartono 2007
1
 d 3
 µ 
0 ,14

Nu = 1,86. 
 Re . Pr . 
 .   ………. (3.39)
 µw 

 cp.µ  2200.0,0172
Pr = 
 k 
 = 0,137 = 276,2
0 ,14
 µ   0,0172 
0 ,14
 =  = 0,9724
 
 µw   0,021 
 Panas diberikan minyak = w. cp. ∆T
= u. ρ. A. cp. ( T1 – T2 )
= u. ρ. π/4. d2 cp. ( T1 – T2 ) .....(i)
 Perpindahan panas konveksi = h. A. ∆T = U. A. LMTD
h identik dengan U (overall HTC )

Tri Hartono 2007


(120 − 40) − (80 − 40)
Anggap LMTD = = 57,7 0C ( akan dibahas
120 − 40
di Bab V ). ln
80 − 40
 Perpindahan panas konveksi = h. A. LMTD
= h. π. d. l . LMTD ….…(ii)
persamaan (i) = (ii)
π .d 2
u.ρ . .cp.(T1 − T2 ) = h. π. d.l. LMTD
4

π
atau u. ρ . d 2 .cp.(T1 − T2 ) = h. π. d. l. LMTD
4
1
.u.d .ρ .cp.(T1 − T2 ) = h. l. LMTD
4
1
 Jika ruas kiri dan kanan dikalikan dengan
k
Tri Hartono 2007
1 cp h.d .  .LMTD
( T1 – T2 ). .u.d .ρ . =
4 k k d
( T1 – T2 ). 1 u.d .ρ cp.µ = h.d 
. . . .LMTD
4 µ k k d

1 
.(T1 − T2 ). Re . Pr = Nu. .LMTD
4 d 
1 =
.(120 − 80).48,84.276,2 Nu . .57,7
4 d

2337,9
Nu = …………………… (iii)

d
 bila persamaan (iii) dimasukkan ke persamaan (3.39) diperoleh :

Tri Hartono 2007


1

= 1,86.  Re . Pr . 
0 ,14
2337,9
.  µ 
3
d
 
d    µw 
1
2337,9  48,84.276,2  .3 0,9724

= 1,86.  
d 
1   
 1  3 d 
54,29  
 =   

d  d
2
   3
   − 3  
1

54,29 = d .  d  =  d 
  
d
= 400
l = 400.d = 400 . 2,5 x 10-2 = 10 m
Jika LMTD diabaikan, Perpindahan panas konveksi = h. A. ∆T
= h.A.(T1-T2)
Maka akan dihasilkan l = 17 m

Tri Hartono 2007


3.4. Laju Perpindahan Panas Radiasi

 Radiasi adalah istilah yg digunakan untuk perpindahan energi melalui


ruang oleh gelombang-gelombang elektromagnetik. Jika radiasi
berlangsung melalui ruang kosong, ia tidak ditransformasikan mjd kalor
atau bentuk-bentuk lain dari energi, dan ia tidak pula akan terbelok dari
lintasannya. Tetapi sebaliknya, bila terdapat zat pada lintasannya, radiasi
itu akan mengalami transmisi (diteruskan), refleksi (dipantulkan), dan
absorpsi (diserap). Hanya energi yg diserap saja yg muncul sbg kalor.
Sebagai contoh ; kuarsa lebur akan meneruskan hampir semua radiasi
yang menimpanya, permukaan buram (mengkilat atau cermin) akan
memantulkan sebagian besar radiasi yang jatuh padanya, sedang
permukaan hitam atau yang tidak mengkilat akan menyerap kebanyakan
radiasi yang diterimanya dan mengubah energi yang diserapnya itu
menjadi kalor. Sehingga secara umum radiasi menjadi sangat penting
pada suhu tinggi.

Tri Hartono 2007


 Daerah panjang gelombang yang dapat disebut radiasi thermal
(panas) terutama terletak antara 0,1 sampai dengan 100 mikron
( 0,1 x 10-6 m sampai dengan 100 x 10-6 m ). Daerah ini hanya
sebagian kecil dari keseluruhan radiasi elektromagnetik seperti
terlihat pada gambar 13.

