Jumlah gas yang terlarut kedalam solven tergantung dari karakteristik gas buangan dan solven sendiri.
Absorpsi digunakan terutama untuk control gas sulfur, nitrogen, khlorida, amoniak dan beberapa hidrokarbon.
Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan diabsorbsi pada permukaannya, baik secara
fisik maupun secara reaksi kimia. Absorben sering juga disebut cairan pencuci.
Persyaratan cairan yang dapat dijadikan absorben : Jenis-jenis bahan yang dapat digunakan sebagai absorben :
Memiliki daya melarutkan bahan yang akan diabsorbsi Air (untuk gas-gas yang dapat larut, alat untuk
besar. memisahkan partikel debu dan tetesan cairan).
Tidak berbusa dan memiliki tekanan uap yang rendah. Natrium hidroksida (untuk gas-gas yang dapat
bereaksi seperti asam).
Tidak beracun dan nonflammable.
Tidak korosif dan mempunyai viskositas yang rendah. Asam sulfat (untuk gas-gas yang dapat bereaksi
seperti basa).
Stabil secara termis dan murah.
Absorpsi Fisik Absorpsi KIMIA
Dimana gas terlarut dalam cairan penyerap Dimana gas terlarut didalam larutan penyerap
tidak disertai dengan reaksi kimia. Contoh : disertai dengan adanya reaksi kimia. Contoh :
Absorpsi gas H2S dengan air, methanol, Larutan MEA, NaOH, K2CO3 dll.
propilen dan karbonat.
Aplikasi : Proses penyerapan gas CO2 pada pabrik
Penyerapan terjadi karena adanya : Interaksi amoniak.
fisik, difusi gas kedalam air atau pelarutan gas
Penggunaan : Untuk mengeluarkan zat terlarut
ke fase cair.
secara lebih sempurna dari campuran gasnya.
Teori untuk menyatakan model mekanismenya :
Keuntungan : Meningkatnya koefisien
Teori model film, teori penetrasi dan teori
perpindahan massa gas.
permukaan yang diperbaharui.
A. Absorbent (Solven)
Berupa cairan, biasanya air, tempat kontaminan di absorp. Kelarutan gas berbeda didalam setaip solven. Sebagai
contoh kelarutan nitrogen, oksigen dan CO2 10x lebih besar didalam etanol, aceton, atau benzene daripada air.
Solven adalah bahan kimia yang mempunyai kelarutan tinggi dan viskositas rendah. Solvent adalah bahan kimia
yang mempunyai kelarutan tinggi dan viskositas rendah dengan memilih jenis absorbent sesuai dengan kelarutan
bahan absorbat, maka laju absorpsi meningkat dan penggunaan absorbent lebih sedikit.
B. Absorbate (Solute)
Kontaminan dalam bentuk gas yang diabsorpsi oleh absorbent, diantaranya SO2 dan H2S.
C. Transfer Massa
Prinsip transfer massa digunakan pada absorpsi. Cara efisiensi yang dapat dilakukan dengan mengkontakkan
buangan dengan solven dengan mengalirkan gas dari bawah ke atas pada tabung berisi solven.
D. Interface
Daerah dimana terjadi kontak antara fase gas (Adsorbate) dengan fase cair (Absorbent)
E. Solubility
Absorpsi : Suatu operasi transfer massa. Dalam absorpsi transfer massa dari fase gas ke fase cair terjadi sebagai
hasil dari adanya perbedaan konsentrasi, hingga mencapai kondisi keseimbangan (Equilibrium condition).
Peralatan absorpsi yang digunakan untuk menyisihkan kontaminan dalam bentuk gas dinamakan absorber.
Dalam desain absorber untuk emisi gas, perpindahan massa optimum dapat dicapai pada kondisi sebagai berikut :
Tersedianya daerah kontak (Interface) yang luas.
Terjadinya pencampuran yang baik (Good mixing) antara gas dan cairan.
Terjadinya waktu kontak yang cukup antar fase.
Tingkat solubilitas atau kelarutan yang tinggi dari kontaminan di dalam absorbent.
Kelarutan gas, kelarutan yang tinggi dapat meningkatkan laju absorpsi dan meminimisasi jumlah cairan yang
diperlukan.
