89 204 2 PB
89 204 2 PB
ABSTRAK
Kata kunci: TB Paru, pengetahuan, sikap pasien, dukungan keluarga, kepatuhan minum obat TB
Paru.
ABSTRACT
Pulmonary TB is a disease cause of death for three in Indonesia, after cardiovascular and
respiratory diseases. Compliance behavior can be influenced by many factors including
knowledge, attitude and family support. The purpose of this study was to determine the
relationship between knowledge, attitudes and support for families of patients with medication
adherence in patients with pulmonary TB at the BKPM Pati. This study is the use of cross-
sectional study design. Study sample is total sampling of 40 people. The results showed no
significant relationship between knowledge with pulmonary TB drug compliance with the p-
value = 0.000. There is a significant relationship between attitudes with pulmonary TB drug
compliance with the p-value = 0.001. There was a significant association between family support
with Pulmonary TB drug compliance with the p-value = 0.000. Recommendations can be given is
that the BKPM Pati optimize patient health education in order to remain adherent to take
medication, and families are expected to always provide the support and motivation in patients.
Key words: Pulmonary TB, knowledge, attitudes of patients, family support, pulmonary TB
medication adheence
PENDAHULUAN Strategi yang direkomendasikan untuk
mengendalikan dengan pendekatan strategi
Kasus penderita TB Paru di Indonesia adalah TB Paru yaitu DOTS (Directly Observed
terbesar ke 3 di dunia, sesudah Cina dan Treatment Shortcourse). DOTS terdiri dari 5
India. Survey Kesehatan Penyakit TB Paru komponen yaitu komitmen pemerintah untuk
adalah penyakit menular langsung yang mempertahankan kontrol terhadap TB Paru;
disebabkan oleh kuman Mycobacterium deteksi kasus TB Paru diantara orang-orang
Tuberculosis. Tuberkulosis Paru disebut juga yang memiliki gejala-gejala melalui
penyakit TB BTA positif. Sebagian besar pemeriksaan dahak; pengobatan teratur
kuman TB menyerang Paru, tetapi juga selama 6-8 bulan yang diawasi; persediaan
dapat mengenai organ tubuh lainnya. Cara obat TB Paru yang rutin dan tidak terputus;
penularan penyakit ini adalah pada waktu dan sistem laporan untuk monitoring dan
batuk dan bersin oleh pasien TB BTA evaluasi perkembangan pengobatan dan
positif. Penderita menyebarkan kuman ke program.
udara dalam bentuk droplet (percikan dahak)
(Depkes RI, 2001, hlm.7). Kondisi di lapangan masih terdapat
penderita TB Paru yang gagal menjalani
Penemuan suspek tahun 2008 sebanyak pengobatan secara lengkap dan teratur.
8.511 suspek, penemuan penderita TB Keadaan ini disebabkan oleh banyak faktor,
Paru BTA positif pada tahun 2008 tetapi yang paling banyak memainkan
sebanyak 747 orang mengalami perannya adalah ketidakpatuhan penderita
penurunan, bila dibandingkan tahun 2007 dalam menjalani pengobatan (Sukana, et al.
sebanyak 750 orang. Hal ini kemungkinan 2003, ¶4). Kepatuhan adalah hal yang sangat
disebabkan karena beberapa UPK belum penting dalam perilaku hidup sehat.
memenuhi target program angka Kepatuhan minum OAT adalah
penemuan penderita baru Case Detection mengkonsumsi obat-obatan yang diresepkan
Rate (CDR) tahun 2008 sebesar 47% dokter pada waktu dan dosis yang tepat.
mengalami penurunan, bila dibandingkan Pengobatan hanya akan efektif apabila
tahun 2007 (49%). Penelitian ini diambil di pasien mematuhi aturan dalam penggunaan
kota Pati dikarenakan masih banyak yang obat (Laban, 2008, hlm.8). Selain itu masalah
menderita TB Paru. Kejadian TB Paru lainnya adalah pengobatan penyakit TB Paru
dengan angka penemuan penderita TB memerlukan jangka waktu yang lama dan
dengan TBA (+) baru di Jawa Tengah tahun rutin yaitu 6-8 bulan. Dengan demikian,
2006 sebanyak 17.318 penderita (Case apabila penderita meminum obat secara
Detection Rate/CDR 49,82%). Angka tidak teratur atau tidak selesai, justru akan
tersebut diperoleh dari penemuan di mengakibatkan terjadinya kekebalan ganda
puskesmas 13.958 penderita ditambah dari kuman TB Paru terhadap obat Anti-
rumah sakit dan BP4 sebanyak 3.360 Tuberkulosis (OAT), yang akhirnya untuk
penderita TB Paru (+) baru. Angka pengobatannya penderita harus
penemuan kasus ini masih rendah oleh mengeluarkan biaya yang tinggi/ mahal serta
karena itu perlu diupayakan peningkatannya dalam jangka waktu yang relative lebih
(provinsi jawa tengah, 2006, hlm.23). lama.
