SISWO
SIS WO CAHYONO, SE MAHMUDIN
SEKRETARIS UMUM IPSI KUTAI KARTANEGARA
KARTANEGARA
KETUA UMUM IPSI KUTAI KARTANEGARA
KARTANEGARA
PEMBUKAAN
Bahwa menjadi tanggung jawab generasi penerus untuk menjunjung tinggi cita-cita perjuangan
bangsa Indonesia guna mewujudkan Negara Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu, adil dan
makmur berazaskan Pancasila. Tujuan Nasional perjuangan yag akan diwujudkan sesuai cita-cita
itu adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan
memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan Bangsa dan serta ikut melaksanakan
ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, sebagaimana
tercantum didalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia 1945.
Bahwa nilai-nilai itu menjadi landasan moral dalam mengangkat harkat kemanusian dan martabat
bangsa yang terangkum dalam cita, rasa, cipta dan karsa sebagai kekuatan kehidupan bersama
untuk mewujudkan cita-cita perjuangan bangsa Indonesia dalam bingkai sesanti Bhineka Tunggal
Ika dan tidak diskriminasi. Segenap kekuatan bangsa Indonesia meliputi agama, ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan harus diberi tempat berekspresi agar menjadi
kekuatan perjuangan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD Negera Republik Indonesia 1945.
Bahwa Pencak Silat Indonesia merupakan pusaka leluhur dan bagian yang tidak terpisahkan dari
kekuatan kehidupan bangsa Indonesia yang didalamnya memiliki aspek mental-spritual, beladiri,
seni dan olahraga yang telah menjadi bagian budaya bangsa dan menjadi satu kesatuan seluruh
jajaran Pencak Silat Indonesia serta sebagai bagian integral dari ketahanan Nasional Indonesia.
Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan melalui upaya-upaya yang sadar, terencana, tertata
dan berkelanjutan, maka dibentuklah wadah organisasi Pencak Silat Indonesia, yang diberi nama
Ikatan Pencak Silat Indonesia dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, sebagaimana
tersebut dibawah ini.
ANGGARAN DASAR
DASAR DAN ANGGARAN
ANGGARAN RUMAH TANGGA
TANGGA
IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA (IPSI)
HASIL MUNAS IPSI XIV TAHUN 2016 Halaman 1
BAB I
NAMA, TEMPAT KEDUDUKAN DAN WAKTU
Pasal 1
Nama dan Tempat Kedudukan
(1) Organisasi ini bernama Ikatan Pencak Silat Indonesia disingkat IPSI.
(2) “Pencak Silat” terdiri dari dua kata yang merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan
satu sama lain.
(3) Pusat Organisasi IPSI berkedudukan di Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia.
(4) PB IPSI beralamat di Padepokan Pencak Silat Indonesia, Jl. Taman Mini I, Jakarta Timur.
Pasal 2
Waktu
IPSI didirikan di Surakarta pada tanggal 18 Mei 1948 untuk waktu yang tidak ditentukan.
BAB II
AZAS, DASAR,
DASAR, SIFAT DAN
DAN STATUS
Pasal 3
Azas dan Dasar
(2) IPSI berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 19 45.
(3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan
Nasional
Pasal 4
Sifat
Pasal 5
Status
IPSI berstatus sebagai satu-satunya wadah organisasi bagi seluruh jajaran Pencak Silat Indonesia.
ANGGARAN DASAR
DASAR DAN ANGGARAN
ANGGARAN RUMAH TANGGA
TANGGA
IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA (IPSI)
HASIL MUNAS IPSI XIV TAHUN 2016 Halaman 2
BAB III
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 6
Maksud
IPSI didirikan dengan maksud mengkoordinasikan dan melaksanakan pembinaan kegiatan pencak
silat di dalam pelestarian, pengembangan dan peningkatan kualitas seni dan budaya serta prestasi
pencak silat secara menyeluruh dan berkesinambungan.
Pasal 7
Tujuan
BAB IV
ORGANISASI
Pasal 8
Organisasi
(1) Ditingkat Pusat disebut IPSI PUSAT dengan sebutan Pengurus Besar IPSI, berkedudukan di
Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia.
(2) Ditingkat Propinsi / Daerah Khusus Ibukota / Daerah Istimewa dibentuk organisasi Ikatan
Pencak Silat Indonesia disebut IPSI Provinsi.
(3) Ditingkat Kabupaten / Kota dibentuk organisasi Ikatan Pencak Silat Indonesia, disebut IPSI
Kabupaten / Kota.
(4) Ditingkat Kecamatan dibentuk organisasi Ikatan Pencak Silat Indonesia, disebut IPSI
Kecamatan.
Pasal 9
Wilayah Kerja
(1) Wilayah kerja IPSI Pusat adalah diseluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
(2) Wilayah kerja IPSI Provinsi adalah diseluruh wilayah hukum Provinsi / Daerah Khusus Ibukota
/ Daerah Istimewa bersangkutan.
(3) Wilayah kerja IPSI Kabupaten/Kota adalah diseluruh wilayah hukum Kabupaten / Kota
bersangkutan.
(4) Wilayah kerja IPSI Kecamatan adalah diseluruh wilayah hukum Kecamatan bersangkutan.
(1) IPSI Pusat, membawahi IPSI Provinsi diseluruh Indonesia dan Perguruan Pencak Silat Anggota
IPSI Pusat.
(2) IPSI Provinsi membawahi semua IPSI Kabupaten / Kota diwilayah kerjanya dan Perguruan
Pencak Silat Anggota IPSI Provinsi.