Radiasi termal Sinar γ


Gelombang radio

3 2 1 0 -1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8 -9 -10 -11 -12

Log λ, m
Infra merah Ultra violet

Sinar tampak

Gambar 13. Spektrum Elektromagnetik


Tri Hartono 2007
 Jika λ panjang gelombang, c kecepatan cahaya dan ν adalah
frekuensi radiasi, maka berlaku hubungan :
c = λ. ν ……………………………………. (3.40)
dimana, c = kecepatan cahaya = 2,9979 x 1010 cm/s
 Suatu gelombang elektromagnetik dengan frekuensi ν biasanya
digambarkan sbg gerakan foton, yaitu “benda” dg massa nol,
muatan nol, dan energi sebesar E, dg hubungan :
E = h. ν …………………………………… (3.41)
dimana, h = Tetapan Planck = 6,625 x 10-34 (Js)
 Energi foton ini dpt dipancarkan (emisi), diserap (absorpsi) oleh
suatu permukaan dan dapat dipantulkan (refleksi). Dlm radiasi
panas dikenal beberapa benda pembanding. Suatu
benda/permukaan yg terkena radiasi panas biasanya menyerap
hanya sebagian dari energi yang sampai dengan hubungan :
Tri Hartono 2007
(a )
q (a ) qv
a = q ( m) atau aν =qv
(m) ……………….. (3.42)
dimana : a = koefisien absorpsi
q(a) = energi yang diserap
q(m) = energi yang masuk
 Untuk benda-benda nyata aν tidak sama untuk berbagai frekuensi.
Benda abu-abu (grey body) ialah suatu benda hipotetis yg
mempunyai aν yg sama, tetapi lebih kecil dari 1, untuk semua
frekuensi dan semua suhu. Sedangkan benda hitam (black body)
adalah suatu benda hipotetis yang mempunyai aν = 1 untuk
semua frekuensi dan suhu (menyerap seluruh radiasi yang
menimpanya).
 Semua permukaan padat selain menyerap juga memancarkan
panas. Jika dibandingkan dg pancaran benda hitam, bagian yg
dipancarkan oleh suatu permukaan disebut koefisien emisi dg
simbol e, yaitu

Tri Hartono 2007


(a )
q (a ) qv
e =q b
atau eν =q
(a )
bv
(a )
………………….. (3.43)
dimana, q(a) = energi yang dipancarkan benda biasa
qb(a) = energi yang dipancarkan benda hitam
 Perpindahan panas radiasi untuk benda hitam telah dirumuskan
dalam Hukum Stefan – Boltzmann sebagai berikut :
qb(a) = τ. T4 ………………………………….. (3.44)
dimana, τ = Tetapan Stefan – Boltzmann = 5,67 x 10-8
W/m2.0K
= 0,1714 x 10-8 Btu/hr.ft2. 0R = 2,09 x 10-6
Btu/hr.ft2. 0K
 Untuk benda tak hitam (non black body) energi yang dipancarkan
adalah:
q(a) = e. τ. T4 ……………………………….. (3.45)

Tri Hartono 2007


 Hukum Stefan – Boltzmann menyatakan energi total yg
dipancarkan oleh suatu benda dari seluruh permukaannya adalah
ke semua arah. Untuk suatu pengetahuan teknik, yg penting adalah
energi yg dipertukarkan antara dua benda atau dua permukaan .
Karena seringkali tidak semua permukaan benda menghadap ke
benda yg lain, maka dari pancaran total benda pertama hanya
sebagian sampai pada benda kedua. Benda kedua menyerap
sebagian dari energi yang sampai padanya dan bagian yg lain
dipancarkan kembali ke benda pertama. Pancaran benda kedua itu
sebagian diserap oleh benda pertama dan sebagian dipancarkan
kembali, begitu seterusnya.
 Pertukaran energi antara dua benda hitam dinyatakan oleh
persamaan sebagai berikut :
q12 = A1. F12.τ. ( T14 – T24) = A2. F21. τ. ( T14 – T24 ) …..(3.46)

Tri Hartono 2007


dimana :
q12 = energi yang dipertukarkan antara benda hitam 1 dan 2
A1 = luas permukaan total benda 1
A2 = luas permukaan total benda 2
F12 = bagian dari radiasi A1 yang sampai pada A2
F21 = bagian dari radiasi A2 yang sampai pada A1
F12 dan F21 = biasa juga disebut dengan faktor bentuk radiasi
(radiation shape factor)
= faktor pandangan (view factor)
= faktor konfigurasi (configuration factor)
A1. F12 = A2. F21

Tri Hartono 2007


 Untuk dua benda tak hitam pertukaran radiasi panasnya dpt
dihitung spt di bawah ini. Perhitungan semacam ini hanya mungkin
dilakukan untuk benda kecil yg cembung permukaannya ( benda 1
dengan suhu T1 ) yg seluruhnya dikelilingi oleh permukaan
lingkungan pada T2. Laju energi yg dipancarkan oleh benda 1 :
q12 = e1. A1. τ. T14 ………………………………. (3.47)
 Laju energi yang diserap oleh permukaan 1 dari lingkungan :
q12 = a1. A1. τ. T24 ………………………………. (3.48)
 Disini q12 diambil sama dengan 1, karena permukaan 1 itu
cembung dan diliputi oleh permukaan 2 sehingga seluruh
pancarannya diterima oleh lingkungan dan tidak ada yang diterima
kembali oleh benda 1.
 Selisih energi yang dipertukarkan menjadi :
q12 = A1. ( e1.T14 – a1. T24 ) ………………………. (3.49)

Tri Hartono 2007


e1 ialah nilai koefisien emisi permukaan 1 pada T1
a1 diperkirakan sama dengan e pada permukaan 1 pada T2
 Untuk menentukan “view factor”, F, dari beberapa hubungan
geometri (kedudukan siku-siku dan kedudukan sejajar) dapat
digunakan Fig. 4.7, Fig. 4.8 dan Fig. 4.9.

