Anda di halaman 1dari 33

ABSORPSI GAS

ALFA DEWI ASTUTI 1804010005


Proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas
dengan cara pengikatan bahan tersebut pada
permukaan absorben cair yang diikuti dengan
pelarutan.
— Absorpsi
Absorpsi adalah salah satu proses pemisahan dengan mengontakkan campuran gas dengan
cairan sebagai penyerapnya dimana terjadi perpindahan komponen gas dari fase gas ke fase
cair.

Contoh aplikasi absorpsi :


 Pada pengendalian pencemaran udara dimana absorpsi/scrubbing melibatkan gas buangan terkontaminasi
kontak dengan absorben (Solven) sehingga satu atau lebih kandungan gas buangan dihilangkan, diolah atau
dimodifikasi oleh absorben.

 Jumlah gas yang terlarut kedalam solven tergantung dari karakteristik gas buangan dan solven sendiri.

 Absorpsi digunakan terutama untuk control gas sulfur, nitrogen, khlorida, amoniak dan beberapa hidrokarbon.
Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan diabsorbsi pada permukaannya, baik secara
fisik maupun secara reaksi kimia. Absorben sering juga disebut cairan pencuci.

Persyaratan cairan yang dapat dijadikan absorben : Jenis-jenis bahan yang dapat digunakan sebagai absorben :

 Memiliki daya melarutkan bahan yang akan diabsorbsi  Air (untuk gas-gas yang dapat larut, alat untuk
besar. memisahkan partikel debu dan tetesan cairan).
 Tidak berbusa dan memiliki tekanan uap yang rendah.  Natrium hidroksida (untuk gas-gas yang dapat
bereaksi seperti asam).
 Tidak beracun dan nonflammable.

 Tidak korosif dan mempunyai viskositas yang rendah.  Asam sulfat (untuk gas-gas yang dapat bereaksi
seperti basa).
 Stabil secara termis dan murah.
Absorpsi Fisik Absorpsi KIMIA
 Dimana gas terlarut dalam cairan penyerap  Dimana gas terlarut didalam larutan penyerap
tidak disertai dengan reaksi kimia. Contoh : disertai dengan adanya reaksi kimia. Contoh :
Absorpsi gas H2S dengan air, methanol, Larutan MEA, NaOH, K2CO3 dll.
propilen dan karbonat.
 Aplikasi : Proses penyerapan gas CO2 pada pabrik
 Penyerapan terjadi karena adanya : Interaksi amoniak.
fisik, difusi gas kedalam air atau pelarutan gas
 Penggunaan : Untuk mengeluarkan zat terlarut
ke fase cair.
secara lebih sempurna dari campuran gasnya.
 Teori untuk menyatakan model mekanismenya :
 Keuntungan : Meningkatnya koefisien
Teori model film, teori penetrasi dan teori
perpindahan massa gas.
permukaan yang diperbaharui.
A. Absorbent (Solven)

 Berupa cairan, biasanya air, tempat kontaminan di absorp. Kelarutan gas berbeda didalam setaip solven. Sebagai
contoh kelarutan nitrogen, oksigen dan CO2 10x lebih besar didalam etanol, aceton, atau benzene daripada air.

 Solven adalah bahan kimia yang mempunyai kelarutan tinggi dan viskositas rendah. Solvent adalah bahan kimia
yang mempunyai kelarutan tinggi dan viskositas rendah dengan memilih jenis absorbent sesuai dengan kelarutan
bahan absorbat, maka laju absorpsi meningkat dan penggunaan absorbent lebih sedikit.

B. Absorbate (Solute)
 Kontaminan dalam bentuk gas yang diabsorpsi oleh absorbent, diantaranya SO2 dan H2S.
C. Transfer Massa

 Prinsip transfer massa digunakan pada absorpsi. Cara efisiensi yang dapat dilakukan dengan mengkontakkan
buangan dengan solven dengan mengalirkan gas dari bawah ke atas pada tabung berisi solven.