(3) IPSI Kabupaten/Kota membawahi semua IPSI Kecamatan diwilayah kerjanya dan Perguruan
Pencak Silat Anggota IPSI Kabupaten/Kota.
(4) IPSI Kecamatan Mengkoordinasikan Organisasi dan/atau Perguruan Pencak Silat di wilayah
kerjanya.
BAB V
KEANGGOTAAN
Pasal 11
Keanggotaan
(2) Ketentuan mengenai keanggotaan IPSI diatur dalam Anggaran Rumah Tangga IPSI.
BAB VI
KEPENGURUSAN
Pasal 12
Kepengurusan IPSI
(1) Kepengurusan IPSI Pusat disebut Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia atau disingkat
PB IPSI, dipilih, disusun, dan ditetapkan oleh Ketua Umum terpilih bersama-sama dengan
Formatur terpilih dalam Musyawarah Nasional IPSI dan bertanggung jawab kepada
Musyawarah Nasional IPSI.
(2) Kepengurusan IPSI ditingkat Provinsi disebut Pengurus Provinsi Ikatan Pencak Silat Indonesia
atau disingkat Pengprov IPSI, dipilih, disusun, dan ditetapkan oleh Ketua terpilih bersama-
sama dengan Formatur terpilih dalam Musyawarah Provinsi IPSI dan bertanggung jawab
kepada Musyawarah Provinsi IPSI.
(3) Kepengurusan IPSI ditingkat Kabupaten/Kota disebut Pengurus Kabupaten / Kota Ikatan
Pencak Silat Indonesia atau disingkat Pengkab IPSI / Pengkot IPSI, dipilh, disusun, dan
ditetapkan oleh Ketua terpilih bersama-sama dengan Formatur terpilih dalam Musyawarah
Kabupaten / Kota IPSI dan bertanggung jawab kepada Musyawarah Kabupaten/Kota IPSI.
(4) Kepengurusan IPSI ditingkat Kecamatan disebut Pengurus Kecamatan Ikatan Pencak Silat
Indonesia atau disingkat Pengcam IPSI dipilih, disusun, dan ditetapkan oleh Ketua terpilih
dalam Musyawarah Kecamatan IPSI dan bertanggung jawab kepada Musyawarah
Kecamatan IPSI.
Periode kepengurusan IPSI adalah 4 (empat) tahun terhitung mulai tanggal ditetapkannya Surat
Keputusan (SK) Kepengurusan, dan dapat dipilih kembali.
Pasal 14
Susunan dan Wewenang Pengurus
Susunan dan kewenangan Pengurus IPSI diatur dalam Anggaran Rumah Tangga IPSI.
Pasal 15
Dewan Pembina dan Dewan Pertimbangan
Dalam susunan organisasi, IPSI mempunyai Dewan Pembina dan Dewan Pertimbangan yang tugas
dan kewenangannya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga IPSI.
Pasal 16
Majelis, Lembaga dan Komisi
Dalam susunan organisasi, IPSI mempunyai Majelis Pakar, Lembaga Wasit Juri, Lembaga Pelatih,
Komisi Hukum, Komisi Disiplin, Komisi Bela Negara dan Komisi Sertifikasi Profesi, yang tugas dan
kewenangannya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga IPSI.
BAB VII
MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT
Pasal 17
Musyawarah IPSI
(3) Dalam hal yang sangat mendesak dapat diadakan Musyawarah Luar Biasa IPSI.
(4) Musyawarah Nasional IPSI merupakan pemegang kekuasaan tertinggi organisasi dan
berwenang :
a. Menilai laporan pertanggung jawaban Pengurus Besar IPSI;
b. Memilih dan menetapkan Pengurus Besar IPSI, melalui Ketua Umum terpilih dan
Formatur terpilih.;
c. Merubah dan menetapkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga IPSI;
d. Menetapkan kebijakan-kebijakan pokok Program Kerja Pengurus Besar IPSI dan hal-hal
lain yang bersifat mendasar.
(8) Hal mengenai Musyawarah dan Musyawarah Luar Biasa IPSI akan diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga IPSI.
Pasal 18
Rapat Kerja
(2) Rapat Kerja IPSI diadakan menurut kebutuhan untuk membahas, mengevaluasi dan
menetapkan hal-hal yang dianggap penting dalam peningkatan kegiatan bidang bersangkutan.
(3) Selain Rapat Kerja IPSI dapat diadakan pula rapat Koordinasi dan Konsultasi serta rapat-rapat
lainnya yang diatur dalam Anggaran Rumah Tangga IPSI.
BAB VIII
ATRIBUT
Pasal 19
Atribut
(2) Hal-hal yang menyangkut atributnya, khususnya Lambang, Bendera, dan Seragam (bentuk,
makna, arti, ukuran dan tata cara penggunaannya) diatur dalam Anggaran Rumah Tangga IPSI.
Pasal 20
Keuangan dan Kekayaan
(1) Keuangan IPSI diperoleh dari:
a. Uang pangkal dan Iuran tetap anggota IPSI;
b. Bantuan Pemerintah Republik Indonesia;
c. Bantuan-bantuan lain yang tidak mengikat;
d. Usaha-usaha yang sah.
(2) Semua kekayaan yang diperoleh IPSI menjadi milik Organisasi IPSI.
(3) Keadaan Keuangan dan Kekayaan IPSI dilaporkan dalam Musyawarah IPSI atau sewaktu-
waktu jika diperlukan.
BAB X
ANGGARAN RUMAH TANGGA
Pasal 21
Anggaran Rumah Tangga
(1) Anggaran Rumah Tangga IPSI adalah penjabaran lebih lanjut dan merupakan aturan
pelaksanaan dari Anggaran Dasar IPSI.