Volatility, volatility rendah dari cairan dapat mereduksi jumlah uap yang hilang pada saat di aliri oleh gas.
Viscosity, viskositas yang rendah dapat meningkatkan laju absorpsi, meningkatkan karakteristik flooding dan
menurunkan pressure drop.
Chemical stability, absorber tidak boleh turun fungsinya tetapi harus tetap efektif sepanjang masa pemakaiannya.
Flammability, bila memungkinkan cairan sebaiknya bersifat tidak mudah terbakar, tidak korosif, tidak toksik dan
tidak mahal.
Absorpsi/desorpsi memerlukan waktu kontak yang cukup sehingga pindah masa komponen maksimum.
Laju pindah masa ditentukan oleh perbedaan konsentrasi komponen antara aliran gas dengan aliran cairan
sampai terjadi keseimbangan konsentrasi.
Disamping itu terdapat resistensi yang dapat menghambat laju pindah massa.
1. Jenis absorbat, dapat ditinjau dari: 2. Sifat absorben, dapat ditinjau dari:
Ukuran molekul absorbat Kemurnian absorben
Polaritas molekul absorbat Luas permukaan absorben
3. Temperatur
Absorpsi merupakan proses eksotermis sehingga jumlah absorbat akan bertambah dengan berkurangnya temperature
absorbat. Absorpsi fisika yang substansial biasa terjadi pada temperatur dibawah titik didih absorbat, terutama dibawah
500C.
4. Tekanan
Untuk absorpsi fisika, kenaikan tekanan absorbat mengakibatkan kenaikan jumlah zat yang terabsorpsi. Sebaliknya pada
proses absorpsi kimia, jumlah yang diabsorpsi berkurang dengan naiknya temperatur absorbat.
Peralatan absorpsi
Peralatan absorpsi gas terdiri dari sebuah kolom
berbentuk silinder atau menara yang dilengkapi
dengan : Jenis-jenis peralatan absorpsi
Pemasukan gas dan ruang distribusi pada bagian
bawah. Operasi transfer massa umumnya dilakukan dengan
Pemasukan zat cair dan distributornya yang pada menggunakan menara yang dirancang sedemikian
bagian atas, pengeluaran gas dan zat cair masing- sehingga diperoleh kontak yang baik antara kedua fase.
masing di atas dan di bawah.
Alat transfer massa yang berupa menara secara umum
Serta diisi dengan massa zat tak aktif (Inert) di atas dapat dibagi ke dalam 4 golongan yaitu :
penyangganya yang disebut isian menara (Tower
paking). Menara Sembur.
Menara Gelembung.
Zat cair yang masuk berupa pelarut murni atau larutan encer
zat terlarut dalam pelarut disebut cairan lemah (Weak liquor), Menara Pelat.
didistribusikan di atas isian dengan distributor secara Menara Paking.
seragam.
Gas yang mengandung zat terlarut disebut gas kaya (Rich gas), masuk ke ruang pendistribusian
melalui celah isian berlawanan arah dengan zat cair.
Isian itu memberikan permukaan yang luas untuk kontak antara zat cair atau gas
sehingga membantu terjadinya kontak yang maksimal antara kedua fase, dan terjadi
penyerapan zat terlarut yang ada di dalam Rich gas oleh zat cair yang masuk ke dalam
menara dan gas encer Lean gas keluar dari atas.
Sambil mengalir ke bawah, zat cair makin kaya zat terlarut, dan keluar dari
bawah menara sebagai cairan pekat (Strong Liquor).
Kolom absorpsi adalah suatu kolom atau tabung tempat
terjadinya proses pengabsorpsi (penyerapan/penggumpalan)
dari zat yang dilewatkan di kolom/tabung tersebut.
Bagian atas : spray untuk mengubah gas input menjadi fase cair.
Bagian tengah : Packed tower untuk memperluas permukaan sentuh
sehingga mudah untuk diabsorbsi.
Bagian bawah : Input gas sebagai tempat masuknya gas ke dalam
reaktor.
Menara Sembur terdiri dari sebuah menara, di mana dari
puncak menara cairan disemburkan dengan menggunakan
nosel semburan.
Tetes-tetes cairan akan bergerak ke bawah karena
gravitasi dan akan berkontak dengan arus gas yang naik
keatas.
