Anda di halaman 1dari 10

PENYELENGGARAN GLADI MANAGEMENT KRISIS

1. PENGERTIAN GlADI ATAU REHERSAL


Merupakan suatu Latihan yang dilakukan sebelum pelaksanaan simulasi atau drill
untuk
Inimenguji apakah sistem tersebut berjalan atau tidak
Geladi lapangan ini merupakan kegiatan terakhir yang dilaksanakan oleh
Pusat Krisis Kesehatan dalam rangkaian persiapan klaster kesehatan
menghadapi potensi krisis kesehatan. Pada dasarnya kegiatan simulasi
adalah kegiatan yang diciptakan seolah sebagai suatu kegiatan yang nyata
dengan maksud untuk menguji sesuatu. Simulasi tanggap bencana
merupakan merupakan alat atau instrumen untuk menguji tingkat
pengetahuan, pemahaman, respon dan tindakan warga ketika akan, saat dan
pasca terjadi bencana.

2. Geladi lapangan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan


ketrampilan tenaga kesehatan dalam penanganan krisis kesehatan yang
muncul akibat kecelakaan yang terjadi.

3. Kerangka Penanggulangan Bencana


Dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan jangka panjang tahun 2005-
2025, maka sasaran penanggulangan bencana dalam pembangunan nasional 20
tahun
mendatang diarahkan untuk :
Mewujudkan sasaran penanggulangan bencana dalam pembangunan adalah
mengurangi risiko korban jiwa dan potensi dampak kerusakan dan kerugian akibat
bencana, melalui :
1. Terintegrasinya pengurangan risiko bencana dalam perencanaan pembangunan di
pusat dan daerah;
2. Penguatan kapasitas kelembagaan dan aparatur pemerintah dalam pelaksanaan
risiko bencana;
3. Penguatan kesiapsiagaan dan sistem peringatan dini dalam menghadapi bencana
yang difokuskan di kawasan rawan bencana tinggi;
4. Meningkatnya pemahaman dan kesadaran masyarakat serta terbangunnya
budaya
kesadaran dan keselamatan di masyarakat dalam menghadapi bencana;
5. Meningkatnya akuntabilitas dan tata kelola penyelenggaraan penanggulangan
bencana;
Meningkatnya alokasi anggaran pemerintah daerah dalam penanggulangan Bencana.

Pada RKP 2015, aspek penanggulangan bencana menjadi salah satu isu strategis.

Hal ini tercantum dalam salah satu isu strategis bidang kesra yaitu pengelolaan risiko
Bencana. Memperhatikan permasalahan-permasalahan terkait penanggulangan
bencana

Yang muncul dan terjadi selama ini dan dalam upaya mendukung sasaran
pembangunan

Nasional, maka sasaran pokok penanggulangan bencana di tahun 2015 adalah


sebagai

berikut :

1. Terintegrasinya pengurangan risiko bencana dalam perencanaan pembangunan di


pusat dan daerah;

2. Penguatan kapasitas kelembagaan dan aparatur pemerintah dalam pelaksanaan


pengurangan risiko bencana;

3. Meningkatnya pemahaman dan kesadaran masyarakat serta terbangunnya


budaya keselamatan dalam pengurangan risiko bencana;

4. Meningkatnya akuntabilitas dan tata kelola penanggulangan bencana.Untuk


mencapai sasaran tersebut, maka arahan kebijakan dan strategi penanggulangan
bencana ditempuh melalui :

1. Peningkatan ketangguhan dalam menghadapi bencana, melalui:

a. Penguatan kapasitas pemerintah daerah dalam manajemen risiko bencana,


pengkajian risiko bencana dan integrasi pengurangan risiko bencana dalam
perencanaan pembangunan;

b. Mendorong pemerintah pusat dan daerah untuk mengembangkan kebijakan


penanggulangan bencana;

c. Penguatan koordinasi dan harmonisasi kebijakan antar sektor guna mendukung


penyelenggaraan penanggulangan bencana baik di pusat maupun daerah;

d. Penguatan kesiapsiagaan dan penyediaan sistem peringatan dini di kawasan risiko


tinggi bencana;

e. Pengurangan keterpaparan (exposure) dan kerentanan di kawasan risiko tinggi

bencana;

f. Membangun budaya kesadaran masyarakat (public awareness) dalam


pengurangan risiko bencana, melalui sosialisasi, pendidikan dan pelatihan

pengurangan risiko bencana kepada masyarakat.