(2) Hal-hal yang belum atau tidak diatur dalam Anggaran Dasar IPSI dapat diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga IPSI.
(3) Ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Anggaran Rumah Tangga IPSI tidak boleh
bertentangan dengan Anggaran Dasar IPSI.
BAB X
PEMBUBARAN
Pasal 22
Pembubaran
(1) Pembubaran IPSI hanya dapat dilakukan dengan keputusan Musyawarah Nasional IPSI yang
diadakan khusus untuk keperluan pembubaran.
(2) Munas IPSI dengan agenda khusus untuk pembubaran IPSI tersebut hanya dapat dilaksanakan
apabila diminta secara tertulis oleh sekurang-kurangnya dua per-tiga (2/3) Pengurus Provinsi,
dan anggota IPSI Pusat yang ada.
(3) Pembubaran IPSI tersebut dianggap sah apabila disetujui oleh sekurang-kurangnya dua-per-
tiga (2/3) dari Pengurus Provinsi dan Perguruan anggota IPSI Pusat yang hadir secara sah.
(4) Apabila IPSI dibubarkan, hak miliknya harus diurus oleh suatu Komisi yang dibentuk khusus
oleh Munas IPSI yang membubarkan.
Pasal 23
Penutup
(1) Perubahan dan penyempurnaan terhadap Anggaran Dasar ini dilaksanakan dalam
Musyawarah Nasional IPSI XIII pada tanggal 22 Februari 2012
(2) Anggaran Dasar ini berlaku sejak ditetapkan dan disahkan oleh Munas IPSI XIII Tahun 2012 .
(3) Anggaran Dasar ini dibahas pada Rakernas IPSI tanggal 8 November 2016 (tentative)
(4) Anggaran Dasar dibahas, disetujui, disahkan dan diberlakukan oleh Musyawarah Nasional IPSI
XIV yang diselenggarakan di Bali pada 4 Desember 2016.
(5) Anggaran Dasar ini merupakan Perubahan dari Anggaran Dasar IPSI 2007 dan 2012.
Ditetapkan di : BALI
Pada tanggal : 5 DESEMBER 2016
BAB I
KEANGGOTAAN
Pasal 1
Pasal 2
(4) Keanggotaan IPSI Kecamatan terdiri dari Anggota Perguruan yang terdaftar di tingkat
Kecamatan.
Pasal 3
(1) Anggota Khusus IPSI adalah keanggotaan yang dimiliki secara otomatis oleh Organisasi
dan/atau Perguruan Historis Pencak Silat yang ditinjau dari sejarah perkembangan IPSI,
mempunyai kedudukan khusus dan hanya berlaku di Tingkat Pusat.
(2) Organisasi dan/atau Perguruan Historis, Pencak Silat Anggota Khusus IPSI, adalah :
1. Persaudaraan Setia Hati;
2. Persaudaraan Setia Hati Terate;
3. Keluarga Silat Indonesia Perisai Diri;
4. Perguruan Silat Nasional Perisai Putih;
5. Perguruan Seni Bela Diri Indonesia Tapak Suci Putera Muhammadiyah;
Pasal 4
(1) Anggota Biasa IPSI adalah keanggotaan yang dapat dimiliki oleh Organsiasi atau Perguruan
Pencak Silat yang telah memenuhi syarat dan telah diterima sebagai anggota IPSI melalui tata
cara yang telah ditentukan.
(2) Organisasi dan/atau Perguruan Pencak Silat Anggota Biasa yang sudah terdaftar dan disahkan
ditingkat pusat adalah:
1. Perguruan Pencak Silat Betako Merpati Putih;
2. Perguruan Pencak Silat Satria Muda Indonesia;
3. Persinas ASAD;
4. PSTD Indonesia;
5. Tetada Kalimasada Indonesia; dan
6. Pagar Nusa
(3) Kedudukannya sebagai anggota biasa di tingkat pusat dan anggota di tingkat provinsi dapat
dilakukan evaluasi tentang terpenuhinya syarat-syarat untuk menjadi anggota.
Pasal 5
Persyaratan bagi Organisasi dan/atau Perguruan Pencak Silat menjadi Anggota IPSI adalah:
(1) Untuk menjadi anggota IPSI Kecamatan, Organisasi dan/atau Perguruan Pencak Silat yang
bersangkutan mempunyai anggota aktif sekurang-kurangnya 25 orang dan memiliki Domisili
dan/atau Sekretariat yang jelas.
(2) Untuk menjadi anggota IPSI Kabupaten/Kota, Organisasi dan/atau Perguruan Pencak Silat
yang bersangkutan mempunyai jumlah Pengurus Tingkat Kecamatan, yang seluruhnya telah
menjadi Anggota IPSI Kecamatan, sekurang-kurangnya seperempat (1/4) dari jumlah IPSI
Kecamatan yang terdapat diwilayah kerja IPSI Kabupaten/Kota bersangkutan. Ketentuan ini
tidak berlaku bagi Kabupaten/Kota yang belum mempnyai IPSI Kecamatan dan hanya ada satu
( 1 ) Organisasi dan/atau Perguruan Pencak Silat diwilayahnya, Organisasi dan / atau
Perguruan Pencak Silat bersangkutan dapat secara langsung mendaftar menjadi anggora IPSI
Kabupaten/Kota yang terkait.