 Contoh Soal
Suatu bujur sangkar yang sisinya 4 ft sejajar dengan bujur sangkar
yang lain dengan ukuran sama. Jarak keduanya adalah 2 ft dan
masing-masing mempunyai suhu 1000 0F dan 500 0F. Hitunglah
besarnya panas radiasi dari kedua bidang tersebut secara radiasi
langsung ?
 Penyelesaian

Tri Hartono 2007


qr = q12= A1. F12.τ. ( T14 – T24) = A2. F21. τ. ( T14 – T24 )
A1 = A2 = 4 x 4 = 16 ft2 = 1,486 m2 , τ = 5,67 x 10-8 W/m2. 0K
T1 = 1000 0F = 811 0K , jarak = 2 ft
T2 = 500 0F = 533 0K , sisi = 4 ft
F12= F21
 Karena kedudukan sejajar, maka digunakan Fig. 4.7 yaitu pada :
sisi terpendek atau diameter
rasio =
jarak antar benda
4
 rasio = = 2
2
 radiasi langsung diperoleh F = 0,4 grs no.2
 Benda bujur sangkar

Tri Hartono 2007


q12 = A1. F12.τ. ( T14 – T24)
= 1,486. 0,4. 5,67 x 10-8. ( 8114 – 5334 )
= 11859,6 W

Tri Hartono 2007


Latihan Soal Bab 3

3.1 Suatu Tanur terbuat dari Fire clay brick ( k = 0,85 Btu/hr. ft. 0F )
setebal 8 inch dilapisi dengan bahan koalin insulating brick ( k =
0,2 ) tebal 6 inch, dan 7 inch koalin insulating Fire brick (k = 0,1).
Berapa panas yang hilang tiap ft2 luas permukaan dinding, jika suhu
dinding bagian dalam dan luar tanur dijaga tetap sebesar 2200 0F
dan 200 0F ?
3.2 Suatu tanur tersusun dari bahan-bahan secara seri yaitu 7 inch Fire
clay brick ( k = 0,85 Btu/hr. ft. 0F ), 6 inch koalin insulating brick
( k = 0,2 ), dan koalin insulating fire brick ( k = 0,1 ) untuk
mengurangi panas yang hilang sebesar 100 Btu/hr. ft2. Jika suhu
dinding permukaan dalam dan laur tanur 1500 0F dan 100 0F.
Berapakah tebal koalin insulating fire brick yang diperlukan ?

3.3 Dua plat sejajar berukuran 0,5 m x 1 m terpisah pada jarak 0,5 m.
Salah satu plat dijaga pada suhu 1000 0C dan yang satu lagi 500 0C.
Berapa pertukaran panas radiasi antara kedua plat itu ?
Tri Hartono 2007
3.4 Pipa baja standar IPS ( di = 2,067 inch dan tebal pipa 0,154 inch )
digunakan untuk mengalirkan steam. Jika pipa tersebut dilapisi isolasi I
bahan magnesia setebal 2 inch, kemudian diisolasi lagi dengan isolator II
bahan cork setebal 2 inch. Hitunglah panas yang hilang tiap ft panjang
pipa, jika suhu permukaan pipa bagian dalam 250 0F suhu luar isolasi
cork 90 0F ? Tugas 2D4
k pipa = 26,1 Btu/hr. ft. 0F
k magnesia = 0,04 Btu/hr. ft. 0F
k cork = 0,03 Btu/hr. ft. 0F
3.5 Suatu bejana berbentuk bola ( tebal dinding bola sangat tipis ) dengan
diameter 0,5 ft dipanaskan dari dalam permukaannya. Bila bejana
tersebut dilapisi dengan penyekat ( k = 0,04 Btu/hr. ft. 0F ) setebal
0,1667 ft, sedang suhu permukaan dalam bola dan luar penyekat adalah
600 0F dan 180 0F. Hitunglah kehilangan panas tiap ft2 luas permukaan
bola ?

Tri Hartono 2007


3.6 100 lb/hr oil pada 100 0F mengalir dalam pipa tembaga di = 2 inch
dan panjang 20 ft. Permukaan dalam pipa dijaga bersuhu tetap 215
0F dengan mengalirkan steam pada permukaan luar pipa (abaikan

panas konduksi yang terjadi pada pi pa). Sifat-sifat fisis oil tetap sbb :
cp = 0,49 Btu/ hr.0F, ρ = 55 lb/ft3 , µ = 1,42 lb/hr. ft
k = 0,0825 Btu/hr.ft. 0F
Hitunglah : a) Bilangan Re tugas
b) Bilangan Pr
c) Suhu oil keluar
3.7 Conductivities suatu bahan berubah-ubah menurut persamaan k
= a + bT + cT3 dimana a, b, dan c merupakan konstanta.
Jabarkan suatu rumus untuk menghitung “kehilangan panas” tiap
satuan panjang pipa yg dibuat dari bahan di atas.
( Asumsikan : radius dalam dan luar pipa adalah r1 dan r2, sedang
pangkal/ujung pipa tersekat dengan sempurna )

Tri Hartono 2007

Anda mungkin juga menyukai