Sedangkan di daerah Semarang dengan
penemuan TB Paru tertinggi di daerah Mijen Faktor yang mempengarui perilaku
(Dinkes, 2009, hlm.31). kepatuhan pasien dalam minum obat adalah
faktor predisposing meliputi pengetahuan,
kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, sikap;
faktor enabling meliputi ketersediaan sarana pengobatan TB Paru yaitu : 203 orang dan
atau fasilitas kesehatan; dan faktor drop out 14 orang. Sejak bulan Januari
reinforcing yaitu dukungan keluarga dan sampai dengan Desember 2010 penderita TB
sikap petugas kesehatan. Selanjutnya tentang Paru yang mendapat pengobatan TB Paru
pengetahuan dalam ranah kognitif yaitu 186 orang dan drop out 15 orang.
mempunyai enam tingkatan yaitu: tahu Menurut informasi dari petugas BKPM Pati,
(know), memahami (comprehension), faktor yang paling berpengaruh dalam
aplikasi (application), analisis (analysis), pengobatan paru adalah pengetahuan. Selain
sintesis (synteshsis) dan evaluasi itu dapat disebabkan oleh kurang
(evaluation). Sikap juga respon tertutup maksimalnya dukungan keluarga pada
seseorang terhadap stimulus atau objek penderita yang menderita TB Paru.
tertentu, yang sudah melibatkan faktor
pendapat dan emosi yang bersangkutan METODE PENELITIAN
(senang- tidak senang, setuju-tidak setuju,
baik-tidak baik, dan sebagainya). Dukungan Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif
keluarga merupakan bagian dari pasien yang korelatif dengan menggunakan rancangan
paling dekat dan tidak dapat dipisahkan. penelitian cross-sectional study, jenis
Sehingga dari faktor pengetahuan, sikap dan penelitian deskriptif korelatif ini merupakan
dukungan keluarga sangat berpengaruh rancangan penelitian dengan
dalam meningkatnya kepatuhan minum obat menggambarkan masalah keperawatan yang
TB Paru. terjadi pada kasus tertentu berhubungan
dengan distribusinya ada hubungan atau
Dukungan keluarga sangat berperan dalam tidak dan seberapa erat hubungan tersebut
rangka meningkatkan kepatuhan minum (Hidayat, 2007, hlm.27).
obat. Keluarga adalah unit terdekat dengan
pasien dan merupakan motivator terbesar Sampel dari penelitian ini dilakukan dengan
dalam perilaku berobat penderita TB Paru. cara total sampling responden, karena
Pada saat ini belum ada data yang pasti diperkirakan jumlah TB Paru BTA positif
tentang bobot pengaruh dukungan keluarga rawat jalan yang berobat di BKPM Pati
yang diperlukan pasien TB Paru dalam hal dalam satu triwulan adalah 40 orang, yang
ini adalah sikap, tindakan dan penerimaan memenuhi kriteria inklusi dan kriteria
keluarga terhadap anggota keluarga yang eksklusi. Penelitian dilakukan mulai 25
sakit. Menurut Friedman (1998), Keluarga November 2011 sampai dengan 20
memandang bahwa orang yang bersifat Desember 2011. Alat pengumpul data dalam
mendukung selalu siap memberikan penelitian ini adalah kuesioner.
dukungan agar pasien rutin dalam
pengobatan. Adanya perhatian dan dukungan Analisa yang digunakan pada penelitian ini
keluarga dalam mengawasi dan adalah analisis univariat dan bivariat.