2. Penguatan tata kelola penanggulangan bencana di pusat dan daerah, melalui:

a. Penguatan kapasitas kelembagaan penanggulangan bencana di pusat dan

daerah;

b. Peningkatan kapasitas penanganan darurat, melalui penguatan koordinasi

dengan pemangku kepentingan terkait;

c. Mendorong daerah untuk mengalokasi dana penanggulangan bencana dalam

APBD;

d. Penguatan koordinasi antar sektor dalam rangka pemulihan wilayah pasca


bencana;

e. Penyediaan SPM penanggulangan bencana.

4. Latihan Kesiapsiagaan
Dalam management krisis latihan kesiapsiagaan diartikan sebagai bentuk latihan
koordinasi, komunikasi dan evakuasi dengan melibatkan seluruh pemangku
kepentingan (pemerintah dan masyarakat umum). Seluruh pihak yang terlibat
mensimulasikan situasi bencana sesungguhnya menggunakan skenario bencana
yang dibuat mendekati atau sesuai kondisi nyata. Dengan mengacu pada defnisi
tersebut diatas, maka pedoman ini disusun untuk penyelenggaraan latihan yang
melibatkan multipihak serta digunakan untuk membangun dan menyempurnakan
system kesiapsiagaan sekaligus meningkatkan keterampilan dalam koordinasi
serta pelaksanaan operasi penanggulangan bencana.

5. Jenis-Jenis Latihan Kesiapsiagaan

Latihan merupakan elemen yang sangat berperan penting dalam meningkatkan


Upaya kesiapsiagaan secara sistematis. Ada tiga tahapan latihan, yakni tahap
Pelatihan, tahap simulasi, dan tahap uji sistem. Ketiganya memilik alur, yakni:
Pengertian bertahap dalam latihan kesiapsiagaan dilaksanakan mulai dari Tahap
awal analisis kebutuhan, perencanaan, persiapan dan pelaksanaan, Serta monitoring
dan evaluasi.
a. Berjenjang, berarti bahwa latihan dilakukan mulai dari tingkat kompleksitas
Paling dasar, yakni sosialisasi, hingga kompleksitas paling tinggi, yakni latihan
Terpadu/gladi lapang. Semua jenis latihan kesiapsiagaan dimaksudkan untuk
Meningkatkan kapasitas pemangku kepentingan, mulai dari peningkatkan
Pengetahuan, hingga sikap dan keterampilan dalam menjalankan fungsi Dan
tanggung jawab saat situasi darurat.
b. Berkelanjutan, dalam arti latihan kesiapsiagaan dilakukan secara terus
Menerus dan rutin. Kegiatan latihan kesiapsiagaan dapat dilakukan secara
rutin, terutama di kota/kabupaten risiko bencana yang tinggi, dan dilakukan
minimal 1 tahun sekali guna mengurangi jumlah korban bencana.
Pada tahap latihan kesiapsiagaan, salah satu jenis latihan adalah evakuasi
mandiri.bEvakuasi mandiri adalah kemampuan dan tindakan
individu/masyarakat secaraa mandiri, cepat, tepat, dan terarah berdasarkan
langkah-langkah kerja dalam melakukan penyelamatan diri dari bencana.
Latihan evakuasi mandiri adalah
atihan untuk dilaksanakan oleh organisasi atau perusahaan, hotel, sekolah,
desa, dan sebagainya dalam rangka merespon sistem peringatan dini
bencana. Latihan
kesiapsiagaan biasanya dilakukan pada tingkat komunitas, seperti organisasi
perusahaan, hotel, sekolah, desa, dan lain sebagainya.