D. Interface
 Daerah dimana terjadi kontak antara fase gas (Adsorbate) dengan fase cair (Absorbent)
E. Solubility

Kemampuan gas untuk larut ke dalam cairan ke dalam suatu cairan :

 Absorpsi : Suatu operasi transfer massa. Dalam absorpsi transfer massa dari fase gas ke fase cair terjadi sebagai
hasil dari adanya perbedaan konsentrasi, hingga mencapai kondisi keseimbangan (Equilibrium condition).
 Peralatan absorpsi yang digunakan untuk menyisihkan kontaminan dalam bentuk gas dinamakan absorber.

 Dalam desain absorber untuk emisi gas, perpindahan massa optimum dapat dicapai pada kondisi sebagai berikut :
 Tersedianya daerah kontak (Interface) yang luas.
 Terjadinya pencampuran yang baik (Good mixing) antara gas dan cairan.
 Terjadinya waktu kontak yang cukup antar fase.
 Tingkat solubilitas atau kelarutan yang tinggi dari kontaminan di dalam absorbent.
 Kelarutan gas, kelarutan yang tinggi dapat meningkatkan laju absorpsi dan meminimisasi jumlah cairan yang
diperlukan.
 Volatility, volatility rendah dari cairan dapat mereduksi jumlah uap yang hilang pada saat di aliri oleh gas.
 Viscosity, viskositas yang rendah dapat meningkatkan laju absorpsi, meningkatkan karakteristik flooding dan
menurunkan pressure drop.
 Chemical stability, absorber tidak boleh turun fungsinya tetapi harus tetap efektif sepanjang masa pemakaiannya.
 Flammability, bila memungkinkan cairan sebaiknya bersifat tidak mudah terbakar, tidak korosif, tidak toksik dan
tidak mahal.
 Absorpsi/desorpsi memerlukan waktu kontak yang cukup sehingga pindah masa komponen maksimum.
 Laju pindah masa ditentukan oleh perbedaan konsentrasi komponen antara aliran gas dengan aliran cairan
sampai terjadi keseimbangan konsentrasi.
 Disamping itu terdapat resistensi yang dapat menghambat laju pindah massa.
1. Jenis absorbat, dapat ditinjau dari: 2. Sifat absorben, dapat ditinjau dari:
 Ukuran molekul absorbat  Kemurnian absorben
 Polaritas molekul absorbat  Luas permukaan absorben

3. Temperatur
Absorpsi merupakan proses eksotermis sehingga jumlah absorbat akan bertambah dengan berkurangnya temperature
absorbat. Absorpsi fisika yang substansial biasa terjadi pada temperatur dibawah titik didih absorbat, terutama dibawah
500C.

4. Tekanan
Untuk absorpsi fisika, kenaikan tekanan absorbat mengakibatkan kenaikan jumlah zat yang terabsorpsi. Sebaliknya pada
proses absorpsi kimia, jumlah yang diabsorpsi berkurang dengan naiknya temperatur absorbat.
Peralatan absorpsi
Peralatan absorpsi gas terdiri dari sebuah kolom
berbentuk silinder atau menara yang dilengkapi
dengan : Jenis-jenis peralatan absorpsi
 Pemasukan gas dan ruang distribusi pada bagian
bawah.  Operasi transfer massa umumnya dilakukan dengan
 Pemasukan zat cair dan distributornya yang pada menggunakan menara yang dirancang sedemikian
bagian atas, pengeluaran gas dan zat cair masing- sehingga diperoleh kontak yang baik antara kedua fase.
masing di atas dan di bawah.
 Alat transfer massa yang berupa menara secara umum
 Serta diisi dengan massa zat tak aktif (Inert) di atas dapat dibagi ke dalam 4 golongan yaitu :
penyangganya yang disebut isian menara (Tower
paking).  Menara Sembur.
 Menara Gelembung.
Zat cair yang masuk berupa pelarut murni atau larutan encer
zat terlarut dalam pelarut disebut cairan lemah (Weak liquor),  Menara Pelat.
didistribusikan di atas isian dengan distributor secara  Menara Paking.
seragam.
 Gas yang mengandung zat terlarut disebut gas kaya (Rich gas), masuk ke ruang pendistribusian
melalui celah isian berlawanan arah dengan zat cair.