(3) Untuk menjadi anggota IPSI Provinsi, Organisasi dan/atau Perguruan Pencak Silat yang
bersangkutan harus mempunyai jumlah Pengurus Tingkat Cabang yang seluruhnya telah
menjadi anggota IPSI Kabupaten/Kota sekurang-kurangnya setengah ( 1/2 ) dari jumlah IPSI
Kabupaten/Kota yang terdapat diwilayah kerja IPSI Provinsi bersangkutan.
(4) Untuk menjadi Anggota Biasa IPSI Pusat, Organisasi dan/atau Perguruan Pencak Silat yang
bersangkutan harus mempunyai jumlah Wilayah dan/atau cabang yang seluruhnya telah
menjadi anggota IPSI Provinsi sekurang-kurangnya setengah (1/2) ditambah satu (1) IPSI
Provinsi.
Dalam memenuhi persyaratan untuk mendapatkan keanggotaan IPSI, Organisasi dan / atau
Perguruan Pencak Silat harus :
(1) Mengajukan Surat Permohonan dengan mengisi formulir yang dapat diperoleh dari pengurus
IPSI setempat dan menyerahkan kembali bersama dengan lampiran-lampiran lain, yaitu :
a. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Organisasi dan / atau Perguruan, yang
sejiwa dan selaras dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga IPSI;
b. Penjelasan tentang sumber aliran dan sejarah berdirinya organisasi dan / atau Perguruan
Pencak Silat bersangkutan;
c. Susunan Pengurus dan Jumlah anggotanya;
d. Surat Pernyataan kesanggupan menjunjung tinggi nama dan kehormatan IPSI dan
mendukung serta berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan kebijakan dan program IPSI.
(2) Formulir yang telah diisi dan Lampiran-lampirannya sebagaimana disebut pada ayat 1 di atas,
diserahkan kepada Pengurus IPSI yang bersangkutan, yaitu :
a. Untuk keanggotaan IPSI Pusat kepada PB IPSI;
b. Untuk keanggotaan IPSI Provinsi kepada Pengprov IPSI;
c. Untuk keanggotaan IPSI Kabupaten/Kota kepada Pengkab / Pengkot IPSI;
d. Untuk keanggotaan IPSI Kecamatan kepada Pengran IPSI.
(3) Pengurus IPSI yang bersangkutan melakukan penilaian terhadap kebenaran syarat-syarat dan
pengisian formulir keanggotaan IPSI dan lampiran-lampiran yang telah ditentukan.
(4) Apabila semua syarat, dan formulir keanggotaan IPSI beserta lampirannya dinilai cukup benar,
maka organisasi dan/atau Perguruan Pencak Silat yang bersangkutan diberi Sertifikat ( Surat
Keterangan ) keanggotaan IPSI. Duplikat sertifikat tersebut dikirim kepada Pengurus IPSI
setingkat di atasnya dan kepada PB IPSI.
Pasal 7
Status keanggotaan akan hilang apabila Organisasi dan/atau Perguruan Pencak Silat yang
bersangkutan :
(3) Tidak memenuhi persyaratan lagi menjadi anggota IPSI setelah dilakukan evaluasi.
(4) Dijatuhi sanksi oleh Pengurus IPSI yang berwenang yang mengakibatkan kehilangan
keanggotaannya karena dinilai melanggar ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga IPSI.
BAB II
KEPENGURUSAN
Pasal 8
(1) Sesuai dengan tingkatannya, Pengurus IPSI dipilih dan ditetapkan oleh Musyawarah IPSI pada
tingkat yang bersangkutan.
(4) Pelantikan Pengprov IPSI dilakukan oleh Pimpinan PB IPSI atau Pimpinan KONI Provinsi atau
Pejabat lain setingkat Provinsi.
(5) Untuk Pelantikan yang dilakukan oleh Pimpinan KONI Provinsi atau Pejabat lain setingkat
Provinsi, atas persetujuan PB IPSI.
(6) Pelantikan Pengkab/Pengkot IPSI dilakukan oleh Pimpinan Pengprov IPSI atau Pimpinan KONI
Kabupaten/Kota atau Pejabat lain setingkat Kabupaten/Kota.
(7) Untuk Pelantikan yang dilakukan oleh Pimpinan KONI Kabupaten/Kota atau Pejabat lain
setingkat Kabupaten/Kota atas persetujuan Pengprov IPSI.
(8) Pelantikan Pengurus Kecamatan IPSI dilakukan oleh Pimpinan Pengkab/Pengkot IPSI.
Pasal 9
(1) Masa bakti Pengurus IPSI adalah 4 (empat) tahun, terhitung mulai tanggal dikukuhkannya
Pengurus yang bersangkutan.
(2) Apabila setelah masa bakti 4 (empat) tahun belum dibentuk Pengurus IPSI yang baru, maka
pengurus IPSI yang bersangkutan terus melaksanakan tugasnya sampai dengan terbentuknya
kepengurusan yang baru.
(3) Apabila setelah melewati sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan dari batas akhir masa bakti
belum dapat dibentuk dan ditetapkan pengurus IPSI yang baru, Pimpinan Pengurus IPSI
setingkat di atasnya mengambil prakarsa (berkonsultasi dengan Pimpinan KONI di wilayah
Kepengurusan tersebut) untuk membentuk kepengurusan IPSI yang baru, dengan
menyelenggarakan Musyawarah IPSI yang kemudian memilih dan menetapkan Pengurus IPSI
yang baru.
(4) Prakarsa yang diambil oleh IPSI setingkat diatasnya dapat berupa :
a. Menunjuk Pelaksana Tugas (PLT) dengan masa tugasnya maksimal 6 (enam) bulan.
b. PLT ditetapkan dalam bentuk Surat Tugas oleh IPSI setingkat diatasnya.
c. PLT hanya bertugas melaksanakan Musyawarah IPSI dan melaksanakan program-
program yang sudah ada.
