Anda di halaman 1dari 2

pekerjaan konstruksi

Kasus pada pekerjaan konstruksi didominasi oleh penyimpangan berupa pengaturan


lelang, kekurangan volume pekerjaan, ketidak-sesuaian spesifikasi
berupa pengurangan kualitas pekerjaan, pemahalan harga atau mark up dan
keterlambatan penyelesaian pekerjaan.
Para pengelola proyek konstruksi perlu mengetahui praktik-praktik penyimpangan
dalam suatu siklus pekerjaan konstruksi agar dapat menyelesaikan
seluruh tahapan suatu proyek konstruksi dengan tepat waktu, tepat jumlah dan tepat
mutu serta terhindar dari sanksi hukum baik perdata maupun pidana.
3. Mengurangi Volume dan Kualitas Pekerjaan Konstruksi Pengurangan volume pekerjaan
pada suatu pekerjaan •
konstruksi terjadi karena adanya persekongkolan antan pengawas pekerjaan lapangan
dengan penyedia jasa. Modus operandi ini dilakukan dengan mengurangi
volume pekerjaan terpasang, contohnya untuk pekerjaan Asplult Treated Base (ATB)
berdasarkan kontrak diharuskan terpasang dengan ketebalan 4 cm,
namun dalam pelaksanaannya hanya terpasang dengan ketebalan 3,5 cm. Modus operandi
yang lain adalah dengan mengurangi kualitas peketjaan,
contohnya untuk pekerjaan beton berdasar-kan kontrak diharuskan memenuhi
karakteristik mutu beton K-350, namun dalam pelaksanaannya hanya
terpasang beton dengan karakteristik mutu beton K-300.
4. Menghindari Sanksi Denda Keterlambatan Modus operandi yang sering dilakukan oleh
pengguna
barang/jasa dan penyedia jasa adalah dentan mengamande-men kontrak pekerjaan
konstruksi untuk memperpanjang jangka waktu penyelesaian pekerjaan
meskipun tidak ada pekerjaan tambahan, perubahan desain, keadaan kahar (foree
majeur) ataupun hal-hal lain di luar kemampuan kedua belah pihak.
Amandemen perpanjangan waktu di lakukan hanya untuk menghindari sanksi denda keter-
lambatan. Modus operandi yang lain untuk menghindari sanksi denda
keterlambatan adalah dengan membuat berita acara serah terima pertama pekerjaan
(Previous Hand OverlPHO) mes-kipun pekerjaan konstruksi tersebut
belum selesai 100%.
5. Mark Up Harga Mark up harga pada suaru pekerjaan konstruksi dimulai dari proses
penyusunan Harga Perkiraan Sendiri (HPS).
Modus operandi yang sering dilakukan olch pemilik pekerjaan atau pengguna
barang/jasa adalah dengan membuat analisis harga satuan yang tidak standar.
Misalnya dengan mengubah kocfisien tenaga kerja. bahan dan peralatan. Di samping
itu ada kalanya juga pengguna barang/jasa mencantumkan harga satuan
tenaga kerja, bahan atau peralatan lebih tinggi dari harga satuan yang telalt
ditetapkan oleh pemerintah. Hal lain dalam molus operandi mark up harga
adalah dengan memperbesar volume pekerjaan di dalam Bill of Quantity. Contoh
sederhananya adalah volume item peker-jaan beton K-350 di dalam gambar desain
adalah 600 m3, sementara di dalam Bill of Quantity dibuat 6000 m3. lika tidak ada
perubahan desain maka penyedia jasa dalam melaksanakan pekerjaan akan
melaksanakan pekerjaan beton K-350 tenebut sesuai gambar dcsain, yaitu sebanyak 600
m3, sernentara nantinya penyedia jasa tersebut akan dibayar sesuai
Bill of Quanritysebanyak 6000 m3.

Dengan demikian untuk suatu cidera janji atau wanprestasi berupa penyimpangan yang
bersifat kekurangan volume dan
tidak terpenuhinya kualitas mutu pekerjaan konstruksi serta terlambatnya
penyelesaian pekerjaan dapat diselesaikan melalui arbitrase
atau Hukum Acara Perdata yang berlaku sepanjang tidak terpenuhinya unsur-unsur
kesengajaan yang dilakukan oleh kedua belah pihak,
antara lain sebagai berikut:
1. Pemalsuan dokumen dalmn pdaksanaan kegiatan kontrak kcrja konstruksi;
2. Kedua belah pihak sepakat tuituk membuat pnwess fisik yang tidak sesuai dengan
prestasi fisik yang sebenarnya;
3. Berita acara penyelesaian pekerjaan dibuat 100% dan telah dibayar 100% pula,
namun pada kenyataannya pekerjaan konstruksi tersebut belum selesai
dikerjakan sampai dengan akhir tahun anggaran tanpa adanya jaminan penyelesaian
pekerjaan dari penyedia jasa berupa Bank Garansi;
4. Mutu/kualitas pekerjaan konstruksi tidak sesuai dengan perjanjian, namun kedua
belah pihak sepakat untuk membayar sesuai harga dalam perjanjian meskipun
kedua belah pihak menyadari hal tersebut menyalahi isi perjanjian;

Anda mungkin juga menyukai