 Isian itu memberikan permukaan yang luas untuk kontak antara zat cair atau gas
sehingga membantu terjadinya kontak yang maksimal antara kedua fase, dan terjadi
penyerapan zat terlarut yang ada di dalam Rich gas oleh zat cair yang masuk ke dalam
menara dan gas encer Lean gas keluar dari atas.

 Sambil mengalir ke bawah, zat cair makin kaya zat terlarut, dan keluar dari
bawah menara sebagai cairan pekat (Strong Liquor).
Kolom absorpsi adalah suatu kolom atau tabung tempat
terjadinya proses pengabsorpsi (penyerapan/penggumpalan)
dari zat yang dilewatkan di kolom/tabung tersebut.

Proses ini dilakukan dengan melewatkan zat yang


terkontaminasi oleh komponen lain dan zat tersebut
dilewatkan ke kolom ini dimana terdapat fase cair dari
komponen tersebut.

Gambar kolom absorpsi


Adapun bagian struktur dalam kolom absorpsi adalah :

 Bagian atas : spray untuk mengubah gas input menjadi fase cair.
 Bagian tengah : Packed tower untuk memperluas permukaan sentuh
sehingga mudah untuk diabsorbsi.
 Bagian bawah : Input gas sebagai tempat masuknya gas ke dalam
reaktor.
 Menara Sembur terdiri dari sebuah menara, di mana dari
puncak menara cairan disemburkan dengan menggunakan
nosel semburan.
 Tetes-tetes cairan akan bergerak ke bawah karena
gravitasi dan akan berkontak dengan arus gas yang naik
keatas.
 Nosel semburan dirancang untuk membagi cairan kecil-
kecil. Makin kecil ukuran tetes cairan, makin besar
kecepatan transfer massa. Tetapi apabila ukuran tetes
cairan terlalu kecil, tetes cairan dapat terikut arus gas
keluar.
 Menara sembur biasanya digunakan untuk transfer massa
gas yang sangat mudah larut.
 Menara gelembung terdiri dari sebuah menara, dimana
didalam menara tersebut gas didispersikan dalam fase cair
dalam bentuk gelembung.

 Transfer massa terjadi pada waktu gelembung terbentuk


dan pada waktu gelembung naik ke atas melalui cairan.

 Gelembung dapat dibuat misalnya dengan pertolongan


distributor pipa, yang ditempatkan mendatar pada dasar
menara. Menara gelembung digunakan untuk transfer
massa gas yang relatif sukar larut.
 Menara pelat adalah menara yang secara luas telah
digunakan dalam industri.

 Menara ini mempunyai sejumlah pelat dan fasilitas yang


ada pada setiap pelat, maka akan diperoleh kontak yang
sebaik-baiknya antara fase cair dengan fase gas.

 Fasilitas ini dapat berupa topi gelembung (Bubble caps)


atau lubang ayak (Sieve). Pada pelat topi gelembung dan
lubang ayak gelembung-gelembung gas akan terbentuk.

 Transfer massa antara fase akan terjadi pada waktu


gelembung gas terbentuk dan pada waktu gelembung gas
naik ke atas pada setiap pelat.

 Cairan akan mengalir dari atas ke bawah melintasi pelat


di dalam kolom.
 Menara paking adalah menara yang diisi dengan bahan
pengisi.

 Adapun fungsi bahan pengisi ialah untuk memperluas


bidang kontak antara kedua fase.

 Bahan pengisi yang banyak digunakan antara lain cincin


rashing, cincin lessing, cincin partisi, sadel bell, sadel
intalox dan cincin pall.

 Di dalam menara ini, cairan akan mengalir ke bawah


melalui permukaan bawah pengisi, sedangkan cairan akan
mengalir ke atas secara arus berlawanan, melalui ruang
kosong yang ada di antara bahan pengisi.
 Tidak bereaksi (Kimia) dengan fluida di dalam menara.

 Mengandung cukup banyak laluan untuk kedua arus tanpa terlalu banyak zat cair yang terperangkap
(Hold up) atau menyebabkan penurunan tekanan terlalu tinggi.

 Memungkinkan terjadinya kontak yang memuaskan antara zat cair dan gas.