(5) Khusus untuk IPSI Pusat PLT ditunjuk oleh KONI Pusat dari Unsur KONI Pusat atau unsur
Pengurus IPSI Pusat yang telah habis masa berlakunya.
BAB III
FUNGSIONARIS PENGURUS IPSI
Pasal 10
(1) Fungsionaris PB IPSI dipilih dan ditetapkan sesuai dengan tata cara yang ditentukan oleh
Musyawarah Nasional IPSI dengan pedoman sebagai berikut:
a. Mempunyai kemampuan dan loyalitas terhadap IPSI.
(2) Funsionaris IPSI Provinsi dipilih dan ditetapkan sesuai dengan tata cara yang ditentukan oleh
Musyawarah Provinsi IPSI dengan pedoman sebagai berikut:
a. Mempunyai kemampuan dan loyalitas terhadap IPSI.
b. Membuat Surat Pernyataan kesediaan menjadi fungsionaris IPSI yang diketahui oleh
Perguruannya.
c. Bagi calon fungsionaris IPSI Provinsi yang berasal bukan anggota perguruan, membuat
surat pernyataan kesediaan menjadi fungsionaris IPSI Provinsi yang diketahui oleh salah
satu Perguruan Pencak Silat Anggota IPSI Provinsi di wilayah yang bersangkutan.
d. Bagi calon fungsionaris IPSI Provinsi berusia minimum 30 Tahun.
(3) Funsionaris IPSI Kabupaten/Kota dipilih dan ditetapkan sesuai dengan tata cara yang
ditentukan oleh Musyawarah Kabupaten/Kota IPSI dengan pedoman sebagai berikut:
a. Mempunyai kemampuan dan loyalitas terhadap IPSI.
b. Membuat Surat Pernyataan kesediaan menjadi fungsionaris IPSI yang diketahui oleh
Perguruannya.
c. Bagi calon fungsionaris IPSI Kabupaten/Kota yang berasal bukan anggota perguruan,
membuat surat pernyataan kesediaan menjadi fungsionaris IPSI Kabupaten/Kota yang
diketahui oleh salah satu Perguruan Pencak Silat Anggota IPSI Kabupaten/Kota di wilayah
yang bersangkutan.
d. Bagi calon fungsionaris IPSI Kabupaten/Kota berusia minimum 25 Tahun.
Pasal 11
(2) Dalam hal akan dilakukan pemberhentian sehubungan dengan alasan melakukan pelanggaran
terhadap Peraturan dan ketentuan AD & ART IPSI, fungsionaris yang bersangkutan diberi hak
untuk membela diri terhadap pengurus IPSI yang akan memberhentikan dan hak untuk naik
banding ke Pengurus IPSI setingkat di atasnya dapat dilakukan menurut tata cara dan tata
krama yang baik.
(3) Keputusan Pengurus IPSI yang akan memberhentikan dan keputusan banding dari pengurus
IPSI setingkat di atasnya dapat berupa :
a. Membatalkan pemberhentian dan menempatkan kembali pada posisi semula fungsionaris
yang bersangkutan dalam Kepengurusan IPSI, dengan atau tanpa syarat tertentu.
b. Mempertahankan keputusan pemberhentian yang telah diambil.
Pasal 12
(1) Kekosongan Pengurus IPSI karena fungsionaris sebelumnya berhenti dan disebabkan
pengurangan atau penambahan struktur jabatan kepengurusan IPSI cukup dilaporkan kepada
Pimpinan Pengurus IPSI setingkat diatasnya / KONI setingkatnya.
(3) Pengurangan dan/atau penambahan struktur jabatan kepengurusan IPSI adalah hak
prerogative Ketua Umum sebagai Mandataris Musyawarah IPSI.
(4) Khusus untuk Ketua Umum, apabila berhalangan tetap maka masa kepengurusannya diganti
melalui Musyawarah Luar Biasa.
BAB IV
SUSUNAN PENGURUS IPSI
Pasal 13
(1) Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia ( PB IPSI ), adalah Pimpinan Tertinggi Organisasi
yang melaksanakan Kepemimpinan dan bertanggungjawab kedalam maupun keluar.
(3) Masing-masing Ketua Bidang, Lembaga, Komisi dan Majelis sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dibantu beberapa anggota yang disesuaikan dengan kebutuhannya.
(4) Ketua Umum terpilih dan Formatur terpilih dalam Munas IPSI diberi mandat oleh Munas untuk
melengkapi susunan fungsionaris Pengurus Besar IPSI sesuai dengan tuntutan pembinaan.
Pasal 14
(1) Pengurus Provinsi Ikatan Pencak Silat Indonesia (Pengprov IPSI), adalah Pimpinan Provinsi di
wilayahnya yang melaksanakan Kepemimpinan dan mengkoordinir kegiatan Organisasi di
wilayahnya.
a. Dewan Pembina
b. Dewan Pertimbangan
c. Ketua Umum Provinsi
d. Wakil Ketua Umum sekurang-kurangnya 4 (empat) orang (salah satu dapat merangkap
menjadi Ketua Harian bila diperlukan).
e. Seorang Sekretaris Umum dan dibantu oleh sebanyak-banyaknya 2 (dua) orang Wakil
Sekretaris.
f. Seorang Bendahara Umum dan dibantu seorang Wakil Bendahara.
g. Beberapa Ketua Bidang, Lembaga, Komisi dan Majelis yang terdiri dari:
1. Bidang Pembinaan Organisasi.
2. Bidang Pembinaan Prestasi.
3. Bidang Pembinaan Seni Budaya Pencak Silat.
4. Bidang Penelitian dan Pengembangan.
5. Bidang Pembinaan Mental dan Spiritual.
6. Bidang Promosi dan Pemasaran.
7. Bidang Pembibitan dan Pemasalan.
8. Lembaga Wasit dan Juri.
9. Lembaga Pelatih.
10. Komisi Disiplin.
11. Majelis Pakar.
(3) Masing-masing Ketua Bidang, Lembaga, Komisi dan Majelis sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dibantu beberapa anggota yang disesuaikan dengan kebutuhannya.
