Laterite Theory
Laterite Theory
LANDASAN TEORI
OLIVIN
Dunit
90 % OL.
PERIDOTIT
Harzburgit
Lherzolit
Wehrlit
PIROKSENIT
Orthopiroksenit HORNBLENDITE
Websterite
Clinopiroksenit
PIROKSEN HORNBLENDE
Dunit
27
Menurut Waheed (2002), dunit merupakan batuan ultramafik yang memiliki
komposisi hampir seluruhnya adalah monomineralik olivin (umumnya magnesia
olivin). Kandungan olivin dalam batuan ini lebih dari 90%, dengan mineral penyerta
meliputi kromit, magnetit, ilmenit, spinel.
Peridotit
Menurut Waheed (2002), peridotit merupakan batuan ultramafik yang
mengandung lebih banyak olivin tetapi juga mengandung mineral – mineral mafik
lainnya di dalam jumlah yang signifikan. Berdasarkan mineral – mineral mafik yang
menyusunnya, maka batuan peridotit dapat diklasifikasikan sebagai Piroksen
peridotit, Hornblende peridotit, Mika peridotit.
Salah satu batuan peridotit yang dikelompokkan berdasarkan mineral mafik,
yaitu piroksen peridotit. Berdasarkan dari tipe piroksen, maka piroksen peridotit dapat
diklasifikasikan menjadi 3 yaitu :
Harzburgit : Tersusun oleh olivin dan orthopiroksen
Wehrlit : Tersusun oleh olivin dan klinopiroksen
Lherzolit : Tersusun oleh olivin, orthopiroksen dan klinopiroksen
OLIVIN
Dunit
Harzburgit Wehrlit
Lherzolit
Olivin Olivin
orthopiroksenit klinopiroksenit
Orthopiroksenit Olivin Websterites Klinopiroksenit
Websterit
ORTHOPIROKSEN KLINOPIROKSEN
Piroksenit
28
Menurut Waheed (2002), piroksenit Merupakan batuan ultramafik
monomineral yang seluruhnya mengandung mineral piroksen. batuan – batuan
piroksenit selanjutnya diklasifikasikan ke dalam orthorombik piroksen atau monoklin
piroksen :
1. Orthopiroksenit (orthorombik) : bronzitit
2. Klinopiroksenit (monoklin) : diopsidit, diallagit
Hornbendit
Menurut Waheed (2002), hornblendit Merupakan batuan ultramafik
monomineral yang seluruhnya mengandung mineral hornblend.
Serpentinit
Merupakan batuan ultramafik monomineral yang seluruhnya mengandung
mineral serpentin, yang kaya akan mineral mafik. Serpentinit merupakan batuan hasil
alterasi hidrotermal dari batuan ultramafik, dimana mineral – mineral olivin dan
piroksen jika teralterasi akan membentuk mineral serpentin. Batuan ini dapat
terbentuk dari batuan dunit yang terserpentinisasi, dari hornblendit, ataupun peridotit
( Waheed, 2002).
IV.2 Pelapukan
Pelapukan adalah proses disintegrasi fisik dan dekomposisi kimia material
batuan yang ada di permukaan atau dekat permukaan bumi (Parker, 1997 dalam
Waheed, 2002) . Proses pelapukan diikuti oleh pembentukan soil, erosi, transportasi
dan sedimentasi.
Menurut Ollier (1969), tingkat pelapukan mineral dalam batuan ultrabasa
disamping tergantung pada struktur dan komposisi batuan, juga tergantung pada :
1. Ukuran kristal
2. Bentuk kristal.
3. Kesempurnaan kristal.
4. Akses agen pelapukan dan perombakan produk pelapukan
29
Pelapukan mekanis umumnya disebabkan oleh perubahan suhu yang kontras,
tekanan, penetrasi akar tanaman (Ollier, 1969). Pelapukan mekanis atau disebut juga
disintegrasi batuan masing-masing mempunyai kesamaan yaitu merubah ukuran
batuan atau partikel batuan menjadi semakin kecil, sehingga luas permukaan batuan
yang mengalami kontak dengan agen-agen proses lateritisasi menjadi semakin luas.
30
1. Kestabilan mineral
2. Kondisi pH (asam atau basa)
3. Energi potensial (Eh)
4. Ukuran butir dan rekahan
5. Laju dari proses pencucian
6. Iklim
7. Waktu
8. Topografi
9. Peran muka airtanah
10. Komposisi batuan induk.
Proses pelapukan dan sirkulasi air tanah terutama yang relatif bersifat asam
pada batuan ultramafik, akan menyebabkan terjadinya penguraian magnesium, nikel,
besi, dan silika pada mineral olivin, piroksen, maupun serpentin yang membentuk
larutan yang kaya akan unsur-unsur tersebut (Waheed, 2005).
31
IV.3. Endapan Nikel Laterit
IV.3.1 Definisi Endapan Nikel Laterit
Laterit berasal dari bahasa latin yaitu later, yang artinya bata (membentuk
bongkah – bongkah yang tersusun seperti bata yang berwarna merah bata) (Guilbert
dan Park, 1986). Hal ini dikarenakan tanah laterit tersusun oleh fragmen – fragmen
batuan yang mengambang diantara matriks, seperti bata diantara semen.