 Harus kuat tetapi tidak terlalu berat, serta tidak terlalu mahal.

Kalau diperhatikan cara kontak antara fase-fase yang berkontak di dalam ke 4 menara tersebut,
maka ada 2 macam cara kontak yaitu :

 Cara kontak kontinyu : Yang terjadi di Menara Sembur, Menara Gelembung dan
Menara Paking.
 Cara kontak bertingkat : Yang terjadi di Menara Pelat.
 Spray Tower merupakan alat yang paling sederhana untuk
absorpsi gas, terdiri dari tower yang kosong dan satu set
nozzle untuk menyemprotkan cairan.
 Aliran gas kontaminan memasuki dasar Tower dan
melewati absorbent bersamaan disemprotkan nya cairan
pada satu atau beberapa tingkat nozzle.

 Aliran cairan pada dan gas pada arah berlawanan disebut


dengan Counter Current Flow.

Spray Tower ilustrasi pengoperasian dari typical Counter


Current Flow Spray Tower.
 Packed Column (Tower) merupakan scrubber yang paling
umum digunakan untuk absorpsi gas.

 Packed Column mendispersi scrubbing liquid di atas


packing material yang memberikan surface area yang luas
tempat terjadinya kontak antara gas dan cairan.

 Packed Tower diklasifikasikan berdasarkan arah relatif


dari aliran gas menjadi cairan. Di mana Packed Tower yang
paling sering dipergunakan adalah Counter Current (Gas
to Liquid) Flow Tower.
 Aliran gas memasuki dasar Tower dan mengalir ke atas
melewati packing material. Cairan disemprotkan di bagian
atas spray atau weir dan mengalir ke bawah sepanjang
packing material.
 Pada pengendalian pencemaran udara dimana absorpsi/scrubbing melibatkan gas buangan terkontaminasi kontak
dengan absorban (Solven) sehingga 1 atau lebih gas buangan dihilangkan, diolah atau dimodifikasi oleh absorben.
 Jumlah gas yang terlarut kedalam solven tergantung dari karakteristik gas buangan dan solven sendiri.
 Absorpsi digunakan terutama untuk control gas sulfur, nitrogen, khlorida, amoniak dan beberapa hidrokarbon.

 Absorbsi SO2 dari flue gases dengan larutan alkaline.

 Absorbsi gas amoniak A dari udara B dengan air C. Biasanya larutan Ammonia-Air yang dihasilkan didistilasi untuk
mendapatkan ammonia murni.
 Dalam industri makanan (hidrogenasi minyak), gas hidrogen digelembungkan ke dalam minyak dan absorb. Hidrogen
dalam larutan kemudian bereaksi dengan minyak dengan suatu katalis, proses yang menggunakan gas hidrogen untuk
mengubah minyak nabati cair menjadi olesan/margarin. Proses ini menstabilkan minyak dan mencegah basi akibat
oksidasi.
 Proses pembuatan proses pembuatan (Urea, formalin dan asam nitrat), produksi ethanol, minuman berkarbonasi, fire
extinguisher, dry ice, supercritical carbon dioxide dan masih banyak lagi aplikasi absorbsi dalam industri. Selain itu
absorbsi ini juga digunakan untuk memurnikan gas yang dihasilkan dari fermentasi kotoran sapi.
Fuad Maarif (L2C004221) dan Januar Arif F (L2C004236)
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Semarang
Jl. Prof Soedarto - 50239 Semarang, Telp./Fax. 024-7460058
Email: ipunk_04@yahoo.com, baldy_internisti@yahoo.co.id
Pembimbing: Ir. Hargono, MT
Seiring berkurangnya cadangan sumber energi dan kelangkaan bahan bakar minyak yang terjadi di Indonesia saat ini,
maka dibutuhkan suatu sumber energi alternatif yang murah dan ramah lingkungan, salah satunya adalah biogas.
Biogas dapat dihasilkan dari limbah organik seperti sampah, sisa-sisa makanan, kotoran hewan dan limbah industri
makanan. Hasil fermentasi dari bahan-bahan diatas menghasilkan biogas dengan kadar komponen terbesar yaitu CH4
(55% - 75%) dan CO2 (25% - 45%). Pemanfaatan biogas sebagai bahan bakar masih dalam skala rumah tangga dan
belum terpakai secara optimal. Hal ini disebabkan biogas masih mengandung CO2 dalam kadar yang tinggi sehingga
effisiensi panas yang dihasilkan rendah. Untuk mengurangi kadar CO2 yang terkandung dalam biogas adalah dengan
mengabsorbsi CO2 menggunakan larutan NaOH secara kontinyu dalam suatu reactor (Absorber). Pada penelitian ini,
variabel yang diteliti adalah pengaruh laju alir NaOH terhadap CO2 yang terserap dan CH4 yang dihasilkan. Absorbsi
CO2 dilakukan dengan mengumpankan larutan NaOH secara kontinyu pada bagian atas menara pada konsentrasi dan
laju alir tertentu, sementara biogas dialirkan pada bagian bawah menara. Gas dan cairan akan saling kontak dan
terjadi reaksi kimia. Tiap interval waktu 3 menit, larutan NaOH setelah diabsorbsi diambil untuk dianalisa jumlah CO2
terserap dengan metode acidi alkalimetri. Dari hasil analisa dan perhitungan didapatkan jumlah CO2 yang terserap dan
CH4 yang dihasilkan semakin besar seiring berkurangnya laju alir NaOH serta %CO2 yang terserap maksimum 58,11% dan
kadar CH4 yang dihasilkan sebesar 74,13%.