Nosel semburan dirancang untuk membagi cairan kecil-
kecil. Makin kecil ukuran tetes cairan, makin besar
kecepatan transfer massa. Tetapi apabila ukuran tetes
cairan terlalu kecil, tetes cairan dapat terikut arus gas
keluar.
Menara sembur biasanya digunakan untuk transfer massa
gas yang sangat mudah larut.
Menara gelembung terdiri dari sebuah menara, dimana
didalam menara tersebut gas didispersikan dalam fase cair
dalam bentuk gelembung.
Mengandung cukup banyak laluan untuk kedua arus tanpa terlalu banyak zat cair yang terperangkap
(Hold up) atau menyebabkan penurunan tekanan terlalu tinggi.
Memungkinkan terjadinya kontak yang memuaskan antara zat cair dan gas.
Harus kuat tetapi tidak terlalu berat, serta tidak terlalu mahal.
Kalau diperhatikan cara kontak antara fase-fase yang berkontak di dalam ke 4 menara tersebut,
maka ada 2 macam cara kontak yaitu :
Cara kontak kontinyu : Yang terjadi di Menara Sembur, Menara Gelembung dan
Menara Paking.
Cara kontak bertingkat : Yang terjadi di Menara Pelat.
Spray Tower merupakan alat yang paling sederhana untuk
absorpsi gas, terdiri dari tower yang kosong dan satu set
nozzle untuk menyemprotkan cairan.
Aliran gas kontaminan memasuki dasar Tower dan
melewati absorbent bersamaan disemprotkan nya cairan
pada satu atau beberapa tingkat nozzle.
Absorbsi gas amoniak A dari udara B dengan air C. Biasanya larutan Ammonia-Air yang dihasilkan didistilasi untuk
mendapatkan ammonia murni.
Dalam industri makanan (hidrogenasi minyak), gas hidrogen digelembungkan ke dalam minyak dan absorb. Hidrogen
dalam larutan kemudian bereaksi dengan minyak dengan suatu katalis, proses yang menggunakan gas hidrogen untuk
mengubah minyak nabati cair menjadi olesan/margarin. Proses ini menstabilkan minyak dan mencegah basi akibat
oksidasi.
Proses pembuatan proses pembuatan (Urea, formalin dan asam nitrat), produksi ethanol, minuman berkarbonasi, fire
extinguisher, dry ice, supercritical carbon dioxide dan masih banyak lagi aplikasi absorbsi dalam industri. Selain itu
absorbsi ini juga digunakan untuk memurnikan gas yang dihasilkan dari fermentasi kotoran sapi.
Fuad Maarif (L2C004221) dan Januar Arif F (L2C004236)
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Semarang
Jl. Prof Soedarto - 50239 Semarang, Telp./Fax. 024-7460058
Email: ipunk_04@yahoo.com, baldy_internisti@yahoo.co.id
Pembimbing: Ir. Hargono, MT
Seiring berkurangnya cadangan sumber energi dan kelangkaan bahan bakar minyak yang terjadi di Indonesia saat ini,
maka dibutuhkan suatu sumber energi alternatif yang murah dan ramah lingkungan, salah satunya adalah biogas.
Biogas dapat dihasilkan dari limbah organik seperti sampah, sisa-sisa makanan, kotoran hewan dan limbah industri
makanan. Hasil fermentasi dari bahan-bahan diatas menghasilkan biogas dengan kadar komponen terbesar yaitu CH4
(55% - 75%) dan CO2 (25% - 45%). Pemanfaatan biogas sebagai bahan bakar masih dalam skala rumah tangga dan
belum terpakai secara optimal. Hal ini disebabkan biogas masih mengandung CO2 dalam kadar yang tinggi sehingga
effisiensi panas yang dihasilkan rendah. Untuk mengurangi kadar CO2 yang terkandung dalam biogas adalah dengan
mengabsorbsi CO2 menggunakan larutan NaOH secara kontinyu dalam suatu reactor (Absorber). Pada penelitian ini,
variabel yang diteliti adalah pengaruh laju alir NaOH terhadap CO2 yang terserap dan CH4 yang dihasilkan. Absorbsi
CO2 dilakukan dengan mengumpankan larutan NaOH secara kontinyu pada bagian atas menara pada konsentrasi dan
laju alir tertentu, sementara biogas dialirkan pada bagian bawah menara. Gas dan cairan akan saling kontak dan
terjadi reaksi kimia. Tiap interval waktu 3 menit, larutan NaOH setelah diabsorbsi diambil untuk dianalisa jumlah CO2
terserap dengan metode acidi alkalimetri. Dari hasil analisa dan perhitungan didapatkan jumlah CO2 yang terserap dan
CH4 yang dihasilkan semakin besar seiring berkurangnya laju alir NaOH serta %CO2 yang terserap maksimum 58,11% dan
kadar CH4 yang dihasilkan sebesar 74,13%.