6. Langkah-Langkah Pelaksanaan GLADI LAPANG (SIMULASI)


a. Persiapan
Pelaku utama dan penanggungjawab pelaksanaan kegitan persiapan ini adalah
Tim Inti Perencana Partisipatif (TIPP). Dalam melaksanakan kegitaan-kegiatan ini
TIPP wajib bekerjasama dengan BKM dan pemerintahan desa/kelurahan serta
BPBD kabupaten/kota serta pemangku kepentingan PRB lainnya (PMI, Tagana
dll). Kegiatan persiapan simulasi bencana mencakup beberapa kegiatan, yaitu:
Langkah 1 Pemilihan dan Penetapan Lokasi Simulasi
Kegiatan adalah kegiatan pemilihan dan penetapan lokasi pelaksanaan simulasi.
Dalam pemilihan lokasi ini hendaknya memperhatikan beberapa hal, antara lain:
 Titik potensi bencana (sumber bencana)
 Konsentrasi/sebaran tempat tinggal penduduk (hunian)
 Prasarana dan sarana yang ada (khususnya yang terbangun melalui
PRB-BK)
 Keluaran Lokasi pelaksanaan simulasi

Langkah 2 Identifikasi dan Pemetaan Prasarana dan Sarana


Merupakan kegiatan pemetaan prasarana dan sarana mitigasi bencana yang
telah terbangun dan/atau yang mempunyai potensi untuk difungsikan
sebagaimana prasarana dan sarana mitigasi bencana.
Keluaran
- Daftar identifikasi prasarana dan sarana yang layak untuk mendukung
kegiatan simulasi
- Peta prasarana dan sarana yang layak mendukung kegiatan simulasi

Langkah 3 Pengumpulan Data Kependudukan dan Pemangku Kepentingan PRB


Data kependudukan yang diperlukan mencakup:
 Data jumlah penduduk (termasuk usia dan kondisi fisik/kejiwaannya) dan
sebarannya
 Ragam aktivitas penduduk dan lokasi aktivitasnya
 Data pemangku kepentingan PRB lain (Tagana, BPBD dll) Keluaran
 Profil penduduk dan pemangku kepentingan PRBbencana beserta
aktivitasnya

Langkah 4
Menyusun Clustering Area
Yang dimaksud dengan clustering area adalah pengelompokan prasarana dan
sarana yang ada berdasar kapasitas dan radius pelayanannya dalam
memfasilitasi partisipan simulasi. Dokumen rujukan wajib penyusunan
clustering area adalah dokumen RTPRB.
Keluaran
- Peta clustering area

Langkah 5
Menyusun Skenario Simulasi
Pada dasarnya skenario peristiwa bencana tergantung pula dengan karakter
bencana yang diasumsikan (gempa bumi, gempa bumi dan tsunami, banjir,
longsor dan sebagainya).
Skenario simulasi paling tidak mencakup:
- Jenis bencana
- Urutan peristiwa bencana (sebelum, selama dan sesudah peristiwa)
- Respon dan tindakan yang diperlukan sesuai dengan urutan peristiwa
bencana
- Partisipan pada setiap urutan peristiwa bencana

Keluaran
- Skenario simulasi bencana dalam bentuk tabel rinci.
- Kesepakatan dan ketetapan skenario simulasi yang tertuang dalam berita
acara

Contoh tabel skenario simulasi bencana


PERISTIWA RESPON /
NO WAKTU PARTISIPAN CATATAN
(AKTVITAS) TINDAKAN
Langkah 6
Menyusun Proposal Teknis Simulasi
Sebelum pelaksanaan kegiatan simulasi bencana ini maka BKM dan/atau UPS
atau TIPP wajib menyusun proposal teknis simulasi. Rencana teknis yang
merupakan proposal teknis yang lengkap dengan skenario peristiwa bencana,
penanggungjawab kegiatan serta anggaran biaya pelaksanaan kegiatan.
Proposal teknis selanjutnya menjadi bagian dari RTPRB yang akan diverifikasi
dan disetujui oleh Korkot/Asisten Korkot.
Keluaran
- Proposal teknis simulasi bencana