Kata Kunci ; Biogas, NaOH, CO2, CH4


Potensi biogas sebagai bahan bakar alternatif sebenarnya sangat banyak diproduksi terutama pada
pengolahan limbah cair industri makanan, peternakan, dan pertanian. Biogas ini selain murah, juga
ramah lingkungan. Biogas dapat dihasilkan dari limbah organik seperti sampah, sisa-sisa makanan,
kotoran hewan dan limbah industri makanan.

Pada umumnya kotoran ternak belum dimanfaatkan sepenuhnya dan sebagian hanya digunakan menjadi
pupuk, padahal alternatif energi bakar dari kotoran ternak tadi cukuplah besar, dalam hal ini kotoran sapi
untuk digunakan sebagai biogas. Hal ini merupakan sebuah potensi yang besar sekali sebagai sumber energi
alternatif.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan mol XZ CO2 sisa dengan waktu pada tiap laju
alir NaOH dan mengetahui hubungan % CH4 yang dimurnikan dengan laju alir NaOH.

Manfaat penelitian ini adalah dapat mengetahui kondisi variabel (laju alir larutan NaOH)
optimum untuk absorbsi CO2 dari campuran biogas ke dalam larutan NaOH.
Tahapan untuk terbentuknya biogas dari proses fermentasi anaerob dapat dipisahkan menjadi 3 tahap;

 Tahap 1 adalah tahap hidrolisis, pada tahap hidrolisis, bahan-bahan biomasa yang mengandung selulosa,
hemiselulosa dan bahan ekstraktif seperti protein, karbohidrat dan lipida akan diurai menjadi senyawa dengan
rantai yang lebih pendek.