mengingatkan penderita untuk minum obat Analisis bivariat digunakan untuk
dapat memperbaiki derajat kepatuhan mendeskripsikan hubungan antara variabel
penderita. bebas yang terdiri dari faktor pengetahuan,
sikap pasien dan dukungan keluarga dan
Data yang diperoleh dari seksi TB Paru di variabel terikat yaitu kepatuhan minum obat
Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) pada pasien TB Paru yang dilakukan dengan
Pati. Sejak bulan Januari sampai bulan uji Chi-Square (x2), digunakan untuk
Desember 2009, menunjukkan bahwa mengetahui atau mencari hubungan variabel
jumlah pasien TB Paru yang mendapat bebas dengan variabel tergantung. Analisis
bivariat dalam penelitian ini menggunakan produktif yang mempunyai mobilitas yang
pengganti uji Chi Square yaitu Fisher exact sangat tinggi sehingga kemungkinan untuk
test karena expected number dari tiap-tiap terpapar kuman Mycobacterium tuberculosis
sel ada yang nilainya <5 maka dilakukan uji paru lebih besar, selain itu reaktifan endogen
pengganti (aktif kembali yang telah ada dalam tubuh)
cenderung terjadi pada usia produktif.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN 2. Karakteristik Jenis Kelamin
Sikap Frekuensi Persentase (%) Hasil analisis tabel 5.8 menunjukkan bahwa
Kurang 9 22.5 dukungan keluarga responden dalam
Baik 31 77.5 pengobatan TB Paru termasuk dalam
Total 40 100.0 kategori baik sebanyak 29 responden
(72.5%). Hasil penelitian ini sama dengan
Hasil analisis tabel 5.7 menunjukkan bahwa penelitian Hutapea (2006) pada 134
sikap responden TB paru dalam pengobatan responden di responden di BP4 Surabaya
TB paru termasuk dalam kategori baik yang menunjukkan bahwa didapatkan 73,1%
minum obat sebanyak 31 responden penderita menyatakan anggota keluarga
(77.5%). Hasil penelitian ini berbeda dengan mendorong untuk berobat secara teratur.
penelitian Doni (2007) pada 45 responden di
wilayah kerja puskesmas jatibarang Friedman menyebutkan bahwa keluarga
kecamatan jatibarang kabupaten indramayu memiliki fungsi afektif, adalah fungsi
yang menunjukkan bahwa (77,7%) keluarga yang utama untuk mengajarkan
mempunyai sikap yang cukup baik. segala sesuatu untuk mempersiapkan
anggota keluarga berhubungan dengan orang
Dalam menentukan sikap yang utuh ini, lain; fungsi sosialisasi, adalah fungsi
pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi mengembangkan dan tempat melatih anak
memegang peranan penting. Seperti halnya untuk berkehidupan sosial sebelum
pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat- meninggalkan rumah untuk berhubungan
tingkat berdasarkan intensitasnya, sebagai dengan orang lain diluar rumah, dan fungsi
berikut: mau menerima stimulus yang perawatan/ pemeliharaan kesehatan, yaitu
diberikan (objek), memberikan jawaban atau fungsi untuk mempertahankan keadaan
tanggapan terhadap pertanyaan atau objek kesehatan anggota keluarga agar tetap
yang dihadapi, memberikan nilai yang memiliki produktivitas tinggi ( Friedman,
positif terhadap objek atau stimulus, dalam 1998, hlm. 349).
arti membahasnya dengan orang lain,
bahkan mengajak atau mempengaruhi atau
menganjurkan orang lain merespon, sikap
yang paling tinggi tingkatnya adalah
8. Karakteristik Kepatuhan minum obat 9. Hubungan pengetahuan dengan kepatuhan
minum obat TB Paru.
Tabel 5.9
Distribusi responden berdasarkan Tabel 5.10
kepatuhan minum obat TB Paru Distribusi responden berdasarkan
di BKPM Pati pada bulan Desember pengetahuan dengan kepatuhan minum
2011 obat pada pasien TB Paru
(n=40) di BKPM Pati pada bulan Desember
2011
Kepatuhan Frekuensi P Persentase (%) (n=40)
Tidak Patuh 16 40.0 Kepatuhan minum
Patuh obat RP
24 60.0 Pengetahu
Tidak
∑ p
95% CI
an Patuh
Total 40 100.0 patuh
f f f
Kurang 9 1 10
0,000 3,857
Baik 7 23 30
Hasil analisis tabel 5.9 menunjukkan bahwa Total 16 24 40 (1,953-
kepatuhan responden TB paru dalam minum 7,619)
Depkes RI. (2001). Pedoman nasional Rejeki, H. (2003). Hubungan antara peran
penanggulangan tuberkulosis. pengawas menelan obat dengan
Jakarta: Depkes tingkat kepatuhan berobat pada
penderita TB paru di puskesmas
Dinas kesehatan pemerintah provinsi jawa bojong I kabupaten pekalongan
tengah. (2006). Profil kesehatan
provinsi jawa tengah. Salamah, U., & Suyanto. (2009). Riset
http://www.depkes.go.id/downloa kebidanan metodologi dan
ds/profil/prov%20jateng%20200 aplikasi. Jogjakarta: MITRA
6.pdf, diperoleh 2 Mei 2011 CENDIKIA