b. Pelaksanaan

Langkah 1
Pembentukan Panitia Pelaksana
Pembentukan Panitia Pelaksana seperti halnya pada pembentukan panitia
pelaksanaan/KSM, yaitu dilaksanakan paling tidak setelah RTPRB tersusun. Dalam
pembentukan panitia TIPP bekerja sama dengan BKM serta wajib melibatkan BPBD
kabupaten/kota atau pemangku kepentingan PRB lainnya.
Susunan pengurus panitia pelaksanaan paling tidak terdiri dari ketua, sekretaris,
bendahara, dan sektor/seksi-seksi sesuai dengan kebutuhan simulasi bencana yang
dirancang. Sebaiknya disiapkan pula tim pemantau yang nantinya bertugas
mengamati dan mencatat proses pelaksanaan simulasi.
Keluaran
- Panitia Pelaksana

Langkah 2
Pelatihan Panitia Pelaksana
Fasilitator bersama TIPP dan BKM wajib melaksanakan pelatihan simulasi bencana
bagi panitia pelaksana.
Keluaran
- Panitia memahami tugas dan wewenangnya
- Panitia mengetahui dan memahami rencana simulasi bencana
- Panitia mempunyai RKTL

Dalam pelatihan panitia pelaksana, TIPP bekerja sama dengan BKM serta wajib
melibatkan BPBD kabupaten/kota atau pemangku kepentingan PRB lainnya
Langkah 3
Sosialisasi Tingkat Desa
Tujuan dari kegiatan sosialisasi tingkat desa ini adalah memberikan pengetahuan dan
pemahaman mengenai rencana dan skenario simulasi bencana di tingkat
desa/kelurahan.
Keluaran
- Peserta sosialisasi menyadari dan memahami rencana simulasi bencana
- Peserta sosialisasi menyepakati dan bersedia untuk mendukung dan terlibat
dalam kegiatan simulasi bencana yang dituangkan dalam berita penyepakatan
dan kesediaan

Dalam pelaksanaan sosialisasi tingkat desa ini, panitia pelaksana bekerja sama
dengan TIPP, BKM serta wajib melibatkan BPBD kabupaten/kota atau pemangku
kepentingan PRB lainnya. Penanggungjawab dan pelaksana kegiatan pelaksana
kegiatan adalah panitia pelaksana.

Langkah 4
Sosialisasi Tingkat Basis
Tujuan dari kegiatan sosialisasi tingkat basis/dusun ini adalah memberikan
pengetahuan dan pemahaman mengenai rencana dan skenario simulasi bencana di
tingkat basis yaitu dusun.
Keluaran
- Peserta sosialisasi menyadari dan memahami rencana simulasi bencana
- Peserta sosialisasi menyepakati dan bersedia untuk mendukung dan terlibat
dalam kegiatan simulasi bencana yang dituangkan dalam berita penyepakatan
dan kesediaan

Dalam pelaksanaan sosialisasi tingkat basis/dusun ini, panitia pelaksana bekerja


sama dengan TIPP, BKM serta wajib melibatkan BPBD kabupaten/kota atau
pemangku kepentingan PRB lainnya. Penanggungjawab dan pelaksana kegiatan
pelaksana kegiatan adalah panitia pelaksana.

Langkah 5
Pembekalan dan Technical Meeting
Pembekalan dan technical meeting dilaksanakan di semua tingkat partisipan, baik di
tingkat desa, dusun maupun RT/RW serta keluarga. Dalam pelaksanaan pembekalan
ini, panitia pelaksana bekerja sama dengan TIPP, BKM serta wajib melibatkan BPBD
kabupaten/kota atau pemangku kepentingan PRB lainnya
Keluaran
- Semua partisipan memahami skenario simulasi tanggap bencana
- Semua partisipan memahami peran dan tanggungjawab masing-masing
- Semua partisipan siap melaksanakan simulasi bencana
- Semua perlengkapan dan sarana prasarana pendukung simulasi bencana
Penanggungjawab dan pelaksana kegiatan pelaksana kegiatan adalah panitia
pelaksana.