Pada umumnya kotoran ternak belum dimanfaatkan sepenuhnya dan sebagian hanya digunakan menjadi
pupuk, padahal alternatif energi bakar dari kotoran ternak tadi cukuplah besar, dalam hal ini kotoran sapi
untuk digunakan sebagai biogas. Hal ini merupakan sebuah potensi yang besar sekali sebagai sumber energi
alternatif.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan mol XZ CO2 sisa dengan waktu pada tiap laju
alir NaOH dan mengetahui hubungan % CH4 yang dimurnikan dengan laju alir NaOH.
Manfaat penelitian ini adalah dapat mengetahui kondisi variabel (laju alir larutan NaOH)
optimum untuk absorbsi CO2 dari campuran biogas ke dalam larutan NaOH.
Tahapan untuk terbentuknya biogas dari proses fermentasi anaerob dapat dipisahkan menjadi 3 tahap;
Tahap 1 adalah tahap hidrolisis, pada tahap hidrolisis, bahan-bahan biomasa yang mengandung selulosa,
hemiselulosa dan bahan ekstraktif seperti protein, karbohidrat dan lipida akan diurai menjadi senyawa dengan
rantai yang lebih pendek.
Tahap 2 adalah tahap pengasaman, pada tahap pengasaman, bakteri akan menghasilkan asam yang akan
berfungsi untuk mengubah senyawa pendek hasil hidrolisis menjadi asam asetat, H2 dan CO2. Bakteri ini
merupakan bakteri anaerob yang dapat tumbuh pada keadaan asam. Untuk menghasilkan asam asetat, bakteri
tersebut memerlukan oksigen dan karbon yang diperoleh dari oksigen yang terlarut dalam larutan. Selain itu,
bakteri tersebut juga mengubah senyawa yang bermolekul rendah menjadi alkohol, asam organik, asam amino,
CO2, H2S dan sedikit gas CH4.
Tahap 3 adalah tahap pembentukan gas CH4, Pada tahap pembentukan gas CH4, bakteri yang berperan adalah
bakteri metanogenesis. Bakteri ini akan membentuk gas CH4 dan CO2 dari gas H2, CO2 dan asam asetat yang
dihasilkan pada tahap pengasaman.
Dari tabel disamping terlihat bahwa kadar CO2 didalam biogas masih besar. Komponen %
Hal ini menyebabkan efisiensi panas yang dihasilkan masih rendah
Metana (CH4) 55 - 75
sehingga kualitas nyala api biogas masih belum optimal. Untuk mengurangi
kadar CO2 tersebut, bisa dilakukan dengan melwatkan biogas ke dalam Karbondioksia (CO2) 25 - 45
larutan NaOH sehingga terjadi proses Absorbsi. Nitrogen (N2) 0 - 0,3
Hidrogen (H2) 1-5
Gas CO2 langsung bereaksi dengan larutan NaOH sedangkan CH4 tidak. Hidrogen Sulfida (H2S) 0-3
Dengan berkurangmya konsentrasi CO2 sebagai akibat reaksi dengan
NaOH, maka perbandingan konsentrasi CH4 dengan CO2 menjadi lebih Oksigen (O2) 0,1 - 0,5
besar untuk konsentrasi CH4. Tabel 1. Komponen Biogas
Absorbsi CO2 dari campuran biogas ke dalam larutan NaOH dapat dilukiskan sebagai berikut :
I. CO2 (g) CO2 (g) (1)
II. CO2 (g) + NaOH (aq) NaHCO3 (aq) (2)
NaOH(aq) + NaHCO3 Na2CO3 (s) + H2O (l) (3)