Endapan nikel laterit merupakan endapan hasil proses pelapukan lateritik
batuan induk ultramafik (peridotit, dunit dan serpentinit) yang mengandung Ni dengan
kadar tinggi, agen pelapukan tersebut berupa air hujan, suhu, kelembaban, topografi,
dan lain-lain. Umumnya pembentukan endapan nikel laterit terjadi pada daerah tropis
atau sub-tropis (Anonim, 1985).
32
Pada proses pelapukan lebih lanjut magnesium (Mg), Silika (Si), dan Nikel
(Ni) akan tertinggal di dalam larutan selama air masih bersifat asam . Tetapi jika
dinetralisasi karena adanya reaksi dengan batuan dan tanah, maka zat – zat tersebut
akan cenderung mengendap sebagai mineral hidrosilikat (Ni-magnesium hidrosilicate)
yang disebut mineral garnierit [(Ni,Mg)6Si4O10(OH)8] atau mineral pembawa Ni
(Boldt, 1967).
Adanya suplai air dan saluran untuk turunnya air, dalam hal berupa kekar,
maka Ni yang terbawa oleh air turun ke bawah, lambat laun akan terkumpul di zona
air sudah tidak dapat turun lagi dan tidak dapat menembus batuan dasar(bedrock).
Ikatan dari Ni yang berasosiasi dengan Mg, SiO dan H akan membentuk mineral
garnierit dengan rumus kimia (Ni, Mg) Si4O5(OH)4. Apabila proses ini berlangsung
terus menerus, maka yang akan terjadi adalah proses pengkayaan supergen/supergen
enrichment. Zona pengkayaan supergen ini terbentuk di zona Saprolit. Dalam satu
penampang vertikal profil laterit dapat juga terbentuk zona pengkayaan yang lebih
dari satu, hal tersebut dapat terjadi karena muka air tanah yang selalu berubah-ubah,
terutama tergantung dari perubahan musim.
Di bawah zona pengkayaan supergen terdapat zona mineralisasi primer yang
tidak terpengaruh oleh proses oksidasi maupun pelindihan, yang sering disebut
sebagai zona batuan dasar (bed rock). Biasanya berupa batuan ultramafik seperti
Peridotit atau Dunit.
33
2. Lapisan Limonit berkadar menengah (Medium Grade Limonit)
Lapisan ini terletak di bawah lapisan tanah penutup Fine grained, merah-
coklat atau kuning, agak lunak, berkadar air antara 30% - 40%, kadar nikel
1,5%, Fe 44%, MgO 3%, SiO2%, lapisan kaya besi dari limonit soil
menyelimuti seluruh area dengan ketebalan rata-rata 3 meter.. Lapisan ini tipis
pada lereng yang terjal, dan setempat hilang karena erosi. Sebagian dari nikel
pada zona ini hadir di dalam mineral manganese oxide, lithiophorite.
Terkadang terdapat mineral talc, tremolite, chromiferous, Quartz, gibsite,
maghemite. Limonite di daerah west block (unserpentinized) umumnya
mempunyai nikel lebih tingi di bandingkan dengan limonite di daerah East
block (Serpentinized). Limonit dibedakan menjadi 2, yaitu : Red limonit yang
biasa disebut hematit dan Yellow limonit yang disebut goethit . Biasanya pada
goetit nikel berasosiasi dengan Fe dan mengganti unsur Fe sehingga pada zona
limonit terjadi pengayaan unsur Ni.
3. Lapisan Bijih (Saprolit)
Lapisan ini merupakan hasil pelapukan batuan peridotit, berwarna kuning
kecoklatan agak kemerahan, terletak di bagian bawah dari lapisan limonite
berkadar menengah, dengan ketebalan rata-rata 7 meter. Campuran dari sisa-
sisa batuan, butiran halus limonite,saprolitic rims, vein dari endapan garnierit,
nickeliferous quartz, mangan dan pada beberapa kasus terdapat silica boxwork,
bentukan dari suatu zona transisi dari limonite ke bedrock. Terkadang
terdapat mineral kuarsa yang mengisi rekahan, mineral-mineral primer yang
terlapukan, clorite. Garnierit dilapangan biasanya diidentifikasikan sebagai
colloidal talc dengan lebih atau kurang nickeliferous serpentin. Struktur dan
tekstur batuan asal masih terlihat. Lapisan ini terdapat bersama batuan yang
keras atau rapuh dan sebagian saprolite. Kadar Ni 1,85%, Fe 16%, MgO 25%,
SiO2 35%. Lapisan ini merupakan lapisan yang bernilai ekonomis untuk
ditambang sebagai bijih.
34
4. Lapisan Batuan Dasar (Bed Rock)
Bagian terbawah dari profil laterit Lapisan ini merupakan batuan peridotit
sesar yang tidak atau belum mengalami pelapukan . Blok peridotit (batuan
dasar) dan secara umum sudah tidak mengandung mineral ekonomis lagi
(kadar logam sudah mendekati atau sama dengan batuan dasar). Berwarna
kuning pucat sampai abu-abu kehijauan. Zona ini terfrakturisasi kuat, kadang
membuka, terisi oleh mineral garnierit dan silika. Frakturisasi ini diperkirakan
menjadi penyebab adanya root zone yaitu zona high grade Ni, akan tetapi
posisinya tersembunyi.