Langkah 6
Pelaksanaan Simulasi Bencana
Pada dasarnya pelaksanaan simulasi ini tergantung dari skenario yang telah dibuat.
Oleh karena itu keberhasilan pelaksanaan simulasi ini tergantung pula seberapa
cermat dan rinci skenario yang disusun serta seberapa jauh komitmen partisipan
serta pemahaman partisipan terhadap skenario yang disusun.
Tim pemantau melakukan pengamatan dan pencatatan terkait dengan keseluruhan
pelaksanaan kegiatan simulasi.

Keluaran
- Praktek simulasi bencana
- Catatan proses

Dalam pelaksanaan simulasi ini, panitia pelaksana bekerja sama dengan TIPP, BKM
serta wajib melibatkan BPBD kabupaten/kota atau pemangku kepentingan PRB
lainnya. Penanggungjawab dan pelaksana kegiatan pelaksana kegiatan adalah panitia
pelaksana.

Langkah 7
Pelaporan
Setelah kegiatan simulasi bencana maka segera panitia pelaksana menyusun laporan
kegiatan. Laporan kegiatan disampaikan kepada BKM dan TIPP sebagai bahan
laporan.
Keluaran
- Laporan pertanggungjawaban kegiatan
Penanggungjawab dan pelaksana kegiatan pelaksana kegiatan adalah panitia
pelaksana. Selanjutnya laporan pertanggungjawaban ini menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dengan laporan pertanggungjawaban BKM.

C. Evaluasi

Lingkup evaluasi mencakup hal-hal sebagai berikut:


- Evaluasi terhadap pelaksanaan skenario simulasi bencana
- Evaluasi terhadap kelayakan fungsi prasarana dan sarana yang digunakan dalam
simulasi
- Evaluasi kinerja partisipan dalam melaksanakan simulasi untuk mengetahui
tingkat pengetahuan dan kesiapsiagaan warga dan pemerintah desa/keluarahan.
- Evaluasi tingkat kapasitas warga dan pemerintah desa/kelurahan dalam
melakukan tindakan antisipatif menghadapi bencana
- Evaluasi tingkat ketrampilan warga dan pemerintahan desa/kelurahan dalam
menghadapi bencana

Kegiatan evaluasi ini dilaksanakan untuk memperoleh informasi sebagai bahan


pembelajaran warga (lesson learned) terkait dengan kesiapsiagaan tetapi juga terkait
dengan pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi lingkungan permukiman di masa
mendatang. Evaluasi dilaksanakan dengan cara membandingkan antara rencana
yang telah dibuat dengan praktek yang telah dilakukan.

7. GLADI Penanganan korban


Dilakukan pelatihan dalam pula manajemen penanganan korban di lapangan
serta manajemen transfer korban ke fasilitas pelayanan kesehatan rujukan.
Manajemen penanganan korban meliputi :
1. Pengaturan area penanganan korban sesuai hasil triase.
2. Pelaksanaan triase lapangan
3. Teknik penyelamatan nyawa dan tindakan medis lapangan
4. Stabilisasi korban
5. Transfer korban ke fasyankes rujukan
6. Pengamanan area
Kemampuan dan keterampilan ini diberikan sebelumnya pada Drill Teknis dalam
bentuk sesi akademis dan praktik. Keterampilan yang sudah diberikan kemudian diuji
dalam geladi lapangan sehingga tenaga kesehatan menjadi terbiasa dan terampil
dalam penanganan korban bencana dan emergensi.
DAFTAR PUSTAKA

https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20161012/2218300/geladi-
penanggulangan-krisis-kesehatan-dalam-rangka-sail-selat-karimata-di-kab-kayong-
utara/

http://kotaku.pu.go.id:8081/pustaka/files/modul2/prbbk_fas/Modul
%206%20Simulasi%20Tanggap%20Bencana/BB_2%20SOP%20SIMULASI
%20TANGGAP%20BENCANA.docx

https://www.kemkes.go.id/download.php?file=download/penanganan-
krisis/buku_pedoman_teknis_pkk_ab.pdf

https://siaga.bnpb.go.id/hkb/po-
content/uploads/documents/buku_panduan_latihan_kesiapsiagaan_bencana_
revisi_april_2017.pdf

Anda mungkin juga menyukai