(4) Ketua terpilih dan Formatur terpilih dalam Musprov IPSI diberi mandat oleh Musprov untuk
melengkapi susunan fungsionaris Pengurus Provinsi IPSI sesuai dengan tuntutan
pembinaan.
Pasal 15
(1) Pengurus Kabupaten/Kota Ikatan Pencak Silat Indonesia (Pengkab/pengkot IPSI), adalah
Pimpinan Kabupaten/kota diwilayahnya yang melaksanakan Kepemimpinan dan
mengkoordinir kegiatan Organisasi diwilayahnya.
(3) Ketua terpilih Formatur terpilih dalam Muskab/Muskot IPSI diberi mandat oleh
Muskab/Muskot untuk melengkapi susunan fungsionaris Pengurus Kabupaten/Kota IPSI
sesuai dengan tuntutan pembinaan.
(1) Pengurus Kecamatan Ikatan Pencak Silat Indonesia adalah Pimpinan Kecamatan diwilayahnya
yang melaksanakan Kepemimpinan dan mengkoordinir kegiatan Organisasi didaerahnya.
(3) Susunan pegurus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disesuaikan dengan susunan Pengurus
IPSI setingkat diatasnya dan/atau disesuaikan dengan kebutuhan.
(4) Ketua terpilih Formatur terpilih dalam Musran IPSI diberi mandat oleh Musran untuk
melengkapi susunan fungsionaris Pengurus Kecamatan sesuai dengan tuntutan pembinaan.
BAB V
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB
FUNGSIONARIS PENGURUS IPSI
Pasal 17
Ketua Umum dan/atau Ketua terpilih dan Formatur terpilih bersama-sama dalam Musyawarah IPSI
diberi mandat penuh menyusun Fungsionaris Pengurus IPSI.
(1) Ketua Umum
a. Mengarahkan, mengkoordinasikan, dan mengendalikan pelaksanaan tugas Ketua-Ketua
Bidang, Sekretaris Umum, Bendahara Umum dan Dewan Pertimbangan, Majelis Pakar,
Komisi Disiplin, Serta Komisi Bela Negara.
b. Menetapkan/mengesahkan program kerja PB IPSI
c. Mewakili IPSI dalam hubungannya dngan pihak-pihak lain, baik di dalam maupun diluar
negeri.
d. Melaporkan pelaksanaan tugasnya dan bertanggungjawab kepada Musyawarah Nasional
IPSI.
(18)Komisi Disiplin
Menyampaikan pertimbangan dan saran kepada Ketua Umum untuk menjatuhkan tindakan
disiplin terhadap pengurus PB IPSI, Pengurus Provinsi, Pengurus Perguruan, serta unsur-unsur
terkait dengan kasus pelanggaran disiplin untuk dimintakan keterangan dalam rangkan
menegakkan disiplin organisasi.
(19)Komisi Hukum
Membantu Ketua Umum menjalankan tugas dan kewajiban dalam kaitannya dengan hukum.
a. Menyelesaikan dan memberi saran datas permasalahan hukum atau perselisihan yang
tejadi baik didalam tubuh induk organisasi IPSI maupun para anggotanya yang berkaitan
dengan kepengurusan pencak silat.
b. Melakukan hubungan dengan pemerintah/KEMENKUMHAM dalam kaitanya dengan
legalisasi.
c. Melakukan advokasi hukum terhadap IPSI.
(20)Majelis Pakar
Memberikan sumbangan dan nasehat dalam masalah pembinaan aspek teknis dan
pengembangan kualitas pencak silat sesuai dengan keahliannya masing-masing. Untuk
memenuhi peran tersebut, dalam tugasnya dapat dilaksanakna secara langsung baik diminta
maupun tidak diminta oleh Pengurus Besar IPSI.
BAB VI
DEWAN PEMBINA, DEWAN PERTIMBANGAN, MAJELIS PAKAR, KOMISI DISIPLIN,
LEMBAGA BELA NEGARA DAN LEMBAGA AKREDITASI DAN SERTIFIKASI PROFESI
Pasal 18
(1) Dewan Pembina Ikatan Pencak Silat Indonesia di IPSI Pusat, beranggotakan mantan ketua
Umum/Ketua PB IPSI dan Ketua-ketua organisasi/Perguruan Pencak Silat.
Anggota Dewan Pembina Terdiri atas Ketua Umum, Perguruan Historis secara exofficio yang
bertugas membina dan mengawasi langusng kepengurusan IPSI Pusat.
(2) Pembina Ikatan Pencak Silat Indonesia berada di Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan.
Anggota pembina adalah ketua perguruan pencak silat yang diangkat karena fungsi/jabatan
dan menjadi pengayom/penyantun masyarakat di setiap keberadaannya.
Pasal 19
(2) Dewan Pertimbangan terdiri dari tokoh-tokoh Organisasi dan/atau Perguruan Pencak Silat
anggota IPSI.