 Tahap 2 adalah tahap pengasaman, pada tahap pengasaman, bakteri akan menghasilkan asam yang akan
berfungsi untuk mengubah senyawa pendek hasil hidrolisis menjadi asam asetat, H2 dan CO2. Bakteri ini
merupakan bakteri anaerob yang dapat tumbuh pada keadaan asam. Untuk menghasilkan asam asetat, bakteri
tersebut memerlukan oksigen dan karbon yang diperoleh dari oksigen yang terlarut dalam larutan. Selain itu,
bakteri tersebut juga mengubah senyawa yang bermolekul rendah menjadi alkohol, asam organik, asam amino,
CO2, H2S dan sedikit gas CH4.
 Tahap 3 adalah tahap pembentukan gas CH4, Pada tahap pembentukan gas CH4, bakteri yang berperan adalah
bakteri metanogenesis. Bakteri ini akan membentuk gas CH4 dan CO2 dari gas H2, CO2 dan asam asetat yang
dihasilkan pada tahap pengasaman.
Dari tabel disamping terlihat bahwa kadar CO2 didalam biogas masih besar. Komponen %
Hal ini menyebabkan efisiensi panas yang dihasilkan masih rendah
Metana (CH4) 55 - 75
sehingga kualitas nyala api biogas masih belum optimal. Untuk mengurangi
kadar CO2 tersebut, bisa dilakukan dengan melwatkan biogas ke dalam Karbondioksia (CO2) 25 - 45
larutan NaOH sehingga terjadi proses Absorbsi. Nitrogen (N2) 0 - 0,3
Hidrogen (H2) 1-5
Gas CO2 langsung bereaksi dengan larutan NaOH sedangkan CH4 tidak. Hidrogen Sulfida (H2S) 0-3
Dengan berkurangmya konsentrasi CO2 sebagai akibat reaksi dengan
NaOH, maka perbandingan konsentrasi CH4 dengan CO2 menjadi lebih Oksigen (O2) 0,1 - 0,5
besar untuk konsentrasi CH4. Tabel 1. Komponen Biogas

Absorbsi CO2 dari campuran biogas ke dalam larutan NaOH dapat dilukiskan sebagai berikut :
I. CO2 (g) CO2 (g) (1)
II. CO2 (g) + NaOH (aq) NaHCO3 (aq) (2)
NaOH(aq) + NaHCO3 Na2CO3 (s) + H2O (l) (3)

CO2 (g) + 2NAOH (aq) Na2CO3 (s) + H2O (l) (4)


Bahan utama yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah
kotoran ternak (Sapi), selanjutnya campuran kotoran ternak
(Sapi) dengan air dengan perbandingan 1 : 1, diaduk sampai
larut. Campuran tersebut dimasukkan ke dalam tangki
penampung (Digester). Kemudian semua saluran dan lubang
ditutup agar tidak ada udara yang masuk ke dalam sistem.
Selanjutnya, campuran kotoran dengan air didiamkan selama ±
3 – 4 minggu sehingga terbentuk biogas.
Penelitian dilanjutkan dengan proses absorbsi biogas dengan larutan penyerap NaOH secara kontinu diumpankan pada
bagian atas menara pada konsentrasi dan laju alir tertentu, sementara itu biogas dialirkan pada bagian bawah kolom.
Gas dan cairan akan saling kontak dan terjadi reaksi kimia. Tiap interval waktu 3 menit, larutan NaOH setelah diabsorsi
diambil untuk dianalisa. Jumlah CO2 yang terserap dianalisa dengan metode acidi-alkalimetri. Penentuan kadar CO2 yang
terserap dengan metode acidi-alkalimetri diawali dengan pengambilan 10 ml sampel, kemudian dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer. Selanjutnya ke dalam sampel ditambahkan 3 tetes indikator PP. Setelah itu, dilakukan titrasi dengan larutan
HCl sampai warna merah muda hilang. Sehingga untuk kebutuhan titran dicatat sebanyak a ml. Kemudian sampel yang
telah ditritasi tadi ditambahkan 3 tetes indikator MO, selanjutnya dititrasi kembali dengan HCl sampai terjadi
perubahan warna. Kebutuhan titran dicatat sebanyak b ml. Setelah diketahui jumlah titran yang dibutuhkan dapat
dihitung kadar CO2 yang terserap. Perhitungan kadar CH4 termurnikan dilakukan dengan program Hysys.
Laju Alir NaOH % CH4 Maksimum yang
(mL/s) Dimurnikan
1,12 74,13
2,75 72,95
4,25 72,85
5,67 71,77
Gambar 2. Hubungan mol CO2 sisa dengan waktu pada tiap 7,625 70,31
laju alir NaOH Tabel 2. % CH4 maksimum yang dimurnikan pada tiap laju
alir NaOH (mL/s)
 Besarnya % CO2 yang terserap maksimum 58,11 %.
 Besarnya % CH4 yang dimurnikan maksimum 74,13%.
 Semakin besar laju alir NaOH, CO2 yang terserap semakin kecil.
 Semakin besar laju alir NaOH, CH4 yang dimurnikan semakin kecil.

Anda mungkin juga menyukai