Anda di halaman 1dari 2

Beban Pajak Penjualan Saham Perusahaan

Tertutup
Dalam hal perusahaan yang sahamnya tidak terdaftar dalam bursa efek, maka hanya
ada satu aspek Pajak Penghasilan (PPh) yang akan dibebankan. Hal ini sesuai dengan
Undang-Undang PPh Pasal 4 Ayat (1) huruf d angka 1 yang menyebutkan bahwa atas
keuntungan (capital gain) dari pengalihan harta kepada perseroan sebagai pengganti
saham atau penyertaan modal merupakan objek pajak yang terutang PPh seperti
tertuang berikut:

“(d) keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk keuntungan
karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai
pengganti saham atau penyertaan modal”

Besaran tarif PPh yang dikenakan diatur dalam Pasal 17 UU PPh yakni sebesar 25%
(PPh Badan), yang akan terutang di akhir Masa Pajak setelah diakumulasi dengan
penghasilan lain perusahaan selama satu Tahun Pajak. Keuntungan yang dimaksud
dalam aturan di atas adalah keuntungan yang didapat dari selisih harga nominal
saham (per value of stock) dengan harga pasar saat dialihkannya suatu harta atau
saham tersebut.

Hal ini diatur dalam Pasal 10 Ayat 3 UU PPh, yang menyatakan bahwa nilai perolehan
atau pengalihan harta yang dialihkan dalam rangka likuidasi, penggabungan,
peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha adalah jumlah yang
seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar, kecuali ditetapkan
lain oleh Menteri Keuangan.

Ayat tersebut dapat ditafsirkan bahwa apabila terjadi pengalihan harta, maka
penilaian harta yang dialihkan harus dilakukan berdasarkan harga pasar. Pengalihan
harta tersebut dapat dilakukan dalam rangka pengembangan usaha berupa
penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan usaha.
Pengalihan tersebut juga dapat dilakukan dalam rangka likuidasi usaha atau sebab
lainnya. Jadi, apabila terdapat selisih harga antara harga pasar dengan nilai sisa buku
harta yang dialihkan, maka selisih harga tersebut merupakan penghasilan yang
dikenakan pajak.

Studi Kasus Pajak Penjualan Saham Perusahaan


Tertutup
Untuk memperdalam pemahaman di atas, berikut adalah studi kasus penerapan Pajak
Penghasilan dari skema pengalihan saham yang dilakukan oleh perusahaan tertutup.
Asumsi:
PT Abadi memiliki 50% saham di PT Bakti (anak perusahaan). PT Abadi berencana
untuk menjual seluruh sahamnya di PT Bakti kepada PT Ceria. Total seluruh modal
yang tercatat dalam neraca PT Bakti sebesar Rp10 Miliar dengan nilai nominal saham
PT Bakti sebesar Rp1.000,-/lembar saham.

Dengan demikian, saham PT Bakti yang dimiliki PT Abadi yakni Rp5 Miliar atau senilai
5 Juta lembar saham. Adapun asumsi nilai pasar pada saat pengalihan saham adalah
sebesar Rp4.000,-/lembar saham.

Pembahasan:
1. Hitung Keuntungan

Hal pertama yang perlu dilakukan adalah menghitung keuntungan dari pengalihan
saham tersebut yakni:

Nilai Pasar (Rp4.000) – Nilai Nominal (Rp1.000) = Rp3.000,-

Maka keuntungan yang didapat dari penjualan tersebut adalah Rp3.000,-.

2. Hitung Modal yang Dialihkan

Berikutnya adalah menghitung modal yang dialihkan, yakni:

Jumlah lembar saham x selisih keuntungan

5.000.000 lembar x Rp3.000,- = Rp15.000.000.000.

3. Pajak yang Dibebankan

Setelah modal yang dialihkan diketahui, berikutnya adalah menghitung PPh yang
dibebankan, yakni:

Modal yang dialihkan x Tarif PPh

Rp15.000.000.000 x 25% = Rp3.750.000.000

Dengan demikian, beban pajak yang harus dibayarkan adalah Rp3.750.000.000 (Tiga
Miliar Tujuh Ratus Lima Puluh Juta Rupiah).

Perlu diketahui, bahwa tidak ada mekanisme pemotongan/pemungutan atas transaksi


tersebut, sehingga nantinya transaksi itu akan diperhitungkan dalam pelaporan SPT
Tahunan. Selisih kenaikan harga tersebut akan dimasukkan ke dalam penghasilan
neto dalam negeri lainnya yang tidak bersifat Final.

Anda mungkin juga menyukai