(3) Tugas Dewan Pertimbangan IPSI adalah memberikan nasehat dan saran / pertimbangan
kepada Pengurus IPSI dalam menentukan kebijakan pengembangan dan pembinaan Pencak
Silat di tingkatnya baik diminta maupun tidak.
Pasal 20
Majelis Pakar, hanya berada ditingkat pusat dan tingkat provinsi, yang terdiri dari bebarapa orang
pakar yang dengan kepakara/keahliannya dapat memebrikan sumbangan pembinaan dan
pengembangan pencak silat.
Pasal 21
Komisi Disiplin, hanya berada ditingkat pusat dan ditingkat provinsi yang terdiri dari beberapa
orang yang diangkat oleh pengurus IPSI sesua dengan tingkatannya dengan tugas dan kewenangan
menegakkan disiplin organisasi.
(1) Komisi Bela Negara, hanya berada ditingkat pusat terdiri dari beberapa orang yang diangkat
oleh Ketua Umum PB IPSI dengan tugas dan wewenang penyelenggaraan bela negara.
(2) Komisi Bela Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan lembaga yang berada
ditingkat pusat untuk mewadahi dan menyalurkan aspirasi pengabdian dan kemampuan
komunitas silat kepada negara dan bangsa.
(3) Ketua dan anggotanya Komisi Bela Negara diutapakan diisi oleh pesilat yang berlatar belakang
TNI/POLRI.
Pasal 23
(1) Komisi Akreditasi dan Sertifikasi Profesi (LASP), terdiri dari beberapa orang yang diangkat
oleh Ketua Umum PB IPSI dengan tugas dan wewenang dalam penyelenggaraan akreditasi dan
sertifikasi profesi.
(2) Komisi Akreditasi dan Sertifikasi Profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya berada
ditingkat pusat dan bersifat independen.
BAB VII
PESERTA DAN TATA LAKSANA
MUSYAWARAH IPSI
Pasal 24
(6) Utusan Pengurus IPSI mewakili aspirasi dan kepentingan seluruh jajaran Pencak Silat di
wilayahnya.
(7) Utusan PB IPSI mewakili aspirasi yang berkaitan dengan tujuan dan cita-cita pendirian IPSI.
Pasal 25
(1) Dalam Musyawarah IPSI setiap peserta mempunyai hak bicara dan satu ( 1 ) hak suara,
sedangkan Peninjau dapat menyampaikan pandangannya seijin Pimpinan Sidang atau bila
diminta dan tidak mempunyai hak suara. Namun yang memiliki hak satu (1) Suara adalah:
a. Setiap Utusan.
b. Pengurus IPSI Demisioner
Peninjau tidka mempunyai hak suara, tetapi dapat menyampaikan pandangannya seizin
Pimpinan Sidang atau bila diminta.
Setiap anggota yang terkena sanksi organisasi pemberhentian sementara tidak mempunyai
hak suara maupun hak bicara.
(3) Kuorum
a. Musyawarah IPSI memenuhi syarat kuorum bilamana telah dihadiri sekurang-kurangnya
2/3 dari jumlah angota yang diundang.
b. Apabila kuorum sebagaimana dimaksud diatas tidak dipenuhi, musyawarah IPSI ditunda
paling lama 60 menit untuk memberi kesempatan kepada utusan yang belum hadir.
Setelah penundaan ternyata kuorum belum terpenuhi, musyawarah IPSI dinyatakan syah
untuk dilanjutkan.
(4) Pimpinan Musyawarah IPSI dipilih dan ditetapkan dalam Sidang Paripurna dan/atau sidang
Pleno yang terdiri dari 3 orang, yaitu Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris yang mewakili untur
Pengurus IPSI dan Perguruan.
(5) Sidang-sidang Musyawarah IPSI dipandang sah apabila dihadiri dan diikuti oleh sekurang-
kurangnya setengah (½) ditambah satu (1) jumlah Peserta yang diundang dan mengikuti
sidang.
(6) Keputusan Musyawarah IPSI dipandang sah apabila didukung oleh sekurang-kurangnya
setengah (½) ditambah satu (1) jumlah suara Peserta yang hadir dan mengikuti sidang.
(7) Keputusan Musyawarah IPSI wajib ditaati dan dilaksanakan oleh jajaran IPSI di wilayah
kerja yang bersangkutan.
Pasal 26
(1) Musyawarah Luar Biasa IPSI, baru dapat diadakan apabila sekurang-kurangnya dua per-tiga
(2/3) dari jumlah anggota IPSI di wilayah kerja IPSI yang bersangkutan menghendakinya.
(2) Untuk IPSI Pusat, usulan tersebut diajukan kepada KONI Pusat oleh Pengurus Provinsi dan
atau Perguruan Anggota IPSI Pusat untuk mendapatkan persetujuan/Rekomendasi. Usulan
dapat dilakukan secara kolektif atau perwakilan yang menghendaki musyawarah luar biasa
tersebut dengan membawa dokumen asli (permohonan munaslum dan SK Kepengurusan IPSI
yang sah)
(3) Untuk IPSI Provinsi usulan diajukan kepada PB IPSI oleh Pengurus IPSI Kabupaten/Kota
dan/atau perguruan anggota IPSI Provinsi untuk mendapatkan persetujuan/rekomendasi.
Usulan dapat dilakukan secara kolektif atau perwakilan yang menghendaki musyawarah luar
biasa tersebut dengan membawa dokumen asli (permohonan musprovlub dan SK
Kepengurusan yang sah).
(4) Untuk IPSI Kabupaten usulan diajukan kepada IPSI Provinsi oleh Pengurus IPSI Kecamatan
dan/atau perguruan anggota IPSI Kabupaten untuk mendapatkan persetujuan/rekomendasi.