35
IV.3.4. Tipe Endapan Nikel Laterit
Menurut Waheed (2005), tipe endapan nikel laterit di daerah Sorowako pada
dasarnya dibagi menjadi 2, Yaitu Sorowako West Block dan Sorowako East Block.
Pembagian tipe endapan ini berdasarkan beberapa parameter utama, diantaranya :
1. Tipe batuan ultramafik
2. Derajat serpentinisasi
3. Kandungan kimia bijih
4. Fraksi batuan
5. Tingkat kesulitan dalam penambangan
6. Derajat penetrasi dengan auger drilling
7. Kandungan olivin
Pembagian secara terperinci antara tipe endapan bijih West Block dan East
Block dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut ini :
36
Tabel IV.1. Klasifikasi Tipe Endapan Bijih Sorowako (Waheed, 2005)
Derajat sangat rendah rendah Rendah Rendah menegah tinggi sangat tinggi
serpentinisasi <5% 5-10% 10-15% 10-15% 15-25% 30-60% 60-100%
Sifat
Sangat rendah Rendah Sangat tinggi
kemagnetan
Rasio
2,2 - 2,6 1,8 - 2,0 1,6 - 1,8 1,4 - 1,6
SiO2/MgO
Kandungan Fe Tinggi: 20-24% Tinggi: 20-24% Rendah: 15-18%
Ukuran alat
-1” -1” -1” -6” -18”
pemisah
Kekerasan Sangat-sangat
Sangat keras Menengah Menengah Lemah Lemah
bongkah keras
Intensitas Sangat
Sangat rendah Menengah Menengah Menengah Tinggi Sangat tinggi
rekahan tinggi
Tingkat
Menengah Menengah
kesulitan Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah
(+) (-)
penambangan
Ketebalan
saprolit oleh <1,5 m 1,5-4,5 m >4,5 m Tidak digunakan
auger
Kandungan
olivin pada
Menengah Menengah Menengah Rendah Rendah Rendah Rendah
zona
pengayaan ore
Kandungan
olivin pada Tinggi Tinggi Rendah Rendah Rendah
fraksi kasar
Ketebalan
tanah penutup Menengah Tebal
(overburden)
37
IV.4. Hubungan Morfologi dan Topografi Pada Proses Lateritisasi
Salah satu faktor yang berperan dalam proses laterisasi adalah morfologi dan
topografi, Bentuk morfologi suatu daerah sangat dipengaruhi oleh bentuk morfologi
bawah permukaan khususnya morfologi batuan dasarnya. Umumnya bijih (ore)
terdapat pada zona saprolit dan sebagian kecil pada zona limonit, hal ini tergantung
dari kadar yang terkandung pada zona tersebut. Dimana dalam laterit ini nantinya
dapat ditentukan seberapa tebal bijih (ore)yang terdapat dalam laterit tersebut.
Waheed Ahmad dalam Nickel Laterites A Short Course, 2002,
mengemukakan bahwa peranan topografi sangat besar pada proses lateritisasi,
melalui beberapa faktor antara lain :
Penyerapan air hujan (pada slope curam umumnya air hujan akan mengalir ke
daerah yang lebih rendah /run off dan penetrasi ke batuan akan sedikit. Hal ini
menyebabkan pelapukan fisik lebih besar dibanding pelapukan kimia)
Dearah tinggian memiliki drainase yang lebih baik daripada daerah rendahan
dan daerah datar.
Slope yang kurang dari 20 memungkinkan untuk menahan laterit dan erosi.
Pada proses pengayaan nikel, air yang membawa nikel terlarut akan sangat berperan
dan pergerakan ini dikontrol oleh topografi. Secara kualitatif pada lereng dengan
derajat tinggi (curam) maka proses pengayaan akan sangat kecil atau tidak ada sama
sekali karena air pembawa Ni akan mengalir. Bila proses pengayaan kecil maka
pembentukan bijih (ore) juga akan kecil (tipis), sedangkan pada daerah dengan lereng
sedang / landai proses pengayaan umumnya berjalan dengan baik karena run off kecil
sehingga ada waktu untuk proses pengayaan, dan umumnya ore yang terbentuk akan
tebal. Akibat lereng yang sangat curam maka erosi yang terjadi sangat kuat hingga
mengakibatkan zona limonit dan saprolit tererosi. Hal ini dapat terjadi selama proses
lateritisasi atau setelah terbentuknya zona diatas batuan dasar (bedrock).
Berikut ini adalah beberapa contoh bentuk lahan yang mempengaruhi tinggi
rendahnya proses lateritisasi :
38
Gambar IV.4. Klasifikasi sederhana antara bentuk lahan dan proses lateritisasi
(Waheed,2002)
39
Tabel IV.2 Modifikasi klasifikasi kelas lereng (Van Zuidam,1979)
40
Zona
pelindian
41