Usulan dapat dilakukan secara kolektif atau perwakilan yang menghendaki musyawarah luar
biasa tersebut dengan membawa dokumen asli (permohonan musyawarah IPSI luarbiasa
Kabupaten/Kota dan SK Kepengurusan yang sah).
(5) Untuk IPSI Kecamatan usulan diajukan kepada IPSI Kabupaten/Kota oleh Pengurus perguruan
anggota IPSI Kecamatan untuk mendapatkan persetujuan/rekomendasi. Usulan dapat
dilakukan secara kolektif atau perwakilan yang menghendaki musyawarah luar biasa tersebut
dengan membawa dokumen asli (permohonan musyawarah IPSI luarbiasa Kecamatan dan SK
Kepengurusan yang sah).
BAB VIII
PESERTA DAN TATA LAKSANA
RAPAT-RAPAT IPSI
Pasal 27
Sesuai dengan tingkat kepengurusan IPSI dan lingkup wilayah kerjanya, Raker IPSI dihadiri dan
diikuti oleh :
a. Pengurus IPSI;
b. Utusan dari Pengurus IPSI setingkat dibawahnya yang mendapat mandat dari Pengurus IPSI
dan Perguruan Pencak Silat anggota IPSI setingkatnya yang mendapat mandat.
Pasal 28
(1) Raker IPSI dipimpin oleh Ketua Umum dan/atau Ketua Pengurus IPSI bersangkutan atau yang
ditunjuk oleh Ketua Umum.
(2) Keputusan Raker IPSI diambil berdasarkan azas musyawarah dan kesepakatan bersama.
Apabila tidak tercapai musyawarah dan kesepakatan maka keputusan diambil melalui voting
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(3) Keputusan Raker wajib ditaati dan dilaksanakan oleh Pengurus IPSI atau oleh Pengurus
Organisasi dan/atau Perguruan Pencak Silat anggota IPSI.
Pasal 29
(1) Rakernis dan/atau Rapat konsultasi IPSI dihadiri dan diikuti oleh fungsionaris Pengurus IPSI
bersangkutan dan pengurus IPSI setingkat dibawahnya dan anggota perguruan pencak silat
yang menjadi anggotanya degnan membawa surat mandat.
(2) Rakernis dan/atau Rapat konsultasi IPSI dipimpin oleh fungsionaris Pengurus IPSI yang
bersangkutan yang bertanggung jawab terhadap masalah teknis yang dibicarakan.
(3) Keputusan Rakernis dan/atau Rapat konsultasi IPSI diambil berdasarkan azas musyawarah
dan kesepakatan bersama. Apabila tidak tercapai musyawarah dan kesepakatan maka
keputusan diambil melalui voting sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(4) Keputusan Rakernis dan/atau Rapat konsultasi wajib ditaati dan dilaksanakan oleh
fungsionaris teknis Pengurus IPSI bersangkutan serta Organisasi dan/atau Perguruan Pencak
Silat anggota IPSI.
BAB IX
ATRIBUT
Pasal 30
(1) Atribut IPSI adalah tanda-tanda khusus yang dinyatakan dalam wujud serta bentuk, yaitu :
a. Lambang;
b. Bendera;
(2) Lambang IPSI digunakan pada Bendera, Kertas Kop Surat, Stempel, Plaket, Vandel, Badge dan
benda-benda lain yang membawa nama dan kehormatan serta kebanggan IPSI.
(3) Bendera IPSI adalah bendera berdasar warna hijau tua berlambang IPSI merupakan lambang
kehormatan dan kebanggaan IPSI.
(4) Prasetya Pesilat Indonesia, adalah janji setia setiap insan pesilat Indonesia.
(5) Lagu IPSI adalah hymne dan Mars yang menyatakan jatidiri dan perjuangan IPSI dalam bentuk
nada, irama dan lirik lagu.
(6) Salam IPSI adalah cara penghormatan di jajaran Pencak Silat Indonesia.
(7) Hal-hal yang menyangkut bentuk, warna, dan makna atribut IPSI diatur secara tersendiri
dalam Ketentuan dan/atau Peraturan Khusus IPSI.
BAB X
SUMBER KEUANGAN IPSI
Pasal 31
Sumber keuangan IPSI melalui berbagai usaha diatur secara tersendiri dalam Ketentuan dan/atau
Peraturan Khusus IPSI.
BAB XI
ATURAN PERALIHAN
Pasal 32
Segala hal yang berlaku berdasarkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga IPSI, Keputusan
Musyawarah Nasional IPSI XII 2007 khususnya menyangkut Struktur Pengurus Provinsi /
Kabupaten/Kota dan Kecamatan masih tetap berlaku sampai habis masa berlakunya dan sesudah
itu harus disesuaikan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga IPSI yang ditetapkan
oleh Musyawarah Nasional XIII tahun 2012.
BAB XII
KETENTUAN KHUSUS
Pasal 33
Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini diatur tersendiri oleh PB IPSI
sepanjang tidak bertentangan atau menyimpang dari Anggaran Rumah Tangga ini .
Pasal 34
Perubahan dan penyempurnaan terhadap Anggaran Rumah Tangga ini dilaksanakan sebanyak 12
(dua belas) kali dan disahkan dalam Musyawarah Nasional IPSI XIII pada tanggal 22 Februari 2012.
Anggaran Rumah Tangga ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan disahkan oleh Munas
IPSI XIII 22 Februari 2012.
Ditetapkan di : BALI
Pada tanggal : 5 DESEMBER 2016